diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Geomorfologi Indonesia yang di
ampu oleh :
Winarno, MP.D
DISUSUN OLEH:
JAKARTA
2021
1
KATA PENGBB ANTAR
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. Shalawat serta salam tidak lupa kami ucapkan
untuk junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW. Kami bersyukur kepada Allah SWT
yang telah memberikan hidayah serta taufik-Nya kepada kami sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini. Makalah ini berisikan tentang wilayah sulawesi barat . Kami
menyadari makalah yang dibuat ini tidaklah sempurna. Oleh karena itu, apabila ada kritik
dan saran yang bersifat membangun terhadap makalah ini, kami sangat berterima kasih.
Demikian makalah ini kami susun. Semoga dapat berguna untuk kita semua. Amin.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................2
DAFTAR ISI..........................................................................................................................3
BAB I......................................................................................................................................5
BAB II....................................................................................................................................7
2.2. Deskripsi.....................................................................................................................10
2. Sungai karana................................................................................................................12
3. Lipatan mamuju.............................................................................................................13
4. Dataran fluviomarin......................................................................................................15
6. Sesar mamuju................................................................................................................17
BAB III.................................................................................................................................18
3.1. KESIMPULAN..........................................................................................................18
3
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................19
4
BAB I
PENDAHULUAN
Struktur geologi digolongkan dalam 2 jenis yaitu struktur primer dan struktur
sekunder. Struktur primer adalah struktur yang terbentuk pada saat atau sebelum batuan
terbentuk sedangkan struktur sekunder adalah deformasi akibat gaya yang bekerja pada
suatu batuan, baik gaya yang diakibatkan oleh tenaga endogen maupun oleh tenaga
eksogen. Termasuk dalam struktur primer pada batuan sedimen seperti bidang perlapisan,
lapisan bersusun, lapisan silang siur dan jejak binatang. Sedangkan pada batuan beku
adalah rekahan-rekahan yang terbentuk akibat pendinginan, dinamakan kekar kolom.
Struktur sekunder terdiri dari lipatan , kekar dan sesar ((Massinai & Rusman, 2014)).Sesar
adalah struktur rekahan yang telah mengalami pergeseran. Umumnya disertai oleh struktur
yang lain seperti lipatan, rekahan dsb
. Daerah ini memiliki struktur geologi yang cukup kompleks, dimana sebagian besar
berupa pegunungan, hanya sebagian kecil berupa pebukitan bergelombang dan dataran
rendah(Ratman, 1985)
5
1.2. Rumusan masalah
6
BAB II
PEMBAHASAN
Sulawesi Barat adalah provinsi hasil pemekaran dari provinsi Sulawesi Selatan.
Provinsi Sulawesi Barat terletak pada koordinat 0°12' - 3°38'LS dan 118°43'15" -
119°54'3"BT. Provinsi Sulawesi Barat memiliki batas-batas sebagai berikut: Provinsi
Sulawesi Tengah (Utara), Provinsi Sulawesi Selatan Provinsi (Selatan), Selat Makassar
(Barat) dan Provinsi Sulawesi Selatan (Timur). Luas wilayah Provinsi Sulawesi Barat
adalah 16.937,16 km².
7
Sulawesi Barat merupakan daerah yang sangat rawan terhadap pergerakan tektonik.
Tektonik ini menghasilkan struktur geologi yang cukup kompleks. Kenampakan struktur
geologi dapat diteliti dengan analisis kelurusan geomorfologi.Mamuju adalah kabupaten
dengan luas wilayah terbesar dengan total area 8.014,06 km² atau meliputi 47,32 % dari
seluruh wilayah Sulawesi Barat. Sementara Kabupaten Majene adalah kabupaten dengan
luas wilayah terkecil dengan luas total sekitar 947,84 atau hanya 5,59% dari seluruh
wilayah Sulawesi Barat. Di Sulawesi Barat terdapat 193 gunung. Gunung tertinggi adalah
Gunung Ganda Dewata dengan ketinggian 3.037 meter di atas permukaan laut yang terletak
di Kabupaten Mamasa
Secara geografis, Provinsi Sulawesi Barat terletak pada koordinat 0° 12’ ‐ 3° 38’
Lintang Selatan dan 118° 43’ ‐ 119° 54’ Bujur Timur. Wilayah ini, sebelah utara
berbatasan dengan Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah; sebelah timur
berbatasan dengan Kabupaten Tana Toraja dan Kabupaten Pinrang Provinsi Sulawesi
Selatan; sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Pinrang di Provinsi Sulawesi Selatan
dan Teluk Mandar; sebelah barat berbatasan dengan Selat Makassar. Luas daratan
Provinsi Sulawesi Barat adalah 16.937 km2 , (Massinai & Rusman, 2014)dengan panjang
8
garis pantai dari utara ke selatan 677 km, dan jumlah pulau sebanyak 40 buah. Provinsi
Sulawesi Barat relatif mudah dijangkau dari provinsi lain di sekitarnya karena beberapa hal:
b) Lebih dari 10 sungai besar mengalir di Provinsi Sulawesi Sulawesi Barat dan masih
dimanfaatkan sebagai sarana perhubungan dari pantai ke pedalaman. Sarana
perhubungan ini masih sangat diperlukan mengingat jumlah penduduk yang berada
di pedalaman tidak terlalu banyak sedangkan biaya pembangunan jalan sangat
mahal
9
d) Lapangan terbang di Mamuju, selain memudahkan hubungan antara Sulawesi Barat
dengan Sulawesi Selatan, juga mempunyai potensi untuk menghubungkan
sebagian Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara
2.2. Deskripsi
10
1. Gunung Gandang Dewata
Gandang dewata berasal dari dua kata yaitu gandang yang artiya gendang dan dewata yang
artinya dewa. Gunung gadang dewata adalah gunung yang terletak di kabupaten mamasa
profinsi sulawesi barat, yang memiliki ketinggian 3037 Mdpl (versi wikipedia). karena
memiliki ketinggian 3037Mdpl maka gunung ini menjadi gunung kedua tertinggi di
sulawesi (celebest) setelah gunung latimojong yang berada di kabupaten enrekang. Dari
Kota Mamasa, gunung ini tidak terlihat dan yang nampak hanya gunung Mambulilling
(2573 Mdpl) yaitu gunung pertama dari barisan tujuh gunung sebelum gunung Gandang
11
Dewata. Jalur Gandang Dewata hingga puncak pertama kali dirintis oleh warga setempat
pada tahun 1963 dan dikenal rumit dengan medan yang berat. Kawasannya dipenuhi hutan
lebat dan dikelilingi jurang dengan kontur ekstrem.
2. Sungai karana
Kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS) Karama, Sulawesi Barat sejauh ini
mengindikasikan aktivitas hunian yang intensif pada masa Prasejarah, sehingga penulis
merasa perlu untuk mengungkap dan memahami alasan pemilihan lokasi hunian melalui
korelasi bentuklahan (morfologi) dengan karakter dan distribusi situs di lokasi tersebut.
lingkungan fisik terdiri dari topografi, morfologi, vegetasi, dan letak situs terhadap sungai,
sedangkan kontek arkeologi terdiri dari himpunan temuan arkeologi dan pertanggalan situs.
Perubahan morfologi lokasi situs dan erosi di kawasan DAS Karama diketahui
menyebabkan transformasi data arkeologi serta mempengaruhi lingkungan fisik lokasi
situs. Meski demikian pengaruh tersebut tidak lantas mengurangi peran komponen fisik
lokasi situs sebagai data analisis spasial dalam kajian ini.
Analisis korelasi data dari situs-situs di sepanjang aliran utama Sungai Karama di
kawasan muara (Sikendeng, Lattibung 1, Lattibung 3, Lemo Lemo 2, Lemo Lemo 3, Along
Along, Pantaraan 1), maupun di kawasan pedalaman (Salu Makulak, Minanga Sipakko,
12
Kamassi, Palemba), menghasilkan karakteristik lanskap hunian. Karakteristik tersebut
menunjukkan lokasi hunian yang berada pada morfologi aluvial sungai (puncak bukit, teras
bukit, dan teras sungai), berada pada topografi lahan yang relatif datar, dan berada di tepi
aliran utama sungai atau di tepi pertemuan sungai (confluence). Interpretasi karakteristik
lanskap hunian memperlihatkan dua faktor yang mendukung kawasan DAS Karama
sebagai lokasi hunian, yakni aksesibilitas dan keamanan. Faktor aksesibilitas meliputi
kemudahan akses terhadap sumberdaya alam dan akses yang memungkinkan terjadinya
interaksi antar komunitas, sedangkan faktor keamanan menunjukkan bahwa lokasi situs
relatif terlindungi dari ancaman bencana alam manusia. Kedua faktor tersebut yang
kemungkinan besar menjadi alasan utama manusia memilih kawasan DAS Karama sebagai
lokasi hunian.
3. Lipatan mamuju
13
Lipatan mamuju adalah deformasi lapisan batuan yang terjadi akibat dari gaya
tegasan sehingga batuan bergerak dari kedudukan semula membentuk kengkungan yang
telah dibuktikan terbentuk tekanan mendatar ,Struktur lipatan dilintasan akibat adanya
proses pensesaran yang angat di pengaruhi oleh adanya sesar utama palu koro yang
terdapat di dataran rendah sulawesi barat lipatan ini berada di pola kelurusan bagian barat
kabupaten mamuju meemiliki kerapatan yang relatif rendah .
Lipatan terbentuk akibat tekanan yang sejajar dengan permukaan bumi. Dimana
tekanan tersebut berasal dari proses tektonik yang terjadi akibat gaya endogen berupa arus
konveksi dari pusat bumi yang selalu mengalami siklusnya. Selain itu, tenaga eksogen
berupa erosi dan deposisi dapat mengubah bentuk struktur lipatan yang telah terbentuk.
14
4. Dataran fluviomarin
material hasil erosi yang ditransport (diangkut) oleh sungai diendapkan di pantai
utara Jawa dan membentuk endapan delta aktif sebagai hasil proses Fluvio-Marin Origin.
Hal ini dapat terjadi karena pasokan material yang diendapkan di pantai jauh lebih besar
dibandingkan dengan kecepatan gelombang laut, dan arus yang memindahkan material
tersebut. Dengan kata lain pembentukan delta di daerah ini terjadi karena kondisi energi
gelombang dan arus yang lemahdataran sungai mamuju berdekata dengan daerah pantai ,
dataran fluviomarin di daeah silawesi ini merupakan dataran aluvial bekas zona lihoral dan
lahan guna sehingga banyak di jumpai lempung marin dan endapan fluvial hilir sungai serta
di daerah penggunungan ,dataran mamuju ini berpotensi untuk dijadikan jalur transportasi
darat
15
5. Sesar ( patahan) saddang
Sesar atau patahan secara geologi adalah Sesar sebagai bidang rekahan yang disertai
oleh adanya pergeseran relatif (displacement) satu blok terhadap blok batuan lainnya. Jarak
pergeseran tersebut dapat hanya beberapa millimeter hingga puluhan kilometer, sedangkan
bidang sesarnya mulai dari yang berukuran beberapa centimeter hingga puluhan kilometer.
(Billing, 1959). Sesar dengan ukuran besar terjadi akibat Gaya Tektonik yang ditimbulkan
saat terjadinya pergerakan lempeng, seperti zona subduksi pada pertemuan dua lempeng
tektonik. Secara umum, sesar atau patahan dapat terbentuk akibat adanya Gaya pada batuan
(dapat berupa gaya yang menekan, gaya yang menarik, maupun kombinasi keduanya)
sehingga batuan tidak mampu lagi menahan Gaya tersebu
16
Sesar Saddang adalah salah satu sesar aktif yang ada di Pulau Sulawesi selain Sesar
Palu-Koro, Sesar Sesar Matano, Sesar Lawanopo, Sesar Walanae dan Sesar Gorontalo.
Sesar Saddang membentang mulai dari pesisir Mamuju Sulawesi barat, memotong secara
diagonal wilayah Sulawesi Selatan bagian tengah ke wilayah Sulawesi Selatan bagian
selatan, melewati Kota Bulukumba hingga ke Pulau Selayar bagian timur. Sesar Saddang
ini termasuk sesar geser yang proses terbentuknya dikarenakan saling berbenturnya dua
lempengan bumi yakni lempeng Indo-Australia dan lempeng Eurasia, sehingga
menimbulkan patahan
6. Sesar mamuju
Pola kelurusan bagian barat Kabupaten Mamuju memiliki kerapatan relatif lebih tinggi,
sedang pada bagian timur Kabupaten Mamuju memiliki kerapatan yang relatif rendah.
Interpretasi kelurusan segmen Kabupaten Mamuju diklasifikasikan berdasarkan panjang
segmen kelurusan yang kemudian dibagi dalam beberapa klasifikasi panjang seperti 0-5
km. 5-10 km dan lebih dari 10 km. Selain membaginya dalam beberapa klasifikasi
berdasarkan panjang segmen kelurusan, interpretasi pola kelurusan pada penelitian ini juga
dibedakan dalam dua hal yakni puncak dan lembah.
17
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Struktur geologi digolongkan dalam 2 jenis yaitu struktur primer dan struktur sekunder.
Struktur primer adalah struktur yang terbentuk pada saat atau sebelum batuan terbentuk
sedangkan struktur sekunder adalah deformasi akibat gaya yang bekerja pada suatu batuan,
baik gaya yang diakibatkan oleh tenaga endogen maupun oleh tenaga eksogen
berdasarkan hasil pengolahan data DEM SRTM 30 M Kabupaten Mamuju, menunjukan
pola sebaran sesar Kab. Mamuju merata terdapat pada semua kecamatan, sesar terpanjang
terdapat di Kecamatan Bonehau dengan panjang sesar ±35812,55 m. Pola sebaran lipatan
Kabupaten Mamuju hanya terdapat pada beberapa kecamatan saja, dengan arah lipatan
yang hampir sama. Struktur lipatan hanya terdapat pada Kecamatan Kalukku, Kecamatan
Bonehau dan Kecamatan Kalumpang.
Kabupaten Mamuju memiliki kelurusan morfologi yang bervariasi arah dan panjang
segmen kelurusannya. Arah dominan kelurusan puncak dan kelurusan lembah Kabupaten
Mamuju berarah Struktur sesar, lipatan, dan diapir di daerahpenelitian dengan jelas dapat
diindentifikasi darirekaman seismik. Indikasi sesar umumnyaberarah timurlaut-baratdaya
sesuai dengan arahpergerakan tektonik di daerah Selat Makasar.Diapir menembus hingga
lapisan dasar laut danmuncul diatas permukaan dasar laut.Terbentuknya struktur-struktur
geologi tersebutdiatas menunjukkan bahwa pengaruh tektonikregional sangat dominan.
Terutama pengaruhdari sesar utama Palu-Koro yang terdapat didaratan Pulau Sulawesi dan
menerus hingga kedaerah penelitian.
18
DAFTAR PUSTAKA
Massinai, M. A., & Rusman, S. (2014). Struktur Geologi Sulawesi Barat Ditinjau dari
Kelurusan Geomorfologi Regional. September, 62–65.
19