Anda di halaman 1dari 5

BAB II

TATA GUNA LAHAN SEBELUM DAN SESUDAH TAMBANG


LAPORAN RENCANA REKLAMASI TAMBANG

BAB II
TATA GUNA LAHAN SEBELUM DAN SESUDAH DITAMBANG

2.1

Rona Awal Tata Guna Lahan Sebelum Penambangan

Dalam pengamatan selama kegiatan penyelidikan


dilokasi, tata guna lahan wilayah ini sebelum ditambang
sebagian besar merupakan vegetasi hutan sekunder dan semak
belukar. Hinga sekarang areal tersebut masih merupakan lahan
kosong atau tidur dan tidak digunakan oleh masyarakat untuk
bercocok tanam ataupun kegiatan lainnya.
Dari rona lingkungan awal secara morfologi, daerah
penyelidikan
mempunyai
satuan
morfologi
perbukitan
bergelombang lemah dan menempati hampir 95% dari seluruh
daerah penyelidikan, umumnya perbukitan memanjang dari
barat daya timur laut dengan kemiringan rata-rata berkisar
antara 2 - 10, titik tertinggi tidak kurang dari 45 m dpl dan
terendah tidak kurang dari 10 m dpl. Satuan batuan penyusun
daerah ini adalah lava basal dan breksi aneka bahan serta batu
pasir, ciri batuan ini sangat khas dan resisten terhadap
pelapukan. Pola aliran yang berkembang adalah pola aliran
sungai dendritik (mendaun). Sedangkan morfologi dataran
menempati 5 % terdapat pada bagian selatan daerah
penyelidikan dan diisi oleh batuan pasiran dan lempung.
Sebagai gambaran tambahan dan kejelasan dari rona
awal tata guna lahan sebelum penambangan dapat disimak dari
keadaan dan tinjauan terhadap beberapa hal yang meliputi :

1. Flora dan Fauna


Jenis flora yang tumbuh di daerah penyelidikan,
sebagian besar terdiri dari tumbuhan hutan tropis
seperti pohon Ulin, Meranti, Sungkai, Kruing, Rotan dan
tumbuhan Semak belukar atau tanaman liar.
Sedangkan Fauna yang dijumpai kebanyakan terdiri
dari Babi hutan, Kera, Pelanduk, Ular serta berbagai
jenis burung, ikan dan lain sebaginya.
2. Aliran Air
Page

BAB II
TATA GUNA LAHAN SEBELUM DAN SESUDAH TAMBANG
LAPORAN RENCANA REKLAMASI TAMBANG

Air Permukaan
Sistem hidrologi pada daerah penyelidikan terdiri
dari sistem sungai, dimana sungai yang ada
merupakan anak sungai Apar dan berpola, sungai
Apar menerima aliran dari beberapa wilayah
sekitar, kemudian mengalir menuju muara di Selat
Makasar.
Air Tanah
Kondisi dan keadan air tanah termasuk dalam
wilayah akuifer tidak tertekan. Air tanah tidak
tertekan terutama terdapat di daerah lembah atau
relatif datar antar perbukitan, serta setempat di
bantaran banjir beberapa sungai utama. Kedudukan
muka air tanah tidak tertekan, secara umum
mengikuti kontur topografi. Secara hidrologis,
berdasar atas kondisi geologis dan keterdapatan air
tanah, arah umum aliran tanah tertekan sangat
dipengaruhi oleh kedudukan lapisan batuan.
Dari stratigrafi, diketahui lapisan batuan, didominasi
lapisan sandstone, mudstone dan lapisan batubara.
Dimana sifat umum lapisan ini memiliki nilai
permeablelitas yang kecil, hal ini dikarenakan sifat
lapisan tersebut padu.

Kegiatan Lain Disekitar Tambang


Sedangkan keadan daerah sekitar lokasi kegiatan
merupakan wilayah vegetasi hutan dan semak
belukar,
tanaman
mangrove
sertawilayah
penambangan oleh PT. Bima Gema Permata serta
pelabuhan khusus batubara milik Pemerintah
Daerah Kabupaten Paser yang merupakan Ex PT.
BHP.

Gambaran lain berdasarkan tata ruang status lahan


merupakan areal penggunaan lain (APL)
atau kawasan
Budidaya Non Kehutunan (KBNK).
2.2

Rona Akhir Tata Guna Lahan Sesudah Penambangan

Page

BAB II
TATA GUNA LAHAN SEBELUM DAN SESUDAH TAMBANG
LAPORAN RENCANA REKLAMASI TAMBANG

Berkaitan dengan rencana penambangan yang akan


dilakukan dan rencana reklamasi oleh PT. BORNEO SURYA ABADI
maka dapat dilihat gambaran sebagai berikut :

Keadaan Cadangan

Batubara merupakan bahan galian tambang yang


unrenewable (tidak dapat diperbaharui) sehingga dalam
pemanfaatannya harus dikelola secara efisien dan bijaksana dan
perlu dilakukan konservasi secara optimal.
Berdasarkan karekteristik dan kualitas batubara pada
daerah penyelidikan yang memiliki nilai kalor yang cukup tinggi
dan mengandung jumlah sulfur yang relatif rendah sehingga
banyak dibutuhkan oleh pasar. Maka atas dasar hal tersebut di
atas selayaknya penambangan batubara harus dilakukan
seoptimal mungkin sehingga tidak terdapat sisa batubara yang
tertinggal sampai pasca tambang.

Peruntukan Lahan

Sistim yang disepakati antara PT. Borneo Surya Abadi


dengan masyarakat terhadap lahan masyarakat dan batubara
tergali adalah sistim fee, dimana masyarakat hanya
memperoleh ganti rugi terhadap batubara yang tergali
sedangkan lahan tambang akan dikembalikan kepemilikannya
kepada pemilik lahan setelah tambang berakhir. Dan pihak
perusahaan akan melakukan revegetasi terhadap lahan
terganggu dengan menanam pohon sengon dan atau sawit.

Topografi dan Morfologi

Rona akhir tambang berkaitan dengan rancana tambang


secara keseluruhan yang akan memberikan bentuk morfologi
baru pada saat penambangan selesai. Dalam perencanaan
tambang, digunakan 5 (lima) konsep dasar yang akan
digunakan sebagai sarana akhir dalam setiap akhir perencanaan
tambang, meliputi :
a. Pada akhir operasi tambang diharapkan lokasi
tersebut masih dapat dimanfaatkan dan bahkan
dapat memberikan nilai tambah, sebagai contoh
rona awal yang asalnya berupa lahan tidur (tidak

Page

BAB II
TATA GUNA LAHAN SEBELUM DAN SESUDAH TAMBANG
LAPORAN RENCANA REKLAMASI TAMBANG

b.

c.
d.

e.

produktif) dapat dimanfaatkan menjadi lahan


perkebunan, pertanian, peternakan, periwisata,
perumahan dan sebagainya.
Peruntukan lahan eks tambang disesuaikan dengan
krakteristik lokasi tersebut dan disesuaikan dengan
keinginan dan kesepakatan dengan masyarakat
serta rencana tata ruang kabupaten/kota.
Tidak meninggalkan banyak lubang yang tidak
memiliki manfaat bagi masyarakat.
Lubang yang ditinggalkan yang akan menampung
air
diatur sedemikian rupa, sehingga air yang
tertampung didalam lubang tersebut akan selalu
mengalir dan tidak membahayakan masyarakat.
Top soil yang banyak mengandung unsur hara harus
dikembalikan dan disebarkan di atas lahan
terganggu.

Diharapkan seluruh areal bekas tambang akan tertutup


kembali oleh tanah penutup dan tanah pucuk sehingga pada
akhir penambangan, morfologi areal bekas tambang dapat
dipergunakan
sesuai
peruntukan
yang
direncanakan
selanjutnya.

Kesepakatan Dengan Masyarakat


Telah dilakukan musyawarah dengan masyarakat desa,
khususnya para pemilik lahan yang tergabung dalam
beberapa
kelompok
masyarakat
telah
menghasilkan
kesepakatan dengan pihak perusahaan yang mana dalam
musyawarah tersebut menghasilkan beberapa kesepakatan
antara lain sebagai berikut :
1. Terhadap areal bekas tambang termasuk infrastruktur
penunjang yang sebelumnya ada akan digunakan oleh
masyarakat sedangkan lahan bekas tambang akan
dikembalikan kepada masyarakat selaku pemilik lahan.
2. Terhadap areal bekas jalan tambang dan jalan angkut
batubara, tidak dilakukan revegetasi dan akan
digunakan
oleh
masyarakat
sebagai
sarana
transportasi dan pengembangan lainnya.
3. Terhadap areal bekas kolam pengendapan akan
dilakukan penimbunan.
4. Terhadap areal berkas sarana pengolahan dan stock
pile akan dilakukan penanaman Sengon dan atau sawit.

Page

BAB II
TATA GUNA LAHAN SEBELUM DAN SESUDAH TAMBANG
LAPORAN RENCANA REKLAMASI TAMBANG

5. Terhadap bekas jembatan pemuatan atau jetty tidak


dibongkar dan akan digunakan sebagai sarana
pelabuhan
ataupun
tambat
kapal
masyarakat
setempat.

Page

Anda mungkin juga menyukai