Anda di halaman 1dari 19

RANCANGAN PENELITIAN

GEOFISIKA LINGKUNGAN

IDENTIFIKASI LAPISAN AKUIFER DI KECAMATAN CEMPAKA


BANJARBARU DENGAN METODE GEOLISTRIK DAN
GEOMAGNETIK

OLEH :
KELOMPOK : III (TIGA)
NAMA : ANNI OKVITA K. SITINJAK 1711014220002
ANNISA MAULIDA 1711014220004
PRAMESTI C. NURANI 1711014220014
PUTERI DEVHI MAHANI 1711014220017
RAHMALINDA IZANY 1711014220018
FAHRUN RAZI 1811014210010
HABIB ABDILLAH 1811014210015

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI S-1 FISIKA
BANJARBARU
2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air adalah sarana hidup dan kehidupan yang penting dan menyangkut hajat
hidup manusia, hewan maupun tumbuhan. Seiring meningkatnya pertambahan
penduduk yang makin pesat khususnya di daerah perkotaan yang padat
penduduknya, sumber air bersih yang memenuhi syarat kesehatan semakin lama
semakin sulit diperoleh. Hal ini menyebabkan air tanah sebagai alternatif untuk
memenuhi kebutuhan air bersih, salah satu yang paling umum digunakan
disamping PDAM adalah sumur gali (Anisyah dkk, 2013).
Air tanah merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat dibutuhkan
karena terkait dengan air permukaan dan pemanfaatannya bagi makhluk hidup,
khususnya manusia. Air tanah didefinisikan sebagai air yang terdapat di bawah
permukaan bumi, dimana salah satu sumber utamanya adalah air hujan yang
meresap melalui lubang pori diantara butiran-butiran tanah. Air tanah dapat
ditemui pada formasi geologi tembus air yang dikenal dengan reservoir air tanah.
Akuifer dan reservoir erat kaitannya dengan air permukaan, dimana
keberadaannya tergantung dari banyak faktor, salah satunya faktor geologi suatu
daerah (ada daerah yang mudah mendapatkan air, namun ada pula yang kesulitan
air) (Takaeb dkk, 2018).
Penduduk Kecamatan cempaka yang berjumlah 32,075 orang memenuhi
kebutuhan air bersih lebih memilih menggunakan sumur bor dan sumur galian
daripada menggunakan jaringan perpipaan, penggunaan sumur bor dan sumur
galian kurang optimal dalam pemenuhan kebutuhan air bersih karena pada sumur
bor dan sumur galian sering terjadi kekeringan yang menimbulkan permasalahan
dalam pemenuhan air bersih di Kecamatan Cempaka (Rahman dkk, 2018).
Metode geolistrik merupakan salah satu metode geofisika yang
dimanfaatkan dalam eksplorasi sumber daya alam bawah permukaan. Metode
geolistrik digunakan untuk mengetahui karakteristik lapisan batuan bawah
permukaan sampai kedalaman ratusan meter sangat berguna untuk mengetahui
kemungkinan adanya lapisan akuifer (Hanifa dkk, 2016).
Metode geomagnetik merupakan metode geofisika yang memanfaatkan sifat
kemagnetan bumi. Pada metode ini, bumi diyakini sebagai batang magnet raksasa
tempat medan magnet bumi dihasilkan. Adanya medan magnet bumi pada bagian
bumi dipengaruhi oleh suseptibilitas batuan dan remanen magnetiknya.
Interpretasi jenis batuan yang mengandung air tanah dapat diketahui melalui
surver geofisika dengan metode geomagnetik (Siahaan, 2009; Takaeb dkk, 2018).
Bedasarkan pemaparan di atas, maka dilakukan identifikasi potensi air
tanah. Identifikasi air tanah pada Kecamatan Cempaka menggunakan metode
geolistrik dan geomagnetik untuk mengetahui adanya keberadaaan air tanah untuk
kebutuhan air bersih.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan Masalah pada penelitian ini yaitu:
1. Bagaimana potensi keberataan air bersih di Kecamatan Cempaka dengan
menggunakan metode geolistrik?
2. Bagaimana potensi keberataan air bersih di Kecamatan Cempaka dengan
menggunakan metode geomagnetik?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengidentifikasi potensi keberataan air bersih di Kecamatan Cempaka
dengan menggunakan metode geolistrik
2. Mengidentifikasi potensi keberataan air bersih di Kecamatan Cempaka
dengan menggunakan metode geomagnetik

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat dari penelitian ini sebagai berikut:
1. Mengembangkan potensi mahasiswa pada bidang keahlian geofisika.
2. Sebagai informasi bagi pemerintah setempat dan masyarakat Kecamatan
Cempaka mengenai potensi air bersih di Kecamatan Cempaka.

1.5 Batasan Penelitian


Adapun batasan dari penelitian ini yaitu berupa daerah penelitian di
Kecamatan Cempaka Kota Banjarbaru Provinsi Kalimantan Selatan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kondisi Geografis
Kecamatan Cempaka adalah salah satu Kecamatan dari lima Kecamatan
yang ada di Kota Banjarbaru Provinsi Kalimantan Selatan yang secara geografis
terletak pada koordinat 233°27’ LS dan 114°45’ BT. Lokasi penelitian terdapat di
Wilayah Cempaka yang ditunjukkan pada Gambar 1.
Secara administratif batas wilayah Kecamatan Cempaka adalah sebagai
berikut:

a. Sebelah Utara : Kecamatan Banjarbaru (Utara dan Selatan) dan


Landasan Ulin
b. Sebelah Selatan : Kecamatan Sungai Tabuk
c. Sebelah Timur : Kecamatan Bati-Bati
d. Sebelah Barat : Kecamatan Landasan Ulin dan Bati-Bati

Gambar 1. Peta Administrasi Kabupaten Banjarbaru (Sumber : Badan Pusat


Statistik, 2011)
Kecamatan Cempaka terbagi menjadi 4 kelurahan yaitu Kelurahan Palam,
Bangkal, Sungai Tiung dan Cempaka serta 107 Rukun Tetangga (RT). Kecamatan
Cempaka memiliki wilayah seluas 146,70 ha. Jumlah penduduk Kecamatan
Cempaka semakin tahun semakin bertambah. Penduduk laki-laki sebanyak 16.037
orang dan penduduk perempuan sebanyak 14.999 orang dengan jumlah
keseluruhan sebesar 31.036 orang. Kecamatan Cempaka adalah sub kota memiliki
fungsi sebagai kawasan pertambangan, perdagangan, pertanian, pariwisata dan
permukiman. Secara umum, jenis tanah di Kecamatan Cempaka terdiri dari tanah
Podsolik Merah Kuning (Ultisols). Jenis tanah podsolik mempunyai ciri tanah
dengan tingkat kesuburan yang rendah dan peka terhadap erosi. Secara topografi,
Kecamatan Cempaka memiliki topografi bervariasi antara 0-500 m dari
permukaan laut, dengan bentuk bentang alam yang cukup beragam. Dari segi
kemiringan tanah, Kota Banjarbaru memiliki kemiringan tanah bervariasi antara
0-15%, namun cenderung landai. Kecamatan Cempaka terletak antara 2-8% yang
dapat dilakukan kegiatan budidaya tetapi harus menggunakan teknologi tepat
sebagai bentuk antisipasi erosi tanah, Kecamatan Cempaka juga mempunyai
kelerengan yang terletak antara 8-15% yang memungkinkan untuk budidaya
perkebunan atau kehutanan dengan jenis tanaman yang berakar dalam. Secara
Hidrologi, Kecamatan Cempaka terdiri dari air permukaan dan air tanah, kondisi
air permukaan ditunjang oleh adanya DAS yang merupakan aset kawasan
berpotensi bagi aspek-aspek kehidupan masyarakat seperti bahan baku untuk
minum, perikanan dan pariwisata. Tetapi di sepanjang hamparan aliran DAS telah
mengalami degradasi lahan. Sedangkan air tanah di Kecamatan Cempaka dapat
ditemukan dengan kualitas yang cukup baik (RPI2JM, 2013).

2.2 Air Tanah


Sumber air di Indonesia sangat melimpah, namun persebaran sumber air
tanah pada beberapa kota tidak merata dikarenakan perbedaan geologi. Sumber air
bisa didapatkan dari air permukaan, air tanah atau air hujan. Sumber air banyak
dimanfaatkan di berbagai sektor, contohnya untuk pertanian, perikanan, rumah
tangga dan industri. Sektor industri, air memiliki manfaat yang sangat banyak,
seperti bisa dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik, bahan baku industri
minuman dan sebagai pendingin sistem.
Air tanah merupakan salah satu komponen dalam daur hidrologi yang
berlangsung di alam. Sumber air ini terbentuk dari air hujan yang meresap ke
dalam tanah dan merembes melalui lapisan batuan, terutama lapisan pembawa air
dalam satu cekungan air tanah yang berada di bawah permukaan menuju ke
daerah lepasan. Proses ini dapat dipahami bahwa keterdapatan air tanah berkaitan
erat dengan kondisi lingkungan, seperti iklim, geologi dan vegetasi (Muharis,
2011).
Air tanah merupakan sumberdaya alam terbarukan yang memiliki peran
penting karena merupakan sumber air utama untuk memenuhi kebutuhan hajat
manusia seperti air minum, rumah tangga, industri, irigasi dan pertambangan. Air
yang terinfiltrasi ke dalam tanah mula-mula akan mengisi pori-pori tanah sampai
mencapai kondisi jenuh. Apabila kondisi tersebut telah tercapai maka air yang
dimaksud akan bergerak dalam dua arah yaitu arah horizontal sebagai aliran
antara dan arah vertikal sebagai perkolasi. Air yang terperkolasi inilah yang akan
mengisi tampungan air tanah yang selanjutnya disebut sebagai air tanah (Todd,
2008).
Sifat batuan terhadap air tanah dibedakan menjadi : akuifer, batuan yang
dapat menyimpan dan mengalirkan air yang cukup berarti misal pasir, kerikil,
batu pasir, batu gamping yang berlubang-lubang atau lava yang retak-retak;
akuiklud, batuan yang hanya dapat menyimpan air dan tidak dapat mengalirkan;
akuifug, batuan yang tidak dapat menyimpan dan tidak dapat mengalirkan air, dan
akuitar, batuan yang dapat mengalirkan air (Supadi, 2005).

Tabel 1. Sifat Batuan dan Batuan Penyusunnya (Verhoef, 1992).

No Sifat Batuan Batuan Penyusun


Pasir
Kerikil
1 Akuifer
Batu Pasir
Batu Gamping
2 Akuiklud Lempung
3 Akuiflug Granit
4 Akuitar Lempung Pasiran

2.3 Akuifer
Akuifer adalah lapisan bawah permukaan yang dapat menyimpan dan
mengalirkan air. Formasi geologi yang mengandung air dan memindahkannya
dari satu titik ke titik yang lain dalam jumlah yang mencukupi untuk
pengembangan ekonomi disebut suatu lapisan akuifer. Akuifer dapat juga
diartikan sebagai lapisan pembawa air atau lapisan permeabel (Ray et al., 1989).

Gambar 2. Lapisan Akuifer

2.4 Metode Geolistrik


Geolistrik adalah salah satu metode dalam geofisika yang mempelajari sifat
aliran listrik didalam bumi dan bagaimana mendeteksinya. Pendeteksian meliputi
pengukuran medan potensial, arus, dan elektromagnetik yang terjadi baik secara
alamiah maupun akibat penginjeksian arus ke dalam bumi. Metode geolistrik
resistivitas merupakan metode geolistrik yang mempelajari sifat resistivitas
(tahanan jenis) listrik dari lapisan batuan di dalam bumi. Pada metode ini arus
listrik diinjeksikan ke dalam bumi melalui dua buah elektroda arus dan dilakukan
pengukuran beda potensial melalui dua buah elektroda potensial. Dari hasil
pengukuran arus dan beda potensial listrik akan dapat dihitung variasi harga
resistivitas pada lapisan permukaan bumi dibawah titik ukur (Sounding point).
Pada metode geolistrik dikenal banyak konfigurasi elektroda, diantaranya yang
sering digunakan adalah : konfigurasi Wenner, konfigurasi Schlumberger,
konfigurasi Dipole-dipole dan lain-lain (Putra, 2012).
Terkait dengan sifat resistivitas listrik, lapisan akuifer merupakan lapisan
batuan yang memiliki rentang nilai tahanan jenis 1-108 Ωm. Faktor-faktor yang
berpengaruh antara lain : komposisi litologi, kondisi batuan, komposisi mineral
yang dikandung, kandungan benda cair. Air alam mengandung zat padat terlarut
yang berasal dari mineral dan garam-garam yang terlarut ketika air mengalir
dibawah atau dipermukaan tanah. Apabila air dicemari oleh limbah yang berasal
dari industri pertambangan dan pertanian, kandungan zat padat tersebut akan
meningkat (Telford, 1988).

Tabel 2. Resistivitas Batuan dan fluida (Telford et al, 2004)

2.5 Metode Tahanan Jenis


Metode tahanan jenis merupakan salah satu metode geofisika yang
dimanfaatkan dalam survei bawah permukaan. Prinsip kerja metode tahanan jenis
adalah mempelajari aliran listrik di dalam bumi dan cara mendeteksinya di
permukaan bumi yang didasari oleh Hukum Ohm. Tujuan pengukuran adalah
untuk mengetahui jenis pelapisan batuan didasarkan pada distribusi nilai tahanan
jenis pada tiap lapisan. Arus yang diinjeksikan melalui dua elektroda akan
mengakibatkan beda potensial yang dapat terukur pada elektroda potensial
(Wahyono, 2011).
Tahap pengambilan dan pengolahan data ini dilakukan dengan komputer
dengan menggunakan perangkat lunak Res2DInv. Perangkat lunak ini mengolah
data yang didapatkan dari akuisisi lapangan. Pemodelan 2D dilakukan dengan
menggunakan program inversi. Program inversi ini menggambarkan dan membagi
keadaan bawah permukaan dalam bentuk penampang 2D. Program inversi ini juga
menentukan harga resistivitas semu terukur dan terhitung. Metode inversi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuadrat terkecil (least square)
(Setiyawan, 2009).

2.6 Konfigurasi Wenner


Metode ini diperkenalkan oleh Wenner (1915). Konfigurasi Wenner
merupakan salah satu konfigurasi yang sering digunakan dalam eksplorasi
geolistrik dengan susunan jarak spasi sama panjang (r1 = r4 =a dan r2 = r3 = 2a).
Jarak antara elektroda arus (C1 dan C2) adalah tiga kali jarak elektroda potensial,
jarak potensial dengan titik sounding-nya adalah a/2, maka jarak masing-masing
elektroda arus dengan titik sounding-nya adalah 3a/2.

Gambar 3. Elektroda arus dan potensial pada konfigurasi Wenner


(Putra, 2012).

2.7 Metode Geomagnetik


Metode geomagnetik merupakan metode geofisika yang memanfaatkan sifat
kemagnetan bumi, pada metode ini bumi diyakini sebagai batang magnet raksasa
tempat medan magnet bumi dihasilkan. Adanya medan magnet bumi pada bagian
bumi tertentu disebut anomali magnet yang dipengaruhi oleh suseptibilitas batuan
dan remanen magnetiknya. Menurut sifat kemagnetannya, batuan terbagi atas
batuan diamagnetik, paramagnetik, ferromagnetik, ferrimagnetik dan
antiferromagnetik (Takaeb, 2018).
Metode geomagnet merupakan salah satu metode geofisika yang sering
digunakan untuk menyelidiki struktur bawah permukaan seperti sesar, lipatan,
intrusi batuan beku atau kubah garam dan reservoir geothermal. Dalam metode
geomagnet didasarkan pada pengukuran variasi intensitas medan magnetik di
permukaan bumi. Variasi ini disebabkan oleh kontras sifat kemagnetan antar
batuan di bawah permukaan bumi sehingga menimbulkan medan magnet yang
tidak homogen, bisa disebut juga sebagai suatu anomali magnetik. Pemodelan 2D
dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak Mag2dc dengan memasukkan
nilai parameter pada intensitas, inklinasi, deklinasi, kedalaman dan satuan yang
digunakan dalam pembuatan pemodelan bawah permukaan tanah. Pemodelan
dengan sayatan diharapkan dapat menjelaskan struktur bawah permukaan yang
diduga sebagai penyebab adanya anomali. Pada pemodelan ini dibuat sayatan A-
A’ yang berarah Barat Laut–Tenggara (peta kontur anomali residual) dan
disesuaikan dengan informasi geologi yang akan dilewati oleh sayatan (Fitria,
2015).

2.8 Sifat Kemagnetan Batuan


Setiap jenis batuan mempunyai siafat dan karkteristik tertentu dalam medan
magnet yang dimanifestasikan dalam parameter kerentanan magnetic batuan atau
mineral (k). Hal inilah yang menjadi landasan digunakan metode magnetic untuk
kepaentingan eksplorasi maupun geodinamika. Namun , nilai k suatu batua atau
mineral dapat overlap satu dengan yang lainya, sehingga sulit untuk melakukan
interpretasi yang berhubungan langsung dengan litologi dan akan lebih baik jika
dilakukaaaan interpretasi terhadap strukturnya. Sifat kemagnetan batuan terdiri
dari :
 Diamagnetik : mempunyai kerentanan magnetik (k) negativf dan sangat kecil
artinya bahwa orientasi elektron orbital substansi ini selalu berlawanan arah
dengan medan magnet luar. Contoh : Graphite, Marble, Quarts dan Salt.
 Paramagnetik : mempunyai harga kerentanan magnetik (k) positif dan lebih
besar dari 1, k tergantung pada temperatur.
 Ferromagnetik, anti-ferromagnetik dan ferrimagnetik : mempunyai nilai k
positif dan besar, sekitar 106 kali dari diamagnetik atau paramagnetik.
Material jenis ini mempunyai magnetisasi spontan tanpa medan luar dan
kemagnetanya dipengaruhi oleh suhu, yaitu kemagnetannya akan hilang pada
suhu diatas suhu curie.
(Santoso, 2002).

2.9 Medan Magnet


Medan magnet bumi terkaraktersasi oleh parameter fisis atau disebut juga
elemen medan magnet bumi, yang dapat diukur yaitu meliputi arah dan intensitas
kemagnetannya. Parameter fisis tersebut meliputi:
a. Deklinasi, yaitu sudut antara utara magnetik dengan komponen horizontal
yang dihitung dari utara menuju timur.
b. Inklinasi, yaitu sudut antara medan magnetik total dengan bidang orizontal
yang dihitung dari bidang horizontal menuju bidang vertikal ke bawah.
c. Intensitas Horizontal, yaitu besar dari medan magnetik total pada bidang
horizontal .
d. Medan magnetik total, yaitu besar dari vektor medan magnetik total.

Gambar 2. Elemen Magnetik Bumi (Blakely, 1995)

Menurut Telford dalam bukunya tahun 1979, medan magnet utama bumi
berubah terhadap waktu. Untuk menyeragamkan nilai-nilai medan utama magnet
bumi, dibuat standar nilai yang disebut sebagai International Geomagnetics
Reference Field (IGRF) yang diperbaharui setiap 5 tahun sekali. Nilai-nilai IGRF
tersebut diperoleh dari hasil pengukuran rata-rata pada daerah luasan sekitar 1 juta
km2 yang dilakukan dalam waktu satu tahun. Medan magnet bumi terdiri dari 3
bagian:
• Medan magnet utama (main field) Medan magnet utama dapat didefinisikan
sebagai medan rata-rata hasil pengukuran dalam jangka waktu yang cukup
lama mencakup daerah dengan luas lebih dari 106 km2 .
• Medan magnet luar (external field) Pengaruh medan magnet luar berasal
dari pengaruh luar bumi yang merupakan hasil ionisasi di atmosfer yang
ditimbulkan oleh sinar ultraviolet dari matahari. Karena sumber medan luar
ini berhubungan dengan arus listrik yang mengalir dalam lapisan terionisasi
di atmosfer, maka perubahan medan ini terhadap waktu jauh lebih cepat.
• Medan magnet anomali Medan magnet anomali sering juga disebut medan
magnet lokal (crustal field). Medan magnet ini dihasilkan oleh batuan yang
mengandung mineral bermagnet seperti magnetite, titanomag-netite dan
lain-lain yang berada di kerak bumi.

Dalam survei dengan metode magnetik yang menjadi target dari pengukuran
adalah variasi medan magnetik yang terukur di permukaan (anomali magnetik).
Secara garis besar anomali medan magnetik disebabkan oleh medan magnetik
remanen dan medan magnetik induksi. Medan magnet remanen mempunyai
peranan yang besar terhadap magnetisasi batuan yaitu pada besar dan arah medan
magnetiknya serta berkaitan dengan peristiwa kemagnetan sebelumnya sehingga
sangat rumit untuk diamati. Anomali yang diperoleh dari survei merupakan hasil
gabungan medan magnetik remanen dan induksi, bila arah medan magnet
remanen sama dengan arah medan magnet induksi maka anomalinya bertambah
besar. Demikian pula sebaliknya. Dalam survei magnetik, efek medan remanen
akan diabaikan apabila anomali medan magnetik kurang dari 25 % medan magnet
utama bumi (Santoso, 2001).

2.10 Koreksi Pengolahan Data Magnetik


Koreksi – koreksi yang dilakukan dalam pengolahan data magnetik adalah
sebagai berikut:
 Koreksi IGRF dan Variasi Harian : Koreksi ini dilakukan untuk
menghilangkan pengaruh yang berasal dari medan magnet utama dan medan
magnet luar. Tujuan dari survei medan magnet ini untuk mendapatkan
anomali medan magnet lokal, sedangkan data yang diperoleh dari pengukuran
merupakan medan magnet total hasil sumbangan dari tiga komponen dasar
medan magnet, yaitu medan utama (main field), medan luar (external field),
dan medan observasi lokal. Untuk itu perlu dihilangkan pengaruh-pengaruh
yang berasal selain dari anomali medan magnet lokal.
 Reduksi ke Bidang Datar : Pengukuran magnetik yang dilakukan pada
ketinggian yang berbeda, akan dihasilkan medan magnet yang berbeda pula.
Untuk itu, perlu adanya koreksi data yang terukur pada ketinggian yang
berbeda tersebut, menjadi seolah-olah data magnetik yang terukur dengan
ketinggian yang sama. Koreksi ini, biasa disebut dengan koreksi bidang datar.
Koreksi bidang datar, diestimasi dengan deret Euler. Estimasi secara iteratif
dilakukan sampai mencapai batas-batas iterasi. Proses transformasi ini mutlak
dilakukan, karena proses pengolahan data berikutnya mensyaratkan input
anomali medan magnetik yang terdistribusi pada biang datar. Beberapa teknik
untuk mentransformasi data anomali medan magnetik ke bidang datar, antara
lain teknik sumber ekivalen (equivalent source), lapisan ekivalen (equivalent
layer) dan pendekatan deret Taylor (Taylor series approximation), dimana
setiap teknik mempunyai kelebihan dan kekurangan.
 Kontinuasi ke Atas : Medan magnet memenuhi hukum Laplace. Jika harga
medan magnet pada suatu permukaan diketahui, maka dapat ditentukan
medan magnet pada sembarang permukaan yang lain apabila tidak ada massa
diantara permukaan tersebut. Proses ini disebut, kontinuasi ke atas.
Kontinuasi keatas merupakan proses medan potensial magnetik suatu data
yang terukur diatas permukaan yang lebih tinggi. Kontinusi ini digunakan
untuk memisahkan anomali lokal terhadap anomali regional. Anomali
regional berasosiasi dengan kondisi geologi umum yang dominan di daerah
pengukuran, di cirikan dengan anomali frekuensi rendah. Sedangkan anomali
lokal, atau sering juga disebut sebagai anomali sisa, mengandung kondisi
geologi setempat yang telah terdeviasi dari kondisi regionalnya yang biasanya
terdapat pada kedalaman yang dangkal. Kontinuasi ke atas ini dilakukan
dengan menggunakan program MagPick (Blakely, 1995).

BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Oktober 2020 sampai dengan bulan
Januari 2021. Pengambilan data dilakukan di Kecamatan Cempaka Kota
Banjarbaru Kalimantan Selatan. Lokasi penelitian secara geografis terletak pada
posisi 233º 27ꞌ Lintang Selatan dan 114º 45ꞌ Bujur Timur.

3.2 Alat dan Bahan


a. Metode Geolistrik
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah :
1. Resistivity meter OYO McOHM 2119EL Jepang, sebagai penyaji data
berupa nilai hambatan, beda potensial dan arus.
2. Global Positioning System (GPS) berfungsi untuk mengetahui titik
koordinat pada lokasi penelitian.
3. Alat ukur berupa meteran, sebagai pengukur jarak elektroda.
4. Penjepit, sebagai penghubung kabel dengan elektroda.
5. Elektroda arus dan potensial, sebagai tahanan jenis.
6. Kabel, sebagai penghubung dengan resistivity.
7. Aki, sebagai sumber tenaga listrik
8. Palu geologi, digunakan untuk membantu menancapkan elektroda ke tanah.

b. Metode Geomagnetik
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah :
1. 1 Set Proton Precession Magnetometer beserta tongkatnya.
2. Kompas Geologi digunakan untuk menentukan arah mata angin.
3. Stopwatch digunakan untuk melihat waktu.
4. GPS digunakan untuk mengukur titik koordinat.

3.3 Prosedur Penelitian


Prosedur penelitian secara umum diperlihatkan dengan bagan yang meliputi
beberapa tahap sebagai berikut :

Akuisisi Data

Pengolahan Data
- Model Penampang Resistivitas
2D Litologi Batuan
Analisis Data
- Keberadaan Akuifer, Kedalaman
dan Ketebalan Akuifer
- Jenis Lapisan Akuifer

3.3.1 Akuisisi Data


a. Metode Geolistrik
Akuisisi data dilakukan menggunakan metode geolistrik konfigurasi
Wenner 2D. sebelum melakukan akuisisi data, terlebih dahulu membuat lintasan
pengukuran, penentuan arah lintasan, dan posisi dilakukan juga pencatatan
kordinat dan elevasi titik pengukuran menggunakan alat Gps. Berikut adalah
prosedur yang dilakukan pada tahap pengukuran:
1. Mempersiapkan peralatan, peralatan yang disiapkan adalah OYO
McOHM 2119EL, satu buah Aki.
2. Menentukan posisi rentang area yang akan dihitung tahanan jenisnya
dengan membentangkan meteran sepanjang lintasan yang akan diukur.
3. Mengatur jarak antara arus dan beda potensial dengan menggunakan
metode konfigurasi wenner yaitu C1-P1-P2-C2.
4. Menancapkan elektroda pada permukaan tanah dengan spasi yang telah
ditentukan sesuai dengan konfigurasinya.
5. Menjepit elektroda yang telah terhubung dengan kabel geolistrik.
6. Menghidupkan resistivitymeter, menekan tombol enter dan membaca nilai
R (ohm) dengan sebelumnya dihidupkan dengan aki.
7. Mencatat data hasil pengamatan pada tabel yang disediakan.
8. Mengubah – ubah jarak elektroda dan mencatat hasil pengamatan.

b. Metode Geomagnetik
Berikut adalah prosedur yang dilakukan pada tahap pengukuran:
1. Menyiapkan peralatan terlebih dahulu
2. Menentukan base station.
3. Mengukur kordinat base station menggunakan GPS dan medan magnet
menggunakan PPM.
4. Menentukan arah mata angin menggunakan kompas.
5. Mengukur medan magnet pada per lintasan dan kembali ke base station
dan dilanjutkan kembali mengukur titik selanjutnya.

3.3.2 Prosedur Pengolahan Data


a. Metode Geolistrik
Data hasil pengukuran dan perhitungan diolah dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
1. Data resistivitas semu hasil perhitungan, datum point dan spasi elektroda
dimasukkan ke program notepad dalam bentuk file text dimana program
notepad berfungsi untuk merekap data dan disimpan dalam format file dat.
Berikut penjelasan dari masing-masing baris dalam notepad :
a. Line 1 adalah Judul.
b. Line 2 adalah spasi terkecil yang digunakan pada saat pengukuran.
c. Line 3 adalah jenis susunan konfigurasi yang digunakan (Wenner
Alpha = 1).
d. Line 4 adalah jumlah total data pengukuran.
e. Line 5 adalah tipe dari lokasi untuk datum point. Ketik angka 1 karena
datum point diketahui.
f. Line 6, ketik 0 untuk data resistivitas.
g. Line 7 adalah memasukan data pengukuran dan perhitungan yaitu
jarak mid point (kolom 1), hasil perkalian spasi dengan lintasan
pengukuran/lapisan (kolom 2) dan nilai resistivitas semu (kolom3).
h. Line 8 ketik 0 yang terdiri dari 4 line.
2. Selanjutnya disimpan dalam file .dat maupun .text. Data yang sudah
disimpan dalam bentuk file *.dat sesuai format data Res2dinv, selanjutnya
dilakukan inversi untuk menampilkan gambar sebaran bawah permukaan
daerah praktikum, langkah- langkahnya sebagai berikut:
a. Jalankan program Res2dinv
b. kemudian klik file - Read data file.
c. Kemudian melakukan inversi dengan metode least-square dengan cara
klik Inversion - Least-squares inversion.

b. Metode Geomagnetik
Data hasil pengukuran dan perhitungan diolah dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
1. Melakukan perhitungan dengan menggunakan ms.excel yaitu menghitung
beda waktu dan beda nilai pada base station.
2. Menghitung beda waktu, variasi harian dan anomali pada pengukuran
lintasan dengan IGRF sebesar 42716 dan anomali = nilai pengukuran –
IGRF – variasi harian – koreksi base.
3. Setelah anomali didapatkan maka nilai tersebut dinyatakan sebagai nilai z
untuk memasukkan data ke surfer.
4. Setelah itu buka program surfer dengan memasukkan data pada sheet
dengan x (koordinat x), y (koordinat y) dan z (perhitungan anomali).
5. Menyimpan data tersebut dengan file type .bln.
6. Membuka plot, menekan menu Grid dan sub menu Data dan membuka file
yang sudah di simpan dalam bentuk .bln tadi.
7. Kemudian muncul kotak Grid Data lalu klik OK.
8. Untuk menampilkan kontur, pilih menu Map-New-Contour Map
9. Membuka file yang telah disimpan dalam bentuk .grd
10. Menentukan garis slice pada contour dengan ployline.
11. Melakukan digitize pada kontur dengan cara menandai kedua ujung garis
slice pada kontur.
12. Menyimpan data hasil digitize dalam format .bln.
13. Membuka file digitize melalui menu grid slice.
14. Menyimpan file berformat .BLN dan .DAT.
15. Membuka file berformat .DAT melalui file open.
16. Membuat new worksheet dengan meletakkan nilai posisi dikolom A dan
nilai anomali dikolom B.
17. Menyimpan file tersebut dalam format .DAT.
18. Membuka software Mag2dc.
19. Membuka file yang telah disimpan pada langkah 17.
20. Mengatur nilai intensi pada parameter geomagnetik, dan perhitunga satuan
menjadi meter.
21. Mensinkronkan antara garis acuan dengan garis suseptibilitas.
22. Mencatat nilai yang ditunjukkan pada masing-masing body.
DAFTAR PUSTAKA

Anisyah, Mashuri, A., Haris, A. & Krisdianto. 2013. Analisis Kualitas Air Sumur
Galian di Kota Banjarbaru Provinsi Kalimantan Selatan.
EnviroScienteae. 9: 1 ̶ 13.
Hanifa, D., Sota, I. & Siregar, S. S. 2016. Penentuan Lapisan Akuifer Air Tanah
dengan Metode Geolistrik Konfigurasi Schlumberger di Desa Sungai Jati
Kecamatan Mataraman Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan. Jurnal
Fisika Flux. 13: 30-39.
Rahman, Audi, D., Rony, Riduan, Rony, Haryanti & Hadi, N. 2018. Sebaran
Potensi Air Tanah di Kecamatan Cempaka Menggunakan Metode
Geolistrik Tahanan Jenis Konfigurasi Schlumberg. Abstrak. Universitas
Lambung Mangkurat.
https://www.onesearch.id/Record/IOS4049.article-575
(diakses pada 5 Oktober 2020).
Siahaan, B. U. B. M. 2009. Penentuan Struktur pada Zona Hydrokarbon Daerah
“X” Menggunakan Metode Magnetik. Skripsi FMIPA Jurusan Fisika,
Universitas Indonesia, Jakarta.
Takaed, Y., Sutaji, H. I. & Bernandus. 2018. Interpretasi Jenis Batuan
Menggunakan Metode Geomagnetik pada Daerah Terakumulasinya Air
Tanah di Bena Amannuban Selatan. Jurnal Fisika Sains dan Aplikasinya.
3: 126 ̶ 131.

Anda mungkin juga menyukai