Anda di halaman 1dari 29

PEMETAAN KUALITAS FISIKA - KIMIA AIRTANAH

DANGKAL DAN PREDIKSI INTRUSI AIR LAUT DI DESA


BANTAN AIR, KECAMATAN BANTAN, KABUPATEN
BENGKALIS, PROVINSI RIAU

PROPOSAL TUGAS AKHIR

Oleh :

AINUN

NPM : 183610420

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS ISLAM RIAU

PEKANBARU

2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Air merupakan senyawa yang memiliki peran penting dalam mendukung segala
sisi kehidupan bagi makhluk hidup yang ada di permukaan bumi ini. Fungsi air tidak
dapat digantikan oleh senyawa lain. Penggunaan air yang utama dan sangat vital bagi
kehidupan adalah sebagai air minum (Slamet,2007). Kekurangan ketersediaan air
bersih dapat mengakibatkan berbagai macam dampak merugikan terhadap masalah
kesehatan dan lingkungan, maka air perlu dilindungi agar dapat tetap bermanfaat bagi
kehidupan manusia serta mahluk hidup lainnya. Air memiliki peran yang sangat
strategis dan harus tetap tersedia dan lestari, sehingga mampu mendukung kehidupan
dan pelaksanaan pembangunan di masa kini maupun di masa mendatang. Tanpa adanya
air maka kehidupan tidak akan dapat berjalan.
Jumlah air yang terdapat di muka bumi ini relatif konstan, meskipun air
mengalami pergerakan arus, tersirkulasi karena pengaruh cuaca dan juga mengalami
perubahan bentuk. Sirkulasi dan perubahan bentuk tersebut antara lain melalui air
permukaan yang berubah menjadi uap (evaporasi), air yang mengikuti sirkulasi dalam
tubuh tanaman (transpirasi) dan air yang mengikuti sirkulasi dalam tubuh manusia dan
hewan (respirasi). Air yang menguap akan terkumpul menjadi awan kemudian jatuh
sebagai air hujan. Air hujan ada yang langsung bergabung di permukaan, ada pula yang
meresap masuk ke dalam celah batuan dalam tanah, sehingga menjadi air tanah. Air
tanah dangkal akan diambil oleh tanaman, sedangkan air tanah dalam akan keluar
sebagai mata air. Sirkulasi dan perubahan fisis akan berlangsung terus sampai akhir
zaman (ROSS, 1970).
Keberadaan airtanah sebagai sumber air minum dan air bersih sudah seharusnya
tersedia, tidak hanya dalam kuantitas yang memadai tetapi juga harus dalam kualitas
yang baik. Seperti hal nya di desa Bantan Air, Kecamatan Bantan, Kabupaten
Bengkalis, Provinsi Riau, airtanah dijadikan sebagai salah satu kebutuhan pokok untuk
melanjutkan kelangsungan hidup, mulai dari pemenuhan kebutuhan sehari-hari seperti
memasak, minum, mandi, mencuci sampai untuk mengairi tumbuhan. Air yang
digunakan untuk minum dan air bersih harus memenuhi syarat atau baku mutu kualitas
air berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No.492/MENKES/PER/IV/2010.
Desa Bantan Air secara geografis terletak tidak jauh dari pesisir pantai yang
berbatasan dengan Selat Melaka. Selain permasalahan ketersediaan air bersih, desa ini
juga memiliki masalah kualitas air tanah yang kurang baik. Desa yang terletak di Pulau
Bengkalis ini memiliki kondisi hidrologi daerah rawa, sehingga kondisi air tanah
berkemungkinan mengalami kontaminasi akibat intrusi air laut. Untuk itu perlu dilihat
kualitas airtanah pada daerah ini.
Sehubungan dengan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, menarik
peneliti untuk melakukan penelitian mengenai kualitas airtanah didaerah penelitian.
Oleh karena itu, peneliti mengambil judul penelitian : “Pemetaan Kualitas Fisika-
Kimia Airtanah Dangkal Dan Prediksi Intrusi Air Laut Di Desa Bantan Air,
Kecamatan Bantan, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau”.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Bagaimana sebaran dan arah aliran airtanah dangkal didaerah penelitian?
2. Bagaimana kelayakan kualitas airtanah dangkal di daerah penelitian
berdasarkan parameter fisika (rasa,warna,bau,suhu,TDS,dan DHL)?
3. Bagaimana kelayakan kualitas airtanah dangkal di daerah penelitian
berdasarkan parameter kimia (pH, Cl, dan HCO3)?
4. Bagaimana zonasi pemetaan penyebaran kualitas airtanah dangkal berdasarkan
nilai parameter fisika dan kimia di daerah penelitian?
5. Bagaimana pengaruh intrusi air laut terhadap airtanah dangkal di daerah
penelitian?
1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud dari penelitian ini adalah untuk menyelesaikan Tugas Akhir dan
mendapatkan gelar sarjana di Program Studi Teknik Geologi Fakultas Teknik
Universitas Islam Riau.
Adapun tujuan penelitian mengenai kualitas airtanah dangkal dan prediksi
intrusi air laut di Desa Bantan Air, Kecamatan Bantan, Kabupaten Bengkalis, Provinsi
Riau ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui sebaran dan arah aliran airtanah dangkal didaerah penelitian
2. Untuk mengetahui kelayakan kualitas airtanah dangkal di daerah penelitian
berdasarkan parameter fisika (rasa,warna,bau,suhu,TDS,dan DHL)
3. Untuk mengetahui kelayakan kualitas airtanah dangkal di daerah penelitian
berdasarkan parameter kimia (pH, Cl, dan HCO3)
4. Untuk mengetahui zonasi pemetaan penyebaran kualitas airtanah dangkal
berdasarkan nilai parameter fisika dan kimia di daerah penelitian
5. Untuk mengetahui pengaruh intrusi air laut terhadap airtanah dangkal di daerah
penelitian
1.4. Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini yaitu adanya pembatasan lokasi
penelitian, penelitian ini dilakukan di Desa Bantan Air, Kecamatan Bantan, Kabupaten
Bengkalis, Provinsi Riau dengan luas wilayah ± 20 km. Sampel airtanah diambil dari
sumur gali. Analisis parameter fisika (rasa,warna,bau,suhu,TDS,dan DHL) dilakukan
pada semua sampel airtanah sumur gali dan analisis parameter kimia (pH, Cl, dan
HCO3) juga dilakukan pada semua sampel airtanah sumur gali. Kelayakan airtanah
dangkal berdasarkan Permenkes No.492/MENKES/PER/IV/2010.
1.5. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut :
1.5.1. Bagi Keilmuan
1. Mengetahui kualitas airtanah dan intrusi air laut di Desa Bantan Air,
Kecamatan Bantan,Kabupaten Bengkalis.
2. Menambah pengetahuan bagi para pembaca mengenai ilmu hidrologi
1.5.2. Bagi Pemerintah dan Masyarakat
1. Menambah data tentang kualitas airtanah dan kondisi intrusi air laut di Desa
Bantan Air Pulau Bengkalis dengan pembuatan peta kualitas airtanah dan
peta zonasi intrusi air laut.
2. Memberikan informasi bagi masyarakat daerah pesisir Pulau Bengkalis
mengenai sebaran intrusi air laut sehingga dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan bagi pemerintah setempat untuk melakukan tindakan
penanganan kontaminasi intrusi air laut terhadap airtanah dangkal di daerah
pesisir Pulau Bengkalis.
1.6. Lokasi Daerah Penelitian
Desa Bantan Air merupakan salah satu desa di Pulau Bengkalis yang terletak di
Kecamatan Bantan, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau. Secara geografis, daerah
penelitian terletak pada koordinat 102° 15' 38.12” BT - 102° 16' 38.12"BT dan 1° 29'
35.31" LU - 0° 30' 35.31" LU. Daerah penelitian ini berjarak lebih kurang 224 Km atau
sekitar 6 jam perjalanan dari kota Pekanbaru menggunakan transportasi darat lalu
menyeberang menggunakan kapal ke pulau Bengkalis. Secara administratif, daerah
penelitian memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :
a. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Teluk Papal dan Selat Malaka
b. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Bantan Tengah
c. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Bantan Tengah
d. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Bantan Sari

Gambar 1.1 Peta Administrasi Desa Bantan Air, Kecamatan Bantan, Kabupaten
Bengkalis, Provinsi Riau (SHP Indonesia Desa Info Geospasial)
1.7. Jadwal Penelitian
Kegiatan penelitian dilaksanakan mulai bulan Februari - Juli 2022. Adapun
jadwal penelitian dapat dilihat pada (Tabel 1.1).

Tabel 1.1 Tahapan Penelitian


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Geologi dan Stratigrafi Regional Daerah Penelitian

Berdasarkan Cameron, N.R et al.,1982 daerah penelitian merupakan bagian dari


Cekungan Sumatera Tengah yang terdiri dari satu formasi endapan permukaan tua
(Qp). Litologi pada Formasi Qp merupakan batuan sedimen dan metasedimen yang
terdiri dari lempung, lanau, kerikil lempungan, sisa tumbuhan, dan pasir bersifat asam.
Peta Geologi Daerah Penelitian dapat dilihat pada (Gambar 2.1) dibawah ini.

Gambar 2.1 Geologi Regional Daerah Penelitian (Cameron, W. Kartawa &


Thompson, 1982).

Pada daerah penelitian memiliki karakteristik endapan Alluvium lanau – lempung


secara umum memiliki warna abu-abu kehitaman. Endapan Alluvium menunjukkan
sebagian besar memiliki mineral lempung dibandingkan dengan mineral kuarsa.
Endapan gambut memiliki komposisi berupa akar-akar tumbuhan yang berserabut.
Butiran Alluvium didominasi dengan lempung-lanau dan pasir yang terendapkan
secara perselingan. Butiran lempung, lanau, dan pasir masih endapan alluvium yang
belum terpadatkan dan belum terlitifikasi (Bastira dkk, 2020).

2.2. Airtanah
Undang Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
mendefinisikan Air tanah adaIah air yang terdapat dalam Iapisan tanah atau batuan di
bawah permukaan tanah. Sedangkan menurut Asdak (2002) Air tanah adalah segala
bentuk aliran air hujan yang mengalir di bawah permukaan tanah sebagai akibat
struktur perlapisan geologi, beda potensi kelembaban tanah, dan gaya gravitasi bumi.
Air bawah permukaan tersebut biasa dikenal dengan air tanah. Lapisan yang mudah
dilalui oleh airtanah disebut lapisan permeable (seperti lapisan yang terdapat pada pasir
atau kerikil), sedangkan lapisan yang sulit dilalui airtanah disebut lapisan impermeable
(seperti lapisan lempung). Lapisan yang dapat menangkap dan meloloskan air disebut
akuifer.
Menurut Supirin (2004), kecenderungan memilih airtanah sebagai sumber air
bersih, dibanding air permukaan, mempunyai keuntungan seperti tersedia dekat dengan
tempat yang memerlukan sehingga kebutuhan bangunan pembawa/distribusi lebih
murah, produksi sumur biasanya relatif stabil, lebih bersih dari bahan cemaran
(polutan) permukaan, kualitasnya lebih seragam, bersih dari kekeruhan, bakteri,lumut,
atau tumbuhan dan binatang air.
Kadar air dalam tanah bervariasi antara batas-batas yang luas. Air mengalami
suatu daur yang disebut Siklus Hidrologi. Air hujan yang jatuh ke permukaan tanah
sebagian akan masuk ke dalam tanah melalui proses infiltrasi membentuk cadangan
airtanah. Cadangan airtanah dikenal sebagai lapisan air atau akuifer. Faktor lain yang
mempengaruhi airtanah adalah kondisi litologi (batuan) dan geologi setempat.
Berdasarkan atas sikap batuan terhadap air, dikenal adanya beberapa
karakteristik batuan sebagai berikut :
1. Akuifer (lapisan pembawa air), yaitu lapisan batuan jenuh air dibawah
permukaan tanah yang dapat menyimpan dan meneruskan air dalam jumlah
yang cukup dan ekonomis, misalnya pasir.
2. Akuiklud (lapisan batuan kedap air), yaitu lapisan batuan jenuh air yang
mengandung air tetapi tidak mampu meneruskannya dalam jumlah yang
cukup, misalnya lempung.
3. Akuitard (lapisan batuan lambat air), yaitu lapisan batuan yang sedikit lulus
air dan tidak mampu melepaskan air dalam arah mendatar, tetapi mampu
melepaskan air cukup berarti kea rah vertical,, misalnya lempung pasiran.
4. Akuiflug (lapisan kedap air), yaitu lapisan batuan kedap air yang tidak
mampu mengandung dan meneruskan air, misalnya granit.
Menurut Sutrisno (2002), airtanah terbagi menjadi tiga jenis yaitu airtanah
dangkal, airtanah, dan mata air sebagai berikut :
2.2.1. Airtanah Dangkal

Air tanah dangkal merupakan air yang berasal dari air hujan yang terletak tidak
jauh dari permukaan tanah serta berada diatas lapisan kedap air. Airtanah dangkal
terbentuk karna adanya proses peresapan air dari permukaan tanah. Proses
terbentuknya airtanah dangkal ini berawal dari air permukaan yang masuk atau
meresap ke dalam tanah melalui lapisan-lapisan tanah. Air ini akan terkumpul pada
suatu tempat atau lapisan yang rapat air. Airtanah ini dimanfaatkan sebagai sumber air
minum maupun air bersih melalui sumur dangkal (biasanya air ini terkumpulpada
kedalaman 15 m). Airtanah dangkal mempunyai kualitas cukup baik sebagai sumber
air minum, akan tetapi dari segi kuantitasnya kurang cukup karna tergantung pada
musim (Totok Sutrisno, 2002).

2.2.2. Airtanah Dalam

Airtanah dalam merupakan air yang terdapat dibawah lapisan kedap air
(aquifer) pertama. Airtanah ini mempunyai sifat yang berlawanan dengan airtanah
dangkal dimana fluktuasinya relative kecil. Kualitas air tidak tergantung pada kegiatan
lingkungan di atasnya. Pengambilan airtanah dalam harus menggunakan bor dan
memasukkan pipa kedalamnya hingga mencapai kedalaman tertenty (100 - 300 meter).
Kualitas airtanah dalam pada umumnya lebih bagus daripada airtanah dangkal, karena
penyaringannya lebih sempurna dan terbebas dari bakteri (Totok Sutrisno, 2002).

2.2.3. Mata Air


Mata air bisa terjadi karena air permukaan meresap ke dalam tanah dan menjadi
airtanah. Mata air adalah air yang keluar dengan sendirinya ke permukaan tanah.
Kuantitas mata air yang keluar dari dalam tanah hamper tidak terpengaruh musim,
kualitasnya juga hamper sama dengan airtanah dalam (Totok Sutrisno, 2002).
2.3. Sumur Gali
Sumur gali adalah kontruksi sumur yang paling umum dan meluas
dipergunakan untuk mengambil airtanah bagi masyarakat kecil dan rumah-rumah
perorangan sebagai air minum dengan kedalaman 7-10 meter dari permukaan tanah.
Umumnya rembesan berasal dari tempat sumur itu sendiri, baik karena lantainya
maupun saluran air limbahnya yang tidak kedap air. Keadaan kontruksi dan cara
pengambilan air sumur dapat merupakan sumber kontaminasi. Sumur dianggap
mempunyai tingkat sanitasi yang baik, bila tidak terdapat kontak lansung antara
manusia dengan air di dalam sumur (Depkes RI,1985).
Menurut Waluyo (2009) keberadaan sumber air harus dilindungi dari aktivitas
manusia ataupun hal lain yang dapat mencemari air. Sumber air ini harus memiliki
tempat dan kontruksi yang terlindungi dari drainase permukaan dan banjir. Bila sarana
air bersih ini dibuat dengan memenuhi persyaratan kesehatan, maka diharapkan
pencemaran dapat dikurangi, sehingga kualitas air yang diperoleh menjadi lebih baik.
Dari segi kesehatan, penggunaan sumur gali ini kurang baik bila cara
pembuatannya tidak benar-benar diperhatikan, tetapi untuk memperkecil kemungkinan
terjadinya pencemaran dapat diupayakan pencegahannya. Pencegahan-pencegahan ini
dapat dipenuhi dengan memperhatikan syarat-syarat fisik dari sumur tersebut yang
didasarkan atas kesimpulan dari pendapat beberapa pakar dibidang ini, diantaranya
lokasi sumur tidak kurang dari 10 meter dari sumber pencemar, lantai sumur sekurang-
kurang berdiameter 1 meter jaraknya dari dinding sumur dan kedap air, saluran
pembuangan air limbah minimal 10 meter dan permanen, tinggi bibir sumur 0,8 meter,
memiliki cincin (dinding) sumur minimal 3 meter dan memiliki tutup sumur yang kuat
dan rapat (Indan,2000).
2.4. Kualitas Air Tanah

Kualitas air adalah karakteristik mutu yang dibutuhkan untuk pemanfaatan


tertentu dari sumber-sumber air. Kualitas air juga merupakan istilah yang
menggambarkan kesesuaian atau kecocokan air untuk penggunaan tertentu, seperti air
minum, perikanan, pengairan atau irigasi, industri, rekreasi dan sebagainya (Kenjibriel,
2015). Kondisi kualitas air di setiap tempat berbeda dari satu tempat dengan tempat
lain. Kondisi kualitas air dipengaruhi oleh faktor alami dan faktor non-alami. Faktor
alami meliputi iklim, batuan/geologi, waktu dan vegetasi. Sedangkan faktor non-alami
meliputi manusia.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.492/Menkes/Per/IV/2010, yang membedakan antara kualitas air bersih dan air
minum adalah standar kualitas setiap parameter fisik, kimia, biologis dan radiologis
maksimum yang diperbolehkan.
2.4.1. Parameter Syarat Fisika

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 416 tahun 1990 dan PerMenKes Nomor
492 tahun 2010 tentang persyaratan kualitas air minum menyatakan bahwa air yang
layak di konsumsi dan digunkaan dalam kehidupan sehari-hari adalah air yang
mempunyai kualitas yang baik sebagai sumber air minum maupun air bersih, antara
lain harus memenuhi persyaratan secara fisik, tidak berbau, tidak berasa, tidak keruh,
serta tidak berwarna. Adapun sifat-sifat air secara fisik dapat dipengaruhi oleh berbagai
faktor yaitu sebagai berikut :

1) Warna
Warna didalam air terbagi dua, yakni warna semu (apparent color) adalah
warna yang disebabkan oleh partikel-partikel penyebab kekeruhan (tanah, pasir,
dan lain-lain), partikel halus besi, mangan, partikel-partikel mikroorganisme, warna
industri, dan lain-lain. Kedua adalah warna sejati (true color) adalah warna yang berasal
dari penguraian zat organik alami, yakni humus, lignin, tanin, dan asam organik
lainnya. Penghilangan warna secara teknik dapat dilakukan dengan berbagai cara,
diantaranya yaitu koagulasi, flokulasi, sedimentasi, filtrasi, oksidasi, reduksi,
bioremoval, terapan elektro. Tingkat zat warna air dapat diketahui melalui pemeriksaan
laboratorium dengan metode fotometrik. Untuk standar air bersih diharapkan zat warna
≤ 50 TCU dan untuk standar air minum maksimum 15 TCU kandungan zat warna.
2) Rasa dan Bau
Rasa dan bau biasanya terjadi secara bersamaan dan biasanya disebabkan oleh
adanya bahan-bahan organik yang membusuk, tipe-tipe tertentu organisme
mikroskopik, serta persenyawaan-persenyawaan kimia seperti phenol. Banyak yang
dapat mempengaruhi rasa dan bau pada airtanah. Intensitas bau dilaporkan sebagai
perbandingan terbalik dengan ratio pencemaean bau sampai pada keadaan nyata yang
tidak berbau. WHO dan U.S. Public Health Service menetapkan persyaratan air minum
standar yang menyangkut rasa dan bau, bahwa dalam air yang dikonsumsi tidak boleh
berbau dan berasa yang tidak diinginkan (Totok Sutrisno,2002).
3) Suhu
Suhu air dipengaruhi oleh musim, lintang, ketinggian dari permukaan laut,
waktu, sirkulasi udara, penutupan awan dan aliran serta kedalaman dari badan air.
Perubahan suhu dapat mempengaruhi proses fisika, kimia, dan biologi badan air. Suhu
biasanya dinyatan dengan derajat Celcius (°C) atau derajat Farenhait ( °F )( Hefni,
Effendi 2000:50). Temperatur air yang diingankan adalah ±3°C suhu udara
disekitarnya yang dapat memberikan rasa segar. Temperatur atau suhu air dapat diukur
menggunakan thermometer air.
4) Zat Padat Terlarut (TDS)
TDS merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam menentukan
kelayakan air untuk dikonsumsi. TDS atau Total Padatan Terlarut yaitu bahan-bahan
terlarut dan koloid yang berupa senyawa-senyawa kimia dan bahan-bahan lain yang
tidak tersaring pada kertas saring berdiameter 0.45 µm (Effendi, 2003). TDS terdapat
di dalam air sebagai hasil reaksi dari zat padat, cair dan gas di dalam air yang dapat
berupa senyawa organik maupun anorganik. Substansi anorganik berasal dari mineral,
logam dan gas yang terbawa masuk ke dalam air setelah kontak dengan materi pada
permukaan dan tanah. Materi organik dapat berasal dari hasil penguraian vegetasi,
senyawa organik dan gas-gas anorganik yang terlarut. TDS biasanya disebabkan oleh
bahan anorganik berupa ion-ion yang terdapat di perairan.
Menurut Permenkes No.492/Menkes/Per/IV/2010 tentang persyaratan kualitas
air minum, kadar TDS yang diperbolehkan adalah 500 mg/l. Air yang mengandung
TDS tinggi sangat tidak baik untuk kesehatan manusia. Mineral dalam air tidak hilang
dengan cara direbus. Bila terlalu banyak mineral anorganik di dalam tubuh dan tidak
dikeluarkan, maka seiring berjalannya waktu akan mengendap di dalam tubuh yang
berakibat tersumbatnya bagian tubuh dan akan menimbulkan penyakit. Berikut
klasifikasi airtanah berdasarkan parameter TDS (Tabel 2.1).
Tabel 2.1. Nilai TDS untuk Berbagai Jenis Air (Freeze and Cherry,1979)

Kategori TDS mg/I

Segar 0 - 1000

Payau 1000 – 10.000

Air Asin 10.000 – 100.000

Air Garam >100.000

5) Daya Hantar Listrik (DHL)

Daya hantar listrik merupakan kemampuan suatu cairan untuk menghantarkan


arus listrik. Daya hantar listrik pada air merupakan ekspresi numerik yang
menunjukkan kemampuan suatu larutan untuk menghantarkan arus listrik. Oleh karena
itu, semakin banyak garam- garam terlarut yang dapat terionisasi, semakin tinggi pula
nilai konduktivitas. Besarnya nilai konduktivitas bergantung kepada kehadiran ion-ion
anorganik, valensi, suhu, serta konsentrasi total maupun relatifnya. Konduktivitas
dinyatakan dengan satuan p mhos/cm atau p Siemens/cm. Dalam analisa air, satuan
yang biasa digunakan adalah µmhos/cm. Air suling (aquades) memiliki nilai
konduktivitas sekitar 1 µmhos/cm, sedangkan perairan alami sekitar 20 – 1500
µmhos/cm (Effendi, 2003).

Tabel 2.2 Klasifikasi Air Berdasarkan Nilai DHL (Rhoades at al.,1992)

Kelas Nilai DHL (μS/cm)

Air Tawar <700

Airtanah Sedikit Asin 700 – 2.000

Airtanah Asin Tingkat Sedang 2.000 – 10.000

Airtanah Asin Tingkat Tinggi 10.000 – 20.000

Airtanah Asin Tingkat Sangat Tinggi 20.000 – 45.000


Air Laut >45.000

Tabel 2.3 Standar Baku Mutu Kualitas Air Tanah Berdasarkan Peraturan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia Permenkes No.492/Menkes/Per/IV/2010

Parameter Fisika Standar Baku Mutu

Rasa Tidak Berasa

Warna Tidak Berwarna

Bau Tidak Berbau

Suhu 26°C – 30 °C

TDS 500 mg/I

2.4.2. Parameter Syarat Kimia

Air bersih yang baik adalah air yang tidak tercemar secara berlebihan oleh zat –
zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan antara lain : pH, Ion Klorida (Cl), Ion
Bikarbonat (HCO3).

1) pH
pH adalah ukuran konsentrasi ion hidrogen dari larutan. Pengukuran pH akan
mengungkapkan jika larutan bersifat asam atau alkali (basa). Jika larutan tersebut
memiliki jumlah molekul asam dan basa yang sama, pH dianggap netral. Nilai pH
berkisar antara 0 – 14 dimana pH dibawah 7 bersifat asam, pH diatas 7 bersifat basa
dan nilai pH 7 adalah netral. Air minum sebaiknya memiliki pH netral, tidak asam atau
basa untuk mencegah terjadinya pelarutan logam berat dan korosi jaringan distribusi
air minum. pH standar dengan nilai 6.5 – 8.2 merupakan kondisi optimum untuk
makhuk hidup karena pH yang terlalu asam atau terlalu basa akan mematikan makhuk
hidup (Rahayu et al., 2009).
Tabel 2.4 Klasifikasi Nilai pH Dalam Airtanah(Jankawski,2001)
Nilai pH Klasifikasi

<5 Asam

5-7 Agak Asam

7 Netral

7-9 Agak Basa

>9 Basa

2) Ion Klorida (Cl)


Klorida adalah senyawa halogen klor (Cl). Kandungan ion klorida digunakan
untuk mengetahui pengaruh kontaminasi intrusi air laut. Hal ini dikarenakan
kandungan garam (NaCl) pada air laut terbentuk atas 39,2% sodium (Na) dan 60,7%
klorida (Cl) sehingga besaran nilai Cl ini dapat menggambarkan pengaruh besarnya
pengaruh intrusi air laut dalam airtanah. Kadar maksimum klorida yang diperbolehkan
dalam air bersih adalah 600 mg/l.
3) Ion Bikarbonat (HCO3)

Ion Bikarbonat (HCO3), karbonat (CO3-) dan kalsium (Ca2+) merupakan ion yang
dominan dalam airtanah tawar. El Moujabber et al. (2006) menyatakan bahwa airtanah
dalam kondisi fresh atau segar memiliki kecenderungan ion bikarbonat yang besar
sehingga dengan analisis Cl dan HCO3 nantinya akan didapatkan perbandingan antara
keduanya dan hasil perbandingan tersebut dapat digunakan untuk mengetahui besaran
pengaruh intrusi air laut terhadap kondisi airtanah. Klasifikasi tersebut dapat dilihat
pada Tabel 2.5 berikut.
Tabel 2.5 Klasifikasi Besaran Pengaruh Intrusi Air Laut terhadap Kondisi Airtanah
(Purnama, 2010)

Kelas Tingkat Keterangan Tingkat Pengaruh Nilai


Pengaruh Perbandingan
1 Tidak terdapat pengaruh air asin ≤ 0.05

2 Pengaruh air asin kecil 0.51 – 1.50

3 Pengaruh air asin sedang 1.50 – 3.00

4 Pengaruh air asin cukup besar 3.01 – 6.50

5 Pengaruh air asin besar 6.51 – 15.50

6 Pengaruh air asin cukup besar ≥ 15.50

4) Ion Natrium (Na)

Natrium melimpah dalam grup logam alkali.Pada batuan sedimen,natrium hadir


dalam mineral-mineral yang resisten sebagai semen. Air yang terjebak dalam sedimen
dan tersimpan dalam waktu yang lama akan mempunyai konsentrasi Na yang tinggi.

2.5. Intrusi Air Laut

Intrusi air laut adalah proses penyusupan atau masuknya air laut dibawah
permukaan tanah melalui akuifer di daratan ataupun daerah pantai. Intrusi adalah
proses terdesaknya air bawah tanah tawar oleh air asin atau air laut di dalam akuifer
pada daerah pantai (Hendrayana,2002). Apabila keseimbangan hidrostatik antara air
bawah tanah tawar dan air bawah tanah asin di daerah pantai terganggu, maka akan
terjadi pergerakan air bawah tanah asin atau air laut ke arah darat dan terjadilah intrusi
air laut (Anonim, 2007).
Adanya intrusi air laut ini merupakan permasalahan pada pemanfaatan air
bawah tanah di daerah pantai, karna berakibat langsung pada mutu air bawah tanah.
Air bawah tanah yang sebelumnya layak digunakan untuk air minum dan air bersih ,
karena adanya intrusi air laut maka terjadi degradasi mutu sehingga tidak layak lagi
digunakan untuk air minum (Hendrayana,2002).
Adapun Penyebab intrusi air laut ini disebabkan oleh beberapa faktor dibawah
ini yaitu:
1. Kenaikan permukaan laut
2. Penurunan muka air bawah tanah atau bidang pisometrik di daerah pantai
3. Pemompaan air bawah tanah yang berlebihan di daerah pantai
4. Masuknya air laut ke daratan melalui sungai, kanal, saluran, rawa, ataupun
cekungan lainnya.
5. Penebangan pohon bakau, penggalian karang laut untuk dijadikan bahan
bangunan dan kerikil jalan. Pembuatan tambak udang dan ikan yang
memberikan peluang besar masuknya air laut jauh ke daratan (Sasanti, 2007).

Adapun hubungan pencampuran air asin dan air tawar dalam sebuah sumur
dapat terjadi dalam hal-hal berikut ini :

1. Dasar sumur terletak di bawah perbatasan antara air asin dan air tawar
2. Permukaan air dalam sumur selama pemompaan menjadi lebih rendah dari
permukaan air laut, sehingga daerah pengaruhnya mencapai tepi pantai
3. Keseimbangan perbatasan antara air asin dan air tawar tidak dapat dipertahan.
Perbatasan ini dapat naik secara abnormal yang disebabkan oleh penurunan
permukaan air di dalam sumur pemompaan.

Gambar 2.2 Proses Terjadinya Intrusi Air Laut (Anonim,2010)


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Objek Penelitian


Pada pelaksanaan tugas akhir/skripsi ini yang menjadi objek penelitian adalah
sebagai berikut :
1. Kondisi level airtanah, meliputi unsur-unsur seperti topografi, ketinggian muka
airtanah, dan elevasi airtanah.
2. Kelayakan kualitas airtanah, untuk mempermudah penjelasan yang merujuk
kepada standar baku mutu Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No.492/MENKES/PER/IV/2010
3. Prediksi intrusi air laut dilihat dari nilai DHL airtanah dan besar perbandingan
kadar ion klorida dan ion bikarbonat dalam airtanah.
3.2. Waktu dan Tempat Daerah Penelitian

Waktu pengambilan data dilakukan mulai dari pertengahan bulan Maret hingga
awal April tahun 2022. Daerah penelitian terletak di daerah Desa Bantan Air,
Kecamatan Bantan, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau dengan luas wilayah ±20 km.

3.3. Peralatan yang Digunakan


Peralatan yang digunakan dalam pengambilan data dilapangan yaitu :
1. Peta topografi dasar daerah penelitian, hasil penyalinan sebagian peta SRTM
yang berfungsi mempermudah dalam melihat morfologi didaerah penelitan

Gambar 3.1 Peta Topografi


2. GPS (Global Positioning System), digunakan untuk memberikan informasi
posisi dan koordinat dalam pengambilan data.

Gambar 3.2 GPS


3. YSI-Pro 1030, sebuah alat yang berfungsi untuk mengukur parameter fisika dan
kimia dalam air.

Gambar 3.3 YSI

4. Aquades, bahan yang digunakan untuk menetralkan kembali alat YSI- Pro
1030.

Gambar 3.4 Aquades


5. Alat-alat tulis, yaitu meliputi clipboard pensil dan buku lapangan.

Gambar 3.5 Alat Tulis

6. Kamera, untuk mengambil foto sumur gali didaerah penelitian.

Gambar 3.6 Kamera

7. Tali Meteran, sebagai alat ukur kedalaman sumur gali dan muka airtanah.

Gambar 3.7 Meteran


8. Botol kosong 1.5 L , sebagai tempat sampel air.

Gambar 3.8 Botol 1.5 L

3.4. Metode Penelitian


3.4.1. Parameter Fisika

Parameter fisika yang digunakan untuk menguji kualitas airtanah terdiri dari :
1) Warna
Pengukuran warna sampel airtanah pada penelitian ini menggunakan indra
penglihatan. Kualitas air yang baik menurut Permenkes adalah tidak berwarna
(bening).
2) Rasa
Pengukuran rasa sampel airtanah pada penelitian ini menggunakan indra
perasa. Kualitas air yang baik menurut Permenkes adalah tidak berasa.
3) Bau
Pengukuran bau sampel untuk menentukan kualitas airtanah dalam penelitian
ini adalah menggunakan indra penciuman. Kualitas air yang baik berdasarkan
Permenkes adalah tidak berbau.
4) Suhu
Pengukuran suhu untuk sampel airtanag dalam penelitian ini adalah
menggunakan alat YSI Pro. Kadar maksimum suhu air yang diperbolehkan
Permenkes adalah suhu udara ±3°C yaitu 26°C - 30°C.
5) Total Dissolve Solid (TDS)
Pengukuran TDS untuk sampel airtanah dalam penelitian ini menggunakan alat
YSI Pro. Kualitas air yang baik berdasarkan Permenkes adalah 500 mg/I.
6) Daya Hantar Listrik (DHL)
Pengukuran DHL untuk sampel airtanah dalam penelitian ini juga
menggunakan alat YSI Pro.
3.4.2. Parameter Kimia
Parameter kimia yang digunakan untuk menguji kualitas airtanah terdiri dari :
1. pH
Pengukuran pH untuk sampel airtanah dalam penelitian ini menggunakan alat
YSI Pro. Nilai maksimum pH air yang diperbolehkan Permenkes adalah 6.5 –
8.5.
2. Klorida (Cl)
Prosedur penetapan kadar klorida (Cl) dalam airtanah dilakukan di
Laboratorium Kualitas Air Institut Teknologi Bandung dengan metode titrasi
berdasarkan acuan Standart Methods for The Examination of Water And
Wastewater 23nd Edition 2017 (ALPHA) dan Standar Nasional Indonesia
Tahun 2004 (SNI).
3. Bikarbonat (HCO3)
Prosedur penetapan kadar bikarbonat (HCO3) dalam airtanah dilakukan di
Laboratorium Kualitas Air Institut Teknologi Bandung dengan metode titrasi
berdasarkan acuan Standart Methods for The Examination of Water And
Wastewater 23nd Edition 2017 (ALPHA) dan Standar Nasional Indonesia
Tahun 2004 (SNI).
3.5. Tahap Penelitian

Dalam melakukan penelitian tugas akhir perlu adanya rencana kerja yang
tersusun sebelum kelapangan, selama dilapangan, maupun setelah kembali
darilapangan. Rencana tersebut meliputi beberapa tahap, antara lain yaitu : tahap
persiapan, tahap penelitian lapangan, tahap analisis data dan tahap penyusunan laporan.
3.5.1. Tahap Persiapan

Tahap penelitian lapangan bertujuan memperoleh data lapangan selengkapnya


sesuai dengan materi penelitian untuk dianalisa. Pada tahap ini dilakukan beberapa
pekerjaan yang dilakukan, meliputi sebagai berikut :
1) Pembuatan peta topografi daerah penelitian dan tematik daerah Desa Bantan
Tengah dengan skala 1 : 250.000.
2) Studi kepustakaan, yang dilakukan untuk memperoleh gambaran umum
mengenai keadaan kualitas airtanah disekitar daerah penelitian.
3) Penyusunan rencana kerja dilapangan dan perencanaan lintasan, dengan tujuan
dapat mengefektifkan waktu dan penelitian, serta kualitas data yang diperoleh.
4) Pengurusan perizinan, mulai dari tingkat Universitas Islam Riau hingga
pemerintah setempat.
3.5.2. Tahap Penelitian Lapangan
3.5.2.1. Pengukuran Muka Airtanah

Pengukuran muka airtanah dilakukan dengan cara mengukur sumur-sumur


yang ada didaerah penelitian, terutama sumur gali/cincin. Pemetaan sumur bertujuan
untuk mengetahui dan merekonstruksi kondisi akuifer airtanah dangkal. Pemetaan
zonasi airtanah bertujuan membuat peta persebaran airtanah dan informasi tentang
sumber airtanah. Sumursumur yang berada didaerah penelitian diukur dengan model
yang ditentukan dapat dilihat pada (Gambar 3.9) sebagai berikut :

Gambar 3.9 Model Pengukuran Sumur Gali (Putra & Yuskar, 2016)
Keterangan gambar model pengukuran sumur gali yaitu sebagai berikut :

a) Jarak bagian atas cincin sumur dan dasar sumur.


b) Jarak antara permukaan air dan dasar sumur.
c) Jarak antara bagian atas cincin sumur dengan air di dalam sumur.
d) Jarak antara bagian atas cincin dengan permukaan tanah.
e) Jarak antara permukaan tanah dengan permukaan air didalam sumur.
3.5.3. Tahap Analisis Data

Analisis data setiap sampel airtanah uji kualitasnya berdasarkan parameter


fisika dan kimia yang digunakan. Data konsentrasi parameter tiap sampel airtanah
inilah yang kemudian diolah untuk dianalisis baik itu secara deskriptif, grafis maupun
spasial. Analisis data penelitian untuk parameter fisik dilakukan secara langsung di
lapangan seperti warna, bau dan rasa menggunakan indera penglihatan, penciuman
dan pengecapan. Sementara untuk suhu,TDS dan DHL diukur dengan menggunakan
alat uji YSI-Pro 1030. Analisis parameter kimia dilakukan di Laboratorium dengan
menghitung konsentrasi setiap senyawa dan unsur. Pengukuran pH dilakukan dengan
menggunakan alat uji kualitas air YSI-Pro. Setelah analisis data penelitian dilakukan
kemudian dilakukan interpretasi data penelitian. Berikut ini parameter-parameter
yang digunakan oleh peneliti dapat dilihat pada (Tabel 3.1).

Tabel 3.1 Standar Baku Air Minum (Sumber: Keputusan Menteri RI No.
492/Menkes/Per/IV/2010)

No. Jenis Parameter Cara Pengujian Kadar Maksimum


Diperbolehkan
A. Parameter Fisik

1 Bau Penciuman Tidak Berbau

2 Warna Penglihatan Tidak Bewarna

3 Rasa Pengecapan Tidak Berasa

4 Suhu 26°C – 30 °C
5 TDS YSI-Pro 1030 500 mg/l

6 DHL

B. Parameter Kimia

1 pH YSI-Pro 1030 6.5-8.5 pH

2 Klorida (Cl) Tidak dipersyaratkan

3 Bikarbonat (HCO3) Analisis Tidak dipersyaratkan

4 Natrium (Na) Labratorium Tidak dipersyaratkan

3.5.3.1. Tahap Analisis Koefisien Korelasi dan Determinasi

Analisis statistic in mengkaitkan antara kualitas airtanah parameter nilai zat


pada terlarut (TDS) dan konduktivitas (DHL), dengan rumus sebagai berikut :

Dimana :

R = Koefisien korelasi X = Variabel bebas

N = Jumlah sample Y = Variabel terikat

Korelasi ini mempunyai nilai antara -1, 0, dan +1. Tanda + (plus) atau – (minus)
adalah penandaan arah dari hubungan variable tersebut. Jika tandanya + (plus) maka
hubungannya searah, artinya semakin tinggi nilai x semakin tinggi juga nilai y.
Sedangkan jika tandanya – (minus) maka hubungannya dua arah, artinya semakin
tinggi nilai x maka nilai y semakin rendah. Parameter untuk menyatakan besar kecilnya
korelasi adalah sebagai berikut (Sunandar, 2009) :

R 0.80 – 1.00 = hubungan sangat kuat

R 0.60 – 0.80 = hubungan kuat


R 0.40 – 0.60 = hubungan sedang

R 0.20 – 0.40 = hubungan lemah

R 0.00 – 0.20 = hubungan sangat lemah

3.6. Tahap Penyusunan Laporan

Sietelah peneliti melakukan pengolahan data, selanjutnya yaitu analisa setelah


data lapangan diolah supaya mempermudah penarikan kesimpulan, terdiri dari atas
analisa kualitas airtanah sumur gali/cincin berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No.492/MENKES/PER/IV/2010, ploting data ke aplikasi software
surfer untuk pembuatan peta. Setelah itu, dilakukan penulisan laporan penelitian yang
dimana semua data-data telah diolah dan disajikan dalam bentuk tulisan ilmiah.
Diagram alir penelitian dapat dilihat pada (Gambar 3.10).
Gambar 3.10 Diagram Alir Penelitian
DAFTAR PUSTAKA

Afrianita, R,Edwin,T.,Alawiyah,A.,2017. Analisis Intrusi Air Laut dengan Pengukuran


Pengukuran Total Dissolved Solids (TDS) Air Sumur Gali di Kecamatan Padang
Utara. Jurnal Teknik Lingkungan UNAND 14 (1) : 62-72.

Apelo, C,A,J. & Postma. 1993. Geochemistry, Ground water and Pollution, Rotterdam,

Brook-field

Breuck.W.D.1991.Hydrogeology of Salt Water Intrusion. A Selection of SWIM Papers

International Association of Hydrogeologists.

Bastira, S.H., dkk. 2020. Kondisi Geologi Bawah Permukaan Berdasarkan Analisa

Geolistrik dan Perhitungan Neraca Air Pada Desa Perapat Tunggal dan Sekitarnya,
Pulau Bengkalis, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau. Jurnal Geosains dan
Teknologi 3 (3) : 116-128

Cahyadi, A.,dkk. 2017. Analisis Dampak Intrusi Air Laut terhadap Airtanah di Pulau

Koral Pramuka, DKI Jakarta. Majalah Geografi Indonesia 31 (2) : 61-66.

Cahyaningsih, C. 2017. Hidrology Analysis and Rainwater Harversting Effectiveness

as an Alternative to Face Water Crisis in Bantan Tua Village Bengkalis District-


Riau. Journal of Dynamics, 1 (1).

Freeze & Cherry.1979. Groundwater Hydrology. Prentice-Hall

Karmono. & dkk Joko Cahyono. 1978. Pengantar Penentuan Kualitas Air, Serayu

valley Project NUFFIC, Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Kausarian, H., Batara, B., & Putra, D. B. E. (2018). The Phenomena of Flood Caused

by the Seawater Tidal and its Solution for the Rapid-growth City: A case study in
Dumai City, Riau Province, Indonesia. Journal of Geoscience, Engineering,
Environment, and Technology, 3(1), 39–46.
https://doi.org/10.24273/jgeet.2018.3.01.1221
Mairizki, F., & Cahyaningsih, C. (2016). Ground Water Quality Analysis in the Coastal

of Bengkalis City Using Geochemistry Approach. Journal of Dynamic, 1(2).

Kashef, A.I. 1986. Groundwater Engineering. Mc Graw-Hill Book Co. Inc. New York.

Permenkes No.492/Menkes/Per/IV/2010 Tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan

Kualitas Air Minum. Jakarta.

Putra, D B E., Yuskar, Y ., Kausarian, K., Yaacob, W Z W., Hadian M S D., 2019.

Saltwater Intrusion Zone Mapping on Shallow Groundwater Aquifer in Selat Baru,


Bengkalis Island, Indonesia. Journal of Geoscience Engineering Environment and
Technology.

Putra, D B E. Yuskar, Y., Kausarian, K., Yaacob, W Z W., Datta B., Harnum W P D.,

2020 Geochemistry of Groundwater and Saltwater Intrusion in a Coastal Region


of an Island in Malacca Strait, Indonesia. Environment Engineering and Research.

Shahnaz N.,B., dkk. 2020. Kondisi Geologi Bawah Permukaan Berdasarkan Analisa

Geolistrik dan Perhitungan Neraca Air Pada Desa Perapat Tunggal dan Sekitarnya,
Pulau Bengkalis, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau. Jurnal Geosains dan
Teknologi, 3 (3) : 116-128.

Suryadi, A., Putra, D. B. E., Kausarian, H., Prayitno, B., & Fahlepi, R. (2018).

Groundwater eploration using Vertical Electrical Sounding (VES) Method at Toro


Jaya, Langgam, Riau. Journal of Geoscience, Engineering, Environment, and
Technology, 3(4), 226-230.

Sutrisno, Totok et al. 2002. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta. Rineka Cipta

Tika.

Sutrisno. 2010. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta. Kencana.

Todd, D.K. 1980. Groundwater Hydrology. New York: Jhon Wiley and Sons.

WHO. 2006. Pedoman Kualitas Air Minum. Jenewa: Organisasi Kesehatan Dunia.

Anda mungkin juga menyukai