Anda di halaman 1dari 14

4.

2 INPIT DRILL

Inpit drill (pemboran) merupakan kegiatan yang dilakukan PT ANTAM Tbk. UBPN Sultra
pada area yang telah dilakukan tahap development. Tahap development ini meliputi land clearing,
pengupasan overburden sehingga yang didapatkan hanya lapisan limonit dan saprolit, yang
menyebabkan kedalaman pada pemboran inpit drill relative dangkal.

Unit inpit drill memiliki target per harinya minimal 13 meter/hari dari total setiap lubang bor
dengan jarak interval sekitar 12.5 meter. Kegiatan ini dilakukan di Bukit Strada ( Tambang Utara)
pada tanggal 26 Maret 2018.
Adapun tujuan dilakukannya inpit driil adalah sebagai berikut :
1. Memperoleh sample Ore
2. Mengetahui litologi batuan
3. Mengetahui zona ketebalan yang ada
4. Mengetahui potensi ore yang berada di area tersebut
5. Untuk meminimalisir anomaly yang terjadi

4.2.1. MEKANISME PEMBORAN

Kegiatan pemboran berlokasi di Bukit Strada (Tambang Utara) dengan letak pemboran
yang dilakukan secara vertikal karena kondisi medan relatif datar. Mekanisme gerak alat yang
digunakan adalah rotary drilling. Akan tetapi, metode yang digunakan masih manual yakni
menggunakan steer atau tenaga manusia dan pada saat pemboran air sangat dibutuhkan dengan
berbagai fungsi sebagai berikut.
1. Melunakkan tanah
2. Agar mata bor tidak tumpul
3. Sebagai pendingin mata bor akibat dari gesekan batuan.

4.2.2 PERALATAN INPIT DRILL (PEMBORAN)


Adapun alat-alat yang digunakan pada pemboran sebagai berikut :
1. Mesin
Mesin digunakan sebagai sumber tenaga pemboran pada saat running dengan tipe alat TF
105MR-di jenis Yanmar 8.5 Hp dan menggunakan bahan bakar solar.

Gambar 4.2.1

2. Spindel

Spindel berfungsi sebagai tempat duduk batang bor, dimana batang bor tersebut siap untuk
dimasukkan ke dalam lubang bor.

Gambar 4.2.2

3. Steer
Steer berfungsi untuk menaikkan dan menurunkan batang bor pada saat running, dimana
steer ini digunakan secara manual atau tenaga manusia.

Gambar 4.2.3

4. Jaw Chuck
Jaw chuck berfungsi untuk membuka dan mengunci batang axl saat running.

Gambar 4.2.4

5. Kunci Chuck
Kunci chuck berfungsi untuk membuka dan mengunci Jawa chuck.
Gambar 4.2.5

6. Body Protector
Body protector merupakan satu set alat yang berfungsi sebagai alat yang dapat membantu
mengeluarkan core dalam tube setelah pengeboran, biasanya alat ini digunakan saat proses
penumbukan.

Gambar 4.2.6

7. Tube
Tube merupakan batang untuk mengambil dan menyimpan core saat running.
Gambar 4.2.7
8. Batang AXL
Batang axl berfungsi sebagai alat yang dapat membantu bit agar memperoleh core yang
ingin dicapai pada jarak kedalaman tertentu.

Gambar 4.2.8

9. Mata Bor (Bit)


Mata bor berfungsi sebagai penetrasi dalam kegiatan pemboran. Jenis mata bor yang
digunakan adalah widya (orthoclase) dengan skala mohs 6.

Gambar 4.2.9
10. Sub
Sub berfungsi sebagai alat bantu yang dapat dihubungkan antara tube dan batang AXL.

Gambar 4.2.10
11. Pin
Pin berfungsi sebagai alat penghubung antar batang AXL.

Gambar 4.2.11

12. Kunci Pipa


Kunci pipa berfungsi sebagai alat bantu untuk melepaskan dan memasang batang bor dan
tube kunci pipa.
Gambar 4.2.12
13. Tripot
Tripot berfungsi sebagai penyangga mesin bor.

Gambar 4.2.13.

14. Hosting
Hosting berfungsi sebagai penyambung batang AXL saat ditarik dengan menggunakan
wareline.
Gambar 4.2.14

15. Wareline
Wareline berfungsi untuk menaikkan dan menurunkan batang AXL.

Gambar 4.2.15

16. Core Box


Core box berfungsi sebagai wadah penyimpanan core sementara sebelum dilakukan
preparasi sampel dengan data kemajuan dan kedalaman yang dicapai.
Gambar 4.2.16

Adapun alat – alat pendukung atau tambahan yang digunakan pada pemboran sebagai
berikut :
1. Pita dan Spidol
Pita berfungsi untuk penamaan kode core. Spidol berfungsi sebagai alat tulis.

Gambar 4.2.17

2. Jergen
Jergen berfungsi sebagai wadah penampungan air untuk digunakan saat pemboran.
Gambar 4.2.18

3. Gayung
Gayung berfungsi sebagai wadah menyimpan air terhadap lubang bor.

Gambar 4.2.19

4.2.3 ALUR KEGIATAN INPIT DRILL


 Menentukan lokasi titik bor
 Memasang alat bor dan memanaskan mesin terlebih dahulu
 Memulai pemboran
 Mengeluarkan tube yang sudah berisi core dari lubang bor
 Menumbuk atau mengeluarkan core dari tube dengan body protector
 Menyusun core yang didapat ke dalam core box sesuai kedalamannya
 Preparasi sampel
 Sampel dibawa ke laboratorium untuk analisa kadar
4.2.4 PERHITUNGAN CYCLE TIME

1. Cycle Time

Cycle time merupakan waktu yang dibutuhkan suatu alat bor untuk menyelesaikan satu
kali pemboran. Hal ini terdiri dari jumlah waktu pasang, waktu running, waktu cabut, dan waktu
tumbuk.

CT = Waktu Pasang + Waktu Running + Waktu Cabut + Waktu


Table 4.2.3.1 Perhitungan Cycletime
Tumbuk

Tabel 4.2.4.1 Perhitungan Cycle Time

NO TANGGAL NAMA TITIK BOR TOTAL CT (JAM)

1 26-MARET-2018 STR18003 1.59


2 26-MARET-2018 STR18005 2.16
3 27-MARET-2018 STR18004 2.21
4 27-MARET-2018 STR18010 1.13

2. Kecepatan Pemboran

Kecepatan pemboran merupakan perbandingan antara kedalaman lubang bor dengan cycle
time. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan pemboran antara lain:
- Tenaga mesin alat pemboran
- Kekerasan mata bor
- Struktur dan kekerasan batuan
- Keterampilan dan tenaga operator

Perhitungan kecepatan produksi pemboran menggunakan data – data yang diambil secara
langsung di lapangan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut.

𝐻
V=
𝐶𝑇
Dimana:

V = Kecepatan produksi pemboran (meter/jam)

H = Kedalaman (meter)

CT = Cycle Time (jam)

Tabel 4.2.4.2 Hasil perhitungan kecepatan pemboran

KEC.
NAMA KEDALAMAN TOTAL CT
NO TANGGAL PEMBORAN
TITIK BOR (M) (JAM)
(M/JAM)

1 26-MARET-2018 STR18003 15.5 1.59 9.76


2 26-MARET-2018 STR18005 15 2.16 6.96
3 27-MARET-2018 STR18004 9.7 2.21 4.38
4 27-MARET-2018 STR18010 7 1.13 6.22

3. Efektivitas Pemboran

Efektifitas pemboran merupakan perbandingan antara lamanya waktu beroperasi dengan


lamanya waktu beroperasi ditambah hambatan operasi. Yang termasuk dalam waktu hambatan
operasi diantaranya adalah waktu hambatan saat ore jatuh, waktu menunggu bulldozer saat akan
moving alat. waktu pengisian bahan bakar (solar), waktu hambatan saat batang bor terjatuh /
terjepit, dan waktu perbaikan alat.

Rumus yang digunakan untuk menentukan nilai efektifitas pemboran yaitu :

𝑤
UA = x 100%
𝑤+𝑠

Dimana:

UA = Use of Avability (%)

W = Lamanya Beroperasi (Jam)

S = Waktu hambatan lain (Jam)


Tabel 4.2.4.3 Hasil Perhitungan Efektivitas Pemboran

Efektivitas Pemboran
Kode Lamanya Hambatan (Jam) UA (%)
Beroperas (Jam)
STR18003 1.59 0.40 79.87
STR18005 2.16 0.08 96.27
STR18004 2.21 0.45 83.10
STR18010 1.13 0.33 77.14

4. Produktivitas Pemboran

Produktivitas pemboran dipengaruhi oleh banyaknya waktu hambatan yang ada pada
kegiatan pemboran sehingga akan mempengaruhi efisiensi pemboran. Efisiensi dan kecepatan
pemboran merupakan faktor terpenting yang dapat mempengaruhi nilai produktivitas.

Produktivitas Pemboran = Efektivitas x Kecepatan Pemboran


Produktivitas Pemboran = UA × V

Dimana:

UA = Use of Avability (%)


V = Kecepatan produksi pemboran (meter/jam)

Tabel 4.2.4.4 Hasil Perhitungan Produktivitas Pemboran


Produktivitas Pemboran (m/jam)
Kode Titik Bor Kecepatan Efektivitas Produktivitas
pemboran (m/jam) pemboran (%) (m/jam)
STR18003 9.76 79.87 7.79
STR18005 6.96 96.27 6.69
STR18004 4.38 83.10 3.64
STR18010 6.22 77.14 4.79

5. Core Recovery
Core recovery adalah perolehan core dari suatu siklus pemboran yang dinyatakan dengan
perbandingan antara panjang core dengan panjang kemajuan pemboran yang didapat. Untuk
mendapatkan Core Recovery dapat menggunakan rumus sebagai berikut:

Panjang 𝐶𝑜𝑟𝑒
Core Recovery = x 100%
Kemajuan Bor

Tabel 4.2.4.5 Hasil Perhitungan Core Recovery


Core Recovery
Kode Titik Bor Panjang Core Kemajuan Core Core Recovery
(Cm) (cm) (%)
STR 18003 730 730 100
STR 18005 1,160 1,160 100
STR 18004 970 970 100
STR 18010 700 700 100

Anda mungkin juga menyukai