PENDAHULUAN
A. JUDUL SKRIPSI
KAJIAN TEKNIS METODE BLOCK CAVING PADA SEKSI DRAW POINT
PADA PENAMBANGAN BAWAH TANAH PT. FREEPORT INDONESIA
COMPANY.
B. ALASAN PEMILIHAN JUDUL
Pada sistem tambang di seksi DRAW POINT dengen metode Block caving
adalah merupakan metode penambangan yang paling murah di bandingkan dengan
metode penambangan bawah tanah lainnya. Prinsip dasar yang digunakan pada metode
block caving adalah ambrukan (caving). Kemudian material hasil ambrukan ini akan di
mucking pada draw point.
Pada seksi draw point ini ada kalanya terjadi kemacetan / penyumbatan sehingga
akan mempengaruhi kegiatan penambangan atau bahkan kegiatan penambangan di seksi
tersebut akan terhenti.
Dari keterangan diatas judul ini dipilih untuk melihat aspek keteknikan dari
pemakaian system draw point ini serta pertimbangan-pertimbangan lain yang terlibat
dalam pemilihannya
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dilakukannya penelitian ini dimaksudkan untuk melakukan kajian secara
teknis terhadap system Draw yang sudah ada guna meningkatkan kinerja dan
memaksimalkan produksi dalam pengambilan bijih dengan metode block caving pada
tambang bawah tanah PT. Freeport Indonesia.
iv.
RUMUSAN MASALAH
Permasalahan yang ingin diteliti disini yakni sejauh mana keefektifan pola tersebut
terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada area kerja beserta koreksi yang perlu
dilakukan. Demikian juga dengan metode Draw yang paling ideal untuk meningkatkan
kelancaran produksi. Sehingga hasil dari Draw ini dapat memperkecil kecenderungan
penyumbatan pada Draw Point.
Dengan tidak adanya penyumbatan pada Draw Point diharapkan dapat memperlancar
kegiatan penambangan sehingga produksi dapat berjalan seperti dengan lancar dan target
produksi bias terpenuhi..
E
harus lebih kecil dengan menggunakan grizzly diatas Draw Point, kemudian
penurunan bijih antara Draw Point satu dengan yang lainnya harus bersamaan.
Dengan demikian diharapkan dapat menghidari penyumbatan pada seksi ini sehingga
penambangan bias berjalan dengan lancar.
BAB II
ANALISIS MASALAH
A. DASAR TEORI
Prinsip dasar yang digunakan pada metode block caving adalah ambrukan
(caving ). Secara geomekanik, keruntuhan suatu massa batuan ditentukan oleh dua factor
utama yaitu rock mass ratting dan hydroulic radius. Rock mass ratting diperoleh dari
beberapa parameter klasifikasi geomekanik ( sifat batuan secara mekanik yaitu
designation of rock quality ( RQD ), spasi, kekar, kondisi kekar, orientasi kekar dan
kondisi air tanah ). Sedangkan hydraulic rdius adalah perbandingan luas ( area ) dengan
keliling rongga yang terbentuk di under cut.
Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa untuk keruntuhan massa batuan selain
dipengaruhi oleh massa batuan juga dipengaruhi oleh adanya ruang yang tersedia.
Selain kedua factor utama diatas, masih ada beberapa factor lainnya yang
mempengaruhi proses ambrukan batuan tersebut, yaitu :
1. Ore Strength ( rock strength ) ; yaitu kondisi badan bijih atau batuannya.
2. Ketebalan bijih ; sangat tebal lebih dari 30 meter serta penyebarannya cukup
luas.
3. Kemiringan badan bijih ; cenderung curam lebih dari 600
4. Kondisi batuan relatif homogen.
5. kedalaman dari badan bijih lebih dari 600 meter, hal ini dimaksukan agar terjadi
tegangan yang cukup dari batuan penutup ( over burden ) diatasnya yang
melebihi kekuatan badan bijih.
Untuk menyediakan ruang tempat jatuhnya runtuhan hasil peledakan under
cutting maka dilakukan draw belling dulu. Draw belling merupakan kegiatan pembuatan
lubang bukaan dengan cara pemboran dan peledakan kebagian atas dari draw point, yang
nantinya akan berfungsi sebagai bidang bebas pada peledakan under cutting dan juga
untuk membuat tempat penampungan bagi material hancuran hasil dari peledakan.
Selanjutnya apabila massa batuan pada draw bell telah hancur secara keseluruhan
dan telah terbentuk ruangan yang cukup, maka peledakan undercuttingh dapat
dilakukan. Diharapkan dari hasil peledakan under cutting ini akan terbentuk rongga
ambrukan pemula, sehingga selanjutnya akan diikuti dengan ambrukan-ambrukan massa
batuan yang ada di level under cutt tersebut. Material hancuran dari level under cutt ini
akan jatuh dan terakumulasi di draw bell. Kemudian massa batuan yang berupa material
hancuran ini di mucking pada draw point ( titik pengambilan ).
Draw Point yang terdapat pada tambang dalam terdiri dari dua macam, yaitu :
1. Tipe single draw point ; draw point yang hanya mempunyai satu lubang
penarikan muck.
2. Tipe double draw point ; draw point yang mempunyai dua lubang penarikan,
kedua lubang penarikan ini saling berhubungan dan terdapat pada dua panel yang
bersebelahan.
Selanjutnya material hancuran ini di dumping pada stasiun penghancur batuan.
Pada stasiun penghancur batuan ( rock breaker ) ini terdapat grizzly yang berfungsi
untuk mengoleksi ukuran material hancuran sebelum dijatuhkan ke feeder yang terdapat
dibawah stasiun penghancur batuan. Jika material hancuran tersebut masih berukuran
boulder maka material tersebut harus dihancurkan dengan menggunakan alat penghancur
batuan sampai material tersebut lolos grizzly.
Draw Control Department
Tugas utama dari draw control adalah upaya pencapaian ekstraksi bijih
maksimum dengan dilusi seminimal mungkin dengan cara mengawasi secara tetap
kondisi draw dari tiap draw point pada lokasi penambangan.
Selain hal tersebut diatas, draw control juga bertugas untuk menginformasikan
kepada departemen-departemen mengenai hasil pengawasan yang telah dilakukan
melalui laporan-laporan harian, mingguan, bulanan. Dari laporan ini dapat diketahui
produksi yang telah dicapai dari target produsi yang telah ditentukan dan juga dapat
diketahui kendala yang terdapat di lapangan.
Pendekatan Rumus Yang Digunakan
Perhitungan geometri peledakan bawah tanah secara teoritis menurut Langefors
(Modern Tecnique of Rock Blasting)
B max =
d
33
p.s
c . f . ( s / b)
,m
Dimana :
Bma
= burden 1 maximum, m
= konstanta batuan
s/b
Volume Setara
Volume draw belling
Perhitungan volume material hancuran yang dapat dimucking pada draw bell.
Tg = y
x
y
maka volume tumpukan material hancuran yang tesisa didalam satu sisi draw bell
=
1
x ( dasar tumpukan x tinggi tumpukan ) x lebar draw bell
2
Jenis Batuan
Rock Condition
Average
7 mpa
4-7 mpa
5 mpa
2 mpa
Bad
3 mpa
2-3 mpa
2 mpa
0,5 mpa
Granit
Greiss
Limestone
Sand stone
Good
10 mpa
6-10 mpa
7 mpa
5 mpa
Diorite
SG (ton/m3)
2,65-2,85
SF
1,50
CS (mpa)
170-300
Gabro
2,85-3,20
1,60
260-350
Granite
2,70
1,70
200-350
Andesite
2,70
1,60
300-400
Basalt
2,80
1,50
250-400
Rhyolite
2,70
1,50
120
Trachyte
2,70
1,50
330
Rock Type
Intrisive
IGNEOUS
Extrusive
Keterangan :
SG
SF
: Swell Factor
CF
2. DATA PENDUKUNG
Yang dimaksud dengan data pendukung adalah data-data yang dapat mendukung
data-data dari lapangan guna menganalisa permasalahan yang ada untuk mencari
alternatif penyelesaian masalah.
Data pendukung dapat diambil antara lain dari data hasil pengamatan di
lapangan, laporan penelitian terdahulu dari perusahaan, brosur--brosur dari perusahaan,
data dari instansi yang terkait dan dari literatur-literatur.
3. ANALISIS PENYELESAIAN MASALAH
Permasalahan yang ada di lapangan selanjutnya dipelajari dan dikaji berdasarkan
data yang ada, baik data yang dikumpulkan dari hasil penyelidikan maupun data
penunjang dan didukung berbagai teori yang menunjang permasalahan tersebut,
selanjutnya dicarikan alternatif penyelesaiannnya.
Adapun rincian dari kajian teknis terhadap pemakain kedua mesin dalam pemboran
Fan ini adalah sebagai berikut :
1. Tahap Persiapan
Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data-data geometri fan drilling yang dipakai
pada saat ini dan dasar-dasar teknis penyusunan perancangan yang digunakan.
2. Tahap Penyelidikan pendahuluan
Pengumpulan data-data geologis area kerja yang mempengaruhi dalam perancangan
seperti struktur batuan, kekuatan batuan (rock strength), berat jenis dan parameter
lainnya.
3. Tahap Penyelidikan Terinci
Pengamatan dilapangan untuk mengetahui pelaksanaan pemboran, data dan jumlah
bahan peledak yang dipakai setiap peledakan serta masalah-masalah yang dihadapai.
Setelah melalui tahap ini maka dilanjutkan dengan :
a. Analisis terhadap rancangan pola pemboran yang ada saat ini
Disini dilakukan perhitungan teoritis hasil yang akan dicapai serta pemaparan
masalah yang akan terjadi dengan pola yang digunakan.
b. Perencanaan perubahan terhadap pola pemboran yang perlu dilakukan
Penentuan rancangan yang paling sesuai serta perbandingannya terhadap
rancangan semula dikaitkan dengan keefektifan pemboran dan hasil peledakan.
BAB III
PENELITIAN DI LAPANGAN
A. METODOLOGI PENELITIAN
Didalam melaksanakan penelitian permasalahan ini, penulis menggabungkan antara
teori dengan data-data lapangan,sehingga dari keduanya didapat pendekatan
penyelesaian masalah. Adapun urutan pekerjaan penelitian yaitu :
1. Study literatur, brosur-brosur, laporan penelitian terdahulu dari perusahaan.
2. Pengamatan langsung di lapangan, dilakukan dengan cara peninjauan lapangan
untuk melakukan pengamatan langsung terhadap semua kegiatan di daerah yang
akan diteliti
3. Pengambilan Data, dengan pengukuran langsung di lapangan maupun penelitian di
laboratorium.
4. Akuisisi Data
a. Pengelompokan data
b. Jumlah data
c. Uji realitas
5. Pengolahan data
6. Analisis hasil Pengolahan data
7. Kesimpulan
Rencana Kegiatan
Studi Literatur
Pengumpulan data Geometri
pemboran yang digunakan
pada saat ini
Pengumpulan data tentang
bahan peledak yang
digunakan
Pengumpulan data geologi
Pengumpulan data Jumlah
bahan peledak yang
digunakan tiap peledakan
Analisis geometri pemboran
terhadap kedua mesin dan
rencana perbaikan
Penyusunan Laporan
Penelitian
Minggu
II
III
IV
VI
VII
VIII
KATA PENGANTAR
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
Bab
I. PENDAHULUAN
II. ANALISIS MASALAH
A.
B.
C.
D.
Oleh :
AGUNG ROBERT SETIAWAN
97024/TA
Menyetujui
Pembimbing I
SURAT KETERANGAN
Dengan hormat
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama
No Mahasiswa
: 97024
Jurusan
: Teknik Pertambangan
Fakultas
: Teknologi Mineral
TAMBANG
BAWAH
TANAH
Mengetahui,
Dosen Wali
DOZ
PT.
BLOCK
FREEPORT