PENDAHULUAN
Air tidak bisa dilepaskan dari kehidupan manusia, karena pada dasarnya manusia tidak
bisa hidup tanpa air. Pada sistem bumi, air terdapat di dalam lapisan hidrosfer, yang meliputi
permukaan dan bawah permukaan. Kuantitas air di dalam hidrosfer pada dasarnya tetap konstan,
karena secara umum semua air yang menempati bumi mengalami proses-proses daur ulang yang
disebut siklus hidrologi. Air bersih yang banyak dimanfaatkan oleh manusia adalah airtanah,
yaitu air yang terdapat di dalam tanah atau batuan. Airtanah terdapat dimana-mana di bawah
permukaan di daerah pegunungan, dataran, gurun, bahkan di kutub. Pemanfaatan airtanah oleh
manusia telah dimulai sejak berabad-abad lampau, mungkin seumur dengan peradaban manusia,
untuk menunjang kehidupannya, ternak dan tanaman. Saat ini sumberdaya airtanah telah menjadi
komoditi ekonomi yang mempunyai peran vital dalam menunjang pembangunan, bahkan di
beberapa daerah tergolong strategis.
Adanya pemanfaatan air tanah secara besar-besaran telah menunjukkan dampak negatif
berupa penurunan kuantitas. Pengambilan air tanah dengan pemompaan yang sangat terkontrol
biasanya terjadi di kawasan industri. Dampak negatif yang timbul antara lain penurunan muka
airtanah, intrusi air laut, dan amblesan tanah. Di sisi lain, pemanfaatan air tanah yang kurang
terkendali juga telah mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas. Kualitas air tanah dapat
ditinjau dari aspek fisika, kimia, dan biologis, yang pada hakekatnya dipengaruhi oleh
lingkungan. Selaras dengan laju industrialisasi dan pertambahan penduduk, maka kasus-kasus
pencemaran airpun meningkat.
Penentuan potensi airtanah didasarkan kelompok kriteria mutu yang berkaitan dengan
penilaian jumlah dan mutu air tanah (Peraturan Pemerintah No 82 Tahun 2001 tentang baku
mutu air minum).
Kelompok kriteria mutu dari sisi mutu kelayakan air bawah tanah untuk keperluan air
minum, didasarkan atas kandungan unsur atau senyawa anorganik utama seperti mangan (Mg),
klorida (Cl), sulfat (SO4), nitrat (NO3 ), nitrit (NO2 ), besi (Fe), derajat keasaman (pH), jumlah
zat padat terlarut (TDS), kekeruhan, Daya Hantar Listrik (DHL), ditambah kehadiran unsur
biologis dalam hal ini bakteri ecoli.
1
1.2. Maksud dan Tujuan
Maksud dari pemetaan air tanah merupakan untuk menetukan jenis kualitas air tanah berdasarkan
parameter fisik, kimia dan biologi, dan melakukan pemetaan geologi untuk menetukan jenis
batuan, sutuktur geologi, strafigrafi dan jenis aquifer, serta menegetauhui muka air tanah
(MAT).
1.4. Manfaat
1. Bagi masyarakat
Menyadarkan akan pentingnya air dan menjaga keseimbangan lingkungan, serta
memberikan pengetahuan mengenai pemanfaatan air tanah yang layak dan sesuai
prosedur yang dianjurkan.
2. Bagi pemerintah
2
Dapat dijadikan masukkan terhadap solusi peningkatan kualitas dan sumber daya air
serta sebagai acuan eksplorasi air tanah yang baik dan benar pada daerah tersebut
3. Bagi instansi pendidikan
Mampu membantu membuka wacana instansi pendidikan untuk menjadi pelopor
pemeliharaan kondisi hidrogeologi pada daerah penelitian pada khususnya dan di
Indonesia pada umumnya.
4. Bagi para praktisi pemerhati lingkungan
Menjadi suatu wacana yang harapannya solusi yang penulis tawarkan dapat
direalisasikan dengan seoptimal mungkin. Dan juga sebagai perbandingan pemikiran
dari penulis kepada praktisi pemerhati lingkungan yang dapat menghasilkan satu misi
bersama untuk meningkatkan kualitas hidrogeologi daerah penelitian dan menjaga
kelestarian lingkungan.
3
II. METODOLOGI PENELITIAN
1. Studi Pustaka
Studi pustaka dilakukan sebagai acuan untuk data penunjang penelitian mengenai keadaan
geologi maupun hidrogeologi pada daerah Prambanan. Disamping itu, studi pustaka bertujuan
untuk meinterprestasi keadaan geologi maupun hidrogeologi daerah pemetaan tersebut dengan
menggunakan peta dasar, sehingga akan memiliki gambaran tentang hal-hal yang dilakukan
sebelum melakukan pengambilan data dilapangan.
2. Observasi Lapangan
Observasi lapangan bertujuan untuk mengetahui kondisi lapangan menentukan persiapan yang
akan dilakukan dalam pengambilan data. Contohnya penentuan jalur lintasan pada saat pemetaan
geologi, penentuan lokasi sumur di daerah tersebut
4
3. Pengumpulan Data Sekunder
Data sekunder berupa data peneliti terdahulu yang dapat berupa data geologi, data struktur
geologi, data sumur dangkal maupun sumur dalam, contoh air untuk uji kimia, fisika dan biologi.
Data sekunder juga diperoleh dari dinas atau instansi terkait menegenai lingkungan dan air tanah.
d. Peralatan tambahan
5
- Botol sampel air
- Benang / tambang
- Laptop atau computer untuk penyusunan data atau pembutatan laporan
Tahap laboratorium ini merupakan salah satu tahap yang dilakukan guna melengkapi data yang
ada dengan cara menganalisa data yang diperoleh dari data primer maupun data sekunder.
Analisis contoh airtanah berdasarkan parameter kimia, fisika dan biologi yang dilakukan oleh
Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Hama Penyakit Menular (BTKL
PPM)
Hasil dari analisis sebagian disajikan dalam bentuk peta kualitas maupun kuantitas guna
untuk acuan pemerintahan mengetahui kualitas air tanah daerah tersebut. Peta-peta yang dibuat
berdasarkan data yang diperoleh dilapangan yang telah melalui proses analisa laboratorium
sehingga akan menghasilkan peta antara lain:
Peta Geologi daerah
Peta Geomorfologi
6
Peta Elevasi Muka Airtanah dan Arah Aliran Airtanah daerah tersebut
Peta penyebaran unsur kimia air tanah
Peta Kualitas Airtanah
7
DASAR TEORI
3.1 Hidrogeologi
Hidrogeologi adalah suatu studi tentang air yang mempelajari distribusi maupun
pergerakan airtanah pada suatu media batuan. Dengan kata lain hidrogeologi adalah studi tentang
interaksi antara material - material geologi beserta proses – prosesnya dengan air khususnya
airtanah (Fetter, 1994).
Fetter, 1994 mengklasifikasikan batuan berdasarkan kemampuannya dalam menyimpan
airtanah menjadi empat jenis, yaitu:
1. Akuifer, merupakan batuan sedimen atau suatu formasi yang permeabel, memiliki
nilai porositas dan permeabilitas yang sangat baik, sehingga dapat menyimpan dan
meloloskan airtanah dengan sangat baik juga.
2. Akuitar, merupakan batuan yang memiliki nilai permeabilitas yang kurang baik,
dengan kata lain dapat menyimpan airtanah juga dapat meluluskan airtanah. Akan
tetapi jumlah airtanah yang dapat diluluskannya lebih sedikit (dilakukan perlahan-
lahan) dibandingkan dengan akuifer. Sehingga akuitar ini dapat berfungsi sebagai
media perantara air dari akuifer satu ke akuifer lainnya.
3. Akuiklud, merupakan batuan yang tergolong kedap air (impermeable) yaitu dapat
menyimpan airtanah namun tidak dapat meluluskannya.
4. Akuifug, merupakan batuan yang sama sekali kedap air, tidak mampu menyimpan
ataupun meluluskan air.
8
tersebut akan tersimpan di permukaan daun atau yang lainnya dan sebagian lainnya akan jatuh ke
atas permukaan tanah.
Air hujan yang dapat mencapai permukaan, sebagian akan masuk ke dalam tanah
(infiltrasi) sedangkan air hujan yang tidak terserap ke dalam tanah akan tertampung sementara
dalam cekungan – cekungan permukaan tanah (surface detention), kemudian mengalir diatas
permukaan ke tempat yang lebih rendah (runoff) untuk selanjutnya masuk ke dalam sungai. Air
infiltrasi akan tertahan di dalam tanah oleh gaya kapiler yang selanjutnya akan membentuk
kelembaban tanah, apabila tingkat kelembaban airtanah telah cukup jenuh maka air hujan yang
masuk ke dalam tanah akan bergerak secara lateral (horizontal) selanjutnya pada tempat tertentu
akan keluar lagi ke permukaan tanah (subsurface flow) dan akhirnya mengalir ke sungai.
Alternatif lainnya, air hujan yang masuk ke dalam tanah tersebut akan bergerak lebih dalam dan
menjadi bagian dari airtanah (groundwater), airtanah tersebut terutama pada musim hujan akan
mengalir ke sungai, danau, atau tempat penampungan air alamiah lainnya.
Tidak semua air infiltrasi (airtanah) mengalir ke sungai atau danau, melainkan ada
sebagian air infiltrasi yang tetap tinggal dalam lapisan tanah bagian atas (top soil) untuk
kemudian diuapkan kembali ke atmosfer melalui permukaan tanah (evaporation) dan melalui
permukaan vegetasi (transpiration).
9
3.4 Kondisi Aliran Sungai
Air hujan yang jatuh lebih banyak meresap kebawah permukaan berfungsi sebagai
airtanah, dan sebagian mengalir dipermukaan misalnya di sungai sebagai air permukaan. Air
yang berfungsi sebagai airtanah tersebut dalam perkolasinya bergerak secara umum ke arah
Utara.
Posisi muka airtanah terhadap muka air permukaan bisa menyebabkan terjadinya
penambahan oleh air permukaan terhadap airtanah yang disebut influent atau sebaliknya bila
airtanah mengisi air permukaan disebut effluent (gambar 3.4). Sungai influent atau losing stream,
jika aliran air permukaan sebagai pemberi pada airtanah, sedangkan sungai effluent atau gaining
stream, jika airtanah sebagai pemberi pada aliran air permukaan sungai. Hal ini karena
disebabkan karena permukaan airtanah lebih tinggi daripada permukaan sungai sehingga airtanah
mengisi air sungai (Suharyadi, 1984)
10
antar butiran (pori). Namun tidak jarang juga ditemukan air yang mengalir melalui celah/retakan
batuan. Ada berbagai macam porositas batuan yang dibagi berdasar genesa, yaitu :
1. Porositas primer, yaitu: porositas yang terbentuk bersamaan atau sesaat setelah
terbentuknya batuan. Yang termasuk didalamnya adalah porositas matriks dan
porositas vesikuler pada lava,
2. Porositas sekunder, yaitu: porositas yang terbentuk setelah terbentuknya batuan
(diagenesa). Yang termasuk di dalamnya adalah porositas retakan dan porositas
saluran, pada umumnya dibentuk oleh proses tektonik dan pelarutan.
Beberapa faktor yang menunjang keadaan airtanah antara lain :
1. Ukuran butir 5. Sortasi
2. Keseragaman butir 6. Bahan pengikat butiran batuan
3. Susunan butir 7. Kemas
4. Bentuk butir
Harga porositas suatu batuan akan berbeda – beda tergantung dari ukuran butir penyusun
batuan, seperti yang terlihat dalam tabel di bawah ini:
11
Gambar 3.5. Hubungan tekstur batuan dengan porositas (Modifikasi dari Todd,1980)
12
Tabel 3.2. Harga Koefisien Kelulusan Air dari Berbagai Macam Batuan
(menurut Jumikis, 1983)
No Macam Bahan Koefisien Kelulusan Air (m/dt)
1 Kerikil kasar 5 x 10-3 sampai 1 x 10-2
2 Kerikil sedang dengan batupasir melansa 4 x 10-3 sampai 5 x 10-3
3 Kerikil sedang 3,2 x 10-2
4 Pasir kasar sungai 2 x 10 sampai 8,8 x 10-3
-3
12 Leoess, e = 1,3 1 x 10 3
13 Leoess, e = 0,55 2 x 10 -7
14 Lempung 2 x 10 -7 sampai 1 x 10-7
13
3.9. Jenis Akuifer
Akuifer adalah suatu tubuh batuan atau regolith yang berfungsi sebagai reservoir yang
mempunyai porositas dan permeabilitas yang baik sehingga mampu menyimpan dan meloloskan
air. Berdasarkan sifat hidrodinamik, maka akuifer sendiri bisa digolongkan menjadi tiga tipe
akuifer (Fetter,1994), yaitu :
1. Akuifer Bebas (unconfined aquifer), yaitu : akuifer yang bagian dasarnya dilapisi
oleh lapisan yang kedap air, sedangkan di bagian atasnya merupakan permukaan
bebas, sehingga seluruh permukaan airtanahnya dipengaruhi oleh tekanan atmosfer
(gambar 3.6).
2. Akuifer Tertekan (confined aquifer), yaitu: akuifer yang lapisan atas maupun
bawahnya tersusun dari lapisan yang kedap air. Sehingga air terkurung di antara
kedua lapisan tersebut (gambar 3.7).
14
Gambar 3.7. Akuifer tertekan (Fetter, 1994)
3. Akuifer Setengah Tertekan (semi confined aquifer), yaitu: akuifer yang lapisan
penutup atas dan bawahnya adalah lapisan yang semi kedap air, sehingga air
terpengaruh oleh rembesan di bagian atau maupun bawah (gambar 3.8).
15
Kedudukan muka airtanah yang diketahui kedalamannya dari permukaan tanah pada
suatu tempat, akan mempunyai ketinggian tertentu dari muka air laut. Jika ketinggian muka
airtanah dari muka air laut ini dijumpai pada tempat lain, maka akan didapatkan kantur muka
airtanah dengan harga equipotensial tertentu, sehingga suatu kontur airtanah mempunyai harga
equipotensial yang berbeda dengan kontur lain. Arah aliran airtanah dianggap tegak lurus dengan
kontur airtanah.
Pada akhirnya, kombinasi dari keduanya, yaitu kontur airtanah dan arah aliran airtanah
akan menghasilkan suatu jaring - jaring dari aliran airtanah. Adapun kegunaan dari jaring-jaring
aliran airtanah adalah :
1. Untuk mengetahui arah aliran airtanah.
2. Digunakan untuk mengestimasi jumlah air yang mengalir melalui suatu akuifer.
16
merupakan aliran yang partikel – partikel airnya bergerak secara berputar dan memiliki
kecepatan yang besar. Akan tetapi aliran airtanah bergerak secara leminer.
Aliran laminer dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: aliran tetap (steady flow) dan aliran
tidak tetap (unsteady flow). Aliran tetap merupakan aliran aliran yang tidak berubah karena
waktu. Sedangkan aliran tidak tetap adalah aliran yang berubah karena waktu.
Kecepatan aliran airtanah tergantung pada gravitasi (landaian hidrolika) dan gesekan.
Dimana gravitasi akan mendorong airtanah bergerak dari tempat yang tinggi menuju tempat yang
lebih rendah. Hal ini dinyatakan dengan landaian hidrolika (Gambar 3.9).
Berdasarkan selisih data tinggi bibir sumur terhadap permukaan tanah dan jarak antara
permukaan bibir sumur dengan permukaan airtanah akan diperoleh data kedalaman muka
airtanah. Kemudian selisih data kedalaman muka airtanah dengan data ketinggian antara lokasi
satu sumur terhadap lokasi sumur lain diplot pada peta lokasi pengukuran sumur dengan interval
kontur (c.i) tertentu dibuat flownet dengan cara menghubungkan titik-titik yang mempunyai nilai
ketinggian yang sama. Berdasarkan flownet yang dibuat dan bantuan data sumur bor kemudian
dapat ditentukan potensi air tanah bebas dari jumlah airtanah yang mengalir per satuan unit lebar
aquifer (q) dan Debit (Q) dengan urutan langkah-langkah sebagai berikut:
Nilai Q ditentukan dengan rumus Darcy melalui perhitungan sebagai berikut:
q = ½ . k . h12-h22 m2/detik
L
Q = q . w m3/detik
Dimana:
17
k = Konduktivitas hidraulik (m/detik)
h1 - h2 = Ketinggian muka airtanah (m2)
L = Panjang akuifer (m)
w = Lebar akuifer (m)
q = Jumlah airtanah yang mengalir per satuan unit luas aquifer (m2/detik)
Q = Debit (m3/detik)
3. Kekentalan
Kekentalan dipengaruhi oleh partikel yang terkandung di dalam air. Semakin banyak
partikel yang dikandung, maka air akan semakin kental. Disamping itu apabila suhu
semakin tinggi maka kekentalannya akan semakin berkurang.
4. Kekeruhan
Kekeruhan disebabkan oleh adanya zat yang terkandung dalam air tapi yang tidak
terlarutkan, misalnya lempung, lanau dan zat organik serta organisme
18
5. Temperatur
Temperatur air dipengaruhi oleh kondisi sekelilingnya, seperti musim, cuaca, siang
malam, tempat atau lokasinya akibat berbagai macam variasi energi matahari yang
diterima permukaan (Tood, 1980).
b) Sifat Kimia
Sifat kimia digunakan untuk menilai kualitas airtanah dinyatakan dalam parameter
kandungan bahan kimia organik dan anorganik, meliputi:
1. Kesadahan
Kesadahan merupakan sifat air yang disebabkan oleh kehadiran ion – ion logam
yang bervalensi dua yang sebagian besar berupa kalsium dan magnesium dalam
airtanah (Todd,1980). Kesadahan dapat dikelompokkan ke dalam empat kelas :
19
1.000 – 10.000 Brackish
10.000 – 100.000 Salty
>100.000 Briny
5. Oksigen Terlarut
Oksigen merupakan unsur yang paling penting dalam pengawasan kualitas air.
Adanya oksigen dalam air menandakan adanya aktivitas biologis. Kelarutan oksigen
dipengaruhi oleh suhu, tekanan udara dan salinitas.
c) Sifat Biologis
Kualitas airtanah baik secara langsung maupun tidak langsung dipengaruhi oleh aktifitas
biologis organisme. Salah satu indikator biologi dalam penentuan kualitas airtanah adalah
20
kandungan bakteri E. coli yang dapat menimbulkan penyakit. Bakteri ini umumnya berasal
dari kotoran manusia yang mengandung lebih dari 108 bakteri per gram.
PENUTUP
21
kimia, dan biologis, yang pada hakekatnya dipengaruhi oleh lingkungan. Selaras dengan laju
industrialisasi dan pertambahan penduduk, maka kasus-kasus pencemaran airpun meningkat.
Kesempatan yang akan diberikan kepada kami PT. Indonesia Geologi Konsultan akan
memberikan wawasan mengenai kualitas air tanah, kandungan batuan atau litologi penyusun
daerah tersebut, Mengetahui dan menentukan lokasi daerah tangkap hujan (recharge area) dan
daerah luahan ( discharge area)
22