Oleh
SEBASTIANUS YOHANES DJERANDUT
NIM. 112. 020. 002
Oleh :
SEBASTIANUS YOHANES DJERANDUT
NIM. 112.020.002
Mengetahui
Dosen Wali
Nurkhamim. ST, MT
BAB I
PENDAHULUAN
A. JUDUL
Operasi peledakan pada tambang batubara tidak saja diterapkan pada lapisan
batubaranya, tetapi juga terhadap lapisan penutup (over berden) yang ada
diatasnya.Peledakan pada lapisan over burden menjadi sangat krusial karena lapisan
ini terbentuk dari batuan sediment yang kekerasannya cukup tinggi. Melihat sifat
fisik dan mekanik dari overburden serta disadari bahwa lapisan tersebut bukan
sasaran bisnis tambang, maka diperlukan suatu teknik peledakan yang
ekonomis,efisien dan ramah lingkungan sehingga perolehan batubara dapat
menutupi semua biaya operasi , termasuk pemindahan overburden
Keberhasilan suatu operasi peledakan yang optimal secara teknis biasanya tidak
diraih seketika, melainkan harus melewati beberapa percobaan dengan mengubah-
ubah parameter peledakan sampai akhirnya diperoleh hasil yang memuaskan.
Sebenarnya optimalisasi produksi dari suatu peledakan tidak saja ditinjau dari
aspek teknis, tetapi harus pula mempertimbangkan aspek ekonominya. Adapun
sasaran akhir dari optimalisasi dari operasi peledakan adalah mendapatkan biaya
produksi pada tingkat yang wajar untuk meraih target yang diinginkan perusahaan.
Dan ketika suatu alat produksi dalam hal ini penggunaan dari alat bor tidak lagi
ekonomis untuk dioperasikan, misalnya sudah terlalu tua atau tidak sesuai dengan
kondisi operasional, tidak ada salahnya untuk dijual atau dilelang.
Banyak faktor yang mempengaruhi dalam perhitungan biaya pemboran dan
peledakan, diantaranya yaitu ; permintaan pasar, kondisi batuan, biaya pemboran
dan biaya peledakan itu sendiri.
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji secara ekonomis terhadap
operasi peledakan yang diterapkan oleh perusahaan, sehingga biaya-biaya yang
dikeluarkan oleh perusahaan untuk setiap kali operasi peledakan pada target
produksi yang telah ditetapkan mendapatkan biaya produksi pada tingkat yang
wajar.
D. RUMUSAN MASALAH
A. DASAR TEORI
1. PERMINTAAN PASAR
3. BIAYA PEMBORAN
U = 100 P/S
2. Kesiapan alat bor ( drill availability ) :
Perbandingan waktu bor jalan dengan total waktu yang disediakan (jalan +
berhenti)
A = 100 T1 / (T1 + T2)
Dimana ;
U = Efisiensi kerja, %
P = Waktu produktif, jam
S = Total waktu per shift, jam
A = Kesiapan alat, %
T1= Total waktu jalan, jam
T2 = Total waktu berhenti, jam
Meliputi :
- Pembelian alat bor
- Periode depresiasi
- Bunga dari modal
Penentuan bunga dan periode depresiasi tergantung pada
kebijakan perusahaan yang biasanya dipengaruhi oleh tingkat suku
bunga di Bank
Faktor Anuitas ( A) adalah factor yang digunakan untuk menghitung
anuitas sepanjang layanan alat.
i
A = ----------------------------
[ 1 (1+ i)-n ]
dimana :
A = Faktor anuitas
I = Laju suku bunga, %
N = Periode depresiasi, tahun
C. Biaya Investasi :
158,500 x 0,2983
---------------------------- = US$ 1.51 / drm
31,300
1. Biaya Perawatan
Missal :
Gaji total team mekanik = US$ 11,500 / tahun
Produksi lubang tembak = 31,300 drm / tahun
Jadi upah mekanik = Gaji total team mekanik : Produksi
lubang tembak
= US$ 0,37 / drm
Rock drillability
Sirkulasi dari komponen bor
Specific drilling
M
Keperluan bit ; Nb = ----------------------------
( Ab x Y1 )
M
Keperluan batang bor ; Nr = ----------------------------
( Ar x Y1 )
M
Keperluan kopling ; Nc = ----------------------------
( Ac x Y1 )
M
Keperluan shank adpt ; Ns = ----------------------------
( As x Y1 )
keterangan :
M = jumlah batuan yang dibongkar, m3
Y1 = Hasil batuan per meter pemboran, m3 / drm
Produksi quary
Produksi batu M = --------------------- = 416.700 m3
Densitas
Hasil batuan per meter Y1 = 13,3 m3 / drm
Umur layanan bit Ab = 2.700 drm
Umur layanan batang bor Ar = 2.900 drm
Umur layanan kopling Ac = 2.500 drm
Umur layanan shank As = 3.200 drm
Maka :
Biaya,
Kebutuhan, Harga, Umur,
Komponen bor US$ /
buah US$ / buah drm
drm
Mata bor 102 mm 12 450 2.700 0,17
Batang bor
11 650 2.900 0,22
51 mm 12 ft
D. Biaya Peledakan
Meliputi biaya-biaya :
1. Bahan Peledak
2. Sistem Penembakan
3. Alat Pengisian (kalau diperlukan)
4. Tenaga Kerja
Tinggi jenjang = 20 m
Diameter lubang tembak = 102 mm
Hasil batuan per lubang = 293 m3
Primer per lubang = 1 buah
Berat primer = 3 kg
Harga primer = US$ 2,55 / kg
Berat muatan column = 128 kg
Harga muatan column = US$ 0,75 / kg
= US$ 0,033 / m3
Biaya Muatan Column = US$ 0,31 / m3
Biaya penembakan
Tinggi jenjang = 20 m
Diameter lubang tembak = 102 mm
Hasil batuan per lubang = 293 m3
Tinggi jenjang = 20 m
Diameter lubang tembak = 102 mm
Hasil batuan per lubang = 293 m3
Jadi biaya peledakan total adalah penjumlahan dari biaya handak, system
penembakan, dan tenaga kerja (US$ / m3 atau US$ / ton)
Meliputi :
A. BIAYA PEMILIKAN
1. Depresiasi
a. Harga pembelian
b. Salvage value
c. Biaya angkutan
d. Biaya bongkar muat
e. Harga sampai dilokasi : (a + b + c + d)
f. Periode operasi, jam / tahun
g. Umur ekonomis, jam
B. BIAYA OPERASI
1/3
Densitas batuan standar
AF2 = ----------------------------------------------------------- .(3)
Densitas batuan yang akan diledakan
Setelah mengetahui harga KB dapat ditentukan ukuran Burden (B), Spasi (S),
Steming(T), Subdrilling(J) dan lain-lain
Burden (B)
Adalah jarak tegak lurus antara lubang tembak dengan bidang bebas yang
panjangnya tergantung pada karakteristik batuan , Muatan dan jenis bahan peledak
dan lain-lain. Menentukan ukuran burden merupakan langkah awal agar fragmentasi
batuan hasil peledakan, vibrasi, airblast, dsb. dapat memuaskan.
Menurut Konya (1983)
Stiffness
Fragmentasi Airblast Flyrock Vibrasi Keterangan
Ratio
Potensi terjadinya
backbreak dan toe.
1 Jelek Berpotensi Berpotensi Berpotensi
Harus dihindari dan
dirancang ulang
Sebaiknya dirancang
2 Sedang Sedang Sedang Sedang ulang
Terkontrol dan
3 Baik baik baik baik fragmentasi memuaskan
Tidak menguntungkan
4 sempurna sempurna sempurna sempurna lagi bila Stiffness Ratio
lebih dari 4
Tabel
Stiffness Ratio dan Pengaruhnya
10
20
30
40
50
60
Subdrilling (J)
Subdrilling adalah lubang tembak yang dibor sampai melebihi batas lantai
jenjang bagian bawah. Maksudnya supaya batuan dapat meledak secara fullface dan
untuk menghindari kemungkinan adanya tonjolan-tonjolan (toes) pada lantai jenjang
lantai bagian bawah. Tonjolan yang terjadi akan menyulitkan peledakan berikutnya
dan pada waktu pemuatan dan pengangkutan.
Panjang subdriling diperoleh dengan menentukan harga subdrilling ratio (Kj) yang
besarnya tidak lebih kecil dari 0,20. Untuk batuan massive biasanya dipakai Kj
sebesar 0,3. Hubungan Kj dengan burden diekspresikan dengan persamaan sbb :
Kj = J / B ..(7)
Dimana ; Kj = Subdrilling Ratio
J = subdrilling
Steming (T)
Steming adalah lubang tembak bagian atas yang tidak diisi bahan peledak,
tetapi biasanya diisi oleh abu hasil pemboran atau kerikil (lebih baik) dan dipadatkan
diatas bahan peledak. Steming berfungsi untuk : (1) menentukan stress balance
dalam lubang tembak, (2) mengurung gas hasil proses kimia bahan peledak, dan (3)
mengontrol kemungkinan terjadinya airlast dan flyrock. Untuk mendapatkan stress
balance dapat ditentukan T = B. Steming ini disebut dengan collar.
Untuk menghitung panjang steming perlu ditentukan dulu steming ratio (Kt), yaitu
perbandingan panjang steming dengan burden. Biasanya Kt standar yang dipakai
0,70 dan ini cukup untuk mengontrol airblast, flyrock, dan stress balance. Apabila Kt
kurang dari satuakan terjadi cratering atau backbreaks, terutama pada system collar
priming. Untuk menghitung steming dipakai persamaan :
Kt = T / B .(8)
Dimana : Kt = Steming Ratio
T = steming, ft
Spacing (S)
Adalah jarak antar lubang tembak dirangkai dalam satu baris dan diukur
sejajar terhadap bidang bebas. Ukuran spacing tergantung pada burden, kedalaman
lubang tembak, letak primer, delay dan arah umum struktur batuan. Yang perlu
diperhatikan adalah kemungkinan adanya interaksi energi antara lubang tembak
yang berdekatan Menurut Konya untuk menentukan ukuran spacing berdasarkan
system penyalaan terlihat pada tabel . toleransi deviasi ukuran spacing dilapangan
sekitar 15 % dari hasil perhitungan masih dapat diterima.
A x l x dr W
PF = ------------------------ = ----------------, ton / lbs
de x PC x N E
W
Eq = --------------
NxH
B. DATA PENDUKUNG
Yang dimaksud dengan data pendukung adalah data-data yang dapat
mendukung data-data dari lapangan guna menganalisa permasalahan yang ada untuk
mencari alternatif penyelesaian masalah.
Data pendukung dapat diambil antara lain dari data hasil pengamatan di
lapangan, laporan penelitian terdahulu dari perusahaan, brosur--brosur dari
perusahaan, data dari instansi yang terkait dan dari literatur-literatur.
dan peledakan yang dipakai pada saat ini dan dasar-dasar teknis penyusunan
harga dan spesifikasi dari alat alat yang digunakan untuk pemboran dan
peledakan
perancangan seperti struktur batuan, kekuatan batuan (rock strength), berat jenis
diperlukan untuk penyelesaian masalah , adapun data yang akan diambil, yaitu :
i. Waktu total daur pemboran dari suatu alat bor, baik waktu untuk bergerak
ke lubang berikutnya, mengatur boom dan feed, member batang bor,
menambah batang bor, melepas batang bor, maupun memasang
penutup.Dan waktu tunggu (non pengeboran) sehingga didapatkan
kapasitas pemboran.
ii. Effisiensi kerja alat dan tenaga kerja
iii. Pengukuran terhadap geometri pemboran dan peledakan, berat primer per
lubang, berat muatan column
iv. Fragmentasi yang dihasilkan
Sehingga dengan mengetahui parameter-parameter diatas diharapkan didapatkan
alternative penyelesain masalah
BAB III
PENELITIAN DI LAPANGAN
A. METODOLOGI PENELITIAN
antara teori dengan data-data lapangan, sehingga dari keduanya didapat pendekatan
penelitian di laboratorium.
4. Akuisisi Data
a. Pengelompokan data
b. Jumlah data
B. RENCANA JADWAL PENELITIAN
Studi Literatur
Pengamatan
Pengambilan data
Pengolahan data
Penyusunan draft
RINGKASAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG
BAB
I PENDAHULUAN
II TINJAUAN UMUM
2.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah
2.2 Keadaan Geologi dan Topografi
2.3 Iklim dan Curah Hujan
2.4 Peralatan yang digunakan
2.5 Kegiatan Penambangan
Estimasi Biaya
3.2.1. Biaya Kepemilikan
3.2.2. Biaya Operasi
IV KONDISI LAPANGAN DAN ANALISIS EKONOMI PELEDAKAN
4.1 Karakteristik Massa Batuan
4.1.1. Komposisi Mineral
4.1.2. Struktur Batuan
4.1.3. Sifat Fisik dan Mekanik Batuan
4.1.4. Klasifikasi Massa Batuan
4.2 Karakteristik Peledakan
4.2.1. Geometri Peledakan
4.2.2. Pola dan Arah Peledakan
4.2.3. Volume setara dan Powder Faktor
4.2.4. Tingkat Fragmentasi
4.2.5. Produksi Pemboran
4.3 Biaya Pemboran
4.3.1. Kapasitas Pemboran
4.3.2. Investasi Alat Bor
4.3.3. Perawatan Alat Bor
4.3.4. Komponen Bor
4.3.5. Bahan Bakar
4.3.6 Tenaga Kerja
4.4 Biaya Peledakan
4.4.1. Bahan Peledak
4.4.2. Sistem Penembakan
4.4.3. Tenaga Kerja
4.5. Estimasi biaya-biaya alat bor
V PEMBAHASAN
5.1 Estimasi Biaya Peledakan
5.2 Kemampuan Produksi dari Alat bor
5.3 Penilaian Terhadap Biaya yang dikeluarkan untuk satu lubang bor
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1. Hemphill b., Gary, Blasting Operation, First Edition, Mc. Graw Hill Inc.,
New York
2. Langefors U., and Kihlstrom, B., The Modern Technique of Rock Blasting,
Second Edition, A Heelsted Press Book John Willey & Sons, New York,1973
6. Ir. Edy Purwanto ME. (2002), Diktat Perencanaan Tambang Terbuka, Pusat
Pendidikan dan Pelatihan Teknologi Mineral dan Batubara, Ba