Oleh :
AINUN
NPM : 183610420
PEKANBARU
2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Air merupakan senyawa yang memiliki peran penting dalam mendukung segala
sisi kehidupan bagi makhluk hidup yang ada di permukaan bumi ini. Fungsi air tidak
dapat digantikan oleh senyawa lain. Penggunaan air yang utama dan sangat vital bagi
kehidupan adalah sebagai air minum (Slamet,2007). Kekurangan ketersediaan air
bersih dapat mengakibatkan berbagai macam dampak merugikan terhadap masalah
kesehatan dan lingkungan, maka air perlu dilindungi agar dapat tetap bermanfaat bagi
kehidupan manusia serta mahluk hidup lainnya. Air memiliki peran yang sangat
strategis dan harus tetap tersedia dan lestari, sehingga mampu mendukung kehidupan
dan pelaksanaan pembangunan di masa kini maupun di masa mendatang. Tanpa adanya
air maka kehidupan tidak akan dapat berjalan.
Jumlah air yang terdapat di muka bumi ini relatif konstan, meskipun air
mengalami pergerakan arus, tersirkulasi karena pengaruh cuaca dan juga mengalami
perubahan bentuk. Sirkulasi dan perubahan bentuk tersebut antara lain melalui air
permukaan yang berubah menjadi uap (evaporasi), air yang mengikuti sirkulasi dalam
tubuh tanaman (transpirasi) dan air yang mengikuti sirkulasi dalam tubuh manusia dan
hewan (respirasi). Air yang menguap akan terkumpul menjadi awan kemudian jatuh
sebagai air hujan. Air hujan ada yang langsung bergabung di permukaan, ada pula yang
meresap masuk ke dalam celah batuan dalam tanah, sehingga menjadi air tanah. Air
tanah dangkal akan diambil oleh tanaman, sedangkan air tanah dalam akan keluar
sebagai mata air. Sirkulasi dan perubahan fisis akan berlangsung terus sampai akhir
zaman (ROSS, 1970).
Keberadaan airtanah sebagai sumber air minum dan air bersih sudah seharusnya
tersedia, tidak hanya dalam kuantitas yang memadai tetapi juga harus dalam kualitas
yang baik. Seperti hal nya di desa Bantan Air, Kecamatan Bantan, Kabupaten
Bengkalis, Provinsi Riau, airtanah dijadikan sebagai salah satu kebutuhan pokok untuk
melanjutkan kelangsungan hidup, mulai dari pemenuhan kebutuhan sehari-hari seperti
memasak, minum, mandi, mencuci sampai untuk mengairi tumbuhan. Air yang
digunakan untuk minum dan air bersih harus memenuhi syarat atau baku mutu kualitas
air berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No.492/MENKES/PER/IV/2010.
Desa Bantan Air secara geografis terletak tidak jauh dari pesisir pantai yang
berbatasan dengan Selat Melaka. Selain permasalahan ketersediaan air bersih, desa ini
juga memiliki masalah kualitas air tanah yang kurang baik. Desa yang terletak di Pulau
Bengkalis ini memiliki kondisi hidrologi daerah rawa, sehingga kondisi air tanah
berkemungkinan mengalami kontaminasi akibat intrusi air laut. Untuk itu perlu dilihat
kualitas airtanah pada daerah ini.
Sehubungan dengan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, menarik
peneliti untuk melakukan penelitian mengenai kualitas airtanah didaerah penelitian.
Oleh karena itu, peneliti mengambil judul penelitian : “Pemetaan Kualitas Fisika-
Kimia Airtanah Dangkal Dan Prediksi Intrusi Air Laut Di Desa Bantan Air,
Kecamatan Bantan, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau”.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Bagaimana sebaran dan arah aliran airtanah dangkal didaerah penelitian?
2. Bagaimana kelayakan kualitas airtanah dangkal di daerah penelitian
berdasarkan parameter fisika (rasa,warna,bau,suhu,TDS,dan DHL)?
3. Bagaimana kelayakan kualitas airtanah dangkal di daerah penelitian
berdasarkan parameter kimia (pH, Cl, dan HCO3)?
4. Bagaimana zonasi pemetaan penyebaran kualitas airtanah dangkal berdasarkan
nilai parameter fisika dan kimia di daerah penelitian?
5. Bagaimana pengaruh intrusi air laut terhadap airtanah dangkal di daerah
penelitian?
1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud dari penelitian ini adalah untuk menyelesaikan Tugas Akhir dan
mendapatkan gelar sarjana di Program Studi Teknik Geologi Fakultas Teknik
Universitas Islam Riau.
Adapun tujuan penelitian mengenai kualitas airtanah dangkal dan prediksi
intrusi air laut di Desa Bantan Air, Kecamatan Bantan, Kabupaten Bengkalis, Provinsi
Riau ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui sebaran dan arah aliran airtanah dangkal didaerah penelitian
2. Untuk mengetahui kelayakan kualitas airtanah dangkal di daerah penelitian
berdasarkan parameter fisika (rasa,warna,bau,suhu,TDS,dan DHL)
3. Untuk mengetahui kelayakan kualitas airtanah dangkal di daerah penelitian
berdasarkan parameter kimia (pH, Cl, dan HCO3)
4. Untuk mengetahui zonasi pemetaan penyebaran kualitas airtanah dangkal
berdasarkan nilai parameter fisika dan kimia di daerah penelitian
5. Untuk mengetahui pengaruh intrusi air laut terhadap airtanah dangkal di daerah
penelitian
1.4. Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini yaitu adanya pembatasan lokasi
penelitian, penelitian ini dilakukan di Desa Bantan Air, Kecamatan Bantan, Kabupaten
Bengkalis, Provinsi Riau dengan luas wilayah ± 20 km. Sampel airtanah diambil dari
sumur gali. Analisis parameter fisika (rasa,warna,bau,suhu,TDS,dan DHL) dilakukan
pada semua sampel airtanah sumur gali dan analisis parameter kimia (pH, Cl, dan
HCO3) juga dilakukan pada semua sampel airtanah sumur gali. Kelayakan airtanah
dangkal berdasarkan Permenkes No.492/MENKES/PER/IV/2010.
1.5. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut :
1.5.1. Bagi Keilmuan
1. Mengetahui kualitas airtanah dan intrusi air laut di Desa Bantan Air,
Kecamatan Bantan,Kabupaten Bengkalis.
2. Menambah pengetahuan bagi para pembaca mengenai ilmu hidrologi
1.5.2. Bagi Pemerintah dan Masyarakat
1. Menambah data tentang kualitas airtanah dan kondisi intrusi air laut di Desa
Bantan Air Pulau Bengkalis dengan pembuatan peta kualitas airtanah dan
peta zonasi intrusi air laut.
2. Memberikan informasi bagi masyarakat daerah pesisir Pulau Bengkalis
mengenai sebaran intrusi air laut sehingga dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan bagi pemerintah setempat untuk melakukan tindakan
penanganan kontaminasi intrusi air laut terhadap airtanah dangkal di daerah
pesisir Pulau Bengkalis.
1.6. Lokasi Daerah Penelitian
Desa Bantan Air merupakan salah satu desa di Pulau Bengkalis yang terletak di
Kecamatan Bantan, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau. Secara geografis, daerah
penelitian terletak pada koordinat 102° 15' 38.12” BT - 102° 16' 38.12"BT dan 1° 29'
35.31" LU - 0° 30' 35.31" LU. Daerah penelitian ini berjarak lebih kurang 224 Km atau
sekitar 6 jam perjalanan dari kota Pekanbaru menggunakan transportasi darat lalu
menyeberang menggunakan kapal ke pulau Bengkalis. Secara administratif, daerah
penelitian memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :
a. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Teluk Papal dan Selat Malaka
b. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Bantan Tengah
c. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Bantan Tengah
d. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Bantan Sari
Gambar 1.1 Peta Administrasi Desa Bantan Air, Kecamatan Bantan, Kabupaten
Bengkalis, Provinsi Riau (SHP Indonesia Desa Info Geospasial)
1.7. Jadwal Penelitian
Kegiatan penelitian dilaksanakan mulai bulan Februari - Juli 2022. Adapun
jadwal penelitian dapat dilihat pada (Tabel 1.1).
TINJAUAN PUSTAKA
2.2. Airtanah
Undang Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
mendefinisikan Air tanah adaIah air yang terdapat dalam Iapisan tanah atau batuan di
bawah permukaan tanah. Sedangkan menurut Asdak (2002) Air tanah adalah segala
bentuk aliran air hujan yang mengalir di bawah permukaan tanah sebagai akibat
struktur perlapisan geologi, beda potensi kelembaban tanah, dan gaya gravitasi bumi.
Air bawah permukaan tersebut biasa dikenal dengan air tanah. Lapisan yang mudah
dilalui oleh airtanah disebut lapisan permeable (seperti lapisan yang terdapat pada pasir
atau kerikil), sedangkan lapisan yang sulit dilalui airtanah disebut lapisan impermeable
(seperti lapisan lempung). Lapisan yang dapat menangkap dan meloloskan air disebut
akuifer.
Menurut Supirin (2004), kecenderungan memilih airtanah sebagai sumber air
bersih, dibanding air permukaan, mempunyai keuntungan seperti tersedia dekat dengan
tempat yang memerlukan sehingga kebutuhan bangunan pembawa/distribusi lebih
murah, produksi sumur biasanya relatif stabil, lebih bersih dari bahan cemaran
(polutan) permukaan, kualitasnya lebih seragam, bersih dari kekeruhan, bakteri,lumut,
atau tumbuhan dan binatang air.
Kadar air dalam tanah bervariasi antara batas-batas yang luas. Air mengalami
suatu daur yang disebut Siklus Hidrologi. Air hujan yang jatuh ke permukaan tanah
sebagian akan masuk ke dalam tanah melalui proses infiltrasi membentuk cadangan
airtanah. Cadangan airtanah dikenal sebagai lapisan air atau akuifer. Faktor lain yang
mempengaruhi airtanah adalah kondisi litologi (batuan) dan geologi setempat.
Berdasarkan atas sikap batuan terhadap air, dikenal adanya beberapa
karakteristik batuan sebagai berikut :
1. Akuifer (lapisan pembawa air), yaitu lapisan batuan jenuh air dibawah
permukaan tanah yang dapat menyimpan dan meneruskan air dalam jumlah
yang cukup dan ekonomis, misalnya pasir.
2. Akuiklud (lapisan batuan kedap air), yaitu lapisan batuan jenuh air yang
mengandung air tetapi tidak mampu meneruskannya dalam jumlah yang
cukup, misalnya lempung.
3. Akuitard (lapisan batuan lambat air), yaitu lapisan batuan yang sedikit lulus
air dan tidak mampu melepaskan air dalam arah mendatar, tetapi mampu
melepaskan air cukup berarti kea rah vertical,, misalnya lempung pasiran.
4. Akuiflug (lapisan kedap air), yaitu lapisan batuan kedap air yang tidak
mampu mengandung dan meneruskan air, misalnya granit.
Menurut Sutrisno (2002), airtanah terbagi menjadi tiga jenis yaitu airtanah
dangkal, airtanah, dan mata air sebagai berikut :
2.2.1. Airtanah Dangkal
Air tanah dangkal merupakan air yang berasal dari air hujan yang terletak tidak
jauh dari permukaan tanah serta berada diatas lapisan kedap air. Airtanah dangkal
terbentuk karna adanya proses peresapan air dari permukaan tanah. Proses
terbentuknya airtanah dangkal ini berawal dari air permukaan yang masuk atau
meresap ke dalam tanah melalui lapisan-lapisan tanah. Air ini akan terkumpul pada
suatu tempat atau lapisan yang rapat air. Airtanah ini dimanfaatkan sebagai sumber air
minum maupun air bersih melalui sumur dangkal (biasanya air ini terkumpulpada
kedalaman 15 m). Airtanah dangkal mempunyai kualitas cukup baik sebagai sumber
air minum, akan tetapi dari segi kuantitasnya kurang cukup karna tergantung pada
musim (Totok Sutrisno, 2002).
Airtanah dalam merupakan air yang terdapat dibawah lapisan kedap air
(aquifer) pertama. Airtanah ini mempunyai sifat yang berlawanan dengan airtanah
dangkal dimana fluktuasinya relative kecil. Kualitas air tidak tergantung pada kegiatan
lingkungan di atasnya. Pengambilan airtanah dalam harus menggunakan bor dan
memasukkan pipa kedalamnya hingga mencapai kedalaman tertenty (100 - 300 meter).
Kualitas airtanah dalam pada umumnya lebih bagus daripada airtanah dangkal, karena
penyaringannya lebih sempurna dan terbebas dari bakteri (Totok Sutrisno, 2002).
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 416 tahun 1990 dan PerMenKes Nomor
492 tahun 2010 tentang persyaratan kualitas air minum menyatakan bahwa air yang
layak di konsumsi dan digunkaan dalam kehidupan sehari-hari adalah air yang
mempunyai kualitas yang baik sebagai sumber air minum maupun air bersih, antara
lain harus memenuhi persyaratan secara fisik, tidak berbau, tidak berasa, tidak keruh,
serta tidak berwarna. Adapun sifat-sifat air secara fisik dapat dipengaruhi oleh berbagai
faktor yaitu sebagai berikut :
1) Warna
Warna didalam air terbagi dua, yakni warna semu (apparent color) adalah
warna yang disebabkan oleh partikel-partikel penyebab kekeruhan (tanah, pasir,
dan lain-lain), partikel halus besi, mangan, partikel-partikel mikroorganisme, warna
industri, dan lain-lain. Kedua adalah warna sejati (true color) adalah warna yang berasal
dari penguraian zat organik alami, yakni humus, lignin, tanin, dan asam organik
lainnya. Penghilangan warna secara teknik dapat dilakukan dengan berbagai cara,
diantaranya yaitu koagulasi, flokulasi, sedimentasi, filtrasi, oksidasi, reduksi,
bioremoval, terapan elektro. Tingkat zat warna air dapat diketahui melalui pemeriksaan
laboratorium dengan metode fotometrik. Untuk standar air bersih diharapkan zat warna
≤ 50 TCU dan untuk standar air minum maksimum 15 TCU kandungan zat warna.
2) Rasa dan Bau
Rasa dan bau biasanya terjadi secara bersamaan dan biasanya disebabkan oleh
adanya bahan-bahan organik yang membusuk, tipe-tipe tertentu organisme
mikroskopik, serta persenyawaan-persenyawaan kimia seperti phenol. Banyak yang
dapat mempengaruhi rasa dan bau pada airtanah. Intensitas bau dilaporkan sebagai
perbandingan terbalik dengan ratio pencemaean bau sampai pada keadaan nyata yang
tidak berbau. WHO dan U.S. Public Health Service menetapkan persyaratan air minum
standar yang menyangkut rasa dan bau, bahwa dalam air yang dikonsumsi tidak boleh
berbau dan berasa yang tidak diinginkan (Totok Sutrisno,2002).
3) Suhu
Suhu air dipengaruhi oleh musim, lintang, ketinggian dari permukaan laut,
waktu, sirkulasi udara, penutupan awan dan aliran serta kedalaman dari badan air.
Perubahan suhu dapat mempengaruhi proses fisika, kimia, dan biologi badan air. Suhu
biasanya dinyatan dengan derajat Celcius (°C) atau derajat Farenhait ( °F )( Hefni,
Effendi 2000:50). Temperatur air yang diingankan adalah ±3°C suhu udara
disekitarnya yang dapat memberikan rasa segar. Temperatur atau suhu air dapat diukur
menggunakan thermometer air.
4) Zat Padat Terlarut (TDS)
TDS merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam menentukan
kelayakan air untuk dikonsumsi. TDS atau Total Padatan Terlarut yaitu bahan-bahan
terlarut dan koloid yang berupa senyawa-senyawa kimia dan bahan-bahan lain yang
tidak tersaring pada kertas saring berdiameter 0.45 µm (Effendi, 2003). TDS terdapat
di dalam air sebagai hasil reaksi dari zat padat, cair dan gas di dalam air yang dapat
berupa senyawa organik maupun anorganik. Substansi anorganik berasal dari mineral,
logam dan gas yang terbawa masuk ke dalam air setelah kontak dengan materi pada
permukaan dan tanah. Materi organik dapat berasal dari hasil penguraian vegetasi,
senyawa organik dan gas-gas anorganik yang terlarut. TDS biasanya disebabkan oleh
bahan anorganik berupa ion-ion yang terdapat di perairan.
Menurut Permenkes No.492/Menkes/Per/IV/2010 tentang persyaratan kualitas
air minum, kadar TDS yang diperbolehkan adalah 500 mg/l. Air yang mengandung
TDS tinggi sangat tidak baik untuk kesehatan manusia. Mineral dalam air tidak hilang
dengan cara direbus. Bila terlalu banyak mineral anorganik di dalam tubuh dan tidak
dikeluarkan, maka seiring berjalannya waktu akan mengendap di dalam tubuh yang
berakibat tersumbatnya bagian tubuh dan akan menimbulkan penyakit. Berikut
klasifikasi airtanah berdasarkan parameter TDS (Tabel 2.1).
Tabel 2.1. Nilai TDS untuk Berbagai Jenis Air (Freeze and Cherry,1979)
Segar 0 - 1000
Tabel 2.3 Standar Baku Mutu Kualitas Air Tanah Berdasarkan Peraturan Menteri
Suhu 26°C – 30 °C
Air bersih yang baik adalah air yang tidak tercemar secara berlebihan oleh zat –
zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan antara lain : pH, Ion Klorida (Cl), Ion
Bikarbonat (HCO3).
1) pH
pH adalah ukuran konsentrasi ion hidrogen dari larutan. Pengukuran pH akan
mengungkapkan jika larutan bersifat asam atau alkali (basa). Jika larutan tersebut
memiliki jumlah molekul asam dan basa yang sama, pH dianggap netral. Nilai pH
berkisar antara 0 – 14 dimana pH dibawah 7 bersifat asam, pH diatas 7 bersifat basa
dan nilai pH 7 adalah netral. Air minum sebaiknya memiliki pH netral, tidak asam atau
basa untuk mencegah terjadinya pelarutan logam berat dan korosi jaringan distribusi
air minum. pH standar dengan nilai 6.5 – 8.2 merupakan kondisi optimum untuk
makhuk hidup karena pH yang terlalu asam atau terlalu basa akan mematikan makhuk
hidup (Rahayu et al., 2009).
Tabel 2.4 Klasifikasi Nilai pH Dalam Airtanah(Jankawski,2001)
Nilai pH Klasifikasi
<5 Asam
7 Netral
>9 Basa
Ion Bikarbonat (HCO3), karbonat (CO3-) dan kalsium (Ca2+) merupakan ion yang
dominan dalam airtanah tawar. El Moujabber et al. (2006) menyatakan bahwa airtanah
dalam kondisi fresh atau segar memiliki kecenderungan ion bikarbonat yang besar
sehingga dengan analisis Cl dan HCO3 nantinya akan didapatkan perbandingan antara
keduanya dan hasil perbandingan tersebut dapat digunakan untuk mengetahui besaran
pengaruh intrusi air laut terhadap kondisi airtanah. Klasifikasi tersebut dapat dilihat
pada Tabel 2.5 berikut.
Tabel 2.5 Klasifikasi Besaran Pengaruh Intrusi Air Laut terhadap Kondisi Airtanah
(Purnama, 2010)
Intrusi air laut adalah proses penyusupan atau masuknya air laut dibawah
permukaan tanah melalui akuifer di daratan ataupun daerah pantai. Intrusi adalah
proses terdesaknya air bawah tanah tawar oleh air asin atau air laut di dalam akuifer
pada daerah pantai (Hendrayana,2002). Apabila keseimbangan hidrostatik antara air
bawah tanah tawar dan air bawah tanah asin di daerah pantai terganggu, maka akan
terjadi pergerakan air bawah tanah asin atau air laut ke arah darat dan terjadilah intrusi
air laut (Anonim, 2007).
Adanya intrusi air laut ini merupakan permasalahan pada pemanfaatan air
bawah tanah di daerah pantai, karna berakibat langsung pada mutu air bawah tanah.
Air bawah tanah yang sebelumnya layak digunakan untuk air minum dan air bersih ,
karena adanya intrusi air laut maka terjadi degradasi mutu sehingga tidak layak lagi
digunakan untuk air minum (Hendrayana,2002).
Adapun Penyebab intrusi air laut ini disebabkan oleh beberapa faktor dibawah
ini yaitu:
1. Kenaikan permukaan laut
2. Penurunan muka air bawah tanah atau bidang pisometrik di daerah pantai
3. Pemompaan air bawah tanah yang berlebihan di daerah pantai
4. Masuknya air laut ke daratan melalui sungai, kanal, saluran, rawa, ataupun
cekungan lainnya.
5. Penebangan pohon bakau, penggalian karang laut untuk dijadikan bahan
bangunan dan kerikil jalan. Pembuatan tambak udang dan ikan yang
memberikan peluang besar masuknya air laut jauh ke daratan (Sasanti, 2007).
Adapun hubungan pencampuran air asin dan air tawar dalam sebuah sumur
dapat terjadi dalam hal-hal berikut ini :
1. Dasar sumur terletak di bawah perbatasan antara air asin dan air tawar
2. Permukaan air dalam sumur selama pemompaan menjadi lebih rendah dari
permukaan air laut, sehingga daerah pengaruhnya mencapai tepi pantai
3. Keseimbangan perbatasan antara air asin dan air tawar tidak dapat dipertahan.
Perbatasan ini dapat naik secara abnormal yang disebabkan oleh penurunan
permukaan air di dalam sumur pemompaan.
Waktu pengambilan data dilakukan mulai dari pertengahan bulan Maret hingga
awal April tahun 2022. Daerah penelitian terletak di daerah Desa Bantan Air,
Kecamatan Bantan, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau dengan luas wilayah ±20 km.
4. Aquades, bahan yang digunakan untuk menetralkan kembali alat YSI- Pro
1030.
7. Tali Meteran, sebagai alat ukur kedalaman sumur gali dan muka airtanah.
Parameter fisika yang digunakan untuk menguji kualitas airtanah terdiri dari :
1) Warna
Pengukuran warna sampel airtanah pada penelitian ini menggunakan indra
penglihatan. Kualitas air yang baik menurut Permenkes adalah tidak berwarna
(bening).
2) Rasa
Pengukuran rasa sampel airtanah pada penelitian ini menggunakan indra
perasa. Kualitas air yang baik menurut Permenkes adalah tidak berasa.
3) Bau
Pengukuran bau sampel untuk menentukan kualitas airtanah dalam penelitian
ini adalah menggunakan indra penciuman. Kualitas air yang baik berdasarkan
Permenkes adalah tidak berbau.
4) Suhu
Pengukuran suhu untuk sampel airtanag dalam penelitian ini adalah
menggunakan alat YSI Pro. Kadar maksimum suhu air yang diperbolehkan
Permenkes adalah suhu udara ±3°C yaitu 26°C - 30°C.
5) Total Dissolve Solid (TDS)
Pengukuran TDS untuk sampel airtanah dalam penelitian ini menggunakan alat
YSI Pro. Kualitas air yang baik berdasarkan Permenkes adalah 500 mg/I.
6) Daya Hantar Listrik (DHL)
Pengukuran DHL untuk sampel airtanah dalam penelitian ini juga
menggunakan alat YSI Pro.
3.4.2. Parameter Kimia
Parameter kimia yang digunakan untuk menguji kualitas airtanah terdiri dari :
1. pH
Pengukuran pH untuk sampel airtanah dalam penelitian ini menggunakan alat
YSI Pro. Nilai maksimum pH air yang diperbolehkan Permenkes adalah 6.5 –
8.5.
2. Klorida (Cl)
Prosedur penetapan kadar klorida (Cl) dalam airtanah dilakukan di
Laboratorium Kualitas Air Institut Teknologi Bandung dengan metode titrasi
berdasarkan acuan Standart Methods for The Examination of Water And
Wastewater 23nd Edition 2017 (ALPHA) dan Standar Nasional Indonesia
Tahun 2004 (SNI).
3. Bikarbonat (HCO3)
Prosedur penetapan kadar bikarbonat (HCO3) dalam airtanah dilakukan di
Laboratorium Kualitas Air Institut Teknologi Bandung dengan metode titrasi
berdasarkan acuan Standart Methods for The Examination of Water And
Wastewater 23nd Edition 2017 (ALPHA) dan Standar Nasional Indonesia
Tahun 2004 (SNI).
3.5. Tahap Penelitian
Dalam melakukan penelitian tugas akhir perlu adanya rencana kerja yang
tersusun sebelum kelapangan, selama dilapangan, maupun setelah kembali
darilapangan. Rencana tersebut meliputi beberapa tahap, antara lain yaitu : tahap
persiapan, tahap penelitian lapangan, tahap analisis data dan tahap penyusunan laporan.
3.5.1. Tahap Persiapan
Gambar 3.9 Model Pengukuran Sumur Gali (Putra & Yuskar, 2016)
Keterangan gambar model pengukuran sumur gali yaitu sebagai berikut :
Tabel 3.1 Standar Baku Air Minum (Sumber: Keputusan Menteri RI No.
492/Menkes/Per/IV/2010)
4 Suhu 26°C – 30 °C
5 TDS YSI-Pro 1030 500 mg/l
6 DHL
B. Parameter Kimia
Dimana :
Korelasi ini mempunyai nilai antara -1, 0, dan +1. Tanda + (plus) atau – (minus)
adalah penandaan arah dari hubungan variable tersebut. Jika tandanya + (plus) maka
hubungannya searah, artinya semakin tinggi nilai x semakin tinggi juga nilai y.
Sedangkan jika tandanya – (minus) maka hubungannya dua arah, artinya semakin
tinggi nilai x maka nilai y semakin rendah. Parameter untuk menyatakan besar kecilnya
korelasi adalah sebagai berikut (Sunandar, 2009) :
Apelo, C,A,J. & Postma. 1993. Geochemistry, Ground water and Pollution, Rotterdam,
Brook-field
Bastira, S.H., dkk. 2020. Kondisi Geologi Bawah Permukaan Berdasarkan Analisa
Geolistrik dan Perhitungan Neraca Air Pada Desa Perapat Tunggal dan Sekitarnya,
Pulau Bengkalis, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau. Jurnal Geosains dan
Teknologi 3 (3) : 116-128
Cahyadi, A.,dkk. 2017. Analisis Dampak Intrusi Air Laut terhadap Airtanah di Pulau
Karmono. & dkk Joko Cahyono. 1978. Pengantar Penentuan Kualitas Air, Serayu
Kausarian, H., Batara, B., & Putra, D. B. E. (2018). The Phenomena of Flood Caused
by the Seawater Tidal and its Solution for the Rapid-growth City: A case study in
Dumai City, Riau Province, Indonesia. Journal of Geoscience, Engineering,
Environment, and Technology, 3(1), 39–46.
https://doi.org/10.24273/jgeet.2018.3.01.1221
Mairizki, F., & Cahyaningsih, C. (2016). Ground Water Quality Analysis in the Coastal
Kashef, A.I. 1986. Groundwater Engineering. Mc Graw-Hill Book Co. Inc. New York.
Putra, D B E., Yuskar, Y ., Kausarian, K., Yaacob, W Z W., Hadian M S D., 2019.
Putra, D B E. Yuskar, Y., Kausarian, K., Yaacob, W Z W., Datta B., Harnum W P D.,
Shahnaz N.,B., dkk. 2020. Kondisi Geologi Bawah Permukaan Berdasarkan Analisa
Geolistrik dan Perhitungan Neraca Air Pada Desa Perapat Tunggal dan Sekitarnya,
Pulau Bengkalis, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau. Jurnal Geosains dan
Teknologi, 3 (3) : 116-128.
Suryadi, A., Putra, D. B. E., Kausarian, H., Prayitno, B., & Fahlepi, R. (2018).
Sutrisno, Totok et al. 2002. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta. Rineka Cipta
Tika.
Todd, D.K. 1980. Groundwater Hydrology. New York: Jhon Wiley and Sons.
WHO. 2006. Pedoman Kualitas Air Minum. Jenewa: Organisasi Kesehatan Dunia.