KELOMPOK 8
OAndrogen
OAnti Androgen
O Anabolik Steroid
dihidrotestosteron (DHT) yang lebih aktif dan berfungsi sebagai mediator intrasel
diubah menjadi DHT sehingga genitalia eksterna laki – laki tidak berkembang.
Testosteron dan DHT berperan sebagai androgen aktif intrasel tergantung jaringan
steroid reseptor ini mengalami modifikasi dan translokasi ke dalam nukleus da berikatan
dengan tempat ikatan spesifik (spesifik binding sites) pada kromosom. Hal ini
O Efek Anabolik, Semua hormon anabolik dapat dipakai untuk terapi subtitusi androgen dan semua
dapat menimbulkan maskulinisasi bila dosis dan lama pengobatan cukup.
O Anemia Refrakter, Testosteron merangsang pembentukan eritropoetin, karena itu androgen dipakai
untuk pengobatan refrakter.
O Udem angioneurotik herediter, Steroid 17α-alkil menyebabkan peningkatan kadar plasma glikoprotein
yang disintesis dihepar, termasuk beberapa faktor pembekuan dan inhibitor komplemen.
O Karsinoma mama, Androgen digunakan untuk terapi paliatif karsinoma mama metastasis pada
perempuan, kemungkinan kerjanya melalui sifat antiestrogen.
O Osteoporosis, Androgen hanya bermanfaat untuk osteoporosis yang disebabkan oleh defisiensi
androgen.
O Infertilitas, Pada infertilitas akibat hipogonadisme sekunder diperlukan gonadotropin untuk merangsang
dan mempertahankan spermatogenesis.
O Kelainan genekologis, Androgen dahulu digunakan untuk kelainan genekologis misalnya perdarahan
uterus, dismenore dan menopause, tetapi saat ini pilihan jatuh pada estrogen, dan atau progetis.
2. Kontraindikasi
O Obat ini dikontraindikasikan jika terdapat alergi
mg/hari
mg/hari lalu turun serendah mungkin yang masih efektif. Interaksi Obat 17
O Feminisasi, Efek samping ginekomastia cenderung terjadi pada laki – laki, terutama yang ada gangguan
hepar. Hal ini mungkin berhubungan dengan aromatisasi androgen menjadi estrogen, sebab pemberian ester
O Hiperplasia prostat, Pada laki – laki usia lanjut, androgen dapat merangsang pembesaran prostat karena
O Gangguan pertumbuhan, Androgen mempercepat penutupan epifisis sehingga mungkin anak tidak akan
O Udem, Pemberian androgen dosis besar pada pengobatan neoplasma menimbulkan udem yang disebabkan
O Ikterus, Metiltestosteron merupakan androgen yang pertama diketahui dapat menimbukan hepatitis
kolestatik. Ikterus jarang terjadi dan reversibel bila obat dihentikan. Bila timbul ikterus hal itu disebabkan statis
O Hiperkalsemia, Hiperkalsemia dapat timbul pada perempuan penderita karsinoma payudara yang di obati
dengan androgen
6. Efek Merugikan
O Efek Androgenik antara lain jerawat, edema, hirsutisme
(peningkatan distribusi rambut), suara menjadi berat, kulit
dan rambut berminyak, penambahan berat badan,
berkurangnya ukuran payudara, dan atrofi testikular. Efek
antiestrogen – flushing, berkeringat, vaginitis, gelisah, dan
emosi labil – dapat dianisipasi jika obat ini digunakan oleh
wanita. Efek umum lainnya antara lain sakit kepala
(kemungkinan berhubungan dengan cairan dari elektrolit),
pusing, gangguan tidur dan keletihan, ruam, dan perubahan
elektrolit serum.
7. Efek Toksik
O Kontraindikasi :
O .
O Efek Samping : peningkatan BB, peningkatan nafsu makan, jerawat, wajah
kemerahan, berkeringat, perubahan suara, pertumbuhan rambut tubuh
abnormal (wanita), iritasi pada vagina
O Interaksi Obat : Mengonsumsi Danazol dengan beberapa obat ini dapat meningkatkan resiko
efek samping:
1. Carbamazepine
2. Cyclosporine
3. Tacrolimus
4. Warfarin
2. Fluoksimesteron (Halotestin)
O Dosis : 5-20 mg/hari PO untuk terapi sulih hormon; 10-40 mg/hari PO untuk
kanker payudara tertentu; 2,5 mg PO segera setelah pelahiran dan 5-10
mg/hari PO selama 4-5 hari untuk pembengkakan payudara.
2. Karsinoma payudara
4. hipersensitivitas
5. penyakit ginjal
6. penyakit hati
O Interaksi Obat : Halotestin Tablet dapat berinteraksi dengan obat dan produk berikut ini:
Oxyphenbutazone, Oral anticoagulants
3. Testoderm
O Indikasi :
5. penuaan
O Kontraindikasi :
1. Hamil dan menyusui
2. Hiperkalsemia atau hiperkalsiuria
3. Prostat dan karsinoma payudara laki-laki
4. hipersensitivitas
O Efek samping :
1. Payudara membesar pada pria
2. Gatal kulit
3. Perubahan suasana hati
4. Berkepanjangan ereksi menyakitkan
5. Mual
6. Jumlah sperma rendah
O Interaksi obat :
Testoderm dapat berinteraksi dengan obat dan produk berikut ini:
1. Anticoagulants
2. Antidiabetics
3. Cyclosporine
4. Thyroxine
4. Testolakton (Teslac)
1. Hamil
O Efek samping :
1. Diare
3. Mual
6. Paresthesia
O Interaksi Obat : Teslac Tablet dapat berinteraksi dengan obat dan produk berikut
ini: Oral anticoagulant
ANTI ANDROGEN
A. PENDAHULUAN
1. Definisi
Antiandrogen, yang juga dikenal sebagai
antagonis androgen atau penghambat testosteron,
adalah golongan obat yang mencegah androgen
seperti testosteron dan dihidrotestosteron (DHT)
untuk memediasi efek biologisnya di tubuh. Mereka
bertindak dengan menghalangi reseptor androgen
(AR) dan / atau menghambat atau menekan produksi
androgen. Antiandrogen adalah satu dari tiga jenis
antagonis hormon seks, yang lainnya adalah
antiestrogen dan antiprogestogen. Antiandrogen
digunakan untuk mengobati bermacam-macam
kondisi androgen-dependent.
2. Sejarah
Antagonis AR pertama kali ditemukan pada awal 1960an. The
steroidal antiandrogen cyproterone acetate ditemukan pada tahun 1961
dan diperkenalkan pada tahun 1973 dan sering digambarkan sebagai
antiandrogen pertama yang dipasarkan. Namun, spironolakton
diperkenalkan pada tahun 1959. Selain spironolakton, chlormadinone
acetate dan megestrol acetate adalah antiandrogen steroid yang lebih
lemah dari cyproterone acetate namun juga diperkenalkan lebih awal,
pada tahun 1960.
Antiandrogen steroid awal lainnya yang dikembangkan sekitar
waktu ini namun tidak pernah dipasarkan termasuk benorterone (SKF-
7690; 17α-methyl-B-nortestosterone), BOMT (Ro 7-2340), siproteron
(SH-80881), dan trimetiltrienolon (R- 2956). Flutamida antiandrogen
non steroid pertama kali dilaporkan pada tahun 1967. Ini diperkenalkan
pada tahun 1983 dan merupakan antiandrogen non-steroid pertama
yang dipasarkan.
3. Patofisiologi
Pengobatan berbagai macam kondisi
androgen-dependent pada pria dan wanita.
digunakan untuk mengobati pria dengan kanker
prostat, hiperplasia prostat jinak, androgenik
alopecia, hypersexuality, dan paraphilias, serta
anak laki-laki dengan pubertas sebelum
waktunya. Juga telah digunakan untuk pria
dengan priapisme. Pada wanita, antiandrogen
digunakan untuk mengobati jerawat, seborrhea,
hidradenitis supurativa, hirsutisme, dan
hiperandrogenisme.
B. MEKANISME KERJA OBAT
Antagonis reseptor androgen bertindak
dengan mengikat dan mengganti secara
langsung androgen seperti testosteron dan DHT
dari AR, sehingga mencegahnya untuk
mengaktifkan reseptor dan menengahi efek
biologisnya. Antagonis AR dikelompokkan
menjadi dua jenis, berdasarkan struktur kimia:
steroid dan non steroid. Antagonis AR steroid
secara struktural terkait dengan hormon steroid
seperti testosteron dan progesteron, sedangkan
antagonis AR non steroid bukan steroid dan
secara struktural berbeda.
C. FARMAKOKINETIK
O Estrogen umumnya etinilestradiol, conjugated estrogen, ester estron,
dietilstilbestrol, diberikan oral. Estradiol oral, absorpsi cepat dan
lengkap, mengalami metabolism lintas- pertama di hepar yang
ekstensif, substitusi etinil pada atom C17 dapat menghambat proses
tersebut. Absorpsi estradiol valerat atau estradiol sipionat setelah
pemberian dosis tunggal IM, berjalan lambat sampai beberapa minggu,
karenanya pemberiannya 1-4 minggu sekali. Di dalam darah umumnya
estrogen alami terikat globulin pengikat hormone kelamin steroid (sex
steroid-binding globulin, SSBG) dan sedikit terikat albumin.
O Progestron oral lebih cepat mengalami metabolisme lintas pertama di
hepar, karenanya bioavailabilitas oralnya rendah dan lebih banyak
digunakan IM atau suppotoria vaginal atau diberikan bersama alat
kontrasepsi dalam rahim atau intrauterine devices (AKDR/IUD).
Derivat progestin, medroksi progestron asetat (MPA) dan megastrol
asetat dapat diberikan oral, karena metabolisme hepar lebih sedikit dari
progestron alami, masa kerja lebih panjang, 7-24 jam karenanya cukup
diberikan 1x sehari. Hidroksiprogestron kaproat bdan MPA diberikan
IM. Ekskresi semua sediaan melalui urin.
O Flutamide Setelah masuk dengan cepat dan benar-benar diserap dari
saluran pencernaan.Protein plasma mengikat adalah 94-96%. Setelah
berulang dosis oral 250 mg 3 kali / hari konsentrasi kesetimbangan
flutamide dan metabolit aktif dalam plasma dicapai setelah dosis ke-4.
Metaboliziruetsya dengan obrazovaniem aktivnogo metabolit dan
gidroksiflutamida 5 metabolit lainnya.Menulis terutama dalam urin,
4.2% dosis diekskresikan dalam feses dalam 72 tidak. T1/2
hydroxyflutamide adalah 6 tidak. Pasien usia lanjut T1/2 aku s 8 jam
setelah administrasi tunggal, dan 9.6 tidak – ketika konsentrasi
kesetimbangan.
O Finasteride. Penyerapan dan distribusi: Setelah pemberian oral
finasteride cepat diserap dari saluran pencernaan. Bioavailabilitas
sekitar 80% dan independen dari asupan makanan. Konsentrasi plasma
maksimum dicapai dalam 1-2 jam setelah pemberian oral. Protein
plasma mengikat tentang 90%. Metabolisme dan ekskresi: Finasteride
dimetabolisme oleh hati dan diekskresikan sebagai metabolit dalam
urin dan feses. Farmakokinetik dalam kasus khusus: paruh obat pada
pasien lebih 60 s adalah 6 jam, pada pasien lebih 70 tahun dapat
diperpanjang untuk 8 jam.
D. FARMAKODINAMIK
Estrogen
Indikasi
O Kontrasepsi
O Vaginitis atrofik
O Osteoporosis
O Penyakit kardiovaskuler yang terkait menopause
O DLL
Kontraindikasi
O Kehamilan teratogenik
O Neoplasma yang tergantung estrogen
O Perdarahan pervaginam
O Kerusakan hati
O Kelainan tromboembolik
Efek Samping
O Nausea (memburuk pada waktu pagi, kemudian terjadi toleransi)
O nyeri tekan payudara dan edema
O ginekomastia
O (Peran estrogen dalam mengubah risiko penyakit kardiovaskuler belum jelas)
Dosis
Estrogen konjugasi (Oral 0.3-0.4 mg), 17β estradiol (Oral 1-2 mg, Transdermal l50-100 mg,
Subkutan 25 mg), Estradiol valerate (Oral 1-2 mg), Estradiol (Oral 0,625-1,25 mg)
Progesteron
Indikasi
O Kontrasepsi
O Perdarahan menstruasi hemoragik/ tidak teratur
O Karsinoma endometrium
O Hipoventilasi
Kontraindikasi
O Meningioma.
Efek samping
O Maskulinisasi pada penggunaan lama
O Toksisitas minimal.
1. Siproteron asetat
Indikasi:
O terapi hiperseksualitas dan penyimpangan seksual pria, sebagai terapi tambahan
pada terapi kanker prostat (lihat 8.3.4), akne (13.6.1) dan hirsutisme pada
wanita, gejala kulit dan vulvovagina pada klimakterium.
Kontraindikasi:
O penyakit hati (kecuali untuk kanker prostat), diabetes mellitus berat, sickle cell
anemia, depresi berat, kelainan tromboemboli, usia di bawah 18 tahun.
Efek Samping:
O kelelahan, sesak napas, produksi sebum berkurang, perubahan pola tumbuhnya
rambut, ginekomastia, osteoporosis, penghambatan spermatogenesis,
hepatotoksisitas (biasanya timbul pada dosis 200-300 mg/hari pada terapi kanker
prostat).
Dosis:
O Bila diberikan secara oral pada dosis 1 – 2 mg, siproteron asetat memiliki
bioavailabilitas hampir 100%. Untuk pengobatan gejala androgenik, seringkali
diperlukan dosis yang lebih tinggi. Mengikuti pemberian 2 mg, kadar serum
siproteron asetat meningkat hingga sekitar 11 ng/ml, dimana 93% terikat pada
albumin.
O Siproteron asetat disimpan dalam jaringan lemak dan dieliminasi dengan sangat
lambat, dengan waktu paruh 2 – 8 (t½α) dan 60 (t½β) jam.
2. Klormadinon asetat
Merupakan Analog siproteron yang digunakan pada karsnoma prostat
dengan dosis 100 mg/hari
3. Agonis dan antagonis GnRH
Digunakan untuk menurunkan sekresi testosteron. Dengan Analog
GnRH diberikan secara berlebihan terus menerus untuk menurunkan
sensitivitas dan jumlah reseptor GnRH (down regulation) agar produksi
LH menurun dan produksi testosteron juga menurun. Dan juga untuk
terapi kanker prostat dan
4. Abareliks
Adalah antagonis GnRH yang digunakan untuk mengatasi kanker
prostat, terutama untuk yang telah metastasis ke sumsum tulang
belakang.
Flutamid
Indikasi
O Kanker Prostat
O Kontra Indikasi
O Hipersensitivitas terhadap flutamide atau asetanilida.
Efek samping
O Pada bagian dari sistem endokrin: ginekomastia atau galaktorea.
O Dari sistem pencernaan: mual, muntah, penyakit kuning, diare,
peningkatan transaminase hati.
O Dari metabolisme air-elektrolit: retensi cairan.
O Lain: jarang – sakit kepala, tromboemboli, gangguan fungsi ginjal,
gangguan tidur, perdarahan subkutan, sindrom seperti lupus.
Dosis
O Di dalam 250 mg 3 kali / hari. Frekuensi dan durasi aplikasi
tergantung pada rejimen.
Finasterid
Indikasi
Mengatasi pembesaran prostat jinak pada pria
Efek samping
O Gairah seksual menurun.
O Impotensi.
Dosis
Dosis awal finasteride yang diberikan adalah satu tablet 5mg per hari. Keefektifan obat ini
bisa muncul dalam jangka pendek, tapi obat ini setidaknya akan diresepkan selama enam
bulan.
Dutasterid
Indikasi
untuk mengobati gejala pembesaran prostat (Benign Prostatic Hyperplasia-BPH).
Efek Samping
O Penurunan libido (gairah seks)
O Penurunan jumlah air mani yang dikeluarkan saat berhubungan seks
O Impotensi (kesulitan melakukan atau mempertahankan ereksi)
O Nyeri atau pembesaran payudara.
Dosis
Dutasteride 0,5 mg diminum sekali sehari. Dapat diberikan sebagai monoterapi atau
kombinasi dengan tamsulosin 0,4 mg sekali sehari
E. SEDIAAN / KEMASAN
ESTROGEN
O Estradiol
Dosis Umum
Oral 0,625-1,25 mg
Indikasi
O Perdarahan menstruasi hemoragik
O Kegagalan perkembangan ovarium
O Hirsutisme
O Kanker prostate
Siproteron asetat
Dosis Umum
1 – 2 mg
Indikasi
Terapi hiperseksualitas dan penyimpangan seksual
pria, sebagai terapi tambahan pada terapi kanker
prostat
Flutamid
Dosis Umum
250 mg 3 kali / hari
Indikasi
Mengatasi Kanker Prostat