Disusun oleh:
Kelompok D5 PPDH Periode I Tahun Ajaran 2020/2021
Dosen Pembimbing:
Prof. Drh. Ni Wayan Kurniani Karja, MP, PhD
Definisi
Penyebab
Gejala klinis dari corpus luteum persisten yang dapat diamati adalah tidak
ditemukan tanda birahi pada beberapa siklus estrus hewan (Ratnawati et al 2007).
Kegagalan pertumbuhan folikel menyebabkan ketiadaan hormon estrogen dan
muncul gejala anestrus (Arsyad dan Yudistira 2011).
Predisposisi
Terapi
Menurut Lashari dan Tasawar (2012), tingkat keberhasilan 85% dari 20 ekor
sapi dari semua kasus korpus luteum persisten yang dirawat dengan suntikan
pertama PGF2α mayoritas kembali ke kesuburan normal. Berdasarkan 85% kasus,
menunjukkan bahwa prognosisnya adalah fausta.
Pencegahan
Prevalensi korpus luteum persisten lebih tinggi terjadi pada sapi dengan
metritis, karena gangguan aktivitas luteal dapat mempengaruhi produksi
protagladin (Strüve et al 2013). Pencegahan dan penanganan secara dini pada
metritis akan mencegah persistennya korpus luteum. Pengobatan jangka panjang
dengan obat yang mengganggu jalur prostaglandin (NSAID, glukokortikoid)
(Krueger dan Heuwieser 2009). Penggunaan aspirin akan mencegah sintesis
prostaglandin (Al-Janabi et al 2005). Mengurangi penggunaan obat-obatan seperti
glukokortikoid atau aspirin akan menurunkan probabilitas terjadinya corpus luteum
persisten.
DAFTAR PUSTAKA