Anda di halaman 1dari 40

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Aktivitas Di Kapal Isap Produksi (KIP) Timah 7


Kapal Isap Produksi Timah 7 (KIP Timah 7) merupakan salah satu kapal
isap produksi yang dimiliki oleh PT Timah.Tbk. Kapal ini dibuat pada tahun 2010
dari hasil kerjasama antara PT Timah Tbk. dan PT Dok. dan Perkapalan Air
Kantung (PT DAK) dan mulai beroperasi pada tahun 2011.

Gambar 4.1 Kapal KIP Timah 7


Konstruksi utama dari KIP Timah 11 memiliki panjang total 85,1 m, lebar
total 18,6 m, dan tinggi total 11,4 m. KIP Timah 7 merupakan kapal yang tipe
vessel merupakan cutter suction dregger, dan dalam proses penggaliannya, kapal
ini menggunakan cutter untuk memberai tanah dan menggunakan pompa tanah
untuk menghisap tanah yang terberai melalui pipa yang berada dibawah cutter
untuk kemudian dialirkan melalui pipa tekan (press) yang di hisap menggunakan
pomopa tanah kemudian di alirkan menuju instalasi pencucian yang ada pada KIP.
Prinsip kerja penggalian pada KIP Timah 7 adalah menggali tanah untuk
mendapatkan bijih timah sebanyak mungkin dengan biaya produksi serendah
mungkin, sehingga target produksi yang di targetkan tercapai bahkan
melampauinya. Serta mengutamakan keamanan dan keselamatan kerja (K3) dan
kelestarian lingkungan kerja

43
44

4.1.1 Struktur Organisasi KIP Timah 7


Organisasi dan ketenagakerjaan yang diterapkan pada KIP Timah 7
disesuaikan dengan sistem pelaksanaan operasi penambangan yang diterapkan.
Setiap KIP dikepalai oleh seorang kepala kapal yang bertugas mengawasi seluruh
pegawainya, mulai dari pegawai harian, pegawai aplos, nakhoda dan tata usaha.
Bagian harian bertugas melakukan pengecekan kapal sedangkan bagian aplos
bertugas untuk mengoperasikan kapal. Untuk bagian tata usaha bertugas untuk
mengkoordinasi dengan petugas transport untuk keperluan logistik, seperti
menyuplai makanan dan air tawar untuk ke kapal.
Aplos dibagi menjadi empat, dan setiap aplos dikepalai oleh kapten aplos.
Setiap aplos terdiri dari petugas yang mengawasi jalannya peralatan operasional
kapal, seperti mandor pencucian, masinis, juru mudi, serta petugas pencucian, dan
petugas mesin.
4.1.2 Waktu Kerja Efektif KIP Timah 7
Kegiatan kerja per hari di Kapal Isap Produksi Timah 7 terdiri dari bagian
harian dan bagian aplos. Bagian harian bertugas untuk melakukan pengecekan
kapal sedangkan bagian aplos bertugas untuk melakukan operasional kapal.
Jumlah hari kerja adalah ± 30 hari per bulannya dan dibagi menjadi tiga jam kerja
atau 1,2,3 aplos dengan rentang waktu 8 jam untuk tiap aplosnya. Jam kerja aplos
satu dimulai dari jam 06.00 hingga 14.00, lalu jam kerja aplos dua dimulai dari
jam 14.00 hingga 22.00, dan jam kerja aplos tiga dimulai dari jam 22.00 hingga
06.00. Pada KIP Timah 7 terdiri dari empat aplos, yaitu aplos A, aplos B, aplos C,
dan aplos, dan untuk aplos yang kerja berangkat biasanya aplos A dan C
sedangkan untuk aplos yang libur biasanya aplos B dan D , dengan sistem kerja 5
hari kerja dan 5 hari libur, dimana selama 5 hari kerja tersebut, pegawai dari aplos
menginap di kapal. Dalam hal ini yang menginap di kapal hanya 2 aplos, 1 Aplos
libur dan 1 Aplos merupakan Aplos harian yang biasanya adalah petugas dalam
perawatan dan perbaikan mesin yang rusak. Berdasarkan data jam kerja bulan
Juni, jam kerja efektif KIP Timah 7 dapat dihitung dengan :
45

4.2 Proses Penambangan dan Pencucian Bijih Timah di KIP Timah 7


Adapun mekanisme dalam proses pengambilan bijih timah pada Kapal Isap
Produksi Timah 7 di lakukan dengan cara 3 proses antara lain: proses
penggalian, proses pengangkutan, dan proses pencucian.
4.2.1 Proses Penggalian Bijih Timah
Kapal Isap Produksi digunakan pada daerah cadangan spotted (daerah
cadangan yang tersebar). Sebelum melakukan penambangan bijih timah, operator
harus dapat menentukan terlebih dahulu dimana lokasi yang akan dilakukan
penggalian. Operator menggunakan peta rencana kerja (RK) dan profil bor yang
didapat dari hasil eksplorasi sebagai pedoman untuk menentukan lokasi
penggalian.
Penggalian dimulai pada daerah yang memiliki banyak cadangan timah
berdasarkan peta RK. Setelah menentukan lokasi dan koordinatnya, koordinat
tersebut lalu diplotkan pada GPS untuk selanjutnya mengarahkan kapal menuju
koordinat yang dimaksud. Setelah sampai pada koordinat yang dituju, langkah
awal yang harus dilakukan adalah membuka kolong kerja untuk mengupas lapisan
tanah atas. Untuk mengupas lapisan tanah atas, KIP Timah 7 menggunakan
metode kombinasi yang diawali dengan metode rotary yaitu memutar kapal
hingga 3600 hingga mencapai lapisan kaksa. Diameter kolong kerja berkisar
antara 20 hingga 40 m, disesuaikan dengan jenis lapisan tanah yang akan digali.
Setelah menggali lapisan kaksa dan menemukan arah persebaran timahnya, maka
metode penggalian yang selanjutnya digunakan adalah metode spudding, yaitu
memutar kapal antara 900 hingga 1800 sambil menggerakkan kapal sesuai dengan
arah persebaran timah tersebut.
Urutan penggalian endapan bijih timah di dasar laut, dimulai dari
menurunkan ladder hingga cutter mencapai lapisan tanah atas (overburden)
maupun lapisan yang mengandung bijih timah (kaksa) di dasar laut. Putaran dari
cutter akan memberaikan lapisan tersebut, dimana lapisan atau material yang
terberai akan masuk ke dalam pipa isap yang berada di bawah cutter. Akibat
adanya daa isap dari pompa tanah yang terpasang dalam ladder.
46

4.2.2 Proses Pengangkutan Bijih Timah


Pada proses pengangkutan bijih timah yeti di lakukan setelah Adana
proses pemberaian lapisan panda material menggunakan cutter, dimana setelah
dilakuakn pemberaian, kemudian hasil pemberain tersebut di isap melalui mulut
pipa isap dengan menggunakan pompa tanah untuk memberi tekanan aliran
material menuju saring putar. Selenjutnya setelah material tersebut berada pada
pompa tanah material tersebut di alirkan ke pipa tekan (pipa press) menuju pipa
spiral (pipa lentur), sampai ke pipa pancar yang kemudian menuju ke proses
instalasi pencucian.
4.2.3 Proses Pencucian Bijih Timah
Pencucian merupakan proses pengolahan bahan galian dengan material
yang masih basah atau dalam bentuk slurry. Pencucian juga dapat dikatakan
proses lanjutan dari proses penggalian bijih timah yang bertujuan untuk
memisahkan antara mineral yang diinginkan dengan mineral pengikutnya.
Proses pencucian pada KIP Timah 7 bertujuan untuk mendapatkan mineral
berharga yakni timah dalam kadar tinggi high grade. Setelah mengalami proses
pencucian, kadar mineral yang didapat berkisar 60% sampai 70% Sn.
Metode pencucian yang diterapkan pada KIP Timah 7 adalah metode
gravity concentration, yaitu metode pemisahan mineral pengotor yang
memanfaatkan perbedaan berat jenis dari tiap mineral dengan air sebagai
medianya. Metode ini efektif dilakukan pada KIP karena air yang berfungsi
sebagai medianya terdapat secara berlimpah di sekeliling kapal dan juga karena
berat jenis bijih timah atau cassiterite yang cukup besar sehingga membuat bijih
timah mudah dipisahkan sebagai konsentrat. Pada KIP Timah 7 alat pencucian
berupa jig.
Mekanisme pencucian pada Kapal Isap Produksi Timah 7 adalah sebagai
berikut:
1. Cutter berfungsi untuk memotong/memberaikan lapisan tanah agar dapat
dihisap oleh pompa tanah melalui mulut isap dan pipa isap, sehingga
penggalian bisa diperdalam atau diperlebar. Cutter digerakkan oleh sebuah
mesin yang disebut mesin hidrolik kiri dengan pompa hidrolik yang
47

dihubungkan ke stafa gear box cutter, gear box cutter, dan block bearing
cutter.
2. Pompa tanah dan pipa isap berfungsi menghisap material hasil galian dari
cutter yang selanjutnya di transportasi ke saring putar melalui pipa press
untuk dip roses lebih lanjut di peralatan pencucian (jig)
3. Saring putar yang berbentuk grizzly berfungsi sebagai alat pemisah material
bijih timah dari pengotornyam dengan cara pemisahan material kasar yang
tidak lolos saring putar sebagai Oversize yang merupakan sebagai tailing akan
keluar melalui bandar sedangkan material yang lolos pada saring putar sebagai
undersize dialirkan melalui bandar saring putar menuju 3 unit jig primer.
4. Jig primer berfungsi sebagai alat pemisah dengan prinsip perbedaan berat
jenis. Oversize jig primer keluar sebagai tailing sedangkan undersize jig
primer dari semua kompartemen (A, B dan C) dialirkan langsung ke jig
sekunder.
5. Jig sekunder berfungsi sebagai alat pemisah dengan prinsip perbedaan berat
jenis. Oversize jig sekunder keluar sebagai tailing, sedangkan undersize jig
sekunder kompartemen A dialirkan ke penampung konsentrat A Sn = 20% -
30%.
6. Sluice box berfungsi sebagai alat pemisahan konsetrat secara manual dari hasil
jig sekunder dengan cara menyemprotkan air ke bijih timah sambil mengaduk
bijih timah yang bertujuan untuk memisahkan mineral ikutan seperti pyrite,
pasir dan mineral pengotor lainya. Supaya mendapatkan konsetrat Sn yang
lebih tinggi berkisar 50 % - 60 %.
7. Shaking table, pemisahan mineral terjadi karene adanya sentakan meja yang
ditimbulkanoleh headmotion dan aliran air tipis dipermukaan meja dari wash
water. Shaking table berfungsi untuk memisahkan timah kasar dan timah halus
serta mineral ikutan lainya yang berat jenisnya hampir sama degan timah.
Proses ini di sebut juga dengan final konsentrat di KIP 7, dimana kisaran Sn
nya 60 % - 70 %.
48

Penambangan Kapal Isap


Produksi Pada KIP 7

Cutter Memotong
lapisan tanah

Di alirkan melalui
pipa tekan

Di Isap Pompa Tanah

Saring Putar
Over Under
Size sizee

Jig Primer
Tailing
Tailing

Jig Sekunder

Tailing
Sakan

SHP

Gudang Penyimpana

Gambar 4.2 Sketsa Penambangan Dan Pencucian


49

4.3 Peralatan Penambangan dan Penunjang pada KIP Timah 7


Adapun peralatan-peralatan yang digunakan pada Kapal Isap Produksi Timah
7 dalam proses penambangan sehingga terdapat peralatan yang dapat menunjang
alat-alat dari proses awal penggalian hingga proses recovery pencucian di Kapal
Isap Produksi Timah 7 anarta lain:
4.3.1 Peralatan Penggalian pada KIP Timah 7
Peralatan penggalian terdiri dari alat-alat yang dapat menunjang proses
penggalian pada kapal isap produksi antara lain :
1. Ladder
Ladder difungsikan sebagai tempat untuk menempatkan alat penggalian pada
KIP 7 seperti cutter, pipa isap, pompa tanah, dan pipa tekan.. Konstruksi ladder
terdiri dari besi siku dan plat sebagai dinding. Ujung ladder dipasang cutter dan
pangkal ladder dipasang as (vipot) sebagai tumpuan bagi naik turunnya ladder.
Dibagian belakang pompa tanah terdapat as joint, berfungsi sebagai penggerak
pompa Panjang ladder sangat menentukan untuk mencapai kedalaman gali. Pada
KIP Timah 7, ladder memiliki panjang total 58 m dengan kedalaman gali
maksimal 45 m dan sudut maksimal sebesar 60°.

Gambar 4.3 ladder Maximum Dig Depth 45 m


Ladder digerakkan (turun-naik) oleh winch ladder yang dibantu dengan
tujuh buah skep penghantar. Sumber penggerak dari winch ladder adalah mesin
hidrolik yang berada dibagian kanan kapal. Winch ladder berfungsi sebagai
tempat untuk kawat ladder yang berdiameter 38 mm. Kekuatan dari tarik winch
adalah 30 ton dengan kecepatan 12 m/menit.
50

Gambar 4.4 Winch ladder Strength 30 ton

2. Cutter
Cutter difungsikan sebagai alat penggalian dimana untuk melakukan
pemberaian material atau menghancurkan lapisan tanah. Cutter yang dipakai
berdiameter 1,8 m dengan daya 226 HP serta kecepatan maksimum sebesar 24
rpm. Cutter terdiri dari 6 blade dan tiap blade terdiri dari 7 kuku yang membantu
dalam proses cutting. Cutter terletak pada ujung ladder sehingga dapat melakukan
kontak langsung dengan lapisan tanah yang akan digali. Cutter pada KIP Timah 7
merupakan tipe circular steel cutter yang terbuat dari bahan besi baja yang keras
sehingga tidak mudah aus karena gesekan dengan tanah. Sumber tenaga
penggerak cutter berasal dari mesin hidrolik bagian kanan kapal.

Gambar 4.5 Cutter Type Circular Steel Cutter


51

Suatu cutter head memiliki jumlah kecepatan putaran (speed) sebanyak 5


tahap. Tingkatan untuk speed 1 sampai 5 berturut-turut adalah 0-5 rpm, 5-10 rpm,
10-15 rpm, 15-20 rpm, dan 20-24 rpm. Speed diatur oleh juru mudi pada ruang
komando yang disesuaikan dengan jenis dan ketebalan lapisan yang akan digali.
Speed 1 sampai 2 digunakan untuk lapisan tanah yang lemah dan speed 3 sampai
5 digunakan saat lapisan tanah yang keras. Pengaturan kecepatan putaran cutter
bertujuan untuk menjaga agar cutter tidak cepat aus.
4.3.2 Peralatan Pengangkutan pada KIP Timah 7
Peralatan pegangkutan pada kapal isap produksi (KIP) timah 7 terdiri dari
beberapa alat yang dapat menunjang proses pengangkutan pada kapal isap
produksi antara lain:
1. Pipa isap dan pipa kumis
Pipa isap berfungsi sebagai saluran untuk menhisap tanah yang telah
dihancurkan oleh cutter dengan sumber daya hisap yang erasal dari pompa tanah.
Di ujung mulut pipa isap terdapat dua besi yang sejajar (palang) yang berfungsi
untuk mencegah material yang berukuran besar masuk kedalam pompa tanah, agar
tidak terjadi penyumbatan. Panjang dan diameter dari pipa isap yaitu 6 m dan 14
inch.
Disamping pipa isap terdapat pipa kumis yang bejumlah dua buah terletak
sebelah kiri dan kanan pipa isap. Pipa kumis berfungsi untuk menyedot air supaya
alairan material solid yang dihisap masuk dengan lancar menuju pipa tekan.
2. Pompa tanah
Pompa tanah berfungsi menghisap material hasil galian dari cutter dengan
bantuan pipa isap dari cutter yang selanjutnya ditransportasikan ke saring putar
melalui pipa press untuk diproses lebih lanjut di peralatan pencucian (jig). Pompa
tanah pada KIP Timah 7 memiliki daya isap yang mencapai 2500 m3/jam dengan
kecepatan putaran hingga 560 rpm.
Sumber penggerak pompa tanah berasal dari mesin pompa tanah yang terletak
di samping as ladder pada bagian badan kapal. Pompa tanah membutuhkan daya
sebesar 310 kW untuk menghisap material menuju saring putar dengan tingkat
efisiensi sebesar 78%.
52

Gambar 4.6 Pompa Tanah Tipe 14/12 Gk-G

3. Pipa tekan (pipa press)


Pipa tekan berfungsi sebagai saluran untuk material yang dipompa dari
pompa tanah menuju ke saring putar. Diameter dari pipa tekan adalah 12 inch.
Pipa press memiliki afsluiter yang berfungsi untuk menutup saluran tanah menuju
saring putar sehingga tanah langsung menuju bandar tailing. Afsluiter ini
digunakan saat penggalian tanah atas, karena lapisan tanah atas ini tidak
mengandung timah atau hanya sedikit mengandung timah sehingga tidak
ekonomis bila dilakukan proses pencucian.

Gambar 4.7 Pipa Tekan Berdiameter 12 Inch


53

4. Pipa spiral
Pipa spiral di manfaat sebagai alat media tranportasi material dari pipa tekan
menuju ke pipa pancar, pipa spiral ini memiliki sifat elastis sehingga pipa
tersebut mudah di lekukan pada saat proses pengangkatan dan penurunan ladder.

Gamabr 4.8 Pipa Spiral Bersifat elastis

5. Pipa pancar
Pipa pancar merupakan proses terakhir dalam proses pengangkutan material,
dimana pipa pancar teletak di dalam saring putar, yang berfungsi sebagai
keluarnya material menuju saring putar.

Gambar 4.9 Pipa Pancar


54

4.3.3 Peralatan Pencucian pada KIP Timah 7


Peralatan pencucian yang digunakan pada Kapal Isap Produksi Timah 7
menggunakan metode gravity concentration. Alat-alat tersebut adalah saring putar
(revolving screen), jig primer, jig sekunder.
1. Saring Putar (Revolving Screen)
KIP Timah 7 menggunakan alat saring putar dalam proses penyeragaman
ukuran (sizing) yang berfungsi untuk memisahkan material hasil penggalian
berdasarkan ukuran butirnya. Saring putar menggunakan sistem trommel dive
hydraullic dengan putaran kerja 0-10 rpm. Saring putar memiliki perbedaan
ukuran diameter di kedua ujungnya. Dimana diameter besar berukuran 2 m dan
diameter kecil berukuran 1.6 m dengan panjang 3,56 m.

Gambar 4.10 Saring Putar Berdiameter 2 / 1,6 m


Revolving screen dilengkapi dengan grizly yang berdiameter 16 mm dan
memiliki spasi antara 9-10 mm. Grizly berfungsi sebagai alat penyaring antara
material oversize dan undersize. Material yang memiliki ukuran lebih besar dari
pada spasi pada grizly (tidak lolos saringan) akan keluar sebagai oversize dan
langsung masuk ke dalam bandar batu yang menghubungkan ke bandar tailing.
Pada KIP Timah 7, terdapat 1 set bandar tailing yang terletak pada bagian
tengah KIP yang kemudian tersalurkan ke laut. Untuk material yang memiliki
ukuran lebih kecil daripada spasi pada grizzly (lolos saringan) akan keluar sebagai
undersize dan masuk ke dalam bak saring putar yang berada di bawah saring putar
dan kemudian didistribusikan ke jig primer melalui lounder.
55

Gambar 4.11 Lounder


Lounder merupakan alat penyaluran material undersize hasil dari saringan
putar dan meneruskannya ke jig agar pembagian feed dapat diatur secara merata
dan mengurangi kecepatan pemasukan (feeding) ke dua unit jig primer.

2. Header Tank
Header tank terletak di antara saring putar dan kompartmen jig primer yang
berbentuk bulat memanjang seperti pipa. Header tank berfungsi untuk
menampung dan mengatur pemasukan air ke tiap tangki jig dan menjaga
kesetimbangan air dalam jig, dan juga untuk mengontrol pemisahan konsentrat
dan tailing, sehingga tailing yang masuk kedalam jig dapat terdorong kembali ke
atas.

Gambar 4.12 Header Tank


56

3. Kompartmen
Kompartmen merupakan tempat batu hematit, rosster, rubber screen yang
berfungsi untuk penyaring cassiterit pada saat proses pulsion dan suction
berlangsung. Pada Kip 7 compartment jig primer dan jig sekunder di bagi
menjadi 3 yaitu A, B, dan C.

Gambar 4.13 Compartment

4. Jig primer
Jig primer tipe pan america merupakan alat konsentrasi yang dimiliki KIP
Timah 7 yang menggunakan metode gravity concentration, yakni memanfaatkan
perbedaan berat jenis material-material yang telah digali dengan menggunakan
media air. Jig primer memiliki 4 unit jig dengan jumlah cell 2x3 per jig yang
berukuran 1500x1500 mm. Cell difungsikan sebagai tempat untuk bagian-bagian
jig yang lain seperti rooster, bed, dan rubber screen. Kecepatan aliran jig primer
adalah sekitar 0.7-1 m/detik dengan panjang pukulan eksentrik maksimal 70 mm.
Sumber penggerak jig primer berasal dari mesin hidrolik kiri kapal.

Gambar 4.14 Jig Primer Tpye Pan American


57

Pada mulut masuk dari jig primer, terdapat sebuah besi penahan yang
disebut kuku macan dan pada ujung dari jig primer, terpadat sebuah kayu penahan
yang disebut riffle. Kedua alat ini berfungsi untuk menahan laju aliran material
dari lounder agar laju alirannya tidak terlalu deras. Jika laju aliran air terlalu deras
maka material yang masih berharga akan ikut terbuang sebagai overflow menuju
bandar tailing dan apabila aliran terlalu lambat maka akan terjadi penyumbatan
pada jig.

Gambar 4.15 Riffle dan Kuku Macan


jig primer terdiri dari tiga kompartemen A, B, dan C dimana tiap
kompartemen memiliki panjang pukulan dan jumlah pukulan yang berbeda. Jig
primer pada Kapal Isap Produksi Timah 7 menggunakan prinsip adalah sebagai
berikut:
a. Panjang pukulan (stroke) di kompartemen A lebih panjang dari B, dan B
lebih panjang dari C.
b. Frekuensi pukulan di kompartemen A tidak lebih cepat dari B, dan B
tidak lebih cepat dari C.
c. Butiran yang kasar akan turun di kompartemen A lebih dulu, makin ke
ujung (kompartemen C) ukuran butiran akan semakin halus.
58

Tabel 4.1 Panjang Pukulan dan Jumlah Pukulan jig Primer


T Panjang Pukulan Jumlah Pukulan Per
Menit
(mm)

A 30-35 80-90

B 28-30 70-80

C 25-28 60-70

Pada dasar prinsip kerja dari jig primer tipe Pan America antara lain adalah
sebagai berikut:
a. Air underwater yang berasal dari pompa underwater dimasukkan ke
dalam tangki jig dengan mengatur afsluiter jig hingga air mengalir
diatas permukaan bed.
b. Mesin hidrolik kiri dihidupkan sehingga menggerakkan eksentrik.
c. Eksentrik menggerakkan stang balance hingga membran ikut bergerak
sehingga terjadi tekanan (pulsion) dan hisapan (suction).
d. Feed dari lounder dialirkan ke permukaan jig bagian atas.
e. Pada saat penggerak jig bergerak ke atas, pada compartement A terjadi
gaya isapan ke bawah (suction) sedangkan pada compartement B terjadi
gaya tekanan ke atas (pultion).
f. Pada saat terjadi gaya pulsion, bed jig menjadi longgar. Keadaan ini
memberi kesempatan bagi mineral berat untuk menerobos celah pada
bed ke dalam tangki jig, sedangkan mineral ringan akan terangkat ke
atas dan terbawa oleh aliran permukaan menuju bandar tailing.
g. Pada saat terjadi gaya suction, bed pada jig menjadi kompak. Keadaan
ini memberi kesempatan bagi mineral berat yang telah berada pada
tangki jig untuk keluar melalui spigot sebagai konsentrat. Sedangkan
mineral ringan pada permukaan bed jig dengan mudah terbawa oleh
aliran menuju bandar tailing.
59

Keberhasilan dari proses pemisahan pada jig dipengaruhi oleh jumlah dari
mineral pengotor, kebersihan saringan jig (rubber screen), bed jig yang tidak
mampat, serta persediaan underwater pada jig. Untuk itu perlu dilakukan
pengecekan, perawatan dan pembersihan pada bagian-bagian jig secara rutin agar
menghindari hal-hal yang dapat mengganggu proses pencucian pada jig primer.
Jig yang digunakan pada KIP Timah 7 adalah jig dengan tipe Pan American
jig (PA). Jig PA berbeda dengan jig tipe Yuba. Perbedaannya terletak pada posisi
membran jig, dimana jig tipe PA membrannya terletak di bawah dari tangki jig
sedangkan jig tipe Yuba terletak pada samping jig. Perbedaan lainnya adalah
penggeraknya, dimana penggerak pada jig PA menggunakan eksentrik sedangkan
penggerak jig tipe Yuba menggunakan pulsator.
Tangki jig PA mempunyai dua bagian, yaitu bagian atas dan bagian bawah.
Bagian atas dengan dinding tegak yang berfungsi untuk menahan kisi-kisi agar
mendapat tekanan yang merata pada saringan. Pada bagian atas terdapat rooster,
bed, dan rubber screen. Sedangkan bagian bawah yang berbentuk konis, yang
bertujuan untuk memudahkan material yang lolos dari saringan terkumpul kesatu
tempat dan keluar melaui lubang spigot.
5. Jig sekunder
Jig sekunder yang berfungsi untuk meningkatkan kadar bijih timah hasil
olahan dari jig primer. Jig sekunder yang digunakan adalah tipe Pan American
Jigs yang terdiri dari 6 sel/unit dengan ukuran 910 × 910 m2. Pada KIP Timah 7
terdapat 2 unit Jig sekunder di sisi kiri dan kanan kapal. Setiap unit Jig sekunder
terdiri dari 3 compartement, yaitu compartement A, B, dan C.
Konsentrat yang telah melewati tahap pencucian pada jig primer
kompartement A, B, C dialirkan menuju Jig sekunder untuk kemudian dilakukan
proses pencucian dengan metode gravity concentration, dimana prinsip kerjanya
sama dengan jig primer.
60

Gambar 4.16 Jig Sekunder Type Pan American


Jumlah pukulan dan panjang pukulan dari Jig sekunder berbeda dengan jig
primer. Panjang pukulan pada Jig sekunder dibuat lebih kecil dari jig primer dan
jumlah pukulan di Jig sekunder lebih banyak dari jig primer. Hal ini bertujuan
untuk memaksimalkan perolehan dari bijih timah.
Tabel 4.2 Panjang Pukulan Dan Jumlah Pukulan Jig Sekunder
Panjang
Kompartement Jumlah Pukulan Per Menit
Pukulan (mm)

A 12-15 120-150

B 10-12 100-120

C 8-10 80-100
61

Gambar 4.17 Penampung Jig Sekunder


Konsentrat dari jig sekunder kompartemen A, B, dan C, kemudian dialirkan
dan di tampung di bak konsentrat sebelum dipindahkan secara manual menuju
sakan untuk dinaikkan kembali kadarnya. Sedangkan tailing dari jig sekunder
dialirkan ke laut lepas melalui pipa samping. Kadar konsentrat bijih timah hasil
dari jig sekunder di KIP Timah 7 berkisar antara 20% – 40%.
Pada dasarnya jig primer maupun jig sekunder tidak jauh berbeda hal ini
dikarenakan keduanya memiliki fungsi yang sama yaitu meningkatkan kadar bijih
timah. Adapun alat yang terdapat di jig primer dan jig sekunder antara lain :
a. Rooster
Rooster merupakan salah satu komponen bagian atas jig yang
memiliki fungsi untuk menahan bed agar tetap di tempat dan menjepit
rubber screen. Rooster memiliki bentuk kotak-kotak dengan maksud agar
bed tersebar secara merata di seluruh permukaan jig sesuai dengan
compartment nya masing- masing. Rooster pada KIP timah 7 memiliki
ketinggian 10 cm dan terbuat dari plat besi.
b. Bed
Bed merupakan lapisan material di atas saringan jig yang terletak
di dalam rooster. Bed biasanya berupa batu hematite, alasan penggunaan
batu hematite ini karena memiliki berat jenis diantara bijih timah dan
mineral pengotor lainya yakni sebesar (4,1-5,1 gr/cm3) serta memiliki
tingkat kekerasan sebesar (5,5 skala mohs). Pengisian batu hematite yang
62

baru tidak boleh setinggi rooster (10 cm). Idealnya pengisiaan batu
hematite ini yaitu setinggi 7-8 cm di dalam rooster. Hal ini bertujuan
tersedia ruang kosong sebesar 2-3 cm sebagai tempat mineral-mineral
lainnya yang belum terhisap oleh gaya suction dari jig agar tidak hanyut
terbawa aliran air bandar tailing. Ada 2 macam ukuran batu hematite yang
digunakan pada kapal isap produksi timah yaitu :
Tabel 4.3.Ukuran Batu Hematite Dan Tebal Bed
Primer AB 30-4O mm
C 20-30 mm

Sekunder AB 9-12 mm
C 6-9 mm

Tebal bed 70-80 mm

Gambar 4.18 Batu Hematite Ukuran 30/40 Dan 9/12 mm

c. Rubber screen
Rubber screen adalah saringan yang berguna untuk menahan jig
bed (hematite) jangan sampai turun ke bawah dan meloloskan bijih timah.
Pada umumnya rubber screen di buat dari bahan yang tahan terhadap
korosi seperti pospor brons, baja tahan karat dan karet. Ukuran lubangnya
harus lebih kecil dari hematite dan lebih besar dari bijih timah, biasanya
dipakai ukuran 9/12 mm untuk kompartment AB dan 6/9 mm pada
63

kompartment C jig primer, sedangkan pada jig sekunder ukurannya adalah


6/9 mm untuk seluruh compartment nya. Semakin besar lubang pada
rubber screen, maka makin besar ruang batu-batu dan makin besar pula
butiran yang melaluinya.

Gambar 4.19 Rubber Screen Size 9/12 Dan 6/9 mm

d. Diafragma
Diafragma pada jig primer berdiameter 1120 mm dan tinggi cones
450 mm, sedangkan pada jig sekunder berdiameter 760 mm dan tinggi
cones 275 mm. Diafragma dalah bidang gerak yang berfungsi untuk
memberikan gaya dorongan pada proses pulsion dan suction terjadi selama
proses jigging.

Gambar 4.20 Diafragma Berdimater 1120 Dan 760 mm


64

e. Membran
Berfungsi untuk memberikan gaya isapan (suction) dan gaya
dorongan (pulsion) dengan menutup rapat antara tangki dan digerakan
oleh eksentrik serta stang balance. Membran berbentuk lingkaran dengan
diameter ± 45 inch untuk jig primer dan ± 25 inch untuk jig sekunder.
Membran harus diklem dengan kuat, sehingga tidak terjadi kebocoran atau
lepas dan tidak boleh dicat karena dapat membuatnya mudah retak dan
pecah.

Gambar 4.21 Membran Berdiameter ± 45 dan ± 25 Inch

f. Stang balance
Stang balance dengan merupakan bagian dari jig yang terletak di
bagian bawah dan menyambung eksentrik, fugsinya sebagai penerus
gerakan naik turun dari eksentrik ke jig sehingga gerakan tersebut
menimbulkan gaya suction dan pulsion pada jig.
g. Eksentrik
Eksentrik berfungsi untuk dapat membuat gerakan suction dan
pultion secara terus menerus dengan cara merubah gerakan berputar yang
ditimbulkan oleh motor menjadi gerakan ke atas ke bawah sehingga
menggerakkan stang balance dan membuat membran bergerak. Kecepatan
gerakan dari eksentrik mempengaruhi jumlah pukulan per menit dari
kompartemen jig.
65

Gambar 4.22 Eksentrik Stroke 70 dan 50 mm

h. Afsluiter underwater
Bagian jig yang tidak kalah pentingnya adalah afsluiter underwater
yang Berfungsi untuk mengatur pemasukan air ke dalam tangki jig dan
menjaga keseimbangan air di dalam jig. Fungsi lain dari alat ini adalah
untuk mengontrol pemisahan konsentrat dan tailing, sehingga tailing yang
masuk dalam bed dapat didorong keluar dari bed.

Gambar 4.23 Afsluiter Underwater Type Buono 400WOG

i. Spigot
Bagian jig yang terakhir adalah spigot yang terletak pada keluaran
konsentrat yang berada di bagian bawah jig. Spigot adalah alat yang
berfungsi untuk mengeluarkan konsentrat melewati tangki jig, serta
66

berguna untuk mengatur jumlah air yang ada di dalam tangki jig tersebut.
Spigot berbentuk kerucut dengan ujung membulat dengan diameter ±10 –
12 mm dan terbuat dari bahan karet. Karet spigot harus dikontrol
diameternya secara berkala untuk menjaga kestabilan jumlah air yang
mengisi tangki jig.

Gambar 4.24 Spigot Berdiameter ±10 – 12 mm

6. Control Jigs
Control jigs ini berfungsi untuk merpercepat kinerja jig, untuk mematikan
dan menghidupkan jig. Letak dari kontrol jig ini berada di tempat penyimpanan
timah yang terbagi menjadi 2 bagian di sisi kiri dan sisi kanan

Gambar 4.25 Control jig


67

7. Sluice box
Sluice box/sakan merupakan suatu alat yang berfungsi memisahakan antar
konsentrat dengan tailing berdasarkan prinsip perbedaan berat jenis dengan
menggunakan aliran horizontal dan di ujung saluran dipasang kayu penahan
(riffle). Sakan yang ada di KIP dengan panjang bervariasi antara 4 – 6 m, lebar
sekitar 1 – 1,5 m, dengan tinggi dinding 40 – 80 cm dan kemiringan 5° - 6°.
Dimana dalam proses kerjanya dilakuan secara manual, material yang berat
jenisnya lebih tinggi akan tertahan sedangkan material berat jenisnya lebih rendah
akan terbawa oleh aliran air. Final konsentratnya di masukkan ke dalam karung
dan di timbang dengan takaran 70 kg/karung.

Gambar 4.26 Sluice Box Slope 5° - 6°

8. Shaking table
Shaking table merupakan suatu alat untuk meningkatkan nilai kadar mineral
setelah di lakukan proses pencucian pada sakan. Prinsip pemisahnya berdasarkan
pada perbedaan sifat fisik density atau berat jenis dari mineral mineral yang di
pisah. Pada meja goyang didalam proses pemisahannya, pemisahan mineral
terjadi karene adanya sentakan meja yang ditimbulkan oleh headmotion dan aliran
air tipis dipermukaan meja dari wash water. Mineral berat karena mempunyai
gaya gesek yang lebih besar maka akan terlempar kesamping (searah sentakan
meja). Lebih jauh, mineral yang berukuran halus akan terlempar kesamping lebih
jauh disbanding dengan mineral yang berukuran kasar. Mineral ringan berukuran
kasar akan terdorong oleh aliran air lebih jauh dari pada mineral berat berukran
68

halus. Sedangkan adanya riffle, di atas meja akan mengakibatkan aliran turbulen
dan membentuk perlapisan/susunan mineral berat dan ringan. Akan tetapi pada
Kip 7 shaking table tidak digunakan, karena dalam proses perbaikan.

4.27 Gambar Shaking Table Type GST 4500

4.3.4 Peralatan Penunjang dan Mesin Penunjang Pada KIP 7


Adapun peralatan penujang dan mesin penunjang yang berada pada KIP 7
Timah antara lain:
4.3.4.1 Peralatan Penunjang Kapal
Peralatan penunjang kapal dapat dibagi menjadi dua bagian, yakni bagian
bawah dan bagian atas. Untuk bagian bawah, peralatan-peralatannya berupa
ponton, jangkar, dan anchor winch. Sedangkan untuk bagian atas merupakan
ruang komando, kamar mandi, dapur, dan ruang istirahat crew kapal.
Adapun peralatan penunjang pada bagian bawah KIP 7 antara lain:
a. Ponton
Ponton merupakan pondasi dasar pada KIP yang terdiri dari kumpulan
beberapa tangki yang berbentuk tabung. Selain sebagai alat apung, ponton juga
berfungsi untuk menyimpan HSD (bahan bakar solar) dan air tawar. Ponton pada
KIP Timah 7 terbagi menjadi 4 kompartemen. Pada 4 kompartemen tersebut
terdiri dari 2 bagian luar dan 2 bagian dalam. Kompartemen bagian dalam lebih
panajang dari bagian luar guna untuk menyeimbangkan kapal. Panjang untuk
kompartemen bagian dalam adalah 80.52 m sedangkan panjang kompartemen
69

bagian luar adalah 58.56 m. Diameter ponton pada KIP Timah 7 adalah 2.58 m
dengan tebal plate ponton 8 mm.

Ganbar 4.28 Ponton berdiameter 2.58 m

b. Jangkar kapal
Jangkar kapal digerakkan dengan menggunakan anchor winch yang berada
pada bagian atas kapal. Sumber penggerak Anchor winch berasal dari mesin
hidrolik bagian kanan kapal. Sedangkan fungsi dari jangkar kapal untuk menahan
kepal agar tidak berpindah posisi karena ombak air laut. Jangkar pada KIP 7
memliki berat 750 kg yan terletak pada ujung bagian kapal.
Anchor winch berfungsi sebagai mengangkat dan mengulur jangkar kapal.
Kawat pada Anchor winch memiliki diameter 38 mm dengan kekuatan tarik
hingga 30 ton dan kecepatan kawat 12 m/menit.
c. Winch ladder
Winch ladder meupakan kawat yang digunakan untuk menaik turunkan
ladder dengan diameter 38 mm dengan panjang tali 500 m yang digulung
sebanyak 5 lapis. Kekuatan tarik hingga dari Winch ladder sama dengan Anchor
winch yaitu 30 ton dan kecepatan kawat 12 m/menit. Winch ladder ini terletak di
depan ruang komando.
70

Gambar 4.29Winch Ladder Strength 30 ton

d. Crane
Crane berfungsi untuk memindahkan barang berat yang ada pada kapal
seperti peralatan kapal (mesin dan alat penunjang kapal lainnya) serta karung yang
berisi timah dengan kapasitas maksimal 3 ton, dengan tipe LG 3 ton.

Gambar 4.30 Crane Kapasity 3 ton

e. Indikator kedalaman ladder


Indikator kedalaman ladder berfungsi untuk mengetahui kedalaman ladder
saat penggalian, indikator kedalaman ladder terletak di depan ruang komando
yang berdekatan dengan Winch Ladder. Indikator ini sangat penting pada KIP,
untuk memudahkan pada saat proses pengalian.
71

Gambar 4.31 Indikator Kedalaman Ladder

1. Peralatan penunjang operator


Peralatan penunjang operator meupakan alat-alat yang terdapat pada ruang
komando atau di sebut juga control desk . Control desk (ruang kontrol) adalah
rangkaian semua peralatan yang berfungsi untuk mengontrol dan memantau
aktifitas penggalian kapal. Peralatan yang dikontrol adalah peralatan proses
penggalian agar masing-masing fungsi bisa bekerja satu sama lain dengan baik.
a. AMTAST
Amtast merupakan alat untuk mendeteksi arah angin dan kecepatan angin,
selain itu alat ini juga memiliki kegunaan lain. Alat ini menggunakan sistem
digital dalam cara kerjanya sehingga hasilnya dapat cepat dan akurat. Alat ini juga
dilengkapi dengan petunjuk waktu. Dengan kegunaannya yang multifungsi alat ini
juga dapat memprediksi cuaca.

Gambar 4.32 AMTAST Type CLIPPER


72

b. GPS (Global Positioning System)


GPS (Global Positioning System) digunakan sebagai peralatan pemandu
operator dalam proses penggalian, GPS punya kehandalan untuk merekam jejak
dari hasil penggalian dan menentukan akurasi titik koordinat penggalian dan titik
koordinat yang akan digali serta berfungsi juga sebagai alat navigasi bagi KIP.
GPS dapat memonitor posisi kapal hingga ketelitian mencapai 1 m.

Gambar 4.32 GPS (Global Positioning System) Type GPSmap 585

c. Echo sounder
Echo sunder merupakan suatu alat navigasi elektronik dengan menggunakan
sistem gema yang dipasang pada dasar kapal, yang berfungsi untuk mengukur
kedalaman penggalian, sehingga memudahkan dalam proses penggalian.

Gambar 4.34 Echo sunder Type FURUNO


73

d. CCTV dan monitor CCTV


CCTV dan Monitor CCTV digunakan untuk mengawasi kegiatan operasional
kapal, pada monitor CCTV diletakan di ruang control. Sedangkan peletakan
CCTV pada tempat-tempat tertentu memiliki maksud dan tujuan, adapun tempat
peletakan CCTV sebagai berikut:
1. Saring putar, dengan tujuan menunjukkan lapisan tanah yang baru saja
terhisap dari dasar laut. Operator dapat membandingkan tanah yang baru
digali dengan lapisan tanah pada profil bor yang dimiliki sehingga dapat
diketahui apakah penggalian sudah mencapai lapisan kaksa atau tidak.
2. Selang Jig, dengan tujuan mengetahui aliran material yang terbawa oleh
air, apabila berwarna hitam menujukan bijih timah sudah terhisap secara
efesien.
3. Depan kapal, dengan tujuan memantau cutter.
4. Di pencucian, dengan tujuan memantau aktivitas dan situasi di tempat
pencucian.

Gambar 4.35 CCTV Merek HIKVISION dan Monitor Merek SAMSUNG

e. Kompas
Kompas adalah alat navigasi untuk menentukan arah berupasebuah panah
penunjuk magnetis yang bebas menyelaraskan dirinya dengan medan magnet
bumi secara akuratdan memberikan rujukan arah tertentu sehingga sangat
membantu dalam bidang navigasi.
74

Gambar 4.36 Kompas Kapal Laut 130 D

f. Snee penggalian
Papan snee penggalian berfungsi sebagai pemandu penggalian sesuai degan
arah penggalian pada kompas. Snee merupakan panduan penggalian yang berupa
lingkaran memiliki total sudut 360° yang dibagi menjadi 8 bagian sehingga
masing-masing snee memiliki sudut sebesar 45°. Kedelapan snee tersebut yaitu
Alfha, Bravo, Charlie, Delta, Echo, Foxfort, Golf, dan Hotel
g. Pengeras suara
Berfungsi untuk merekam dan sebagai penanda suara dari material-material
yang diolah pada saring putar. Dimana suara itu akan mengidentifikasikan dari
gesekan-gesekan material yang yang berada pada saring putar dengan dinding
grizzly untuk menentukan masalah masalah melalui media suara.

Gambar 4.7 Pengeras Suara Merek SHARP


75

h. Toa
Toa adalah alat pengeras suara berbentuk corong yang terdiri atas satu
speaker pengeras suara yang terletak di depan body, dan satu speaker untuk
berbicara yang di belakang body atau di ujung kabel speaker. Daya atau powernya
menggunakan tenaga dari baterai/accu/aki atau listrik DC. Utuk beberapa toa di
lengkapi degan sirine dan alat perekam. Toa berfungsi untuk memberi
pemberitahuan dan arahan pada karyawan KIP 7.

Gambar 4.38 Toa Type ZH-652 T

i. Radio
Radio adalah teknologi yang digunakan untuk pengiriman sinyal dengan cara
modulasi dan radiasi elektromagnetik (gelombang elektromagnetik). Gelombang
ini melintas, dan merambat lewat udara, dan bisa juga merambat lewat ruang
angkasa yang hampa udara, karena gelombang ini tidak memerlukan medium
pengangkut (seperti molekul udara). Radio pada KIP timah 7 terdapat dua radio
yaitu radio nasional dan internasional.
1. Radio nasional
Radio nasional berfungsi sebagai alat yang digunakan pada ruang
komando (control desk), untuk berkomuniskasi dengan kantor UPLB yang
ada didarat untuk memudahkan bertukar informasi dan juga memberikan
informasi darurat yang ada pada Kapal Isap Produksi.
76

Gambar 4.39 Radio Nasional Type GM338

2. Radio internasional
Radio internasional di gunakan sebagai alat untuk berkomunikasi
keseluruh kapal yang melakukan aktivitas penambangan di lepas pantai, baik
kapal mitra maupun kapal milik perusahaan.

Gambar 4.40 Radio Internasional Type Icom IC-M304

j. Kotak P3K
Kotak P3K Berfungsi sebagai tempat persediaaan obat-obatan dan peralatan
yang dibutuhkan apabila ada karyawan yang mengalami kecelakan kerja dan
memberikan pertolongan pertama. Ditempat kerja atau perusahaan wajib memiliki
kotak P3K dan memenuhi standar kelengkapan peralatan didalam kotak
sebagaimana telah diatur dalam permenaker No. PER-15/MEN/VIII/2008 tentang
pertolongan pertama pada kecelakaan ditempat kerja.
77

Gambar 4.41 Kotak P3K

4.3.4.2 Mesin Penunjang Kapal


a. Pompa tanah
Mesin pompa tanah berfungsi untuk memutar impeller pompa isap tanah.
Mesin ini memiliki type YANMAR 6 AYM –ETE, dengan daya sebesar 859 HP
dengan putaran 560 rpm. Mesin pompa tanah dihubungkan dengan gearbox
pompa tanah, putaran dari gearbox ini kemudian di salurkan menuju pompa tanah
melalui as joint pompa yang terletak di dalam ladder.

Gambar 4.42 Mesin Pompa tanah Power 859 HP

b. Generator set
Terdapat dua buah genset di KIP Timah 7 dimana memiliki kapasitas
masing-masing 150 kVA (160, 86 HP) di bagian kanan kapal dengan type mesin
78

Perkins PL150 dan 60 kVA (64, 3 HP) dibagian kiri kapal type mesin Perkins
PL60. Genset kiri digunakan saat siang hari untuk kegiatan operasional kapal,
sedangkan genset kanan digunakan saat malam hari untuk kegiatan operasional.

Gambar 4.43 Genset Type Perkins PL150 And Perkins PL60

c. Mesin hidrolik kiri


KIP Timah 7 memiliki dua mesin hidrolik yang berada di bagian kanan dan
kiri kapal. Mesin hidrolik kiri dengan type mesin YANMAR 6 HYM, berfungsi
untuk mengatur air yang masuk kedalam saring putar, untuk menggerakkan jig
dan untuk mengerakkan saring putar mesin hidrolik kiri sebesar 500 HP dengan
putaran mesin keduanya 1900 rpm.

Gambar 4.44 Mesin Hidrolik Kiri Power 500 HP


79

d. Mesin hidrolik kanan


Mesin hidrolik kanan dengan type mesin YANMAR Model: 6 AYM –ETE,
memiliki daya sebesar 500 HP dengan putaran mesin keduanya 1900 rpm. Mesin
hidrolik kanan ini berfungsi untuk menaikkan dan menurunkan jangkar,
menaikkan dan menurunkan ladder dan juga untuk menggerakkan cutter.

Gambar 4.45 Mesin Hidrolik Kanan Power 500 HP

e. Mesin pendingin
Mesin Pendingin berfungsi menjaga supaya temperatur mesin dalam kondisi
yang ideal dan mengurangi resiko kerusakan mesin yang sedang bekerja. Mesin
pendingin ini berada di samping pangkal ladder

Gambar 4.46 Mesin Pendingin


80

f. Rudder propeller
Mesin rudder propeller dengan tipe mesin YANMAR Model: 6 HYM-WET
Mesin ini memiliki daya sebesar 500 HP dengan putaran 1900 rpm. Digunakan
untuk menggerakkan kapal selama proses penggalian baik dengan metode rotary,
metode spudding, dan metode kombinasi dan menggerakkan swing propeller yang
menyebabkan kapal bergerak maju maupun berbelok arah ke kanan atau ke kiri.

Gambar 4.47 Mesin Rudder Propeller Power 500 HP


g. Mesin underwater
Mesin underwater memiliki kapasitas 1500 m3/jam dengan kekuatan 150
HP, serta kecepatanya 1450 rpm. Mesin ini digunakan untuk menggerakkan
pompa hidrolik penggerak jig primer, jig sekunder, saring putar, dan sebagai
penyedia air untuk pemisah material di jig primer dan sekunder.

Gambar 4.48 Mesin Underwater Power 150 HP


81

4.4 Tingkat Produksi Bijih Timah


Produksi merupakan tahap akhir dari rangkaian aktivitas penambangan.
Produksi dapat menjadi salah satu parameter penting dengan menganalisis kinerja
KIP, naik ataupun turunnya produksi yang diperoleh akan menjadi sumber dari
segala evaluasi yang dialami oleh KIP. Dengan demikian, pengamatan yang
ditekankan pada hasil penambangan yakni produksi memiliki beberapa faktor
perbedaan yang secara signifikan mempunyai kendala baik berupa faktor
sumberdaya manusia hingga pada kemampuan alat ataupun keadaan bahan galian
sesuai dengan pengamatan yang didapatkan di lapangan.
Waktu kerja atau jam jalan sangat berpengaruh bagi efektifitas kerja alat dan
hasil yang diperoleh. Waktu kerja yang digunakan adalah waktu untuk produksi.
Berarti ada kehilangan waktu yang disebabkan oleh adanya hambatan – hambatan
selama jam kerja.
Berdasarkan data jam kerja bulan Juni 2019, jam kerja efektif KIP Timah 7 dapat
dihitung dengan :
Diketahui :
Jam jalan tersedia (Juni) / total jam jalan = (jumlah hari) x 24 jam
= 30 hari x 24 jam
= 720 jam
Target waktu kerja = 500 jam
Total jam jalan kapal = 380 jam
𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑘𝑎𝑝𝑎𝑙
Efisiensi Kerja = 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎 𝑥 100%
380𝑗𝑎𝑚
= 500 𝑗𝑎𝑚
𝑥 100%

= 76 %
Diketahui :
a. Rencana target produksi = 25 ton
b. Hasil produksi (real) = 40,18 ton
40,18 ton
Persentase hasil produksi (%) = x 100%
25 ton
= 160,72 %
82

Berikut hasil produksi bijih timah bulan Juni 2019 :


KIP Timah 7 Produksi dihitung : 25 ton SnO2
KIP Timah 7 Produksi sebenarnya : 40,18 ton SnO2
Jam jalan pada bulan Juni 2019 :
KIP Timah 7 : 380 jam

4.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Bijih Timah KIP Timah 7


Adapun beberapa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kendala pada saat
penggalian di KIP timah 7 yaitu :
 Terjadi kerusakan peralatan alat penggalian seperti cutter patah bahkan
lepas dari bearing cutter, mulut pipa isap mengalami kebuntuan, pipa isap
mengalami kebocoran dan kerusakan peralatan lainya.
 Saat cuaca buruk, misalnya arus kencang, gelombang kuat dan angin
kencang. Maka penggalian terpaksa dihentikan, karena penggalian tidak
akan maksimal dan tidak bisa mencapai kedalaman gali yang diinginkan
serta target produksi tidak akan tercapai. Dan juga jika tetap dipaksakan
penggalian, akan sangat berbahaya bagi peralatan gali dan keselamatan
pekerja.
 Pada lapisan tanah yang keras dan liat lebih sulit digali seperti pada jenis
tanah lempung liat, sehingga penggalian tidak maksimal. Untuk
menghadapi hal ini dilakukan dengan memperlebar bukaan kolong untuk
mencegah runtuhan dinding yang menyebabkan tertimbunya ladder dan
peralatan penggalian harus maksimal, misalnya kuku cutter harus baik dan
putaran cutter harus kuat.
 Saat tanah roboh/longsor (seperti tanah bekas/tailing) maka kekuatan
pompa tanah harus kuat sehingga tidak terjadi buntu pada pipa tekan.
Sehingga bisa membuang tanah dengan cepat.

Anda mungkin juga menyukai