Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

PENYELIDIKAN AIR TANAH DAN NERACA AIR TANAH

Oleh:

DENI W.TAMPUBOLON

201963027

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK PERTAMBANGAN


JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK PERTAMBANGAN DAN PERMINYAKAN
UNIVERSITAS PAPUA
MANOKWARI
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya, sehingga penyusunan Makalah Penyelidikan Air Tanah Dan Neraca Air Tanah
ini dapat diselesaikan dengan baik.
Makalah penyelidikan air tanah dan neraca air tanah ini dimaksudkan sebagai tugas
pengganti kuliah pada mata kuliah Hidrogeologi pada program studi S1 Teknik
Pertambangan, Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan. Adapun tujuan makalah
penyelidikan air tanah dan neraca air tanah ini untuk mengetahui dan memahami ilmu
mengenai penyelidikan air tanah dan neraca air tanah.
Di kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih pada pihak-pihak terkait
praktikum yang telah memberikan dukungan moral dan bimbingannya kepada penulis.
Ucapan terimakasih ini penulis tujukan kepada Bapak Yulius Ganti Pangkung,ST.,M.Eng
selaku Dosen pengampu mata kuliah Hidrogeologi . Dan teman-teman S1 Teknik
Pertambangan angkatan 2019 yang telah memotivasi penulis dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu,penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar kedepannya
penyusunan laporan ini dapat lebih baik lagi. Penulis berharap semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.

Manokwari, 17 April 2021

Deni W.Tampubolon

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air sangat penting dalam kehidupan karena mahluk hidup tidak dapat hidup tanpa
adanya air. Jumlah penduduk yang semakin meningkat, membutukan jumlah air yang cukup.
Suatu daerah yang memiliki air terbatas sulit untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang
tinggi apalagi diwaktu musim kemarau. Air tanah merupakan salah satu sumber
akankebutuhan air bagi kehidupan makhluk di muka bumi (Halik dan Widodo, 2008). Air
tanah tersimpan dalam suatu wadah, yaitu formasi geologi yang jenuh air yang mempunyai
kemampuan untuk menyimpan dan meloloskan air dalam jumlah cukup dan ekonomis
(Sadjab dkk, 2012).

Air tanah merupakan salah satu sumber air yang dapat mendukung bagi kehidupan
makhluk di muka bumi. Air tanah adalah air yang terdapat dalam suatu lapisan tertentu di
dalam tanah. Air tanah terdapat dalam ruang antar butiran batuan ataupun rekahan batuan.
Ruang antar butir, rongga batuan serta rekahan pada batuan merupakan tempat untuk
menyimpan dan mengalirkan air dalam tanah. Air tanah dapat bergerak secara vertikal
maupun lateral yang dipengaruhi oleh keadaan morfologi, hidrologi, dan keadaan geologi
setempat. Pengaruh geologi antara lain adalah bentuk dan penyebaran besar butir, perbedaan
dan penyebaran lapisan batuan dan struktur geologi.

Penyelidikan air tanah sangat penting dilakukan untuk mencari alternatif tambahan
sumber air. Air tanah didefinisikan sebagai air yang terdapat di bawah permukaan bumi.
Salah satu sumber utamanya adalah air hujan yang meresap ke bawah lewat lubng pori di
antara butiran tanah. Air yang berkumpul di bawah permukaan bumi ini disebut akuifer.
Peranan air tanah semakin lama semakin penting karena air tanah menjadi sumber air utama
untuk memenuhi kebutuhan pokok hidup orang banyak. Sumber air tanah berasal dari air
yang ada di permukaan tanah (air hujan, danau, dan sebagainya) kemudian meresap ke dalam
tanah di daerah imbuhan (recharge area) dan mengalir menuju ke daerahlepasan (discharge
area). Aliran air tanah di dalam tanah dari daerah imbuhan ke daerah lepasan cukup lambat,
sampai ribuan tahun tergantung dari jarak dan jenis batuan yang dilalui (Sedana, 2015).

Beberapa metode penyelidikan permukaan tanah yang dapat dilakukan, diantaranya


adalah metode geologi, metode gravitasi, metode magnit, metode seismik, dan metode

1
geolistrik. Dari metode-metode tersebut, metode geolistrik merupakan metode yang banyak
sekali digunakan dan hasilnya cukup baik. Contoh penggunaan geolistrik dalam mencari atau
mengidentifikasi pencemaran air tanah seperti yang dilakukan oleh Lean Wijaya (2009) yang
telah menggunakan geolistrik untuk mengidentifikasi pencemaran air tanah di wilayah Jaten
Karanganyar. R. Haryoto Indriatmoko (2006) melakukan pendugaan potensi air tanah dengan
menggunakan geolistrik di wilayah pesisir untuk perencanaan pembangunan air bersih di
kabupaten Pasir, Kalimantan Timur dan Juandi (2008) juga menganilisis air bawah tanah
dengan menggunakan gelistrik di daerah Pekanbaru.

Dalam suatu lingkungan ekosistem, ketersediaan air sangat berperan. Konsep siklus
hidrologi lingkungan menyatakan bahwa jumlah air di suatu luasan tertentu di permukaan
bumi dipengaruhi oleh besarnya air yang masuk/menyerap dan keluar pada jangka waktu
tertentu. Neraca masukan dan keluaran air disuatu tempat dikenal sebagai neraca air. Karena
air bersifat dinamis maka nilai neraca air selalu berubah dari waktu ke waktu sehingga
disuatu tempat kemungkinan bisa terjadi kelebihan air ataupun kekurangan air.

1.2 Maksud dan Tujuan


Maksud dari penyusunan makalah ini adalah sebagai tugas pengganti kuliah pada mata
kuliah Hidrogeologi pada program studi S1 Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik
Pertambangan dan Perminyakan.

Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui perngertian penyelidikan air tanah

2. Mengetahui metode dalam penyelidikan air tanah

3. Mengetahui pengertian neraca air tanah

4. Mengetahui macam-macam jenis neraca air tanah

5. Mengetahui manfaat neraca air tanah

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Penyelidikan Air Tanah


Pengembangan sesumber airtanah merupakan suatu proses yang terdiri atas 3 (tiga)
phase utama, yaitu eksplorasi, evaluasi dan eksploitasi atau managemen. Permasalahanya
adalah mendapatkan suatu wilayah yang empunyai kandungan airtanah dalam jumlah yang
besar, kualitas yang baik, tidak terlampau dalam, tidak ada atau terbatas kemungkinan adanya
pencemaran. Untuk mendapatkan hasil tersebut maka tidak dapat dilakukan secara
sembarangan melainkan melalui tahapan-tahapan tertentu.

Tahapan di dalam melakukan penyelidikan airtanah yaitu diawali dengan penentuan


tujuan pengembangan airtanah yang jelas dan terperinci, misalnya pengembangan airtanah
atau irigasi, pengembangan airtanah untuk air minum atau untuk industri. Macam airtanah
yang dibutuhkan baik kuantita, kualitasnya, maupun proyeksi untuk masa mendatang yang
telah ditentukan. disamping penggunaan air atau airtanah pada sat ini, perkembangan
penduduk dan sebagainya. Setelah tujuan ditetapkan maka tahap-tahap untuk mencapai
tujuan tersebut adalah yang pertama, tahap persiapan yang disertai dengan peninjauan
lapangan (reconnaissance), tahap penyelidikan pendahuluan (prefeasibility), tahap
penyelidikan (studi kelayakan) atau feasibility. Evauasi dari hasil penyelidikan ini sudah
dapat ditentukan layak tidaknya dilakukan pengembangan airtanah. sebelum dilakukan
pengembangan airtanah secara beasr-besaran biasanya dilakukan terlebih dulu proyek
percontohan (pilot proyect), setelah itu baru dikembangkan secara penuh.

2.2 Macam-macam Penyelidikan Air Tanah


Secara umum penyelidikan airtanah dapat dibedakan menjadi dua, yaitu penyelidikan di
permukaan dan penyelidikan bawah permukaan. Penyelidikan di permukaan biasanya
dilakukan dahulu karena relatif lebih murah dibandingkan dengan penyelidikan bawah
permukaan. Skema macam penyelidikan airtanah seperti pada gambar .

3
Gambar 2.1 Skema Penyelidikan Air Tanah

2.2.1 Penyelidikan Permukaan

Penyelidikan permukaan dibedakan menjadi dua yaitu secara langsung dan secara tidak
langsung (pendugaan). Penyelidikan di permukaan secara langsung antara lain terdiri atas
penyelidikan geologi, geohidrologi, citra penginderaan jauh, hidrologi, geografi, pertanian
dan sebagainya. Penyelidikan ini terutama dilakukan pada tahap persiapan dan peninjauan
lapangan (reconnaissance). Sebelum dilakukan peninjauan lapangan harus sudah
dikumpulkan data mengenai bidang-bidang seperti tersebut di atas. Makin lengkap data yang
dpat dikumpulkan akan makin baik data analisis. evaluasi dan interpretasinya sehingga
memudahkan pelaksanaaan berikutnya dan peninjauan lapangan yang dilakukan hanya pada
tempat-tempat tertentu saja. Data geologi antara lain berupa peta geologi, dan keterangan-
keterangan kondisi geologi baik yang berupa kondisi geomorfologi, litologi, stratigrafi, dan
sebagainya. Data geohidrologi meliputi peta geohidrologi dan keterangan-keterangan
mengenai kuantitas, kualitas, nbaik airtanah dangkal maupun airtanah dalam, aliran tanah dan
sebagainya.

4
Data citra penginderaan jauh dapat mempercepat pelaksanaan penyelidikan. dari data
ini dapat untuk membedakan kondisi geologi, tanah, tumbuh-tumbuhan, penggunaan lahan,
bahkan dari foto geologi dapat untuk menentukan kondisi airtanah secara kasar, menentukan
daerah pengisian dan penglepasan, pola kekar dan sesar yang erat sekali hubunganaya dengan
porositas dan kelulusan air pada batuan. dengan mata air, rawa, tumbuh-tumbuhan tertentu
yang dapat diinterpretasikan dari foto udara tersebut menunjukkan adanya hubungan dengan
airtanah dangkal. Data hidrologi yang dikumpulkan meliputi antara lain data curah hujan
hidrometri, baik sungai mata air dan sebagainya, data peresapan, penguapan, iklim. data
geografi meliputi penggunaan tanah, penduduk dan sebagainya dan data pertanian meliputi
peta tanah, jenis dan luas sawah, hasil produksi pertanian, dan sebagainya. Pada penyelidikan
di permukaan secara langsung ini selain pengumpulan data dapat pula dilakukan pengukuran
atas pengamatan langsung di lapangan terutama untuk menambah data yang masih kurang
misalnya pemetaan, muka airtanah dangkal yang disertai dengan pengujian kualitas airtanah
yang utama misalnya daya hantar listrik, pH, dan beberapa unsur yang dianggap sangat
penting juga dapat pula disertai uji pompa pada sumur dangkal.

Penyelidikan di permukaan secara tidak langsung yaitu dengan pendugaan geofisika


dilakukan pada tahap penyelidikan pendahuluan maupun pada tahap studi kelayakan,
pendugaan geofisika yang dilakukan untuk keperluan penyelidikan airtanah adalah geolistrik
dan geodeismik. Geolistrik di sini lebih sering digunakan karena lebih praktis dan relatif lebih
murah. Dengan geolistrik dapat diukur harga tahanan jenis batan tergantung macam
materialnya, densitas, porositas, ukuran dan bentuk pori-pori batuan, kandungan air, kualitas
air, dan suhu. Dengan demikian tidak ada kepastian harga tahanan jenis untuk setiap macam
batuan. batuan beku dan batuan ubahan mempunyai harga tahanan jenis berkisar antara 102
sampai 108 ohm meter. batuan endapan dan batuan yang lepas mempunyai harga tahanan
jenis berkisar antara 1 sampai 104 ohm meter.

Pada akuifer yang terdiri atas material lepas mempunyai harga tahanan jenis yang
berkurang apabila makin besar kandungan airtanahnya atau makin besar kandungan
garamnya (misalnya airtanah asin). Mineral lempung bersifat menghantarkan arus listyrik
sehingga harga tahanan jenisnya akan kecil.

5
Gambar 2.2 Kisaran harga tahanan jenis dari berbagai macam batuan

Ada beberapa cara pengukuran geolistrik berdasarkan rangkaian penempatan


elektrodanya antara lain rangkaian Wenner, rangkaian Schlumberger, rangkaian trielektroda,
dan sebagainya. Susunan elektroda menurut rangkaian-rangkaian tersebut seperti gambar.

Dengan mengalirkan arus listrik ke dalam bumi lewat elektroda yang dipasang dan
dicatat pula tegangan yang ditimbulkan oleh aliran listrik tersebut, maka dapat dihitung
besaran tahanan jenis tiap lapisan batuan yang terkletak di bawah permukaan tanah. Untuk
mendapatkan harga tersebut dapat dilakukan dengan cara Vertical Electrical Sounding (VES).
Prinsipnya bahwa yang terukur itu adalah harga tahanan jenis semu. Untuk mengetahui harga
tahanan jenis semu setiap kedalaman yang diinginkan maka letak elektroda-elektroda tersebut
dipindah pindahkan semakin jauh seperti pada gambar.

6
Gambar 2.3 Susunan elektroda menurut rangkaian Wenner, Schlumberger, dan Trielektroda

Gambar 2.4. Garis aliran arus pada lapisan yang sama dan berbeda

Pada rangkaian Wenner dengan menggunakan rumus :

7
ρa = 2 π a R
V
R=
I
a = jarak elektroda dalam meter baik jarak elektroda potensial maupun elektroda arus.
R = tahanan dalam ohm, perbandingan antara beda potensial (V) antara elektroda p1 dan
p2 dengan kuat arus (I) yang lewat A1 dan A2.

Harga ρa tersebut digambarkan pada kertas log-log sehingga merupakan Vertical


Electrical Sounding (VES). Dari kurva VES dapat ditentukan harga tahanan jenis dan
kedalamannya dengan cara partial curve matching demikian pula pada rangkaian
Schlumberger dengan menggunakan rumus :

Dari data lapanagn tersebut lalu dibuat kurvanya . Kurva ini lalu dihimpitkan dengan
kurva baku sehingga harga tahanan jenis sesungguhnya dari setiap lapisan yang dijumpai
dapat ditentukan demikian pula masing-masing ketebalanya seperti pada gambar. Harga
tahanan jenis sesungguhnya tersebut yang diinterpretasikan macam batuanya dan kandungan
airtanahnya. Interpretasi ini akan lebih tepat apabila sudah ada data log bor di daerah
tersebut atau di sekitar lokasi pengukuran geolistrik sebagai pembanding atau setidak-
tidaknya peta geologinya.

2.2.2 Penyelidikan Bawah Permukaan

Seperti halnya penyelidikan di permukaan, di sinipun dibedakan menjadi dua, yaitu


pemboran eksplorasi dan logging geofisika. Pemboran eksplorasi meliputi pemboran, uji
pompa dan kualitas airtanah. Penyelidikan ini dilakukan mulai pada tahap penyelidikan
pendahuluan, walaupun masih sangat terbatas jumlahnya. Pemboran eksplorasi yang disertai

8
uji pompa dan uji kualitas airtanah terutama dilakukan pada tahap studi kelayakan. Bahkan
pemboran eksplorasi ini sering ditingkatkan menjadi sumur produksi pada tahap berikutnya.

Pemboran airtanah dapat dilakukan dengan sistem pemboran tumbuk atau dengan
sistem pemboran putar. Prinsip pemboran tumbuk adalah dengan mengangkat dan
menjatuhkan rangkaian alat bor yang digantung pada kawat sehingga terbentuk lubang bor,
kemudian mengambil serbuk bor (cutting) hasil tumbukan dengan alat timba (bailer).
Komponen bor tumbuk utama seperti pada gambar .

Gambar 2.5 Komponen utama bor tumbuk

Untuk melindungi lubang bor dapat dipasang pipa pelindung (casing). Penggunaan
sistem ini relatif murah, demikian pemeliharaanya mudah, contoh serbuk bor baik, lapisan
pembawa air yang dijumpai mudah dikenal, tidak menggunakan sistem sirkulasi, sedikit
terjadi pengotoran dari kedalaman di atasnya akan tetapi kecepatan penembusan terbatas
demikian pula pencapaian kedalaman, tidak ada control kelebihan air dari akuifer yang
ditembus dsb. Pada saat ini yang lebih popular adalah sistem pemboran putar karena
dianggap lebih cepat. Prinsipnya adalah dengan memutar dan menekan bor serta
memasukkan zat alir melalui pipa bor. Zat alir ini berfungsi membantu pemboran,
mendingingkan pahat bor, mengangkat serbuk bor ke atas. Bahkan dlam lubang bor mudah
runtuh, zat alir yang dimasukkan adalah larutan bentonit atau Lumpur yang berfungsi
menahan runtuhnya lubang bor. Ada beberapa macam pemboran putar antara lain reduced

9
pressure drilling yaitu pemboran putar dengan sirkulasi udara, buih, stiff foam dsb asal berat
jenisnya lebih kecil dari air.

Pemboran putar yang dikenal dengan reserve circulation rotary drilling (pemboran
putar dengan sirkulasi terbaik), yaitu pemboran yang disertai dengan pemompaan dari lubang
bor lewat pipa bor keluar ke dalam kolam dan air kembali dimasukkan kembali kelubang
lewat diantara pipa bor dengan dinding bor. Pemboran putar dengan sirkulasi air yaitu
pemboran putar yang disertai dengan memasukkan air dari kolam lubang bor lewat water
swivel, pipa bor sampai ke pahat bor dan kembali naik bersama sama serbuk bor keluar lewat
antara pipa bor dan dinding lubang bor dan dialirkan masuk ke dalam kolam. Sebelum masuk
ke dalam kolam serbuk bor diambil sebagai contoh dan dimasukkan ke dalam kotak contoh
serbuk bor sesuai dengan kedalamanya. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam
pemboran adalah faktor litologi, faktor mekanis, antara lain kecepatan putar bor, jenis mata
bor, diameter pemboran, faktor hidrolis antara lain jalanya sirkulasi, hilangnya gesekan,
faktor zat alir antara lain berat jenisnya. , kekentalan dan faktor-faktor lain, yaitu kemampuan
tenaga kerja, kemampuan mesin. Di dalam melakukan pemboran sering dijumpai adanya
berbagai persoalan antara lain : zat alir yang berfungsi sebagai pengangkut serbuk bor. Zat
alir perlu ditentukan berat jenisnya, kekentalanya, dan debitnya agar serbuk bor lancer keluar.
Persoalan lain yaitu terjepitnya bor yang dapat disebabkan karena serbuk bor yang
menyumbat, runtuhnya dinding bor, perubahan tekanan antara Lumpur dan formasi pada
wakto bor dalam keadan berhenti, pemboran tidak tegak.

Pemboran yang tidak lurus dapat ditentukan karena faktoe geologis, faktor mekanis
misalnya pahat bor terlalu berat/besar tidak sebanding dengan batang bor dan tekanan bor
yang diberikan. Hilangnya lumpur (zat alir) bor yang dikenal sebagai mud loss atau water
loss. Hal ini dapat disebabkan karena keadaan formasi batuan, lumpur yang digunakan atau
kesalahan teknik, misalnya terlampau dipaksakan sehingga meruntuhkan lubang bor dan
membentuk rongga yang memungkinkan hilangnya lumpur bor (zat alir). Persoalan yang lain
adalah jatuhnya rangkaian bor ke dalam lubang bor atau patahnya rangkaian tersebut. Untuk
mengatasi masalah ini dapat dilakukan dengan memancing alat-alat yang jatuh kedalam
lubang bor. Alat pancing yang digunakan harus sesuai dengan alat yang jatuh ked lam lubang
bor.

Pencatatan yang dulakukan langsung di lapangan adalah berupa laporan pemboran yang
berisi laporan jalanya pemboran yaitu tentang tanggal pemboran (waktu pemboran),

10
kedalaman diameter pahat bor, kecepatan pemboran, muka airtanah sebelum dan sesudah
pemboran, dan keterangan lain mengenai serbuk bor, warna zat alir, debit air sirkulasi, dan
sebagainya. dari data ini dpat dibuat laporan geologi pemboran seperti pada tabel 26.

Dalam pemboran ini juga dilakukan uji pompa. Uji pompa yang dilakukan adalah uji
pompa jangka pendek (short periode pumping test) yaitu biasanya kurang dari 6 jam. Analisis
uji pompa harus disesuaikan dengan kondisi geohidrologi (kondisi akuifernya) seperti yang
diterangkan pada bab V.4 di muka. Selain uji pompa yang dilakukan pada setiap akuifer yang
diketemukan juga dilakukan pengambilan contoh air pada setiap akuifer yang dijumpai untuk
dianalisis di laboratorium seperti pada bab VII. Penyelidikan bawah permukaan yang lain
adalah logging geofisika antara lain terdiri dari loging listrik (electric logging), log sp (self
potensial logging), log sinar gamma (gamma-ray logging) dan lainnya.

Log listrik dan log SP dilakukan pada lubang bor yang masih terbuka, sedangkan log
sinar gamma dapat dilakukan pada lubang bor yang sudah dikonstruksi. Log listrik mencatat
tahanan jenis semu lapisan batuan yang ada di dalam lubang bor dan spontaneous
potensialnya, kedua sifat tersebut berhubungan secara tidak langsung dengan sifat (jenis)
litologi di dalam lubang bor dan kualitas airtanahnya.

Dalam keadaan kering pasir dan lempung mempunyai tahanan jenis yang tinggi akan
tetepi jika mengandung air akan menurunkan harga tahanan jenis. Kenyataanya daya hantar
listrik air bervariasi sesuai dengan kandungan garam, sebagai contoh air destilasi mempunyai
sifat daya hantar listriknya jelek sehingga tahanan jenisnya tinggi. Air asin mempunyai daya
hantar listrik yang tinggi atau mempunyai tahanan jenis rendah.

Lempung yang mengandung air mempunyai tahanan jenis yang rendah , pasir dengan
airtawar mempunyai tahanan jenis yang relatif tinggi dibandingkan kalau kandungan aitnya
asin. Pasir dengan air asin mempunyai tahanan jenis yang rendah seperti pada lempung. Hal
semacam ini yang menyulitkan didalam menginterpretasikan kalau hanya berdasarkan harga
tahanan jenis saja. Sehingga dilakukan juga loging- logging yang lain. Selain itu apabila
lubang bornya terlampau besar maka yang tercatat hanya lumpur yang menempel pada
lubang bor. dalam interpretasi harus dipertimbangkan diameter lubang bor, tipe zat alir,
kualitas air, porositas, tingkat penempelan lumpur pada lubang bor dan tipe susunan
rangkaian elektroda yang digunakan. Sebagai contoh pada pasir yang mengandung airtanah
dengan jumlah kandungan garam (TDS) 600 bpj akan menunjukkan harga tahanan jenisnya
setengahnya harga tahanan jenis pada pasir yang mengandung airtanah dengan TDS sebesar

11
300 bpj. Log SP mencatat perubahan spontaneous potensial atau self potensial nya sepanjang
lubang bor. Selain log listrik tersebut adalah log sinar gamma yang mancatat radiasi sinar
gamma dari elemen-elemen radioaktif pada lubang bor. Perubahan radiasi menunjukkan
perubahan material pada setiap lapisan batuan. pada lempung, shale, mempunyai elemen
radioaktif lebih banyak dibandingkan dengan batugamping, batupasir, ataupun pasir.
beberapa macam batuan mempunyai sifat radioaktif seperti pada gambar.

2.3 Pengertian Neraca Air Tanah

Neraca air (water balance) merupakan neraca masukan dan keluaran air disuatu tempat

pada periode tertentu, sehingga dapat untuk mengetahui jumlah air tersebut kelebihan

(surplus) ataupun kekurangan (defisit). Kegunaan mengetahui kondisi air pada surplus dan

defisit dapat mengantisipasi bencana yang kemungkinan terjadi, serta dapat pula untuk

mendayagunakan air sebaik-baiknya.

Kesetimbangan air dalam suatu sistem tanah-tanaman dapat digambarkan melalui

sejumlah proses aliran air yang kejadiannya berlangsung dalam satuan waktu yang berbeda-

beda. Beberapa proses aliran air dan kisaran waktu kejadiannya yang dinilai penting adalah: 

1 Hujan atau irigasi (mungkin dengan tambahan aliran permukaan yang masuk ke

petak atau run-on) dan pembagiannya menjadi infiltrasi dan limpasan permukaan

(dan/atau genangan di permukaan) dalam skala waktu detik sampai menit.Infiltrasi

kedalam tanah dan drainasi (pematusan) dari dalam tanah melalui lapisan- lapisan

dalam tanah dan/atau lewat jalan pintas seperti retakan yang dinamakan by-pass flow

dalam skala waktu menit sampai jam.Drainasi lanjutan dan aliran bertahap untuk

menuju kepada kesetimbangan hidrostatik dalam skala waktu jam sampai hari. 

2 Pengaliran larutan tanah antara lapisan-lapisan tanah melalui aliran massa (mass flow)

. Penguapan atau evaporasi dari permukaan tanah dalam skala waktu jam sampai hari.

Penyerapan air oleh tanaman dalam skala waktu jam hingga hari, tetapi sebagian

besar terjadi pada siang hari ketika stomata terbuka. Kesetimbangan hidrostatik

melalui sistem perakaran dalam skala waktu jam hingga hari, tetapi hampir semua
12
terjadi pada malam hari pada saat transpirasi nyaris tidak terjadi.  Pengendali

hormonal terhadap transpirasi (memberi tanda terjadinya kekurangan air) dalam skala

waktu jam hingga minggu. 

3 Perubahan volume ruangan pori makro (dan hal lain yang berkaitan) akibat penutupan

dan pembukaan rekahan (retakan) tanah yang mengembang dan mengerut serta

pembentukan dan penghancuran pori makro oleh hewan makro dan akar. Peristiwa ini

terjadi dalam skala waktu hari hingga minggu. Pengaruh utama kejadian adalah

terhadap aliran air melalui jalan pintas (by-pass flow) dan penghambatan proses

pencucian unsur hara.

2.4 Macam-macam Neraca Air

Model neraca air cukup banyak, namun yang biasa dikenal terdiri dari tiga model, antara lain:

a) Model Neraca Air Umum.

Model ini menggunakan data-data klimatologis dan bermanfaat untuk mengetahui berlangsungnya
bulan-bulan basah (jumlah curah hujan melebihi kehilangan air untuk penguapan dari permukaan
tanah atau evaporasi maupun penguapan dari sistem tanaman atau transpirasi, penggabungan
keduanya dikenal sebagai evapotranspirasi).

b) Model Neraca Air Lahan.

Model ini merupakan penggabungan data-data klimatologis dengan data-data tanah terutama data
kadar air pada Kapasitas Lapang (KL), kadar air tanah pada Titik Layu Permanen (TLP), dan Air
Tersedia (WHC = Water Holding Capacity). Kapasitas lapang adalah keadaan tanah yang cukup
lembab yang menunjukkan jumlah air terbanyak yang dapat ditahan oleh tanah terhadap gaya tarik
gravitasi. Air yang dapat ditahan tanah tersebut akan terus-menerus diserap akar tanaman atau
menguap sehingga tanah makin lama makin kering. Pada suatu saat akar tanaman tidak lagi mampu
menyerap airsehingga tanaman menjadi layu. Kandungan air pada kapasitas lapang diukur pada
tegangan 1/3 bar atau 33 kPa atau pF 2,53 atau 346 cm kolom air. Titik layu permanen adalah
kondisi kadar air tanah dimana akar-kar tanaman tidak mampu lagi menyerap air tanah, sehingga
tanaman layu. Tanaman akan tetap layu pada siang atau malam hari. Kandungan air pada titik layu
permanen diukur pada tegangan 15 bar atau 1.500 kPa atau pF 4,18 atau 15.849 cm tinggi kolom air.
Air tersedia adalah banyaknya air yang tersedia bagi tanaman yaitu selisih antara kapasitas lapang
dan titik layu permanen.

c) Model Neraca Air Tanaman.

13
Model ini merupakan penggabungan data klimatologis, data tanah, dan data tanaman. Neraca air ini
dibuat untuk tujuan khusus pada jenis tanaman tertentu. Data tanaman yang digunakan adalah data
koefisien tanaman pada komponen keluaran dari neraca air. Neraca air adalah gambaran potensi
dan pemanfaatan sumberdaya air dalam periode tertentu. Dari neraca air ini dapat diketahui potensi
sumberdaya air yang masih belum dimanfaatkan dengan optimal. Secara kuantitatif, neraca air
menggambarkan prinsip bahwa selama periode waktu tertentu masukan air total sama dengan
keluaran air total ditambah dengan perubahan air cadangan (change in storage). Nilai perubahan air
cadangan ini dapat bertanda positif atau negatif (Soewarno, 2000). Konsep neraca air pada dasarnya
menunjukkan keseimbangan antara jumlah air yang masuk ke, yang tersedia di, dan yang keluar dari
sistem (sub sistem) tertentu. Secara umum persamaan neraca air dirumuskan dengan (Sri Harto Br.,
2000).

I = O ± ΔS

I = masukan (inflow)

O=keluaran(outflow)

Yang dimaksud dengan masukan adalah semua air yang masuk ke dalam sistem, sedangkan keluaran
adalah semua air yang keluar dari sistem. Perubahan tampungan adalah perbedaan antara jumlah
semua kandungan air (dalam berbagai sub sistem) dalam satu unit waktu yang ditinjau, yaitu antara
waktu terjadinya masukan dan waktu terjadinya keluaran. Persamaan ini tidak dapat dipisahkan dari
konsep dasar yang lainnya (siklus hidrologi) karena pada hakikatnya, masukan ke dalam sub sistem
yang ada, adalah keluaran dari sub sistem yang lain dalam siklus tersebut.

2.4 Manfaat Neraca Air

Manfaat secara umum yang dapat diperoleh dari analisis neraca air antara lain:

1. Digunakan sebagai dasar pembuatan bangunan penyimpanan dan pembagi air serta

saluran-salurannya. Hal ini terjadi jika hasil analisis neraca air didapat banyak bulan-bulan

yang defisit air.

2. Sebagai dasar pembuatan saluran drainase dan teknik pengendalian banjir. Hal ini terjadi jika hasil
analisis neraca air didapat banyak bulan-bulan yang surplus air.

3. Sebagai dasar pemanfaatan air alam untuk berbagai keperluan pertanian seperti tanamanan
pangan hortikultura, perkebunan, kehutanan hingga perikanan.

2.6 Komponen Neraca Air

Dalam menghitung neraca air ada beberapa komponen yang perlu di perhatikan,antara lain :

 Kapasitas menyimpan air (jumlah ruang pori)

 InfiltrasiRun off

 Evapotranspirasi

14
 Curah hujan

 Jenis vegetasi

2.7 Neraca Air, Komponen, dan Pembentukan

Neraca Air, Komponen dan Pembentukan merupakan suksesi tahapan‐tahapan yang dilalui

air dari atmosfir ke bumi dan kembali lagi ke atmosfer (Seyhan, 1993). Perjalanan air di bumi

membentuk siklus melalui beberapa proses, misalnya evaporasi menguapkan air dari laut,

permukaan bumi, dan badan air ke atmosfer, uap air mengalami kondesasi dan kemudian

jatuh menjadi presipitasi, air kemudian terakumulasi di dalam tanah dan badan air,

selanjutnya dengan proses evaporasi air diuapkan kembali ke atmosfir. Secara global siklus

air yang terjadi membentuk sistem tertutup, dimana selama masa sekarang hampir tidak ada

penambahan jumlah volume air yang berarti di luar sistem biosfir yang ada. Volume air di

bumi  diperkirakan mencapai 1,4 milyar km3, dan terdistribusi sebagai air laut (97,5 %), air

daratan berbentuk es (1,75 %), 0,73 % air di darat (sungai, danau, air tanah, dan sebagainya),

dan 0,001 % berada sebagai uap air di udara.

Air mengalami perubahan bentuk mulai dari cair, uap, kemudian menjadi cair (hujan) dan

padat (salju). Berjalannya siklus hidrologi memerlukan energi panas matahari yang cukup

untuk mengevaporasikan uap air dari lautan atau badanbadan air (seperti : sungai, danau,

vegetasi, dan tanah lembab) ke atmosfir. Di atmosfir uap air mengalami kondensasi berupa

butiran hujan atau kristal es berbentuk awan. Sampai ukuran tertentu butiran air tersebut

turun ke bumi menjadi presipitasi baik dalam bentuk cair (hujan) atau padat (salju). Namun di

daerah tropika basah bentuk presipitasi pada umumnya berupa hujan, sehingga dalam

pembahasan selanjutnya istilah hujan menggantikan istilah presipitasi.

Sebagian hujan yang jatuh sebelum mengenai tanah terlebih dulu mengenai vegetasi,

bangunan, atau penutup permukaan tanah lainnya. Hujan yang diintersepsi oleh vegetasi

kemudian dievaporasikan kembali ke atmosfir. Setiap vegetasi memiliki kemampuan

15
menyimpan air (intersepsi) yang berbeda. Misalnya vegetasi hutan memiliki kapasitas

intersepsi yang lebih besar dibandingkan dengan rumput. Bagian hujan lainnya yang jatuh ke

bumi ada juga yang langsung masuk ke lautan atau badan‐badan air dan kembali diuapkan ke

atmosfir.

Air hujan yang lolos dari intersepsi selanjutnya mencapai permukaan tanah melalui batang

tumbuhan (stemflow) atau jatuh langsung (throughfall) dari bagian atas (daun). Di permukaan

tanah air mengisi simpanan depresi (depression storage) dan setelah pori tanah terisi, aliran

air kemudian mengikuti gaya gravitasi air terus masuk ke dalam tanah (infilitrasi). Dalam

tahap ini kemampuan tanah menyerap air tergantung dari permeabilitas tanah dan vegetasi

yang ada di atasnya. Di bawah permukaan tanah air terakumulasi dan membentuk aliran

bawah permukaan, selanjutnya pada titik tertentu akan keluar sebagai aliran bawah

permukaan (subsurface runoff) dan masuk ke dalam sungai. Apabila air terus menembus

semakin dalam lapisan tanah, aliran air dapat mencapai air tanah (groundwater recharge)

yang merupakan lapisan bawah tanah yang kurang permeabel. Setelah mencapai simpanan air

tanah, air bergerak mengikuti permukaan air tanah yang merupakan wilayah tekanan, dan

selanjutnya aliran air tanah keluar dan masuk ke dalam sungai. Laju aliran air tanah yang

keluar tergantung kepada  struktur geologi wilayah, permeabilitas tanah, dan lapisan bawah

permukaan.

Apabila intensitas hujan melebihi kapasitas infiltrasi, maka air hujan yang jatuh akan menjadi

aliran permukaan (surface runoff) dan kemudian menuju sungai atau badan air terdekat.

Aliran permukaan ini juga merupakan salah satu energi yang dapat menggerus partikel tanah

di permukaan dan menyebabkan erosi. Aliran permukaan semakin besar dengan semakin

tingginya intensitas hujan, lereng yang semakin curam, semakin berkurangnya kekasaran

permukaan tanah, dan semakin kecilnya kapasitas infiltrasi (Gambar 7).

16
Komposisi aliran air di dalam sungai terdiri dari aliran permukaan (surface runoff), aliran

bawah permukaan (sub surface runoff), dan aliran air tanah (groundwater). Di dalam aliran

air yang mengalir senantiasa  membawa bahan dan mineral yang dapat larut dan tidak larut.

Bahan yang dibawa aliran air kemudian diendapkan secara selektif.

Untuk menafsirkan secara kuantitatif siklus hidrologi dapat dicapai dengan persamaan umum

yang dikenal dengan persamaan neraca ir, yaitu bahwa dalam selang waktu tertentu, masukan

air total pada suatu ruang tertentu harus sama dengan keluran total ditambah perubahan

bersih dalam cadangan (Seyhan, 1993). Neraca hidrologi dari suatu wilayah dapat ditulis

sebagai berikut :

Perolehan (Input) = Keluaran (output) + simpanan

P = (R ‐ G ‐ E ‐ T) + ∆S

dimana : peubah P adalah presipitasi (hujan), R adalah aliran permukaan, G adalah air tanah,

E adalah evporasi, T adalah transpirasi, dan  ∆S adalah perubahan simpanan. Persamaan

inilah yang dikenal sebagai persamaan dasar hidrologi.

Persamaan neraca air dapat digunakan untuk menentukan besarnya nilai proses hidrologi

yang tidak diketahui. Misalnya besarnya evapotranspirasi (ET) yang terjadi di suatu DAS

yang besar tidak  diketahui, karena peralatan untuk pengukurannya tidak ada. Namun data

hujan (P), aliran permukaan (R) , air tanah (G) dan simpanan air (S) untuk DAS tersebut

terukur. Dengan demikian besarnya nilai ET dapat ditentukan dengan mengurangi P dengan

R, G, dan S (atau ET = P ‐ R ‐ G ‐ S).

Hubungan Neraca Air dengan Siklus Hidrologi

Dalam konsep siklus hidrologi bahwa jumlah air di suatu luasan tertentu di permukaan bumi

dipengaruhi oleh besarnya air yang masuk (input) dan keluar (output) pada jangka waktu

tertentu. Semakin cepat siklus hidrologi terjadi maka tingkat neraca air nya semakin dinamis.

17
Kesetimbangan air dalam suatu sistem tanah-tanaman dapat digambarkan melalui sejumlah

proses aliran air yang kejadiannya berlangsung dalam satuan waktu yang berbeda-beda.

D. Neraca Air di Pertanian

Pada suatu areal pertanian penyediaan air tanaman berasal dari curah hujan dan irigasi.

Sedangkan kehilangan air dapat berupa drainase, limpasan permukaan, evaporasi, dan

transpirasi. Sebagian air disimpan sebagai cadangan makanan dalam tanah. Keseluruhan

masukan (input) dan keluaran (output) air dapat dirumuskan sebagai neraca air (Handoko,

1994).

Menurut Hillel (1972) neraca air lahan sebagai rincian tentang masukan (input), keluaran

(output) dan perubahan simpanan air yang terdapat pada suatu lingkungan tertentu selama

periode waktu tertentu. Nasir (1999) mengemukakan bahwa analisis neraca air lahan

memerlukan input data curah hujan (CH), evapotranspirasi potensial (ETP), kandungan air

tanah pada kapasitas lapang (KL), dan kandungan air pada titik layu permanen (TLP).

Perhitungan neraca air lahan merupakan salah satu informasi penting untuk menentukan

langkah kegiatan usaha tani dari hari ke hari. Hal ini disebabkan karena tingkat ketersediaan

air mampu mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman. Jika tanaman pernah

mengalami tekanan, maka pertumbuhan dan produksinya akan turun. Penurunan ini akan

semakin tajam jika kejadian iklim dan cuaca yang mengganggu terjadi pada saat fase

pertumbuhan tanaman peka terhadap ketersediaan air. Peristiwa tersebut jika terjadi pada

intensitas yang tinggi dan daerah yang luas akan menurunkan produksi dalam jumlah yang

besar. Berikut Iini adalah gambar ketersediaan air di Indonsia pada Agustus 2015 Oleh

BMKG Indonesia :

Keterangan:

18
Kurang : jika ketersediaan air tanah = 40%

Sedang : jika ketersediaan air tanah 40.1% - 60%

Cukup : jika ketersediaan air tanah > 60%

Jika tingkat ketersediaan air tanah kurang dari 0% menunjukkan kandungan air wilayah

tersebut berada dibawah titik layu permanen dan jika lebih dari 100% menunjukkan telah

terjadi surplus (jenuh air).

Perhitungan neraca air lahan merupakan salah satu informasi penting untuk menentukan

langkah kegiatan usaha tani dari hari ke hari. Hal ini disebabkan karena tingkat ketersediaan

air mampu mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman. Jika tanaman pernah

mengalami tekanan, maka pertumbuhan dan produksinya akan turun. Penurunan ini akan

semakin tajam jika kejadian iklim dan cuaca yang mengganggu terjadi pada saat fase

pertumbuhan tanaman peka terhadap ketersediaan air. Peristiwa tersebut jika terjadi pada

intensitas yang tinggi dan daerah yang luas akan menurunkan produksi dalam jumlah yang

besar.

Menurut Nasir (2002) berdasarkan cakupan ruang dan manfaat untuk perencanaan pertanian,

disusun neraca air agroklimat dengan tiga model analisis sebagai berikut :

1. Neraca air umum, untuk mengetahui kondisi agroklimatik terutama air secara umum.

2. Neraca air lahan, untuk mengetahui kondisi agroklimatik terutama dinamika kadar air

tanah untuk perencanaan pola tanam secara umum.

3. Neraca air tanaman, untuk mengetahui kondisi agroklimatik terutama dinamika kadar air

tanah dan penggunaan air tanaman untuk perencanaan tanaman tiap kultivar.

Analisis pada neraca air lahan berguna terutama untuk penggunaan dalam pertanian secara

umum. Nasir (2002) mengatakan secara umum manfaat neraca air lahan terutama untuk :

19
Mengetahui kondisi agroklimat terutama dari segi kondisi air

Mengetahui periode musim kemarau dan musim hujan berdasarkan perimbangan antara

hujan dan ETP.

Memilih jenis tanaman dan mengatur jadwal tanam dan panen serta mengatur kombinasi

tanaman tumpang sari bila diperlukan.

Mengatur pemberian air irigasi baik jumlah maupun waktu sesuai dengan keperluan.

Informasi terpenting dari neraca air lahan adalah untuk mengetahui dinamika perubahan

kadar air tanah sehingga berguna untuk menyusun strategi pengelolaan usaha tani tersebut.

Untuk menyederhanakan sistem neraca air yang terjadi di lapang maka digunakanlah suatu

persamaan. Persamaan neraca air yang umum pada suatu lahan pertanian adalah sebagai

berikut:

CH + I = D + Ronoff+ ETP+ Δ KAT.........(1)

Dimana:

CH :Curah hujan

I :Irigasi

D :Drainase

Runoff :Aliran permukaan

ETP :Evapotranspirasi

∆ KAT :Perubahan kandungan air tanah

Thornhtwaite dan Mather (1957) membuat persamaan yang sederhana menggunakan input

hanya dari curah hujan saja. Pada metode ini semua aliran masuk dan keluar air serta nilai

kapasitas cadangan air tanah pada lokasi dengan kondisi tanaman tertentu digunakan untuk

mendapatkan besarnya kadar air tanah, kehilangan air, surplus, dan defisit.

CH=ETP+∆ KAT+Ro………...(2)

20
Dimana:

CH :Curah hujan

ETP :Evapotranspirasi

∆ KAT :Perubahan kandungan air tanah

Ro :Aliran permukaan

Sedangkan persamaan neraca air menurut Chang (1974) sebagai berikut :

CH+ I = ETP+∆ KAT + Pc +Ro……(3)

Dimana:

CH :Curah hujan

I :Irigasi

Ro :Aliran permukaan

ETP :Evapotranspirasi

∆ KAT :Perubahan kandungan air tanah

Pc :Perkolasi

Prosedur perhitungan neraca air menurut Thornthwaite and Mather (1957) menggunakan

sistem tata buku yaitu dengan membuat sebuah tabel dengan langkah-langkah sebagai berikut

1. Mengisi curah hujan (CH)

2. Mengisi kolom evapotranspirasi potensial (ETP)

3. APML (Accumulation of Potensial Water Loss). Nilai APWL merupakan akumulasi CH-

ETP dari waktu ke waktu. Akumulasi air yang hilang secara potensial ini akan menentukan

kandungan air tanah pada saat curah hujan lebih kecil dari evapotranspirasi potensial.

4. Kadar air tanah. Kandungan air tanah dapat maksimum pada suatu periode dimana CH-

ETP bernilai positif. Sedangkan apabila CH-ETP bernilai negatif maka kandungan air tanah

akan ditentukan:

21
AT= KL- TLP

5. dKAT (Perubahan Kandungan Air Tanah). Perubahan kandungan air tanah merupakan

selisih kandungan air tanah antara satu periode dengan periode sebelumnya secara berurutan.

Nilai dKAT yang positif menunjukkan terjadinya penambahan kandungan air tanah.

Penambahan ini akan terhenti setelah kapasitas lapang terpenuhi.

6. ETA (Evapotranspirasi aktual) . Bila curah hujan lebih besar dari nilai evapotranspirasi

maka nilai ETA sama dengan nilai ETP. Namun bila curah hujan jauh lebih kecil dari nilai

ETP maka tanah akan mulai mengering dan ETA menjadi lebih rendah dari nilai

potensialnya. Pada kondisi ini maka nilai ETA akan sama dengan nilai CH+dKAT.

7. Defisit. Defisit berarti berkurangnya air untuk keperluan evapotranspirasi potensial

sehingga defisit air adalah perbedaan atau selisih antara nilai ETP dan ETA. Nilai defisit

merupakan jumlah air yang perlu ditambahkan untuk memenuhi keperluan ETP tanaman.

8. Surplus. Setelah simpan air mencapai kapasitas lapang maka kelebihan curah hujan akan

dihitung sebagai surplus. Air ini merupakan kelebihan setelah air tanah terisi kembali.

Dengan demikian surplus dihitung sebagai nilai curah hujan dikurangi dengan nilai ETP dan

perubahan kadar air tanah (CH-ETP-dKAT)

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

22
Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan :

1. Penyelidikan air tanah adalah merupakan suatu/ serangkaian pekerjaan/tindakan yang dilakukan
dalam rangka mencari, menemukan, dan menggali sumber daya alam, dalam hal ini adalah air tanah.

2. Metode dalam penyelidikan air tanah terdiri atas dua yaitu metode permukaan dan metode
bawah permukaan.

3. Neraca air (water balance) merupakan neraca masukan dan keluaran air disuatu tempat pada
periode tertentu, sehingga dapat untuk mengetahui jumlah air tersebut kelebihan (surplus) ataupun
kekurangan (defisit). Kegunaan mengetahui kondisi air pada surplus dan defisit dapat mengantisipasi
bencana yang kemungkinan terjadi, serta dapat pula untuk mendayagunakan air sebaik-baiknya.

4. Macam-macam neraca air tanah meliputi neraca air umum, neraca air lahan dan neraca air
tanaman.

5.Manfaat dari neraca air tanah antara lain:

1. Digunakan sebagai dasar pembuatan bangunan penyimpanan dan pembagi air serta

saluran-salurannya. Hal ini terjadi jika hasil analisis neraca air didapat banyak bulan-bulan

yang defisit air.

2. Sebagai dasar pembuatan saluran drainase dan teknik pengendalian banjir. Hal ini terjadi jika
hasil analisis neraca air didapat banyak bulan-bulan yang surplus air.

3. Sebagai dasar pemanfaatan air alam untuk berbagai keperluan pertanian seperti tanamanan
pangan hortikultura, perkebunan, kehutanan hingga perikanan.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.slideshare.net/YOHANISSAHABAT/materi-4-hidrogeologi-eksplorasi-air-tanah-
manajemen-pertambangan-energi-stem-akamigas

23
24

Anda mungkin juga menyukai