Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

“STRUKTUR GEOLOGI PULAU KALIMANTAN”


DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS
MATA KULIAH: GEOLOGI INDONESIA
DOSEN PENGAMPUH: HENDRA SAPUTRA,M.PD.

OLEH
1.NURUL AISAH: 12111321412
2.NUR AINI: 12111323732
3.RIHADATUL AISY: 12111321302

Kelas 3D
JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM (UIN SUSKA RIAU)
2022
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb

Dengan memanjatkan puji syukur kepada kehadiran Allah Swt, dimana


telahmelimpahkan rahmat dan karunianya serta saya dapat menyelesaikan tugas
kelompok mata kuliah Geologi Indonesia dengan sebaik-baiknya dan tepat waktu.
Makalah ini kami susun dengan semampu yang kami bisa dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak. Tim Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang
telah memberikan bantuan dan saran atas penyusunan makalah ini:
1.Bapak Hendra Saputra, M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah
Geologi Indonesia
2.Rekan satu tim kelompok 5
Terlepas dari itu semua saya selaku penulis menyadari masih adanya beberapa
kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu saya siap jika menerima
saran dan kritik dari teman-teman sekalian.
Akhir kata kami ucapkan, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan
juga terutama semoga dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi yang
membacanya.
Wasalamu’alaikum Wr. Wb.

Pekanbaru, 24 November
2022

Kelompok 5

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................................... ii

DAFTAR ISI......................................................................................................................................... iii

BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah .......................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................................................................... 2

C. Tujuan ........................................................................................................................................ 2

BAB 2 PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 3

A. Relief Pulau Kalimantan .......................................................................................................... 3

B. Kondisi dan Struktur Geologi Kalimantan ............................................................................ 4

C. Tatanan Stratifigasi Pulau Kalimantan .................................................................................. 8

D. Tatanan Tektonik dan Vulkanik Kalimantan ...................................................................... 14

BAB 3 PENUTUP................................................................................................................................ 22

A. Kesimpulan .............................................................................................................................. 22

B. Saran ........................................................................................................................................ 22

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 23

iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pulau Kalimantan adalah pulau yang terletak antara pulau Sumatra dan Sulawesi
berbatasan langsung dengan Negara Malaysia dan Negara Brunei, dengan luas wilayah
736.000 km3. Kalimantan terbagi menjadi lima provinsi yaitu, Kalimantan Selatan,
Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Utara.
Pulau Kalimantan juga merupakan pulau terbesar kedua di Indonesia dan menempati
urutan ketiga terbesar di dunia. Tidak heran mengapa di pulau Kalimantan menjadi
tempat para pendatang secara permanen bertempat tinggal ataupun hanya sementara.
Banyak sekali isu-isu yang terjadi di Indonesia khususnya di pulau Kalimantan.
Terutama isu kependudukan yang berkaitan dengan migrasi.
Kalimantan adalah nama bagian wilayah Indonesia di Pulau Borneo Besar,yaitu:
pulau terbesar ketiga di dunia setelah Greenland dan Seluruh Pulau Irian. Kalimantan
meliputi 73% massa daratan Borneo. Terdapat empat propinsi di Kalimantan, yaitu
Kalimantan Barat,Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur, luas
seluruhnya mencapai 549.032 km2. Lusanini merupakan 28% seluruh daratan
Indonesia. Kalimantan Timur saja merupakan 10% dari wilayah Indonesia. Bagian
utara Pulau Borneo meliputi negara bagian Malaysia yaitu Serawak dan Sabah, dan
Brunei Darusallam. Batasan wilayah secara politik yang ada sekarang ini
mencerminkan kepentingan lampau. Secara geografis pulau Kalimantan (Indonesia),
terletak diantara 4024 LU-4010 LS anatara 108030 BT-119000 BT dengan luas wilayah
sekitar 535.834 km2.
Berbatasan langsung dengan negara Malaysia (Sabah dan Serawak) di utara yang
panjang perbatasannya mencapai 3000 km mulaidari proinsi Kalimantan Barat sampai
dengan Kalimantan Timur. Pulau Kalimantan sebagaian besar merupakan daerah
pegunungan / perbukitan (39,69 %), daratan (35,08 %), dan sisanya dataran
pantai/pasang surut (11,73%) dataran aluvial (12.47 %), dan lainlain (0,93 %). Pada
umumnya topografi bagian tengah dan utara (wilayah republik Indonesia/Radalah
daerah pegunungan tinggi dengan kelerengan yang terjal dan merupakankawasan hutan
dan hutan lindung yang harus dipertahankan agar dapat berperan sebagai fungsi
cadangan air dimasa yang akan datang. Pegunungan utama sebagai kesatuan ekologis
tersebut adalah Pegunungan Muller, Schwaner, Pegunungan Iban dan Kapuas Hulu
serta dibagian selatan Pegunungan Meratus.
1
Para Ahli agronomi sepakat bahwa tanah-tanah diKalimantan adalah tanah yang
sangat miskin, sangat rentan dan sangat sukar dikembangkan untuk pertanian. Lahan
daratan memerlukan konservasi yang sangat luas karena terdiri dari lahan rawa gambut,
lahan bertanah asam berpasir, dan lahan yang memiliki kelerengan curam. Kalimantan
dapat dikembangkan, tetapi hanya dalam batas-batas ekologis yang agak ketat dan
dengan kewaspadaan tinggi. Sejumlah sungai besar merupakan urat nadi transportasi
utama yangmenjalarkan kegiatan perdagangan hasil sumber daya alam dan olahan
antarwilayah dan eksport-import.
Sungai-sungai di Kalimantan ini cukup panjang danyang terpanjang adalah sungai
Kapuas (1.143 km) di Kalbar dan dapatmenjelajah 65% wilayah Kalimantan Barat.
Potensi pertambangan banyak terdapat di pegunungan dan perbukitan dibagaian tengah
dan hulu sungai. Deposit pertambangan yang cukup potensi aladalah emas, mangan,
bauksit, pasir kwarsa, fosfat, mika dan batubara. Tambang minyak dan gas alam cair
terdapat di dataran rendah, pantai, dan lepas pantai.

B. Rumusan Masalah
A. Bagaimana bentuk relief Kalimantan?
B. Bagaimana kondisi dan struktur pulau kalimantan?
C. Bagaimana tatanan statifigasi pulau Kalimantan?
D. Bagaimana tatanan tektonik dan vulkanik Kalimantan?

C. Tujuan
A. Untuk mengetahui bentuk relief Kalimantan
B. Untuk mengetahui kondisi dan struktur pulau Kalimantan?
C. Untuk mengetahui stratifigasi pulau Kalimantan
D. Untuk mengetahui tektonik dan vulkanik Kalimantan?

2
BAB 2

PEMBAHASAN
A. Relief Pulau Kalimantan
Kalimantan merupakan nama daerah Indonesia di Pulau Boeneo (wilayah Negara
Malaysia dan Burnei juga ada yang berada di pulau Borneo). Berdasarkan
luasKalimantan merupakan pulau terbesar ketiga di dunia, setelah Irian
danGreenland. Pegunungan di Kalimantan tidak aktif dan ketinggiannya di bawah
2000 m di atas permukaan laut. Sedangkan wilayah daratan rendah adalah pantai,
berpaya-paya dan tertutup lapisan tanah gambut yang tebal. Pulau Kalimantan di lalui
garis katulistiwa sehingga membagi pulau ini menjadi dua bagian yaitu Kalimantan
belahan bumi utara dan Kalimantan belahan bumi selatan, Kesuburan tanah di pulau
Kalimantan kurang bila dibandingakan dengan kesuburan tanah di Pulau Jawa dan
pulau Sumatera. Pulau Kalimantan diliputi oleh hutan tropic yang lebat (primer dan
sekunder). Secara geologis pulau Kalimantan stabil, relatife aman dari gempa. baik
vulkanik maupun tektonik, karena tidak dilintasi oleh patahan kerak bumi dan tidak
mempunyai rangkaian gunung api aktif seperti halnya pulau Sumatra, jawa dan
Sulawesi.
Pulau Kalimantan terbagi menjadi 4 zona yang masing-masing mempunyai
karakteristik yang berbeda-beda.
Zone 1: Kalimantan Selatan
Terdiri dari dataran alluvial, dataran banjir, tanggul alam dan back swamp.
Karakteristik Pada waktu pasang, air sungai tertekan sehingga terjadi genangan.
Dataran yang semula berupa basin diendapi material endapan dari pegunungan di
sebelah utaranya. Kalimantan Selatan banyak terdapat lapisan gambut yang sangat tebal
sehingga daerahnya sulit dikembangkan, paling cocok hanya persawahan pasang surut.
Zone II: Kalimantan Barat
Berupa pegunungan geantiklinal yang batuannya terdiri dari granit dan batuan berumur
Termocarbon. Menurut Van Bemmelen, batuan ini adalah batuan yang berumur tua di
Indonesia. Batuan ini meluas hingga kepulauan Andalas dan sebagian dari zone ini pada
jaman es mengalami genangan oleh air laut. Di lembah-lembah sungai, zone ini
sebagian besar terdiri dari hasil pelapukan granit yang berupa feldspar dan kuarsa Zone
ini disebut sebagi pegunungan massif karena terdapat di daerah tertutup ataupun
tertentu saja (local).
Zone III: Kalimantan Tengah

3
Merupakan geantiklinal yang dibeberapa tempat menunjukkan aktivitas vulkanis yang
tidak aktif lagi, misalnya: pegunungan Iran. Dahulu sungai Kapuas pada zone ini
terdapat endapan yang cukup tua dan disebut Formasi Danau.
Zone IV Kalimantan Timur
Terdiri dari pegunungan antiklinal dan geantiklinal Meratus. Di depresi Mahakam
merupakan delta yang cukup cepat perkembangannya sebab material dan daerahnya
merupakan dangkalan terusan dari selat Sunda dimana basementnya stabil dan muatan
sedimen yang diendapkan di beberapa tempat, menyebabkan delta berkembang dengan
baik serta alirannya lambat.

B. Kondisi dan Struktur Geologi Kalimantan


Indonesia bagian barat seperti Kalimantan, Sumatera dan Jawa Barat serta Jawa
Tengah tersusun oleh kerak benua, demikian pula dasar lautan di antara pulau-pulau ini
yang dangkal. Di bawah kerak bumi adalah zona yang batuannya lebih panas dan
bersifat lebih plastis (mudah di bentuk). Lempeng benua dan lempeng samudera
mengapung di atas bahan cair di bawahnya.
Secara geologis kalimantan dapat dibedakan atas dua struktur geologis, yaitu:
1. Inti benua (continental core) Inti benua merupakan lanjutan dari Natuna ke
Selatan, dikenal "chinese district" sampai pegunungan schwanner, oleh Van
Bemmelen (1949) dibagi menjadi bagian, yaitu:
a. Bagian utara, terletak di sebelah utara sungai Kapuas, meliputi kecuali
Paloh danTayan juga disebut "chinese district" yang terletak di utara
pontianak
b. Zone pegunungan Schwanner, yang membujur dari pontianak ke
timur sampai ke pegunungan Schwanner di kalimutan tengah.
c. Bagian selatan, daerah Ketapang yang terletak antar pegunungan
Schwanner dan laut Jawa.
Perkembangan geologi daerah ini, dapat disimpulkan:
1. Zaman devon dan permo-karbon, terjadi penurunan dan memungkinkan
pembentukan geosinklinal yang diikuti oleh intrusi dan ektrusi ofiolit.
2. Akhir pleozoik terjadi pembubungan geantiklinal sepanjang bagian poros
daripada geosinklinal. Pembubungan ini disertai oleh penerobosan Batholit.

4
3. Permo Trias, pengangkatan-pengankatan di daerah wilayah utara dan wilayah
selatan. \
4. Trias atas, terjadi kembali penurunan dari daerah-daerah ini yang
menyebabkan terjadinya pengendapan sedimen
5. Jaman jura, disusul oleh gejala pelipatan dan pengangkatan di seluruh daerah
dan diikuti pula oleh intrusi Batholit dan Granitis.
2. Geosinklin Borneo utara (norter borneo geosincline)
Zaman kapur tejadi penurunan dan pembentukan geosinklin di zone utara yang
berlangsung hinnga zaman paleogen. Singkapan-singkapan dari geosinklin
tersebar mulai dari selatan sungai Kapuas hingga ke semenanjung Kudat di
kalimantan utara.
Di Kalimantan terdapat empat unit geologi utama, yaitu batuan yang dihubungkan
dengan pinggir lempeng, batuan dasar, batuan muda yang mengeras dan tidak
mengeras, dan batuan aluvial serta endapan muda yang dangkal. Kompleks batuan
dasar diKalimantan di bagian barat dan bagian tengah Kalimantan (termasuk
pegunungan Schwaner) mewakili singkapan dasar benua terbesar di Indonesia. Batuan
dasar adalah batuan di dasar lapisan stratigrafi (susunan lapisan batuan yg ad di kulit
bumi) yang umumnya lebih tua dari batuan di atasnya. Batuan ini biasanya mengalami
metamorfosis bila terkena panas. Hasil metamorfosis batuan ini yang khas adalah batu
pualam yang berasal dari batu kapur; batu sekis hijau yang berasal dari batuan vulkanik,
batu gneis yang berasal dari batu pasir atau granit. Daerah batuan metamorfosis atau
batuan dasar adalah jenis kerak benua yang sering dipengaruhi oleh batuan intrusi
muda. Kompleks batuan dasar Kalimantan terdiri dari sekis dan gneis yang tercampur
dengan granit dari Era Paleozoikum dan Periode Terseir membentuk daerah kristal yang
sangat luas. Batuan yang berasosiasi dengan pinggir lempeng Kalimantan mencakup
opiolit (kerak samudera) dan melange. Potongan lantai samudera (kerak samudera)
terdapat beberapa tempat didaratan Kalimantan. Potongan-potongan ini dicirikan oleh
susunan batuan beku yang padat gelap tipe basa dan ultra basa dengan komponen granit.
Endapan batu kersik samudera dan karbonat mungkin juga terdapat deretan batuan ini
disebut opiolit. Sebagian pengganti jalur penunjaman, opiolit-opiolit ini terbentuk oleh
tubrukan lempeng ketika kerak samudera terperangkap oleh gerakan tektonik lempeng
dan tertekan ke pinggir lempeng yang berdekatan dan di sini opiolit-opiolit ini tetap
terlindungi.

5
Proses pencuatan ini sering disertai oleh rubuh dan retaknya batuan. Kompleks opiolit
di Pulau Laut dan Pegunungan Meratus terbentuk dengan cara ini. Batuan mélange
adalah batuan campuran potongan-potongan batu dari herbagai jenis dan ukuran yang
berbeda dalam matrik berliat yang terpotong, yang menunjukkan adanya tekanan yang
sangat kuat. Potongan-potongan ini ukurannya dapat sangat kecil (cm) dan dapat juga
berukuran besar (ratusan meter atau lebih.
Malange sering dikaitkan dengan proses pembentukan jalur penunjaman). Melange
merupakan perpaduan antara bahan-bahan yang terkikis dari lempeng samudera yang
bergerak turun dengan endapan yang berasal dari massa daratan atau lengkung vulkanik
di dekatnya. Seluruh massa ini tergesek dan terpotong karena desakan ke bawah dari
lempeng yang bergerak turun. Batuan yang terbentuk dengan cara ini berasosiasi
dengan desakan keatas lempeng opiolit yang besar di Pegunungan Meratus. Daerah
melange yang luas di bagian tengah Kalimantan, yaitu yang terbentang di perbatasan
antara Kalimantan dan Malaysia, masih belum diketahui dengan baik. Daerah melange
ini merupakan zona batuan hancur, sering mengandung potongan-potongan opiolit,
tetapi luas dan umur geologinya (akhir mesozoikum sampai periode tersier yang lebih
tua) sulit untuk dijelaskan dalam peristilahan lempeng tektonik sederhana (williams
dkk, 1989) Sebagian besar Kalimantan terdiri dari batuan yang keras dan agak keras,
termasuk batuan kuarter di semenanjung Sangkulirang dan jajaran pegunungan
meratus, batuan vulkanik dan endapan tersier.
Struktur geologi yang terdapat di Kalimantan Selatan adalah antiklin, sinklin, sesar
naik, sesar mendatar, dan sesar turun. Sumbu lipatan umumnya berarah timurlaut-
baratdaya dan umumnya sejajar dengan arah sesar normal. Di Kalimantan Selatan
terdapat dua cekungan besar, yaitu Cekungan Barito dan Cekungan Asem-asem. Dua
cekungan ini dibatasi oleh Pegunungan Meratus yang melintang dari utara-baratdaya.
Cekungan Barito dan Cekungan Kutai ini dipisahkan oleh sebuah sesar yang berarah
timur-barat di bagian utara dari Provinsi Kalimantan Selatan, sesar ini dikenal dengan
nama Sesar Adang (Mudjiono dan Pireno, 2006). Regim struktur yang terjadi di
Cekungan Barito adalah regim transpression dan transtension. Struktur yang didapati
adalah lipatan yang berarah utara timurlaut-selatan baratdaya (NNE-SSH) pada bagian

6
Gambar 1: [A] Struktur geologi regional Pulau Kalimantan dan sekitarnya
(modifikasi dari Kusum dan Karin, 1989). [B] Elemen tektonik utama Cekungan
Asem-asem (Bon et al., 1996).
utara cekungan. Sedangkan pada Pegunungan Meratus terdapat sesar-sesar yang
membawa basement. Sesar-sesar ini ditandai dengan adanya drag atau fault bend fold
dan sesar naik. Sedangkan lipatan-lipatan yang terdapat di Pegunungan Meratus yaitu
di bagian utara pegunungan ini berarah utara timurlaut-selatan baratdaya (NNE- SSW)
dan yang berada di bagian selatan berarah utara-selatan. Lipatan yang banyak ditemui
berupa antiklin dan beberapa sinklin. Sesar-sesar naik banyak terdapat pada daerah
Pegunungan Meratus dengan arah umum utara timurlaut-selatan baratdaya (NNE-
SSWF) Sesar-sesar mendatar juga banyak ditemui di Pegunungan Meratus ini, umunya
tidak terlalu panjang, berbeda dengan sesar naik yang memiliki kemenerusan yang
pajang. Sesar-sesar mendatar umumnya berupa sesar mengiri dan berarah baratlaut-
tenggara (Satyana, 2000).
Studi dari data geofisika menunjukkan bahwa antiklinorium Meratus - Samarinda
diperkirakan mempunyai kemiringan sumbu berarah umum utara dan secara regional
terindikasi berdasarkan jurus batuan bahwa zona patahan secara umum dapat dibagi
menjadi tiga blok yaitu blok utara, tengah dan selatan. Blok utara telah mengalami
pengangkatan pada sayap sebelah barat anticlinorium di sepanjang utara zona sesar dan
disebut sebagai zona sesar Tanjung. Blok tengah terletak antara zona sesar Tanjung dan
zona sesar Klumpang yang dicirikan oleh munculnya batuan terobosan granitik dan
ultrabasa sepanjang zona sesar. Sedangkan blok selatan dicirikan oleh luasnya

7
perkembangan sesar berarah timur laut yang erat kaitannya dengan komplek batuan
terobosan diorit dan ultrabasa. Sejumlah sesar berarah tenggara barat laut yang
berasosiasi dengan endapan magnetit di wilayah Pleihari dan dapat diamati dari
munculnya perpotongan sistem sesar dari semua blok diatas.

C. Tatanan Stratifigasi Pulau Kalimantan


1. Cekungan Barito
Cekungan Barito terletak di Pulau Kalimantan, atau tepatnya di Provinsi Kalimantan
Selatan. Cekungan Barito berada diantara Dataran Sunda di sebelah barat dan
Pegunungan Meratus di sebelah timur. Cekungan Barito berada di Pulau Kalimantan,
berdasarkan penelitian yang dilakukan terdahulu Pulau Kalimantan terbentuk oleh
proses geologi yang kuat sehingga membentuk Pulau Kalimantan seperti hari ini.
Proses-proses tersebut meninggalkan relik-relik yang pada hari ini beberapa
diantaranya masih aktif. Sisi Timur Pulau Kalimantan, khususnya Cekungan Barito,
memiliki afinitas batuan samudera dicirikan dengan terdapatnya asosiasi batuan kerak
samudera seperti gabbro, lava basalt, rijang dan lainnya. Hubungan diantara kedua
afinitas batuan tersebut masih merupakan perdebatan, namun penulis terkini
menyatakan hubungan kedua tersebut adalah obduksi, dimana batuan dengan afinitas
kerak samudera naik ke atas batuan dengan afinitas kerak kontinen (Satyana &
Silitonga, 1994) hal ini didukung oleh data gravitasi dan keberadaan di lapangan.

8
Gambar 2: Peta lokasi Cekungan Barito. Pada peta ini digambarkan batas-batas
Cekungan Barito serta posisi cekungan-cekungan lainnya (Kusuma & Darin, 1989).
Kotak merah adalah daerah penelitian.

1. Batuan Alas Cekungan Barito


Batuan alas yang menempati Cekungan Barito di sisi barat dan timur sangat berbeda,
di sisi timur didominasi oleh batuan campuran antara kerak samudera dengan kerak
benua, sedangkan di sisi barat hanya didominasi oleh batuan kerak benua. Batuan alas
Cekungan Barito di sisi timur dapat dibagi menjadi dua kelompok batuan,
yaitukelompok batuan Pra-Kapur dan batuan Kapur Akhir.

Gambar 3: Kolom stratigrafi regional (Sikumbang & Heryanto, 1994).


Batuan Pra-Kapur
Batuan Pra-Kapur terdiri atas batuan granitan, malihan, ofiolit, dan sedimen. Batuan ini
berumur Karbon-Permo hingga Kapur Awal.
Granit
Terdapat tiga jenis granit yang menjadi batuan alas Cekungan Barito, granit ini
dibedakan berdasarkan penanggalan radiometri. Kelompok Granit Lumo yang
berdasarkan penanggalan radiometri K-Ar memiliki umur 260 jtl (Permian Awal) (Dirk
dan Amiruddin, 2000; dalam Heryanto, 2010). Granit Puruidalam memiliki umur

9
155,27 jtl (Jura Tengah) batuan ini memiliki asosiasi dengan ofiolit yang menunjukkan
batuan ini termasuk ke dalam ofiolit.
Batuan Malihan
Terdapat dua macam sekis di Tinggian Meratus, yaitu sekis hijau dan sekis biru. Sekis
hijau Filit Pelihari merupakan batuan malihan tingkat rendah yang ada di Tinggian
Meratus yang kemudian dipercaya sebagai batuan alas Cekungan Barito, terdiri atas
litologi filit dan batu sabak.
Ofiolit
Kelompok batuan ini terdiri atas litologi lherzolit, hazburgit, wherlit, dunit, olivin
klinopiroksen, olivin peridotit dan serpentinit. Pada sebagian tempat terdapat litologi
rijang radiolaria yang berasosiasi dengan ofiolit (Sikumbang, 1986 dalam Heryanto,
2010). Pada stratigrafi regional, formasi ini masuk kedalam Formasi Batuan Ultrabasa
Mesozoik (Mub)
Batuan Sedimen
Kelompok batuan ini terdiri atas Formasi Paniungan dan Batununggal, keduanya
berumur Kapur Awal. Formasi Paniungan (Kpn) terdiri atas batulumpur dengan sisipan
batupasir.
2. Batuan Kapur Akhir
Formasi Pudak
Formasi Pudak (Kap) diajukan oleh Sikumbang dan Heryanto (1994) terdiri atas
batupasir vulkarenit berbutir kasar yang sebagian konglomeratan dengan sisipan breksi
mengandung bongkah besar batugamping. Satuan ini diendapkan dengan mekanisme
gaya berat atau olisostrom menunjukkan suatu endapan lereng bawah laut sebagai flexo
turbidite dan bagian atasnya bercirikan dengan struktur sedimen saluran yang
mencirikan endapan bawah laut sebagai turbidit proximal dan distal (Heryanto, 2000a
dalam Heryanto, 2010).
Formasi Keramaian
Terdiri atas litologi batupasir
vulkanik (vulkarenit) bervariasi dari sangat halus hingga sedang, berselingan dengan
batulanau dan batulempung, setempat bersisipan dengan batugamping klastik halus,
setempat memiliki struktur turbidit.
Formasi Manunggul
Formasi Manunggul terdiri atas litologi batulumpur berwarna cokelat kemerahan
dengan batupasir berbutir sedang, juga terdapat

10
konglomerat polimik. Diendapkan pada lingkungan pengendapan kipas bawah
laut.
Formasi Pitanak
Formasi Pitanak ini terdiri atas litologi lava andesit warna kelabu kecokelatan yang
berasosiasi dengan breksi vulkanik. Lava bertekstur porfiritik dengan fenokris
plagioklas, umumnya diisi oleh zeolit dan kuarsa, setempat dijumpai struktur bantal.
Formasi Paau
Formasi ini terdiri dari litologi breksi vulkanik berwarna kelabu kehitaman dengan
komponen andesit-basalt dengan masa dasar batupasir.
3. Batuan Pengisi Cekungan
Formasi Tanjung
Formasi Tanjung terdiri atas litologi konglomerat, batupasir, batulempung, batubara,
dan lensa batugamping. Satuan ini diendapkan pada Eosen (Heryanto, 2010) sebagai
endapan syn-rift (Satyana & Silitonga, 1994) dimana ketebalan sangat bervariasi.
Bagian bawah dari formasi ini didominasi oleh litologi konglomerat dengan lingkungan
pengendapan kipas aluvial, kemudian berangsur beralih ke lingkungan pengendapan
delta dicirikan dengan perlapisan batupasir yang berseling dengan batulempung dengan
suksesi batuan mengasar ke atas, bagian atas formasi ini terdiri dari litologi
batulempung
dengan lingkungan pengendapan laut (Rotinsulu dkk., 1993).
Formasi Berai
Formasi Berai terdiri atas litologi batugamping berwarna putih, di beberapa tempat
memiliki sifat chalky, diendapkan pada Oligosen-Miosen. Pembentukan Formasi Berai
diawali dengan proses penurunan (sagging) yang semakin berkurang lajunya, kemudian
dilanjutkan pengendapan Formasi ini di Cekungan dalam kondisi sagging hingga akhir
dari pengendapan
Formasi Berai.
Formasi ini memiliki batas yang berangsur dengan formasi yang diendapkan di
atasnya, yaitu Formasi Warukin.
Formasi Warukin
Formasi Warukin terdiri atas litologi batupasir, batulempung dan batubara. Formasi ini
diendapkan pada Miosen. Beberapa penulis meyakini bahwa endapan ini diendapkan
sebagai endapan syn-inversion, pada saat ini diendapkan rezim tektonik yang terjadi
adalah rezim kompresi(Kusuma & Darin, 1989; Mason dkk., 1993; Satyana &

11
Silitonga, 1993; Satyana Silitonga, 1994). Formasi ini diendapkan pada lingkungan
delta, dicirikan dengan suksesi litologi dan struktur sedimennya (Satyana &Silitonga,
1994
Formasi Dahor
Formasi Dahor terdiri atas litologi konglomerat dan batupasir, endapan ini belum
terkonsolidasi hingga hari ini. Endapan ini merupakan endapan syn-inversion dari
proses kompresi lanjut yang terjadi pada
cekungan.
2. Cekungan Kutai
Secara teknik cekungan Kutai di sebelah utara berbatasan dengan Bengalon dan Zona
Sesar Sangkulirang, di selatan berbatasan dengan Zona Sesar Adang, di barat
dengansedimen-sedimen Paleogen dan metasedimen Kapur yang terdeformasi kuat dan
terangkat dan membentuk daerah Kalimantan Tengah, sedangkan di bagian timur
terbuka dan terhubung dengan laut dalam dari Cekungan Makassar bagian Utara.
Cekungan Kutai dapat dibagi menjadi fase pengendapan transgresif Paleogen dan
pengendapan regresif Neogen. Fase Paleogen dimulai dengan ekstensi pada tektonik
dan pengisian cekungan selama Fosen dan memuncak pada fase longsoran tarikan post
rift dengan diendapkannya serpih laut dangkal dan karbonat selama Oligosen akhir.
Fase Neogen dimulai sejak Miosen Bawah sampai sekarang, menghasilkan progradasi
delta dari Cekungan Kutai sampai lapisan Paleogen. Pada Miosen Tengah dan lapisan
yang lebih muda di bagian pantai dan sekitarnya berupa sedimen klastik regresif yang
mengalami progradasi ke bagian timur dari Delta Mahakam secara progresif lebih muda
menjauhi timur.

12
Gambar 4: Flemen Struktur bagian timur Cekungan Kutai. (Becip. 1992, op cit. Allen
dan Chambers, 1998.)
Sedimen-sedimen yang mengisi Cekungan Kutai banyak terdeformasi oleh lipatan-
lipatan yang subparalel dengan pantai. Intensitas perlipatan semakin berkurang ke arah
timur, sedangkan lipatan di daerah dataran pantai dan lepas pantai terjal, antiklin yang
sempit dipisahkan oleh sinklin yang datar. Kemiringan cenderung meningkat sesuai
umur lapisan pada antiklin. Lipatan-lipatan terbentuk bersamaan dengan sedimentasi
berumur Neogen. Banyak lipatan-lipatan yang asimetris terpotong oleh sesar-sesar naik
yang kecil, secara umum berarah timur, tetapi secara lokal berarah barat.

Gambar 5: Cekungan Katai dari Oligosen akhir-sekarang (Beicip, 1992, op.cit. Allen
dan Chambers, 1998.)
Pada Kala Oligosen (Tersier awal) Cekungan Kutai mulai turun dan terakumulasi
sediment-sediment laut dangkal khususnya mudstone, batupasir sedang dari Formasi
serpih Bogan dan Formasi Pamaluan. Pada awal Miosen, pengangkatan benua (Dataran
Tinggi Kucing) ke arah barat dari tunjaman menghasilkan banyak sedimen yang
mengisi Cekungan Kutai pada formasi delta-delta sungai, salah satunya di kawasan
Sangatta. Ciri khas sedimen- sedimen della terakumulasi pada Formasi Pulau Balang,
khususnya sedimen dataran delta bagian bawah dan sedimen batas laut, diikuti lapisan-
lapisan dari Formasi Balikpapan yang terdiri atas mudstone, bataulanau, dan batupasir
dari lingkungan pengendapan sungai yang banyak didominasi substansi gambut delta
plain bagian atas yang kemudian membentuk lapisan-lapisan batubara pada endapan di
bagian barat kawasan Pinang. Subsidence yang berlangsung terus pada waktu itu
kemungkinan tidak seragam dan meyebabkan terbentuknya sesar-sesar pada sedimen-

13
sedimen. Pengendapan pada Formasi Balikpapan dilanjutkan dengan akumulasi
lapisan-lapisan Kampung Baru pada kala Pliosen. Selama Kala Pliosen, serpih dari
serpih Bogan dan Formasi Pamaluan yang sekarang terendapkan sampai kedalaman
2000 meter, menjadi kelebihan tekanan dan tidak stabil, menghasilkan pergerakan
diapir dari serpih ini melewati sedimen-sedimen diatasnya menghasilkan struktur
antiklin-antiklin rapat yang dipisahkan oleh sinklin lebih datar melewati Cekugan Kutai
dan pada kawasan Pinang terbentuk struktur Kerucut Pinang dan Sinklin Lembak.

D. Tatanan Tektonik dan Vulkanik Kalimantan


Elemen tektonik di Kalimantan (Arifullah dkk., 2004) tersaji dalam gambar 6,
menunjukkan bahwa Pulau Kalimantan terbentuk oleh elemen tektonik yang terdiri atas
lempeng kontinen dan lempeng samudra, Cekungan Asem-asem sendiri dulu adalah
satu cekungan dengan Cekungan Barito yang menyebabkan susunan stratigrafi kedua
cekungan ini sama. Pada Miosen Akhir-Pliosen Awal gejala tektonik inversion mulai
terjadi yang mengakibatkan batuan sedimen mulai terlipat. Puncaknya terjadi pada kala
Plio-Plistosen akibat terjadinya subdaksi lempeng kerak samudra dengan
Mikrokontinen Paternoster dari arah timur yang menunjam ke bawah kerak benua
Kraton Sunda di sebelah barat yang menyebabkan bercampurnya batuan ultramafik dan
batuan malihan. Penunjaman ini berlangsung mulai Jura sampai dengan umur Kapur
Awal yang menghasilkan batuan busur vulkanik Granit Belawayan. Pada Zaman Kapur
Awal atau sebelumnya terjadi penerobosan granit dan diorit yang menerobos batuan
ultramafik dan batuan malihan.

14
Gambar 6: Elemen tektonik Kalimantan (Arifullah, dkk, 2004). Lingkaran merah
merupakan lokasi Cekungan Asem- asem
Pada akhir Kapur Awal terbentuk Kelompok Alino yang sebagian merupakan
olistostrom, diselingi dengan kegiatan gunungapi Kelompok Pitanak. Pada awal Kapur
kegiatan tektonik menyebabkan tersesarkannya batuan ultramafik dan malihan ke atas
Kelompok Alino. Proses tersebut mengakibatkan sesar-sesar normal yang ada
mengalami reaktifasi menjadi sesar naik yang juga melipatkan batuan sedimen Tersier.
Deformasi ini juga mengakibatkan terangkatnya Tinggian Meratus ke permukaan
sebagai prosuk dari kolisi dan memisahkan Cekungan Asem-asem dan Cekungan Pasir
dengan Cekungan Barito.

Gambar: 7 Penampang memotong kontinen Schwaner, Cekungan Barito,


Pegunungan Meratus dan Cekungan Pasir - Asem-asem. Orogen Meratus menindih.

15
subduksi kontinen Paternoster. Tumbukan ini mengakibatkan terangkatnya Orogen
Meratus (Satyana dkk., 2007 dalam: Satyana dan Armandita, 2008).
Pada awal Eosen terendapkan Formasi Tanjung dalam lingkungan paralas
(Sikumbang dan Heryanto, 2009). Pada saat bersamaan Kompleks Meratus telah ada,
namun hanya berupa daerah yang sedikit lebih tinggi di bagian cekungan dan
diendapkan berupa lapisan sedimen yang lebih tipis dari daerah sekitamya (Hamilton,
1979). Banyak penulis memperkirakan bahwa keberadaan zona subduksi ke arah
tenggara di bawah baratlaut Kalimantan pada periode Kapur dan Tersier awal dapat
menjelaskan kehadiran ofiolit, mélanges, broken formations, dan struktur tektonik
Kelompok Rajang di Serawak, Formasi Crocker di bagian barat Sabah, dan Kelompok
Embaluh. batas sebelah timur Sundaland selama Fosen yaitu wilayah Sulawesi, yang
merupakan batas konvergensi pada Tersier dan kebanyakan sistem akresi terbentuk
sejak Eosen. Mulainya collision antara India dan Asia pada Eosen tengah (50 Ma) dan
mempengaruhi perkembangan dan penyesuaian lempeng Asia. Adanya subsidence
pada Eosen dan sedimentasi di Kalimantan dan wilayah sekitarnya merupakan
fenomena regional dan kemungkinan dihasilkan dari penyesuaian lempeng, sebagai
akibat pembukaan bagian back-arc Laut Celebes.

Gambar8:Rekonstruksi penampang Kalimantan Utara yang menunjukkan Lupar subduksi di Eosen.(Hutchison, 19


89, op cit., Bachtiar 2006)

16
Gambar 9: Rekonstruksi tektonik Paleocene - Eosen Tengah SE Asia.
Pada Kala Oligosen terjadi genang laut yang membentuk Formasi Berai. Kemudian
pada Kala Miosen terjadi susut laut yang membentuk Formasi Warukin (Sikumbang
dan Heryanto, 2009). Tektonisme pada pertengahan Oligosen di sebagian Asia
tenggara, termasuk Kalimantan dan bagian utara lempeng benua Australia,
diperkirakan sebagai readjusement dari lempeng pada Oligosen. Di pulau New Guinea,
pertengahan Oligosen ditandai oleh ketidakselarasan) yang dihubungkan dengan
collision bagian utara lempeng Australia (New Guinea) dengan sejumlah komplek
busur. New Guinea di ubah dari batas konvergen pasif menjadi oblique. Sistem sesar
strike-slip berarah barat-timur yang menyebabkan perpindahan fragmen benua
Australia (Banggai Sula) ke bagian timur Indonesia berpegaruh pada kondisi lempeng
pada pertengahan Oligosen.

Gambar 10: Rekonstruksi tektonik Akhir Oligosen Awal Miosen SE Asia.

17
Ketidakselarasan pada pertengahan Oligosen hadir di Laut China selatan (SCS) dan
wilayah sekitarnya. Ketidakselarasan ini dihubungkan dengan pemekaran lantai
samudera di SCS. Subduksi pada baratlaut Kalimantan terhenti secara progresif dari
baratdaya sampai timurlaut. Di bagian baratdaya, berhenti pada pertengahan.
Oligosen; di bagian timurlaut. berhenti pada akhir Miosen awal.

Gambar 11: Rekonstruksi skema penampang NW-SE (A) Oligosen-Miosen Tengah,


dan (B) Miosen Tengah - Baru-baru ini (Pertamina BPPKA. 1997, op cit., Bachtiar,
2006). M. MIOSEN HADIR (0-16) 110
Gerakan tektonik yang terakhir terjadi pada Kala Miosen yang menyebabkan batuan
yang tua terangkat membentuk Tinggian Meratus dan melipat kuat batuan Tersier dan
Pre-Tersier. Sejalan dengan itu terjadilah pensesaran naik dan geser yang diikuti sesar
turun dan pembentukan Formasi Dahor pada Kala Pliosen. (Sikumbang dan Heryanto,
2009). Secara umum gambaran perkembangan tektonik dan kegianatan magmatisme di
Tinggian Meratus telah di bahas oleh Hartono dan Permanadewi (2000). Selanjutnya

18
Gambar 12: Rekonstruksi tektonik Asia Tenggara Miosen Tengah-Akhir (Pertamina
BPKKA, 1997, op cit., Bachtiar, 2006)
Heryanto dan Hartono (2003) membahas perkembangan magmatisme dan tektonik.
serta hubungannya dengan tatanan stratigrafinya, hasilnya diilustrasikan di dalam
model kartun (Gambar 8, 9, 10, 11 dan 12). Uraian berikut ini sebagian besar
merupakan rigkasan dari keduanya di tambah dengan data dan pandangan baru
termasuk (Satyana dan Armandita, 2008).

Gambar 13: Kondisi tektonik lempeng pada Jura-Kapur Awal di Pegunungan


Meratus, Kalimantan(modifikasi dari Heryanto and Hartono, 2003 dalam: Heryanto,
2010).

19
Gambar 14: Kondisi tektonik lempeng pada Kapur Tengah di Pegunungan Meratus,
Kalimantan (modifikasi dari Heryanto and Hartono, 2003 dalam: Heryanto, 2010),

Gambar 15: Kondisi tektonik lempeng pada Kapur Akhir di Pegunungan


Meratus,Kalimantan (modifikasi dari Heryanto and Hartono, 2003 dalam: Heryanto,
2010).

Gambar 16: Kondisi tektonik lempeng pada Kapur Akhir - Eosen-Miosen di


Pegunungan Meratus, Kalimantan (modifikasi dari Heryanto and Hartono, 2003
dalam: Heryanto, 2010).

20
Gambar 17: Kondisi tektonik lempeng pada Plio-Plistosen di Pegunungan
Meratus,Kalimantan (modifikasi dari Heryanto and Hartono, 2003 dalam: Heryanto,
2010).

21
BAB 3

PENUTUP
A. Kesimpulan
Kondisi Geologis Kalimantan
Kompleks batuan dasar di Kalimantan di bagian barat dan bagian tengah Kalimantan
(termasuk pegunungan Schwaner) mewakili singkapan dasar
benua terbesar di Indonesia. Batuan dasar adalah batuan di dasar lapisan stratigraf
yang umumnya lebih tua dari batuan di atasnya. Batuan ini biasanya mengalami
metamorfosis bila terkena panas Batuan yang berasosiasi dengan pinggir lempeng
Kalimantan mencakup opiolit (kerak samudera) dan melange. Potongan lantai
samudera (kerak samudera) terdapat beberapa tempat didaratan Kalimantan. Potongan-
potongan ini dicirikan oleh susunan batuan beku yang padat gelap tipe basa dan ultra
hasa dengan komponen granit. Batuan melange adalah batuan campuran potongan-
potongan batu dari berbagai jenis dan ukuran yang berbeda dalam matrik berliat yang
terpotong, yang menunjukkan adanya tekanan yang sangat kuat, Malange sering
dikaitkan dengan proses pembentukan jalur penunjaman.
Sejarah tektonik Basement pre-Fosen
a. sebuah. Ruang bawah tanah pra-Eosen
b. Permulaan Cekungan Eosen
c. Tektonisme Oligosen
d. Tektonisme Miosen

B. Saran
Kami berharap makalah Geologi Indonesia ini dapat memberikan pemahaman bagi
para pembaca nya. Kami berusaha semaksimal mungkin untuk mengerjakan makalah
ini dengan baik

22
DAFTAR PUSTAKA
Buranda, J, 2006, Geologi Indonesia Jurusan geografi,UM

Heryanto, R., 2010. Geologi Cekungan Barito, Bandung: Badan Geologi Kementrian Energi
Sumber Daya Mineral.

jbptitbpp-gdl-epoprasety-20342-3-2013ta-2 (1).pdf

Bachtiar, A., 2006, Slide Kuliah Geologi Indonesia. Prodi Teknik Geologi, FIKTM-ITB

23

Anda mungkin juga menyukai