Anda di halaman 1dari 16

BAB III

KEGIATAN PENAMBANGAN

Pada proses penambangan, ada bermacam-macam cara untuk


melepaskan bahan/material dari batuan induknya. Salah satu cara yang biasa
digunakan adalah peledakan. Cara peledakan ditempuh jika cara lain yang
lebih efektif misalnya dengan menggunakan alat mekanis tidak dapat
digunakan terhadap batuan yang akan di lepaskan.
Perencanaan oleh Bosowa Resources tentang kemajuan tambang sangat
berpengaruh pada kondisi lahan tambang. Sistim tambang terbuka adalah
kegiatan yang diterapkan sebagaimana front kerja digali dari bawah ke atas
atau sebaliknya dari atas ke bawah (open cut). Penambangan terbuka
dilakukan untuk menggali endapan–endapan bahan galian yang sebagai
mineral industri maka diterapkan open cut. (Lihat pada gambar 2).
Kegiatan penambangan di PT Bosowa Mining dimulai dari pendorongan
Over Burden, kemudian dilanjutkan pada pemboran untuk lubang ledak
selanjutnya diadakan peledakan agar nantinya material dapat di muat hingga
akhirnya di angkut ke Crusher.

Gambar 2
Front kerja penambangan pada PT. Bosowa Mining

5
A. Pemboran

Kegiatan pemboran merupakan awal dari kegiatan pembongkaran


dengan cara peledakan, yaitu dengan dengan cara membuat lubang ledak
(blast hole) dengan diameter dan kedalaman tertentu.
Untuk pembuatan lubang ledak pada PT.Bosowa Mining, digunakan
dua type alat bor dengan diameter beet 4,5 inch, yaitu Furukawa (lihat pada

gambar 3) dan diameter beet 3,5 inch, yaitu Atlas Copco (lihat pada gambar 4)

Gambar 3
Alat bor Type Furukawa HCR1500-ED II

6
Gambar 4
Alat bor Type atlas copco

1. Pola Pemboran
Dalam kegiatan peledakan Pola pemboran merupakan pengaturan
jarak antara lubang ledak dalam satu baris (spacing) dan jarak antara
lubang ledak dengan bidang bebas (burden). Pola pemboran yang biasa
digunakan dalam metode peledakan jenjang adalah pola bujur sangkar
(Square drill pattern) (lihat pada gambar 5), pola persegi panjang
(Rectangular pattern) (lihat pada gambar 6), dan pola persegi panjang zig-zag
(Staggered rectangular pattern) (lihat pada gambar 7). Pola yang umum
digunakan pada PT Bosowa Mining adalah pola bujur sangkar dan pola
zig-zag.

7
Gambar 5
Pola bujur sangkar Square drill pattern (rS=rB)

Gambar 6
Pola persegi panjang Rectangular pattern (rS<rB)

Gambar 7
Pola zig-zag

8
2. Kecepatan Pemboran
Kecepatan pemboran merupakan suatu parameter yang
menunjukkan kemampuan penetrasi Bit (mata bor) kedalam batuan.
Adapun persamaan yang digunakan dalam menentukankecepatan
pemboran sebagai berikut :
H
Vt =
Wb …………………………………………………………(3-2)

Dimana :
Vt = Kecepatan pemboran (meter/menit)
H = Kedalaman lubang bor (meter)
Wb = Waktu membor (menit)
3. Efisiensi Penggunaan Alat Bor
Untuk mengetahui Efisiensi dari penggunaan alat bor, ada
beberapa pengertian yang dapat menunjukkan keadaan alat mekanis dan
efektifitas penggunaannya, antara lain :
a. Physical Ability (Efisiensi Operasional)
Tingkat kemampuan alat untuk berproduksi yang dipengaruhi oleh operator.
Dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

Wk
PA=
W k + S x100%

b. Mechanical Ability(Efesiensi Mekanis)


Tingkat kemampuan alat untuk berproduksi yang dipengaruhi oleh faktor
mekanis seperti pengisian bahan bakar dan perbaikan suku cadang.
Untuk mengetahui faktor mekanis tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:

Wk
MA = Wk +R x 100 %

c. Effective Utilization (Efisiensi Kerja)


Tingkat produktivitas alat (jam kerja yang produktif) atau waktu yang
digunakan alat-alat mekanis untuk beroperasi dari waktu kerja yang
disediakan, dapat diketahui dengan menggunakan rumus:

9
Wk
EU= T x100%

Dimana:

Wk = Waktu kerja operasi

R = Waktu perbaikan

S = Waktu stand by

T = Total waktu yang tersedia

4. Kemampuan Pemboran
Kemampuan pemboran merupakan kemampuan produksi alat bor
perhari dari total waktu yang tersedia. Persamaan yang digunakan untuk
menentukan produksi pemboran adalah sebagai berikut :
60
N =
ct x Eff x T
Dimana :
N = Jumlah lubang bor per hari.
Ct = Cycle time pembora (menit)
Eff = Efisiensi kerja alat bor (%)T= Jam kerja tersedia.
B. Peledakan

Kegiatan peledakan pada massa batuan bertujuan untuk :


a. Membongkar atau melepaskan batuan (bahan galian) dari batuan
induknya.
b. Memecah dan memindahkan batuan
c. Membuat rekahan
Bahan peledak merupakan sarana yang efektif sebagai alat
pembongkar batuan dalam industri pertambangan.Oleh karena itu perlu
dimanfaatkan sebagai barang yang berguna, disamping juga merupakan
barang yang berbahaya.Untuk itu dalam pelaksanaan pekerjaan peledakan
harus hati-hati sesuai dengan peraturan dan teknik-teknik yang diterapkan,
sehingga pemanfaatannya lebih efisien dan aman.

10
Teknik peledakan yang dipakai tergantung dari tujuan peledakan dan
pekerjaan atau proses lanjutan setelah peledakan. Untuk mencapai pekerjaan
peledakan yang optimum sesuai dengan rencana, perlu diperhatikan faktor-
faktor sebagai berikut :
a. Karakteristik batuan yang diledakkan
b. Karakteristik bahan peledak yang digunakan
c. Teknik atau metode peledakan yang diterapkan.
Suatu proses peledakan biasanya dilakukan dengan cara membuat
lubang tembak yang diisi dengan sejumlah bahan peledak; dengan penerapan
metode peledakan, geometri peledakan dan jumlah bahan peledak yang sesuai
untuk mendapatkan hasil yang diinginkan.
1. Bahan Peledak
Bahan peledak adalah bahan atau zat yang berbentuk padat, cair,
gas, atau campuran yang apabila dikenai atau terkena suatu aksi berupa
panas, benturan atau gesekan, akan berubah secara kimiawi menjadi zat-
zat yang lebih stabil, yang sebagian besar atau seluruhnya berbentuk gas
dan perubahan tersebut berlangsung dalam waktu yang amat singkat,
disertai efek panas dan tekanan yang tinggi.
Bahan peledak yang dipakai pada PT. Bosowa Mining adalah
bahan peledak low explosives yaitu Amonium Nitrat dan Fuel Oil
(ANFO) (lihat pada gambar 8), untuk lubang kering dan lubang basah. ANFO
adalah pencampuran antara amonium nitrat dan fuel oil dengan
perbandingan 95,5% : 4,5%.

11
ANFO (Amonio Nitrat) ( Foil Oil)
Gambar 8

Sehubungan dengan penggunaan bahan peledak dalam proses


pembongkaran batuan, maka ada beberapa hal yang harus dihitung, yaitu:
a). Kolom pengisian (powder column)
Powder column adalah bagian dari lubang bor yang akan
terisi oleh bahan peledak, merupakan selisih dari kedalaman lubang
ledak dengan stemming. Powder column menentukan banyaknya
pemakaian bahan peledak dalam sebuah lubang bor. Persamaannya
adalah sebagai berikut :
Pc = Kedalaman Lubang (H) – stemming (T)

b). Kepadatan pengisian (Loading density)


Merupakan jumlah berat bahan peledak setiap satuan panjang,
dapat dihitung dengan persamaan :

 Loading density (de)= Density x Luas

 Loading density (de)= 0,34 x SGexplosive x De2

Dimana :

de = loading density (lb/ft)


De = diameter lubang ledak (inchi)

c). Berat bahan peledak (Loading factor)


Berat bahan peledak dapat dihitung dengan cara :

Loading factor = Kepadatan pengisian x powder column .…

12
d). Energi pengisian
Energi pengisian berhubungan dengan berat bahan peledak yang
dipakai dan kekuatan berat absolut dari bahan peledak, dapat dihitung
dengan persamaan :

Energi pengisian = berat handak x AWS handak


2. Geometri Peledakan

Geometri peledakan merupakan gambaran dari dimensi-dimensi


(panjang, lebar, tinggi) perencanaan kegiatan peledakan yang akan
dilakukan. Adapun dimensidari geometri peledakan yaitu (lihat pada gambar 9)

(Sumber : Makalah Kursus Juru Ledak, hal. 12)


Gambar 9
Geometri Peledakkan Kegiatan Jenjang

13
Untuk menentukan geometri peledakan pada PT. Bosowa Mining,
bagian perencanaan dan persiapan tambang menggunakan formula
“Anderson”. Adapun parameter yang diperhitungkan adalah :
a. Ketinggian teras (bench height)
b. Diameter lubang ledak (hole diameter)
c. Kedalaman Lubang Ledak
d. Burden
Nilai Burden menurut formula Andersonadalah :
B =0,11 √ d . H
Dimana :

B =Burden (meter)
d =Diameter lubang bor (inchi)
H =Kedalaman lubang bor(meter)
e. Spacing
f. Stemming
g. Subdrilling
3. Pola Peledakan
Pola peledakan bertujuan untuk mengefektifkan hasil peledakan.
Secara garis besar, pola peledakan yang biasa digunakan dalam
pembongkaran adalah pola peledakan dengan arah lemparan ke depan
yang sejajar dengan bidang bebas dan pola peledakan dengan arah
lemparan ke arah pojok (Corner cut). Pola peledakan yang menyerupai
bentuk kotak (Box cut) yang dilakukan dengan cara pengaturan
nomordelay dan kegiatan penembakan secara beruntun (delay) dan secara
serempak (simultan).(lihat pada gambar 10)
Pola peledakan disesuaikan dengan pola pengeboran yang sudah
ada.Dan untuk menghasilkan arah lemparan yang teratur, dilakukan
pengaturan nomor delay yang tepat.Pola pengeboran zig-zag lebih sering
digunakan karena energi bahan peledak dapat didistribusikan secara
optimum untuk mencapai fragmentasi yang dikehendaki.Akan tetapi, hal
ini disesuaikan dengan kondisi lapangan, kemampuan alat bor berpindah

14
posisi, kebiasaan dan skill yang dimiliki oleh operator alat. Distribusi
energi bahan peledak (lihat pada gambar 11).

Pola Sejajar Lubang Ledak

Daerah Penyebaran Energi

Daerah yang tidak terhancurkan


oleh energi bahan peledak

Pola Zig zag


Gambar 11
Distribusi Energi Bahan Peledak

Detonator yang digunakan adalah detonator listrik jenis tunda,


dimana arus listrik berfungsi sebagai sumber energi. Pengaturan nomor
delay dapat disesuaikan dengan nomor delay detonator, dengan interval
delay yang terkecil ke interval delay yang terbesar. Hal ini dimaksudkan
agar dalam peledakan terdapat bidang-bidang bebas.
(lihat pada gambar 12).

15
5

3
2

1
d
s
t

Free
face

Gambar 12
Pengaturan Nomor Delay Detonator

Pada setiap detonator listrik type delay tercantum nomor delaynya.


Misalnya untuk merek “Hemiji” tertera nomor delay yaitu selang
peledakannya nol detik, nomor 1 selang waktu peledakan 1 x 0,025 ms,
dan seterusnya (lihat pada gambar 13). Pada peledakan banyak baris (>4 baris),
penggunaan interval delay yang semakin lama di baris belakang akan
mengakibatkan terbentuknya bidang bebas.

Gambar 13
Detonator Listrik

16
Gambar 10
Peledakan Serentak

4. Powder Factor

Powder factor adalah suatu bilangan untuk menyatakan jumlah


material yang diledakkan atau dibongkar oleh bahan peledak dalam
jumlah tertentu. Istilah lain powder factor adalah specific charge.

Ada 4 cara dalam menyatakan powder factor :

a. Berat bahan peledak per volume batuan yang diledakkan (kg/m3).


b. Berat bahan peledak per berat batuan yang diledakkan (kg/ton).
c. Volume batuan per berat bahan peledak (m3/kg).
d. Berat batuan per berat bahan peledak (ton/kg).
C. Sarana Pendukung

Sebagai suatu departemen, pembagian ruanganpun harus sesuai


dengan bidangya misalnya ruangan team peledak tersendiri begitu pula dengan
ruangan yang lain. Agar tidak terjadinya kekacauan tugas. Karena keperluan
yang berbeda maka tersendiri pada bidang-bidang diberikan suatu mobil
operasional dan berbagai alat keperluan yang mendukung pekerjaan. (lihat
pada gambar 14)

17
Gudang handak adalah tempat dimana bahan dan peralatan yang di
buat khusus agar keadaan aman, nyaman, dan tidak terganggu oleh kegiatan
yang lain. Gudang handak juga di buat nyaman dengan bagunan gudang
terpisah sesuai degan jenis barangnya misal gudang handak dan Amonium
Nitrate (lihat pada gambar 15), gudang dinamit (lihat pada gambar 16), gudang detonator
(lihat pada gambar 17), serta dibangun juga tempat pencampuran dan pos security
serta polisi (lihat pada gambar 18).

Gambar 14
Mobil oprasional untuk team peledakan

gudang Amonium Nitrate keseluruhan gudang handak


Gambar 15

18
Gambar 16

Gudang Dinamit

Gambar 17
Gudang Detonator

19
Gambar 18
Tempat Pencampuran Pos Security & Polisi

20

Anda mungkin juga menyukai