Anda di halaman 1dari 49

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan berkat sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas mata
kuliah Plambing dengan baik. Laporan ini disusun berdasarkan survei
lapangan dan beberapa referensi dari buku-buku yang ada dan bertujuan
agar penulis dapat membandingkan pengetahuan dan pengalaman dengan
teori yang diperoleh di dalam kelas. Penulis tidak lupa mengucapkan terima
kasih kepada Bapak Ir. H. Triyono, ST selaku dosen mata kuliah
Plambing dan semua rekan yang telah membantu dalam penyusunan
laporan ini.

Dalam penyusunan laporan ini penulis menyadari banyaknya


kekurangan dalam penyusunan hasil survei oleh karena itu kritik dan saran
yang bersifat membangun sangat dibutuhkan demi kesempurnaan
penyusunan laporan ini selanjutnya.

Akhir kata penulis berharap mudah-mudahan laporan ini dapat


menambah pengetahuan bagi pembaca dan bermanfaat bagi mahasiswa
STTL khususnya.

Yogyakarta, 1 Desember 2010

Penulis

1
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR .............................................................. 1

DAFTAR ISI .............................................................. 2

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.............................................................. 3

1.2 Maksud dan Tujuan .................................................... 4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pendekatan Teori .................................................... 6

BAB III. PERENCANGAN TEKNIS

3.1 Kriteria Perancangan .................................................... 25

3.2 Perhitungan Kebutuhan Air .......................................... 25

3.3 Perancangan Pompa Intake .......................................... 32

3.4 Perancangan Kapasitas Reservoir Induk ..................... 34

3.5 Perancangan Kapasitas Reservoir Distribusi .............. 34

3.6 Perancangan Jaringan Pipa Air Bersih .................... 35

LAMPIRAN

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air bersih merupakan kebutuhan yang sangat esensial bagi
kehidupan manusia, dan makluk hidup lain. Air bagi manusia
dipergunakan untuk keperluan minum, masak, mandi dan lain
sebagainya. Hampir 80 % dari tubuh manusia terdiri atas air.
Pemenuhan kebutuhan air bersih tidak hanya dari kuantitas namun juga
dari kualitasnya, terlebih sekarang banyak masyarakat yang telah
makmur dari status sosial ekonominya sehingga tuntutan kebutuhan air
bersih yang memenuhi syarat kesehatan mutlak diperlukan.
Penyediaan air bersih yang memenuhi syarat kesehatan di Indonesia
khususnya dalam skala besar dikelola oleh Perusahaan Air Minum
(PAM). Akan tetapi masih banyak rakyat Indonesia yang belum
menikmati air bersih yang memenuhi syarat kesehatan. Kualitas air
bersih yang dikonsumsi sebagai air minum sehari-hari sangat
mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Semakin banyak air yang
tersedia dengan kualitas baik, akan lebih cepat dan lebih meningkatkan
kemajuan kesehatan masyarakat ( Chatib, 1994 ).
Faktor jumlah penduduk yang harus dilayani, keadaan sosial
ekonomi masyarakat, serta keadaan akan perlunya kualitas air minum
yang baik sesuai baku mutu yang disyaratkan dan terjangkau oleh daya
beli masyarakat, maka pengolahan air baku menjadi air minum di
usahakan sederhana, mudah dan ekonomis. Selain itu air merupakan
kebutuhan primer dan sangat penting bagi manusia, maka pemahaman
tentang air bersih yang sesuai dengan baku mutu yang ditetapkan harus

3
disosialisasikan. Sebagaimana terdapat dalam Peraturan Pemerintah
nomor 82 tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air, bahwa air bersih adalah air yang tidak
berbau, berwarna dan berasa. Penyediaan air bersih yang memenuhi
syarat kesehatan di Indonesia khususnya dalam skala besar dikelola
oleh Perusahaan daerah Air Minum (PDAM).
Pemerintah telah mempunyai program pembangunan yang
menyangkut persediaan air bersih yang telah ada. Salah satunya adalah
usaha untuk menyalurkan mata air ke daerah – daerah yang sangat
kekurangan air bersih dengan pembangunan jalur perpipaan yang
langsung dengan melalui reservoir yang bartahap dan
berkesinambungan, dengan pertimbangan reservoir – reservoir tersebut
dapat memenuhi kebutuhan air bersih untuk masyarakat di daerah
sekitar reservoir tersebut.
1.2 Maksud dan Tujuan
1.2.1 Maksud
Adapun yang menjadi maksud dari laporan ini adalalah:
1. Untuk mengetahui lebih detail mengenai kriteria desain berdasar
survei lapangan
2. Untuk mengetahui perhitungan jumlah kebutuhan air dan
proyeksinya
3. Untuk mengetahui cara menentukan jalur pipa, peralatan instalasi
dan asesorisnya
4. Untuk mengetahui perhitungan dan menentukan titik-titik
pembebanan debit di setiap titik nodal (titik kebutuhan air)

4
5. Untuk mengetahui perhitungan hidraulika pengaliran dlm pipa
(input data : debit, elevasi, karakteristik dan dimensi pipa)
6. Untuk mengetahui menghitung peralatan penyediaan air bersih
(reservoir, tangki atas & bawah, pompa dll)
7. Untuk mengetahui penggambaran desain.
1.2.2 Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan laporan ini adalah:
1. Sebagai sarana untuk menambah pengetahuan penulis.
2. Sebagai salah satu bentuk pelaksanaan tugas dari mata kuliah
plambing.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pendekatan Teori

2.1.1 Air Minum

Air minum adalah air yang digunakan untuk konsumsi manusia.


Menurut departemen kesehatan, syarat-syarat air minum adalah tidak
berasa, tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak mengandung bakteri E.
coli . Walaupun air dari sumber alam dapat diminum oleh manusia,
terdapat resiko bahwa air ini telah tercemar oleh bakteri (misalnya
Escherichia coli) atau zat-zat berbahaya. Walaupun bakteri dapat
dibunuh dengan memasak air hingga 100 °C, banyak zat berbahaya,
terutama logam, tidak dapat dihilangkan dengan cara ini.Saat ini
terdapat krisis air minum di berbagai negara berkembang di dunia akibat
jumlah penduduk yang terlalu banyak dan pencemaran air.

Air merupakan kebutuhan dasar manusia. Pada awal tahun 2000,


diperkirakan 1,1 milyar penduduk dunia tidak mempunyai akses pada air
bersih yang aman. Saat ini, penyediaan air minum (PDAM) di Indonesia
baru mencakup kurang lebih 18% dari penduduk, sedangkan persentase
penduduk yang tanpa akses pada air bersih yang aman diperkirakan
44.8 %. Sebagian besar dari mereka adalah warga miskin dan warga
perdesaan. Dampak dari keterbatasan atau ketiadaan akses pada air
bersih adalah menurunnya kualitas hidup dan produktivitas (daya saing).
Dalam World Water Forum III di Kyoto, tahun 2003, disepakati bahwa
akses masyarakat pada air bersih merupakan esensi dalam pembangunan
berkelanjutan serta upaya penanggulangan kemiskinan. Negara

6
Kesatuan Republik Indonesia menjamin hak setiap warga negara untuk
mendapatkan kebutuhan pokok minimal sehari-hari guna memenuhi
kehidupannya yang sehat, bersih dan produktif.

Berbicara mengenai penyediaan air minum yang andal dan


berkelanjutan, tidak terlepas dari teknik pengolahan air yang digunakan,
yang umumnya berbasis pada proses fisika-kimia. Teknik pengolahan
yang digunakan dalam suatu sistem haruslah tepat sasaran, baik dari segi
kinerja kualitas maupun keandalan operasional. Selain itu, biaya produk
haruslah terjangkau. Pengembangan teknik pengolahan air minum,
selain memerlukan dasar pengetahuan yang kuat, juga memerlukan
inovasi dan kreativitas dalam menerapkan kaidah-kaidah teoretis
kedalam aplikasinya, atau sebaliknya, menggali aspek teoretis dari
aplikasi suatu teknik yang telah dilakukan. Dengan kondisi lingkungan
yang semakin memburuk, pengembangan teknologi pengolahan air
minum kedepan juga harus memperhatikan keramahan lingkungan,
sekaligus mengantisipasi dampak lingkungan pada kondisi sumber air
baku.

Penelitian dan pengamatan lapangan penulis yang berkaitan dengan


teknik pengolahan air minum disajikan dalam makalah ini. Selain hasil
penelitian skala laboratorium juga disampaikan hasil laboratorium yang
dikembangkan menjadi prototype ataupun telah diproduksi.

Sebagai kata kunci dalam pengembangan teknik pengolahan air adalah


innovasi, serta kerjasama inter-disiplin keilmuan. Inovasi (dari hasil
kreativitas) ditopang dengan latar belakang keilmuan yang kuat akan
menghasilkan karya yang baik dan orisinal, dan akan menjadi lebih

7
sempurna bila bersinergi dengan disiplin yang kompeten dalam
menunjang proses berkarya tersebut.

Untuk pengembangan kedepan, ada dua hal yang perlu


diperhatikan. Pertama adalah teknik pengolahan air minum yang dapat
diterapkan untuk memberi air minum pada masyarakat miskin
diperkotaan dan perdesaan, serta disisi lain mengembangkan teknologi
yang dapat digunakan untuk mendaur ulang air limbah menjadi air
dengan kualitas yang baik atau setara air minum.

2.1.2 Sumber Air

Pemenuhan kebutuhan air bersih manusia dibedakan atas beberapa


kriteria sumber air yang dapat diperggunakan untuk menyediakan
kebutuhan air bersih, yaitu :

a. Mata Air

Mata air adalah air yang mengalir melalui lubang permukaan tanah
karena tenaga gravitasi atau didorong oleh tekanan artesis. Kualitas
air ini relative cukup baik, hanya kesadahan dan kadar Co 2 agresif
biasanya agak tinggi (Cipta karya, 1994), pemanfaatan mata air
sebagai sumber air baku untuk air bersih apabila kualitasnya belum
sesuai dengan baku mutu maka harus diadakan pengolahan terlebih
dahulu, karena Co2 agresif dapat menimbulkan korosif pada pipa
logam, sehingga dalam pendistribusian air bersih pada umumnya
dipilih pipa PVC.

b. Air Permukaan

Air permukaan adalah air yang berada dipermukaan bumi. Wilayah


Indonesia air permukaannya terdiri dari danau, telaga, waduk, sungai

8
dan lain – lain. Danau di Indonesia sangat potensial dijadikan sumber
air untuk penyediaan air bersih namun karena air danau tidak
mengalir, maka sangat sensitif terhadap pencemaran yang terjadi.
Dalam pemnfaatan air untuk penyediaan air bersih masyarakat perlu
adanya bangunan sadap yang berfungsi sebagai penampung air. Air
danau seringkali mengalami fluktuasi air yang sangat tinggi dari
tahun ketahun. Pada musim kemarau panjang sering kali terjadi
pendangkalan, bahkan ada beberapa bagian yang kering. Oleh karena
itu cadangan air bersih alternatif harus ditentukan untuk
mengatisipasi kapasitas air danau agar dapat mencukupi untuk
keperluan kebutuhan air atau tidak (Tjokrokusumo, 1995 ).

Air permukaan ada 2 macam yaitu :

 Air sungai

Dalam penggunaan sebagi air bersih, haruslah mengalami suatu


pengolahan yang sempurna, mengingat bahwa air sungai ini
umumnya mempunyai derajat pengotoran yang tinggi sekali. Debit
yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan akan air bersih pada
umumnya dapat mencukupi.

 Air rawa atau danau

Kebanyakan air danau ini berwarna yang disebabkan oleh adanya


zat – zat organis yang sudah membusuk, misalnya asam humus
yang larut dalam air yang menyebabkan warna kuning coklat.
Dengan adanya pembusukan kadar organis yang tinggi, maka
umumnya kandungan mikroorganisme, Fe dan Mn akan tinggi
pula dan dalam keadaan kelarutan O2 kurang sekali ( Anaerob ),

9
maka unsur – unsur Fe dan Mn akan larut. Pada permukaan air
akan tumbuh algae ( lumut ) karena adanya sinar matahari dan O2.

c. Air Hujan Atau Air Angkasa

Pada umumnya kualitas air ini cukup bagus namun dapat


mengakibatkan kerusakan logam yaitu timbulnya karat. Dari segi
bakteorologis relatif bersih tergantung tempat penampungannya.
Selain itu khusus daerah perkotaan umumnya air hujan telah
terpolusi oleh debu – debu, asap kendaraan bermotor ataupun asap
pabrik. Akan tetapi secara umum karateristik dari air hujan adalah :

 Bersifat lunak ( Soft water ), karena tidak atau kurang


mengandung larutan garam dan mineral sehingga terasa kurang
segar.

 Mengandung beberapa zat yang ada di udara seperti NH3 dan


CO2 agresif sehingga bersifat korosif.

 Secara mikrobiologis relatif lebih bersih targantung dari tempat


penampungannya.

d. Air Tanah

Air tanah merupakan sumber air dalam bentuk mata air dalam
bentuk mata air ataupun sumur, baik berbentuk sumur gali, sumur
pompa dalam maupun sumur pompa dangkal. Menurut Winarno
(1986 ), air tanah terbagi atas :

 Air tanah dangkal

Terjadi daya proses peresapan air dari permukaan tanah. Lumpur


akan tertahan, demikian pula dengan sebagian bakteri, sehingga

10
air tanah akan lebih jernih tetapi lebih banyak mengandung zat
kimia ( garam – garam terlarut ) karena melalui lapisan tanah
yang mempunyai unsur – unsur kimia tertentu untuk masing –
masing lapisan tanah. Lapisan tanah disini berfungsi sebagi
saringan. Disamping penyaringan, pengotoran juga masih terus
berlangsung, terutama pada bagian muka air yang dekat dengan
muka tanah, setelah menemui lapisan rapat air, air akan
berkumpul merupakan air tanah dangkal dimana air tanah ini
dimanfaatkan untuk sumber air minum melalui sumur – sumur
dangkal. Air tanah dangkal ini didapat pada kedalaman 15
meter. Sebagai sumur air minum, air tanah dangkal ini ditinjau
dari segi kualitas agak baik. Kuantitas kurang cukup tergantung
pada musim.

 Air tanah dalam

Terdapat setelah rapat air yang pertama. Pengambilan air tanah


dalam tidak semudah pada air tanah dangkal. Dalam hal ini
harus menggunakan bor dan memasukan pipa kedalamnya
sehingga dalam suatu kedalaman ( biasanya antara 100 – 300
meter ) akan didapat suatu lapisan air. Jika tekanan air tanah ini
besar, maka air dapat menyembur keluar dalam keadaan ini,
sumur ini sama dengan sumur artetis. Jika air tidak dapat keluar
dengan sendirinya, maka digunakan pompa untuk membantu
pengeluaran air tanah dalam ini. Air tanah dalam ini pada
umumnya lebih baik dari air tanah dangkal, karena
penyaringanya lebih sempurna dan bebas dari bakteri. Susunan
unsur – unsur kimia tergantung pada lapis – lapis tanah yang

11
dilalui. Jika melalui tanah kapur, maka air itu akan menjadi
sadah, Karena mengandung Ca (HCO3)2. Jika melalui batuan
garnit, maka air itu akan lunak dan agresif karena mengandung
gas CO2 dan Mn (HCO3).

2.1.3 Faktor – Faktor Perencanaan Jaringan Distribusi Air Bersih.

a. Sistem Distribusi Air

a. Sistem Distribusi

Pada umumnya sistem distribusi air yang disuplai melalui pipa


induk mempunyai dua macam sistem, yaitu :

 Continous System,

Didalam continous system, air bersih yang akan disuplai


kepada konsumen secara terus – menerus selama 24 jam.
Sistem ini diterapkan pada setiap waktu, kuantitas air bersih
yang tersedia dapat mensuplai seluruh kebutuhan penduduk
didaerah tersebut. Sistem ini mempunyai keuntungan yaitu
konsumen setiap saat akan mendapatkan air bersih yang
diambil dari titik – titik pengambilan dalam keadaan baik.

 Intermittent System

Didalam intermittent system, air bersih yang akan disuplai


kekonsumen hanya beberapa jam saja dalam satuhari.
Biasanya 2 – 4 jam dipagi hari dan 2 – 4 jam disore hari.
Sistem ini dipilih terutama apabila kuntitas dan tekanan air
yang cukup tidak tersedia dalam system. Intermitten system
mempunyai keuntungan yaitu pemakaian air cenderung tidak

12
boros dan apabila terjadi kebocoran maka air yang terbuang
akan menjadi lebih sedikit.

b. Sistem Pengaliran

Untuk mendistribusikan air sampai kekonsumen atau pelanggan


ada beberapa cara yang dapat dilakukan, tergantung dari
karateristik atau topografi setempat. Adapun sistem pengaliran
tersebut adalah sebagai berikut :

 Sistem Gravitasi

Sistem gravitasi ini dapt diterapkan apabila sumber air atau


reservoir mempinyai ketinggian yang cukup diatas daerah
pelayanan, sehungga air mempunyai tekanan yang cukup
( dengan beratnya sendiri ) sampai kepada konsumen maupun
keperluan lainnya seperti hidran kebakaran.

 Sistem Pemompaan

Pada sistem ini air langsung dipompakan ke jaringan pipa


distribusi dengan mempunyai sasaran langsung kepada
konsumen. Sistem ini digunakan apabila elevasi antar sumber
air atau instalasi dan daerah pelayanan tidak dapat
memberikan tekanan air yang cukup.

 Sistem Gabungan

Sistem gabungan ( sistem pemompaan dengan sistem


gravitasi ) merupakan sistem pengaliran dimana air bersih
dari sumber akan dialirkan ke reservoir yang kemudian

13
dialirkan kejaringan distribusi, baik yang diopersikan secara
bergantian ataupun yang dioperasikan secara bersama – sama.

c. Sistem Jaringan Distribusi

 Sistem Cabang

Sistem cabang adalah sistem jaringan perpipaan dengan


beberapa percabangan dimana pengaliran air hanya menuju
kebeberapa arah dan dibeberapa bagian sistem terdapat titik
mati ( dead end ) yang merupakan ujung jaringan pipa,
biasanya digunakan untuk kota yang perkembangannya
memanjang dengan beda tinggi yang cukup besar.

Kerugiannya :

 Pada saat perbaikan pipa, banyak konsumen tidak


mendapatkan air

 Tardapat pipa cabang pipa mati, menyebabkan


kemungkinan air pada bagian ini kena polusi membusuk
( akibat air yang diam ) yang akibatnya dapat
membahayakan konsumen.

 Air banyak terbuang.

Keuntungannya :

 Dapat dihitung dengan teliti dan sederhana pada setiap


titik cabang.

 Memakai lebih sedikit katup.

 Pemasangan sederhana.

14
 Diameter pipa tergantung konsumen.

 Sistem Melingkar

Sistem melingkar adalah sistem jaringan distribusi, dimana


ujung pipa distribusi dalam sistem ini saling berhubungan
satu dengan yang lainnya membentuk loop – loop, sehingga
pada pipa distribusinya tidak ada titik mati.

Kerugiaannya :

 Biaya pemasangan lebih tinggi

 Memakai lebih banyak katup

 Memerlukan lebih banyak pipa dalam satu jaringan

 Perhitungan diameter pipa dan untuk mengetahui tekanan


pipa pada setiap titik lebih sulit.

Keuntungannya :

 Pada saat perbaikan pipa, hanya sebagiaan saja dari


konsumen yang tidak mendapatkan air. Ada pergerakan
air (sirkulasi), sehingga kemungkinan terjadinya polusi
bisa diminimalisasi.

 Air terbagi pada semua titik dengan kehilangan tekanan


yang kecil.

4. Sistem Perpipaan

Macam – macam pipa yang umumnya digunakan dalam sistem


distribusi air, mulai yang terbesar sampai yang terkecil adalah
sebagai berikut :

15
 Pipa Primer Atau Pipa Induk ( Suplai Main Pipe )

Pipa primer adalah pipa yang mempunyai diameter relatif


lebih besar yang fungsinya mengalirkan air bersih dari
instalasi pengolahan atau reservoir distribusi kedaerah
pelayanan dan ukuran minimum pipa ini diameternya adalah 4
inch.

 Pipa Sekunder ( Arterial Main Pipe )

Pipa sekunder merupakan pipa yang mempunyai diameter


sama dengan atau kurang dari pipa primer dan merupakan
cabang dari pipa induk tersebut, dimana pipa ini dapat
disambungkan kekonsumen.

 Pipa Tersier

Pipa tersier dapat disambungkan langsung kepipa sekunder


atau pipa primer, yang gunanya untuk melayani pipa servis
sangat tidak menguntungkan, dimana dapat langsung
mengganggu lalu lintas kendaraan. Oleh karena itu pipa
tersier sering ditempatkan dengan pipa induk.

 Pipa Service Atau Pemberi Air ( Service Conection )

Pipa servis merupakan pipa yang mempunyai diameter relatif


kecil (¾” - 1¼” ). Pipa ini dapat disambungkan langsung pada
pipa sekunder atau pipa tersier, yang dihubungkan kepada
konsumen.

Pemilihan bahan pipa yang akan dipergunakan untuk jaringan


pendistribusian harus mempertimbangkan hal – hal seperti :

16
o kondisi geografis daerah yang akan dipergunakan untuk
jaringan pendistribusian harus mempertimbangkan hal –
hal seperti :

 Kondisi geografis daerah yang akan dipasang,

 Diameter dan tekanan,

 Kemudahan dalam pemasangan,

 Harga dan tingkat ketahanan dari pipa tersebut.

Berkaitan dengan permasalahan diatas, maka tidak


diperkenankan dalam perencanaan ini menggunakan bahan –
bahan dengan kualitas jelek, karena akan berakibat terjadinya
kebocoran, ketahanan yang tidak memenuhi syarat dan
sebagainya. Oleh karenannya disarankan untuk menggunakan
pipa seperti yang disajikan pada table 2.2 dibawah ini :

Jenis – jenis pipa yang biasanya dipergunakan untuk jaringan


pendistribusian air di Indonesia adalah :

 Cash Iron

Jenis pipa ini tahan lama dan cukup keras, tetapi tidak
tahan terhadap tumbukan (mudah pecah). Untuk mencegah
korosi biasanya pipa ini dilapisi dengan coalter, tarepoxi
dan saat ini yang popular adalah dengan melapisi dengan
pelapis semen dibagian dalamnya (sement mobtar lining).
Permukaan mobtar ini bisa halus sekali sehingga faktor
gesekan tidak besar.

17
 Ductile Cash Iron

Dengan penambahan sedikit magnesium pada proses


pembuatannya maka elastisitas dan “ tensile strength “ dari
cash iron menjadi dapat diperbaiki, sehingga pipa ini lebih
tahan terhadap tumbukan ( tidak mudah pecah ). Pipa ini
dinamakan “ Ductile cash iron “, untuk mencegah korosi
dilakukan pelapisan semen seperti pada pipa cash iron.

 Asbestos Pipe ( Pipa Asbes Semen )

Pipa asbes mempunyai ketahanan yang cukup terhadap


tekanan air (dari dalam) maupun terhadap tekanan dari
luar, tetapi kurang tahan terhadap tumbukan (shock). Pipa
ini lebih ringan dan relatif lebih murah dari pipa steel.

 Steel Pipe ( Pipa Baja )

Pipa baja ini tahan terhadap tekanan maupun tumbukan


sehingga baik sekali dipasang pada tempat – tempat
(tanah) yang kurang stabil yaitu perlintasan sungai atau
jalan dan sebagainya. Untuk mencegah korosi dari dalam
dapat dilindungi dengan ductile cash iron sedangkan untuk
melindungi bagian luarnya dapat dilakukan dengan
pengaspalan (coating).

 Polyvinyl Chloride ( PVC ).

Pipa PVC ini tahan korosi, ringan, mudah pemasangannya


dan harganya relatif murah. Kekurangan pipa ini adalah
tidak tahan terhadap tumbukan, menjadi lunak kalau

18
temperatur lebih besar dari 500C dan menjadi mudah patah
atau pecah apabila temperatur kurang dari 100C, karenanya
hal tersebut maka pemasangannya perlu ditanam pada
kedalaman yang cukup dan dihindarkan dari panas dan
dingin.

2.1.4 Komponen Sistem Distribusi

Komponen sistem distribusi adalah merupakan suatu rangkaian


didalam sistem pendistribusian air minum. Adapun komponen yang
dimaksud adalah sebagai berikut :

a. Pumping Station

Pumping station merupakan pendistribusian air minum dengan


pemompaan. Maksud dari pemompaan adalah sebagai berikut
untuk :

 Memompa air bersih ( treated Water ) ke servis reservoir atau


tangki lain yang sejenis,

 Memompa air bersih secara langsung kedalam jaringan pipa


distribusi,

 Memompa air bersih untuk menaikan takanan disuatu daerah


layanan ( booster pump ).

b. Service Reservoir

Service reservoir adalah suatu tanki atau reservoir untuk


menanggulangi kebutuhan air pada saat kebutuhan puncak atai jam
puncak. Dengan demikian untuk memenuhi kebutuhan pada jam
puncak diperlukan tambahan air dari service reservoir.

19
Berdasarkan keadaan topografi, service reservoir dapt terletak
diatas permukaan tanah sebagai “ elevated reservoir “( menara air )
atau dibawah permukaan tanah sebagi “ground reservoir “.

Fungsi dari service reservoir adalah :

 Untuk membuat keseimbangan antara fluktuasi kebutuhan


dengan produksi instalasi atau pengolahan atau sumber air,

 Untuk menjaga kontinuitas suplai air minum kepada konsumen


bila ada perbaikan atau gangguan pada instalasi atau sumber
air.

c. Jaringan Pipa Distribusi

Jaringan pipa distribusi berfungsi untuk mendistribusikan air


minum kepada pelanggan didaerah – daerah pelayanan.

d. Meter Air ( Water Meter )

Meter air sangat penting untuk mengetahui jumlah air yang


dipergunakan dalam m3. Meter air ini dipasang pada permulaan
jaringan distribusi serta tempat – tempat yang dipandang perlu.

e. Hidran Kebakaran

Hidran kebakaran berfungsi untuk memberi air apabila terjadi


kebakaran dan harus dapat menyediakan air setiap saat. Hidran
kebakaran terletak sedemikian rupa sehingga mudah terlihat,
mudah dipergunakan dan dapat pula dipergunakan untuk pencucian
pipa ( blow off ).

20
2.1.5 Perlengkapan Pipa

a. Air Valve

Katub udara atau air valve adalah suatu alat yang berfungsi untuk
melepaskan atau mengeluarkan udara dari dalam pipa, biasanya
dipasang pada titik tertinggi pada jalur pipa, untuk jalur pipa datar
yang dipasang dekat dengan gate valve yang tertinggi, selain itu
pemasangan air valve ini dipasang ditempat yang lebih tinggi
dibandingkan dengan elevasi muka air tanah tertinggi. Hal ini untuk
menghindari air tanah masuk kedalam pipa.

b. Stop Valve

Stop valve atau gate valve diperlukan untuk dipasang pada jalur
pipa transmisi dengan jarak maksimum 2000 m (dua ribu meter),
hal ini dimaksudkan agar dalam pemasangan stop valve ini
diletakan sebelum dan sesudah jembatan pipa, siphon dan
penyebrangan jalan pipa.

c. Check Valve

Check valve ini dipasang sesuai dengan keperluan. Dalam


pemasangan ini bertujuan untuk menahan aliran balik dan
mengurangi terjadinya Water Hammer.

d. Sambungan Pipa

Sambungan pipa perlu disediakan dan dipasang pada sistem


perpipaan sesuai dengan keperluan dilapangan. Apabila suatu jalur
pipa terdapat lengkungan yang memiliki radius yang sangat besar,
penggunaan belokan boleh tidak dilakukan selama defleksi pada

21
sambungan pipa tersebut masih sesuai dengan yang disyaratkan
untuk jenis pipa tersebut. Adapun jenis – jenis sambungan pipa
yang akan dipergunakan adalah :

 Sok

Fungsinya untuk menyambungkan pipa pada posisi lurus. Sok


ini terdiri dari dua macam yaitu :

 Sok turun yang berfungsi untuk menyambung pipa lurus


yang mempunyai kedudukan di atas permukaan tanah
dengan diameter lebih besar dari 50 mm.

 Sok adaptor yang berfungsi untuk menyambung pipa lurus


yang berbeda, misalnya PVC dengan GI.

 Flens

Flens berfungsi untuk menyambung pipa lurus dengan diameter


lebih kecil dari 50 mm.

 Dop dan plug

Alat ini berfungsi untuk menutup ujung – ujung akhir pipa.


Dimana dop mempunyai ulir didalam sedangkan plug
mempunyai ulir diluar.

 Bend

Fungsi dari alat ini adalah untuk menyambungkan pipa yang


mempunyai posisi membentuk sudut. Dalam bend sudut yang
biasanya ditemui adalah sudut 900 , 450 dan lainnya.

22
 Tee

Alat ini berfungsi untuk menyambung pipa bila ada


percabangan saling tegak lurus.

2.1.6 Sistem Distribusi

Penyelenggaraan sistem penyediaan air bersih ditentukan oleh


sumber persediaan air, topografi dari daerah yang akan mendapat
distribusi dan bebagai variasi dalam pemakaiaan air. Jika air yang
disediakan hanya pada satu macam jaringan pipa, tempat
penyimpanan pada ketinggian atau penyimpanan untuk daerah tekanan
minimum dilakukan dengan menambahkan pompa di daerah yang jauh
untuk mengolah residu.

Jalur utama antara penyediaan dan penyimpanan harus cukup luas


untuk menyalurkan air tanpa harus kehilangan aliran yang terlalu
banyak. Topografi dapat menjadi faktor utama dalam sistem desain.
Ada dua keistimewaan. Pertama air disediakan pada tempat yang
tinggi dan mengalir dengan gaya berat melalui jaringan pipa dan yang
kedua adalah persediaan air berada di tempat yang rendah dan harus
dipompa keatas melalui jaringan pipa dan di simpan di tanki
penyimpanan.

Banyak sistem distribusi mempunyai jaringan pipa yang berdiri


sendiri pada ketinggian yang berbeda untuk mengontrol tekanan, ini
dapat dipisahkan atau dihubungkan oleh pipa dengan mengurangi
tekanan katup atau melalui reservoir ( Bak ) biasanya yang bertindak
sebagai penyimpanan pada jaringan bawah atau lebih rendah dan
memompa untuk sistem bagian atas ( Hammer, 1979 ).

23
Mulai dari kapasitas pompa, ukuran jaringan perpipaan dan volume
penyimpanan semuanya berhubungan, hal ini tersebut dapat untuk
mengkompensasi kekurangan yang lain. Perkembangan atau
perubahan sistem diatur dan ditentukan untuk kepentingan masyarakat
dengan mengatur fasilitas – fasilitas yang ada, pipa yang lebih besar
untuk mengurangi tekanan pompa dan bak penampung yang lebih
besar untuk menyeimbangkan rata – rata pompa sesuai yang
dikehendaki, perancangan obyektif yang utama adalah penyediaan
hidrolik gradient yang stabil untuk menjaga tekanan yang pantas atau
layak melalui daerah pelayanan (Hammer, 1979 ).

24
BAB III

PERENCANAAN TEKNIS

3.1. Kriteria Perencanaan

No Lokasi Data Kebutuhan Air


.
1 Kawasan persemaian satu 7,31 (lt/det)
2 Kawasan persemaian dua 6,62 (lt/det)
3 Gedung pertemuan 3,19 (lt/det)
4 Ruang Pamer 0,45 (lt/det)
5 Masjid 0,65 (lt/det)
6 Kantor satu 0,33 (lt/det)
7 Kantor dua 0,17 (lt/det)
8 Kantor tiga 0,26 (lt/det)
9 Rumah karyawan 0,80 (lt/det)
10 Taman bermain 0,17 (lt/det)

3.2. Perhitungan Kebutuhan Air


3.2.1 Sambungan Rumah (SR)
a. Kawasan Persemaian Satu
Pada kawasan persemaian satu ini di asumsikan pemenuhan
kebutuhan air untuk 100 orang. Data kebutuhan air nya adalah
5,56 (lt/det).

b. Kawasan Persemaian Dua

25
Pada kawasan persemaian satu ini mempunyai data kebutuhan air
4,63 (lt/det).
c. Gedung Pertemuan
Dari data diketahui bahwa Luas gedung pertemuan satu (L) adalah
3185 m2. Untuk mengantisipasi pemakaian air, sumber air tidak
hanya diperoleh dari sambungan rumah, tapi juga dari hidran
umum. Berdasarkan pemakaian air rata-rata per orang setiap hari
suatu bangunan berupa Gedung Pertemuan memiliki Rata-rata
Pemakaian Air Sehari adalah 200 lt/hr. Karena jumlah penghuni
tidak diketahui, maka dalam mencari kebutuhan air dapat
diperkitakan berdasarkan luas lantai efektif. Serta menetapkan
jumlah penghuninya, misalnya 5 sampai 10 m 2 per orang. Dengan
memiliki standar pemakaian air perorang sehari dapat berdasarkan
jenis penggunaan gedung, dan jumlah pemakaian air perhari
seluruh gedung dapat dihitung. Maka dalam perhitungan ini kami
menetapkan jumlah penghuni berdasarkan luas lantai efektif
adalah 10 m2 per orang.

 Perhitungan
Diketahui:
o Rata-rata Pemakaian Air = 200 lt/hr
o Luas (L) = 3185 m2
o Standar = 10 m2/ org

o Jumlah penghuni =
3185 m2
10m2/org
=

26
= 319 orang
o Kebutuhan air gedung pertemuan

= (jmlh penghuni kebutuhan SR x tingkat


pelayanan)/jam oprasional
= (319 org x 200 lt/hr x 80%) / 6 jam
= 2,36 lt/det
d. Gedung Pamer
 Perhitungan
Diketahui:
o Rata-rata Pemakaian Air = 30 lt/hr
o Luas (L) = 2070,25 m2
o Jumlah penghuni = 207 org
o Kebutuhan air gedung pamer

= (jmlh penghuni kebutuhan SR x tingkat


pelayanan)/jam oprasional
= (207 org x 30 lt/hr x 80%) / 5 jam
= 0,28 lt/det
e. Masjid
 Perhitungan
Diketahui:
o Rata-rata Pemakaian Air = 5 lt/hr
o Luas (L) = 2070,25 m2
o Jumlah penghuni = 207 orang

27
o Kebutuhan air = (jmlh penghuni
kebutuhan SR x tingkat pelayanan) /
jam oprasional
= (207 org x 5 lt/hr x 50%) / 2 jam
= 0,07 lt/det
f. Kantor Satu
 Perhitungan
Diketahui:
o Rata-rata Pemakaian Air = 100 lt/hr
o Luas (L) = 857,5 m2
o Jumlah penghuni = 86 org
o Kebutuhan air

= (jmlh penghuni kebutuhan SR x tingkat


pelayanan)/jam oprasional
= (86 org x 100 lt/hr x 80%) / 8 jam
= 0,24 lt/det
g. Kantor Dua
 Perhitungan
Diketahui:
o Rata-rata Pemakaian Air = 100 lt/hr
o Luas (L) = 441 m2
o Jumlah penghuni = 44 org
o Kebutuhan air

= (jmlh penghuni kebutuhan SR x tingkat


pelayanan)/jam oprasional

28
= (44 org x 100 lt/hr x 80%) / 8 jam
= 0,12 lt/det
h. Kantor Tiga
 Perhitungan
Diketahui:
o Rata-rata Pemakaian Air = 100 lt/hr
o Luas (L) = 661,5 m2
o Jumlah penghuni = 66 org
o Kebutuhan air

= (jmlh penghuni kebutuhan SR x tingkat


pelayanan)/jam oprasional
= (66 org x 100 hr/det x 80%) / 8 jam
= 0,18 lt/det

i. Rumah Karyawan
Pada data awal yang telah diketahui adalah jumlah Rumah
Karyawan sebanyak 68 unit. Suatu bangunan berupa Mes
Karyawan (asrama) memiliki Rata-rata Pemakaian Air Sehari
adalah 250 lt/hr. Untuk mengetahui jumlah yang ada di rumah
karyawan tersebut, maka diasumsikan dalam jumlah penduduk
dalam satu rumah yaitu 5 orang. Dengan data tersebut maka
kita dapat menghitung kebutuhan air yang ada di rumah karyawan
tersebut.

 Perhitungan Rumah Karyawan


Diketahui

29
o Jumlah Rumah = 68 unit
o Rata-rata Pemakaian Air = 250 lt/hr
o Asumsi = 1rmh = 5 org
o Jumlah penduduk = 340 org
o Kebutuhan air

= (jmlh penghuni kebutuhan SR x tingkat


pelayanan)/jam oprasional
= (340 org x 250 lt/hr x 60%) / 24 jam
= 0,59 lt/det

3.2.2 Hydran Umum (HU)


Dalam perencanaan penyediaan air untuk kawasan ini
dirancangkan tidak hanya dari sambungan rumah berupa air dari
persediaan dalam reservoir, tapi juga penyediaan air melalui Hidran
umum. Salah satu tujuan penyediaan hidran umum adalah untuk
mencegah adanya kekurangan air atau berperan sebagai cadangan
seandainya terjadi kerusakan sehingga terjadi keterlambatan pada
pelayanan serta untuk membantu mengatasi masalah kebutuhan air
sehingga tidak semua beban kebutuhan terdapat pada sambungan
rumah.
Perhitungan pada Hidran Umum hampir sama seperti ketika
menghitung perencanaan penyediaan air pada sambungan rumah.
Hanya saja untuk hidran umum, pemakaian air untuk semua orang
adalah sama yaitu 30 lt/hari. Hanya tingkat pelayanannya yang
berbeda, tergantung pada jenis bangunan.
a. Kawasan Persemaian I

30
Kebutuhan air = 0,07 lt/det.
b. Kawasan Persemaian II
Kebutuhan air = 0,07 lt/det.
c. Gedung Pertemuan
Kebutuhan air = 0,09 lt/det.
d. Ruang Pamer
Kebutuhan air = 0,07 lt/det.
e. Masjid
Kebutuhan air = 0,43 lt/det.
f. Kantor 1
Kebutuhan air = 0,02 lt/det.
g. Kantor 2
Kebutuhan air = 0,01 lt/det.
h. Kantor 3
Kebutuhan air = 0,01 lt/det.
i. Taman Bermain
Kebutuhan air = 0,12 lt/det.

j. Mess Karyawan
Kebutuhan air = 0,02 lt/det.
Pada mess karyawan, dihitung jumlah sambungan pipa. Hal ini
karena banyaknya unit perumahan yang dialiri air dari hidran
umum. Dalam 100 orang penghuni, memiliki satu buah hidran
untuk digunakan. Jika jumlah penghuni adalah 340 orang, maka
o Jumlah sambungan = jumlah penghuni / 100
= 340 / 100

31
= 3,4 sambungan
= 4 sambungan HU.

3.3. Perencanaan Pompa Intake

Pompa merupakan mesin pendorong air yang ditempatkan dibawah


air, maupun di atas air. Gunanya untuk menaikkan air dari sumber ke
bangunan pengolahan air (treatment) maupun untuk kepentingan
pendistribusian air ke masyarakat melalui reservoir. Jenis pompa yang
digunakan umumnya terdiri dari:

 Pompa Sentrifugal, ditempatkan diatas permukaan air

 Pompa Submersible, ditempatkan dibawah permukaan air

Untuk sumber energi sistem pompa, apabila tidak ada listrik dapat
digunakan diesel, namun perlu dipertimbangkan di daerah yang
terpencil akan mengalami kesulitan untuk memperoleh bahan bakar,
maka dapat menggunakan tenaga matahari (solar system).

Kebutuhan daya suatu pompa dapat dihitung dengan suatu persamaan


berikut:
D = h.Q.H.g
Dengan :

D = daya yang dibutuhkan oleh pompa (kg/m/dt)

Q = debit air yang dipompa (m3/dt)

H = total head (m)

= D H + å Hf

32
DH = beda tinggi lokasi dimana air akan dipompa.

åHf = total head loose (m)

 = berat jenis air

 = efisiensi pompa.

Diketahui :

o Q = 18,496 lt/det = 0,0185 m3/det.

o Total Head

 DH = 285 – 270 = 15 m

 åHf

HL = Q1,85 . L

(0,2785xCxD2,63)1,85

HL = 0.0185 1,85 x 182

(0,2785x120x0,3622,63)1,85

= 0.02476 m.

Minor Looses adalah 10 % dari mayor looses, jadi :

Minor looses = 10 % x 0,02476 m

= 0.002476 m

Jadi kehilangan energi total = 0.02476 m + 0.002476 m

= 0.027236 m.

33
 Total Head = 15 + 0,027236

= 15,027236 m

o Berat jenis air = 1000 kg/m3

o Effisiensi pompa = 70 %

o Daya pompa

D = h.Q.H.g

= 70 % x 0,0185 m3/det x 15,027236 m x 1000 kg/m3

= 194,6 kg m/det.

3.4. Perencanaan Kapasitas Reservoir Induk

Besarnya kapasitas reservoir yang harus disediakan adalah sebesar


20% dari kebutuhan air rata-rata setiap hari (Qr) dan mampu melayani
setiap pada saat jam puncak selama 10 jam (dt). Sehingga volume
reservoir dihitung sebesar:

V = 20 % Qmax * dt

= 20% x 18,496 lt/det x 0,001 m3 x 3600 det x 24 jam

= 319,614 m3.

3.5. Perencanaan Kapasitas Reservoir Distribusi


Sistem pendistribusian air ke masyarakat, dapat dilakukan secara
langsung dengan gravitasi maupun dengan sistem pompa. Pembagian
air dilakukan melalui pipa-pipa distribusi, seperti:

 pipa primer, tidak diperkenankan untuk dilakukan tapping

 pipa sekunder, diperkenankan tapping untuk keperluan tertentu,


seperti: fire hidran, bandara, pelabuhan dll.

34
 pipa tersier, diperkenankan tapping untuk kepentingan
pendistribusian air ke masyarakat melalui pipa kuarter.

Perhitungan Resevoir Distribusi

o Resevoir 1

V = 20 % * Qp * dt

= 20% x 3,882 lt/det x 0,001 m3 x 3600 det x 12 jam

= 33,543 m3

o Resevoir 2

V = 20 % * Qp * dt

= 20% x 1,208 lt/det x 0,001 m3 x 3600 det x 24 jam

= 20,873 m3

o Resevoir 3

V = 20 % * Qp * dt

= 20% x 20,132 lt/det x 0,001 m3 x 3600 det x 24 jam

= 347,88 m3

3.6. Perencanaan Jaringan Pipa Air Bersih


a. Kriteria Desain

Hal penting yang harus diperhatikan dalam pekerjaan perencanaan


penyediaan air minum adalah sistem jaringan perpipaan. Sistem
jaringan perpipaan ini meliputi beberapa perhitungan diantaranya
adalah sebagai berikut:

 Penentuan jalur pipa pengaliran

35
 Penentuan dimensi pipa

 Penentuan jenis pipa

 Penentuan besarnya kehilangan tekanan (head loss)

Dalam perhitungan sistem jaringan ini harus melihat kondisi


lapangan langsung dan dengan menggunakan kriteria perencanaan
yang telah ada. Jika salah dalam perhitungan akan berakibat fatal,
misalnya pengaliran air tidak lancar atau bahkan air tidak mengalir
sama sekali. Debit pengaliran pada setiap cabang pipa didasarkan
pada akumulasi debit di setiap titik nodal yang saling berhubungan
dan membentuk sebuah jaringan perpipaan. Adapun beban setiap
titik nodal ditentukan berdasarkan kebutuhan air pada titik nodal
tersebut, dengan satuan debit perhitungan m3/dt.

b. Jenis Pipa

Dalam pemilihan jenis pipa yang akan dipergunakan didasarkan


pada beberapa aspek pertimbangan, yaitu aspek teknis, aspek sosial
masyarakat serta aspek alam (kondisi medan). Pada lokasi ini, pipa
yang digunakan adalah pipa polyethelyene (PE), karena lebih
menguntungkan dari aspek teknis dan lingkungan bila
dibandingkan dengan pipa PVC ataupun GIP.

c. Kekuatan Pipa

Pemilihan pipa didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan sisi


ekonomi, fleksibilitas, mudah dalam perbaikan dan
pemasangan/pengangkutan serta kekuatan pipa. Dari berbagai
pertimbangan tersebut dan tujuan dari analisis ini adalah untuk
perancangan air minum, maka pipa pengantar yang dipilih adalah

36
pipa PE. Untuk sisi kekuatan ketebalan pipa merupakan faktor
utama. Ketebalan pipa sangat mendukung kekuatan pipa dari
tekanan kolom air.
Terkait dengan aspek kekuatan pipa, pipa PE memiliki karakteristik
sebagai berikut :

 Memiliki fleksibilitas tinggi (kekuatan tensil > 22 mPa dan


elasitas > 700%).

 Memiliki kemampuan dalam menahan benturan (Impact


Strength).

 Memiliki ketahanan akan temperatur rendah bahkan temperatur


air beku.

 Tahan terhadap korosi dan abrasi.

 Jangka waktu pemakaian 50 tahun.

Berdasarkan nilai kekuatan/tegangan ijin pipa, jika pada


perencanaan di lapangan dijumpai head air yang melebihi dari
kekuatan pipa, maka pipa tersebut dimasukkan ke dalam Bak
Pelepas Tekan. Pada prinsipnya kerja bak pelepas tekan ini adalah
menetapkan tinggi head maksimum dengan memasang
pelimpah/ambang batas tinggi head pada bak tersebut, sehingga
jika secara perhitungan awal head air melebihi kekuatan pipa,
dengan bak pelepas tekan ini maksimum tekanan pipa sama dengan
tegangan ijin pipa.

37
d. Analisis Hidraulika

Analisis hidraulika pada kasus perencanaan suplai air minum


dengan menggunakan persamaan bernoully (kasus aliran pipa).
Rincian dari analisis hidraulika aliran pipa disajikan sebagai berikut
ini.

Patm

hf Patm

Z1
Z2

referensi

Gambar 5.3 Aliran Dalam Pipa

Dengan memakai persamaan Bernoully maka dapat dijabarkan


seperti persamaan berikut ini:

E1 = E2 + hf

p A V A2 p B V B2
Z A+ + +h p =Z B + + +h f
γ 2g γ 2g
dengan :

ZA dan ZB = Elevasi titik A dan B terhadap datum ( m )

38
VA dan VB = Kecepatan rerata pada titik A dan B

pA pB
γ dan γ = Tinggi tekanan di titik A dan B

hp = Tinggi tekanan energi yang diberikan oleh


pompa
hf = Kehilangan tekanan akibat gesekan
gw = berat volume air (N/m3)

g = percepatan gravitasi (m/dt2)

Pada sistem perpipaan, semakin kecil pipa dan semakin panjang


pipa, maka hambatannya (looses) akan semakin besar. Looses ini
juga tergantung dari bahan apa pipa tersebut dibuat. Usia dari
bahan pun akan menentukan besar kecilnya looses. Pipa baja baru
looses nya lebih kecil daripada pipa yang sama tetapi telah dipakai
15 tahun.

Sistem perpipaan yang berbelok-belok akan mempunyai looses


yang besar daripada pipa hantar yang lurus. Belokan-belokan
bersudut kecil loosesnya lebih besar daripada belokan bersudut
besar. Pipa induk yang mempunyai banyak cabang-cabang,
loosesnya akan lebih besar daripada yang tidak bercabang. Keran-
keran penutup, pelepas udara, pembuang lumpur, kebakaran dan
lain-lain juga akan menambah besarnya looses.

Looses ini perlu diketahui karena banyaknya air yang hendak


dialirkan sudah tertentu. Nilai looses pada aliran dalam pipa
dibedakan menjadi dua : Major looses (Kehilangan Mayor) dan
Minor looses (Kehilangan Minor). Kehilangan mayor adalah

39
kerugian karena gesekan aliran dengan pipa. Sedangkan Minor
Looses (Kehilangan Minor) adalah kerugian aliran pada saat
melewati fitting dan hambatan aliran.

Persamaan yang digunakan untuk menghitung besarnya kehilangan


mayor (mayor losses) adalah persamaan Hazen William :

HL = Q1,85 . L

(0,2785xCxD2,63)1,85

Dimana :

HL = kehilangan energi (m)

Q = debit (m3/dt)

L = panjang pipa (m)

C = koefisien Hazen William (80-130)

D = diameter pipa (m)

Nilai C dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.1 Tabel Koefisien Pipa Hazen-William

JENIS PIPA C
Pipa besi cor baru 130
Pipa besi cor tua 100
Pipa baja baru 120- 130
Pipa baja tua 80 -100
Pipa dengan lapisan semen 130 – 140
Pipa dengan lapisan ter arang baru 140

40
Sumber : Soenarno, 2005

e. Dimensi Pipa

Jarak antara sumber air dan konsumen sudah tertentu. Demikian


juga dengan ketinggian sumber airnya, sehingga dimensi (diameter)
pipa harus dihitung dengan tepat. Menghitung besarnya diameter
menjadi sangat penting karena bila pipa kecil, kemunginan air tidak
mengalir atau sampai ke konsumen akan kurang dari yang
diinginkan. Namun bila diameter pipa terlalu besar, maka harga
pipa akan mahal. Jadi harus dihitung dengan tepat diameter
pipanya.

 Perhitungan Pipa

 Pipa 1

Diketahui

o Debit = 0,0185 m3/det

o Kecepatan (V) = 0,60 m/det

o Koefisien Hazen William = 120

A =Q/V

= 0,0185 m3/det / 0,60 m/det

= 0,0308 m2.

4A 4 x0,0308
D= √∏ = √ 3,14

D = 0,198 m.

41
 Pipa 2 – Pipa 9

Diketahui

o Debit = 0,0201 m3/det

o Kecepatan (V) = 0.60 m/det

o Koefisien Hazen William = 120

A =Q/V

= 0,0201 m3/det / 0.60 m/det

= 0,0335 m2.

4A 4 x0,0335
D= √∏ = √ 3,14

D = 0,2065 m.

 Pipa 10 – Pipa 19

Diketahui

o Debit = 0,0039 m3/det

o Kecepatan (V) = 0.60 m/det

o Koefisien Hazen William = 120

A =Q/V

= 0,0039 m3/det / 0.60 m/det

= 0,0065 m2

42
4A 4 x0,0065
D= √∏ = √ 3,14

D = 0,0909 m.

 Pipa 20 – Pipa 25

Diketahui

o Debit = 0,0012 m3/det

o Kecepatan (V) = 0.60 m/det

o Koefisien Hazen William = 120

A =Q/V

= 0,0012 m3/det / 0.60 m/det

= 0,002 m2

4A 4 x0,002
D= √∏ = √ 3,14

D = 0,0504 m.

f. Kehilangan Tekanan

Bila kehilangan tekanan minor (minor losses) diperhitungkan untuk


analisis jaringan pipa, maka setiap perubahan geometeris pipa akan
menimbulkan kehilangan energi. Kehilangan energi ini dapat juga
diekspresikan dalam bentuk kehilangan energi yang ekivalen
terhadap seluruh kehilangan energi yang ditinjau. Pada daerah-
daerah dimana terdapat perubahan geometri seperti pada

43
sambungan, belokan, katup, sisi keluar, dan sisi masuk pipa, maka
akan terjadi kerugian head. Besarnya kerugian ini tergantung pada
kecepatan aliran dan jenis perubahan geometrinya.

Untuk kehilangan tekanan minor (minor losses) biasanya besarnya


5 % dari major losses. Namun sesuai dengan kaidah perencanaan
biasanya dianggap sebesar 10 %, karena memperhitungkan angka
keamanan

a) Pada pipa 1

Diketahui

Q = 0,0185 m3/det
Koefisien Hazen William = 120
L ( panjang pipa ) = 182 m
Diameter pipa = 0.198 m

HL = Q1,85 . L

(0,2785xCxD2,63)1,85

HL = 0,0185 1,85 x 182

(0,2785x120x0,1982,63)1,85

= 0,24965 m

Minor Looses adalah 10 % dari mayor looses, jadi :

Minor looses = 10 % x 0,24965 m

= 0.024965 m

Jadi kehilangan energi total = 0,24965 m + 0,024965 m

= 0.274615 m

44
b) Pada pipa 2 – pipa 9

Diketahui

Q = 0,0201 m3/det
Koefisien Hazen William = 120
L ( panjang pipa ) = 346 m
Diameter pipa = 0,02065 m

HL = Q1,85 . L

(0,2785xCxD2,63)1,85

HL = 0.02011,85 x 346

(0,2785x120x0,020652,63)1,85

= 60145,153 m

Minor Looses adalah 10 % dari mayor looses, jadi :

Minor looses = 10 % x 60145,153 m

= 6014,5153 m

Jadi kehilangan energi total = 60145,153 m + 6014,5153 m

= 66159,668 m

c) Pada pipa 10 – pipa 19

Diketahui

Q = 0,0039 m3/det
Koefisien Hazen William = 120
L ( panjang pipa ) = 793 m
Diameter pipa = 0,0909 m

45
HL = Q1,85 . L

(0,2785xCxD2,63)1,85

HL = 0.0039 1,85 x 793

(0,2785x120x0,09092,63)1,85

= 4,9 m

Minor Looses adalah 10 % dari mayor looses, jadi :

Minor looses = 10 % x 4,9 m

= 0,49 m

Jadi kehilangan energi total = 4,9 m + 0,49 m

= 5,39 m

d) Pada pipa 20 – pipa 25

Diketahui

Q = 0,0012 m3/det
Koefisien Hazen William = 120
L ( panjang pipa ) = 522 m
Diameter pipa = 0,0504 m

HL = Q1,85 . L

(0,2785xCxD2,63)1,85

HL = 0.0012 1,85 x 522

(0,2785x120x0,05042,63)1,85

= 6,4275 m

46
Minor Looses adalah 10 % dari mayor looses, jadi :

Minor looses = 10 % x 6,4275 m

= 0,64275 m

Jadi kehilangan energi total = 6,4275 m + 0,64275 m

= 7,07022 m.

47
LAMPIRAN

Gambar Reservoir

Gambar Pompa

48
49

Anda mungkin juga menyukai