Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Geohidrologi adalah cabang ilmu hidrologi yang mempelajari keberadaan,

persebaran, pergerakan serta sifat fisik dan kimia air di bawah permukaan tanah.

Selain geohidrologi cabang hidrologi lainnya adalah patologi yang mempelajari

air permukaan(sungai), limologi yang mempelajari genangan air alami (danau,

rawa), hidrometeorologi yang mempelajari hubungan antara meteorologi dan

hidrologi (hujan, suhu udara, penguapan) serta kriologi yang mempelajari salju

dan es. Berkaitan dengan geohidrologi ada istilah lain yang hampir sama

pengertiannya yaitu hidrogeologi. Hidrogeologi juga mempelajari air tanah tetapi

lebih ditekankan pada geologi.

Dari seluruh air tawar yang terdapat di bumi ( tidak termasuk es di kutub ),

96% merupakan air tanah. Empat persen sisanya terdapat dalam waduk, danau,

sungai serta uap air di udara. Air tanah adalah air yang berada di bawah permukaan

tanah pada zona jenuh air, dengan tekanan hidrostatis sama atau lebih besar dari

pada tekanan udara. Sumber utama air tanah adalah air hujan yang meresap ke

dalam tanah mengikuti suatu proses yang disebut daur hidrologi.

Akibat penyinaran matahari semua air di daratan (rawa, laguna, sungai, air pada

tumbuhan ) dan lautan mengalami penguapan membentuk awan. Awan bergerak

di atas bumi akibat hembusan angin. Tekanan angin juga menyebabkan benturan

antara butir-butir uap air yang akhirnya jatuh ke tanah sebagai hujan. Air hujan
yang jatuh di permukaan tanah mengalir sebagai limpasan yang akhirnya mengalir

kembali ke laut. Sebagian air hujan meresap kedalam tanah dan bergerak terus ke

bawah menuju mintakat jenuh dan menjadi air tanah. Air tanah bergerak berlahan-

lahan melalui akuifer dan masuk ke sungai dalam bentuk aliran dasar ataupun

mengalir langsung ke laut.

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN

Adapun maksut dan tujuan permasalahan yang timbul dari rumusan masalah

adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui secara Jelas apa itu ilmu Hidrogeologi

2. Mengetahui sifat kimia Air tanah dan jenis-Jenis akuifer

3. Mengetahui analisis air tanah melalui beberapa metode-metode .

4. memahami karakteristk airtanah lewat analaisa kuantitatif dan kualitatif

1.3 METODE

Metode yang digunkan didalam praktikum hidrogeologi sendiri dibagai

menjadi dua metode yaitu metode kuantitatif dan metode kualitatif

1. Metode Kualitatif

Adalah metode yang lebih menekankan pada aspek pemahaman secara

mendalam terhadap suatu masalah daripada melihat permasalahan untuk

penelitian generalisasi. Penelitian kualitatif berfungsi memberikan kategori

substantif dan hipotesis penelitian kualitatif.


2. Metode Kuantitatif

Adalah metode yang lebih menekankan pada aspek pengukuran secara

obyektif terhadap fenomena social. Untuk dapat melakukan pengukuran, setiap

fenomena social di jabarkan kedalam beberapa komponen masalah, variable

dan indicator. Penelitian kuantitatif mengadakan eksplorasi lebih lanjut serta

menemukan fakta dan menguji teori-teori yang timbul.


BAB II

DASAR TEORI

2.1 ANALISIS KUALITAS AIR TANAH

Air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau bebatuan di bawah

permukaan tanah. Air tanah merupakan salah satusumber dayaairyang

keberadaannya terbatas dan kerusakannya dapatmengakibatkan dampak yang luas

serta pemulihannya sulit dilakukan.Menurut Herlambang (1996) air tanah adalah

air yang bergerak didalam tanah yang terdapat didalam ruang antar butir-butir

tanah yangmeresap ke dalam tanah dan bergabung membentuk lapisan tanah

yangdisebut akifer. Lapisan yang mudah dilalui oleh air tanah disebut

lapisanpermeable, seperti lapisan yang terdapat pada pasir atau kerikil, sedangkan

lapisan yang sulit dilalui air tanah disebut lapisan impermeable, sepertilapisan

lempung atau geluh.

Gambar 1. Sumber air tanah


Penentuan kualitas airtanah penting terkait keperluan penyediaan

air layak konsumsi, penyediaan air irigasi maupun keperluan industri.

Kualitas airtanah, salah satunya dapat ditentukan berdasarkan sifat

kimia yang terkandung dalam airtanah yang terdiri atas Kesadahan,

Jumlah Garam Terlarut (Total Dissolved Solids—TDS), Daya Hantar

Listrik—DHL (Electric Conductance—EC), Keasaman—Ph, dan

Kandungan Ion.

Menurut Zaporozec (1972, dalam Suharyadi, 1984), metode

interpretasi kimia airtanah terdiri atas:

 Metode Klasifikasi

Digunakan dalam menentukan dasar penciri komposisi

kimia air- tanah pada suatu daerah. Selain itu, digunakan dalam

membedakan tipe/klas airtanah dan menentukan tipe/klas

airtanah dominan. Metode Klasifikasi Kurlov (1982) merupakan

metode klasifikasi yang umum digunakan, dikarenakan

sangat praktis dan cepat dalam menentukan klas airtanah

suatu daerah.

 Metode Korelasi

Dilakukan dengan menggunakan Diagram Stiff, berfungsi

menghubungkan kualitas airtanah secara vertikal pada satu

lubang bor maupun secara horizontal pada lapisan akuifer yang

sama.
 Metode Sintesa

Berfungsi menggambarkan konsentrasi setiap ion kation

maupun anion yang terkandung pada airtanah. Metode ini

dilakukan dengan menggunakan Diagram Bar Collins, yang

menggambarkan konsentrasi setiap ion kation maupun anion

dalam bentuk diagram bar/batang.

2.2 METODE TRILINIER PIPER

Metode analisis dengan diagram trilinier piper penting untuk studi genetik

airtanah. Studi ini untuk mengetahui sumber unsure penyusun yang terlarut

dalam airtanah, perubahan atau modifikasi sifat air yang melewati suatu wilayah

tertentu serta hubungannya dengan problem geokimia. Analisis airtanah dengan

Diagram Trilinier Piper berdasarkan kandungan ion kation: Na+, K+, Ca2+,

Mg2+ dan ion anion: Cl–, HCO3–, SO42–. Metode analisis Diagram Trilinier

dilakukan guna menentukan genetika atau fa- sies airtanah suatu daerah. Dengan

demikian, dapat ditentukan sumber unsur penyusun terlarut dalam airtanah,

perubahan sifat air yang melewati suatu wilayah tertentu mau- pun hubungannya

dengan permasalahan geokimia (Suharyadi, 1984).

Diagram Trilinier Piper terdiri atas dua diagram dalam bentuk segitiga dan

satu diagram dalam bentuk jajargenjang, sebagaimana tampak pada Gambar 2 .

Diagram segi- tiga menunjukkan konsentrasi ion kation maupun ion anion yang

terkandung dalam airtanah, masing-masing dalam satuan persen epj (% epj).


Diagram jajargenjang menun- jukkan variasi atau kombinasi ion kation maupun

ion anion yang terkandung dalam airtanah, dalam satuan persen epj (% epj).

Sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 1, berdasarkan diagram segitiga

kation maupun anion, airtanah dapat dikelompokkan menjadi empat tipe

(Tabel 1). Berda- sarkan komponen kimia yang terdapat pada diagram

jajargenjang (Gambar 1), airtanah dapat dikelompokkan menjadi sembilan

fasies (Tabel 2). Tipe kualitas airtanah dapat diketahui secara cepat dengan

memperhatikan kelompok dominan hasil pengeplotan data pada diagram

jajargenjang.
Tabel 1. Tipe airtanah berdasarkan kandungan dominan ion kation maupun ion anion.

Kation Anion
A : Tipe Kalsium; E : Tipe Bikarbonat;
B : Tipe Magnesium; F : Tipe Sulfat;
C : Tipe Sodium & Potasium/ Tipe Alkali; dan G : Tipe Klorida; dan
D : Tidak terdapat tipe dominan. H : Tidak terdapat tipe dominan.

2.3 AKUIFER TERTEKAN

Akuifer merupakan suatu lapisan batuan dengan porositas dan permeabilitas

yang baik, sehingga mampu menyimpan dan mengalirkan air dalam jumlah

ekonomis. Ber- dasarkan letak, batas lapisan kedap air maupun koefisien kelulusan

air, akuifer dapat dibedakan menjadi

 Akuifer Bebas.

 Akuifer Setengah-bebas.

 Akuifer Bocor.

 Akuifer Tertekan.
Akifer Tertekan (Confined Aquifer) yaitu aquifer yang seluruh jumlahnya air

yang dibatasi oleh lapisan kedap air, baik yang di atas maupun di bawah, serta

mempunyai tekanan jenuh lebih besar dari pada tekanan atmosfer

Uji pemompaan pada akuifer tertekan dapat dilakukan berdasarkan

1. Metode Theis dan

2. Metode Cooper–Jacob. Metode Theis dapat diterapkan apabila :

- diameter sumur kecil;

- berkembang pada akuifer tertekan;

- aliran aliran berubah-ubah seiring waktu dengan drawdown (s) dan waktu

penurunan airtanah (t); dan

- gradien hidrolik konstan

2.4 AKUIFER BOCOR

Akuifer merupakan suatu lapisan batuan dengan porositas dan permeabilitas

yang baik, sehingga mampu menyimpan dan mengalirkan air dalam jumlah

ekonomis. Akuifer bocor atau semi-tertekan merupakan suatu akuifer yang

berkembang di bawah lapisan semi-kedap air atau akuitar. Suatu lapisan akuifer

bocor dapat dijumpai berada di bawah lapisan akuitar maupun berada diantara dua

lapisan akuitar yang terdapat pada bagian atas dan bawah.

Proses imbuhan airtanah pada akuifer bocor dapat terjadi pada dua kondisi.

Pertama, lapisan akuifer bocor memperoleh imbuhan air melalui suatu lapisan
akuitar yang terdapat di atasnya. Kedua, dan akuifer bebas ataupun akuifer

tertekan melalui lapisan akuitar.

Koefisien Kemenerusan Airtanah/Transmisivitas (T) merupakan jumlah air

yang mampu dialirkan melalui suatu bidang vertical pada setiap satuan tebal dan

lebar akuifer pada setiap unit gradien hidrolik. Daya Simpan Airtanah/Storativitas

(S) merupakan jumlah air dalam akuifer yang mampu disimpan ataupun

dikeluarkan setiap satuan luas pada setiap perubahan kedudukan muka airtanah.

Koefisien Kelulusan Air/Konduktivitas Hidrolika (K) merupakan kemampuan

lapisan batuan meluluskan air.

Gambar 3. Akuifer bocor


2.5 DEBIT ALIRAN

Debit aliran adalah jumlah air yang mengalir dalam satuan volume per waktu.

Debit adalah satuan besaran air yang keluar dari Daerah Aliran Sungai (DAS).

Satuan debit yang digunakan adalah meter kubir per detik (m3/s). Debit aliran

adalah laju aliran air (dalam bentuk volume air) yang melewati suatu penampang

melintang sungai per satuan waktu (Asdak,2002).

Dalam praktek, sering variasi kecepatan pada tampang lintang diabaikan, dan

kecepatan aliran dianggap seragam di setiap titik pada tampang lintang yang

besarnya sama dengan kecepatan rerataV, sehingga debit aliran adalah: Q = AxV

Dengan :

Q =Debit Aliran (m3/s)

A = Luas Penampang (m2)

V = Kecepatan Aliran (m/s)

Debit air sungai adalah tinggi permukaan air sungai yang terukur oleh alat

ukur pemukaan air sungai. Pengukurannya dilakukan tiap hari, atau dengan

pengertian yang lain debit atau aliran sungai adalah laju aliran air (dalam bentuk

volume air) yang melewati suatu penampang melintang sungai per satuan waktu.

Dalam sistem satuan SI besarnya debit dinyatakan dalam satuan meter kubik per

detik (m3/dt).

Sungai dari satu atau beberapa aliran sumber air yang berada di

ketinggian,umpamanya disebuah puncak bukit atau gunung yg tinggi, dimana air

hujan sangat banyak jatuh di daerah itu, kemudian terkumpul dibagian yang
cekung, lama kelamaan dikarenakan sudah terlalu penuh, akhirnya mengalir keluar

melalui bagian bibir cekungan yang paling mudah tergerus air.

Selanjutnya air itu akan mengalir di atas permukaan tanah yang paling rendah,

mungkin mula mula merata, namun karena ada bagian- bagian dipermukaan tanah

yg tidak begitu keras, maka mudahlah terkikis, sehingga menjadi alur alur yang

tercipta makin hari makin panjang, seiring dengan makin deras dan makin

seringnya air mengalir di alur itu.

Semakin panjang dan semakin dalam, alur itu akan berbelok, atau bercabang,

apabila air yang mengalir disitu terhalang oleh batu sebesar alur itu, atau batu yang

banyak, demikian juga dgn sungai di bawah permukaan tanah, terjadi dari air yang

mengalir dari atas, kemudian menemukan bagian-bagan yang dapat di tembus ke

bawah permukaan tanah dan mengalir ke arah dataran rendah yg rendah.lama

kelamaan sungai itu akan semakin lebar.

Gambar 4. Debit air


2.6 POLA ALIRAN AIRTANAH

Air bawah bawah tanah (underground water dan sub terranean water) adalah

istilah lain yang digunakan untuk air yang berada pada lajur jenuh, namun istilah

yang lazim digunakan adalah air tanah (Johnson, 1972)dimana aliran air bawah

tanah sendiri memiliki pola-pola tertentu yang khas melalui titik equpotential

sehingga kita bisa mengetahui pola air tanah sendiri tersebut.

Pada kedalaman tertentu, pori-pori tanah atau batuan mulai terisi air dan mulai

jenuh. Batas atas lajur jenuh air disebut dengan muka air tanah (water table). Air

yang tersimpan pada lajur jenuh disebut dengan air tanah, yang kemudian bergerak

sebagai aliran air tanah melalui batuan dan lapisan-lapisan tanah yang ada di bumi

sampai air tersebut keluar sebagai mata air, atau terkumpul masuk ke kolam,

danau, sungai, dan laut (Fetter, 1994).

Air bawah permukaan adalah segala bentuk aliran air hujan yang mengalir di

bawah permukaan tanah sebagai akibat struktur perlapisan geologi, beda potensi

kelembaban tanah, dan gaya gravitasi bumi. Air bawah permukaan tersebut biasa

dikenal dengan air tanah (Asdak, 2002). Air yang berada di bawah muka air pada

umumnya disebut air tanah, dan lajur di bawahnya disebut sebagai lajur

jenuh.Curah hujan yang masuk ke dalam tanah dan meresap ke lapisan yang ada

di bawahnya, yang kemudian tertampung pada lapisan di bawah pemukaan tanah

disebut air tanah (Wilson, 1993).

Jumlah air tawar yang terbesar, menurut catatan yang ada, tersimpan di dalam

perut bumi, yang dikenal sebagai air tanah (Chow, 1978). Berdasarkan Perkiraan
Jumlah Air di Bumi (UNESCO, 1978 dalam Chow et al, 1988) dijelaskan bahwa

jumlah air tanah yang ada di bumi ini jauh lebih besar dibanding jumlah air

permukaan (98% dari semua air di daratan tersembunyi di bawah permukaan tanah

dalam pori-pori batuan dan bahan-bahan butiran).

Jaring Aliran sendiri mempunyai beberapa pengertian antara lain :

• Jaringa liran merupakan penggambaran hukum kontinuitas aliranair di

dalamtanah, umumnya digunakan untuktanahdengan batasantertentu.

• Jaring-jaring aliranmerupakan penggambaran kumpulangarisequipotensial

maupungarisaliran.

• Garisequipotensial merupakan kurvayang mempunyai (potential head) yang

sama.

• Garisaliran merupakankurvalintasan daripartikelpartikelair yang bergerak

dalamlapisanbatuan.

Gambar 5. Jenis-jenis sungai


Metode yang digunakan dalam membuat kontur muka airtanah berdasarkan 3

data ketinggian muka airtanah (potential head). Hal ini Dilakukan supaya

memahami sense of art dalam membuat peta hidrogeologi

ProblemaTigaTitik yaitu Metode

 Grafis

 Matematis

Gambar 6. Metode matematis

Gambar 7. Metode grafis


2.7 DESAIN REKONTRUKSI SUMUR

Perencanaan konstruksi sumur dilakukan sebagai upaya memanfaatkan

airtanah secara optimum dalam waktu yang cukuplama. Perencanaan konstruksi

diterapkan pada sumur dalam dengan jenis akuifer tertekan berdasarkan kondisi

hidrogeologi yang diketahui melalui penyelidikan permukaan

maupunbawahpermukaan.

Pembuatan sumur air dengan konstruksi yang tepat, bukan hanya dapat

menyediakan air dalam jumlah besar, namun juga tidak menimbulkan masalah

lingkungan yang dapat merugikan masyarakat sekitar. namun disisi lain,

pembuatan sumur ini memerlukan dana yang tidak sedikit, sehingga dibutuhkan

desain konstruksi sumur yang tepat,sehingga biaya yang dikeluarkan efisien dan

tidak menimbulkan kerugian. Disini peran seorang geologist, terutama ahli

hidrogeologi yang mempersiapkankonstruksi sumur sesuai dengan kebutuhan,

kondisi geologi pada lokasi, hinggamembuat peren!anaan biaya seefektif

mungkin.

Tujuan dilakukannya desain konstruksi sumur adalah untuk membuat desain

konstruksi sumur dengan tepat sehingga dapat mengoptimalkan pemanfaatan air

tanah sesuai kebutuhan dalam waktu yang cukup lama, dandengan biaya seefektif

mungkin dengan memperhatikan kondisi geologi bawah permukaan pada lokasi

yantg akan dilakukan pemboran.


Keterangan:

a. Pompaselam

b. Pipajambang

c. Kepalapompaselam(bowl)

d. Kerucutreduser

e. Pipabuta

f. Pipasaringan

g. Kerikilpembalut

h. Sumbat

i. Pasanganbeton(semen)

Gambar 8. Desain kontruksi sumur

Menurut SNI No. 02-2453-1991Tentang Tata Cara Perencanaan Teknik

Sumur Resapan Air Hujan Untuk Lahan Perkarangan diperlukan persyaratan

teknis pemilihan lokasi dan jumlah sumur resapan pada pekarangan, persyaratan

teknik meliputi :

 Umum

Dibuat pada lahan yang lolos air dan tahan longsor, bebas dari kontaminasi

dan pencemaran limbah, untuk meresapkan air hujan, untuk daerah dengan

sanitasi lingkungan yang tidak baik hanya digunakan menampung air hujan

dari talang, mempertimbangkan aspek hidrologi, geologi dan hidrologi.


 Pemilihan lokasi

Keadaan muka air tanah dengan kedalaman pada musim hujan,

permeabilitas yang diperkenankan 2 –12,5 cm/jam, jarak penempatan

diperhitungkan dengan tangki septik tank 2 meter, resapan tangki septik

tank/cubluk/saluran air limbah 5 meter, sumur air bersih 2 meter.

 Jumlah

Penentuan jumlah sumur resapan air ditentukan berdasarkan curah hujan

maksimum, permeabilitas dan luas bidang tanah.

Dalam mendesain dimensi konstruksi sumur resapan air untuk kawasan

perumahan terdapat tiga parameter utama yang perlu diperhatikan yaitu :

permeabilitas tanah, curah hujan, dan luas atap rumah/permukaan kedap air

(Dephut, 1994). Permeabilitas tanah dapat kita tentukan berdasarkan hasil

pengukuran langsung di lokasi permukiman dengan Metode Auger Hole Terbalik.

Data permeabilitas tanah ini diperlukan untuk menentukan volume sumur resapan

air yang akan dibuat. Curah hujan diperlukan untuk menentukan dimensi sumur

resapan air. Data curah hujan yang diperlukan selama 10 tahun pengamatan

(diperoleh dari stasiun hujan terdekat). Pengukuran luas atap rumah didasarkan

atas luas permukaan atap yang merupakan tempat curah hujan jatuh secara

langsung diatasnya.

Sedangkan untuk mendesain bentuk dan jenis konstruksi sumur resapan air

diperlukan parameter sifat-sifat fisik tanah yang meliputi Infiltrasi,tekstur tanah,

struktur tanah, dan pori drainase (Mulyana, 1998).


2.8 PEMETAAN HIDROGEOLOGI

Pemetaan Air Tanah adalah pemetaan yang bertujuan untuk mengetahui arah

aliran air tanah guna memenuhi kebutuhan air masyarakat. Program Pemetaan Air

Tanah adalah salah satu program pokok tema yang dilakukan oleh mahasiswa

kluster Sainstek. Program pemetaan air tanah ini bertujuan untuk mengetahui

dinamika perubahan ketinggian air tanah untuk analisis cadangan air tanah di suatu

daerah, mengkaji pola aliran air tanah untuk mengetahui wilayah yang potensial

menyimpan cadangan air tanah di suatu daerah dan mengkaji hubungan antara

dinamika perubahan air tanah dengan faktor-faktor fisik yaitu hujan dan perlapisan

batuan (formasi geologi). Program ini juga bertujuan untuk mengatasi

permasalahan kurangnya data-data spasial yang menunjang dalam pengelolaan air

tanah.

Air tanah sebagai sumber air yang bermanfaat bagi kehidupan manusia

tentunya sangat penting mengingat fungsinya yang sangat kompleks. Pemetaan air

tanah ini dilakukan untuk memetakan aliran air tanah dan ketinggian muka air

tanah. Hasil dari pemetaan air tanah dapat digunakan untuk memperkirakan bulan-

bulan yang mempunyai potensi air tanah yang berlebih dan yang sangat sedikit.

Asumsi yang digunakan dalam pemetaan air tanah adalah semakin tebal air tanah

atau ketinggian muka air tanah semakin tinggi maka jumlah air yang tersimpan di

bawah tanah juga semakin banyak. Cadangan air tanah yang banyak tentunya akan

mampu digunakan untuk pemenuhan kebutuhan air bersih masyarakat. Selain itu,

dalam pemetaan air tanah, faktor-faktor fisik seperti hujan dan lapisan geologi juga
dapat mempengaruhi dinamika perubahan muka air tanah. Air hujan yang meresap

ke dalam tanah menjadi air tanah tentunya akan menambah volume dan ketinggian

dari muka air tanah (water table). Faktor fisik seperti formasi perlapisan batuan

juga berpengaruh terhadap kecepatan resapan air permukaan untuk menjadi air

tanah.

Gambar 9. Pengukuran sumur bor

Air meresap ke dalam tanah dan mengalir mengikuti gaya garavitasi

bumi.Akibat adanya gaya adhesi butiran tanah pada zona tidak jenuh air,

menyebabkan pori- pori tanah terisi air dan udara dalam jumlah yang berbeda-

beda. Setelahhujan, air bergerak kebawah melalui zona tidak jenuh air ( zona

aerasi). Sejumlahair beredar didalam tanah dan ditahan oleh gaya-gaya kapiler

pada pori-pori yangkecil atau tarikan molekuler di sekeliling partikel-partikel

tanah. Bila kapasitasretensi dari tanah pada zona aerasi telah habis, air akan
bergerak kebawahkedalam daerah dimana pori-pori tanah atau batuan terisi air. Air

di dalam zona jenuh air ini disebut air tanah (Linsley dkk., 1989).

Gambar 10. Pergerakan air tanah (Linsley dkk., 1989)

Pengelolahan data pemetaan air tanah memakai beberapa metode alat dan
bahan ataralain:
a. Total PadatanTerlarut/Total Dissolve Solid (TDS) Merupakan suatu ukuran
kandungan suatu material, baik anorganik maupun organik yang terdapat di
dalam suatu cairan(airtanah).

• TDS secara umum bukan sebagai zat cemar yang utama, dikarenakan
dianggap tidak berkaitan dengan efek kesehatan.
• Aplikasi
o studi mengenai mutu airtanah maupun air permukaan(sungai,danau,dsb).
o sebagai salah satu karakteristik air minum danindikatordalampengukuran
luaskontaminansuatuzatkimia.
b. DayaHantarListrik(DHL) Merupakan kemampuan suatu cairan (airtanah)
untuk menghantarkan aruslistrik.Hal ini dimana, DHL berbanding lurus
dengan TDS, semakin banyak kandungan garam terlarut (TDS),maka semakin
tinggi pulanilai DHL. Nilai DHL bergantung pada: kehadiran ion-ion
anorganik, valensi, konsentrasitotalmaupunrelatif,sertasuhu. Aplikasinya
sebagai parameter kualitas air, terkait penentuan kandungan mineral dalam air
dan kemampuan ion-ion dalam air dalam menghantarkan listrik.

Menurut APHA, AWWA (1992) dalam Effendi (2003), pengukuran DHL


bermanfaatdalam:
✓ memperkirakan jumlah zat padat terlarut dalam air,
✓ menetapkan tingkat mineralisasi dan derajat disosiasiairdestilasi,

✓ menentukankelayakanairuntukdikonsumsi,dan
✓ melakukan evaluasi pengolahan sesuai kondisi mineral air.

Tabel 3.Klasifikasi air berdasarkan TDS, DHL air tanah


Gambar 11. Peta pola air tanah

Table 4. Interpretasi air tanah berdasrkan hasil peta


BAB III

PEMBAHASAN

3.1 ANALISIS KUALITAS AIR TANAH

 Maksud

Interpretasi Kimia Airtanah, untuk mengetahui:

1. kandungan ion dalam airtanah

2. manfaat interpretasi kimia airtanah

3. jenis metode interpretasi dalam menentukan kualitas airtanah.

 Tujuan

Interpretasi Kimia Airtanah, untuk mengetahui:

1. mengetahui langkah kerja dan mampu mela-kukan interpretasi kimia

airtanah

2. mampu menentukan klas airtanah maupun menghubungkan kandungan

kimia airtanah.

 Interpretasi

Pada lokasi A terdapat air tanah dengan komposisi unsur yang dominan

yaitu Na+ + K+ (Alkali), Ca2+ (Kalsium), dan Mg2+ (magnesium) selain itu juga

terdapat unsur Anion berupa So42- (Sulfat),HCO3-(Bikarbonat), dan CL-

(Clorida). Dengan konsentrasi 71,01% (Na+ + K+) menunjukan bahwa air tanah

pada lokasi A merupakan air dengan komposisi larutan Alkali.Biasanya air


dengan kandungan tersebut terdapat pada daerah vulkanik atau batuan vulknik

dengan morfologi vulkanik.

Sedangkan pada lokasi B komposisi unsur yang terdapat pada air tanahnya

berupa Na+ + K+ (Alkali), Ca2+ (Kalsium), dan Mg2+ (Magnesium) selain itu

juga terdapat unsur lain juga berupa So42+ (Sulfat), HCO3- (Bikarbonat), CL-

(Clorida), dengan konsebtrasi 64,58% (Na+ + K+) mengindikasikan bahwa air

tanah pada lokasi tersebut mengandung unsur non-karbonat dengan kata lain

unsur yang mendominasi yaitu terdapat pada daerah vulkanik batuan vulkanik

dengan morfologi vulkanik.

Lalu pada lokasi C air tanah dengan komposisi unsur sama dengan lokasi

A dan B dengan konsentrasi 82,38% (Na+ + K+) menunjukan bahwa air tanah

pada lokasi tersebut berada di daerah batuan vulkanik dengan morfologi

vulkanik.

Pada lokasi D komposisi unsur air tanah berupa Na+ + K+ (Alkali), Mg2+

(Magnesium), dan Ca2+ (Kalsium).Juga terdapat unsur lain berupa HCO3-

(Bikarbonat),So42- (Sulfat), Cl- (Clorida).Dengan konsentrasi 93,89%,

mengindikasikan bahwa air tanah pada lokasi tersebut merupakan air dengan

komposisi bikarbonat,biasanya terdapat pada daerah yang banyak batugamping

dengan morfologi bentuk lahan Karst.

Sedangkan pada lokasi F dengan komposisi unsur yang dominan pada air

tanah nya berupa Mg2-(Magnesium),Na+ + K+ (Alkali),dan unsur lain berupa

Cl- (Clorida),dan HCO3- (bikarbonat).Dengan konsentrasi 77,89 % hal tersebut


menujukkan bahwa air tanah pada lokasi F air tanah yang banyak mengandung

larutan Clorida ,merupakan daerah yang mengandung kadar garam tinggi

dengan morfologi yang bergelombang sedang sampai landai.

Pada lokasi G komposisi unsur air tanah berupa Mg2+ (Magnesium), Na+ +

K+ (Alkali), juga terdapat unsur lain berupa So42- (Sulfat), dan HCO3-

(Bikarbonat).Dengan konsentrasi 87,93 % menunjukkan air tanah pada lokasi

tersebut banyak mengandung larutan Magnesium.

Lalu pada lokasi H unsur yang terdapat pada air tanah nya berupa Ca2+

(Calsium), Mg2+ (Magnesium),dan Na+ + K+ (Alkali),selain itu juga terdapat

unsur lain berupa HCO3- (Bikarbonat), dan Cl- (Clorida).Dengan konsentrasi

89,20 %, menunjukkan air tanah pada lokasi tersebut merupakan air dengan

komposisi larutan karbonat biasanya terdapat pada daerah batugamping dengan

morfologi Karst.

Sedangkan pada lokasi terakhir I keterdapatan unsur sama seperti lokasi H

dengan konsentrasi 75,37 % Menunjukkan bahwa air tanah pada lokasi tersebut

mengandung unsur karbonat, biasanya terdapat pada daerah yang banyak

batugamping dan morfologinya berupa bentuk lahan Karst.

3.2 ANALISIS METODE TRILINIER PIPER

 Maksud

Metode Analisis Trilinier Piper, yaitu

1. guna mengetahui langkah kerja

2. manfaat analisis kimia airtanah dengan Diagram Trilinier Piper


3. mampu melakukan interpretasi kimia airtanah dengan Diagram Trilinier

Piper.

 Tujuan

Metode Analisis Trilinier Piper, untuk:

1. menentukan tipe kualitas

2. fasies airtanah.

 Interpretasi

Berdasarkan hasil ploting tipe air tanah berdasarkan kandungan ion kation

yang di dominasi oleh tipe sodium dan potasium tipe alkali yang terdapat pada

daerah A,B,C,dan D. Untuk tipe Magnesium terdapat pada daerah F,dan G,

sedangkan untuk tipe Kalsium berda pada daerah H dan I.

Sedangkan tipe air tanah berdsarkan kandungan dominan ion Anion di

dominasi oleh tipe Bikarbonat,terdapat pada daerah D,H,dan I.Untuk tipe

Klorida barada pada daerah C dan F,lalu untuk tipe Sulfat terdapat di daerah

G.dan yang terakhir untuk tipe yang tidak dominan berada pada daerah A dan

B.

Pembagian facies air tanah berdaasarkan komposisi kandungan ion Kation

maupun ion Anion yang di dominasi oleh Alkali tanah (Ca2+ + Mg2+) melebihi

Alkali (Na+ + K+),asam kuat (So42- + Cl-),melebihi asam lemah (Co32- + HCO3-

).Dengan demikian air tanah pada daerah tersebut melebihi tipe Sodium Klorida

dengan Karbonat Alkali (kegaraman primer) >50 %,sifat kimia air tanah

didominasi oleh Alkali dan Asam kuat.Tipe ini bberupa air laut dan air garam

yang terdapat pada daerah A,B, dan C.


Pada daerah F dan G memiliki kandungan alkali tanah (Ca2+ + Mg2+),

melebihi alkali (Na+ + K+),asam kuat (So42- + Cl-),melebihi asam lemah (Co32-

+HCO3-). Dengan demikian air tanah daerah Fdan G memiliki tipe Kalsium

Klorida dengan kekerasan non-karbonat (kegaraman sekunder) >50 %.

Sedangkan untuk daerah H dan I memiliki alkali tanah (Ca2+ +

Mg2+),melebihi alkali (Na+ + K+),asam lemah (Co32- + HCO3-),melebihi asam

kuat (So42- +Cl-).Jadi dengan demikian air tanah pada kedua tempat H dan I

memiliki tipe Magnesium Bikarbonat dengan kekerasan karbonat,(Alkalinitis

sekunder) >50 % .

Untuk daerah yang terakhir yaitu D memilki alkali (Na+ + K+), melebihi

alkali tanah (Ca2+ + Mg2+),asam lemah (Co32-+ HCO3-),melebihi asam kuat

(So42- + Cl-),.Dengan demikian air tanah pada daerah D termasuk kedalam tipe

Sodium Bikarbonat dengan Karbonat Alkali (Alkalinitas Primer) >50 %.

3.3 UJI PEMOMPAAN AKUIFER TERTEKAN

 Maksud

Uji Pemompaan Akuifer Tertekan, yaitu

1. guna mengetahui metode yang digunakan

2. mengetahui langkah kerja dari setiap metode yang digunakan

 Tujuan

Uji Pemompaan Akuifer Tertekan, guna

1. menentukan nilai Koefisien Kemenerusan Airtanah (T)

2. Daya Simpan Airtanah (S).


3.4 UJI PEMOMPAAN AKUIIFER BOCOR

 Maksud

Uji Pemompaan Akuifer Bocor, yaitu

1. guna mengetahui metode yang digunakan

2. mengetahui langkah kerja dari metode yang digunakan

 Tujuan

Uji Pemompaan Akuifer Bocor,yaitu:

1. guna menentukan nilai Koefisien Kemenerusan Airtanah (T)

2. Daya Simpan Airtanah (S)

3. Konduktifitas Hidrolika (K’).

3.5 PENGUKURAN DEBIT ALIRAN

 Maksud

Pengukuran debit aliran,yaitu:

1. menentukan debit tertinggi (banjir) maupun debit terendah (kemarau)

suatu aliran sungai.

2. mengetahui potensi sumberdaya air di suatu wilayah DAS.

 Tujuan

Pengukuran debit aliran,yaitu:

1. acuan dalam pengelolaan sumber daya air permukaan.

2. acuan dalam merancang bangunan pengendali banjir.

 Interpretasi

Debit aliran yaitu air yang mengalir dalam satuan volume per waktu dalam

satuan meter kubik per detik atau m3/s. Debit aliran dipengaruhi oleh siklus
hidrologi yaitu hujan dimana saat musim kemarau sungai akan mengalirkan

debit air sedikit sedangkan pada saat musim hujan debit air yang mengalir pada

sungai semakin tinggi.Pada praktikum kali ini pengukuran debit aliran

dilakukan pada sungai yang berhulu di gunng merapi, lebar sungai lumayan

kecil ketika terjadi hujan dengan intensitas tinggi maka sungai tersebut tidak

snaggup untuk menampung debit air yang masuk kedalam sungai dan meluap

keluar,sedangkan musim kemarau debit aliran yang mengalir pada sungai yaitu

sedikit bisa dilihat dari hasil pengukuran dan pengambilan data lapangan

didapatkan hasil 0,77 m3/detik di saat musim kemarau. Jadi untuk melakukan

pengukuran kecepatan aliran dengan cara membagi bagian sungai menjadi

beberapa segmen lalu membagi panjang lintasan.

3.6 PETA POLA PENGALIRAN AIR TANAH

 Maksud dan Tujuan

Peta pola pengaliran air tanah,adalah:

1. mengetahui pergerakan airtanah dalam akuifer.

2. mengetahui hubungan airtanah dengan air permukaan di sekitarnya.

3. menganalisis cadangan airtanah suatu wilayah.

 Interpretasi

Jaringan aliran merupakan pengambarn kumpulan garis equipotensial

maupun garis aliran air tanah,garis equipotensial sendiri merupakn garis yang

menggambarkan tekanan air tanah atau potential head dengan nilai sama.

Potensial head ekuivalen dengan ketinggian muka air tanah terukur pada suatu
sumur, dengan demikian garis equipotensial dapat disebut juga sebagai kontur

equipotensial ekuivalen dengan kontur ketinggian muka air tanah,berdasarkan

data pptensial head dan garis equipotensial dapat dihasilkan peta muka air tanah

yang menggambarkan ketinggian muka air tanah suatu daerah.

Jadi berdasarkan data analisis elevasi muka air tanah dan contering elevasi

muka air tanah dapat diinterpretasikan aliran ground water mengalir dari arah

Timur laut,Timur dan Tenggara.

3.7 DESAIN KONSTRUKSI SUMUR

 Maksud dan Tujuan

Desain konstruksi sumur,untuk:

1. mengenali jenis batuan sebagai akuifer.

2. mengetahui jenis akuifer yang berkembang.

3. mampu menentukan letak/kedalaman akuifer.

4. mampu menentukan desain konstruksi sumur.

 Interpretaasi

Berdasarkan nilai resistivitas batuan yaitu 10 maka dapat diinterpretasikan

masuk kedalam air payau, karena litologi dominan pada daerah tersebut yaitu

batugamping berupakalsilutite dan kalkarenit.Kemudian terdapat litologi lain

berupa batulempung kemudian jenis lapisan terdiri dari akuifer pada kalsilutite

dan akuifer pada kalkarenit.Akuifer tersebut masuk kedalam akuifer tertekan

karena terdapat lapisan impermeable diatasnya dan terdapat juga akuifer bebas.
BAB IV.

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 KESIMPULAN

Hidrogeologi yaitu ilmu yang mempelajari tentang keberadaan air dibawah

permukaan tanah,kaitannya dengan pergerakan alirann (hidrolik), mekanis,sifat

fisik,dan kimia.Yang berhubngan dengan sistem geologi dan proses serta

keterkaitannya dengan air permukaan tanah.Jadi berdasarkan substansi

pembahasan bahwa hidrogeologi identik dengan Ground water,namun berbeda

dengan geohidrologi.

Dalam ilmu hidrogeologi banyak metode yang digunakan dalam menentukan

kualitas air tanah,dengan menentukan kandungan kimia air tanah dimana analisis

ini juga bisa menentukan facies airtanah.Uji pemompaan pada akuifer tertakan

untuk menetukan koefisien kemenerusan air tanah (T) dan daya simpan airtanah

(S).Menghitung debit aliran guna sebagai acuan dalam pengelolaan sumber daya

air permukaan dan dalam merancang bangunan pengendali banjir,sedangkan

menginterpretasikan pola aliran air tanah guna mengetahui pergerakan air tanah

dalam akuifer dan bisa membuat jaringan aliran sampai dengan desain konstruksi

sumur agar dapat diketahui letak kedalaman akuifer tertekan juga desain

konstruksi sumur berdasarkan keterdapatan akuifernya.


4.2 SARAN

 Diharapakan untuk praktikum kedapan agar dibuat buku panduan supaya

mempermudah praktikan dalam belajar.


DAFTAR PUSTAKA

Cooper, H , H., J. And C. E. Jacob, 1946, A Generalized Graphical Method fot

Evaluating Formation Constant and Summarizing Well Field History.

Theis, S V., 1935. The Reralation Between the lowering of the Piezometric Surface

and the Rate of Discharge of a Well Using Groundwater Storage.

Suharyadi, 1984, Diktat Kuliah Geohidrologi,Jurusan Teknik Geologi, Fakultas

Teknik,Universitas Gadjah Mada,Yogyakarta.

Slide Praktikum Hidrogeologi, 2018, Sekolah Tinggi Teknologi Nasional,Yogyakarta.


LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai