Anda di halaman 1dari 35

JURNAL PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK IV

SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS

Disusun oleh:
Febri Nanda Priantiningtias
PKB 2017
17030194007

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2019

Laporan Praktikum Kimia Analitik IV~ Spektrofotometri UV-Vis


1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Spektrofotometri merupakan metode analisa yang berprinsip pada
serapan cahaya monokromatis oleh suatu larutan sampel, dan jumlah
intensitas cahaya monokromatis yang diserap larutan sampel dihubungkan
dengan konsentrasi analit yang terkandung dalam larutan sampel. Menurut
Day & Underwood (2002), spektrofotometer adalah semacam alat ukur
yang tersusun dari sumber spektrum sinar tampak atau tidak tampak yang
sinambung dan monokromatis.
Spektrofotometri UV-Vis adalah metode analisa berdasarkan interaksi
antara radiasi elektromagnetik ultra violet dekat (190-380 nm) dan sinar
tampak (380-780 nm) dengan memakai instrumen spektrofotometer dengan
suatu materi (senyawa). Metode ini berdasarkan penyerapan sinar
ultraviolet maupun sinar tampak yang menyebabkan terjadinya transisi
elektron (Octaviani, Any, & Hari, 2014).
Spektrofotometer dibagi menjadi dua jenis, yaitu spektrofotometer UV
dan Visible atau yang biasa disebut sebagai spektrofotometer sinar tampak.
Spektrofotometri visible disebut juga spektrofotometri sinar tampak.
Spektrofotometri Sinar Tampak (UV-Vis) adalah pengukuran energi cahaya
oleh suatu sistem kimia pada panjang gelombang sekitar 400 nm (ungu)
sampai 750 nm (merah) (Day & Underwood, 2002).
Kelebihan spektrofotometri panjang gelombang yang benar-benar
terseleksi dapat diperoleh dengan bantuan alat pengurai cahaya seperti
prisma suatu spektrofotometer tersususn dari sumber spektrum tampak yang
kontinyu.
Susunan peralatan Spektrofotometer Ultra-violet dan Sinar Tampak
meliputi bagian-bagian sebagai berikut: sumber radiasi/cahaya,
monokromator, sel absorpsi, detektor dan read out (Triyanti, 1985).

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana menentukan pergeseran panjang gelombang untuk
penambahan asam, basa, dan netral?

Laporan Praktikum Kimia Analitik IV~ Spektrofotometri UV-Vis


2
2. Bagaimana menentukan panjang gelombang optimum dengan larutan
konsentrasi terendah?
3. Bagaimana menentukan absorbansi standar?
4. Bagaimana menentukan konsentrasi sampel?

1.3 Tujuan
Tujuan dilakukannya percobaan ini adalah:
1. Dapat menentukan pergeseran panjang gelombang untuk penambahan
asam, basa, dan netral.
2. Dapat menentukan panjang gelombang optimum dengan larutan
konsentrasi terendah.
3. Dapat menentukan absorbansi standar.
4. Dapat menentukan konsentrasi sampel.

Laporan Praktikum Kimia Analitik IV~ Spektrofotometri UV-Vis


3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Spektrofotometer
Spektroskopi UV-Vis adalah teknik analisis spektroskopi yang
menggunakan sumber radiasi elektromegnetik ultraviolet dan sinar tampak
dengan menggunakan instrumen spektrofotometer (Hendayana, 1994).
Spektrofotometer menghasilkan sinar dan spectrum dengan panjang
gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya
yang ditransmisikan atau diabsorbsi. Kebetulan spektrofotometer
dibandingkan dengan fotometer adalah panjang gelombang dari sinar putih
dapat lebih terseleksi dan ini diperoleh dengan alat pengurai seperti prisma,
grating, atau celah optis. Pada fotometer filter dari berbagai warna yang
mempunyai spesifikasi melewatkan trayek panjang gelombang tertentu.
Pada fotometer filter tidak mungkin diperoleh panjang gelombang 30-40
nm. Sedangkan pada spektrofotometer, panjang gelombang yang benar-
benar terseleksi dapat diperoleh dengan bantuan alat pengurai cahaya seperti
prisma. Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum tampak yang
kontinyu, monokromator, sel pengabsorbsi untuk larutan sampel blanko dan
suatu alat untuk mengukur perbedaan absorbsi antara sampel dan blanko
ataupun pembanding (Khopkar, 2010).
Dalam spektrofotometer, terdapat sumber cahaya berupa lampu
(Tungsten, Deutrium atau Wolfram), kolimator untuk memotong sinar yang
menyebar, prisma berfungsi untuk menyeleksi spektrum cahaya atau dapat
juga menggunakan grating atau kisi, cuvet untuk wadah sampel sedangkan
blanko sebagai pembdaning dan detektor cahaya (fotometer) untuk
menangkap cahaya yang ditransmisikan oleh sampel. Cahaya yang diseleksi
oleh prisma atau grating dilewatkan pada sampel dan blangko atau sel
pembdaning kemudian ditangkap oleh fotometer berupa intensitas cahaya.
Perbandingan intensitas cahaya yang melewati sampel dan blanko disebut
sebagai transmitansi cahaya yang disebutkan pada hukum Lambert-Beer
(Khopkar, 2010).

Laporan Praktikum Kimia Analitik IV~ Spektrofotometri UV-Vis


4
2.2 Spektrofotometri UV-Visible
Dalam laboratorium, spektrofotometer sinar tampak (Visible)
digunakan untuk menentukan konsentrasi, panjang gelombang serapan
maksimum(𝜆𝑚𝑎𝑘𝑠) dan nilai absorbansi atau transmitansi sinar pada
mengukur intensitas sampel larutan. Hasil pengukuran menggunakan
spektrofotometer merupakan fungsi absorbansi atau transmitansi terhadap
panjang gelombang sinar (Basset, 1994).
Pada spektrofotometri Uv-Vis, cahaya yang digunakan memiliki
kisaran panjang gelombang (200 – 400) nm untuk sinar ultraviolet dan (400
– 800) nm untuk sinar tampak (visible). Sinar ultraviolet dan sinar tampak
memiliki energi antara (40 - 1,8) eV, kisaran energi tersebut mampu
memindahkan elektron pada kulit terluar ke tingkat energi yang lebih tinggi.
Spektrum panjang gelombang cahaya yang diserap oleh molekul tergantung
pada perbedaan tingkat energi dasar dengan energi tereksitasi molekul,
sehingga spektrum cahaya terserap dapat memberikan informasi mengenai
perbedaan tingkat energi pada molekul. Dalam mekanika kuantum, tingkat
energi suatu molekul sebanding dengan energi radiasi cahaya dalam bentuk
foton yang disebut sebagai energi foton, besarnya tergantung pada panjang
gelombang cahaya (λ) (Afandi, 2018).
Metode yang digunakan pada spektrofotometer disebut
spektrofotometri, yaitu pengukuran besarnya penyerapan sinar pada panjang
gelombang tertentu. Penyerapan sinar terjadi apabila elektron mendapatkan
energi yang cukup untuk berpindah dari keadaan ground state menuju ke
keadaan tereksitasi akibat adanya pancaran radiasi dari sumber sinar dengan
panjang gelombang tertentu (Day & Underwood, 2002).
Prinsip kerja spektrofotometri berdasarkan Hukum Lambert Beer,
bila cahaya monokromatik melewati suatu media, maka sebagian cahaya
tersebut diserap, sebagian dipantulkan, dan sebagian dipancarkan.
Perubahan warna yang terjadi diamati dan intensitas warnanya diamati
dengan spektronik 20 pada panjang gelombang tertentu. Persamaannya
yaitu (Day & Underwood, 2002):
A= - log T = 𝜺. b. c = a. b. c
keterangan:

Laporan Praktikum Kimia Analitik IV~ Spektrofotometri UV-Vis


5
A : absorbansi (serapan cahaya)
𝜀 : absorptivitas (jika konsentrasi dalam mol/L)
a :absorptivitas (jika konsentrasi dalam gram/L)
b : tebal kuvet
c : konsentrasi sampel
Menganalisa menggunakan metode spektrofotometri memiliki
beberapa keuntungan diantaranya (Triyanti, 1985):
- Dapat dipergunakan untuk banyak zat organik dan anorganik.
Adakalanya beberapa zat harus diubah dulu menjadi senyawa berwarna
sebelum dianalisa.
- Selektif.
Pada pemilihan kondisi yang tepat dapat dicari panjang gelombang
untuk zat yang dicari.
- Mempunyai ketelitian yang tinggi, dengan kesalahan relatif sebesar 1%-
3%, tetapi kesalahan ini dapat diperkecil lagi.
- Dapat dilakukan dengan cepat dan tepat.

2.3 Bagian- bagian Spektrofotometri UV-Vis


Secara sederhana Instrumen spektrofotometri yang disebut
spektrofotometer terdiri dari (Sitorus, 2009):
sumber cahaya – monokromator – sel sampel – detektor – read out
(pembaca).

Gambar 1. Komponen Spektrofotometri UV-Vis


Fungsi masing-masing bagian:
1. Sumber sinar polikromatis berfungsi sebagai sumber sinar polikromatis
dengan berbagai macam rentang panjang gelombang. Untuk
sepktrofotometer

Laporan Praktikum Kimia Analitik IV~ Spektrofotometri UV-Vis


6
2. Monokromator berfungsi sebagai penyeleksi panjang gelombang yaitu
mengubah cahaya yang berasal dari sumber sinar polikromatis menjadi
cahaya monaokromatis.

Gambar 2. Prisma cahaya pada monokromator


Pada gambar di atas disebut sebagai pendispersi atau penyebar
cahaya. dengan adanya pendispersi hanya satu jenis cahaya atau cahaya
dengan panjang gelombang tunggal yang mengenai sel sampel. Pada
gambar di atas hanya cahaya hijau yang melewati pintu keluar. Proses
dispersi atau penyebaran cahaya seperti yang tertera pada gambar.
3. Sel sampel berfungsi sebagai tempat meletakan sampel
- pada spektrofotometer UV, VIS dan UV-VIS menggunakan kuvet
sebagai tempat sampel. Kuvet biasanya terbuat dari kuarsa atau gelas,
namun kuvet dari kuarsa yang terbuat dari silika memiliki kualitas yang
lebih baik. Hal ini disebabkan yang terbuat dari kaca dan plastik dapat
menyerap UV sehingga penggunaannya hanya pada spektrofotometer
sinar tampak (VIS). Cuvet biasanya berbentuk persegi panjang dengan
lebar 1 cm.
- pada spektrofotometer IR, untuk sampel cair dan padat (dalam bentuk
pasta) biasanya dioleskan pada dua lempeng natrium klorida. Untuk
sampel dalam bentuk larutan dimasukan ke dalam sel natrium klorida.
Sel ini akan dipecahkan untuk mengambil kembali larutan yang
dianalisis, jika sampel yang dimiliki sangat sedikit dan harganya mahal.
4. Detektor berfungsi menangkap cahaya yang diteruskan dari sampel dan
mengubahnya menjadi arus listrik. Macam-macam detector yaitu
Detektor foto (Photo detector),Photocell, misalnya CdS, Phototube,
Hantaran foto, Dioda foto, Detektor panas

Laporan Praktikum Kimia Analitik IV~ Spektrofotometri UV-Vis


7
5. Read out merupakan suatu sistem baca yang menangkap besarnya
isyarat listrik yang berasal dari detektorAdapun hal-hal yang harus
diperhatikan dalam spektrofotometri adalah :
a. Pada saat pengenceran alat alat pengenceran harus betul-betul
bersih tanpa adanya zat pengotor
b. Dalam penggunaan alat-alat harus betul-betul steril
c. Jumlah zat yang dipakai harus sesuai dengan yang telah ditentukan
d. Dalam penggunaan spektrofotometri uv, sampel harus jernih dan
tidak keruh
e. Dalam penggunaan spektrofotometri uv-vis, sampel harus
berwarna.

2.4 Kelebihan metode analisa spektrofotometri


Kelebihan spektrofotometri dibandingkan fotometer adalah panjang
gelombang dan sinar putih dapat terseleksi dan ini diperoleh dengan alat
pengurai seperti prisma, glatung, ataupun celah optis. Pada spektrofotometri
panjang gelombang yang benar-benar terseleksi dapat diperoleh dengan
bantuan alat pengurai cahaya seperti prisma suatu spektrofotometer
tersususn dari sumber spektrum tampak yang kontinyu. Monokromator sel
pengabsorbsian untuk mengukur perbedaan absorpsi antara sampel dan
blanko ataupun pembanding (Khopkar, 2010).

2.5 Hal- hal yang harus diperhatikan


Ada beberapa yang harus diperhatikan dalam analisis
spektrofotometri UV- VIS terutama untuk senyawa yang semula tidak
berwarna yang akan dianalisis dengan senyawa spektrofotometri visibel
karena senyawa tersebut harus diubah menjadi senyawa yang berwarna
pembentukan molekul yang dianalisis tidak menyerap pada daerah tersebut
(Gandjar, Gholib, & Rohman, 2008). Berikut adalah tahapan-tahapan yang
harus diperhatikan:
a. Pembentukan molekul yang dapat menyerap sinar UV-Vis
Hal ini perlu dilakukan jika senyawa yang dianalisis tidak menyerap pada
daerah tersebut. Cara yang digunakan adalah dengan merubah menjadi
senyawa lain atau direaksikan dengan pereaksi tertentu.

Laporan Praktikum Kimia Analitik IV~ Spektrofotometri UV-Vis


8
b. Waktu operasional (operating time)
Cara ini biasa digunakan untuk pengukuran hasil reaksi atau
pembentukan warna. Tujuannya adalah untuk mengetahui waktu
pengukuran yang stabil.
c. Pemilihan panjang gelombang
Panjang gelombang yang digunakan untuk analisis kuantitatif adalah
panjang gelombang yang mempunyai absorbansi maksimal. Untuk
memilih panjang gelombang maksimal, dilakukan dengan membuat
kurva hubungan antara absorbansi dengan panjang gelombang dari suatu
larutan baku pada konsentrasi tertentu.
d. Pembuatan kurva baku
Dibuat seri larutan baku dari zat yang akan dianalisis dengan berbagai
konsentrasi. Masing-masing absorbansi larutan dengan berbagai
konsentrasi diukur, kemudian dibuat kurva yang merupakan hubungan
antara absorbansi (y) dengan konsentrasi (X).
e. Pembacaan absorbansi sampel atau cuplikan
Absorban yang terbaca pada spektrofotometer hendaknya antara 0,2
sampai 0,8 atau 15% sampai 70% jika dibaca sebagai transmitans.
Anjuran ini berdasarkan anggapan bahwa kesalahan dalam pembacaan T
adalah 0,005 atau 0,5% (kesalahan fotometrik).

2.6 Metil Merah dan Warna Komplementer


Metil merah jika dilarutkan dalam air akan menjadi zwitter ion. Jika
berada dalam suasana asam, senyawa ini berupa HMR akan berwarna merah
dan memiliki 2 bentuk resonansi. Dalam suasana basa, ion akan hilang dan
menjadi anion MR- yang berwarna kuning (Basset, 1994). Metil Merah
(Methyl Red) adalah senyawa organik yang memiliki rumus kimia
C15H15N3O2, senyawa ini banyak dipakai untuk indikator titrasi asam basa.
Indikator ini berwarna merah pada pH dibawah 4,4 dan berwarna kuning
diatas 6,2. Warna transisinya menghasilkan warna jingga (Hendayana,
1994). Berikut ini merupakan struktur dari metil merah:

Laporan Praktikum Kimia Analitik IV~ Spektrofotometri UV-Vis


9
Gambar 3. Struktur metil merah

Suatu zat menjadi berwarna apabila mengabsorpsi beberapa panjang


gelombang dari warna putih. Cahaya yang dipantulkan gelombang ini maka
warna yang terlihat adalah panjang gelombang yang tertinggal, dengan kata
lain warna benda-benda yang terlihat oleh mata bukanlah warna sebenarnya
tetapi warna komplementernya (Basset, 1994).
Warna komplementer merupakan gelombang yang diteruskan ke
mata, panjang gelombang itulah yang akan menentukan warna medium.
Suatu warna dikatakan sebagai warna komplementer apabila cahaya yang
diserap dapat dilihat oleh mata, karena cahaya yang diteruskan dan
diabsorbsi menyusun warna putih aslinya. Serupa pula objek berwarna yang
kedap cahaya menyerap beberapa panjang gelombang dan memantulkan
panjang- panjang gelombang yang lain, bila dikenai cahaya putih. Berikut
merupakan spektrum cahaya tampak dan warna- warna komplementer
disajikan dalam tabel di bawah ini (Day & Underwood, 2002):
Tabel 1. Spektrum cahaya tampak dan warna- warna komplementer
panjang gelombang (nm) Warna Warna komplementer
400-435 Violet Kuning-Hijau
435-480 Biru Kuning
480-490 Hijau-Biru Orange
490-500 Biru-Hijau Merah
500-560 Hijau Violet
560-580 Kuning-Hijau Violet
580-595 Kuning Biru
595-610 Orange Hijau-Biru
610-750 Merah Biru-Hijau

Laporan Praktikum Kimia Analitik IV~ Spektrofotometri UV-Vis


10
BAB III
METOLOGI PENELITIAN

3.1 Alat
1. Spektofotomrter UV-vis 1 buah
2. Labu ukur 10 mL 1 buah
3. Labu ukur 50 mL 1 buah
4. Gelas ukur 10 mL 1 buah
5. Gelas kimia 3 buah
6. Pipet tetes 4 buah
7. Tabung reaksi 5 buah

3.2 Bahan
1. Metil merah 50 ppm 10 ml
2. Aquades secukupnya
3. HCl 0,4 M 2 ml
4. NaOH 0,4 M 2 ml

3.3 Prosedur Percobaan


3.3.1 Pergeseran panjamg gelombang
a. Masukkan 1 mL larutan metil merah 50 ppm ke dalam labu takar
50 mL, encerkan dengan aquades sampai tanda batas. Ukur
absorbansinya pada panjang gelombang 300-600 nm dengan
blangko aquades.
b. Masukkan 1 mL larutan metil merah 50 ppm ke dalam labu takar
50 mL, tambahkan 2 mL HCl 0,4 M, encerkan dengan aquades
sampai tanda batas. Ukur absorbansinya pada panjang
gelombang 300-600 nm dengan blangko akuades.
c. Masukkan 1 mL larutan metil merah 50 ppm ke dalam labu takar
50 mL, tambahkan 2 mL NaOH 0,4 M, encerkan dengan aquades
sampai tanda batas. Ukur absorbansinya pada panjang
gelombang 300-600 nm dengan blangko akuades.
d. Tentukan panjang gelombang optimum metil merah dalam
suasana asam, basa dan netral.

Laporan Praktikum Kimia Analitik IV~ Spektrofotometri UV-Vis


11
3.3.2 Penentuan panjang gelombang optimum dengan larutan konsentarsi
terendah
Masukkan larutan standar dengan konsentrasi terendah ke
dalam kuvet. Ukur absorbansi larutan pada panjang gelombang 300-
600 nm. Buatlah kurva serapan (A vs 𝜆). Tentukan panjang
gelombang optimum larutan.
3.3.3 Penentuan absorbansi standar
- Pembuatan larutan standar
Masukkan larutan baku metil merah 50 ppm ke dalam labu
takar 50 ml, encerkan secara bertingkat untuk membuat larutan
standar 10 ppm, 7 ppm, 5ppm, 3 ppm, dan 1 ppm dengan
menggunakan aquades sampai tanda batas.
- Penentuan kurva standar
Masukkan larutan standar dimulai dengan konsentrasi
terendah ke dalam kuvet. Lakukan pengukuran absorbansi
menggunakan panjang gelombang optimum. Lakukan langkah
(1) dan (2) untuk setiap konsentrasi larutan standar. Buatalah
kurva serapan (A vs C) Tentukan persamaan kurvanya
3.3.4 Penentuan konsentrasi sampel
Masukkan larutan sampel metil merah dengan konsentrasi
tertentu ke dalam kuvet. Lakukan pengukuran absorbansi
menggunakan panjang gelombang optimum. Catat absorbansinya.
Hitung konsentrasi larutan metil merah menggunakan persamaan
kurva kalibrasi.

Laporan Praktikum Kimia Analitik IV~ Spektrofotometri UV-Vis


12
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


No. Hasil Pengamatan
Alur Percobaan Dugaan Reaksi Kesimpulan
Perc Sebelum Sesudah
1. 1. Penentuan pergeseran panjang - Aquades cairan - Larutan netral + - C15H15N3O2 (aq) + - Pada metal
gelobang dengan penambahan asam, tidak berwarna aquades → larutan H2O (l) → C15H15N3O2 merah suasana
basa, dan netral
A. Netral - Larutan netral berwarna jingga (aq) netral
1 mL larutan metil merah 50 ppm berwarna jingga - Nilai Absorbansi = didapatkan
0,111 pada panjang panjang
1. Dimasukkan labu ukur 50 mL
gelombang gelombang
2. Diencerkan dengan aquades
hingga tanda batas maksimum 421,80 maksimum
3. Diukur absorbansinya pada 421,80
panjang gelombang 300 – 600
nm dengan blanko aquades. - Pada suasana
asam adalah
Absorbansi
panjang
gelombang
maksimumnya
521,80
- Pada suasana
basa adalah

Laporan Praktikum Kimia Analitik IV~ Spektrofotometri UV-Vis


13
B. Asam - Larutan metal - Nilai absorbansi = - HCl(aq) + panjang
merah berwarna 0,261 dengan panjang C15H15N3O2 (aq) → gelombang
1 mL larutan metil merah 50 ppm
jingga (++) gelombang 521,80 ClC15H14N3O2 (aq) + maksimumnya

1. Dimasukkan labu ukur 50 mL - Larutan HCl H2(l) 425


2. Ditambahkan 2 ml HCl 0,4 N tidak berwarna
3. Diencerkan dengan aquades
- Cairan aquades
hingga tanda batas
4. Diukur absorbansinya pada tidak berwarna
panjang gelombang 300 – 600
nm dengan blanko aquades.
Absorbansi

Laporan Praktikum Kimia Analitik IV~ Spektrofotometri UV-Vis


14
C. Basa - Larutan metal - Nilai absorbansi - NaOH(aq) +
merah berwarna sebesar 0,116 dengan C15H15N3O2 (aq) →
1 mL larutan metil merah 50 ppm jingga (++) panjang gelombang H2O(l) +
- Larutan NaOH 425 NaC15H14N3O2 (aq)
2. Dimasukkan labu ukur 50 mL
3. Ditambahkan 2 ml NaOH 0,4 N tidak berwarna
4. Diencerkan dengan aquades - Aquades cairan
hingga tanda batas
tidak berwarna
5. Diukur absorbansinya pada
panjang gelombang 300 – 600
nm dengan blanko aquades.
Absorbansi

Laporan Praktikum Kimia Analitik IV~ Spektrofotometri UV-Vis


15
2. Penentuan panjang gelombang optimum - Larutan - Nilai panjang Panjang
dengan larutan konsentrasi terendah
konsentrasi gelombang maksimum gelombang
Larutan dengan konsentrasi terendah rendah = larutan = 427,00 dengan nilai optimum adalah
metil merah absorbansi sebesar 427,00
1. Diukur absorbansinya pada panjang konsentrasi 1 0,0822
gelombang 300 – 600 nm dengan
blanko aquades. ppm berwarna

Absorbansi jingga

2. Dibuat kurva serapan (AVS ℷ)


3. Ditentukan 𝜆 optimum

𝜆 Optimum

Laporan Praktikum Kimia Analitik IV~ Spektrofotometri UV-Vis


16
3. a. Pembuatan larutan baku dan Larutan Standar Konsentrasi - Persamaan
penentuan absorbansi sampel - 10 ppm = larutan - Panjang gelombang kurva standar
Larutan baku metil merah 50 ppm
berwarna jingga optimum = 427 nm yang
(+++++) - 1 ppm = A = 0,074 dihasilkan
1. Dilakukan pengenceran untuk
membuat larutan standar - 7 ppm = larutan - 3 ppm = A = 0,236 adalah y =
konsentrasi 1, 3, 5, 7, dan 10 berwarna jingga - 5 ppm = A = 0,389 0,0819x –
ppm.
(++++) - 7 ppm = A = 0,561 0,0115 dengan

Larutan standar konsentrasi - 5 ppm = larutan - 10 ppm = A = 0,811 Regresi =


1, 3, 5, 7, dan 10 ppm. berwarna jingga 0,997
(+++)
2. Diukur absorbansinya pada - 3 ppm = larutan
panjang gelombang optimum berwarna jingga
yaitu 427 nm
(++)
Absorbansi standar (1, 3, 5, 7, 10) - 1 ppm = larutan
ppm
berwarna jingga
(++)

Laporan Praktikum Kimia Analitik IV~ Spektrofotometri UV-Vis


17
4. Penentuan Konsentrasi Sampel - Larutan metil - Larutan standar Konsentrasi
merah adalah konsentrasi: larutan standar
10 ml larutan metil merah dengan
larutan berwarna ppm Larutan adalah
konsentrasi tertentu ( 3ppm 10 ml
dalam 50 ml labu ukur) jingga (++) berwarna 1,2,5,7,10 ppm
- Larutan metil 10 Jingga
1. Dibuat spektrum sampel
merah setelah (+++++)
2. Dicatat absorbansinya
pengenceran 7 Jingga (++++)
Absorbansi adalah larutan 5 Jingga (+++)
3. Dihitung konsentrasi berwarna jingga 3 Jingga (++)
menggunakan persamaan (+) 1 Jingga (+)
kurva standar yang telah
dibuat sebelumnya
Konsentrasi Sampel

Laporan Praktikum Kimia Analitik IV~ Spektrofotometri UV-Vis


18
- Larutan metil - Konsentrasi Konsentrasi
merah adalah larutan sampel = sampel hasil
larutan 0,6193 dengan perhitungan
berwarna merah absorbansi 0,0497 adalah 0,747
jingga (++) ppm.

Laporan Praktikum Kimia Analitik IV~ Spektrofotometri UV-Vis


19
4.2 Analisis dan Pembahasan
Pada percobaan yang berjudul “Spektrofotometri UV-Vis”
dikelompokkan menjadi 4 sub-judul, yaitu: penentuan pergeseran panjang
gelombang, penentuan panjang gelombang optimum dengan larutan
konsentrasi terendah, penentuan absorbansi standar, dan penenuan konsentrasi
sampel. Sampel yang digunakan dalam percobaan ini adalah metil merah.
Spektrofotometri UV-Vis merupakan metode analisis kualitatif &
kuantitatif yang metode analisa berdasarkan interaksi antara radiasi
elektromagnetik, dimana penyerapan radiasi elektromagnetik oleh suatu analit
menyebabkan terjadinya transisi elektron (Octaviani, Any, & Hari, 2014).
Prinsip kerja spektrofotometri UV-Vis didasarkan pada serapan radiasi
elektromagnetik pada panjang gelombang tertentu, dimana jumlah intensitas
radiasi elektromagnetik yang diserap oleh larutan dihubungkan dengan
konsentrasi analit dalam larutan sampel. Langkah- langkah percobaan pada
masing- masing sub-judul sebagai berikut:
1. Penentuan pergeseran panjang gelombang
Pada percobaan ini bertujuan untuk menentukan pergeseran panjang
gelombang optimum metil merah pada suasana netral, asam, dan basa.
a. Suasana Netral
Langkah pertama yang dilakukan adalah menyiapkan 1 ml larutan
metil merah 50 ppm berupa larutan homogen berwarna merah dimasukkan ke
dalam labu ukur 50 ml. ditambahkan aquades tidak berwarna sampai tanda
batas kemudian dikocok hingga homogen. Setelah homogen, larutan berubah
menjadi berwarna jingga. Fungsi dari penambahan aquades adalah untuk
mengencerkan larutan metil merah agar larutan tidak terlalu pekat. Jika larutan
terlalu pekat akan mengganggu proses pembacaan absorbansi, dimana ketika
larutan sampel terlalu pekat spektrofotometri akan mengasumsikan bahwa
warna komplementer suatu larutan akan menyerap semua radiasi
elektromagnetik yang dipancarkan dan tidak ada radiasi elektromagnetik yang
diteruskan, sehingga menghambat proses pembacaan absorbansi suatu analit.
Kemudian diukur panjang gelombangnya pada rentang 300-600 nm. Alasan
menggunakan rentang panjang gelombang 300-600 nm karena warna jingga

Laporan Praktikum Kimia Analitik IV~ Spektrofotometri UV-Vis


20
larutan hasil pengencerah berada pada rentang panjang gelombang 300-600
nm. Hasil pengukuran, menunjukkan nilai panjang gelombang optimum
larutan metil merah dalam suasana basa adalah 421,80 nm dengan absorbansi
sebesar 0,111.
Reaksi yang terjadi pada percobaan ini adalah:

Gambar 4. reaksi metil merah dengan aquades


b. Suasana Asam
Langkah pertama yang dilakukan adalah menyiapkan 1 ml larutan
metil merah 50 ppm berupa larutan homogen berwarna merah dimasukkan ke
dalam labu ukur 50 ml. ditambahkan 2 ml HCl 0,4 M berupa larutan tidak
berwarna. setelah penambahan HCl, larutan menjadi berwarna merah muda,
kemudian ditambahkan aquades tidak berwarna sampai tanda batas kemudian
dikocok hingga homogen. Setelah homogen, larutan berubah menjadi berwarna
jingga. Fungsi dari penambahan aquades adalah untuk mengencerkan larutan
metil merah agar larutan tidak terlalu pekat. Jika larutan terlalu pekat akan
mengganggu proses pembacaan absorbansi, dimana ketika larutan sampel
terlalu pekat spektrofotometri akan mengasumsikan bahwa warna
komplementer suatu larutan akan menyerap semua radiasi elektromagnetik
yang dipancarkan dan tidak ada radiasi elektromagnetik yang diteruskan,
sehingga menghambat proses pembacaan absorbansi suatu analit. Fungsi
penambahan HCl adalah untuk memberikan suasana asam. Akibat pemberian
asam ini membuat ion H+ pada gugus asetat terlepas kemudian mengikat ion
Cl-. Reaksinya sebagai berikut:

Gambar 5. Reaksi metil merah dengan HCl

Laporan Praktikum Kimia Analitik IV~ Spektrofotometri UV-Vis


21
Kemudian diukur panjang gelombangnya pada rentang 300-600 nm.
Alasan menggunakan rentang panjang gelombang 300-600 nm karena warna
jingga larutan hasil pengencerah berada pada rentang panjang gelombang 300-
600 nm. Hasil pengukuran, menunjukkan nilai panjang gelombang optimum
larutan metil merah dalam suasana asam adalah 521,80 nm dengan absorbansi
sebesar 0,261.
b. Suasana Basa
Langkah pertama yang dilakukan adalah menyiapkan 1 ml larutan
metil merah 50 ppm berupa larutan homogen berwarna merah dimasukkan ke
dalam labu ukur 50 ml. ditambahkan 2 ml NaOH 0,4 M berupa larutan tidak
berwarna. setelah penambahan HCl, larutan menjadi berwarna kuning,
kemudian ditambahkan aquades tidak berwarna sampai tanda batas kemudian
dikocok hingga homogen. Setelah homogen, larutan berubah menjadi berwarna
jingga. Fungsi dari penambahan aquades adalah untuk mengencerkan larutan
metil merah agar larutan tidak terlalu pekat. Jika larutan terlalu pekat akan
mengganggu proses pembacaan absorbansi, dimana ketika larutan sampel
terlalu pekat spektrofotometri akan mengasumsikan bahwa warna
komplementer suatu larutan akan menyerap semua radiasi elektromagnetik
yang dipancarkan dan tidak ada radiasi elektromagnetik yang diteruskan,
sehingga menghambat proses pembacaan absorbansi suatu analit. Fungsi
penambahan NaOH adalah untuk memberikan suasana basa. Akibat pemberian
basa ini membuat ion H+ pada gugus asetat terlepas kemudian mengikat ion
Na+. Reaksinya sebagai berikut:

Gambar 6. Reaksi metil merah dengan NaOH


Kemudian diukur panjang gelombangnya pada rentang 300-600 nm.
Alasan menggunakan rentang panjang gelombang 300-600 nm karena warna
jingga larutan hasil pengencerah berada pada rentang panjang gelombang 300-
600 nm. Hasil pengukuran, menunjukkan nilai panjang gelombang optimum

Laporan Praktikum Kimia Analitik IV~ Spektrofotometri UV-Vis


22
larutan metil merah dalam suasana asam adalah 425 nm dengan absorbansi
sebesar 0,116.
Perubahan panjang gelombang optimum metil merah dalam suasana
netral, asam, dan basa hasil pengukuran disajikan dalam tabel berikut ini.
Tabel 2. Panjang gelombang metil merah dalam suasana netral, asam, basa
Panjang gelombang
Suasana Absorbansi
optimum (nm)
Netral 0,111 421,80
Asam 0,261 521,80
basa 0,116 425

 Metil merah suasana netral menjadi suasana asam mengalami pergeseran


panjang gelombang batokromik, dimana panjang gelombang optimum
bergeser ke yang lebih tinggi diakibatkan subtitusi suatu auksokrom. Yang
bertindak sebagai auksokrom pada suasana adalah ion Cl- dari HCl.
Hal ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa metil merah
berwarna merah pada pH dibawah 4,4 dan berwarna kuning diatas 6,2.
Warna transisinya menghasilkan warna jingga (Hendayana, 1994). Dimana
pada pH asam berwarna merah muda terletak pada rentang panjang
gelombang warna komplementer merah dan violet yaitu: 490-500 nm dan
500-560 nm (Day & Underwood, 2002).
 Metil merah suasana netral menjadi suasana basa seharusnya mengalami
pergeseran panjang gelombang hipsokromik, dimana panjang gelombang
optimum bergeser ke yang lebih rendah diakibatkan subtitusi suatu
auksokrom. Yang bertindak sebagai auksokrom pada suasana adalah ion
OH- dari NaOH. Sedangkan pada hasil percobaan, panjang gelombang metil
merah dalam suasana netral ke basa tetap mengalami kenaikan. Hal ini
disebabkan oleh adanya kontaminan pada kuvet yang kurang bersih dan
kurang merata ketika mencucinya.

Laporan Praktikum Kimia Analitik IV~ Spektrofotometri UV-Vis


23
2. Penentuan panjang gelombang optimum dengan larutan konsentrasi
terendah
Tujuan dari percobaan ini adalah menentukan panjang gelombang optimum
dengan larutan konsentrasi terendah. Langkah percobaan yang harus
dilakukan adalah: memasukkan larutan standar 1 ppm berwarna jingga (+)
ke dalam kuvet . kemudian diukur absorbansinya pada rentang panjang
gelombang 300-600 nm. Panjang gelombang optimum hasil pengukuran
adalah 427 nm dengan absorbansi sebesar 0,0822.

3. Penentuan absorbansi standar


Pada percobaan ini bertujuan untuk menentukan absorbansilarutan
standar, sehingga didapatkan persamaan kurva standar. Langkah pertama
yang harus dilakukan adalah membuat larutan standar dengan konsentrasi 1
ppm, 3 ppm, 5 ppm, 7 ppm, dan 10 ppm dengan cara memasukkan larutan
metil merah 50 ppm ke dalam labu ukur 50 ml, diencerkan dengan aquades
sampai tanda batas menggunakan prosedur pengenceran bertingkat.
Pengenceran tersebut dihasilkan larutan metil merah berwarna jingga
dengan gradasi warna berbeda, dapat disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 3. Gradasi warna larutan standar metil merah dalam berbagai
konsentrasi
Konsentrasi metil Gradasi Warna
merah (ppm) Jingga
10 Jingga (+++++)
7 Jingga (++++)
5 Jingga (+++)
3 Jingga (++)
1 Jingga (+)
Kemudian, diukur absorbansinya pada panjang gelombang optimum
hasil pengukuran, yaitu 427 nm secara berurutan. Hasil absorbansi setiap
konsentrasi dapat disajikan dalam tabel berikut:

Laporan Praktikum Kimia Analitik IV~ Spektrofotometri UV-Vis


24
Tabel 4. Nilai absorbansi larutan standar

Konsentrasi standar (ppm) Absorbansi


1 0,074
3 0,236
5 0,389
7 0,561
10 0,811
Dari data tersebut, kemudian diplotkan pada diagram cartesius seperti
berikut:

Grafik 1. Perbandingan Absorbansi Vs Konsentrasi

Konsentrasi Vs Absorbansi
0,9
0,8 y = 0,0819x - 0,0115
0,7 R² = 0,9997
absorbansi

0,6
0,5
0,4
0,3
0,2
0,1
0
0 2 4 6 8 10 12
konsentrasi

Dari grafik dapat diketahui persamaan y= 0,0819x - 0,0115 dengan R² =


0,9997. Nilai R2 mendekati 1 dan berbentuk linear artinya kurva standar
dapat dikatakan akurat jika digunakan sebagai pedoman perhitungan
konsentrasi sampel. Grafik yang dihasilkan bisa dikategorikan memenuhi
hukum Lambert Beer.

4. Penentuan Konsentrasi Sampel


Tujuan dari percobaan ini adalah menentukan konsentrasi sampel.
Langkah percobaannya adalah: masukkan 10 ml larutan standar 3 ppm
berwarna jingga ke dalam labu ukur 50 ml. Kemudian ditambahkan aquades
sampai tanda batas dan dikocok hingga homogen. Reaksi yang terjadi pada
percobaan ini adalah:

Laporan Praktikum Kimia Analitik IV~ Spektrofotometri UV-Vis


25
Gambar 7. Reaksi metil merah dengan aquades
Selanjutnya diukur absorbansinya. Absorbansi hasil pengukuran
sebesar 0,0497. Nilai absorbansi tersebut digunakan untuk menentukan
konsentrasi sampel dengan cara mensubtitusi nilai absorbansi sampel ke
dalam persamaan kurva y= 0,0819x - 0,0115. Berikut perhitungannya:
y = 0,0819x - 0,0115
0,0497 = 0,0819x - 0,0115

0,0612 = 0,0819x

0,0612
x = 0,0819

x = 0,747 ppm

hasil perhitungan tersebut tidak sesuai dengan perhitungan awal berikut:

10 ml larutan standar 3 pm dimasukkan dalam labu ukur 50 ml

M1 x V1 = M2 x V2

3 ppm x 10 ml = M2 x 50 ml

3 𝑝𝑝𝑚 ×10 𝑚𝑙
M2 = 50 𝑚𝑙

M2 = 0,6 ppm

Ketidaksesuaian tersebut kemungkinan disebabkan oleh beberapa hal, yaitu:


1. Ketidakakuratan ketika pengenceran sehingga menyebabkan
konsentrasi yang diharapkan (hasil perhitungan awal) dengan
konsentrasi larutan yang telah dibuat dan diukur.
2. Kuvet terkontaminasi zat pengotor lain sehingga dapat mempengaruhi
asorbansi sampel.

Laporan Praktikum Kimia Analitik IV~ Spektrofotometri UV-Vis


26
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Pada metil merah suasana netral didapatkan panjang gelombang maksimum
421,80, Pada suasana asam adalah panjang gelombang maksimumnya
521,80, Panjang gelombang optimum adalah 427,00.
2. Dari suasana netral ke asam merupakan pergeseran Batokromik, sedangkan
dari netral ke basa merupakan pergeseran hipsokromik. Namun hasil
percobaan pada metil merah suasana netral ke suasana basa tetap mengalami
hipsokromik. Hal ini disebabkan adanya kontaminan metil merah suasana
asam pada kuvet yang digunakan untuk mengukur absorbansi sampel.
3. Persamaan kurva standar yang dihasilkan adalah y = 0,0819x – 0,0115
dengan Regresi = 0,997
4. Konsentrasi larutan standar adalah 1,2,5,7,10 ppm
5. Konsentrasi sampel hasil perhitungan adalah 0,747 ppm.

5.2 Saran
1. Praktikan diharapkan lebih teliti dalam pengambilan suatu bahan jika
akan melakukan analisis secara kuantitatif agar data yang diperoleh lebih
akurat.
2. Instrumen spektrofotometri diharapkan segera diperbaiki jika ada
kerusakan salah satu komponen.

Laporan Praktikum Kimia Analitik IV~ Spektrofotometri UV-Vis


27
DAFTAR PUSTAKA

Afandi, R. (2018). Spektrofotometer Cahaya Tampak Sederhana untuk Menentukan


Panjang Gelombang Serapan Maksimum Larutan Fe(SCN)3 dan CuSO4.
Skripsi. tidak diterbitkan. Program Studi Fisika, Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Yogyakarta: Yogyakarta.

Basset, J. (1994). Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta: EGC.

Day, R. A., & Underwood, A. L. (2002). Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam.
Jakarta: Erlangga.

Gandjar, Gholib, I., & Rohman, A. (2008). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta:
Pustaka Belajar.

Hendayana, S. (1994). Kimia Analitik Instrumen. Semarang: IKIP Semarang Press.

Khopkar, S. M. (2010). Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press.

Octaviani, T., Any, G., & Hari, S. (2014). Penetapan Kadar B-karoten pada
Beberapa Jenis Cabe (Genus capsicum) dengan Metode Spectrofotometri
Tampak. Jurnal Pharmaciana, Vol. 4(2).

Sitorus, M. (2009). Spektroskopi Elusidasi Struktur Molekul Organik Edisi


Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Triyanti, E. (1985). Spektrofotometer Ultra-Violet dan Sinar Tampak serta


Aplikasinya dalam Oseanologi. Jurnal Oseana, Vol. 10, No. 1, 39-47.

Laporan Praktikum Kimia Analitik IV~ Spektrofotometri UV-Vis


28
LAMPIRAN

1. ALUR PENELITIAN
- Penentuan pergeseran panjang gelobang dengan penambahan asam, basa,
dan netral
Netral

1 mL larutan metil merah 50 ppm

1. Dimasukkan labu ukur 50 mL


2. Diencerkan dengan aquades hingga tanda batas
3. Diukur absorbansinya pada panjang gelombang 300 –
600 nm dengan blanko aquades.

Absorbansi

Asam

1 mL larutan metil merah 50 ppm

1. Dimasukkan labu ukur 50 mL


2. Ditambahkan 2 ml HCl 0,4 N
3. Diencerkan dengan aquades hingga tanda batas
4. Diukur absorbansinya pada panjang gelombang 300 – 600
nm dengan blanko aquades.
Absorbansi

Basa

1 mL larutan metil merah 50 ppm

1. Dimasukkan labu ukur 50 mL


2. Ditambahkan 2 ml NaOH 0,4 N
3. Diencerkan dengan aquades hingga tanda batas
4. Diukur absorbansinya pada panjang gelombang 300 – 600
nm dengan blanko aquades.

Absorbansi

Laporan Praktikum Kimia Analitik IV~ Spektrofotometri UV-Vis


29
- Penentuan panjang gelombang optimum dengan larutan konsentrasi
terendah

Larutan dengan konsentrasi terendah

1. Diukur absorbansinya pada panjang


gelombang 300 – 600 nm dengan blanko
aquades.
Absorbansi

2. Dibuat kurva serapan (AVS ℷ)


3. Ditentukan 𝜆 optimum

𝜆 Optimum

- Penentuan Konsentrasi Sampel


a. Pembuatan larutan baku

Larutan baku metil merah 50 ppm

2. Dilakukan pengenceran untuk membuat


larutan standar konsentrasi 1, 3, 5, 7, dan 10
ppm.

Larutan standar konsentrasi 1, 3, 5, 7, dan


10 ppm.

2. Diukur absorbansinya pada panjang


gelombang optimum yaitu 427 nm

Absorbansi standar (1, 3, 5, 7, 10) ppm

Laporan Praktikum Kimia Analitik IV~ Spektrofotometri UV-Vis


30
- Penentuan konsentrasi sampel

10 ml larutan metil merah dengan konsentrasi tertentu ( 3ppm 10


ml dalam 50 ml labu ukur)

1. Dibuat spektrum sampel


2. Dicatat absorbansinya

Absorbansi

3. Dihitung konsentrasi menggunakan persamaan kurva


standar yang telah dibuat sebelumnya

Konsentrasi Sampel

2. DOKUMENTASI FOTO
No Gambar Keterangan
1 Alat yang
digunakan

2 Pengambilan
metil merah
10mL

Laporan Praktikum Kimia Analitik IV~ Spektrofotometri UV-Vis


31
No Gambar Keterangan
3 Metil merah
10 ml +
NaOH

4 Metil merah
10 mL + HCl

5 Metil Merah
10mL

Laporan Praktikum Kimia Analitik IV~ Spektrofotometri UV-Vis


32
No Gambar Keterangan
6 Hasil
pengenceran
dari kiri ke
kanan
- metil
merah +
NaOH +
H2O
- metil
merah +
HCl+ H2O
- metil
merah +
H2O
7 Pengenceran
10 ppm

8 Hasil
pengenceran
bertingkat dari
kiri ke kanan
1ppm, 3ppm,
5ppm, 7ppm,
10ppm.

Laporan Praktikum Kimia Analitik IV~ Spektrofotometri UV-Vis


33
3. PERHITUNGAN
Larutan standar metil merah 50 ppm

 10 ppm 50 ml
𝑀1 × 𝑉1 = 𝑀2 × 𝑉2
50 𝑝𝑝𝑚 × 𝑉1 = 10 𝑝𝑝𝑚 × 50 𝑚𝑙
10 𝑝𝑝𝑚 × 50 𝑚𝑙
𝑉1 =
50 𝑝𝑝𝑚
𝑉1 = 10 𝑚𝑙
 7 ppm 50 ml
𝑀1 × 𝑉1 = 𝑀2 × 𝑉2
10 𝑝𝑝𝑚 × 𝑉1 = 7 𝑝𝑝𝑚 × 50 𝑚𝑙
7 𝑝𝑝𝑚 × 50 𝑚𝑙
𝑉1 =
10 𝑝𝑝𝑚
𝑉1 = 35 𝑚𝑙
 5 ppm 50 ml
𝑀1 × 𝑉1 = 𝑀2 × 𝑉2
7 𝑝𝑝𝑚 × 𝑉1 = 5 𝑝𝑝𝑚 × 50 𝑚𝑙
5 𝑝𝑝𝑚 × 50 𝑚𝑙
𝑉1 =
7 𝑝𝑝𝑚
𝑉1 = 35,7 𝑚𝑙
 3 ppm 50 ml
𝑀1 × 𝑉1 = 𝑀2 × 𝑉2
5 𝑝𝑝𝑚 × 𝑉1 = 3 𝑝𝑝𝑚 × 50 𝑚𝑙
3 𝑝𝑝𝑚 × 50 𝑚𝑙
𝑉1 =
5 𝑝𝑝𝑚
𝑉1 = 30 𝑚𝑙
 1 ppm 50 ml
𝑀1 × 𝑉1 = 𝑀2 × 𝑉2
3 𝑝𝑝𝑚 × 𝑉1 = 1 𝑝𝑝𝑚 × 50 𝑚𝑙
1 𝑝𝑝𝑚 × 50 𝑚𝑙
𝑉1 =
3 𝑝𝑝𝑚

Laporan Praktikum Kimia Analitik IV~ Spektrofotometri UV-Vis


34
𝑉1 = 16,67 𝑚𝑙
 Konsentrasi Sampel

Konsentrasi standar (ppm) Absorbansi


1 0,074
3 0,236
5 0,389
7 0,561
10 0,811
Sampel 0,0497

Konsentrasi Vs Absorbansi
0,9
y = 0,0819x - 0,0115
0,8
R² = 0,9997
0,7
0,6
absorbansi

0,5
0,4
0,3
0,2
0,1
0
0 2 4 6 8 10 12
konsentrasi

Konsentrasi sampel:
y = 0,0819x - 0,0115
0,0497 = 0,0819x - 0,0115
0,0612 = 0,0819x
0,0612
x = 0,0819

x = 0,747 𝑝𝑝𝑚

Laporan Praktikum Kimia Analitik IV~ Spektrofotometri UV-Vis


35

Anda mungkin juga menyukai