Anda di halaman 1dari 17

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Daerah resapan air pada dasarnya tidak boleh dieksplorasi secara berlebihan
karena akan berdampak terhadap struktur tanah yang sebelumnya subur dan stabil
kemudian akan berubah menjadi patahan-patahan yang nantinya tidak mampu
menahan air pada saat hujan. Akibatnya, tanah yang sebelumnya dapat
dikategorikan subur menjadi tanah yang gersang dan berkurang kandungan unsur
haranya, khususnya humus akan semakin hilang. Lahan yang dipakai untuk
daerah resapan air merupakan lahan yang ditumbuhi oleh berbagai macam
vegetasi tanaman yang berfungsi untuk menahan erosi (Awang, 2012).

Sumber daya alam dan tingkat perekonomian suatu negara memiliki kaitan yang
erat, dimana kekayaan sumber daya alam akan menunjang pertumbuhan ekonomi
suatu negara. Kenyataannya hal tersebut sangat bertentangan dengan negara-
negara di dunia yang kaya akan sumber daya alam sebagian besar merupakan
negara dengan tingkat ekonomi yang rendah. Hal ini disebabkan negara yang
memiliki sumber daya alam yang besar cenderung tidak memiliki teknologi yang
memadai dalam mengolahnya.

Sumber daya adalah komponen dari ekosistem yang menyediakan barang dan jasa
yang bermanfaat untuk mencukupi kebutuhan manusia. Sumber daya itu sendiri
merupakan suatu kemampuan untuk memenuhi atau menangani sesuatu, dapat
juga diartikan sebagai sumber persediaan, penunjang, dan sarana yang dihasilkan
oleh kemampuan maupun dari pemikiran seseorang. Haggett (1983) dalam
Banowati (2013: 39), menyatakan bahwa sumber daya adalah sejumlah komponen
material dari lingkungan, yang meliputi masa dan energi, benda biologis dan
nonbiologis, dapat ditetapkan sebagai keseluruhan persediaan (total stock).

Potensi sumber daya tiap wilayah berbeda-beda. Wilayah itu sendiri adalah suatu
areal yang memiliki karakteristik tertentu yang dapat diklasifikasikan berdasarkan
satu atau beberapa karakteristik, misalnya berdasarkan iklim, relief, tipe batuan,
pola pertanian, vegetasi alami, kegiatan ekonomi, dan sebagainya (Wardiyatmoko,
K. 2006: 176). Berdasarkan hal tersebut, perbedaan wilayah atau daerah akan
menyebabkan potensi yang berbeda pula, baik potensi fisik maupun potensi sosial
budaya kehidupan manusianya. Alam sebagai tempat hidup manusia menyediakan
segala potensi untuk kehidupan manusia, sedangkan manusia akan memanfaatkan
lingkungannya untuk kepentingan hidupnya. Manusia dapat mempengaruhi alam
sekelilingnya dan sebaliknya keadaan alam sekeliling dapat mempengaruhi
manusia terutama dalam menjaga daerah resapan air di sebuah kawasan
konservasi. Hal tersebut seperti yang terjadi pada daerah resapan air Kecamatan
Kedamaian di Bukit Camang.

Bukit Camang itu sendiri adalah bukit berbatu gamping yang berada di
Kecamatan Kedamaian Kota Bandar Lampung. Bukit Camang merupakan
kawasan konservasi sebagai habitat bagi primata siamang dan merupakan daerah
resapan air di Kecamatan Kedamaian. Namun, sudah sejak lama kawasan tersebut
menjadi lokasi tambang tanah dan batuan secara ilegal sehingga mengurangi
fungsi Bukit Camang sebagai kawasan konservasi.

Hal ini tentu menjadi kewaspadaan bagi masyarakat Kota Bandar Lampung
terutama yang tinggal di daerah Kecamatan Kedamaian. Berkurangnya daerah
resapan air di suatu wilayah akan mengakibatkan munculnya genangan dan
beberapa masalah lainnya.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis dapat mengidentifikasi masalah dalam
penelitian, sebagai berikut:
1. Terjadinya tambang tanah dan batuan ilegal di kawasan konservasi.
2. Kondisi daerah resapan air yang berkurang.
3. Terjadinya genangan air.

C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka diperlukan adanya pembatasan
masalah yang jelas agar penelitian ini lebih terarah pada tujuan yang ingin
dituangkan sehingga permasalahan dalam penelitian ini dibatasi pada kondisi
daerah resapan air yang berkurang.

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah di atas,
maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apa saja faktor yang berpengaruh terhadap berkurangnya daerah resapan
air?
2. Bagaimana dampak yang ditimbulkan dari pertambangan tanah dan
batuan di Bukit Camang terhadap kondisi lingkungan di Kecamatan
Kedamaian Kota Bandar Lampung?
3. Bagaimana solusi meningkatkan daerah resapan air di Bukit Camang
Kecamatan Kedamaian Kota Bandar Lampung?

E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini, sebagai berikut:
1. Untuk dapat menjabarkan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
berkurangnya daerah resapan air.
2. Untuk mendapatkan informasi tentang dampak yang ditimbulkan dari
pertambangan tanah dan batuan di Bukit Camang Kecamatan Kedamaian
Kota Bandar Lampung.
3. Untuk mendapatkan solusi dalam meningkatkan daerah resapan air di
Bukit Camang Kecamatan Kedamaian Kota Bandar Lampung.

F. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini berguna secara teoritis maupun praktis
1. Kegunaan secara teoritis
Penelitian ini secara teoritis berguna untuk menguji dan mengembangkan
konsep, teori, serta mengidentifikasi tambang tanah dan batuan illegal di
kawasan konservasi terhadap daerah respan air di Bukit Camang, Kecamatan
Kedamaian, Kota Bandar Lampung.

2. Kegunaan secara praktis


1) Bagi Lembaga Terkait
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai kondisi
daerah resapan air dan melakukan reklamasi pada kawasan konservasi
tersebut agar dapat meminimalisir terjadinya genangan air pada saat
musim hujan.

2) Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai tambang
tanah dan batuan di kawasan konservasi Bukit Camang terhadap kondisi
daerah resapan air di Kecamatan Kedamaian, Kota Bandar Lampung.

3) Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat memberi pengetahuan yang lebih luas
kepada peneliti untuk mengidentifikasikan tambang tanah dan batuan di
kawasan koservasi Bukit Camang, Kecamatan Kedamaian serta untuk
menyelesaikan tugas proposal pada Mata Kuliah Metodologi Penelitian
Geografi.

G. Ruang Lingkup Penelitian


1. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam ruang lingkup ilmu hidrologi.

2. Subjek Penelitian
Subjek dari penelitian ini adalah tambang tanah dan batuan di Bukit
Camang, Kecamatan Kedamaian, Kota Bandar Lampung.

3. Objek Penelitian
Objek dari penelitian ini adalah daerah resapan air di kawasan koservasi
Bukit Camang, Kecamatan Kedamaian, Kota Bandar Lampung.

4. Tempat Penelitian
Tempat penelitian ini adalah di Bukit Camang, Kecamatan Kedamaian,
Kota Bandar Lampung.
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori
1. Tambang Tanah dan Batuan
a. Definisi Tambang
Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam
rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara
yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi,
penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan,
serta kegiatan pascatambang. Sedangkan pertambangan mineral adalah
pertambangan kumpulan mineral yang berupa bijih atau batuan, di luar
panas bumi, minyak dan gas bumi, serta air tanah.
Wilayah Pertambangan, yang selanjutnya disebut WP, adalah wilayah
yang memiliki potensi mineral dan/atau batubara dan tidak terikat dengan
batasan administrasi pemerintahan yang merupakan bagian dari tata ruang
nasional.

b. Permasalahan Tambang Tanah dan Batuan


Tambang tanah dan batuan dapat memberikan dampak negatif bagi
lingkungan. Tambang batu yang dilakukan di kawasan konservasi dapat
mengakibatkan berkurangnya daerah resapan air di kawasan tersebut yang
berdampak kepada masyarakat sekitarnya.

2. Daerah Resapan Air


a. Definisi Daerah Resapan Air

Daerah resapan air adalah daerah masuknya air dari permukaan tanahke dalam
zona jenuh air sehingga membentuk suatu aliran air tanahyang mengalir ke
daerah yang lebih rendah. Daerah ini memiliki kandungan komposisi mineral
dan komposisi garam yang lebih rendah dari daerah luahannya dalam satu
aliran air tanah yang sama dan mengalami penurunan tekanan air yang
berlawanan dengan kenaikan tekanan air di daerah luahannya dalam satu
aliran air tanah yang sama. Biasanya daerah resapan air ini memiliki banyak
pepohonan karena akar pohon merupakan pengunci air yang sangat baik.
Daerah resapan air akan dapat mencegah terjadinya banjir dan juga dapat
menyimpan air dan menguncinya untuk bisa digunakan di kemudian hari.
Daerah resapan air juga terdapat perbedaan distribusi tumbuh-tumbuhan.
Pemahaman makna daerah resapan air di alam setidaknya ada lima unsur
utama sebagai ciri yang harus dipenuhi yaitu:
1) Kondisi tanahnya poros
2) Kemampuan dalam meresap air yang cukup tinggi
3) Memiliki perbedaan tinggi air tanah yang mencolok
4) Berada pada wilayah dengan curah hujan cukup tinggi >2500 mm/tahun
5) Memiliki vegetasi dengan sistem perakaran yang cukup dalam serta
memiliki pelapisan tajuk

b. Penyebab Berkurangnya Daerah Resapan Air

Adapun penyebab berkurangnya daerah resapan air, yaitu:


1) Pembangunan infrastruktur public
Salah satu faktor penyebab berkurangnya daerah resapan air adalah karena
berkembangnya pembangunan infrastruktur publik, seperti jalan aspal, tol,
betonisasi jalan dan lain sebagainya. Coba sekarang kita perhatikan. Dulu
di sekitar jalan raya masih kita temukan ada lahan yang ditanami pohon
atau minimal rumput. Namun sekarang di sekitar jalan sudah dibeton
sehingga tidak ada tempat air untuk dapat meresap ke dalam tanah.
Akibatnya, banyak jalan tergenang air ketika hujan turun dengan lebatnya.
2) Pembangunan pemukiman penduduk
Tidak bisa dipungkiri bahwa kebutuhan pemukiman penduduk semakin
lama semakin banyak, terlebih di ibukota. Dulu, masyarakat membangun
rumah ilegal di bantaran sungai, hal itu jelas akan mengganggu kesehatan
lingkungan sungai. Namun, sekarang pemerintah merelokasi tempat
tinggal mereka. Masyarakat pendatang tidak lagi tinggal di bantaran
sungai, melainkan di rumah susun atau rumah lainnya yang disediakan
pemerintah dengan harga yang murah. Nah, lahan untuk membangun
perumahan warga inilah yang mengurangi daerah resapan air. Misalnya,
yang mulanya adalah taman dengan pohon- pohon sekarang berubah
menjadi rumah warga.
3) Banyaknya sampah yang berserakan
Banyaknya sampah yang berserakan jelas akan mengurangi daerah resapan
air. Terlebih jika sampah tersebut adalah sampah non organik seperti
kaleng dan plastik yang mana air saja tidak dapat tembus. Hal ini jelas
akan menyebabkan air menjadi tergenang dan tidak dapat meresap ke
dalam tanah. Sampah juga merupakan salah satu penyebab banjir.
4) Penebangan pohon secara liar
Kita semua tahu bahwa fungsi pohon salah satunya adalah sebagai
penyerap air dan pengunci air di dalam tanah. Namun, sekarang ini pohon
sudah jarang kita temukan, terlebih di kota besar karena alasan tertentu.
bahkan, di hutan pun sudah banyak orang yang menebang pohon tanpa
izin. Hal ini tentu akan sangat mempengaruhi jenis siklus air. Air tidak
dapat meresap ke dalam tanah dan bertahan lama di dalam tanah.
5) Pembangunan fasilitas publik
Pembangunan memang pesat, selain infrastruktur dan pemukiman
masyarakat, yang juga dibangun dengan pesat adalah fasilitas publik
seperti pusat perbelanjaan, hotel atau lainnya. Pembangunan ini jelas akan
mengurangi stock lahan kosong yang seharusnya bisa dimanfaatkan
sebagai daerah resapan.
B. Penelitian yang Relevan

Tabel 1.1 Jurnal Penelitian yang Relevan


No. Nama Judul Tujuan Penelitian Hasil Penelitian
Penulis
1. Rizky Arie Dampak Kebijakan Perizin- Untuk mendeskripsikan kebijakan Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dalam penelitian
Kurniawan an Pertambangan Terhadap perizinan pertambangan,tentang dampak kebijakan perizinan pertambangan terhadap
Kerusakan Lingkungan mendeskripsikan kerusakan
kerusakan lingkungan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
Bukit Camang Bandar lingkungan di Bukit Camang, dan Setiap kegiatan pembangunan di bidang pertambangan pasti
Lampung mengetahui faktor penyebab menimbulkan dampak positif maupun dampak negatif. Dampak
dampak kebijakan perizinan positif dari kegiatan pembangunan di bidang pertambangan adalah
pertambangan terhadap kerusakan (Sudrajat, 2010:107):
lingkungan dilihat dari aspek a. Memberikan nilai tambah secara nyata kepada pertumbuhan
ekonomi politik. ekonomi nasional.
b. Meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD).
c. Menampung tenaga kerja, terutama masyarakat lingkar tambang.
d. Meningkatkan ekonomi masyarakat lingkar tambang.
e. Meningkatkan usaha mikro masyarakat lingkar tambang.
f. Meningkatkan kualitas SDM masyarakat lingkar tambang.
g. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat lingkar tambang.
Dampak negatif dari pembangunan di bidang pertambangan adalah:
a. Kehancuran lingkungan hidup.
b. Penderitaan masyarakat adat.
c. Menurunnya kualitas hidup penduduk lokal.
d. Meningkatnya kekerasan terhadap perempuan.
e. Kehancuran ekologi.
f. Terjadinya pelanggaran HAM pada kuasa pertambangan
2. Nur Haefa Analisis Dampak Kebijakan Untuk mengetahui eksploitasi Eksploitasi sumber daya alam hanya diarahkan untuk mendukung
Pertambangan Terhadap yang dilakukan perusahaan pertumbuhan ekonomi tanpa memperhatikan secara proposional
Kehidupan Sosial Ekonomi pertambangan batubara di kelestarian fungsi lingkungan hidup. Eksploitasi yang dilakukan
Masyarakat di Kelurahan Kelurahan Makroman. perusahaan pertambangan batubara lebih mementingkan keuntungan
Makroman perusahaan, dan mengabaikan sumber daya alam yang dapat di
perbaharui yang tumbuh diatasnya.
a. Pertambangan yang selama ini beroperasi di Makroman, telah
membawa kerusakan terhadap kehidupan sosial ekonomi
masyarakat dalam skala yang besar.
b. Kebijakan pertambangan lebih berpihak pada kepentingan para
pemilik modal dan mengabaikan sumber daya alam yang dapat
di perbaharui yang ada diatasnya.
3. Mardi Evaluasi Kerusakan Untuk mendapatkan informasi Kegiatan penambangan di satu sisi berdampak positif terhadap
Wibowo Lingkungan Kawasan tentang evaluasi kerusakan ekonomi masyarakat setempat dan meningkatkan Pendapatan Asli
Penambangan Batu Pasir lingkungan kawasan Daerah (PAD), tetapi di sisi lain apabila tidak dikelola dengan baik
Tufaan di Kecamatan penambangan batu pasir. akan berdampak negative terhadap masalah lingkungan. Jumlah
penduduk yang terus meningkat dalam kondisi ekonomi yang lesu
Prambanan Kabupaten
mengakibatkan merebaknya alih profesi ke pertambangan bahan
Sleman galian C (pasir) Masih banyak yang tidak mengetahui manfaat
jangka panjang sumber daya alam, sekaligus tidak peduli dengan
kerusakan lingkungan yang terjadi. Masyarakat lebih mengutamakan
kesejahteraan material sesaat .masyarakat menganggap bahwa
lingkungan itu milik public.
4. Qeis Imami Profil Penambang Batu Tujuan dalam penelitian ini untuk Hasil penelitian ini menunjukan bahwa : (1) Sebanyak 56 responden
Arief Bukit Sukamenanti di mengkaji tentang profil berada pada usia produktif penuh. (2) Tingkat pendidikan formal
Kelurahan Sukamenanti penambang batu di Kelurahan yang ditempuh responden sampai tamat SD sebanyak 20 responden.
Kecamatan Kedaton Kota Sukamenanti dengan titik tekan (3) Sebanyak 23 responden memiliki jumlah tanggungan keluarga
Bandar Lampung kajian pada. (1) umur penambang sedikit atau < 5 orang. (4) Sebagian besar penambang batu telah
batu, (2) tingkat pendidikan melakukan kegiatan penambangan lebih dari 18 tahun sebanyak 31
formal, (3) jumlah tanggungan responden. (5) Sebanyak 55 responden penambang tidak lengkap
keluarga, (4) lama bekerja, (5) memakai alat pelindung diri. (6) Sebanyak 54 responden yang
peralatan pengamanan kerja, (6) memiliki jarak tempuh < 1 km dari rumah menuju tempat
jarak dari rumah menuju bukit penambangan. (7) Sebagian besar responden memiliki jam kerja
batu, (7) jumlah jam kerja, (8) yang tinggi, yaitu sebanyak 48 responden (85,72%). (8) Responden
jumlah pendapatan, (9) pekerjaan yang memperoleh pendapatan sama atau di atas rata-rata senilai >
sampingan. Rp. 1.850.000,00 sebanyak 51 responden. (9) Jumlah responden
yang memiliki pekerjaan sampingan terbanyak ialah menjadi tukang
ojek yaitu sebanyak 25 responden.
5. Wusono Eksistensi Penambang Batu Tujuan dari penelitian ini adalah Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat
Catur Kapur di Desa Bedoyo mendeskripsikan tentang di Desa Bedoyo berprofesi sebagai penambang batu kapur adalah
Nugroho dan Kecamatan Ponjong Eksistensi Penambang Batu karena faktor ekonomi. Adanya PP No. 26 tahun 2008 mengenai
Puji Lestari, Kabupaten Gunung Kidul Kapur Di Desa Bedoyo kawasan lindung memunculkan rencana pemerintah untuk menutup
M. Hum Kecamatan Ponjong Kabupaten semua kegiatan yang berkaitan dengan tambang batu kapur.
Gunungkidul Masyarakat yang tidak setuju dengan rencana pemerintah tersebut
akhirnya melakukan protes yang kemudian menimbulkan suatu
konflik antara pemerintah dengan masyarakat penambang batu
kapur. Usaha pemerintah untuk menanggulangi permasalahan
tersebut adalah melakukan pendataan ulang kawasan lindung,
memberikan bantuan ternak kepada masyarakat, dan segera
menyelesaikan permasalahan dengan masyarakat secara damai.
C. Kerangka Pikir

Bukit Camang tepatnya di Kecamatan Kedamaian merupakan kawasan konservasi


yang dirusak oleh oknum-oknum tidak bertanggung jawab. Kawasan konservasi
tersebut dijadikan daerah tambang tanah dan batuan illegal yang menyebabkan
berkurangnya daerah resapan air di Kecamatan Kedamaian khususnya di daerah
sekitar kawasan konservasi Bukit Camang tersebut.

Dampak paling mencolok yang ditimbulkan akibat adanya pertambangan ini yaitu
berkurangnya daerah resapan air yang menyebabkan terjadinya genangan di
permukiman sekitar kawasan tersebut.

Tambang Tanah dan


Batuan

Pemukiman

Jalan Raya

Daerah Resapan Air

Resapan Air Resapan Air Resapan Air Tidak Ada


Berkurang Lambat Buruk Resapan Air

Genangan Air

Implikasi Tambang Tanah dan Batuan Terhadap Kondisi


Daerah Resapan Air

Gambar 1.1 Kerangka Pikir


D. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di


mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat
pertanyaan. Dikatakan sementara. karena jawaban yang diberikan baru didasarkan
pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang
diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai
jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang
empirik (Sugiyono, 2017).

Permasalahan penelitian:
Bagaimana kondisi tambang tanah dan batuan terhadap berkurangnya daerah
resapan air yang terjadi di Bukit Camang Kecamatan Kedamaian Kota Bandar
Lampung?

Asumsi:
Penyebab berkurangnya daerah resapan air di Kecamatan Kedamaian Kota Bandar
Lampung disebabkan oleh adanya tambang tanah dan batuan di Bukit Camang.

Hipotesis:
(+) Kegiatan tambang tanah dan batuan di Bukit Camang akan mengakibatkan
berkurangnya daerah resapana air di Kecamatan Kedamaian Kota Bandar
Lampung.
(-) Kegiatan tambang tanah dan batuan di Bukit Camang tidak akan
mengakibatkan berkurangnya daerah resapana air di Kecamatan Kedamaian
Kota Bandar Lampung.
III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Jenis penelitian ini yaitu penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah


penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamiah, dimana
peneliti merupakan instrumen kunci (Sugiyono, 2005). Perbedaannya dengan
penelitian kuantitatif adalah penelitian ini berangkat dari data, memanfaatkan teori
yang ada sebagai bahan penjelas dan berakhir dengan sebuah teori. Menurut
Sugiyo no (2011), metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang
berlandaskan pada filsafat post positivisme, digunakan untuk meneliti pada
kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya eksperimen) dimana peneliti
adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan
secara purposive dan snowball, teknik pengumpulan dengan tri-anggulasi
(gabungan), analisis data bersifat induktif atau kualitatif, dan hasil penelitian
kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.

Pada penelitian kualitatif, semakin mendalam, teliti, dan tergali suatu data yang
didapatkan, maka bisa diartikan pula bahwa semakin baik kualitas penelitian
tersebut. Maka dari segi besarnya responden atau objek penelitian, metode
penelitian kualitatif memiliki objek yang lebih sedikit dibandingkan dengan
penelitian kuantitatif, sebab lebih mengedepankan kedalaman data, bukan
kuantitas data. Anggapan yang mendasari penelitian jenis kualitatif adalah bahwa
kenyataan sebagai suatu yang berdimensi jamak, kesatuan, dan berubah-ubah
(Nana Sudjana dan Ibrahim, 2001: 7). Oleh karena itu tidak mungkin dapat
disusun rancangan penelitian yang terinci dan fixed sebelumnya. Rancangan
penelitian berkembang selama proses penelitian berlangsung.

Hasil yang diperoleh peneliti mengenai tambang tanah dan batuan di Bukit
Camang Kecamatan Kedamaian Kota Bandar Lampung berupa kata-kata tertulis
atau lisan dari orang-orang dan perilaku. Berdasarkan data yang diperoleh, Bukit
Camang merupakan kawasan konservasi yang dimana terdapat aktivitas
pertambangan tanah dan batuan secara illegal yang membawa dampak negatif
terhadap daerah resapan air di kecamatan tersebut.

B. Populasi dan Sampel

Menurut Sugiyono (2017:119), Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri


atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Sedangkan sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut.

Populasi dalam penelitian ini adalah daerah resapan air di Kecamatan Kedamaian
Kota Bandar Lampung. Sedangkan Sampel dalam penelitian ini adalah daerah
resapan air yang berada di Bukit Camang Kecamatan Kedamaian Kota Bandar
Lampung.

C. Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2012:61) variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat
atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya. Pada
penelitian ini telah ditetapkan 2 variabel, yaitu variabel bebas atau independen dan
variabel terikat atau dependen.
Variabel bebas atau independen. Menurut Sugiyono (2012:61) variabel bebas
adalah “Merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab
perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat)”. Variabel bebas pada
penelitian ini yaitu Tambang Tanah dan Batuan,
Variabel terikat atau dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono 2012:61). Variabel terikat
pada penelitian ini yaitu Berkurangnya Daerah Resapan Air.
D. Definisi Operasional Variabel

Untuk dapat memperoleh gambaran lebih jelas mengenai jenis-jenis variabel pada
penelitian ini, maka perlu adanya definisi operasional dari variabel yang berarti
variabel tersebut dapat diartikan lebih lanjut penjelasannya dan dapat diukur.
Definisi operasional yang dimaksud adalah sebagai berikut:

a. Tambang Tanah dan Batuan (X)


Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka
penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi
penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan,
pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan
pascatambang.
Adapun indikator dari tambang tanah dan batuan sebagai berikut:
1. Pemukiman
2. Jalan Raya

b. Berkurangnya Daerah Resapan Air (Y)

Daerah resapan air adalah daerah masuknya air dari permukaan tanahke dalam
zona jenuh air sehingga membentuk suatu aliran air tanahyang mengalir ke daerah
yang lebih rendah. Daerah ini memiliki kandungan komposisi mineral dan
komposisi garam yang lebih rendah dari daerah luahannya dalam satu aliran air
tanah yang sama dan mengalami penurunan tekanan air yang berlawanan dengan
kenaikan tekanan air di daerah luahannya dalam satu aliran air tanah yang sama.
Adapun indikator dari daerah resapan air sebagai berikut:
1. Resapan air berkurang
2. Resapan air lambat
3. Resapan air buruk
4. Tidak ada resapan air

E. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Ibrahim (2015: 79), mengumpulkan data adalah suatu pekerjaan penting
dan sangat menentukan dalam suatu penelitian. Salah satu cara dalam melengkapi
penelitian ini adalah menggunakan teknik pengumpulan data. Penggunaan teknik
pengumpulan data yang tepat dalam penelitian memungkinkan diperolehnya data
dan hasil yang objektif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah
metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Adapun penjelasan masing-
masing metode tersebut sebagai berikut:
1. Observasi

Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu dengan cara mengamati
kondisi daerah resapan air yang berada di Bukit Camang, Kecamatan Kedamaian,
Kota Bandar Lampung untuk mendapatkan data-data yang berkaitan dengan hal
yang ingin diteliti.

2. Wawancara
Fajar Dwi Hastono, Bambang Sudarsono, Bandi Sasmito. 2012. Identifikasi
Daerah Resapan Air Dengan Sistem Informasi Geografis (Studi Kasus: Sub DAS
Keduang). Volume 1, Nomor 1. Diakses dari website
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/geodesi/article/view/2232 Pada Minggu,
20 Oktober 2019. Pukul 22.16 WIB.

Niswatul Adibah, Sutomo Kahar, Bandi Sasmito. 2013. Aplikasi Penginderaan


Jauh dan Sistem Informasi Geografis Untuk Analisi Daerah Resapan Air (Studi
Kasus: Kota Pekalongan). Volume 2, Nomor 2,. Diakses dari website
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/geodesi/article/view/2445/. Pada Minggu,
20 Oktober 2019. Pukul 12.43 WIB.

Anda mungkin juga menyukai