Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH ILMU KEBUMIAN

ERUPSI GUNUNG BERAPI

Oleh :

Kelompok III

Evi Finarti (15312241013)

Kana Susanti (15312241020)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2016
BAB I

PENDAHULUAN

A. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami jenis-jenis erupsi vulkanik
2. Mengetahui dan memahami bentuk gunung berapi berdasarkan jenis erupsi vulkanik.
3. Mengetahui dan memahami penyebab erupsi vulkanik
4. Mengetahui dan memahami dampak terjadinya erupsi vulkanik
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja jenis-jenis erupsi vulkanik?
2. Bagaimana bentuk gunung berapi berdasarkan jenis erupsi vulkanik?
3. Apa penyebab terjadinya erupsi vulkanik?
4. Bagaimana dampak terjadinya erupsi vulkanik?

C. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara dengan 129 Gunung api aktif. Dilihat dari letak
geologis, cuaca dan kondisi sosial, Indonesia rentan terhadap beragam bencana alam
seperti gempa bumi, tsunami, banjir, tanah longsor, badai dan angin topan, wabah
penyakit, kekeringan dan gunung berapi. Bencana muncul ketika ancaman alam (seperti
gunung berapi) bertemu dengan masyarakat yang rentan (perkampungan di lereng
gunung berapi) yang mempunyai kemampuan rendah atau tidak mempunyai kemampuan
untuk menanggapi ancaman itu (tidak ada pelatihan atau pemahaman tentang gunung
berapi atau tidak siap - siaga). Dampak yang muncul adalah terganggunya kehidupan
masyarakat seperti kehancuran rumah, kerusakan harta benda serta korban jiwa.
Bencana alam geologis adalah bencana alam yang disebabkan oleh faktor yang
bersumber dari bumi. Beberapa jenis bencana alam geologi yang sangat umum terjadi di
tanah air kita, salah satunya yaitu erupsi gunung api. Gunung berapi atau gunung api
secara umum adalah istilah yang dapat didefinisikan sebagai suatu sistem saluran fluida
panas (batuan dalam wujud cair atau lava) yang memanjang dari kedalaman sekitar 10
km di bawah permukaan bumi sampai ke permukaan bumi, termasuk endapan hasil
akumulasi material yang dikeluarkan pada saat meletus. Erupsi gunung berapi terjadi jika
ada pergerakan atau aktivitas magma dari dalam perut bumi menuju ke permukaan bumi.
BAB II

ISI

A. Jenis-Jenis Erupsi Vulkanik


Letusan gunung api adalah merupakan bagian dari aktivitas vulkanik yang dikenal
dengan istilah "erupsi". Hampir semua kegiatan gunung api berkaitan dengan zona
kegempaan aktif sebab berhubungan dengan batas lempeng. Pada batas lempeng inilah
terjadi perubahan tekanan dan suhu yang sangat tinggi sehingga mampu melelehkan
material sekitarnya yang merupakan cairan pijar (magma). Erupsi adalah pelepasan
magma, gas, abu, dan lain-lain ke atmosfer atau ke permukaan bumi. Magma akan
mengintrusi batuan atau tanah di sekitarnya melalui rekahan-rekahan mendekati
permukaan bumi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, erupsi di definisikan
sebagai letusan gunung berapi atau semburan sumber minyak dan uap panas dari
dalam bumi. Erupsi gunung berapi terjadi jika ada pergerakan atau aktivitas magma
dari dalam perut bumi menuju ke permukaan bumi.
Erupsi gunung api merupakan bagian dari proses vulkanisme. Berikut ini
merupakan istilah yang akan sering dijumpai pada saat terjadi erupsi :

a. Magma merupakan cairan pijar yang terdapat di dalam bumi dengan suhu yang
sangat tingi yakni diperkirakan lebih dari 1000°C
b. Lava merupakan cairan magma yang keluar ke permukaan bumi. Suhu lava yang
dikeluarkan bias mencapai 700-1.200°C.
c. Lahar merupakan lava yang sudah bercampur dengan material pasir, batu dan air.
Lahar dibedakan menjadi dua yaitu lahar panas dan lahar dingin. Lahar panas adalah
lahar yang baru keluar dari lubang kepundan. Lahar dingin adalah lahar yang telah
mengalami proses pendinginan dan telah bercampur dengan air
hujan.(http://www.esdm.go.id)
Secara umum, erupsi di bedakan menjadi 2, yaitu erupsi eksplosif dan erupsi
efusif.
a. Erupsi Eksplosif adalah proses keluarnya magma, gas atau abu disertai tekanan yang
sangat kuat sehingga melontarkan material padat dan gas yang berasal dari magma
maupun tubuh gunung api ke angkasa. Erupsi eskplosif inilah yang terkenal
sebagai letusan gunung berapi. Letusan ini terjadi akibat tekanan gas yang teramat
kuat. Contoh erupsi eksplosif adalah letusan gunung Krakatau dan letusan gunung
merapi.
b. Erupsi Efusif (Non Eksplosif) yaitu peristiwa keluarnya magma dalam bentuk
lelehan lava. Erupsi efusif terjadi karena tekanan gas magmatiknya tidak seberapa
kuat, sehingga magma kental dan pijar dari lubang kepundan hanya tumpah mengalir
ke lereng-lereng puncak gunung itu. Contoh erupsi efusif adalah erupsi gunung
semeru, erupsi gunung merapi.
Umumnya terdapat tanda-tanda gunung api yang akan meletus atau terjadi
erupsi antara lain :
a. Suhu di sekitar gunung meningkat
b. Mata air menjadi kering
c. Seringnya terjadi gempa vulkanik dengan pusatnya berada pada daerah sekitar
gunung api
d. Sering mengeluarkan suara gemuruh
e. Tumbuhan di sekitar gunung layu dan kering
f. Binatang di sekitar gunung bermigrasi

B. Jenis-jenis Gunung Berapi

Secara etimologi kata gunung berapi “volcano” berasal dari nama Vulcano,
sebuah pulau vulkanik di Kepulauan Aeolian Italia yang namanya pada gilirannya
berasal dari Vulcan, nama dewa api dalam mitologi Romawi, disebut Vulkanologi .
Secara umum istilah tersebut dapat didefinisikan sebagai suatu sistem saluran fluida
panas (batuan dalam wujud cair atau lava) yang memanjang dari kedalaman sekitar 10
km di bawah permukaan bumi sampai ke permukaan bumi, termasuk endapan hasil
akumulasi material yang dikeluarkan pada saat dia meletus.
Gambar 1. Bagian Gunung Api
Sumber: Indyo Pratomo (2006)
Keterangan :
1. Dapur magma 8. Sayap/sisi gunung api
9. Lapisan lava
2. Batuan dasar 10. Kepundan
3. Pipa kawah 11. Kerucut parasit gunung api
4. Permukaan dasar 12. Aliran lava
5. Sill 13. Kawah
6. Pipa kawah sekunder 14. Bibir kawah
7. Lapisan abu gunung api 15. Abu gunung api

Gunung api adalah lubang kepundan atau rekahan dalam kerak bumi tempat
keluarnya cairan magma atau gas atau cairan lainnya ke permukaan bumi. Material
yang dierupsikan ke permukaan bumi umumnya membentuk kerucut terpancung.
Menurut Alzwar (1988), gunung api merupakan timbulan di permukaan bumi, yang
tersusun atas timbunan rempah gunung api, tempat dengan jenis dan kegiatan magma
yang sedang berlangsung, tempat keluarnya batuan leleran dan rempah lepas
gunungapi dari dalam bumi. Sedangkan menurut Bronto (2006), Setiap proses alam
yang berhubungan dengan kegiatan gunung api, meliputi asal-usul pembentukan
magma di dalam bumi hingga kemunculannya di permukaan bumi dalam berbagai
bentuk dan kegiatannya. Setiap magma yang muncul ke permukaan bumi adalah
gunung api.

a. Berdasarkan catatan sejarah erupsi :


1) Tipe A Gunung api yang pernah mengalami erupsi magmatik sekurang-kurangnya
satu kali sesudah tahun 1600
2) Tipe B Gunung api yang sesudah tahun 1600 belum lagi mengadakan erupsi
magmatik, namun masih memperlihatkan gejala kegiatan seperti kegiatan solfatara.
3) Tipe C Gunung api yang erupsinya tidak diketahui dalam sejarah manusia, namun
masih terdapat tanda-tanda kegiatan masa lampau berupa lapangan
solfatara/fumarola pada tingkah lemah.

Daerah Tipe- Tipe- Tipe- Jumlah


A B C

Sumatera 13 12 6 21

Jawa 21 9 5 35

Bali 2 - - 2

Lombok 1 - - 1

Sumbawa 2 - - 2

Flores 16 3 5 24

Laut Banda 8 1 - 9

Sulawesi 6 2 5 13

Kep.Sangihe 5 - - 5

Halmahera 5 2 - 7
b. Berdasarkan sumber erupsi, yaitu:
1) Erupsi Pusat
Erupsi keluar melalui kawah utama.
2) Erupsi Samping
Erupsi keluar dari lereng tubuhnya.
3) Erupsi Celah
Erupsi yang muncul pada retakan/sesar, dapat memanjang sampai beberapa
kilometer.
4) Erupsi Eksentrik
Erupsi samping tetapi magma yang keluar bukan dari kepundan pusat yang
menyimpang ke samping, melainkan langsung dari dapur magma melalui kepundan
tersendiri.

c. Berdasarkan tinggi-rendahnya derajat fragmentasi dan luasan, juga kuat-lemahnya


letusan serta tinggi tiang asap, maka gunung api dibagi menjadi beberapa tipe erupsi,
yaitu:
1) Tipe Hawaiian
Erupsi eksplosif dari magma basaltik atau mendekati basal. Pada umumnya
berupa semburan lava pijar dan sering diikuti leleran lava secara simultan, yang
terjadi pada celah atau kepundan sederhana.

Gambar 2. Tipe Hawaiian


Sumber: Indyo Pratomo (2006)
2) Tipe Strombolian
Erupsinya hampir sama dengan Hawaiian berupa semburan lava pijar dari
magma yang dangkal. Pada umumnya terjadi pada gunung api aktif di tepi benua
atau di tengah benua.

Gambar 3. Tipe Strombolian


Sumber: Indyo Pratomo (2006)

3) Tipe Plinian
Erupsi sangat ekslposif dari magma berviskositas tinggi atau magma asam,
dimana komposisi magma bersifat andesitik sampai riolitik. Material yang
dierupsikan berupa batu apung dalam jumlah besar.

Gambar 4. Tipe Plinian


Sumber: Indyo Pratomo (2006)
4) Tipe Sub-Plinian
Erupsi eksplosif dari magma asam (riolitik) dari gunung api strato. Tahap
erupsi efusifnya menghasilkan kubah lava riolitik. Erupsi sub-plinian dapat
menghasilkan pembentukan ignimbrit.
5) Tipe Ultra-Plinian
Erupsi sangat eksplosif menghasilkan endapan batu apung lebih banyak
dan lebih luas daripada Plinian biasa.
6) Tipe Vulkanian
Erupsi magmatis berkomposisi andesit basaltik sampai dasit. Pada
umumnya melontarkan bom-bom vulkanik atau bongkahan di sekitar kawah
dan seringkali disertai bom kerak-roti atau permukaannya retak-retak. Material
yang dierupsikan tidak hanya selalu berasal dari magma, tetapi bercampur
dengan batuan samping berupa litik.

Gambar 5. Tipe Vulkanian


Sumber: Indyo Pratomo (2006)

7) Tipe Surtseyan dan Tipe Freatoplinian


Kedua tipe ini merupakan erupsi yang terjadi pada pulau gunung api,
gunung api bawah laut, atau gunung api yang berdanau kawah. Surtseyan
merupakan erupsi interaksi antara magma basaltik dengan air permukaan atau
bawah permukaan. Letusannya disebut freatomagmatik. Tipe freatoplinian
mempunyai proses kejadian yang sama dengan Surtseyan, namun magma yang
berinteraksi dengan air berkomposisi riolitik.
Gambar 6. Tipe Surtseyan dan Tipe Freatoplinian
Sumber: Indyo Pratomo (2006)

Bentuk dan bentang alam gunung api berdasarkan proses terjadinya terdiri atas:

1. Bentuk kubah, dibentuk oleh terobosan lava di kawah, membentuk seperti kubah.

Gambar 7. Gunung Api Kubah


Sumber: Indyo Pratomo (2006)
2. Kerucut/ Strato yaitu jenis gunung api yang paling banyak dijumpai. Berbentuk seperti
kerucut dengan lapisan lava dan abu yang berlapis-lapis. Terjadi karena letusan dan
lelehan bbatuan panas dan cair. Lelehan yang sering terjadi menyebbabkan lereng
gunung berlapis-lapis sehingga disebbut strato. Contohnya: Gunung Merapi.
Gambar 8. Gunung Strato
Sumber: Indyo Pratomo (2006)
3. Maar, biasanya terbentuk pada lereng atau kaki gunung api utama akibat letusan
freatik atau freatomagmatik. Gunung api maar terbentuk karena erupsi eksplosif
(ledakan yang luar biasa kuat) hasilnya bahan-bahan lepas/ padat. Contohnya
Gunung Lamongan dan gunung Tambora.

Gambar 9. Gunung Api Maar


Sumber: Indyo Pratomo (2006)
4. Plateau/ Perisai, yaitu dataran tinggi yang dibentuk oleh pelamparan leleran lava.
Terjadi karena lelehan keluar dengan tekanan rendah, sehingga nyaris tidak ada
letusandan membentuk lereng yang sangat landai dengan kemiringan 1- 100 . Contoh
Gunung Manoa Loa Hawaii di Amerika Serikat.
Gambar 10. Gunung Api Tipe Perisai
Sumber: Indyo Pratomo (2006)

C. Faktor Penyebab Erupsi Gunung Berapi

Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya erupsi gunung berapi antara lain :


1. Peningkatan Kegempaan Vulkanik
Peningkatan kegempaan vulkanik ditandai dengan terjadi aktivitas yang tidak
biasa pada gunung berapi, misalnya frekuensi gempa bumi meningkat yang mana
dalam sehari bisa terjadi puluhan kali gempa tremor yang tercatat di alat
Seismograf. Selain itu terjadi peningkatan aktivitas Seismik dan kejadian vulkanis
lainnya hal ini disebabkan oleh pergerakan magma, hidrotermal yang berlangsung
di dalam perut bumi. Jika tanda tanda seperti diatas muncul dan terus berlangsung
dalam beberapa waktu yang telah ditentukan maka status gunung berapi dapat
ditingkatkan menjadi level waspada. Pada level ini harus dilakukan penyuluhan
kepada masyarakat sekitar, melakukan penilaian bahaya dan potensi untuk naik ke
level selanjutnya dan kembali mengecek sarana serta pelaksanaan shift
pemantauan yang harus terus dilakukan.
2. Suhu Kawah Meningkat Secara Signifikan
Sebagai tanda bahwa magma telah naik dan mencapai lapisan kawah paling
bawah sehingga secara langsung akan mempengaruhi suhu kawah secara
keseluruhan. Pada gunung dengan status normal, volume magma tidak terlalu
banyak terkumpul di daerah kawah sehingga menyebabkan suhu di sekitar normal.
Naiknya magma tersebut bisa disebabkan oleh pergerakan tektonik pada lapisan
bumi dibawah gunung seperti gerakan lempeng sehingga meningkatkan tekanan
pada dapur magma dan pada akhirnya membuat magma terdorong ke atas hingga
berada tepat dibawah kawah. Pada kondisi seperti ini, banyak hewan hewan di
sekitar gunung bermigrasi dan terlihat gelisah. Selain itu meningkatnya suhu
kawah juga membuat air tanah di sekitar gunung menjadi kering.

3. Terjadinya Deformasi Badan Gunung


Hal ini disebabkan oleh peningkatan gelombang magnet dan listrik sehingga
menyebabkan perubahan struktur lapisan batuan gunung yang dapat
mempengaruhi bagian dalam sepeti dapur magma yang volume-nya mengecil atau
bisa juga saluran yang menghubungkan kawah dengan dapur magma menjadi
tersumbat akibat deformasi batuan penyusun gunung.

4. Lempeng lempeng Bumi Yang Saling Berdesakan


Hal ini menyebabkan tekanan besar menekan dan mendorong permukaan bumi
sehingga menimbulkan berbagai gejala tektonik, vulkanik dan meningkatkan
aktivitas geologi gunung. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa
lempeng merupakan bagian dari kerak bumi yang terus bergerak setiap saat, dan
daerah pengunungan merupakan zona dimana kedua lempeng saling bertemu,
desakan lempeng bisa juga menjadi penyebab perubahan struktur dalam gunung
berapi.

5. Akibat Tekanan Yang Sangat Tinggi


Beberapa penyebab seperti yang dijelaskan pada point sebelumnya mendorong
cairan magma untuk bergerak ke atas masuk ke saluran kawah dan keluar. Jika
sepanjang perjalanan magma menyusuri saluran kawah terdapat sumbatan, bisa
menimbulkan ledakan yang dikenal dengan letusan gunung berapi. Semakin besar
tekanan dan volume magma-nya maka semakin kuat ledakan yang akan terjadi.

D. Dampak Terjadinya Erupsi terhadap Kehidupan dan Lingkungan

Letusan gunungapi dapat menimbulkan berbagai dampak atau akibat. Dampak


letusan gunungapi dapat berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung dan
sifatnya dapat merusak (negatif) ataupun menjadi berkah (positif) bagi masyarakat
disekitarnya.

1. Dampak negatif / bahaya terjadinya letusan gunung api adalah sebagai berikut :
a. Jatuhan piroklastik : Jatuhan piroklastik terjadi dari letusan yang membentuk
tiang asap cukup tinggi, pada saat energinya habis, abu akan menyebar sesuai
arah angin kemudian jatuh lagi ke muka bumi. Hujan abu ini bukan merupakan
bahaya langsung bagi manusia, tetapi endapan abunya akan merontokkan
daun-daun dan pepohonan kecil sehingga merusak agro dan pada ketebalan
tertentu dapat merobohkan atap rumah. Sebaran abu di udara dapat
menggelapkan bumi beberapa saat serta mengancam bahaya bagi jalur
penerbangan.
b. Aliran piroklastik (awan panas) : aliran piroklastik dapat terjadi akibat
runtuhan tiang asap erupsi plinian, letusan langsung ke satu arah, guguran
kubah lava atau lidah lava dan aliran pada permukaan tanah (surge). Aliran
piroklastik sangat dikontrol oleh gravitasi dan cenderung mengalir melalui
daerah rendah atau lembah. Mobilitas tinggi aliran piroklastik dipengaruhi oleh
pelepasan gas dari magma atau lava atau dari udara yang terpanaskan pada saat
mengalir. Kecepatan aliran dapat mencapai 150-250 km/jam dan jangkauan
aliran dapat mencapai puluhan kilometer walaupun bergerak di atas air/laut.

Gambar : Mekanisme terjadinya aliran piroklastik


Sumber : (Cas dan Wright, 1988)
c. Piroklastik surge
Endapan piroklastik surge umumnya terjadi akibat dari suatu letusan
gunungapi, yang temudian teralirkan (mekanisme gabungan antara jatuhan
piroklastik dan aliran piroklastik). Endapan ini berasosiasi dengan erupsi
preatomagmatik dan preatik, aliran piroklastik dan jatuhan piroklastik.
Endapan ini dibagi menjadi 3 jenis, yaitu base surge, graund surge dan ash
clound surge.

d. Leleran lava : leleran lava merupakan cairan lava yang pekat dan panas dapat
merusak segala infrastruktur yang dilaluinya. Kecepatan aliran lava tergantung
dari kekentalan magmanya, makin rendah kekentalannya, maka makin jauh
jangkauan alirannya. Suhu lava pada saat dierupsikan berkisar antara 800-1200
o
C. Pada umumnya di Indonesia, leleran lava yang dierupsikan gunung api,
komposisi magmanya menengah, sehingga pergerakannya cukup lamban,
sehingga manusia dapat menghindarkan diri dari terjangannya.

Gambar : Aliran lava gunung kelud


Sumber : kaskus.co.id
e. Lahar letusan : Lahar letusan terjadi pada gunung api yang mempunyai danau
kawah. Apabila volume air dalam kawah cukup besar akan menjadi ancaman
langsung saat terjadi letusan dengan menumpahkan lumpur panas.
f. Gas vulkanik beracun : Gas beracun umumnya muncul pada gunung api aktif
berupa CO, CO2, HCN, H2S, SO2, dll. pada konsentrasi di atas ambang batas
dapat membunuh.
g. Banjir bandang : banjir bandang terjadi akibat longsoran material vulkanik
lama pada lereng gunung api karena jenuh air atau curah hujan cukup tinggi.
Aliran Lumpur disini tidak begitu pekat seperti lahar, tapi cukup
membahayakan bagi penduduk yang bekerja di sungai apabila dengan tiba-tiba
terjadi aliran lumpur.
h. Lahar hujan : lahar hujan terjadi apabila endapan material lepas hasil erupsi
gunung api yang diendapkan pada puncak dan lereng, terangkut oleh hujan
atau air permukaan. Aliran lahar ini berupa aliran lumpur yang sangat pekat
sehingga dapat mengangkut material berbagai ukuran. Bongkahan batu besar
berdiameter lebih dari 5 m dapat mengapung pada aliran lumpur ini. Lahar
juga dapat merubah topografi sungai yang dilaluinya dan merusak
infrastruktur.
i. Longsoran vulkanik : longsoran vulkanik dapat terjadi akibat letusan gunung
api, eksplosi uap air, alterasi batuan pada tubuh gunung api sehingga menjadi
rapuh, atau terkena gempa bumi berintensitas kuat. Longsoran vulkanik ini
jarang terjadi di gunung api secara umum sehingga dalam peta kawasan rawan
bencana tidak mencantumkan bahaya akibat longsoran vulkanik.
2. Dampak positif
a. Saat terjadi letusan, banyak batu batu berbagai ukuran yang dimuntahkan
gunung yang mana dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar sebagai bahan
bagunan.
b. Besarnya volume material vulkanik selama letusan berlangsung ternyata
membawa berkah tersendiri bagi masyarakat sekitar karena memiliki profesi
baru yakni sebagai penambang pasir.
c. Tanah tanah sekitar gunung yang terkena material letusan akan semakin subur,
tentu saja hal ini sangat menguntungkan para petani dimana mereka tidak perlu
mengeluarkan biaya lagi untuk membeli pupuk.
d. Setelah gunung meletus, biasanya muncul mata air makdani yaitu mata air
yang kaya dengan kandungan mineral.
e. Selain itu muncul pula sumber air panas/ geyser baru secara bertahap dan
periodik, hal ini tentu saja dapat dimanfaatkan masyarakat untuk kesehatan
kulit.
f. Pada wilayah yang sering terjadi letusan gunung berapi sangat potensial untuk
dijadikan pembangkit listrik tenaga panas bumi yang tentu saja bernilai
ekonomis
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Secara umum, erupsi di bedakan menjadi 2, yaitu erupsi eksplosif dan erupsi efusif.
a. Erupsi Eksplosif adalah proses keluarnya magma, gas atau abu disertai
tekanan yang sangat kuat sehingga melontarkan material padat dan gas
yang berasal dari magma maupun tubuh gunung api ke angkasa.
b. Erupsi Efusif (Non Eksplosif) yaitu peristiwa keluarnya magma dalam
bentuk lelehan lava. Erupsi efusif terjadi karena tekanan gas magmatiknya
tidak seberapa kuat, sehingga magma kental dan pijar dari lubang
kepundan hanya tumpah mengalir ke lereng-lereng puncak gunung itu.

2. Bentuk dan bentang alam gunung api berdasarkan proses terjadinya terdiri atas:

a. Bentuk kubah, dibentuk oleh terobosan lava di kawah, membentuk seperti


kubah.
b. Kerucut/ Strato yaitu jenis gunung api yang paling banyak dijumpai.
Berbentuk seperti kerucut dengan lapisan lava dan abu yang berlapis-lapis.
Terjadi karena letusan dan lelehan batuan panas dan cair.
c. Maar, biasanya terbentuk pada lereng atau kaki gunung api utama akibat
letusan freatik atau freatomagmatik. Gunung api maar terbentuk karena
erupsi eksplosif (ledakan yang luar biasa kuat) hasilnya bahan-bahan lepas/
padat.
d. Plateau/ Perisai, yaitu dataran tinggi yang dibentuk oleh pelamparan leleran
lava. Terjadi karena lelehan keluar dengan tekanan rendah, sehingga nyaris
tidak ada letusandan membentuk lereng yang sangat landai dengan
kemiringan 1- 100 .
3. Penyebab terjadinya erupsi vulkanik yaitu lempeng bumi yang saling berdesakan
dan bergesekan, adanya tekanan yang sangat tinggi, peningkatan suhu kawah secara
signifikan dll.
4. Dampak terjadinya erupsi vulkanik ada dua yaitu dampak positif dan dampak
negatif.
a. Dampak positif : tanah di sekitar yang terkena material letusan gunung berapi
semakin subur, muncul mata air yang kaya mineral, muncul sumber air panas
dll.
b. Dampak negatif : asap dan debu vulkanik menyebabkan ISPA, lava dan lahar
merusak semua yang dilaluinya seperti perumahan, hutan, pertanian
dll.,terjadi pencemaran udara dan sebagainya.

B. Daftar Pustaka

Indyo Pratomo. 2006. Klasifikasi Gunung Api Aktif Indonesia. Bandung: Museum
Geologi Indonesia.
Efri Rosdiana, dkk. 2015. Makalah Erupsi Gunung Berapi. Aceh: Universitas
Muhammadiyah Aceh.
Bronto, S. dan Pratomo, I., 2006. Endapan longsoran gunung api dan implikasi
bahayanya di kawasan G. Guntur, Kab. Garut, Jawa Barat. Prosid. PIT IAGI 25,
Bandung, 11-12 Des., hlm. 51-66.
Alzwar Samodra. 1988. Pengantar Dasae Ilmu Gunung Api. Bandung: NOVA.

Anda mungkin juga menyukai