Anda di halaman 1dari 22

I.

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Air tidak bisa dilepaskan dari kehidupan manusia, karena pada dasarnya manusia tidak
bisa hidup tanpa air. Pada sistem bumi, air terdapat di dalam lapisan hidrosfer, yang meliputi
permukaan dan bawah permukaan. Kuantitas air di dalam hidrosfer pada dasarnya tetap konstan,
karena secara umum semua air yang menempati bumi mengalami proses-proses daur ulang yang
disebut siklus hidrologi. Air bersih yang banyak dimanfaatkan oleh manusia adalah airtanah,
yaitu air yang terdapat di dalam tanah atau batuan. Airtanah terdapat dimana-mana di bawah
permukaan di daerah pegunungan, dataran, gurun, bahkan di kutub. Pemanfaatan airtanah oleh
manusia telah dimulai sejak berabad-abad lampau, mungkin seumur dengan peradaban manusia,
untuk menunjang kehidupannya, ternak dan tanaman. Saat ini sumberdaya airtanah telah menjadi
komoditi ekonomi yang mempunyai peran vital dalam menunjang pembangunan, bahkan di
beberapa daerah tergolong strategis.
Adanya pemanfaatan air tanah secara besar-besaran telah menunjukkan dampak negatif
berupa penurunan kuantitas. Pengambilan air tanah dengan pemompaan yang sangat terkontrol
biasanya terjadi di kawasan industri. Dampak negatif yang timbul antara lain penurunan muka
airtanah, intrusi air laut, dan amblesan tanah. Di sisi lain, pemanfaatan air tanah yang kurang
terkendali juga telah mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas. Kualitas air tanah dapat
ditinjau dari aspek fisika, kimia, dan biologis, yang pada hakekatnya dipengaruhi oleh
lingkungan. Selaras dengan laju industrialisasi dan pertambahan penduduk, maka kasus-kasus
pencemaran airpun meningkat.
Penentuan potensi airtanah didasarkan kelompok kriteria mutu yang berkaitan dengan
penilaian jumlah dan mutu air tanah (Peraturan Pemerintah No 82 Tahun 2001 tentang baku
mutu air minum).
Kelompok kriteria mutu dari sisi mutu kelayakan air bawah tanah untuk keperluan air
minum, didasarkan atas kandungan unsur atau senyawa anorganik utama seperti mangan (Mg),
klorida (Cl), sulfat (SO4), nitrat (NO3 ), nitrit (NO2 ), besi (Fe), derajat keasaman (pH), jumlah
zat padat terlarut (TDS), kekeruhan, Daya Hantar Listrik (DHL), ditambah kehadiran unsur
biologis dalam hal ini bakteri ecoli.

1
1.2. Maksud dan Tujuan

Maksud dari pemetaan air tanah merupakan untuk menetukan jenis kualitas air tanah berdasarkan
parameter fisik, kimia dan biologi, dan melakukan pemetaan geologi untuk menetukan jenis
batuan, sutuktur geologi, strafigrafi dan jenis aquifer, serta menegetauhui muka air tanah
(MAT).

Sedangkan tujuannyah adalah


1. Mengetahui tatanan geologi daerah daerah tersebut
2. Mengetahui nilai kualitas air dalam bentuk parameter fisika, kimia, biologi.
3. Membandingkan nilai kualitas airtanah dengan baku mutu kualitas airtanah.
4. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas airtanah di daerah tersebut
5. Mengetahui elevasi muka air tanah (MAT)
6. Mengetahui lokasi daerah tangkap hujan (recharge area) dan daerah luahan (
discharge area)

1.3. Hasil Yang Diperoleh


Hasil pemetaan yang diperoleh antara lain:
1. Peta Geologi
2. Peta Geomorfologi
3. Peta Elevasi Muka Air tanah dan Arah Aliran Airtanah daerah penelitian
4. Peta Kualitas Airtanah
5. Laporan Pemetaan Air tanah di lokasi tersebut
6. Rekomendasi eksplorasi dan eksploitasi airtanah daerah penelitian

1.4. Manfaat
1. Bagi masyarakat
Menyadarkan akan pentingnya air dan menjaga keseimbangan lingkungan, serta
memberikan pengetahuan mengenai pemanfaatan air tanah yang layak dan sesuai
prosedur yang dianjurkan.
2. Bagi pemerintah

2
Dapat dijadikan masukkan terhadap solusi peningkatan kualitas dan sumber daya air
serta sebagai acuan eksplorasi air tanah yang baik dan benar pada daerah tersebut
3. Bagi instansi pendidikan
Mampu membantu membuka wacana instansi pendidikan untuk menjadi pelopor
pemeliharaan kondisi hidrogeologi pada daerah penelitian pada khususnya dan di
Indonesia pada umumnya.
4. Bagi para praktisi pemerhati lingkungan
Menjadi suatu wacana yang harapannya solusi yang penulis tawarkan dapat
direalisasikan dengan seoptimal mungkin. Dan juga sebagai perbandingan pemikiran
dari penulis kepada praktisi pemerhati lingkungan yang dapat menghasilkan satu misi
bersama untuk meningkatkan kualitas hidrogeologi daerah penelitian dan menjaga
kelestarian lingkungan.

3
II. METODOLOGI PENELITIAN

2.1 Metode Penelitian


Metode yang dilakukan dalam penelitian adalah secara diskriptis analitis data primer,
yakni :
1. Pengukuran dan pengamatan langsung dilapangan meliputi pengamatan dan pengukuran
litologi, stuktur geologi, dan sumur dangkal / gali serta pengambilan sample batuan
maupun sampel air tanah.
2. Metode analisis meliputi analisa sampel batuan secara mikroskopis, struktur geologi dan
analisa sampel air tanah.
3. Studio, meliputi pembuatan peta dan penyusunan laporan penelitian.

2.2. Tahapan Pemetaan


Tahapan yang dilakukan dalam mencapai hasil yang diharapkan dalam penelitian ini
antara lain:
a. Tahap persiapan
b. Tahap pekerjaan lapangan
c. Tahap analisis
d. Penyusunan laporan

2.3. Tahap Persiapan

1. Studi Pustaka
Studi pustaka dilakukan sebagai acuan untuk data penunjang penelitian mengenai keadaan
geologi maupun hidrogeologi pada daerah Prambanan. Disamping itu, studi pustaka bertujuan
untuk meinterprestasi keadaan geologi maupun hidrogeologi daerah pemetaan tersebut dengan
menggunakan peta dasar, sehingga akan memiliki gambaran tentang hal-hal yang dilakukan
sebelum melakukan pengambilan data dilapangan.

2. Observasi Lapangan
Observasi lapangan bertujuan untuk mengetahui kondisi lapangan menentukan persiapan yang
akan dilakukan dalam pengambilan data. Contohnya penentuan jalur lintasan pada saat pemetaan
geologi, penentuan lokasi sumur di daerah tersebut

4
3. Pengumpulan Data Sekunder
Data sekunder berupa data peneliti terdahulu yang dapat berupa data geologi, data struktur
geologi, data sumur dangkal maupun sumur dalam, contoh air untuk uji kimia, fisika dan biologi.
Data sekunder juga diperoleh dari dinas atau instansi terkait menegenai lingkungan dan air tanah.

2.4 Persiapan Alat


Untuk mendukung pelaksanaan penelitian maka dibutuhkan beberapa peralatan dan
fasilitas pendukung yang diantaranya :
a. Sarana pengamatan :
- Palu
- Kompas geologi
- Kaca pembesar (loupe)
- Komparator butir
- Pita ukur
- Kantong sampel
- HCl 0,1 N
b. Sarana perekam :
- Peta topografi
- Buku catatan lapangan
- Kamera
- GPS (Global Position System)
c. Alat tulis
- Pensil 2B
- Busur derajat
- Clipboard
- Pensil berwarna
- Kertas milimeter
- Kertas kalkir
- Kertas HVS

d. Peralatan tambahan

5
- Botol sampel air
- Benang / tambang
- Laptop atau computer untuk penyusunan data atau pembutatan laporan

2.5 Tahap Lapangan

 Menetukan arah litasan


 Mengukur kedudukan bidang batuan atau sturktur geologi berupa sesar dan kekar
 Mendeskripsi jenis batuan
 menetukan morfologi daerah pemetaan
 pengambilan sample batuan
 menegukur muka air tanah
 mendeskripsi kualitas air tanah secara fisik berdasakan warna, bau dan rasa
 pengambilan sample airtanah

2.6 Tahap Analisis dan Laboratorium

Tahap laboratorium ini merupakan salah satu tahap yang dilakukan guna melengkapi data yang
ada dengan cara menganalisa data yang diperoleh dari data primer maupun data sekunder.
Analisis contoh airtanah berdasarkan parameter kimia, fisika dan biologi yang dilakukan oleh
Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Hama Penyakit Menular (BTKL
PPM)

2.7 Tahap Pembuatan Peta

Hasil dari analisis sebagian disajikan dalam bentuk peta kualitas maupun kuantitas guna
untuk acuan pemerintahan mengetahui kualitas air tanah daerah tersebut. Peta-peta yang dibuat
berdasarkan data yang diperoleh dilapangan yang telah melalui proses analisa laboratorium
sehingga akan menghasilkan peta antara lain:
 Peta Geologi daerah
 Peta Geomorfologi
6
 Peta Elevasi Muka Airtanah dan Arah Aliran Airtanah daerah tersebut
 Peta penyebaran unsur kimia air tanah
 Peta Kualitas Airtanah

Diagram Alir Pemetaan Air Tanah

Gambar 2.1 Diagram Alir Pemetaan Air Tanah

7
DASAR TEORI

3.1 Hidrogeologi

Hidrogeologi adalah suatu studi tentang air yang mempelajari distribusi maupun
pergerakan airtanah pada suatu media batuan. Dengan kata lain hidrogeologi adalah studi tentang
interaksi antara material - material geologi beserta proses – prosesnya dengan air khususnya
airtanah (Fetter, 1994).
Fetter, 1994 mengklasifikasikan batuan berdasarkan kemampuannya dalam menyimpan
airtanah menjadi empat jenis, yaitu:
1. Akuifer, merupakan batuan sedimen atau suatu formasi yang permeabel, memiliki
nilai porositas dan permeabilitas yang sangat baik, sehingga dapat menyimpan dan
meloloskan airtanah dengan sangat baik juga.
2. Akuitar, merupakan batuan yang memiliki nilai permeabilitas yang kurang baik,
dengan kata lain dapat menyimpan airtanah juga dapat meluluskan airtanah. Akan
tetapi jumlah airtanah yang dapat diluluskannya lebih sedikit (dilakukan perlahan-
lahan) dibandingkan dengan akuifer. Sehingga akuitar ini dapat berfungsi sebagai
media perantara air dari akuifer satu ke akuifer lainnya.
3. Akuiklud, merupakan batuan yang tergolong kedap air (impermeable) yaitu dapat
menyimpan airtanah namun tidak dapat meluluskannya.
4. Akuifug, merupakan batuan yang sama sekali kedap air, tidak mampu menyimpan
ataupun meluluskan air.

3.2. . Siklus Hidrologi


Airtanah dapat diartikan sebagai air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di
bawah permukaan tanah. Sekalipun letak air tersebut berada di bawah lapisan tanah, belum tentu
air tersebut disebut sebagai airtanah. Dalam siklus hidrologi (gambar 3.3), energi panas matahari
menyebabkan terjadinya proses evaporasi di laut ataupun tempat – tempat lainnya dan uap air
akan terbawa oleh angin melintasi daratan yang bergunung maupun datar dan apabila keadaan
atmosfer memungkinkan, sebagian dari uap air tersebut akan turun menjadi hujan. Sebelum
mencapai permukaan tanah air hujan tersebut akan tertahan oleh vegetasi, sebagian dari air hujan

8
tersebut akan tersimpan di permukaan daun atau yang lainnya dan sebagian lainnya akan jatuh ke
atas permukaan tanah.
Air hujan yang dapat mencapai permukaan, sebagian akan masuk ke dalam tanah
(infiltrasi) sedangkan air hujan yang tidak terserap ke dalam tanah akan tertampung sementara
dalam cekungan – cekungan permukaan tanah (surface detention), kemudian mengalir diatas
permukaan ke tempat yang lebih rendah (runoff) untuk selanjutnya masuk ke dalam sungai. Air
infiltrasi akan tertahan di dalam tanah oleh gaya kapiler yang selanjutnya akan membentuk
kelembaban tanah, apabila tingkat kelembaban airtanah telah cukup jenuh maka air hujan yang
masuk ke dalam tanah akan bergerak secara lateral (horizontal) selanjutnya pada tempat tertentu
akan keluar lagi ke permukaan tanah (subsurface flow) dan akhirnya mengalir ke sungai.
Alternatif lainnya, air hujan yang masuk ke dalam tanah tersebut akan bergerak lebih dalam dan
menjadi bagian dari airtanah (groundwater), airtanah tersebut terutama pada musim hujan akan
mengalir ke sungai, danau, atau tempat penampungan air alamiah lainnya.
Tidak semua air infiltrasi (airtanah) mengalir ke sungai atau danau, melainkan ada
sebagian air infiltrasi yang tetap tinggal dalam lapisan tanah bagian atas (top soil) untuk
kemudian diuapkan kembali ke atmosfer melalui permukaan tanah (evaporation) dan melalui
permukaan vegetasi (transpiration).

Gambar 3.3. Siklus Hidrologi (diunduh dari www.yahoo.Groundwater-


Surface Water Quantity Water Quantity & Hydrology -
Hydrologic Cycle –Alberta Environment_files)

9
3.4 Kondisi Aliran Sungai
Air hujan yang jatuh lebih banyak meresap kebawah permukaan berfungsi sebagai
airtanah, dan sebagian mengalir dipermukaan misalnya di sungai sebagai air permukaan. Air
yang berfungsi sebagai airtanah tersebut dalam perkolasinya bergerak secara umum ke arah
Utara.
Posisi muka airtanah terhadap muka air permukaan bisa menyebabkan terjadinya
penambahan oleh air permukaan terhadap airtanah yang disebut influent atau sebaliknya bila
airtanah mengisi air permukaan disebut effluent (gambar 3.4). Sungai influent atau losing stream,
jika aliran air permukaan sebagai pemberi pada airtanah, sedangkan sungai effluent atau gaining
stream, jika airtanah sebagai pemberi pada aliran air permukaan sungai. Hal ini karena
disebabkan karena permukaan airtanah lebih tinggi daripada permukaan sungai sehingga airtanah
mengisi air sungai (Suharyadi, 1984)

Air permukaan yang mengisi Air tanah yang mengisi

airtanah(sungai influent) air permukaan(sungai effluent)

Gambar 3.4. Jenis-jenis sungai berdasarkan muka airtanah (Fetter, 1994)

3.5. Porositas dan Permeabilitas Batuan

3.5.1 Porositas Batuan


Todd (1980) mengartikan porositas sebagai perbandingan antara volume pori-pori
(lubang) batuan dengan volume total bantuan. Ini menunjukkan nilai maksimum air yang
terkandung oleh suatu batuan yang jenuh air. Sedangkan permeabilitas merupakan kemampuan
suatu batuan untuk meluluskan air. Air yang berada di bawah permukaan mengalir melalui ruang

10
antar butiran (pori). Namun tidak jarang juga ditemukan air yang mengalir melalui celah/retakan
batuan. Ada berbagai macam porositas batuan yang dibagi berdasar genesa, yaitu :
1. Porositas primer, yaitu: porositas yang terbentuk bersamaan atau sesaat setelah
terbentuknya batuan. Yang termasuk didalamnya adalah porositas matriks dan
porositas vesikuler pada lava,
2. Porositas sekunder, yaitu: porositas yang terbentuk setelah terbentuknya batuan
(diagenesa). Yang termasuk di dalamnya adalah porositas retakan dan porositas
saluran, pada umumnya dibentuk oleh proses tektonik dan pelarutan.
Beberapa faktor yang menunjang keadaan airtanah antara lain :
1. Ukuran butir 5. Sortasi
2. Keseragaman butir 6. Bahan pengikat butiran batuan
3. Susunan butir 7. Kemas
4. Bentuk butir
Harga porositas suatu batuan akan berbeda – beda tergantung dari ukuran butir penyusun
batuan, seperti yang terlihat dalam tabel di bawah ini:

Tabel 3.1. Nilai Porositas Beberapa Batuan (Todd, 1980)


No Bahan Porositas ( % )
1. Kerikil kasar 28
2. Kerikil sedang 32
3. Kerikil halus 34
4. Pasir kasar 39
5. Pasir sedang 39
6. Pasir halus 43
7. Lumpur 46
8. Lempung 42
9. Batupasir halus 33
10. Batupasir sedang 37
11. Batu kapur 30
12. Dolomit 26
13. Gumuk pasir 45
14 Skiss 38
15 Batulempung 43
16 Batulumpur 35
17 Shale 6
18 Till predominantly silt 34
19 Till predominantly sand 31
20 Tuff 41
21 Basalt 17
22 Gabro 43
23 Granit 45

11
Gambar 3.5. Hubungan tekstur batuan dengan porositas (Modifikasi dari Todd,1980)

3.6. Permeabilitas Batuan


Jumikis (1983) mendefinisikan permeabilitas sebagai sifat batuan berpori yang
memungkinkan aliran rembesan dan cairan yang berupa air mengalir lewat rongga pori. Pori -
pori tanah yang saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya, sehingga air dapat mengalir
dari titik dengan energi tinggi ke titik energi yang lebih rendah.
Permeabilitas pada prinsipnya adalah kemampuan dari suatu media atau bahan untuk
meluluskan air, dengan demikian porositas besar belum tentu mempunyai permeabilitas besar
pula karena ukuran dan kontinuitas hubungan terbuka antar ruang yang mempengaruhi
permeabilitas merupakan faktor yang penting.

12
Tabel 3.2. Harga Koefisien Kelulusan Air dari Berbagai Macam Batuan
(menurut Jumikis, 1983)
No Macam Bahan Koefisien Kelulusan Air (m/dt)
1 Kerikil kasar 5 x 10-3 sampai 1 x 10-2
2 Kerikil sedang dengan batupasir melansa 4 x 10-3 sampai 5 x 10-3
3 Kerikil sedang 3,2 x 10-2
4 Pasir kasar sungai 2 x 10 sampai 8,8 x 10-3
-3

5 Pasir sedang 3,5 x 10-2


6 Pasir halus 2,5 x 10-2 sampai 3 x 10-2
7 Pasir halus dan lempung 8 x 10-4 sampai 3 x 10-3

8 Pasir halus bersih + sedikit lempung 5 x 10-4 sampai 1 x 10-3


9 Pasir gurun 2 x 10-4
10 Pasir sangat halus 1 x 10-4
11 Pasir halus lanauan 1 x 10 sampai 1 x 10-4
-3

12 Leoess, e = 1,3 1 x 10 3
13 Leoess, e = 0,55 2 x 10 -7
14 Lempung 2 x 10 -7 sampai 1 x 10-7

3.7. Daerah Imbuhan (Recharge Area) dan Luahan (Discharge Area)


Daerah imbuhan (Recharge Area) merupakan wilayah dimana air yang berada
dipermukaan tanah baik air hujan ataupun air permukaan mengalami proses penyusupan
(infiltrasi) secara gravitasi melalui lubang pori tanah/batuan atau celah/rekahan pada
tanah/batuan. Proses penyusupan ini akan terakumulasi pada satu titik dimana air tersebut
menemui suatu lapisan / struktur batuan yang bersifat kedap air (impermeable). Titik akumulasi
ini akan membentuk suatu zona jenuh air (saturated zone) yang seringkali disebut sebagai daerah
luahan airtanah (discharge zone).
3.8. Geometri Sistem Akifer
Setiap wilayah memiliki cekungan airtanah masing – masing, dimana cekungan airtanah
ini merupakan bagian kecil dari suatu cekungan hidrogeologi. Akan tetapi cekungan airtanah
tidak menunjukkan bahwa di setiap lokasinya memiliki produktivitas airtanah yang tinggi.
Karena tinggi rendahnya produktifitas (kuantitas) suatu airtanah ditentukan oleh batuan - batuan
yang bertindak sebagai akuifer. Suatu geometri sistem akuifer sangat dipengaruhi oleh kondisi
lingkungan pengendapannya, bagaimana asal mula pembentukan batuan yang bertindak sebagai
akuifer, serta faktor - faktor luar lainnya yang berpengaruh.

13
3.9. Jenis Akuifer
Akuifer adalah suatu tubuh batuan atau regolith yang berfungsi sebagai reservoir yang
mempunyai porositas dan permeabilitas yang baik sehingga mampu menyimpan dan meloloskan
air. Berdasarkan sifat hidrodinamik, maka akuifer sendiri bisa digolongkan menjadi tiga tipe
akuifer (Fetter,1994), yaitu :
1. Akuifer Bebas (unconfined aquifer), yaitu : akuifer yang bagian dasarnya dilapisi
oleh lapisan yang kedap air, sedangkan di bagian atasnya merupakan permukaan
bebas, sehingga seluruh permukaan airtanahnya dipengaruhi oleh tekanan atmosfer
(gambar 3.6).

Gambar 3.6. Akuifer bebas (Fetter, 1994)

2. Akuifer Tertekan (confined aquifer), yaitu: akuifer yang lapisan atas maupun
bawahnya tersusun dari lapisan yang kedap air. Sehingga air terkurung di antara
kedua lapisan tersebut (gambar 3.7).

14
Gambar 3.7. Akuifer tertekan (Fetter, 1994)

3. Akuifer Setengah Tertekan (semi confined aquifer), yaitu: akuifer yang lapisan
penutup atas dan bawahnya adalah lapisan yang semi kedap air, sehingga air
terpengaruh oleh rembesan di bagian atau maupun bawah (gambar 3.8).

Gambar 3.8. Akuifer setengah tertekan (Fetter, 1994)

3.10. Muka Airtanah

15
Kedudukan muka airtanah yang diketahui kedalamannya dari permukaan tanah pada
suatu tempat, akan mempunyai ketinggian tertentu dari muka air laut. Jika ketinggian muka
airtanah dari muka air laut ini dijumpai pada tempat lain, maka akan didapatkan kantur muka
airtanah dengan harga equipotensial tertentu, sehingga suatu kontur airtanah mempunyai harga
equipotensial yang berbeda dengan kontur lain. Arah aliran airtanah dianggap tegak lurus dengan
kontur airtanah.
Pada akhirnya, kombinasi dari keduanya, yaitu kontur airtanah dan arah aliran airtanah
akan menghasilkan suatu jaring - jaring dari aliran airtanah. Adapun kegunaan dari jaring-jaring
aliran airtanah adalah :
1. Untuk mengetahui arah aliran airtanah.
2. Digunakan untuk mengestimasi jumlah air yang mengalir melalui suatu akuifer.

3.10.1. Kedalaman Muka Airtanah


Dalam menentukan kedalaman muka airtanah dinyatakan dengan rumus :
Kedalaman MAT (m) = b – a
a = ketinggian bibir sumur gali terhadap permukaan tanah (m).
b = tinggi muka airtanah yang terdapat di dalam sumur gali (m).
3.10.2. Ketinggian Muka Airtanah
Untuk menentukan ketinggian muka airtanah digunakan rumus :
Ketinggian MAT (m) = elevasi permukaan – kedalaman MAT
Elevasi permukaan = ketinggian suatu tempat berdasarkan datum (ketinggian muka
air laut).

3.11. Aliran Muka Airtanah


Aliran airtanah sangat bergantung oleh gaya gravitasi, karena kecenderungan arah aliran
airtanah akan bergerak dari tempat yang tinggi ke dataran yang lebih rendah. Aliran airtanah ini
dianggap tegak lurus terhadap garis ketinggian muka airtanah.
Airtanah bergerak dalam bentuk aliran kesetimbangan. Aliran airtanah dapat dibagi menjadi
dua aliran, yaitu laminer dan aliran turbulen. Aliran laminer merupakan aliran yang partikel –
partikel airnya bergerak sejajar dengan kecepatan yang relatif lambat. Sedangkan lairan turbulen

16
merupakan aliran yang partikel – partikel airnya bergerak secara berputar dan memiliki
kecepatan yang besar. Akan tetapi aliran airtanah bergerak secara leminer.
Aliran laminer dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: aliran tetap (steady flow) dan aliran
tidak tetap (unsteady flow). Aliran tetap merupakan aliran aliran yang tidak berubah karena
waktu. Sedangkan aliran tidak tetap adalah aliran yang berubah karena waktu.
Kecepatan aliran airtanah tergantung pada gravitasi (landaian hidrolika) dan gesekan.
Dimana gravitasi akan mendorong airtanah bergerak dari tempat yang tinggi menuju tempat yang
lebih rendah. Hal ini dinyatakan dengan landaian hidrolika (Gambar 3.9).

Gambar 3.9. Landaian Hidrolika

Berdasarkan selisih data tinggi bibir sumur terhadap permukaan tanah dan jarak antara
permukaan bibir sumur dengan permukaan airtanah akan diperoleh data kedalaman muka
airtanah. Kemudian selisih data kedalaman muka airtanah dengan data ketinggian antara lokasi
satu sumur terhadap lokasi sumur lain diplot pada peta lokasi pengukuran sumur dengan interval
kontur (c.i) tertentu dibuat flownet dengan cara menghubungkan titik-titik yang mempunyai nilai
ketinggian yang sama. Berdasarkan flownet yang dibuat dan bantuan data sumur bor kemudian
dapat ditentukan potensi air tanah bebas dari jumlah airtanah yang mengalir per satuan unit lebar
aquifer (q) dan Debit (Q) dengan urutan langkah-langkah sebagai berikut:
Nilai Q ditentukan dengan rumus Darcy melalui perhitungan sebagai berikut:

q = ½ . k . h12-h22 m2/detik
L
Q = q . w m3/detik

Dimana:

17
k = Konduktivitas hidraulik (m/detik)
h1 - h2 = Ketinggian muka airtanah (m2)
L = Panjang akuifer (m)
w = Lebar akuifer (m)
q = Jumlah airtanah yang mengalir per satuan unit luas aquifer (m2/detik)
Q = Debit (m3/detik)

3.12. Kualitas Airtanah


Kualitas airtanah secara alamiah akan berbeda pada setiap ruang dan waktu. Hal tersebut
terjadi karena dipengaruhi oleh jenis batuan yang dilalui oleh air, kegiatan alam maupun kegiatan
manusia. Parameter kualitas airtanah terkait dengan sifat ataupun karakteristik air bawah tanah
itu sendiri yang meliputi sifat fisik, kimia maupun bioligis (Suharyadi, 1984).
a) Sifat Fisik
Sifat fisik air yang disyaratkan adalah bahwa air yang digunakan harus bebas dari
segala macam kotoran yang dapat terdeteksi oleh indera penglihat, indera pembau dan
indera perasa. Hal ini meliputi :
1. Warna
Warna dapat disebabkan oleh adanya zat – zat atau material organik yang terkandung
dalam air baik yang berupa suspensi maupun yang terlarut.
2. Bau dan Rasa
Bau dapat disebabkan oleh zat-zat atau gas yang memiliki aroma tertentu di dalam
air dan terhisap oleh indera penciuman seperti gas H2S, NH3 senyawa fenol,
klorofenal dan lain – lain.

3. Kekentalan
Kekentalan dipengaruhi oleh partikel yang terkandung di dalam air. Semakin banyak
partikel yang dikandung, maka air akan semakin kental. Disamping itu apabila suhu
semakin tinggi maka kekentalannya akan semakin berkurang.
4. Kekeruhan
Kekeruhan disebabkan oleh adanya zat yang terkandung dalam air tapi yang tidak
terlarutkan, misalnya lempung, lanau dan zat organik serta organisme

18
5. Temperatur
Temperatur air dipengaruhi oleh kondisi sekelilingnya, seperti musim, cuaca, siang
malam, tempat atau lokasinya akibat berbagai macam variasi energi matahari yang
diterima permukaan (Tood, 1980).

b) Sifat Kimia
Sifat kimia digunakan untuk menilai kualitas airtanah dinyatakan dalam parameter
kandungan bahan kimia organik dan anorganik, meliputi:
1. Kesadahan
Kesadahan merupakan sifat air yang disebabkan oleh kehadiran ion – ion logam
yang bervalensi dua yang sebagian besar berupa kalsium dan magnesium dalam
airtanah (Todd,1980). Kesadahan dapat dikelompokkan ke dalam empat kelas :

Tabel 3.3. Klasifikasi Air Berdasarkan Kesadahan (Menurut


Sawyer &Mc Carty)
Kesadahan(mg/l CaCO3) Kelas Air
0 – 75 Lunak
75 – 100 Menengah
150 – 300 Keras
>300 Sangat Keras

2. Jumlah Garam Terlarut (Total Dissolved Solids)


Jumlah garam terlarut adalah jumlah konsentrasi garam yang terkandung dalam
air, diklasifikasikan menjadi:

Tabel 3.4. Klasifikasi Air Berdasarkan Jumlah Garam Terlarut


(Menurut Davis & De Wiest)
Jumlah Garam Terlarut (mg/l) Jenis Air
< 1000 Fresh

19
1.000 – 10.000 Brackish
10.000 – 100.000 Salty
>100.000 Briny

2. Daya Hantar Listrik


Daya hantar listrik adalah sifat air untuk dapat menghantarkan listrik. Air yang
banyak mengandung garam akan memiliki nilai daya hantar listrik yang tinggi.
Klasifikasi air berdasarkan daya hantar listrik dapat dilihat dalam tabel:

Tabel 3.5. Klasifikasi Air Berdasarkan Daya Hantar Listrik


DHL (µ mhos/mS pada 250 C) Jenis Air
0,055 Air minum
0,5 – 5 Air suling
5 – 30 Air hujan
30 – 2.000 Air bawah tanah
35.000 – 45.000 Air laut

3. Derajat Keasaman (pH)


Derajat keasaman digunakan untuk menyatakan intensitas keadaan asam atau basa
suatu larutan. Derajat keasaman dinyatakan dengan pH antara 1 hingga 14.
(Suharyadi,1984)
4. Kandungan Ion
Material anorganik dalam airtanah adalah kandungan ion – ion dalam airtanah
baik yang berupa kation, seperti kalsium, natrium, kalium dan ion logam maupun
anion seperti sulfat, klorida, fluorida, karbonat dan lain – lain.

5. Oksigen Terlarut
Oksigen merupakan unsur yang paling penting dalam pengawasan kualitas air.
Adanya oksigen dalam air menandakan adanya aktivitas biologis. Kelarutan oksigen
dipengaruhi oleh suhu, tekanan udara dan salinitas.

c) Sifat Biologis
Kualitas airtanah baik secara langsung maupun tidak langsung dipengaruhi oleh aktifitas
biologis organisme. Salah satu indikator biologi dalam penentuan kualitas airtanah adalah

20
kandungan bakteri E. coli yang dapat menimbulkan penyakit. Bakteri ini umumnya berasal
dari kotoran manusia yang mengandung lebih dari 108 bakteri per gram.

PENUTUP

Adanya kegiatan memberikan dapak positif kepada masyarakat dan Pemerintah


khususnya diri kita sendri mengenai pentingnya air dari kehidupan, mengealkan kepada
masyarakat kondisi dan kualitas air tanah yang layak untuk di konsumsi dan di pergunakaan
sebagai kebutuhan. Di sisi lain, pemanfaatan airtanah yang kurang terkendali juga telah
mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas. Kualitas airtanah dapat ditinjau dari aspek fisika,

21
kimia, dan biologis, yang pada hakekatnya dipengaruhi oleh lingkungan. Selaras dengan laju
industrialisasi dan pertambahan penduduk, maka kasus-kasus pencemaran airpun meningkat.

Kesempatan yang akan diberikan kepada kami PT. Indonesia Geologi Konsultan akan
memberikan wawasan mengenai kualitas air tanah, kandungan batuan atau litologi penyusun
daerah tersebut, Mengetahui dan menentukan lokasi daerah tangkap hujan (recharge area) dan
daerah luahan ( discharge area)

22

Anda mungkin juga menyukai