Anda di halaman 1dari 18

PENENTUAN DAERAH IMBUHAN AIR TANAH DI

LERENG TIMUR GUNUNG SUMBING


MENGGUNAKAN METODE GEOKIMIA DAN ISOTOP
PENENTUAN DAERAH IMBUHAN AIR TANAH
DI LERENG TIMUR GUNUNG SUMBING
MENGGUNAKAN METODE GEOKIMIA DAN ISOTOP

RINGKASAN TESIS

Dina Erlinawati
20/467361/PTK/13422

PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK GEOLOGI


DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2022

i
ABSTRAK

Lereng timur Gunung Sumbing merupakan salah satu wilayah di Pulau Jawa yang
menggunakan air tanah sebagai sumber utama air baku untuk keperluan sehari-hari. Hal ini
disebabkan oleh kondisi geologi di sekitar Gunung Sumbing sehingga membentuk sistem
akuifer dengan porositas dan permeabilitas yang tinggi. Selain itu, terbentuknya sesar-sesar di
lereng timur Gunung Sumbing menyebabkan terbentuknya bidang diskontinuitas akuifer
sehingga ditemukan banyak kemunculan mata air. Akan tetapi, seiring dengan pertumbuhan
penduduk, kebutuhan air di lereng timur Gunung Sumbing akan semakin meningkat dan dapat
mempengaruhi keberlangsungan air tanah . Oleh sebab itu, penlitian ini bertujuan untuk
mengetahui karakteristik daerah imbuhan dan fasies air tanah pada daerah imbuhan air sebagai
usaha konservatif untuk menjaga keberlangsungan air tanah di lereng timur Gunung Sumbing.
Selain itu, peruntukan air tanah juga dapat diketahui berdasarkan fasies air tanah. Metode
penelitian dilakukan dengan menggunakan isotop G18O dan GD untuk menentukan elevasi
daerah imbuhan air dan metode geokimia air untuk menentukan fasies daerah imbuhan air
tanah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat dua tipe daerah imbuhan air tanah yaitu
tipe daerah imbuhan air tanah dalam dan daerah imbuhan air tanah dangkal. Daerah imbuhan
air tanah dalam berada pada elevasi 651-1.208 mdpl dan memiliki fasies air tanah kalsium
bikarbonat (Ca2+-HCO3-), sedangkan daerah imbuhan air pada air tanah dangkal berasal deri
imbuhan lokal pada elevasi 264-1.208 mdpl dan memiliki fasies air tanah kalsium bikarbonat
(Ca2+-HCO3-). Air tanah di lokasi penelitian secara umum dibedakan menjadi 3 (tiga) tipe yaitu
Tipe I kalsium bikarbonat (Ca2+-HCO3-), Tipe II magnesium bikarbonat (Mg2+- HCO3-), dan
Tipe III sodium klorida (Na+- Cl-). Air Tanah Tipe I dan Tipe II dapat digunakan sebagai air
baku, sedangkan air tanah Tipe III tidak dapat digunakan untuk air baku terutama untuk
keperluan konsumsi karena memiliki konsentrasi ion klorida (Cl-) yang tinggi dan tingkat
salinitas tinggi.

Kata kunci : air tanah, daerah imbuhan, isotop, ion kimia

iii
DAFTAR ISI

ABSTRAK .............................................................................................................................. iii

DAFTAR ISI............................................................................................................................iv

I. PENDAHULUAN ........................................................................................................... 5

II. GEOLOGI REGIONAL ................................................................................................ 5

III. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................. 6

IV. METODOLOGI ............................................................................................................. 7

V. HASIL DAN PEMBAHASAN....................................................................................... 8


V.1 Kondisi Geologi Teknik Daerah Penelitian ................................................... 8
V.2. Aliran Air Tanah .............................................................................................. 9
V.3. Kimia Air Tanah .............................................................................................. 9
V.4. Isotop dan Daerah Imbuhan ......................................................................... 13
V.5. Kedalam Sirkulasi Air Tanah ....................................................................... 15

VI. KESIMPULAN DAN SARAN..................................................................................... 16


VI.1. Kesimpulan ..................................................................................................... 16
VI.2. Saran ............................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 17

iv
I. PENDAHULUAN

Air memiliki peranan penting dalam kelangsungan hidup makhluk hidup. Seiring
pertumbuhan penduduk, kebutuhan air juga akan semakin meningkat. Air tanah
merupakan sumber air baku yang digunakan oleh sebagian masyarakat di Kabupaten
Magelang dan Temanggung. Kedua kabupaten tersebut termasuk ke dalam cekungan air
tanah (CAT Magelang Temanggung (ESDM, 2003).
Menurut PUPR (2016), kebutuhan air rumah tangga, perkotaan, dan industri (RKI)
pada tahun 2020 di CAT Magelang Temanggung khususnya Kota Magelang, Kabupaten
Magelang, dan Kabupaten Temanggung adalah 117,8 juta m3/tahun. Diperkirakan pada
tahun 2030 kebutuhan air RKI di ketiga Kota/Kabupaten tersebut akan menjadi 120,6 juta
m3/tahun (PUPR, 2016). Oleh sebab itu upaya konservasi air tanah dengan menjaga
daerah imbuhan air sangat penting dilakukan.
Lereng timur Gunung Sumbing merupakan bagian dari CAT Magelang
Temanggung yang memiliki banyak sumber mata air. Selain sebagai sumber utama air
baku untuk konsumsi, air tanah di lereng timur Gunung Sumbing juga dimanfaatkan
untuk keperluan pertanian, perikanan, wisata, dan juga industri rumah tangga. Tingginya
penggunaan air tanah di lereng timur Gunung Sumbing meyebabkan pentingnya
konservasi terhadap daerah imbuhan air (recharge area). Salah satunya adalah dengan
mengetahui karakteristik daerah imbuhan air dan fasies air tanah di lereng timur Gunung
Sumbing menggunakan metode geokimia dan isotop.

II. GEOLOGI REGIONAL

Lereng timur Gunung Sumbing berada pada dua peta geologi yaitu peta geologi
Lembar Magelang dan Semarang yang dibuat oleh Thaden dkk (1975) dan peta geologi
Lembar Yogyakarta yang dibuat oleh Rahardjo dkk (1995). Gambar 1 menunjukkan peta
geologi di lokasi penelitian yang termasuk dalam wilayah CAT Magelang Temanggung.
Berdasarkan Gambar 1, lereng timur Gunung Sumbing tersusun oleh satuan batuan
Endapan Gunung Sumbing Tua (Qsmo), Lahar dan Andesit Porfiri (Qpl1), Batuan
Gunungapi Condong (Qco), Batuan Gunungapi Gianti (Qgi), Batuan Gunungapi Kekep
(Qke), Batuan Gunungapi Telomoyo (Qte), Endapan Gunung SUmbing Muda (Qsm), dan
Kubah Lava (Qls2). Sebagian besar lokasi penelitian berada pada satuan batuan Endapan
Gunung Sumbing Muda (Qsm) yang tesusun atas hasil erupsi terakhir Gunung Sumbing

5
berupa pasir tufan, tuf pasiran, dan breksi andesit. Batuan tersebut memiliki porositas
tinggi dan sangat baik sebagai akuifer.

Gambar 1 Peta Geologi Regional CAT Magelang Temanggung (Thaden dkk, 1975 dan Rahardjo dkk,
1995 dalam Saputra, 2015)
Satuan batuan lainnya yang memiliki pelamparan cukup luas di lokasi penelitian
adalah satuan Batuan Lahar dan Andesit Porfiri (Qpl1) dan Endapan Gunung Sumbing
Tua (Qsmo). Batuan Lahar dan Andesit Porfiri (Qpl1) tersbentuk pada pada kala
plestosen dan tersusun atas breksi tufa, endapan lahar, dan andesit porfiri yang berfungsi
sebagai akuifer yang baik. Satuan Endapan gunung sumbing tua tersusun atas breksi
andesit, aglomerat, dan tuf, yang merupakan endapan hasil erupsi dari gunung Sumbing
terdahulu. Porositas satuan batuan ini tidak baik sehingga termasuk dalam akuifer yang
buruk.

III. TINJAUAN PUSTAKA


Air tanah adalah air yang tersimpan dalam lapisan tanah atau batuan di bawah
permukaan tanah. Salah satu upaya konservasi air tanah adalah dengan menjaga daerah
imbuhan air. Daerah imbuhan air adalah daerah resapan air yang mampu menambah air
tanah secara alamiah pada cekungan air tanah (ESDM, 2018)
Daerah imbuhan air tanah tersusun atas akuifer dengan porositas dan
permeabilitas yang baik. Menurut Todd (2005), akuifer adalah formasi geologi yang

6
mengandung air dan secara signifikan mampu menyimpan dan mengalirkan air melalui
kondisi alaminya yaitu melalui pori dan rongga dalam batuan.
Metode kimia dan isotop air tanah banyak digunakan pada analisis daerah
imbuhan air (Mazor, 2004). Ion kimia yang berperan dalam menentukan daerah imbuhan
adalah ion mayor yang terdiri dari Na+, K+, Ca2+, Mg2+, Cl-, NO3, SO42-, HCO3-. Daerah
imbuhan air tanah memiliki komposisi kalsium bikarbonat (Ca2+-HCO3-) yang lebih
dominan dibandingkan daerah lepasan air tanah. Beberapa analisis yang digunakan untuk
mengetahui fasies air tanah dan daerah imbuhan air tanah antara lain (a) diagram
fingerprint; (b) diagram komposisi; (c) diagram piper; dan (e) diagram stiff.
Isotop yang digunakan untuk analisis daerah imbuhan pada umumnya
menggunakan isotop stabil hidrogen berat (2H) dan oksigen berat (18O). Komposisi isotop
pada air ditentukan oleh deviasi massa dari isotop air dengan SMOW yang dinyatakan
dalam per mill ‰. Deviasi ini dituliskan sebagai GD untuk deuterium dan G O untuk 18O.
18

SMOW adalah komposisi isotop pada air laut telah disetujui secara internasional untuk
dijadikan sebagai standar pembanding terhadap komposisi isotop pada air (Craig, 1961 a,
1961 b, dalam Mazor 2004).Komposisi isotop pada air hujan memiliki beberapa
karakteristik yaitu semakin tinggi curah hujan dan elevasi, maka komposisi isotop akan
semakin rendah. Selain itu, semakin jauh jarak lokasi terjadinya hujan maka komposisi
isotop akan semakin rendah (Clark, 2015).
Analisis daerah imbuhan air tanah menggunakan metode isotop dilakukan dengan
membuat grafik meteoric water line (MWL) di lokasi penelitian atau local meteoric water
line (LMWL) dengan persamaan GD = a G18O + b. Setelah merumuskan LMWL, maka
dilakukan analisis dengan menggunakan diagram komposisi yang menunjukkan
hubungan elevasi dan komposisi isotop air hujan. Selanjutnya diperoleh persamaan untuk
menganalisis elevasi daerah imbuhan air tanah (Kresic dan Stevanovic, 2010).

IV. METODOLOGI
Penelitian ini dilakukan dengan melakukan melakukan pengambilan sampel air
tanah dan air hujan untuk dilakukan pengujian kimia dan isotop. Pengujian kimia air
dilakukan dengan menggunaakan alat Ion Chromatography IC MetroOhm 850p dan
titrasi. Sampel pengujian kimia berjumlah 32 sampel yang terdiri dari 20 sampel mata air,
8 sampel sumur bor, dan 4 sampel sumur gali. Hasil pengujian kimiair tanah memiliki
nilai reaction error ±5 %. Hasil pengujian kimia air digunakan untuk analisis fasies air

7
tanah dengan menggunakan diagram fingerprint, diagram komposisi, diagram piper, dan
diagram stiff.
Pengujian isotop GD dan G18O dilakukan di Laboratorium Pusat Aplikasi Isotop
dan Radioaktif, Batan, Jakarta dengan menggunakan alat liquid water isotope analyzer
LGR (Los Gatos Research) DLT-100. Jumlah sampel air sebanyak 18 sampel yang terdiri
dari 6 sampel air hujan, 10 sampel mata air, dan 2 sampel sumur bor. Hasil analisis isotop
digunakan untuk mengetahui elevasi daerah imbuhan dan menentukan peta daerah
imbuhan air tanah di lereng timur Gunung Sumbing.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN


V.1 Kondisi Geologi Teknik Daerah Penelitian
Sebagian besar batuan penyusun di lokasi penelitian adalah Endapan Gunung
Sumbing Muda (Qsm) yang memiliki porositas tinggi dan sangat baik sebagai akuifer.
Kondisi geologi regional suatu wilayah dapat mempengaruhi karakteristik ion kimia
dalam air tanah. Gambar 2 menunjukkan bahwa ditemukan adanya perlapisan batuan
pada formasi Endapan Gunung Sumbing Muda (Qsm) yang tersusun dari endapan pasir
dan lempung hasil erupsi gunungapi di bagian utara lokasi penelitian. Menurut Mazor
(2004), jenis batuan pasir memiliki tingkat salinitas rendah (300-500 mg/l) dengan anion
dominan adalah bikarbonat (HCO3-), sedangkan sodium (Na+), kalsium (Ca2+) dan
magnesium (Mg2+) memiliki konsentrasi yang relatif sama. Pada batuan lempung, tingkat
salinitas cukup tinggi (2000 mg/l) dengan anion yang dominan adalah klorida (Cl-) dan
sulfat (SO42-).

Gambar 2 Peta Geologi Lereng Timur Gunung Sumbing


(Sumber Peta Geologi Lembar Semarang Magelang (Thaden dkk., 1975)
dan Yogyakarta (Rahardjo dkk., 1995))

8
Satuan Geomorfologi di lereng timur Gunung Sumbing berdasarkan Dinas ESDM
Provinsi Jawa Tengah (2014) tersusun atas satuan Kerucut Vulkanik, satuan Perbukitan
Sisa Gunungapi, dan satuan Dataran Antar Gunungapi. Sebagian besar wilayah di lokasi
penelitian berada pada satuan kerucut vulkanik dengan muka air tanah antara 1000-500
mdpl dan kelerengan curam yaitu 9-31%. Terdapat dua bukit di bagian tengah dan selatan
lokasi penelitian dengan satuan geomorfologi adalah Perbukitan Sisa Gunungapi.

V.2. Aliran Air Tanah


Hasil observasi kedalaman muka air tanah menunjukkan bahwa aliran air tanah di
lokasi penelitian termasuk ke dalam aliran air tanah tipe gravitasi. Air tanah mengalir dari
sekitar puncak Gunung Sumbing pada elevasi 1.208 mdpl menuju Sungai Progo dengan
elevasi 249 mdpl seperti ditunjukkan Gambar 3.

Gambar 3 Peta Aliran Tanah di Lereng Timur Gunung Sumbing


(Sumber Peta Dasar: Demnas, Badan Informasi Geospasial (2021))

V.3. Kimia Air Tanah


Analisis kimia air tanah menggunakan diagram fingerprint menunjukkan bahwa
tipe air tanah di lokasi penelitian diklasifikasikan menjadi 6 tipe air tanah yaitu (a) tipe I
(Na+ - Cl-); (b) tipe II (Ca2+ - HCO3 - SO42-); tipe III (Ca2+ - Mg2+ - HCO3-); (d) tipe IV
(Mg2+ - Na+ - HCO3-); (e) tipe V (Ca2+ - HCO3- - Cl-); dan (f) tipe VI (Mg2+-Na+-HCO3-).
Gambar 4 menunjukkan persebaran tipe air tanah di lokasi penelitian.

9
Gambar 4 menunjukkukan sebagian besar tipe air tanah di bagian utara adalah tipe
II (Ca2+ - HCO3- - SO42-). Berdasarkan hasil pengamatan geologi regional di lokasi
penelitian, bagian utara lokasi penelitian tersusun atas endapan pasir dan lempung hasil
erupsi gunungapi. Hal ini meyebabkan konsentrasi kalsium (Ca2+) dan bikarbonat (HCO3-
) yang disebabkan endapan pasir menjadi dominan, sedangkan ion sulfat (SO 42-) dari
lempung juga menjadi dominan.

Gambar 4 Peta Sebaran Tipe Air Tanah di Lokasi Penelitian Berdasarkan Diagram Fingerprint
(Sumber Peta Dasar: Peta Geologi Lembar Semarang Magelang (Thaden dkk., 1975)
dan Yogyakarta (Rahardjo dkk., 1995))

Pada bagian tengah dan selatan lokasi penelitian, kondisi geologi regional lebih
kompleks karena tersusun dari bebrapa formasi batuan dan beberapa satuan
geomorfologi. Pada daerah di sekitar satuan geomorfologi perbukitan sisa gunungapi
yang tersusun atas batuan Endapan Gunung Sumbing Tua (Qsmo) dan batuan Lahar dan
Andesit Porfiri (Qpl1) memiliki tipe air tanah tipe III (Ca2+ - Mg2+ - HCO3-). Daerah ini
tersusun atas batu pasir dan tuf pasiran yang menyebabkan air tanah kaya akan bikarbonat
(HCO3-), kalsium (Ca2+), dan magnesium (Mg2+).
Pada bagian bawah lokasi penelitian ditemukan adanya air tanah tipe I (Na+- Cl-).
Diperkirakan, berdasarkan karakteristik air tanah di lokasi tersebut yang memiliki
konsentrasi nitrat yang rendah atau 0 mg/l, klorida yang tinggi, TDS yang tinggi, serta
suhu yang tinggi, air tanah pada lokasi tersebut berasal dari akuifer air tanah dalam di
mana konsentrasi nitrat akan berkurang seiring dengan semakin dalamnya sumber air

10
karena proses denitrifikasi, sedangkan klorida akan semakin tinggi seiring interaksi
batuan yang semakin panjang saat proses infiltrasi dan perkolasi. Selain itu terdapat
kemungkinan air tersimpan dalam waktu cukup lama pada akuifer tertekan menyebabkan
air tanah tinggi akan ion klorida (Cl-)
Analisis kimia air menggunakan diagram komposisi dilakukan dengan
menganalisis hubungan ion klorida (Cl-) terhadap konsentrasin TDS terlarut dalam air
tanah.

Gambar 5 Hubungan klorida (Cl-) dan TDS pada air tanah di lokasi penelitian

Gambar 5 di atas menunjukkan adanya perbedaan karakteristik air pada kedua tipe
air tanah. Oleh sebab itu dapat disumpulkan bahwa kedua air tanah tersebut tidak saling
berhubungan. Air tanah tipe I berada pada akuifer tertekan, sedangkan air tanah tipe II
berada pada akuifer bebas. Di antara kedua akuifer tersebut terdapat lapis batuan yang
bersifat akuiklud.
Hasil analisis kimia air tanah menggunakan diagram piper menunjukkan bahwa
air tanah di lokasi penelitian dibedakan menjadi 3 tipe air tanah yaitu (a) tipe I (Na+- Cl-
); (b) tipe II (Ca2+- SO42-); dan (c) tipe III (Ca2+- HCO3-). Persebaran tipe air tanah
berdasarkan diagram piper ditunjukkan pada Gambar 6. Sebagian besar air tanah di lokasi
penelitian memiliki tipe air tanah kalsium bikarbonat (Ca2+- HCO3-). Tipe air kalsium
bikarbonat merupakan salah satu indikasi dari daerah imbuhan air tanah.
Di sekitar puncak Gunung Sumbing juga ditemukan tipe air tanah dengan
konsentrasi sulfat (SO42-) yang relatif tinggi, sedangkan di bagian selatan ditemukan tipe
air tanah sodium klorida (Na+- Cl-). Hasil analisis ini juga ditemukan pada analisis kimia
air menggunakan diagram fingerprint.

11
Gambar 6 Peta Sebaran Tipe Air Tanah di Lokasi Penelitian Berdasarkan Diagram Piper
(Sumber Peta Dasar: Peta Geologi Lembar Semarang Magelang (Thaden dkk., 1975)
dan Yogyakarta (Rahardjo dkk., 1995))

Analisis menggunakan diagram stiff menunjukksn air tanah di lokasi penelitian


dibedakan menjadi 5, yaitu tipe I (Ca2+ - HCO3-), tipe II (Mg2+ - Na+ - HCO3-), tipe III
(Na+ - Cl-), tipe IV (Mg2+ - HCO3-), dan tipe V (Ca2+ - Na+ - HCO3-).

Gambar 7 Peta Sebaran Tipe Air Tanah dan Geologi Regional Lereng Timur Gunung Sumbing
Berdasarkan Diagram Stiff (Sumber Peta Dasar: Peta Geologi Lembar Semarang Magelang (Thaden dkk.,
1975) dan Yogyakarta (Rahardjo dkk., 1995))

12
Gambar 7 menunjukkan sebagian besar air tanah di lokasi penelitian memiliki tipe
air kalsium bikarbonat (Ca2+-HCO3-). Hal ini disebabkan karena sebagain besar batuan di
lokasi penelitian tersusun atas Endapan Gunung Sumbing Muda (Qsm) yang tersusun atas
jenis batuan pasir tufan, tuf pasiran, dan breksi andesit. Batuan pasir memiliki tingkat
salinitas rendah (300-500 mg/l) dengan anion dominan adalah bikarbonat (HCO 3-),
sedangkan sodium (Na+), kalsium (Ca2+) dan magnesium (Mg2+) memiliki konsentrasi
yang relatif sama (Mazor, 2004).

V.4. Isotop dan Daerah Imbuhan


Grafik local meteoric water line (LMWL) di lokasi penelitian ditunjukkan pada
Gambar 8. Persamaan grafik LMWL adalah GD = 7,9993 G18O+10,111 dan identik
dengan persamaan GMWL yaitu GD = 8 G18O+10. Oleh sebab itu dapat disimpulkan
bahwa karakteristik air hujan sama dengan air tawar. Selain itu, komposisi isotop air tanah
berada di sekitar grafik LMWL yang menunjukkan bahwa air tanah di lokasi penelitian
berasal dari air hujan.

Gambar 8 Grafik LMWL, GMWL, dan Distribusi Isotop Air Tanah

Penentuan daerah imbuhan air tanah dilakukan menggunakan diagram komposisi


yang menunjukkan hubungan isotop G18O dan GD pada air hujan terhadap elevasi
pengambilan air hujan seperti ditunjukkan pada Gambar 9 dan Gambar 10. Persamaan
yang dirumuskan pada masing-masing grafik selanjutkan digunakan untuk menganalisis
elevasi daerah imbuhan.

13
Diagram Komposisi Isotop δ18O dan Elevasi Diagram Komposisi Isotop GD dan Elevasi
Air Hujan Air Hujan
1400 1400
1200 1200
Elevasi (mdpl)

Elevasi (mdpll)
1000 1000
800 800
600 600
y = -228x - 1118 400 y = -28.014x - 802.18 400
R² = 0.9674 200 R² = 0.9429 200
0 0
-11.00 -10.00 -9.00 -8.00 -7.00 -6.00 -5.00 -80.00 -70.00 -60.00 -50.00 -40.00 -30.00
G18O (‰ ) GD (‰ )

Air Hujan Linear (Air Hujan) Air Hujan Linear (Air Hujan)

Gambar 9 Diagram Kompoisi Isotop G18O dan Elevasi Gambar 10 Diagram Komposisi Isotop GD dan Elevasi
Air Hujan Air Hujan

Hasil analisis menunjukkan bahwa elevasi daerah imbuhan pada air tanah
dibedakan menjadi dua yaitu daerah imbuban air tanah dangkal yang berasal dari imbuhan
lokal atau elevasi 274-1.208 mdpl dan imbuhan air tanah dalam yang berada pada elevasi
651-1.208 mdpl seperti ditunjukkan pada Gambar 11 dan Gambar 12.

Gambar 11 Peta Daerah Imbuhan Air Tanah Dangkal


(Sumber Peta Dasar: Demnas, Badan Informasi Geospasial (2021))

14
Gambar 12 Peta Daerah Imbuhan Air Tanah Dalam (Sumber Peta Dasar: Peta Geologi Lembar Semarang
Magelang (Thaden dkk., 1975) dan Yogyakarta (Rahardjo dkk., 1995))

V.5. Kedalam Sirkulasi Air Tanah


Kedalaman sirkulasi adalah panjangnya lintasan yang diperlukan untuk
memanaskan air dari titik awal atau akuifer tempat air ditampung dan mengalir sampai
titik kemunculan air (Mazor, 2004). Berdasarkan hasil analisis kimia dan isotop air tanah,
ditemukan adanya sistem akuifer air tanah dalam yang disertai dengan kemunculan
sumber air panas di lokasi penelitian. Dengan mengetahui suhu air panas, suhu udara di
permukaan, dan nilai local head gradient kedalaman sirkulasi air panas dapat ditketahui.
Hasil analisis menunjukkan bahwa kedalaman sirkulasi air panas di loksi penelitian
adalah 203,33 m. Gambar 13 merupakan skema sayatan dari Gambar 12.
Gambar 12 menunjukkan bahwa kemungkinan besar daerah imbuhan air tanah
dalam hanya berasal dari satuan Perbukitan Sisa Gunungapi. Satuan yang tersusun atas
satuan batuan Endapan Gunung Sumbing Tua (Qsmo). Hal ini disebabkan tidak adanya
struktur geologi yang memungkinkan aliran air tanah di wilayah utara sampai ke wilayah
selatan lokasi penelitian. Meskipun Endapan Gunungapi Sumbing Tua (Qsmo) tersususn
dari breksi andesit, aglomerat, dan tuf yang memiliki porositas tidak baik, namun batuan
tersebut masih dapat bertindak sebagai akuifer. Oleh sebab itu, air yang terinfiltrasi ke
dalam lapis batuan ini akan mengisi akuifer dan masuk jauh ke dalam perlapisan batuan
yaitu sepanjang kedalaman sirkulasi atau 203 m. Pada perlapisan batuan akan ditemukan
lapisan akuiklud yang menyebabkan air pada akuifer air tanah dalam tidak bercampur
dengan air pada akuifer air tanah dangkal atau akuifer bebas di atasnya.

15
Tipe air sodium bikarbonat (Na+-Cl) dapat terbentuk akibat interaksi antar batuan
di dalam permukaan. Kemunculan mata air disebabkan oleh adanya struktur geologi
berupa sesar. Selain itu adanya batuan Lahar dan Andesit Porfiri (Qpl1) yang mengintrusi
Endapan Gunungapi Sumbing Tua (Qsmo) menyebabkan adanya perbedaan porositas dan
permeabilitas dari rendah ke tinggi dan air semakin mudah naik ke permukaan. Selain itu,
karakteristik formasi Lahar dan Andesit porfiri tersusun atas breksi tufa, endapan lahar,
dan andesit porfiri. Andesit termasuk batuan beku dengan komposisi mineral utama
adalah plagioklas, hornblende, biotit, dan piroksen. Biotit sendiri menurut memiliki
karakteristik untuk membentuk Ca2+ - HCO3- dan Mg2+ -HCO3- dan kedua tipe air tanah
ini banyak ditemukan di sekitar Endapan Gunungapi Sumbing Tua (Qsmo) dan Lahar dan
Andesit Porfiri (Qpl1).

Gambar 13 Skema Perlapisan Batuan pada Sayatan A-A’ dalam Peta Daerah Imbuhan
Air Tanah Dalam

VI. KESIMPULAN DAN SARAN


VI.1. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut.
1. Terdapat dua tipe daerah imbuhan air tanah di lereng timur Gunung Sumbing yaitu
tipe daerah imbuhan air tanah dalam yang berada pada elevasi 651-1.208 mdpl dan
daerah imbuhan air tanah dangkal yang berasal deri imbuhan lokal yaitu pada elevasi
274 – 1.208 mdpl. Berdasarkan analisis kimia, fasies air tanah di daerah imbuhan
adalah tipe kalsium bikarbonat (Ca2+-HCO3-). Daerah lepasan air berada pada elevasi
di bawah 274 mdpl dan memiliki fasies air tanah yaitu sodium klorida (Na+-Cl-).
2. Berdasarkan analisis kimia air menggunakan diagram fingerprint, diagram
komposisi, diagram piper, dan diagram stiff dapat disimpulkan bahwa air tanah di

16
lokasi penelitian dibedakan menjadi 3 (tiga) tipe yaitu Tipe I kalsium bikarbonat
(Ca2+-HCO3-), Tipe II magnesium bikarbonat (Mg2+- HCO3-), dan Tipe III sodium
klorida (Na+- Cl-). Air Tanah tipe I dan tipe II dapat digunakan sebagai air baku,
sedangkan air tanah Tipe III tidak dapat digunakan untuk air baku terutama untuk
keperluan konsumsi karena memiliki konsentrasi ion klorida (Cl-) dan tingkat
salinitas yang tinggi.

VI.2. Saran
Beberapa saran yang dapat diberikan terhadap penelitian serupa dan penelitian
selanjutnya adalah sebagai berikut.
a. Sampel air pada pengujian isotop akan lebih baik jika dilakukan pada minimal 2
periode waktu yang berbeda untuk mengetahui kondisi air sebenenarnya tanpa
dipengaruhi oleh musim
b. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terkait pemodelan untuk mengetahui sistem
akuifer air tanah dalam.
c. Hasil penelitian daerah imbuhan air tanah di lereng timur Gunung Sumbing ini dapat
menjadi salah satu studi pendukung dalam menentukan daerah konservasi sumber
daya air khususnya di CAT Magelang-Temanggung
d. Dengan mengetahui fasies air tanah di lokasi penelitian, dapat dilakukan penelitian
lebih lanjut terhadap kualitas air di lokasi penelitian yang sebagian besar dikonsumsi
oleh masyarakat.
e. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui ada tidaknya mata air di atas
elevasi 1.208 mdpl sehingga dapat dipastikan batas elevasi tertinggi daerah imbuhan
di lereng timur Gunung Sumbing

DAFTAR PUSTAKA
Clark, I. 2015. Groundwater Geochemistry Isotopes. Boca Raton: CRC Press.
Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Tengah. 2014. Penyusunan Zona
Pemanfaatan dan Konservasi Air Tanah pada CAT Bumiayu dan CAT Magelang –
Temanggung,Semarang: Dinas ESDM Jawa Tengah
Kementerian ESDM, RI. 2003. Keputusan Menteri ESDM No. 716 K/40/MEM/2003
tentang Batas Horisontal Cekungan Air tanah di Pulau Jawa dan Madura. Jakarta.
Kementerian ESDM, RI. 2018. Peraturan Menteri ESDM No. 31 Tahun 2018 tentang
Pedoman Penetapan Zona Konservasi Air tanah. Jakarta.

17
Kementerian PUPR, RI. 2016. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat No. 23/KPTS/M/2016 tentang Rencana Pengelolaan Sumber Daya Air
Wilayah Sungai Progo Opak Serang. Jakarta.
Kresic, N., dan Stevanovic, Z. 2010. ”Groundwater Hydrology of Springs. Engineering,
Theory, Management, and Sustainability”. Massachusetts:Elsevier Inc.
Rahardjo, W., Sukandarrumidi, Rosidi, H.M.D. 1995. Peta Geologi Lembar Yogyakarta,
D.I.Yogyakarta, Direktorat Geologi, Bandung.
Saputra, S.E.G., 2016, Pemodelan Aliran Air Tanah Cekungan Airtanah Magelang
Temanggung, (Skripsi Sarjana Teknik - tidak dipublikasikan), Program Studi
Teknik Geologi , FT UGM. Yogyakarta.
Thaden, R. E., Sumadirdja, H., dan Richards, P. W., 1975, Peta Geologi Lembar
Magelang-Semarang, Jawa, Direktorat Geologi, Bandung.
Todd, D. K., Mays, L.W. 2005. Groundwater Hydrology (Third Edition). John Wiley and
Sons: New York.
Mazor, E. 2004. Chemical and Isotopic Groundwater Hydrology Third Edition. New
York: Marcel Dekker, Inc.

18

Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)

Anda mungkin juga menyukai