KEGIATAN PENAMBANGAN
Gambar 2
Front kerja penambangan pada PT. Bosowa Mining
5
A. Pemboran
gambar 3) dan diameter beet 3,5 inch, yaitu Atlas Copco (lihat pada gambar 4)
Gambar 3
Alat bor Type Furukawa HCR1500-ED II
6
Gambar 4
Alat bor Type atlas copco
1. Pola Pemboran
Dalam kegiatan peledakan Pola pemboran merupakan pengaturan
jarak antara lubang ledak dalam satu baris (spacing) dan jarak antara
lubang ledak dengan bidang bebas (burden). Pola pemboran yang biasa
digunakan dalam metode peledakan jenjang adalah pola bujur sangkar
(Square drill pattern) (lihat pada gambar 5), pola persegi panjang
(Rectangular pattern) (lihat pada gambar 6), dan pola persegi panjang zig-zag
(Staggered rectangular pattern) (lihat pada gambar 7). Pola yang umum
digunakan pada PT Bosowa Mining adalah pola bujur sangkar dan pola
zig-zag.
7
Gambar 5
Pola bujur sangkar Square drill pattern (rS=rB)
Gambar 6
Pola persegi panjang Rectangular pattern (rS<rB)
Gambar 7
Pola zig-zag
8
2. Kecepatan Pemboran
Kecepatan pemboran merupakan suatu parameter yang
menunjukkan kemampuan penetrasi Bit (mata bor) kedalam batuan.
Adapun persamaan yang digunakan dalam menentukankecepatan
pemboran sebagai berikut :
H
Vt =
Wb …………………………………………………………(3-2)
Dimana :
Vt = Kecepatan pemboran (meter/menit)
H = Kedalaman lubang bor (meter)
Wb = Waktu membor (menit)
3. Efisiensi Penggunaan Alat Bor
Untuk mengetahui Efisiensi dari penggunaan alat bor, ada
beberapa pengertian yang dapat menunjukkan keadaan alat mekanis dan
efektifitas penggunaannya, antara lain :
a. Physical Ability (Efisiensi Operasional)
Tingkat kemampuan alat untuk berproduksi yang dipengaruhi oleh operator.
Dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
Wk
PA=
W k + S x100%
Wk
MA = Wk +R x 100 %
9
Wk
EU= T x100%
Dimana:
R = Waktu perbaikan
S = Waktu stand by
4. Kemampuan Pemboran
Kemampuan pemboran merupakan kemampuan produksi alat bor
perhari dari total waktu yang tersedia. Persamaan yang digunakan untuk
menentukan produksi pemboran adalah sebagai berikut :
60
N =
ct x Eff x T
Dimana :
N = Jumlah lubang bor per hari.
Ct = Cycle time pembora (menit)
Eff = Efisiensi kerja alat bor (%)T= Jam kerja tersedia.
B. Peledakan
10
Teknik peledakan yang dipakai tergantung dari tujuan peledakan dan
pekerjaan atau proses lanjutan setelah peledakan. Untuk mencapai pekerjaan
peledakan yang optimum sesuai dengan rencana, perlu diperhatikan faktor-
faktor sebagai berikut :
a. Karakteristik batuan yang diledakkan
b. Karakteristik bahan peledak yang digunakan
c. Teknik atau metode peledakan yang diterapkan.
Suatu proses peledakan biasanya dilakukan dengan cara membuat
lubang tembak yang diisi dengan sejumlah bahan peledak; dengan penerapan
metode peledakan, geometri peledakan dan jumlah bahan peledak yang sesuai
untuk mendapatkan hasil yang diinginkan.
1. Bahan Peledak
Bahan peledak adalah bahan atau zat yang berbentuk padat, cair,
gas, atau campuran yang apabila dikenai atau terkena suatu aksi berupa
panas, benturan atau gesekan, akan berubah secara kimiawi menjadi zat-
zat yang lebih stabil, yang sebagian besar atau seluruhnya berbentuk gas
dan perubahan tersebut berlangsung dalam waktu yang amat singkat,
disertai efek panas dan tekanan yang tinggi.
Bahan peledak yang dipakai pada PT. Bosowa Mining adalah
bahan peledak low explosives yaitu Amonium Nitrat dan Fuel Oil
(ANFO) (lihat pada gambar 8), untuk lubang kering dan lubang basah. ANFO
adalah pencampuran antara amonium nitrat dan fuel oil dengan
perbandingan 95,5% : 4,5%.
11
ANFO (Amonio Nitrat) ( Foil Oil)
Gambar 8
Dimana :
12
d). Energi pengisian
Energi pengisian berhubungan dengan berat bahan peledak yang
dipakai dan kekuatan berat absolut dari bahan peledak, dapat dihitung
dengan persamaan :
13
Untuk menentukan geometri peledakan pada PT. Bosowa Mining,
bagian perencanaan dan persiapan tambang menggunakan formula
“Anderson”. Adapun parameter yang diperhitungkan adalah :
a. Ketinggian teras (bench height)
b. Diameter lubang ledak (hole diameter)
c. Kedalaman Lubang Ledak
d. Burden
Nilai Burden menurut formula Andersonadalah :
B =0,11 √ d . H
Dimana :
B =Burden (meter)
d =Diameter lubang bor (inchi)
H =Kedalaman lubang bor(meter)
e. Spacing
f. Stemming
g. Subdrilling
3. Pola Peledakan
Pola peledakan bertujuan untuk mengefektifkan hasil peledakan.
Secara garis besar, pola peledakan yang biasa digunakan dalam
pembongkaran adalah pola peledakan dengan arah lemparan ke depan
yang sejajar dengan bidang bebas dan pola peledakan dengan arah
lemparan ke arah pojok (Corner cut). Pola peledakan yang menyerupai
bentuk kotak (Box cut) yang dilakukan dengan cara pengaturan
nomordelay dan kegiatan penembakan secara beruntun (delay) dan secara
serempak (simultan).(lihat pada gambar 10)
Pola peledakan disesuaikan dengan pola pengeboran yang sudah
ada.Dan untuk menghasilkan arah lemparan yang teratur, dilakukan
pengaturan nomor delay yang tepat.Pola pengeboran zig-zag lebih sering
digunakan karena energi bahan peledak dapat didistribusikan secara
optimum untuk mencapai fragmentasi yang dikehendaki.Akan tetapi, hal
ini disesuaikan dengan kondisi lapangan, kemampuan alat bor berpindah
14
posisi, kebiasaan dan skill yang dimiliki oleh operator alat. Distribusi
energi bahan peledak (lihat pada gambar 11).
15
5
3
2
1
d
s
t
Free
face
Gambar 12
Pengaturan Nomor Delay Detonator
Gambar 13
Detonator Listrik
16
Gambar 10
Peledakan Serentak
4. Powder Factor
17
Gudang handak adalah tempat dimana bahan dan peralatan yang di
buat khusus agar keadaan aman, nyaman, dan tidak terganggu oleh kegiatan
yang lain. Gudang handak juga di buat nyaman dengan bagunan gudang
terpisah sesuai degan jenis barangnya misal gudang handak dan Amonium
Nitrate (lihat pada gambar 15), gudang dinamit (lihat pada gambar 16), gudang detonator
(lihat pada gambar 17), serta dibangun juga tempat pencampuran dan pos security
serta polisi (lihat pada gambar 18).
Gambar 14
Mobil oprasional untuk team peledakan
18
Gambar 16
Gudang Dinamit
Gambar 17
Gudang Detonator
19
Gambar 18
Tempat Pencampuran Pos Security & Polisi
20