Anda di halaman 1dari 116

LAPORAN AKHIR

FEASIBILITY STUDY PEMBANGUNAN


WADUK PANGEO

NO. KONTRAK : KU.08.08/PP/BWS-MU/15/I/2017


TANGGAL 10 JANUARI 2017
Pendahuluan
LATAR BELAKANG PEKERJAAN
Latar Belakang :
Pulau Morotai merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Maluku Utara yang saat ini
menjadi salah satu Wilayah Kawasan Ekonomi Khusus dari sejumlah wilayah yang ada di
Indonesia.
Pembangunan infrastruktur yang masih sangat minim dan jumlah penduduk yang belum
banyak berkembang perlu dilakukan penataan agar persiapan menjadi wilayah Kawasan
Ekonomi Khusus (KEK) dapat dilaksanakan. (Peraturan Pemerintah RI No 50/2014 Tentang Kawasan
Ekonomi Khusus Morotai). Salah satunya adalah pembangunan waduk untuk penyediaan air baik
untuk keperluan air minum maupun untuk keperluan energi listrik dan pertanian termasuk
konservasi.
Waduk secara umum dapat dibagi menjadi dua yaitu waduk konservasi (conservation dams)
dan waduk penampung (storage dams). Waduk konservasi dibuat untuk mempertahankan/
memperbaiki air tanah dengan cara menahan aliran agar tidak langsung terbuang akan tetapi
air akan diresapkan melalui tanah dan membentuk aliran bawah tanah. Sedangkan waduk
penampungan (storage dams) dibuat dengan tujuan untuk menahan aliran air di tempat
tertentu untuk dimanfaatkan pada musim kemarau
Maksud
Maksud dari pekerjaan ini adalah melakukan FS (Feasibility Study) Pembangunan Waduk
Pangeo Kabupaten Pulau Morotai
Tujuan Kegiatan
Tujuan dari pekerjaan ini adalah mewujudkan dokumen perencanaan Detail Desain yang
optimal dari aspek teknis, sosioal ekonomi dan lingkungan sebagai acuan pelaksanaan
konstruksi.
LOKASI KEGIATAN
KECAMATAN :
1. MOROTAI JAYA
2. MOROTAI SELATAN
3. MOROTAI SELATAN BARAT
4. MOROTAI TIMUR
5. MOROTAI BARAT
Dengan luas wilayah keseluruhan 2.314,90
km2, 90% wilayah Pulau Morotai
merupakan desa pesisir, sisanya 10% desa
bukan pesisir.
Pulau Morotai merupakan daerah yang
masih alami dan menyimpan banyak
kekayaan alam yang belum dikelola dan
dikembangkan.
LINGKUP KEGIATAN

I. KEGIATAN PERSIAPAN
II. SURVEI & INVESTIGASI
1. Inventarisasi Data Hidroklimatologi dan Hidrometri
2. Pengukuran dan Pemetaan Topografi
3. Survei Hidrologi/Hidrometri & Uji Laboratorium (Kualitas Air & Sedimen)
4. Penyelidikkan Geologi Teknik/Mekanika Tanah & Uji Laboratorium
5. Survei Sosial Ekonomi dan Lingkungan
III. ANALISIS & KAJIAN TEKNIS
1. Analisis Data Sekunder dan Literatur
2. Analisis Data dan Peta Topografi
3. Analisis Hidrologi/Hidrometri
4. Analisis Geologi Teknik/Mekanika Tanah
5. Analisis Sosial Ekonomi & Lingkungan
6. Analisis Erosi dan Sedimentasi Tampungan Waduk
7. Pemilihan Alternatif As Bendungan
8. Basic Desain Bangunan Utama dan Pelengkap Waduk
9. Estimasi Biaya
10.Analisis Kelayakan Ekonomi
IV. PENYUSUNAN LAPORAN
Gambaran Umum Wilayah
Gambaran umum Wilayah Study
Batas Hidrologis Rencana Bendungan & Keterkaitan dengan
Pola PSDA WS Halmahera
DAS PANGEO DALAM DOKUMEN POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA
AIR WILAYAH SUNGAI HALMAHERA UTARA
MENYEBUTKAN BAHWA PADA KABUPATEN PULAU
MOROTAI DIRENCANAKAN BENDUNGAN PENGEO
DENGAN VOLUMEN TAMPUNGAN 234 JUTA M3

NO DAS 68 s/d 95
KETERKAITAN DENGAN RTRW KABUPATEN MOROTAI
PERATURAN DAERAH
PROVINSI MALUKU UTARA UNDANG-UNDANG
NOMOR 2 TAHUN 2013 NO 53 / 2008 TENTANG
TENTANG RENCANA TATA PEMBENTUKAN KAB. PULAU
RUANG WILAYAH PROVINSI MOROTAI
MALUKU UTARA
PERATURAN PRESIDEN
NO 77/2014 TENTANG
PERATURAN DAERAH
RENCANA TATA RUANG
KABUPATEN PULAU MOROTAI
NOMOR 3 TAHUN 2012
KEPULAUAN MALUKU
TENTANG RENCANA TATA
RUANG WILAYAH KABUPATEN
PULAU MOROTAI

PERATURAN PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 34 TAHUN 2015
TENTANG RENCANA TATA
RUANG KAWASAN
PERBATASAN NEGARA DI
PROVINSI MALUKU UTARA
DAN PROVINSI PAPUA BARAT
UNDANG-UNDANG REPUBLIK PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK
PERATURAN PRESIDEN INDONESIA NOMOR 39 TAHUN INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2014
REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2009 TENTANG KAWASAN TENTANG KAWASAN EKONOMI
77 TAHUN 2014 TENTANG EKONOMI KHUSUS KHUSUS MOROTAI
RENCANA TATA RUANG
KEPULAUAN MALUKU
LOKASI WILAYAH KAWASAN EKONOMI KHUSUS

Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2014


tentang Kawasan Ekonomi Khusus Pulau Morotai
PETA KAWASAN HUTAN (RTRW)

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pulau Morotai


PETA KESESUAIAN LAHAN (RTRW)

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pulau Morotai


PETA KESESUAIAN LAHAN (RTRW)

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pulau Morotai


PETA KEMIRINGAN LERENG (RTRW)

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pulau Morotai


PETA POLA RUANG

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pulau Morotai


Alternatif Lokasi Bendungan
Sistem Sungai Pulau Morotai
Wilayah DAS Alternative Bendungan Pangeo

3 Lokasi DAS
PANGEO

1 Lokasi DAS
TATAMO

1 Lokasi DAS
SABALA

1 Lokasi DAS
SAKITA

ALTERNATIF LOKASI BENDUNGAN


A. 3 Lokasi Alternatif pada DAS Pangeo
B. 1 Lokasi Alternatif pada DAS Sakita
C. 1 Lokasi Alternatif pada DAS Tatamo
D. 1 Lokasi Alternatif pada DAS Sabala
Wilayah DAS FS Bendungan Pangeo
Wilayah DAS Sabala (Alternatif) FS Bendungan Pangeo
Wilayah DAS Sakita (Alternatif) FS Bendungan Pangeo
Wilayah DAS Tatamo (Alternatif) FS Bendungan Pangeo
Alternatif AS Bendungan DAS Pangeo (Alternatif 1,2 & 3)
Alternatif DAS Pangeo
Dipilih sebagai kajian karena Areal Irigasi
dihilir Rencana Bendungan terdapat areal
Irigasi +/- 1500 Ha
Tinjauan Geologi
Geologi Regional Wilayah Studi

Sumber : Pola PSDA WS Halmahera Utara

Sumber : Rencana Tata Ruang Wilayah Kab. Pulau Morotai


SURVEY GEOLOGI TEKNIK

TINJAUAN GEOLOGI
DILAKUKAN DI 3 DAS
(6 ALTERNATIF)
SURVEY GEOLOGI TEKNIK
KETERANGAN

DAERAH PENYELIDIKAN ALUVIUM; kerikil, pasir, lumpur dan bongkah

BATUGAMPING TERUMBU; batugamping


terumbu, napal, dan batugamping pasiran

FORMASI WEDA ; batupasir, batulempung,


napal, batulanau dan batugamping.

FORMASI BACAN ; breksi dan lava,


berkomposisi andesit dan basal

1.

Geologi Regional Daerah Studi SESAR ; putusputus bila


letaknya diperkirakan, titiktitik
bila tertutup. U bagian yg naik,
D bagian yg turun

PETA GEOLOGI REGIONAL


DAS PANGEO, DAS SAKITA, DAS TATANO dan
SEKITARNYA
(Dicuplik dari Peta Geologi Lembar Morotai,
Maluku Utara, Skala 1 : 250.000, oleh Sam
Supriatna, 1980)
SURVEY GEOLOGI TEKNIK

• P E N Y E L I D I K A N G E O LO G I L E B I H D I F O K U S K A N PA DA A LT E R N AT I F 1 YA I T U
P E N G E B O R A N I N T I DA N P E M E TA A N G E O LO G I S E K I TA R A S B E N D U N G A N DA N
GENANGAN
Endapan Aluvial
Berupa material sedimen
berukuran lanau lempung
dan pasir bersifat lepas
Endapan Fluvial
Berupa endapan hasil aktifitas
sungai yaitu material sedimen
berukuran kerikil sampai
bongkah bersifat lepas
Satuan Breksi
Berupa breksi laharik dengan
komposisi berupa matrik
lanau sampai pasir dan
fragmen berupa fragmen
batuan beku berukuran kerikil
sampai bongkah. Breksi
dijumpai dalam kondisi lapuk
ringan sampai sedang.
Penampang Geologi Teknik As Bendungan Alternatif 1

Endapan aluvial dijumpai sampai kedalaman 28 m, perlu adanya penyelidikan lebih


detail lagi mengenai keberadaan endapan ini
Kondisi batuan pada tumpuan kanan dan kiri berupa breksi dengan tebal lapisan
tanah residual (hasil lapukan breksi) berkisar antara 5 – 7 meter
Geologi Tinjau Ruas Utama S. Pangeo
SETENGAH RUAS UTAMA BAGIAN HILIR DITEMPATI OLEH BATULEMPUNG (1), BATUPASIR
(2), BATULANAU (3) YG TERMASUK KEDALAM FORMASI WEDA YG BERUMUR MIO –
PLIOSEN.

1. Batulempung

2. Batupasir

3. Batulanau
• Setengah ruas utama bagian hulu
ditempati oleh breksi (4) dan lava yg
termasuk kedalam Formasi Bacan yg
berumur Oligo – Miosen.

4. Breksi

• Ruas sungai utama yg berarah Utara –


Selatan merupakan jejak bidang sesar .

• Sepanjang ruas sungai ditempati oleh


pasir, kerikil, kerakal dan bongkah
endapan sungai (5), setempat terdapat
undak sungai berupa kerikil, pasir dan
lanau (6)

5. Endapan sungai

6. Undak Sungai
Rencana Perletakan Poros Bendungan
DARI HASIL PENELUSURAN RUAS UTAMA S. PANGEO DIDAPAT 3 (TIGA) LOKASI ALTERNATIF
RENCANA POROS BENDUNGAN YAITU ;

1. Poros Bendungan Alternatif 1, pada koordinat : 0282916 m LU 0454678 m LS.


Rencana alas tapak bendungan ditempati oleh endapan sungai berupa ; pasir,
kerikil, kerakal dan bongkah, bersifat urai, terdiri dari komponen basal dan
andesit, sedangkan sayap kiri dan sayap kanan tubuh bendungan bertumpu
pada batulempung dari Formasi Weda (Tmpw).

2. Poros Bendungan Alternatif 2, pada koordinat ; 0272524 m LU 0451439 m LS.


Berdasarkan Peta Geologi Lembar Morotai, lokasi Rencana Poros Bendungan
Alternatif 2 ini bertumpu pada Formasi Bacan (Tomb) yang terdiri dari breksi
dan lava yang berkomposisi andesit dan basalt, demikian juga dengan daerah
genangannya, serta terhindar dari struktur sesar.
Tinjauan Geologi DAS Sakita Ruas Utama S. Sakita
Bagian hilir DAS Sakita ditempati oleh Aluvium yang terdiri dari kerikil, pasir, lumpur dan
bongkah, sedangkan bagian hulunya ditempati oleh satuan batuan yang termasuk kedalam
Formasi Weda (Tmpw).

Foto Batugamping
Formasi Weda (Tmpw)
Rencana Perletakan Poros Bendungan Alt Sakita
Rencana perletakan Lokasi Poros Bendungan Alternatif Sakita, dibagian hulu ruas utama S.
Sakita yaitu pada koordinat 0266141 m LU 0450847 m LS

Bukit tumpuan kanan maupun bukit tumpuan kiri ditempati oleh batugamping dari Formasi
Weda (Tmpw), demikian juga dengan daerah genangan, bagian terbesar ditempati oleh
batugamping
Tinjauan Geologi DAS Tatamo Ruas Utama S. Cio Besar
Rencana perletakan Lokasi Poros Bendungan Alternatif pada DAS Tatano yaitu pada koordinat 1280
20’ 14.229” E dan 20 18’ 1.380” N
S. Cio Besar merupakan sungai utama pada DAS Tatano, bagian terbesar dari DAS Tatano ditempati
oleh breksi dan lava basaltik/andesitik dari Formasi Bacan (Tomb), yang berumur Oligo – Miosen.
Kecuali sedikit di bagian hilir ditempati oleh batupasir, batulanau dan batu lempung dari Formasi
Weda (Tmpw) yang berumur Mio – Pliosen.
Singkapan batupasir pada tumpuan kiri Rencana Tapak Bendungan

Singkapan batupasir pada tebing kanan


sungai sekitar 1,5 km kearah hilir dari
Rencana Tapak Bendungan.
SINGKAPAN BATULANAU PADA TEBING KIRI SUNGAI
DI SEKITAR PENYEBERANGAN CIO GERUNG

SINGKAPAN BATU LEMPUNG PADA TEPI


KIRI SUNGAN SEKITAR 500 M KEARAH
HULU DARI PENYEBERANGAN CIO GERUNG

KONDISI S. CIO BESAR PADA RUAS SEKITAR CIO GERUNG.


SALAH SATU KENDALA PADA ALTERNATIF 4 S. CIO BESAR INI ADALAH, SALURAN PEMBAWA
AKAN MELEWATI LERENG YANG TERJAL SEPANJANG LEBIH DRI 600 M, DAN SERING LONGSOR
Tinjauan Geologi DAS Sabala Ruas Utama S. Pilowo
Rencana perletakan Lokasi Poros Bendungan Alternatif pada DAS Sabala yaitu pada koordinat
1280 19’ 20.574” E dan 20 8’ 58.976” N
S. Pilowo merupakan sungai utama pada DAS Sabala. Ruas utama S. Pilowo terutama ruas
Bendung Pilowo/SP.2 hingga ke Rencana Tapak Bendungan Alternatif 5, didominasi oleh
batugamping berlapis dari Formasi Weda (Tmpw)

Singkapan batugamping berlapis, pada


tepi kiri dasar sungai di Rencana Poros
Bendungan Alternatif 5.

Singkapan batugamping berlapis pada


tebing kanan sungai sekitar 250 m kearah
hilir dari Rencana Poros Bendungan
LOKASI RENCANA TAPAK BENDUNGAN ALTERNATIF 5, S. PILOWO.

ENDUNGAN, PADA TEBING KIRI TERLIHAT SINGKONDISI RUAS S. PILOWO, SEKITAR 500 M KEARAH HILIR DARI RENCANA
TAPAK BKAPAN BATUGAMPING BERLAPIS.
Tinjauan Topografi
Kegiatan pengukuran sampai saat ini masih sedang berjalan, dan kegiatan yang telah dilakukan meliputi
1. Pemasangan BM, CP dan Patok Kayu
2. Pengukuran Poligon (Kerangka Dasar Horizontal) sekitar 18 Km
3. Pengukuran Waterpass (Kerangka Dasar Vertikal) sekitar 18 Km
4. Pengukuran Situasi rencana genangan bendungan
5. Pengukuran Cross Section
6. Pengolahan Data sementara

Kendala di lapangan :
Akses ke lokasi dari kampung harus menggunakan ketinting sehingga untuk sampai di lokasi membutuhkan
waktu yang cukup lama
BM 2
Kampung Panteo
Kecamatan Morotai Jaya
Kabupaten Morotai

BM 3 BM 1
Kampung Panteo Kampung Toara
Kecamatan Morotai Jaya Kecamatan Morotai Jaya
Kabupaten Morotai Kabupaten Morotai

BM 4
Kampung Toara
Kecamatan Morotai Jaya
Kabupaten Morotai
SURVEY TOPOGRAFI (SKALA 1 : 2000) Alt 1 Pangeo
SURVEY TOPOGRAFI (SKALA 1 : 2000) Alt 1 Pangeo
SURVEY TOPOGRAFI (SKALA 1 : 2000) Alt 2 Pangeo
SURVEY TOPOGRAFI (SKALA 1 : 2000) Alt 2 Pangeo
SURVEY TOPOGRAFI (SKALA 1 : 2000) Alt 2 Pangeo
SURVEY TOPOGRAFI (SKALA 1 : 2000) Alt 3 Pangeo
SURVEY TOPOGRAFI (SKALA 1 : 2000) Alt 3 Pangeo
KONDISI SUNGAI PANGEO
Analisis Hidrologi
Lokasi Pekerjaan
DI Eksisting di P. Morotai

- DI Aha (S.Pilowo)
Layanan Terbangun 600 ha
Layanan Fungsional 250 ha
Potensial 1000 ha
- DI Daeo (S. Som)
Layanan Terbangun 330 ha
Layanan Fungsional 250 ha
Potensial 330 ha
- Di Tiley (S. Gogorina)
Layanan Terbangun 450ha
Layanan Fungsional 200 ha
Potensial 450 ha
Neraca Air 3 DI Eksisting di P. Morotai
Sumber: { Pola WS Halmahera Utara)
Peta DEM DAS Pangeo dan Sabala

Pe ta D EM D a s Pa n geo Pe ta D EM DAS Sa b a la
Berdasarkan ketinggiannya dari permukaan laut (dpl),
Ketinggian maksimum untuk DAS Sabala sekitar
secara umum wilayah studi yang termasuk dalam
701 mdpl hingga terendah mencapai 50 mdpl
Kabupaten Morotai. Ketinggian maksimum sekitar
1000 mdpl hingga terendah mencapai 4 mdpl
Ketersediaan data pos hujan
Pos Galela Posisi Pos Hujan Dan Grid
TRMM 80 TRMM DAS Pangeo dan
DAS Sabala

Pos Goal
TRMM 58
Hujan Harian 1Jan1998 - 31Nov2016

Hujan DAS Sabala (1 Grid)


Hujan DAS Pangeo (4 Grid)
TRMM 2
TRMM 1

TRMM 3 TRMM 4

60
Penggunaan Data TRMM

Tidak ada pos hujan di P. Morotai


Solusi : menggunakan Global Data TRMM perlu validasi
dengan pos hujan Galela (bulanan) dan Goal (harian)

Produk Resolusi dan cakupan Waktu Keterangan


3B42RT 3 jam-an, mulai Maret 2000 Data Real time
3B42 3 jam-an, mulai Januari 1998 Terkalibrasi dengan stasiun hujan

3B43 Bulanan, mulai Januari 1998 Reanalisis 3B42 dengan GPCC

61
Va l i d a s i D a t a H u j a n T R M M

2. Secara matematis melalui Lengkung


1. Secara grafis membandingkan
Frequency Hujan Harian untuk
hujan bulanan di Galela
mencari Faktor Koreksi Yang tepat

Faktor Koreksi
Kurang atau sama dengan 20 mm Hujan
TRMM dikalikan 0,9 dan yang lebih
besar dikalikan 1.15
Hujan Rencana TRMM DAS Pangeo dan
Sabala

Berdasarkan hasil plot pada gambar


disamping, terlihat karakteristik setiap
grid. Grid TRMM 1 dan 3 memiliki
kelompok yang sama, sedangkan
kelompok lainnya adalah grid 2 dan 4.
Selanjutnya untuk analisa akan
digunakan grid 4 dengan
pertimbangan bahwa untuk grid 1
sampai 3, perbandingan R100 dengan
R50 terlalu kecil, dan apabila R100/R2
juga memiliki nilai kurang dari 1.5.
sehingga diputuskan untuk
menggunakan grid 4 saja. Sedangkan
untuk DAS Sabala digunakan hanya
satu grid yaitu grid 5
Hujan Rencana dan PMP DAS Pangeo dan Sabala
Untuk memperkuat hasil analisa PMP, dengan berdasarkan data-data Pos Hujan
Galela yang berlokasi berada di Halmahera Utara yang dibandingkan dengan data
hujan TRMM pada Grid yang bersangkutan (Grid 80), ternyata memiliki kemiripan
dari sisi besaran hujannya. Kemudian TRMM Grid Halmahera Utara dan grid
TRMM di Pangeo Morotai apabila dibandingkan juga memiliki besaran yang mirip,
artinya data TRMM masih layak.

Hujan Rencana Das Pangeo dan Sabala

PMP Das Pangeo dan Sabala


Input Output
Model HEC HMS

Model
1.Prediksi Banjir
2.Pembangkitan
Debit Harian
Peta Air Tanah dan Litologi DAS Pangeo

Pe ta Ai r Ta n a h D a s Pa n geo Pe ta L i to l ogi D a s Pa n geo

Berdasarkan hasil pemetaan yang dilakukan, terlihat bahwa Berdasarkan identifikasi peta Litologi, terlihat bahwa
kondisi air tanah DAS Pangeo terdiri dari akuifer dengan Litologi DAS Pangeo tersusun dari lava dan breksi (70.4%),
produktivitas yang rendah (63%) dan daerah air tanah yang batu pasir, dan batu gamping (29.6%)
langka (36.5%)
Peta Litologi DAS Sabala

Berdasarkan hasil pemetaan yang


dilakukan, terlihat bahwa kondisi air
tanah DAS Sabala terdiri dari akuifer
dengan produktivitas yang rendah
(63.76%) dan daerah air tanah yang
langka (36.24%)

Sedangkan untuk kondisi litologinya,


DAS Sabala tersusun dari batuan lava
dan breksi (73.45%) dan Batupasir,
batu lempung dan batugamping
(26.55%)
Peta Tata Guna Lahan DAS Pangeo dan Sabala

Pe ta Tata G u n a L a h a n D a s Pa n g e o Pe ta Tata G u n a L a h a n D a s S a b a l a

Karakteristik tata guna lahan di lokasi studi terdiri dari


hutan lahan kering, mangrove dan belukar
Peta Curve Number DAS Pangeo dan Sabala

Pe ta C u r v e N u m b e r D a s Pa n g e o Pe ta C u r v e N u m b e r D a s S a b a l a
Skema HMS DAS Pangeo dan Sabala

S kema H MS DAS Pangeo S kema H MS DA S S abala


Parameter HMS DAS Pangeo dan Sabala

Parameter SCS Curve Number Parameter Direct Run-off Parameter Baseflow

Parameter Defisit Contant Loss dan SCS Curve Number Input parameter SCS Unit Hidrograf untuk DAS Pangeo,
di DAS Pangeo untuk Pangeo Alt-1 dan Alt-2 dapat ditampilkan pada table di atas sedangkan besaran lag
dilihat pada tabel di atas, sedangkan besaran CN untuk time untuk DAS Sabala sebesar 120 menit
DAS Sabala sebesar 65.86
Analisis Banjir Rencana

Pada pekerjaan ini perhitungan banjir tidak Alternatif 1 Alternatif 2 Sabala


Periode Qmax Qrata/hari Qmax Qrata/hari Qmax Qrata/hari
memiliki data untuk melakukan kalibrasi,
Ulang(Tahun) m3/s m3/s m3/s m3/s m3/s m3/s
namun dengan berbagai input yang telah
2 74.3 43.9 55.9 31.7 17.6 5.2
dimasukan ke dalam model yang mewakili 5 104.9 59.3 75.1 41.4 26.4 7.5
karakteristi DAS-nya, maka hasil perhitungan 10 122.4 68.1 85.4 47.0 33.4 9.3
menunjukan besaran debit seperti ditampilkan 25 141.8 77.4 96.8 52.9 38.7 11.2
pada tabel gambar berikut. 50 155.6 83.5 105.5 56.5 43.2 12.7
100 168.6 88.8 114.5 59.8 47.7 14.1
1000 201.1 102.1 137.3 67.6 65.2 19.1
PMF 2357.3 721.8 1895.1 544.7 239.1 74.9
Tidak adanya data untuk kalibrasi cukup menyulitkan untuk
memverifikasi hasil yang didapatkan. Namun demikian
dapat dilakukan perbandingan antara hasil simulasi banjir 2
tahunan yang sudah dirata-rata dalam 1 hari dengan rata- EVALUASI
rata dari debit harian maksimum tahunan selama 17 tahun BANJIR
(yang seharusnya mendekati banjir 2 tahunan rata2 per
RENCANA
hari). Apabila keduanya cukup mendekati maka baik hasil DAS Pangeo dan Sabala
perhitungan banjir rencana dan simulasi debit harian dapat
diterima.
Bendungan Pangeo Alternatif 1

Banjir 2 tahunan (rata-rata 1 hari) = 43 m3/s hampir


sama dengan rata-rata debit harian maksimum
tahunan selama 17 tahun = 47 m3/s (range 28-66
m3/s). Banjir lebih dari 5 tahunan terjadi 4 kali atau
4/17= 0.23 atau dapat dikatakan setara 1/5 =0.2 (1
kali kegagalan dalam 5 tahun).

74
Bendungan Pangeo Alternatif 2

Banjir 2 tahunan (rata-rata 1 hari) = 32 m3/s hampir


sama dengan rata-rata debit harian maksimum
tahunan selama 17 tahun = 29 m3/s (range 18-41
m3/s). Banjir lebih dari 5 tahunan terjadi 3 kali atau
3/17= 0.18 atau dapat dikatakan setara 1/5 =0.2 (1
kali kegagalan dalam 5 tahun)

75
Bendungan Sabala

Banjir 2 tahunan (rata-rata 1 hari) = 5.2 m3/s hampir


sama dengan rata-rata debit harian maksimum
tahunan selama 17 tahun = 5.6 m3/s (range 5.2-7.5
m3/s) Banjir lebih dari 5 tahunan terjadi 2 kali

76
ANALISA KETERSEDIAAN AIR
DAS Pangeo dan Sabala

Bendungan Pangeo Alternatif 1

Dengan menggunakan parameter yang telah diperkirakan, maka dapat dilakukan generating data dengan menggunakan data hujan
TRMM yang tersedia dari tahun 1998 sampai dengan 2016, hasil yang didapatkan dapat dilihat pada gambar-gambar berikut
Analisis Ketersediaan Air

Bendungan Pangeo Alternatif 2


Dengan menggunakan parameter yang telah diperkirakan, maka dapat dilakukan generating data dengan menggunakan data
hujan TRMM yang tersedia dari tahun 1998 sampai dengan 2016, hasil yang didapatkan dapat dilihat pada gambar-gambar
berikut
Analisis Ketersediaan Air

Bendungan Sabala
Dengan menggunakan parameter yang telah diperkirakan, maka dapat dilakukan generating data dengan menggunakan data
hujan TRMM yang tersedia dari tahun 1998 sampai dengan 2016, hasil yang didapatkan dapat dilihat pada gambar-gambar
berikut
Konsep Tata Letak
Genangan Alt 1,2 dan 3 pada DAS Pangeo
KURVA LUAS vs VOLUME (Alt 1)
KURVA LUAS vs VOLUME (Alt 2)
GRAFIK HUBUNGAN ANTARA ELEVASI DENGAN LUAS DAN VOLUME TAMPUNGAN
BENDUNGAN PANGEO ALTERNATIF 2

Luas ( m2 )
1,400,000 1,200,000 1,000,000 800,000 600,000 400,000 200,000 0

53.0 53.0

Luas Genangan
116.35 Ha
49.0 Elv. MAB + 47.77 49.0

45.0 45.0

Elv. MAN + 45.00


Elevasi ( +m )

Elevasi ( +m )
Volume
41.0 41.0
Tampungan
Pada MAB
14.68 juta m3
37.0 37.0

Volume
Tampungan
33.0 33.0
Pada MAN
11.60 juta m3

29.0 29.0
0 2,000,000 4,000,000 6,000,000 8,000,000 10,000,000 12,000,000 14,000,000 16,000,000 18,000,000

Volume ( m3 ) Volume Luas

Elevasi Luas Volume Volume


Uraian
( +m ) ( m2 ) ( m3 ) ( Juta m3 )
TAMPUNGAN MUKA AIR BANJIR (MAB) 47.77 1,163,538.73 14,679,129.90 14.68
TAMPUNGAN MUKA AIR NORMAL ( MAN ) 45.00 1,141,028.17 11,599,144.81 11.60
KURVA LUAS vs VOLUME (Alt 2)
GRAFIK HUBUNGAN ANTARA ELEVASI DENGAN LUAS DAN VOLUME TAMPUNGAN
BENDUNGAN PANGEO ALTERNATIF 3

Luas ( m2 )
3,000,000 2,500,000 2,000,000 1,500,000 1,000,000 500,000 0

47.0 47.0
Luas Genangan
303.08 Ha
Elv. MAB + 42.09
43.0 43.0

39.0 Volume 39.0


Tampungan
Elv. MAN + 39.00 Pada MAB
Elevasi ( +m )

35.0 35.0

Elevasi ( +m )
36.84 juta m3

31.0 31.0

27.0 Volume 27.0


Tampungan
Pada MAN
23.0 23.0
28.36 juta m3

19.0 19.0
0 5,000,000 10,000,000 15,000,000 20,000,000 25,000,000 30,000,000 35,000,000 40,000,000 45,000,000

Volume ( m3 ) Volume Luas

Elevasi Luas Volume Volume


Uraian
( +m ) ( m2 ) ( m3 ) ( Juta m3 )
TAMPUNGAN MUKA AIR BANJIR (MAB) 42.09 3,030,828.41 36,839,231.64 36.84
TAMPUNGAN MUKA AIR NORMAL ( MAN ) 39.00 2,626,143.10 28,358,173.68 28.36
Tata letak Alternatif 1
Luas Genangan = 442 Ha
Volume = 45,86 Juta m3
BM 2
Kampung Panteo
Kecamatan Morotai Jaya
Kabupaten Morotai

BM 3 BM 1
Kampung Panteo Kampung Toara
Kecamatan Morotai Jaya Kecamatan Morotai Jaya
Kabupaten Morotai Kabupaten Morotai

BM 4
Kampung Toara
Kecamatan Morotai Jaya
Kabupaten Morotai
PEMILIHAN ALTERNATIF
PEMILIHAN ALTERNATIF
Dokumentasi Kegiatan
DESAIN BENDUNGAN
DAN BANGUNAN PELENGKAPNYA
D A L A M B A B B E R I K U T I N I I N I A K A N D I U R A I K A N B A N G U N A N YA N G D I P E R L U K A N O L E H
S E B U A H B E N D U N G A N , YA I T U :

• TUBUH BENDUNGAN.

• P E L I M PA H .

• I N TA K E I R I G A S I .

• BANGUNAN PENGURAS.

Waduk Pangeo merupakan bendungan urugan dengan tipe zonal yang dengan kondisi sebagai berikut :
Zona 1 : Inti kedap air (Core)
Zona 2 : Transisi (Transition)
Zona 3 : Filter (Filter)
Zona 4 : Random (Random)
Zona 5 : Transisi dibawah Rip-Rap
Zone 6 : Rip Rap.
Zona 7 : Hand Place Rip Rap.
Adapun bentuk tipikal penampang dari Bendungan Pangeo dapat digambarkan sbb:
G A M B A R T I P I K A L B E N D U N G A N U TA M A
Denah Pelimpah Bendungan

GAMBAR POTONGAN MEMANJANG PELIMPAH


ANALISA STABILITAS LERENG BENDUNGAN

3.337

2.900

3.300

4.300
3.100
Analisa Stabilitas Lereng Hulu Bendungan Krekeh
Kondisi Kosong (Setelah Konstruksi)
Tegangan Efektif, y/H = 0.25
145 Tanpa Gempa
49
EL. + 135.55
50
135 44
47
45 48
46

40 41 42 43

125

115
39
Elevation (m)

105

95 EL.37 + 93.20 38
32
33 34
35 36

EL. +3186.00
30
27 28 29
85
25 26
75 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24

8 9 10 11

65 3 4 5 EL. + 62.00 6 7

55
1 2
45

35
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 260 280 300 320 340 360 380 400 420 440

Distance (m)
Disarankan faktor keamanan pada kondisi surut cepat dan setelah konstruksi
lebih besar dari 1,2 dan kondisi gempa lebih besar dari 1,1 dan untuk mempercepat
perhitungan digunakan program Geo Studio 2004 dan hasil perhitungan sbb :

Tabel 10.2 Hasil Perhitungan Stabilitas Lereng Bendungan

No. Kondisi Lereng Tanpa Gempa Dengan Gempa


y/H 0,25 0,50 0,75 1,00 0,25 0,50 0,75 1,00

1. Hulu Kondisi Kosong 3,34 3,66 3,86 3,00 1,73 2,11 2,10 2,00
2. Hulu Kondisi Banjir 2,24 2,71 2,77 2,96 1,33 1,44 1,56 1,75
3. Hilir Kondisi Kosong 3,34 3,66 3,86 3,00 1,73 2,11 2,10 2,00
4. Hilir Kondisi Banjir 2,24 2,71 2,77 2,96 1,33 1,44 1,56 1,75
5. Rapid Draw Down 1,79 2,32 2,33 2,06 1,28 1,33 1,42 1,44
Alat Instrumentasi Bendungan

T UJ UA N P E M A S A N G A N A L AT I N S T R U M E N D A L A M P E K E R J A A N I N I
A D A L A H A G A R D A PAT M E M O N I TO R P R I L A KU B E N D U N G A N S E C A R A D I N I ,
D E N G A N A L AT S B B :

• S U R FA C E S E T T L E M E N T P O I N T S D I M A I N D A M

• S LO P E S E T T L E M E N T P O I N T S D I M A I N D A M

• O P E N S TA N D P I P E P I E Z O M E T E R

• A L AT U K U R R E M B E S A N V N OTC H
Bangunan Pelimpah

Gambar Tampak Atas Pelimpah Samping


G AMBAR P OTONGAN P ELIMPAH SAMPING
4.20
0.50 Saluran Pipa Baja Ø 1.50m

EL. + 99.50
1.50

0.50
Hollow Jet Valve Ø 1.50m

0.50

Pipa Drainase Ø 0.1 m 3.80

Bangunan Pengambilan/Intake Irigasi


0.50

3.25

2.50
0.60
3.50

3.00

B B
Turbine

18.40

A
A
Turbine

G A M B A R T R A S H R A C K J A M U R PA D A Penggerak Roda Gigi Dengan


Listrik untuk Katup Jet Rongga

C O N D U I T I N TA K E I R I G A S I Pipa Air Baku Ø 18

11.62

Gambar Tampak Atas Pintu Hollow Cone dan


Mikro Hidro
A B
11.62 1.50
0.70
Katup Udara 2.80
13.00
3.00 2.00
Katup Pengaman Model Pintu Sorong 1.50
4.00 3.50
Dengan Poros yang Digerakkan dengan Tangan EL. + 135.55
3.00

Penggerak Roda Gigi Dengan


0.50
Listrik untuk Katup Jet Rongga 4.00

4.20
0.50 Saluran Pipa Baja Ø 1.50m

EL. + 99.50
1.50

0.50
Hollow Jet Valve Ø 1.50m

0.50

Pipa Drainase Ø 0.1 m 3.80


0.50

3.25

2.50
0.60
3.50

3.00

C 53.34

GAMBAR POTONGAN MELINTANG GATE


VALVE DAN HOLLOW CONE

0.50 2.50 2.50 0.50

2.00 Gambar Trash Rack Intake dan Tower Pintu


Penguras Waduk
2.00 EL. + 100.00

B B
Turbine

17.70 2.00 1.00


18.40

1.00 0.50
EL. + 83.00

A
A 5.00 5.00
Turbine
EL. + 75.71
EL. + 76.50 EL. + 76.50 1 : 200

1.00 0.50
Penggerak Roda Gigi Dengan
Listrik untuk Katup Jet Rongga
A B
4.00 5.85 4.00
Pipa Air Baku Ø 18
13.85

11.62

C
No. Diskripsi Satuan Alt. 1
A Bendungan Utama
Panjang Bendungan m 282,90
Tinggi Bendungan m 40.00
Elevasi Crest Bendungan m 45.00
Elevasi Pelimpah m 39.00
Elevasi Dasar Sungai m 20.00
Volume Tampungan Gross juta m3 59,33
Volume Tampungan Netto Juta m3 45,86

B. Cover Dam
Panjang m 170.23
Tinggi Coverdam m 15.00
Elevasi Dasar Sungai m 20.00

C. Pengelak / Terowongan T Kuda


Debit Rencana Q25 m3/det 141,80
Diameter Terowongan m 4
Panjang Terowongan m 180
Elevasi Puncak Coferdam m 24,00
Elevasi Muka Air Banjir m 26.78

D. Pelimpah
Debit Banjir Q1000 m3/det 168,60
Debit banjir PMF m3/det 2.357,32
Lebar Ambang m 25
Panjang Peluncur m 208

F. Intake Irigasi / Air Baku /Conduit


Debit m3/det 4,0
Diameter m 1,0
Panjang Conduit m 180
Elevasi Intake m +25,00

G. Intake Tower Penguras


Debit m3/det 300
Diamater Intake m 4
Lebar Pintu m 4
ANALISA KELAYAKAN EKONOMI
Parameter Penilaian
Berdasarkan pedoman rencana teknis tentang tata pengaturan air dan
tata pengairan, dalam analisa kelayakan ekonomi, ada tiga parameter
yang digunakan, diantara yaitu Net Present Value (NPV), Benefit Cost
Ratio (BCR) dan Internal Rate of Return (EIRR).
Ketiga parameter diatas tersusun atas komponen benefit dan cost yang
dihitung berdasarkan faktor pertambahan nilai yang terjadi disetiap
tahunnya.
Untuk menghasilkan analisa kelayakan ekonomi yang mendekati kondisi
sebenarnya, maka tinjauan dilakukan dalam beberapa tahap. Ditahap
awal, analisa kelayakan ekonomi dilakukan dalam bentuk penghitungan
estimasi Incremental Benefit dari setiap alternatif lokasi.
Estimasi incremental benefit
Sektor pertanian Tabel 1. PDRB Kabupaten Pulau Morotai atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2013 -2014
(Juta Rupiah)
merupakan penyumbang
PDRB terbesar di Lapangan Usaha (Industrial Origin) 2013 2014*)
kab.pulau Morotai.
A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 425.190,9 476.023,8
Pada skenario
pertumbuhan ekonomi B Pertambangan dan Penggalian 458,3 511,9
tinggi, salah satu
C Industri Pengolahan 45.175,6 49.582,0
kegiatan yang
direncanakan yaitu D Pengadaan Listrik dan Gas 299,4 377,1
membangun bendungan
E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 1.12,8 1.24,5
dan jaringan irigasi baru.
F Konstruksi 62.005,4 72.118,1
Sehingga peningkatan
produktifitas pertanian Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda
dapat menjadi G Motor 155.871,5 176.820,8
incremental benefit dari
H Transportasi dan pergudangan 162.77,9 18.518,3
adanya pembangunan
bendungan. I Penyediaan Akomodasi dan Makan
KONSEP DASAR ANALISA
KELAYAKAN EKONOMI
➢ Existing productivity
➢ Planned ➢ Construction
productivity ➢ Escalation cost
➢ Index pertanaman Cost ➢ Operation-
existing Maintenance Cost
➢ Index pertanaman ➢ Contingency cost
terencana ➢ Administration cost
Benefit
➢ BI’s Interest rate per year
➢ Waktu pengerjaan dan usia
bendungan Time
Estimasi incremental benefit
Tabel 2.
Rumah Tangga Usaha Pertanian Menurut Desa di Morotai Jaya, 2015

No Desa Padi Palawija Hortikultura


1. Libano 82 119 -
2. Hapo 29 38 8
Lokasi Bendungan
3. Titigoli 42 57 3
Alternatif 1 & III
4. Bere Bere kecil 50 78 20
5. Sopi 139 294 16
6. Cendana 18 88 11
7. Aru 47 78 6
sebagian besar 8. Pangeo 193 277 18
pendapatan 9. Towara 65 96 52
masyarakat 10. Cempaka - - -
Morotai berasal 11. Podimor Padange - - -
dari usaha tani 12. Sopi Majiko - - -
tanaman pangan 13. Loleo - - -

seperti padi dan 14. Gorugo - - -

palawija. Jumlah 665 1125 134


alt
4
alt
5
KONDISI ALTERNATIF LOKASI
ALTERNATIF I II III IV V VI

Jaringan irigasi existing x x x x x 

Jarak daerah layanan/akses  x x  x 

Kelayakan teknis    x  x

Zona ekonomi khusus x x x x  


PENGHITUNGAN INCREMENTAL
BENEFIT IRIGASI
Existing
527,00 ha : luas areal irigasi catur wulan I catur wulan II catur wulan III <-- musim tanam

5.360 kg/tahun/ha : produksi sawah


6.500 rp/kg : harga jual rata-rata gabah 12
40 %/tahun : kapasitas pemanenan 0
4500 rp/kg : HPP 100% 20% 0% <-- kapasitas produksi
5.084.496.000 rp/tahun : nilai produksi
padi padi palawija <-- jenis tanaman
7.344.272.000 rp/tahun : nilai jual
2.259.776.000 rp/tahun : nilai manfaat
4.288.000 rp/ha/tahun : pendapatan petani existing
Rencana
3.723,00 ha : luas areal irigasi catur wulan I catur wulan II catur wulan III <-- musim tanam
10.110 kg/tahun/ha : produksi sawah
6.500 rp/kg : harga jual rata-rata gabah 12
100,00 %/tahun : kapasitas pemanenan 0

4500 rp/kg : HPP 100% 100% 100% <-- kapasitas produksi

169.377.885.000 rp/tahun : nilai produksi padi padi palawija <-- jenis tanaman
244.656.945.000 rp/tahun : nilai jual
75.279.060.000 rp/tahun : nilai manfaat
20.220.000 rp/ha/tahun : pendapatan petani rencana

73.019.284.000 rp/tahun : pertambahan nilai manfaat untuk irigasi


15.932.000 rp/ha/tahun : pertambahan pendapatan petani
DISBURSTMENT BIAYA
KONSTRUKSI
RINCIAN ANALISA KELAYAKAN
HASIL ANALISA SENSITIVITAS
REKAP HASIL ANALISA
KELAYAKAN EKONOMI
PARAMETER NILAI

Biaya Konstruksi (Rp) 981.682.000.000

EIRR (%) 8,44


FIRR (%) 9,89

PV Cost (Rp) 1.048.045.710.000

PV Benefit (Rp) 1.221.328.350.000

NPV Balance (Rp) 173.282.650.000

B/C Ratio 1,17

Anda mungkin juga menyukai