Anda di halaman 1dari 2

Samuel N.

O Pakpahan
119150099

1. Menurut saya, mengapa Gunung Tangkuban Perahu dapat menunjukkan bentuk


seperti perahu terbalik adalah karena pernah terjadi erupsi besar dan menghasilkan 9
kawah yang berbeda. Pada awalnya Bangun gunung gunug api Tangkuban perahu
adalah hasil dari letusan gunung api Purba yaitu gunung sunda. Gunung Tangkuban
Parahu mulai membangun dirinya dari Kaldera Gunung Sunda pada 90.000 tahun
yang lalu. Kemudian dalam rentang antara 90.000 - 40.000 tahun yang lalu meletus,
sehingga menghasilkan beberapa kawah. Dua diantaranya yang besar yakni Kawah
Upas dan Kawah Ratu. Dua kawah yang dampingan, berarah barat-timur. Bentuk
puncak Gunung Tangkuban Perahu seperti perahu yang terbalik lantaran adanya
kedua kawah itu yang berdampingan.Dua kawah inilah yang telah membentuk puncak
Gunung Tangkubanparahu menjadi lebar, sekitar 1.550 meter.

2. Dari tahun ke tahun tipe erupsi Gunung Tangkuban Perahu terus berubah-ubah.Faktor
geologi apa yangdapat mempengaruhi hal tersebut adalah sebgai berikut:

Peristiwa erupsi tertua–meskipun bukan yang pertama–Tangkuban Parahu yang


berhasil dicatat PVMBG terjadi pada 1829. Kala itu, erupsi mengakibatkan hujan abu
serta batu dari Kawah Ratu dan Kawah Domas, dua dari 9 kawah yang ada. Tipe
erupsi pada erupsi ini berdasrkan sumber adalah erupsi magmatik. Pada saat itu terjadi
erupsi besar yang menghasilkan 9 kawah dan hasil dari erupsi tersebut adalah abu dan
batu. Pada saat itu erupsi ini menghasilkan kawah yang cukup besar namun tidak
dalam sehingga kawah kwah ini terisi oleh air tanah dibwah permukaan kawah. Air
ini kemudian terpanaskan oleh magma yang tersisa. Namun karena jarak antara
magma dan air tidak terlalu dekat maka mengakibatkan temperature dari air tidak
cukup panas untuk menghasilkan erupsi freatik dan hanya menghasilkan erupsi uap
saja pada tahun 1896. Keteika erupsi uap ini telah berlalu, 26 tahun kemudian pada
tahun 1926 terjadi erupsi freatik dimana setelah erupsi sebelumnya jarak antara air
tanah dengan magma cukup dekat.Pada tahun 1957 terjadi erupsi abu yang
dikarenakan oleh kemungkinan air tanah yang tidak masive dalam tubuh batuan
gunung dan kemungkinan intesitas letusan dan suply magma yang rendah. Tahun
1957 kemudian terjadi lagi erupsi freatik yang menandakan bahwa magma kembali
naik dan memanaskan cukup air untuk menghasilkan produk berupa steam blast yang
berlangsung terus menerus hingga letusan terakhir yang terjadi pda tahun 2019.

3. Erupsi freatik tidak menunjukkan tanda-tanda erupsi sebelum terjadi karena intesitas
magma dan supaly magma yang tidak terlalu besar sehingga tidak menghasilkan
perubahan secara signifikan pada diameter tubuh gunung dan tidak menghadirkan
tanda getaran dahsyat karena erupsi yang dihasilkan berupa uap air panas yang masive
namun viskosotas dan masa jenis dari air ini tidak besar dibandingkan dengan massa
jenis dan viskositas dari magma itu tersendiri. Sehingga letusan terjadi secara tiba-tiba
dan tidak menunjukkan adanya tanda-tanda sebelum erupsi. Tetapi erupsi freatik tetap
sangat berbahaya dan juga menghasilkan suara yang cukup besar pada saat letusan.
4. Pada daerah Gunung Tangkuban Perahu, cara yang dapat dilakukan untuk
menentukan peningkatan aktivitas vulkanik dapat diamati melalui data rekaman
gempa ,penyelidikan dan pengamatan secara geofisis terhadap Gunung Api
Tangkubanparahu melibatkan seismik dilakukan dengan menggunakan stasion
permanen satu komponen (Wirakusumah, 1985), sementara itu metode lain seperti
pengukuran leveling, Electronic Distance Measurement (EDM) dan Global
Positioning System (GPS; deformasi) dilakukan secara temporal.

5. Peluang terjadinya letusan, terutama letusan yang sifatnya magmatis, di Gunung Api
Tangkubanparahu, saat ini sangat kecil. Bila kegiatan vulkanik berlanjut, hal yang
mungkin terjadi adalah munculnya letusan gas (freatik) yang berpeluang mengambil
tempat di Kawah Domas. Oleh karena itu menurut saya Gunung Tangkuban Perahu
tetap layak untuk dijadikan objek wisata aktivitasnya karena telah dinyatakan Normal
pada level I namun pemantauannya harus sangat diperhatikan dengan lebih baik
meskipun status Normal pada level I.sehingga jika suatu saat terjadi letusan
pengunjung dapat dengan mudah segera meninggalkan area puncak/kawah bila terjadi
perubahan kondisi yang sifatnya mendadak.

Anda mungkin juga menyukai