Anda di halaman 1dari 16

METODE KERJA

“ TRIAL BLASTING MATERIAL BATUAN UNTUK


PEKERJAAN TRIAL EMBANKMENT
TIMBUNAN ZONA ROCKFILL (3A) DAN ZONA TRANSISI (3B) ”

1.1 PENDAHULUAN
Pekerjaan Trial Blasting ini dilakukan terkait dengan kebutuhan produksi material batuan yang akan
digunakan untuk Uji coba Penimbunan (Trial Embankment) Zona Rockfill (3A) dan Zona Transisi
(3B).

Pada laporan ini dipaparkan metode kerja uji coba produksi material timbunan batuan dengan
peledakan. Pada uji coba produksi dengan peledakan ini, ada dua pekerjaan utama yang dilakukan,
yaitu pemboran dan peledakan. Pada pelaksanaanya perlu diperhatikan beberapa hal, antara lain :

1. Rencana Pelaksanaan Peledakan, meliputi :


a. Telah diketahuinya batas-batas dari area yang akan diledakan.
b. Target produksi yang diharapkan.
c. Telah dibuat lay-out penambangan, mengenai arah penambangan, access road, stok area
dan lain-lain.

2. Alat dan Bahan


➢ Peralatan :
a. CRD (Crow Rock Drill) 1 unit untuk peledakan di area lokasi uji coba blasting
b. Kompressor 1 unit untuk peledakan di area lokasi uji coba blasting.
c. Excavator Backhoe 1 unit, untuk memindahkan material hasil blasting
d. Excavator Breaker 1 unit
e. Dozer 1 Unit
f. Dump truck untuk mengangkut material hasil blasting ke lokasi Trial Embankment.
g. Screening (untuk gradasi material zona rockfill dan transisi sesuai dengan spesifikasi)
➢ Bahan :
a. Detonator listrik jenis millisecond Delay
b. Powergell jenis Magnum 3151
c. Amonium Nitrate atau ANFO

P a g e 1 | 17
3. Target Produksi
Metode Trial Blasting ini ditujukan agar mempermudah pelaksanaan pekerjaan Blasting pada
quarry, Pada tahapan pekerjaan timbunan perlu dilakukan Trial Embankment, Adapun
material yang digunakan pada Trial Embankment merupakan hasil dari material trial blasting
yang didapatkan dari hasil perhitungan sesuai dengan Jurnal "Procedures for Determining
Compacted Rockfil/ Lift Thickness & Compactive Effort in Large Scale Test Fills" dalam
geoengineer.org/education, dengan uraian perhitungannya sebagai berikut :
Lebar Area = (W x 3) + (N x T x 3)
Dimana:
W = Lehar Roller Drum
N = Jumlah lapisan
T = Ketebalan Gembur Material yang direncanakan
Contoh:
Jika virabtory roller dengan berat 10 ton memiliki lebar drum 2,1 m, dengan jumlah lapisan
yaitu 1 lapis, dimana masing-masing tebal gembur material yaitu 1,3 dari tebal padat atau 1,95
m untuk untuk Zona Rockfill clan 0,97 m untuk Zona Transisi (ketebalan lapisan setelah
dipadatkan yaitu 150 cm untuk zona rockfill, dan 75 cm untuk zona trans isi). Jika digun akan
data tersebut, maka lebar min imum area uji coba pemadatan un tuk satu segm en yaitu 12,15
m untuk Zona Rockfi ll (Zona 3a) clan 9,21 m untuk Zona Transisi (Zona 3b). Sedangkan
Panjang yang disarankan pada Jurnal "Procedures for Determining Compacted Rockfill Lift
Thickness & Compactive Effort in Large Scale Test Fills" dalam geoengineer.org/education,
umumnya 2 (dua) kali dari lebar area.

Layout Area Uji Coba Penimbunan (Trial Embankment) untuk Timbunan Batu

P a g e 2 | 17
Estimasi volume yang dibutuhkan untuk uji coba penimbunan yaitu luas area yang digunakan
dikalikan dengan tebal material gembur yang direncanakan. Jika lebar area yaitu 12,15 m dan
panjang area 24,3 m, serta jumlah lapisan 1 lapisan dengan tebal gembur masing- masing
yaitu 1,95 m (untuk Zona Rockfill), maka kebutuhan material untuk uji coba timbunan yaitu
2.302,9 m³. Sedangkan untuk Zona Transisi dengan lebar area 9,21 m dan panjang 18,2 m
yaitu 650,37 m³. Jumlah ini dapat berubah sesuai dengan rencana luasan area Trial
Embankment yang digunakan.

4. Pengamatan terhadap hasil produksinya (material batu), meliputi :


- Pemantauan getaran akibat blasting dengan menggunakan alat monitor getaran mini mate
vibration yang nanti hasilnya berupa panduan jumlah muatan yang boleh di ledakan pada
saat bersamaan.
- Kuat Tekan Batuan hasil blasting (UCS untuk uji di laboratorium dan Point Load Test
untuk uji lapangan)
- Gradasi yang dihasilkan (sesuai dengan gradasi pada Spesifikasi Teknik Bendungan Tiga
Dihaji) pada hasil produksi.
Spesifikasi Teknis :
- Gradasi Dimensi Batuan timbunan Zona Rockfill (3A):
Dmax : 600 mm sampai dengan 800 mm
D 50 : 60 mm sampai dengan 200 mm
D min : 5 mm

Batasan Gradasi Material Timbunan Zona Rockfill

P a g e 3 | 17
- Gradasi Dimensi Batuan timbunan Zona Transisi (3B):
Dmax : 250 mm sampai dengan 400 mm
D 50 : 20 mm sampai dengan 80 mm
D min : 1 mm

Batasan Gradasi Material Timbunan Zona Transisi

5. Perizinan Bahan Peledak


a. Izin gudang bahan peledak
Izin gudang bahan peledak ini berlaku untuk jangka waktu 1 (satu) tahun dan dapat
diperpanjang.
b. Izin P-3 (Pemilikan, Penguasaan dan Penyimpanan) bahan peledak
Izin P-3 bahan peledak dikeluarkan oleh Mabes POLRI setelah ada rekomendasi dari
POLRES dan POLDA setempat berlaku selama 1 (satu) tahun.
c. Izin P-2 (Pembelian dan Penggunaan) bahan peledak
Izin P-2 berlaku setiap 6 (enam) bulan dan dikeluarkan oleh Mabes POLRI.
d. Izin P-1 (Ijin Penggunaan sisa bahan peledak)
Izin P-1 berlaku selama 6 (enam) bulan.

6. Gudang Bahan dan Perlengkapannya


PELEDAK ( sesuai dengan Pedoman dan Perkap Kapolri No. 17 Tahun 2017 )

P a g e 4 | 17
1.2 TAHAPAN PEKERJAAN TRIAL BLASTING

A. Survei Lokasi Trial Blasting


Survei lokasi Trial Blasting di lakukan bersama Direksi dan Konsultan Supervisi, dan di sepakati
lokasi yang akan di jadikan pengetesan trial Blasting. dengan luas area blasting 339,10 m2

Lokasi trial blasting Luas area

B. Jalan Kerja
Kontraktor akan membuat jalan kerja ke lokasi pekerjaan dengan lokasi yang terpisah dengan
access road. Jalan bersifat temporary selama pelaksanaan proyek, Asumsi penggunaan dan
pelaksanaan :
a. Pengguna
- Jalan kerja untuk mobilisasi dan demobilisasi peralatan kerja dan fasilitas kontraktor
lainya
- Jalan kerja untuk aktifitas pekerjaan, jalan kerja ini digunakan untuk penanganan
pekerjaan galian , timbunan dan material dari proses konstruksi
b. Pelaksanaan:
Peralatan kerja
No Nama alat Kapasitas Unit Diperuntkan
1 Excavator PC 200 1 Galian / cutting
2 Buldozer 11 Ton 1 Menghampar/cutting

P a g e 5 | 17
Pekerjaan ini dimulai dari pembuatan jalan kerja sesuai dengan kebutuhan lapangan, dimana
pekerjaan ini meliputi pekerjaan galian/cuting, penghamparan, dan pemadatan jalan kerja, Jalan
kerja ini berfungsi untuk mempermuda pekerjaan

Ilustrasi Pekerjaan

C. Pelaksanaan Pekerjaan.

❖ Kegiatan Pengeboran
Methode pengeboran yang utama dipergunakan dalam area terbuka adalah pengeboran partikal
atau miring, dalam pekerjaan pengeboran ini dilakukan untuk media bahan peledak sehingga
dapat difungsikan sebagai mana mestinya.
Pengeboran ini sangat berpengaruh terhadap bentuk permukaan area khususnyabentuk yang akan
diledakan.
Pemilihan alat bor untuk areaterbuka( Open pit ) dan Quarry yang memakai methode pengeboran
dan peledakan jenjang ada beberapa faktor yang harus diperhatikan antara lain:

1. Jenis batuan, dimana menentukan pemilihan alat bor persuasiv atau Clorel Rock Drill
(CRD) dipakai untuk batuan keras, Rotary-Cutting dipakai untuk batuan sedimen.
2. Tinggi jenjang dalam area terbuka dan Quarry diusahakan tinggi jenjang ditentukan
terlebih dahulu dengan beracuan pada peralatan bor yang akan dipakai.
3. Diameter dan kedalaman lobang ledak.

P a g e 6 | 17
4. Fregmentasi yang mengambarkan ukuran dari pecahan batuan setelah peledakan dan pada
umumnya fregmentasi dipengaruhi oleh proses selanjunya.
5. Kondisi lapangan.

POTONGAN MELINTANG

Dokumentasi Kegiatan Pengeboran

P a g e 7 | 17
❖ Peledakan (Blasting)
Tujuan dari peledakan adalah untuk mempersiapkan material atau Broken Rock untuk mengolah
sesuai dengan kebutuhan serta tanpa mengabaikan aspek keselamatan baik di lingkungan
pemukiman, lingkungan sekitar pekerjaan.
Perbandingan jumlah bahan peledak dalam satu lubang adalah :
• Detonator untuk satu lubang digunakan satu pcs
• Powergel untuk satu lubang digunakan 20 Gram
• Panfo untuk satu lubang 12,5 Kg

Untuk komposisi diatas digunakan Burden/spacing dengan ukuran:


• 3 x 2.5 m ( untuk 10 lubang )
• 3 x 3 m ( untuk 10 lubang )
• 3 x 4 ( untuk 10 lubang )

Masing-masing spacing diberikan jarak satu meter, agar hasil blasting di setiap spacing tidak
tercampur agar mempermudakan pengamatan terhadap gradasi material hasil blasting .
Peladakan dilakukan secara bersamaan di tiga spacing, kemudian dilakukan pengamatan terhadap
hasil blasting, apabila belum di dapatkan gradasi material hasil blasting yang sesuai dengan
spesifikasi, maka tim blaster melakukan perubahan pada komposisi bahan peledak. Terlampir
skema peledakan.

P a g e 8 | 17
SKEMA PELEDAKAN

SURVEY LOKASI

Penggalian overburden

Pengukuran/Line Marking

Pengeboran

Blow up

Perizinan bahan peledak Charging

Blasting

Pengamatan terhadap hasil blasting:

- Kuat tekan batuan

- Gradasi

Finish

P a g e 9 | 17
Peledakan dengan keadaan lingkungan dan pemukiman sekitar.

a. Tahapan peledakan (Blasting) yang harus diperhatikan terlebih dahulu adalah koordinasi
baik dengan aparat yang berwenang dan ataupun perusahaan disekitarnya.
b. Hal-hal yang sangat berpengaruh dengan keadaan lingkungan dimana lokasi peledakan
(Blasting) tidak beberapa jauh dari pemukiman Penduduk dan akan mengakibatkan getaran,
maka seelum peledakan jauh jauh hari memberitahu supaya jangan sampai ada hal-hal yang
tidak diinginkan.
c. Untuk pengamanan peledakan pihak perusahaan akan berkoordinasi dengan pihak
Kepolisian setempat untuk pengawasan dan pengamanan dilokasi peledakan dan di bantu
oleh Security Perusahaan.

Prosedur sebelum Peledakan persiapan yang akan dilakukan oleh Team Blasting adalah
a. Tahap Persiapan sebelum peledakan ;
Persiapan sebelum peledakan yang akan dilakukan dengan cara mempersiapkan dahulu
semua bahan dan peralatan yang diperlukan, tersebut dibawa kelokasi peledakan yang telah
diamankan sebelumnya.
b. Pemakaian Bahan Peledak.
Bahan peledak yang di pakai untuk peledakan di area terbuka antara lain :
1. Detonator Listrik jenis millisecond Delay.
2. Powergell Jenis Magnum 3151.
3. Ammonium Nitrate atau ANFO

c. Untuk mengurangi dampak terhadap objek disekitar, akan kita antisipasi dengan sumbu
ledak yang bervariasai ( Nomor delay ) yang berfungsi untuk mengurangi dampak getaran,
suara dan lontaran batuan ( Fly Rock ).

P a g e 10 | 17
d. Untuk mengantisipasi terhadap lereng ( Berm ) agar tidak terjadi over Break kita akan
gunakan Soft Blasting dengan daya ledak Rendah.
e. Dalam pelaksanaan peledakan kedalaman dan ukuran lubang bor serta ukuran dan ciri ciri
muatan harus direncanakan lebih dulu untuk mendapat hasil sesuai dengan yang di
rencanakan.
f. Sebelum melakukan sequence rutin peledakan maka akan melakukan trial blast untuk
masukan perencanaan kedalaman lobang bor spacing burden, steaming, efek lontaran
material dengan kombinasi delay detonator.

Pola Peledakan.
a. Pola penyalaan yang diterapkan dilapangan adalah pola peledakan secara lebih atau kurang
antara 5-10 lubang dalam satu Row, hal ini sangat berpengaruh sekali dengan keadaan
lingkungan.
b. Pola peledakan harus direncanakan sedemikian rupa untuk mendapatkan luasan hasil
peledakan yang direncanakan dan arah lontaran material hasil peledakan yang terencana.
c. Bahan peledak untuk setiap peledakan harus dengan jumlah dan kekuatan tertentu dengan
demikian supaya tidak membuka lapisan atau memecahkan diluar batas penggalian.

SKETSA BIDANG BLASTING OPEN PIT


( untuk produksi material Zona rockfill dan transisi )

P a g e 11 | 17
Tahapan Peledakan
a. Tahapan pengisian bahan peledak
Sebelum bahan peledak dimasukan, lubang ledak diperiksa dahulu apakah mengandung air
atau tidak, selain itu juga dilakukan pemeriksaan kedalaman lubang ledak karena kedalaman
lubang ledak dapat berubah akibat runtuhan batuan atau mengandung air maka harusdiseprot
atau dikeringkan dengan menggunakan Air Compressor dengan selang khusus kemudian
bahan peledak dimasukan.

Dokumentasi pengisian bahan peledak

b. Tahap penentuan lubang ledak (steamming)


Di lapangan tahap ini dilakukan dengan menggunakan material yang ada dilokasi (pasir
atau material hancuran hasil pengeboran), Steamming dilakukan setelah pemadatan isian
bahan peledak.

Dokumentasi Proses Steamming

P a g e 12 | 17
c. Tahap penyambungan rangkaian
Penyambungan Rangkaian yang dilakukan adalah secara Seri, dilapangan sambungan leg
wire ( kabel detonator ) pada setiap detonator hanya berukuran sama dengan kedalaman
lobang ledak, maka diperlukan kabel pembantu ( Conecting wire ) untuk menghubungkan
tiap-tiap leg wire dan setelah itu dilakukan pengetesan tahanan rangkaian dengan
menggunakan om meter lalu rangkaian tersebut disambungkan ke exploder ( Balasting
Machine )

d. Tahap persiapan sebelum pelaksanaan peledakan ( mencari tempat berlindung )


Tahap pesiapan sebelum peledakan dimaksudkan untuk memberikan kesempatan pada
pemegang Blasting master ( juru ledak ) dan orang orang sekitar area yang akan
diledakan, untuk area terbuka dalam menentukan tempat berlindung harus
dipertimbangkan arah dan jarak pelemparan dari batuan hasil peledakan tersebut. Setelah
diketahui makan harus diambil arah yang berlawanan dari arah pelemparan tersebut.

e. Tahap peringatan sebelum peledakan


Sebelum melaksanakan peledakan perlu diberi aba-aba kepada orang yang berada
disekitar lokasi yang akan diledakan agar segeraberlindung, begitu pula dengan peralatan
yang ada disekitar lokasi peledakan diamankan.

f. Pola Penyalaan.
Pola penyalaan yang diterapkan dilapangan adalah pola peledakan secara lebih atau
kurang antara 5-10 lubang dalam satu Row, hal ini sangat berpengaruh sekali dengan
keadaan lingkungan.

g. Tahap peledakan
Setelah semua persiapan peledakan dikerjakan, mulai dari pengisian kolom isian bahan
peledak dan penyambungan rangkaian peledakan dapat dilakukan.

P a g e 13 | 17
h. Pemeriksaan setelah peledakan.
Pemeriksaan setelah peledakan dilakukan setelah 15 menit atau setelah asap dari hasil
peledakan hilang, pemeriksaan ini biasanya dilakukan oleh juru ledak dengan tujuan
untuk mengertahui apakah dijumpai peledakan yang gagal ( misfire ), jika semua telah
meledak dengan baik dan kawasan peledakan aman dari runtuhan batuan,maka akan
diberikan aba-aba lagi bahwa peledakan telah berakhir dan pekerjaan yang lain dapat
dilanjukan kembali.

❖ Pengangkutan Material Blasting ke lokasi Trial embankment


Untuk material hasil trial blasting sebelum di angkut ke lokasi trial embankment harus melalau
proses pengamatan terlebih dahulu agar material hasil blasting yang akan digunakan untuk Trial
embankment sesuai dengan spesifikasi teknik ( kuat tekan batuan dan gradasinya) untuk material
timbunan zona rockfill (3A) dan zona transisi (3B).
Untuk jarak dari lokasi Trial blasting ke lokasi Trial Embankment ± 1 km.

Lokasi trial Embankment Luas area 500 m2

P a g e 14 | 17
JSA (Job Safety Analysis)

P a g e 15 | 17
LOKASI TRIAL BLASTING DAN LOKASI TRIAL EMBANKMANT

Jalan akses dari lokasi trial blasting ke lokasi Embankment dengan jarak 1000 s.d 1500 M

Lokasi trial Embankment Luas area 500 m2

Lokasi stock Pille Paket 1


Lokasi trial Blasting Luas area 339,10 m2

P a g e 16 | 17

Anda mungkin juga menyukai