GEOFISIKA LINGKUNGAN
OLEH :
KELOMPOK : III (TIGA)
NAMA : ANNI OKVITA K. SITINJAK 1711014220002
ANNISA MAULIDA 1711014220004
PRAMESTI C. NURANI 1711014220014
PUTERI DEVHI MAHANI 1711014220017
RAHMALINDA IZANY 1711014220018
FAHRUN RAZI 1811014210010
HABIB ABDILLAH 1811014210015
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kondisi Geografis
Kecamatan Cempaka adalah salah satu Kecamatan dari lima Kecamatan
yang ada di Kota Banjarbaru Provinsi Kalimantan Selatan yang secara geografis
terletak pada koordinat 233°27’ LS dan 114°45’ BT. Lokasi penelitian terdapat di
Wilayah Cempaka yang ditunjukkan pada Gambar 1.
Secara administratif batas wilayah Kecamatan Cempaka adalah sebagai
berikut:
2.3 Akuifer
Akuifer adalah lapisan bawah permukaan yang dapat menyimpan dan
mengalirkan air. Formasi geologi yang mengandung air dan memindahkannya
dari satu titik ke titik yang lain dalam jumlah yang mencukupi untuk
pengembangan ekonomi disebut suatu lapisan akuifer. Akuifer dapat juga
diartikan sebagai lapisan pembawa air atau lapisan permeabel (Ray et al., 1989).
Menurut Telford dalam bukunya tahun 1979, medan magnet utama bumi
berubah terhadap waktu. Untuk menyeragamkan nilai-nilai medan utama magnet
bumi, dibuat standar nilai yang disebut sebagai International Geomagnetics
Reference Field (IGRF) yang diperbaharui setiap 5 tahun sekali. Nilai-nilai IGRF
tersebut diperoleh dari hasil pengukuran rata-rata pada daerah luasan sekitar 1 juta
km2 yang dilakukan dalam waktu satu tahun. Medan magnet bumi terdiri dari 3
bagian:
• Medan magnet utama (main field) Medan magnet utama dapat didefinisikan
sebagai medan rata-rata hasil pengukuran dalam jangka waktu yang cukup
lama mencakup daerah dengan luas lebih dari 106 km2 .
• Medan magnet luar (external field) Pengaruh medan magnet luar berasal
dari pengaruh luar bumi yang merupakan hasil ionisasi di atmosfer yang
ditimbulkan oleh sinar ultraviolet dari matahari. Karena sumber medan luar
ini berhubungan dengan arus listrik yang mengalir dalam lapisan terionisasi
di atmosfer, maka perubahan medan ini terhadap waktu jauh lebih cepat.
• Medan magnet anomali Medan magnet anomali sering juga disebut medan
magnet lokal (crustal field). Medan magnet ini dihasilkan oleh batuan yang
mengandung mineral bermagnet seperti magnetite, titanomag-netite dan
lain-lain yang berada di kerak bumi.
Dalam survei dengan metode magnetik yang menjadi target dari pengukuran
adalah variasi medan magnetik yang terukur di permukaan (anomali magnetik).
Secara garis besar anomali medan magnetik disebabkan oleh medan magnetik
remanen dan medan magnetik induksi. Medan magnet remanen mempunyai
peranan yang besar terhadap magnetisasi batuan yaitu pada besar dan arah medan
magnetiknya serta berkaitan dengan peristiwa kemagnetan sebelumnya sehingga
sangat rumit untuk diamati. Anomali yang diperoleh dari survei merupakan hasil
gabungan medan magnetik remanen dan induksi, bila arah medan magnet
remanen sama dengan arah medan magnet induksi maka anomalinya bertambah
besar. Demikian pula sebaliknya. Dalam survei magnetik, efek medan remanen
akan diabaikan apabila anomali medan magnetik kurang dari 25 % medan magnet
utama bumi (Santoso, 2001).
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Oktober 2020 sampai dengan bulan
Januari 2021. Pengambilan data dilakukan di Kecamatan Cempaka Kota
Banjarbaru Kalimantan Selatan. Lokasi penelitian secara geografis terletak pada
posisi 233º 27ꞌ Lintang Selatan dan 114º 45ꞌ Bujur Timur.
b. Metode Geomagnetik
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah :
1. 1 Set Proton Precession Magnetometer beserta tongkatnya.
2. Kompas Geologi digunakan untuk menentukan arah mata angin.
3. Stopwatch digunakan untuk melihat waktu.
4. GPS digunakan untuk mengukur titik koordinat.
Akuisisi Data
Pengolahan Data
- Model Penampang Resistivitas
2D Litologi Batuan
Analisis Data
- Keberadaan Akuifer, Kedalaman
dan Ketebalan Akuifer
- Jenis Lapisan Akuifer
b. Metode Geomagnetik
Berikut adalah prosedur yang dilakukan pada tahap pengukuran:
1. Menyiapkan peralatan terlebih dahulu
2. Menentukan base station.
3. Mengukur kordinat base station menggunakan GPS dan medan magnet
menggunakan PPM.
4. Menentukan arah mata angin menggunakan kompas.
5. Mengukur medan magnet pada per lintasan dan kembali ke base station
dan dilanjutkan kembali mengukur titik selanjutnya.
b. Metode Geomagnetik
Data hasil pengukuran dan perhitungan diolah dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
1. Melakukan perhitungan dengan menggunakan ms.excel yaitu menghitung
beda waktu dan beda nilai pada base station.
2. Menghitung beda waktu, variasi harian dan anomali pada pengukuran
lintasan dengan IGRF sebesar 42716 dan anomali = nilai pengukuran –
IGRF – variasi harian – koreksi base.
3. Setelah anomali didapatkan maka nilai tersebut dinyatakan sebagai nilai z
untuk memasukkan data ke surfer.
4. Setelah itu buka program surfer dengan memasukkan data pada sheet
dengan x (koordinat x), y (koordinat y) dan z (perhitungan anomali).
5. Menyimpan data tersebut dengan file type .bln.
6. Membuka plot, menekan menu Grid dan sub menu Data dan membuka file
yang sudah di simpan dalam bentuk .bln tadi.
7. Kemudian muncul kotak Grid Data lalu klik OK.
8. Untuk menampilkan kontur, pilih menu Map-New-Contour Map
9. Membuka file yang telah disimpan dalam bentuk .grd
10. Menentukan garis slice pada contour dengan ployline.
11. Melakukan digitize pada kontur dengan cara menandai kedua ujung garis
slice pada kontur.
12. Menyimpan data hasil digitize dalam format .bln.
13. Membuka file digitize melalui menu grid slice.
14. Menyimpan file berformat .BLN dan .DAT.
15. Membuka file berformat .DAT melalui file open.
16. Membuat new worksheet dengan meletakkan nilai posisi dikolom A dan
nilai anomali dikolom B.
17. Menyimpan file tersebut dalam format .DAT.
18. Membuka software Mag2dc.
19. Membuka file yang telah disimpan pada langkah 17.
20. Mengatur nilai intensi pada parameter geomagnetik, dan perhitunga satuan
menjadi meter.
21. Mensinkronkan antara garis acuan dengan garis suseptibilitas.
22. Mencatat nilai yang ditunjukkan pada masing-masing body.
DAFTAR PUSTAKA
Anisyah, Mashuri, A., Haris, A. & Krisdianto. 2013. Analisis Kualitas Air Sumur
Galian di Kota Banjarbaru Provinsi Kalimantan Selatan.
EnviroScienteae. 9: 1 ̶ 13.
Hanifa, D., Sota, I. & Siregar, S. S. 2016. Penentuan Lapisan Akuifer Air Tanah
dengan Metode Geolistrik Konfigurasi Schlumberger di Desa Sungai Jati
Kecamatan Mataraman Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan. Jurnal
Fisika Flux. 13: 30-39.
Rahman, Audi, D., Rony, Riduan, Rony, Haryanti & Hadi, N. 2018. Sebaran
Potensi Air Tanah di Kecamatan Cempaka Menggunakan Metode
Geolistrik Tahanan Jenis Konfigurasi Schlumberg. Abstrak. Universitas
Lambung Mangkurat.
https://www.onesearch.id/Record/IOS4049.article-575
(diakses pada 5 Oktober 2020).
Siahaan, B. U. B. M. 2009. Penentuan Struktur pada Zona Hydrokarbon Daerah
“X” Menggunakan Metode Magnetik. Skripsi FMIPA Jurusan Fisika,
Universitas Indonesia, Jakarta.
Takaed, Y., Sutaji, H. I. & Bernandus. 2018. Interpretasi Jenis Batuan
Menggunakan Metode Geomagnetik pada Daerah Terakumulasinya Air
Tanah di Bena Amannuban Selatan. Jurnal Fisika Sains dan Aplikasinya.
3: 126 ̶ 131.