Anda di halaman 1dari 8

ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA

HORMON ESTROGEN

Disusun Oleh :

Candra Eka Saputra

(F22011)

Pembimbing :
Dr. Singgih
Nugroho

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA

2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhahu wa Ta’ala atas segala
limpahan nikmatnya sehingga makalah ini dapat kami selesaikan. Makalah ini
disusun sebagai tugas presentasi mata kuliah Anatomi Fisiologi Manusia yang
berjudul "Hormon Estrogen".

Sebagai manusia yang jauh dari kesempurnaan, kami menyadari bahwasanya


makalah ini masih jauh dari sempurna. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
siapa saja yang membacanya.

Ucapan terima kasih tak lupa kami sampaikan kepada rekan-rekan yang telah
banyak membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Akhir kata, sekali lagi
penulis menyampaikan ucapan terima kasih.

Surakarta, 2 Desember 2022

Candra Eka Saputra


BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Estrogen merupakan salah satu hormon yang penting dalam kelangsungan


fungsi fisiologis wanita. Estrogen berperan dalam mengatur siklus menstruasi
dan reproduksi hingga berperan dalam modulasi kepadatan tulang dan
transport kolesterol. Estrogen menstimulasi proliferasi sel epitel kelenjar
payudara melalui pengikatan dengan reseptor estrogen dan induksi transkripsi
gen yang dimediasi oleh reseptor estrogen. Proliferasi sel epitel kelenjar
payudara menyebabkan perkembangan lobus, lobulus, dan duktus payudara,
Oleh karena itu, kelfuranganestr gen dalam jumlah besar akan berpengaruh
terhadap penurunan kualitas
hidup wanita.
Defisiensi estrogen dapat mempengaruhi keindahan maupun kesehatan
payudara dan memicu terjadinya gangguan kesehatan alat reproduksi.
Kekurangan estrogen pada wanita menopause dapat menyebabkan hot flashes,
sulit tidur, berkeringat malam, gangguan fungsi seksual, kekeringan vagina,
penyakit kardiovaskular dan kekeroposan tulang. Ketidaknyamanan akibat
defisiensi estrogen biasa diatasi dengan pemberian estrogen dari luar tubuh
yang dikenal sebagai hormon re- placement therapy (HRT), Namun, pemberian
estrogen melalui HRT ini selain mahal juga dapat menimbulkan risiko kanker
payudara dan endometrium. Oleh karena itu, diperlukan suatu altematiflain
yang relatif aman dan murah untuk
BAB II
PEMBAHASAN
Estrogen merupakan hormon yang memiliki fungsi selektif pada reproduksi
wanita serta fungsi fisiologis pada hampir semua jaringan yang ada di tubuh baik
wanita maupun pria . Estrogen bekerja melalui dua reseptor yaitu ERα dan ERβ,
dimana ERα memiliki peran lebih penting untuk regulasi metabolisme tulang.

Defisiensi estrogen merupakan proses biologis dari berakhirnya siklus


menstruasi dikarenakan penurunan hormon estrogen yg dihasilkan oleh ovarium,
yang umumnya terjadi sekitar umur 50 tahun. Kejadian ini dapat disebabkan oleh
menopause ataupun tindakan berupa ovariektomi. Defisiensi estrogen dapat
mengakibatkan terjadinya penurunan hormon paratiroid (PTH) dan penurunan
penyerapan vitamin D sehingga pembentukan tulang akan berkurang dan
terjadinya ketidakseimbangan aktivitas osteoklas dan osteoblas yang dapat
menyebabkan osteoporosis.

Menopause merupakan proses penuaan secara alamiah yang terjadi pada wanita
usia 40- 50 tahun karena aktivitas ovarium menurun sehingga kadar hormon
estrogen dalam tubuh menurun (Harlow et al., 2016). Menurut Hormon estrogen
dapat berikatan dengan reseptor estrogen α (ERα) dan reseptor estrogen β (ERβ)
sehingga memicu proliferasi sel pada endometrium pada saluran reproduksi serta
payudara. Selain itu, estrogen juga berfungsi sebagai antioksidan untuk mencegah
terjadinya stress oksidatif (Cervellati and Bergamini, 2016). Stoicescu (2016)
penurunan hormon estrogen menyebabkan terganggunya saluran reproduksi,
proliferasi sel epitel kelenjar payudara, transport kolesterol serta modulasi
kepadatan tulang.

Gejala menopause yang dialami wanita disebabkan karena rendahnya kadar


estrogen adalah tidak teraturnya menstruasi dan berkurangnya berkurangnya
lubrikasi vagina (Poomalar and Bupathy, 2013). Gejala fisik lainnya yang dialami
wanita menopause adalah panas, keringat berlebihan, osteoporosis, berkurangnya
elastisitas kulit, jantung berdebar dan inkontensia (Poomalar and Bupathy, 2013
dan Doshi and Agarwal, 2013). Keluhan psikis yang muncul saat menopause
adalah mudah tersinggung, lekas marah, depresi dan susah berkonsentrasi
(Bielawska-Batorowicz, 2013).
Salah satu cara untuk mengurangi keluhan akibat menopause adalah dengan
melakukan terapi sulih hormon (TSH) dengan memberikan estrogen sintetik.
Prinsip TSH adalah menggantikan hormon estrogen yang rendah dalam tubuh
dengan hormon estrogen atau kombinasi hormon estrogen dan progesteron
(Yuwono dkk., 2018). Terapi ini tidak digunakan untuk mencegah terjadinya
defisiensi estrogen tetapi hanya untuk mencegah terjadinya resiko yang
diakibatkan oleh defisiensi estrogen, baik jangka pendek maupun jangka panjang
(Wratsangka, 1998).

Terapi sulih hormon (TSH) dengan memberikan estrogen sintetik. penggunaan


estrogen sintetik dalam jangka waktu lama dapat meningkatkan resiko penyakit
kardiovaskuler, kanker payudara dan karsinoma uterus (Stoicescu, 2016 dan
Gambacciani et al., 2018). Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian terhadap
potensi tanaman yang mengandung fitoestrogen sebagai alternatif untuk terapi
sulih hormon. menggantikan HRT, salah satunya adalah dengan menggunakan
fitoestrogen

Fitoestrogen adalah senyawa yang terdapat dalam tumbuhan yang mempunyai


struktur mirip estrogen alami. Fitoestrogen dapat berikatan dengan reseptor
estrogen dan memberikan efek estrogenik diantaranya yaitu memacu
perkembangan sel epitel kelenjar payudara. Penelitian Sultana membuktikan
bahwa ekstrak etanolik kulit pisang kepok (Musa paradisiaca L.) mengandung
senyawa flavonoid myricetin. Myricetin secara in vitro dapat memberikan efek
estrogenic.

Myricetin dapat berikatan dengan reseptor estrogen dan mengaktifkan reseptor


estrogen alfa (ERá) sehingga menstimulasi proliferasi sel epitel payudara MCF-7 .
Aktivasi ERá dapat meningkatkan ekspresi c- Myc yang akan memacu daur sel
sehingga sel dapat berproliferasi sehingga ekstrak etanolik kulit pisang kepok
diduga dapat mempengaruhi perkembangan kelenjar payudara secara in vivo.
Melalui penelitian ini, diperoleh data ilmiah mengenai potensi EKP sebagai
fitoestrogen sehingga dapat dimanfaatkan sebagai agen terapi pengganti hormon
estrogen yang berbasis alam
Efek estrogenik senyawa fitoestrogen dipengaruhi oleh kekuatan ikatan
(afinitas) antara senyawa fitoestrogen dengan reseptor estrogen. Semakin besar
afinitas dan interaksi senyawa fitoestrogen dengan reseptor estro- gen maka
semakin besar pula ekspresi c-Myc dan proliferasi sel. Metode komputasi
menggunakan docking molekuler perlu dilakukan sebagai metode pendekatan
untuk mengetahui kekuatan interaksi antara senyawa flavonoid dalam ekstrak
etanolik kulit buah pisang kepok, yaitu myricetin dengan reseptor estrogen alpha.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

1 Estrogen merupakan hormon yang memiliki fungsi selektif pada reproduksi


wanita (Hamilton dkk., 2017) serta fungsi fisiologis pada hampir semua
jaringan yang ada di tubuh baik wanita maupun pria (Khalid & Krum, 2016)
2 Defisiensi estrogen merupakan proses biologis dari berakhirnya siklus
menstruasi dikarenakan penurunan hormon estrogen yg dihasilkan oleh
ovarium, yang umumnya terjadi sekitar umur 50 tahun.
3 Menopause merupakan proses penuaan secara alamiah yang terjadi pada
wanita usia 40- 50 tahun karena aktivitas ovarium menurun sehingga kadar
hormon estrogen dalam tubuh menurun.
4 Mengurangi keluh akibat menopause adalah dengan melakukan terapi sulih
hormone dengan memberikan ekstrosan sinterik.
DAFTAR PUSTAKA
Harlow, S. D., M. Gass, J.E. Hall, R. Lobo, P. Maki, R.W. Rebar, and STRAW 10 Collaborative
Group. 2012. Executive summary of the stages of reproductive aging workshop + 10: addressing
the unfinished agenda of staging reproductive aging. Menopause, 19(4): 387-395.

Cervellati, C., and C.M. Bergamini. 2016. Oxidative damage and the pathogenesis of menopause
related disturbances and diseases. Clinical Chemistry and Laboratory Medicine, 54(5):739-753.

Stoicescu, M. 2016. Controversial in menopausal hormone replacement therapy. Journal of


Developing Drugs, 5(3):1-3.

Poomalar, G.K., and A. Bupathy. 2013. The quality of life during and after menopause among
rural women. Journal of clinical and diagnostic research, 7(1): 135-139.

Anda mungkin juga menyukai