MINGGU 2
Asisten Praktikum
Disusun Oleh :
DAFTAR ISI
COVER.........................................................................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................................................................1
1. Latar Belakang...............................................................................................................................2
2. Rumusan Masalah..........................................................................................................................3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................................................5
1. Imbuhan Air Tanah.......................................................................................................................5
2. Sistem Informasi Geografis...........................................................................................................9
3. Cekungan Air Tanah....................................................................................................................10
BAB 3 METODOLOGI.............................................................................................................................10
BAB 4 PEMBAHASAN............................................................................................................................11
BAB 5 KESIMPULAN..............................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................................17
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Salah satu sumber daya yang paling dibutuhkan adalah air tanah. Setiap mahluk hidup
melakukan berbagai macam usaha untuk tetap memnuhi kebutuhan air agar tetap dapat bertahan
hidup.. Kondisi daerah mahluk hidup berbeda-beda, tidak semua daerah memiliki sumber
daya air yang cukup, sehingga ada daerah-daerah tertentu yang mengalami kesulitan akan
sumber daya air. Bahkan ada daerah tertentu yang awalnya memiliki sumber daya air
berlimpah menjadi daerah yang kekurangan air. Air tanah adalah air yang terdapat dibawah
permukaan. Air tanah itu sendiri keberadaannya adalah air hujan yang mengalami peresapan ka
bawah permukaan air tanah lewat lubang pori diantara butiran tanah. Air yang berkumpul
dibawah permukaan bumi ini disebut dengan akifer. Daerah yang dikenai peresapan air tanah
disebut dengan daerah Imbuhan Air Tanah (IAT).
Imbuhan air tanah adalah suatu yaitu resapan air tanah yang mampu menambah kadar air
tanah secara alamiah pada Cekungan Air Tanah (CAT). Imbuhan air tanah merupakan parameter
hidrologi penting yang sangat bergantung pada skala spasial dan waktu. Didefinisikan sebagai air
yang mengalir masuk ke dalam tanah dan menambah kuantitas air tanah dalam akuifer.
Mengetahui Imbuhan air dari atmosfer ke dalam tanah berperan dalam perhitungan sumber daya
air dalam cekungan air tanah. Faktor pengontrol utama terdiri dari besaran curah hujan, luas
daerah imbuhan, kondisi geologi, tutupan lahan akan mempengaruhi jumlah pasokan air tanah ke
dalam akuifer. Pengetahuan tentang imbuhan air tanah diperlukan dalam pengelolaan air tanah
dalam cekungan air tanah, sehingga akan membantu menentukan berapa besar pengambilan
airtanah yang bisa ditoleransi agar air tanah selalu dalam keadaan seimbang antara pasokan dan
pengambilan yang pada akhirnya pendayagunaan airtanah berkelanjutan. Disamping itu estimasi
jumlah imbuhan air ini penting untuk transportasi kontaminan bila terjadi pencemaran ke dalam
akuifer yang berasal dari air permukaan di daerah imbuhan.
LAPORAN PRAKTIKUM HIDROGEOLOGI
Keseimbangan antara ketersediaan dan kebutuhan baik secara kuantitas maupun kualitas
terhadap air tanah yang semakin kritis dan perlu mendapatkan perhatian semua pihak.
Kesemuanya
itu disebabkan karena pertumbuhan pnduduk Indonesia yang sangat tinggi, peningkatan
ekonomi, dan industri yang semakin tinggi menjadikan kebutuhan air semakin meningkat.
Pemanfaatan air tanah menjadi solusi untuk pemenuhan kebutuhan tersebut. Hal ini berdampak
pada keberadaan air tanah yang semakin berkurang. selain itu pembangunan yang menyebabkan
timbulnya polusi serta berkurangnya lahan bebas/ ruang terbuka hijau untuk proses pembentukan
air tanah. Kondisi ini hampir terjadi diseluruh wilayah Indonesia.
Pengelolaan Air Tanah di Jawa Tengah didasarkan pada Cekungan Air Tanah (CAT) yaitu
suatu wilayah yang dibatasi oleh batas hidrogeologis, tempat semua kejadian hidrogeologis
seperti proses pengimbuhan, pengaliran dan pelepasan air tanah berlangsung . Jumlah CAT di
Jawa Tengah sebanyak 31 CAT (Keppres No.26 Tahun 2011), terdiri dari 6 CAT dlm wilayah
satu kab/kota, 6 CAT lintas Provinsi, 19 CAT lintas Kab/kota. Potensi air tanah bebas CAT lintas
Provinsi sebesar 411,15 Juta m3/thn, CAT lintas kab/kota sebesar 7.368,64 Juta m3/thn dan CAT
dalam kabupaten sebesar 3619 Juta m3/thn.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan diatas, maka perumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian
ini adalah :
1. Bagaimana menentukan daerah imbuhan pada daerah Bandung?
2. Bagaimana perubahan daerah imbuhan di pada daerah Bandung?
LAPORAN PRAKTIKUM HIDROGEOLOGI
3. Bagaimana prediksi ke depan daerah imbuhan dengan mengacu pada hasil pengolahan daerah
imbuhan di daerah Bandung ?
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
menjadi air tanah. Bagian yang meresap dekat permukaan akan diuapkan kembali lewat tanaman
yang kita kenal dengan evapotranspiration. Penguapan evaporation terjadi langsung pada tubuh
air
yang terbuka. Sedangkan aliran permukaan akan bermuara kembali ke laut, dan proses
hidrogeologi di atas akan berlangsung lagi, demikian seterusnya. Selain air sungai dan air hujan,
air tanah juga mempunyai peranan yang sangat penting terutama dalam menjaga keseimbangan
dan ketersediaan bahan baku air untuk kepentingan rumah tangga maupun untuk kepentingan
industri. Dibeberapa daerah, ketergantungan pasokan air bersih dan air tanah telah mencapai ±
70%. Sebenarnya di bawah permukaan tanah terdapat kumpulan air yang mempersatukan
kumpulan air yang ada di permukaan. Kumpulan air inilah yang disebut air tanah. Air bawah
tanah atau sering disangka dengan air tanah, adalah air yang terdapat pada ruang antar butir
batuan atau celah-celah batuan. Letak air tanah dapat mencapai beberapa puluh bahkan beberapa
ratus meter di bawah permukaan bumi. Lapisan batuan ada yang lolos air atau biasa disebut
permeable dan ada pula yang tidak lolos atau kedap air yang biasa disebut impermeable.
Lapisan lolos air misalnya terdiri dari kerikil, pasir, batuapung, dan batuan yang retak-
retak, sedangkan lapisan kedap air antara lain terdiri dari napal dan tanah liat atau tanah lempung.
Sebetulnya tanah lempung dapat menyerap air, namun setelah jenuh air, tanah jenis ini tidak
dapat lagi menyerap air. Air tanah terbentuk berasal dari air hujan dan air permukan , yang
meresap (infiltrate) mula-mula ke zona tak jenuh (zone of aeration) dan kemudian meresap
makin dalam (percolate) hingga mencapai zona jenuh air dan menjadi air tanah.
Kawasan resapan air adalah kawasan yang mempunyai kemampuan tinggi untuk
meresapkan air hujan, sehingga merupakan tempat pengisian air bumi (aquifer) yang berguna
sebagai sumber air (Peraturan Daerah Kota Manado no 1 Tahun 2014). Menurut (Wibowo,
2006), Kawasan resapan air adalah daerah tempat meresapnya air hujan ke dalam tanah yang
LAPORAN PRAKTIKUM HIDROGEOLOGI
selanjutnya menjadi air tanah. Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 02 Tahun 2013,
tentang Pedoman Penyusunan Rencana Pengelolaan Sumber Daya Air; Kawasan Resapan Air
adalah kawasan yang memiliki variabel /parameter penciri kawasan resapan air seperti curah
hujan, tekstur tanah, kemiringan lahan dan penggunaan lahan dengan karakteristik tertentu.akan
menjadi air tanah. Bagian yang meresap dekat permukaan akan diuapkan kembali lewat tanaman
yang kita kenal dengan evapotranspiration. Penguapan evaporation terjadi langsung pada tubuh
air yang terbuka. Sedangkan aliran permukaan akan bermuara kembali ke laut, dan proses
hidrogeologi di
atas akan berlangsung lagi, demikian seterusnya. Selain air sungai dan air hujan, air tanah juga
mempunyai peranan yang sangat penting terutama dalam menjaga keseimbangan dan
ketersediaan bahan baku air untuk kepentingan rumah tangga maupun untuk kepentingan
industri. Dibeberapa daerah, ketergantungan pasokan air bersih dan air tanah telah mencapai ±
70%. Sebenarnya di bawah permukaan tanah terdapat kumpulan air yang mempersatukan
kumpulan air yang ada di permukaan. Kumpulan air inilah yang disebut air tanah. Air bawah
tanah atau sering disangka dengan air tanah, adalah air yang terdapat pada ruang antar butir
batuan atau celah-celah batuan. Letak air tanah dapat mencapai beberapa puluh bahkan beberapa
ratus meter di bawah permukaan bumi. Lapisan batuan ada yang lolos air atau biasa disebut
permeable dan ada pula yang tidak lolos atau kedap air yang biasa disebut impermeable. Lapisan
lolos air misalnya terdiri dari kerikil, pasir, batuapung, dan batuan yang retak-retak, sedangkan
lapisan kedap air antara lain terdiri dari napal dan tanah liat atau tanah lempung. Sebetulnya
tanah lempung dapat menyerap air, namun setelah jenuh air, tanah jenis ini tidak dapat lagi
menyerap air. Air tanah terbentuk berasal dari air hujan dan air permukan , yang meresap
(infiltrate) mula-mula ke zona tak jenuh (zone of aeration) dan kemudian meresap makin dalam
(percolate) hingga mencapai zona jenuh air dan menjadi air tanah.
Pengimbuhan terjadi di daerah imbuhan (recharge area) dan pelepasan air tanah terjadi di
daerah lepasasn (discharge area). Sedangkan proses pengaliran terjadi di kedua daerah tersebut
namun lebih khusus terjadi di daerah transisi antara daerah imbuhan dan lepasan. Daerah
imbuhan air tanah atau yang lebih populer disebut sebagai daerah resapan, adalah daerah resapan
air yang mampu menambah air tanah secara alamiah pada Cekungan Air Tanah. Pengertian
tersebut menunjukkan bahwa tidak semua daerah yang mampu meresapkan air hujan ke dalam
tanah otomatis merupakan daerah imbuhan. Sebagi contoh permukaan tanah pada daerah lepasan
LAPORAN PRAKTIKUM HIDROGEOLOGI
air tanah yang terletak di daerah dataran juga mampu meresapkan air hujan kedalam zona tidak
jenuh air sehingga mengubah zona tidak jenuh menjadi kolom yang jenuh air . Akibatnya muka
air tanah menjadi semakin dangkal bahkan dekat ke permukaan tanah. Namun karena muka air
tanah di daerah lepasan pada awalnya cukup dangkal maka kolom air tambahan tersebut tidak
cukup menimbulkan tekanan hidrolika kebawah . Pada kondisi air hujan yang jatuh ke
permukaan tanah tidak mampu lagi meresap. Sehingga selama hujan masih berlangsung maka
daerah tersebutmenajdi tergenang atau dikenal sebagai kebanjiran.
Air hujan yang jatuh di daerah imbuhan pada awalnya mengisi zona tidak jenuh dan mengubah
zona tidak jenuh menjadi jenuh sehingga muka air tanah semaki naik atau dangkal. Karena
kedudukan muka air tanah di daerah imbuhan awalnya relatif dalam maka kenaikan muka air
tanah tersebut membentuk kolom air yang cukup tebal dan menimbuilkan tekanan hidrolika yang
cukup kuat untuk menekan kebwah sehingga air hujan yang meresap akan terus mengalir ke
bawah menambah air tanah yang terdapat di zona jenuh. Proses infiltrasi berperan penting dalam
pengisian kembali lengas tanah dan air tanah. Pengisian kembali lengas tanah sama dengan
selisih antara infiltrasi dan perkolasi (jika ada). Pengisian kembali air tanah sama dengan
perkolasi dikurangi kenaikan kapiler (jika ada). Resapan air tanah akan menentukan besarnya
aliran dasar yang merupakan debit minimum sungai di musim kemarau.
Menurut Freeze & Cherry. 1979 (dalam (Salama, 1993)) untuk menentukan zona resapan
dan pelepasan air perlu diperhatikan :
o Aliran air permukaan dan air tanah.
o Iklim, terutama curah hujan.
o Karakteristik hidrogeologi.
o Topografi, daerah resapan air
umumnya bertopografi tinggi dengankemiringan lahan relatif besar karenatinggi muka air tanah
relatif dalamakibat drainase ke bawah,sedangkan daerah rendah muka air tanah menjadi dangkal
danpelepasan air tanah menjadi dominan.
ini dianggap wajar, karena data yang dibutuhkan sebagai basis data telah tersedia dengan baik
dan memadai (diperoleh antara lain melalui teknologi penginderaan jauh), sehingga pemanfaatan
teknologi sistem informasi geografis lebih ditekankan pada analisis data untuk mendapatkan
informasi yang variatif..
10BAB 3
METODOLOGI
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yakni peta tekstur tanah, peta curah hujan,
peta kelerengan, peta eksisting penggunaan lahan tahun 2000 dan 2012, peta administrasi dan
data elevation model (DEM). Untuk mengidentifikasi sebaran kawasan resapan airdan kelas
kesesuaian kawasan resapan air serta perubahannya menggunakan metode overlay dan skoring
dengan bantuan Sistem Informasi Geografis (SIG). Proses analisis dibagi dalam 2 tahap;
Tahap 1: untuk mengetahui sebaran kawasan resapan air. Pada tahap ini data-data yang
merupakan variabel atau parameter penciri daerah kawasan resapan air seperti, data curah hujan,
data tutupan lahan/penggunaan lahan, evaporasi aktual,kimpv ,kdsro dan data Cekungan Air
Tanah (CAT) serta data kecamatan Baso UTM dianalisa untuk mengetahui klasifikasi spasial,
kriteria spasial dan luas dari masing-masing data-data tersebut yang berkategori data
LAPORAN PRAKTIKUM HIDROGEOLOGI
raster( format JPG, TIFF,PNG dll.) diolah menjadi peta/data digital dengan kategori vektor
(format Shp) yang disimpan dalam bentuk garis , titik dan polygon. Selanjutnya dilakukan tahap
proses tumpang susun (Overlay) dan skoring data untuk menghasilkan peta sebaran kawasan
resapan air. Secara garis besar tahapan dalam analisis spasial untuk penyusunan data spasial
sebaran kawasan resapan air terdiri dari 3 tahap yaitu : Overlay data spasial, Editing data atribut
dan Analisis tabular.
Tahap 2: merupakan rangkaian alur analisa yang berlanjut dari tahap alur analisa I, tahap II
dilakukan setelah mengetahui sebaran kawasan resapan air. Tahap ini bertujuan mengetahui
perubahan luasan kawasan resapan air.
BAB 4
PEMBAHASAN
Pada data Imbuhan Air Tanah yang didapat terdepat tiga varibel yang menjadi dasar
perbedaan kadar air tanah di tiap daerah. Terdapat daerah dengan Imbuhan Air Tanah yang
tinggi,sedang dan rendah. Hal ini dapat terjadi karena ada faktor-faktor pengontrol yang menjadi
dasar perbedaan nilai Imbuhan Air Tanah (IAT) di tiap daerah. Faktor pengontrol utama terdiri
dari besaran curah hujan, luas daerah imbuhan, kondisi geologi, tutupan lahan akan
mempengaruhi jumlah pasokan air tanah ke dalam akuifer
2. Kecamatan Gedebage
Kecamatan ini memiliki daerah Imbuhan Air Tanah (IAT) yang tinggi. Berdasarkan
curah hujan, Kec Gedebage memiliki tingkat curah hujan yang sedang berada di angka
247 mm. IAT yang tinggi dapat terjadi karena curah hujan yang sedang mengalami
tingkat inflitrasi yang sedang. Hal ini disebabkan oleh kondisi persentase curah hujan
yang jatuh pada Kecamatan Bojongsoang ada di daerah dengan persentasi permukaan
tidak kedap yang dominan. Sehingga curah hujan yang sedang dapat terinfiltrasi dengan
normal kedalam akifer bawah permukaan tanah . Berdasarkan tingkat IAT tinggi dan
Curah Hujan sedang maka kemungkinan litologi lapisan di kecamatan ini adalah lapian
batu pasir. Lapisan pasir memiliki tingkat porositas dan permabilitas yang sangat baik
(tinggi) untuk melakukan resapan air. Ketika hujan dengan curahs sedang turun pada
permukaan tidak kedap serta jatuh pada lapisan litologi batuan pasir maka tingkat
resapan air tanah pada daerah tersebut memungkinkan berada di tuingkat IAT tinggi.
Sehingga data yang di dapat bisa mendukung kemungkinan litologi pasir sebagai litologi
lapisan pada kecamatan Gedebage
3. Kecamatan Cikancung
Kecamatan ini memiliki daerah Imbuhan Air Tanah (IAT) yang rendah. Berdasarkan
curah hujan, Kec Cikancung memiliki tingkat curah hujan yang sedang berada di angka
101 mm. IAT yang rendah dapat terjadi karena curah hujan yang sedang mengalami
tingkat inflitrasi yang rendah . Hal ini disebabkan oleh kondisi persentase curah hujan
yang jatuh pada Kecamatan Cikancung ada di daerah dengan persentasi permukaan tidak
kedap .Sehingga curah hujan yang sedang tidak dapat terinfiltrasi dengan normal
kedalam akifer bawah permukaan tanah . Berdasarkan tingkat IAT rendah dan Curah
Hujan sedang maka kemungkinan litologi lapisan di kecamatan ini adalah lapian batu
lanau-lempung. Lapisan lanau memiliki tingkat porositas dan permabilitas yang tidak
baik (rendah) untuk melakukan resapan air. Ketika hujan dengan curah sedang turun pada
permukaan tidak kedap serta jatuh pada lapisan litologi batuan lanau-lempung maka
LAPORAN PRAKTIKUM HIDROGEOLOGI
tingkat resapan air tanah pada daerah tersebut memungkinkan berada di tuingkat IAT
rendah. Sehingga data yang di dapat bisa mendukung kemungkinan litologi lanau-
lempung sebagai litologi lapisan pada kecamatan Cikancung
Dari ketiga IAT tersebut dipengaruhi oleh Curah Air Hujan ,CAT dan, pengaruh permukaan
kedap dan tidak kedap. Semakin tinggi tingkat IAT maka CAT pada daerah itu akan semakin
baik jika didukung oleh lapisan akifer yang disertainya. Akifer yang baik misalnya akifer bebas
dengan litologi pasir hingga lapisan lanau.
BAB 5
KESIMPULAN
Dari data yang diambil dan diolah maka dapat diambil kesdimpulan sebagai berikut:
1.Air tanah adalah salah satu aset dalam daur hidrologi , yakni suatu peristiwa yang selalu
berulang dari urutan tahap yang dilalui air dari atmosfer ke bumi dan kembali ke atmosfer;
penguapan dari darat atau laut atau air pedalaman, pengembunan membentuk awan, pencurahan,
pelonggokan dalam tanih atau badan air dan penguapan kembali Dari daur hidrologi tersebut
dapat dipahami bahwa air tanah berinteraksi dengan air permukaan serta komponen-komponen
lain yang terlibat dalam daur hidrologi termasuk bentuk topografi, jenis batuan penutup,
penggunaan lahan, tetumbuhan penutup, serta manusia yang berada di permiukaan. Air tanah dan
air permukaan saling berkaitan dan berinteraksi. Setiap aksi pemompaan, pencemaran terhadap
air tanah akan memberikan reaksi terhadap air permukaan, demikian sebaliknya.
2.Lapisan lolos air misalnya terdiri dari kerikil, pasir, batuapung, dan batuan yang retak-retak,
sedangkan lapisan kedap air antara lain terdiri dari napal dan tanah liat atau tanah lempung.
Sebetulnya tanah lempung dapat menyerap air, namun setelah jenuh air, tanah jenis ini tidak
dapat lagi menyerap air. Air tanah terbentuk berasal dari air hujan dan air permukan , yang
meresap (infiltrate) mula-mula ke zona tak jenuh (zone of aeration) dan kemudian meresap
makin dalam (percolate) hingga mencapai zona jenuh air dan menjadi air tanah.
LAPORAN PRAKTIKUM HIDROGEOLOGI
3.Semakin tinggi tingkat IAT maka CAT pada daerah itu akan semakin baik jika didukung oleh
lapisan akifer yang disertainya. Akifer yang baik misalnya akifer bebas dengan litologi pasir
hingga lapisan lanau.
DAFTAR PUSTAKA