A. Pendahuluan
Penyediaan air minum di Kabupaten Paniai Provinsi Papua diharapkan dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, yang kemudian dapat berdampak pada perkembangan daerah atau
kawasan tersebut.
Untuk itu sasaran jangka pendek dari perencanaan ini adalah mengupayakan ketersediaan air
dengan tingkat pemenuhan yang dapat ditelorir di daerah yang membutuhkan, yaitu dengan
membuat atau mencari suatu sumber air.
Analisa dan evaluasi kondisi kawasan adalah untuk mengetahui karakter, fungsi
strategis dalam konteks regional/nasional dan kawasan. Dalam perencanaan ini
kawasan adalah terbatas pada kawasan perdesaan beserta dengan arahan
pengembangannya.
b. Analisa Kependudukan
Analisa kependudukan diperlukan untuk mengetahui kebutuhan nyata dan kebutuhan
nyata ini didapat dengan cara melakukan survei. Survei kebutuhan nyata adalah untuk
mengetahui hal-hal sebagai berikut:
1) Mata air
2) Sungai
3) Danau
4) Air tanah
Dalam melakukan analisis pemilihan alternatif sumber air baku sejumlah faktor perlu
dipertimbangkan seperti:
Sasaran dari prosedur pemilihan sumber dalam Penyusunan Outline Plan Sistem
Penyediaan Air minum adalah memberikan identifkasi sumber-sumber yang akan
dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan sesuai horizon waktu perencanaan dengan
penekanan kepada:
e. Identifikasi dan Analisa Permasalahan Sistem Air minum Yang Ada dan
Kebutuhan Pengembangan
3) Tingkat kebocoran
4) Jumlah langganan potensial
Dengan memadukan prakiraan kebutuhan air dan ketersediaan air baku, maka dapat
diidentifikasikan dan dikembangkan yang kemudian dipilih berbagai alternatif pemecahan
permasalahan/pemenuhan kebutuhan.
Setiap alternatif harus dikaji aspek teknis, ekonomi dan manajemen sehingga para ahli
teknik dapat menganalisa dengan cepat dan cermat. Alternatif terpilih adalah yang terbaik
ditinjau dari berbagai aspek tersebut di atas. Pra-desain dari alternatif terpilih merupakan
dasar dalam perkiraan biaya investasi dan pra-kelayakan proyek.
Setelah jelas sumber air baku yang akan digunakan, maka harus dilakukan pengurusan
perijinan. Setelah mendapat perijinan, dilakukan pengamanan dan pengurusan sumber air
baku tersebut.
Dengan memadukan kebutuhan air dan ketersediaan sumber air baku, maka dapat
direncanakan dan dikembangkan pada umumnya lebih dari satu alternatif pemenuhan
kebutuhan.
Suatu studi dilakukan untuk mengidentifikasi semua alternatif yang layak mulai dari:
d. Jalur transmisi
e. Lokasi reservoir
f. Jaringan distribusi.
Studi tersebut dilakukan berdasarkan pada topografi, peta tata guna tanah, dan laporan-
laporan eksisting lainnya.
Suatu sistem penyediaan air minum direncanakan dan dibangun sedemikian rupa agar dapat
memenuhi tiga tujuan berikut:
1. Tersedianya air dalam jumlah yang cukup dengan kualitas yang memenuhi persyaratan
air minum.
Pada dasarnya kriteria perencanaan untuk suatu wilayah dapat disesuaikan dengan kondisi
setempat. Penyimpangan atau modifikasi standar perencanaan normal tidak boleh mencapai
batas yang mengancam keamanan sanitasi air yang akan disampaikan ke masyarakat.
a. Periode Perencanaan
Periode perencanaan suatu sistem air minum dianjurkan untuk disinkronisasi dengan
horizon dan tahapan perencanaan induk kota dengan jangkauan ideal sekitar 15 tahun.
Perencanaan tersebut harus dibagi dalam tahap mendesak, jangka pendek dan jangka
panjang. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan jaminan kesediaan air baku, pembangunan
IPA dan jaringan distribusi yang ekonomis.
b. Sasaran dan Prioritas Penanganan
Sasaran pelayanan bervariasi antara satu daerah dengan daerah lainnya tergantung pada
fungsi strategis kawasan, tingkat kepadatan penduduk, dan ketersediaan sumber air. Pada
tahapan awal prioritas pelayanan harus ditujukan pada daerah-dareah berkepadatan tinggi
dan kawasan-kawasan strategis. Sesudah itu prioritas pelayanan dapat diarahkan pada
daerah pengembangan sesuai dengan arahan dan perencanaan induk.
c. Strategi Penanganan
· Pemanfaatan kapasitas belum terpakai atau "Idle Capacity" jika sistem sudah ada.
d. Kebutuhan Air
Kebutuhan air merupakan jumlah air yang diperlukan bagi kebutuhan per unit konsumsi,
serta kehilangan air dan pertimbangan bagi kebutuhan air pemadam kebakaran. Kebutuhan
air dibedakan menjadi:
1. Kebutuhan Domestik
Kebutuhan dasar domestik ditentukan oleh adanya konsumen domestik yang berasal dari
data penduduk, pola kebiasaan, dan tingkat hidup yang didukung adanya perkembangan
sosial ekonomi yang memberikan kecenderungan peningkatan kebutuhan air.
Vn = Jp.Sp
Dengan :
Vn = Kebutuhan air (liter/hari)
JP = Jumlah pengguna (orang)
Sp = Satuan pemakaian (liter/orang/hari)
Satuan pemakaian sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti:
kepadatan penduduk, kesejahteraan masyarakat, iklim, kebiasaan penduduk, usia
penduduk dll. Dalam perencanaan ini digunakan standar dari Cipta Karya dimana
Q n
Q rh n 1
365
Besarnya kebutuhan air rata-rata harian ini digunakan untuk perencanaan pada
pembangunan instalasi pengolahan air minum.
e. Proyeksi Penduduk
Untuk mengetahui kebutuhan air pada tahun perencanaan, maka harus diketahui paling
tidak perkiraan jumlah penduduk pada tahun tersebut, berdasarkan data yang ada pada
tahun-tahun sebelumnya.
Adapun metode proyeksi penduduk yang digunakan adalah metode geometrik. Proyeksi
dengan metode ini, menganggap bahwa perkembangan penduduk secara otomatis
berganda, dengan pertambahan penduduk. Metode ini tidak memperhatikan adanya suatu
saat terjadi perkembangan menurun dan kemudian mantap, disebabkan kepadatan
penduduk mendekati maksimum.
Pn = P0 * (1 + r)n
f. Kualitas Air
Kualitas air sangat tergantung pada karakteristik fisik dan kimia dan mikrobiologi. Pada
umumnya untuk mencapai standar kualitas air, dalam hal ini standar air minum
Departemen Kesehatan tahun 1990, maka diperlukan pengolahan minimal desinfeksi.
Acuan standar kualitas air tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.2.
B. KIMIA
a. Kimia anorganik
1 Air Raksa Mg/L 0.01
2 Aluminium Mg/L 0.2
3 Arsen Mg/L 0.05
4 Barium Mg/L 1
5 Besi Mg/L 0.3
6 Fluorida Mg/L 1.5
7 Kadmium Mg/L 500
8 Kesadahan (CaCO#) Mg/L 500
9 Khlorida Mg/L 250
10 Kronium val. 6 Mg/L 0.5
11 Mangan Mg/L 0.1
12 Natrium Mg/L 200
13 Nitrat Sebagai N Mg/L 10
14 Nitrit Sebagai N Mg/L 10
15 Perak Mg/L 0.05
16 pH - 6,5 – 9,0 Merupakan batas minimum
17 Selenium Mg/L 0.01 dan maksimum
18 Seng Mg/L 5
19 Sianida Mg/L 0.1
20 Sulfat Mg/L 400
21 Sulfida (H2S) Mg/L 0.05
22 Tembaga Mg/L 1
23 Timbal Mg/L 0.05
b. Kimia Organik
1 Aldrin dan Dieldrin Mg/L 0.0007
2 Benzene Mg/L 0.01
3 Benzo (a) pyrene Mg/L 0.00001
4 Chlordane (total isomer) Mg/L 0.0003
5 2,4-D Mg/L 0.03
6 DDT Mg/L 0.10
7 Detergen Mg/L 0.03
8 1,2 Dichlorethane Mg/L 0.5
9 1,1 Dichlorethane Mg/L 0.01
10 Heptachlor dan Mg/L 0.0003
11 Heptachlor epoxide Mg/L 0.003
12 Hexachlorbenzene Mg/L 0.00001
13 Gamma-HCH (lindane) Mg/L 0.004
14 Methoxychlor Mg/L 0.03
15 Pentachlorophenol Mg/L 0.01
Kadar Maksimum
No. Parameter Satuan Keterangan
Yang diperbolehkan
16 Pestisida total Mg/L 0.10
17 2,4,6 trichlorophenol Mg/L 0.01
18 Zat Organik KmnO4 Mg/L 10
c. Mikrobiologi
Kaliform tinja Jml/100 ml 0 95 dari sample yang
Total Kaliform Jml/ 100 ml 0 diperiksa selama setahun
kadang-kadang boleh ada 3/
d. Radioaktivitas 100 ml sample air, tetapi
Aktivitas Alpha tidak berturut-turut.
(Gross Alpha activity) Bq/L 0,1
Aktivitas Beta
(Gross Beta Activity) Bq/L 1,0
· Kapasitas dan jenis bangunan penyadap di sumber air yang akan dimanfaatkan.
Terdapat 2 (dua) sistem pendekatan dalam penyediaan air minum perdesaan, yakni:
a. Sistem Perpipaan
Pelayanan dengan sistem perpipaan merupakan pelayanan distribusi air minum yang
sangat ideal, jika hal ini dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi air
minum masyarakat pada lokasi program. Umumnya penyediaan air minum dengan
sistem perpipaan ini, perlu pengelolaan dalam pengoperasiannya. Sehingga
diperlukan SDM yang memadai untuk dapat melakukan pengelolaannya, agar sistem
perpipaan ini dapat berfungsi dan beroperasi secara berkesinambungan. Hal lainnya
adalah sulit menemukan sumber air baku yang layak secara kualitas dan kuantitas,
sehingga dengan mudah menjangkau masyarakat dengan sistem perpipaan.
1) Broncaptering
Merupakan bangunan penangkap mata air artesis yang muncul kepermukaan
tanah secara alami. Airnya ditampung sedemikian rupa dengan konstruksi
bangunan yang tidak mengganggu sistem pengalirannya, kemudian airnya
dialirkan dengan sistem perpipaan/tanpa dialirkan untuk dimanfaatkan
masyarakat sebagai air minum. Kualitas airnya relatif baik, dibandingkan dengan
sumber air dari permukaan, dan secara kuantitas jumlahnya sangat terbatas dan
hanya terdapat pada beberapa daerah tertentu saja.
o Intake Bebas
o Intake dengan bendung
o Intake pontoon
o Intake jembatan
o Infiltration galleries
¾L L ¾L
h
> 5 CM
Kayu Plat Besi
1,20 m
Rumus yang digunakan:
Q 0,0134h 2
dimana :
Q = debit (lt/det, Q maksimal 115 lt/det)
h = tinggi air dari dasar pelimpah (cm, 5 < h < 38 cm)
b) Orifice Pipe
Tabung
Observasi
1 2
C. A2
Q 2.g.H
A12 A22
A12
dimana :
Q = debit (m3/det)
A1 = luas tampang 1 (m2)
A2 = luas tampang 2 (m2)
C = coefisien (0,95)
H = beda tinggi permukaan air (m)
Dalam merencanakan suatu sistem distribusi air minum, ada hal-hal yang perlu
diperhatikan sehubungan dengan masalah perpipaan, yaitu:
Tekanan karena fluida yang berada dalam pipa (dalam hal ini adalah air) yang paling
berpengaruh adalah tekanan statisnya. Sedangkan tekanan dinamisnya sangat kecil,
sehingga dapat diabaikan. Tekanan statis ini terjadi karena beda muka air antara dua
titik yang ditinjau, yaitu muka air di reservoir dengan titik yang ditinjau, atau muka air
tertinggi terhadap muka air terendah.
Tekanan yang bekerja pada dinding yang berasal dari luar dipengaruhi oleh beberapa
hal, antara lain:
- berat beban di atas tanah, yaitu beban hidup dan beban mati (berat tanah
sendiri).
- homogenitas lapisan tanah/pasir pelapis.
- konsentrasi tekanan pipa.
Pipa akan lebih mudah pecah bila pada dindingnya bekerja tanah yang terpusat
(misalnya dengan adanya batu/benda keras lainnya disekitar dinding pipa).
2 2
p A VA p V
ZA hp Z B B B h f
2g 2g`
dengan :
ZA dan ZB = Elevasi titik A dan B terhadap datum
VA dan VB = Kecepatan rerata pada titik A dan B
pA pB
dan = Tinggi tekanan di titik A dan B
hp = Tinggi tekanan energi yang diberikan oleh pompa
hf = Kehilangan tekanan akibat gesekan
L V
2
hf = f. .
D 2. g
V2
H=k
2. g
V = 0,354.CH.I0,54.D0,63
dengan :
I = kemiringan garis energi.
CH = koefisien Hanzen-William
Q = 1/4..D2.V
dengan :
D = diameter pipa.
V = kecepatan aliran.
4) Percabangan Pipa
Aliran air dari bak reservoir menuju beberapa bak distribusi merupakan suatu sistem
percabangan pipa. Untuk itu kemana arah aliran sesungguhnya dan berapa debit
yang mengalir di tiap pipa perlu dihitung. Perhitungan dengan menggunakan trial
and error, yaitu dengan menganggap aliran terjadi pada suatu jalur tertentu,
kemudian di cek kebenarannya, apabila ternyata tidak tepat, maka perlu dirubah lagi
arahnya dan diameter dari pipa yang dipasang.
d. Pompa
Pompa merupakan mesin pendorong air yang ditempatkan dibawah air, maupun di
atas air. Gunanya untuk menaikkan air dari sumber ke bangunan pengolahan air
(treatment) maupun untuk kepentingan pendistribusian air ke masyarakat melalui
reservoir. Jenis pompa yang digunakan umumnya terdiri dari:
Untuk sumber energi sistem pompa, apabila tidak ada listrik dapat digunakan diesel,
namun perlu dipertimbangkan di daerah yang terpencil akan mengalami kesulitan
untuk memperoleh bahan bakar, maka dapat menggunakan tenaga matahari (solar
system).
Kebutuhan daya suatu pompa dapat dihitung dengan suatu persamaan berikut:
D = .Q.H.
Dengan :
e. Reservoir
Reservoir merupakan bangunan penampungan air minum sebelum dilakukan
pendistribusian ke masyarakat, yang dapat ditempatkan di atas permukaan tanah
maupun di bawah permukaan tanah.
f. Sistem Pendistribusian
2). pipa sekunder, diperkenankan tapping untuk keperluan tertentu, seperti: fire
hidran, bandara, pelabuhan dll.
g. Unit Pelayanan:
Sambungan distibusi air yang dipergunakan untuk menjangkau kebutuhan air minum
bagi kepentingan masyarakat, melalui 3 (tiga) cara, yakni:
1) Sambungan langsung melalui sambungan rumah, hal ini sepenuhnya menjadi
tanggungan masyarakat.
2) Sambungan langsung tanpa bak penampung kran umum (KU).
2. Institusional
Aspek institusional ini mencakup:
minum,
Dalam hal ini ditinjau kembali peraturan dan perundang-undangan yang ada di bidang
administrasi dan prosedur operasional yang ada, dimana pola diperlukan akan diusulkan
prosedur-prosedur Baru. Studi institusional ini akan menentukan struktur organisasi beserta
personelnya. Pengaturan personel ini dilakukan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ada
dimana jumlah dan kedudukan personel yang diperlukan bergantung kepada kapasitas
sistem yang direncanakan dan keahlian personel. Dalam aspek ini juga akan ditentukan
tugas dan tanggung jawab dari personel-personel sesuai dengan jabatannya, serta tentang
kemungkinan-kemungkinan pengembangan karier/ keahliannya.
3. Finansial
Dalam aspek ini dilakukan pembahasan mengenai segala masalah keuangan dari sistem
penyediaan air minum, mencakup biaya investasi, biaya operasi dan pemeliharaan beserta
sumber pembiayannya. Dalam pembuatan perkiraan biaya perlu dijelaskan hal-hal
mengenai: