Anda di halaman 1dari 6

Dasar Teori

1. Tanaman Sensivera

Tanaman Sansevieria ini di Indonesia dikenal dengan nama lidah mertua atau
tanaman ular, karena tekstur daunnya mirip kulit ular, warna daun ada yang hijau
muda dengan corak bersisik seperti ular. Tanaman Sansevieria termasuk tanaman yang
bersifat sukulen, karena secara morfologi Sansevieria dicirikan dengan daun yang
tebal dan memiliki kandungan air yang tinggi (Arnold, 2004).

Keunggulan sansevieria adalah tanaman yang mudah beradaptasi dan tumbuh


dengan baik disegala tempat. Mulai dari dataran rendah, sedang dan tinggi. Indonesia
secara geografis merupakan tempat yang baik untuk pertumbuhan sansevieria.
Iklimnya yang tropis menyebabkan dataran di Indonesia mendapatkan pancaran sinar
matahari sepanjang tahun. Secara alami, sansevieria akan tumbuh subur jika paparan
sinar matahari dan sirkulasi udara baik. Tetapi pada kenyataannya sansevieria mampu
tumbuh diruangan yang sangat minim cahaya sekalipun. Sansevieria tetap tumbuh
pada kondisi kering sehingga jika tidak disirampun tanaman ini masih mampu
bertahan.

Tanaman Sansevieria merupakan sejenis herba tidak berbatang dan


mempunyai rimpang yang kuat dan tegak. Daun sansevieria berwarna hijau atau
berbarik-barik kuning. Panjang daun dari tanaman ini dapat mencapai 1,75 m. lidah
mertua berasal dari Afrika tropis dibagian Nigeria timur dan menyebar hingga ke
Indonesia, terutama di pulau Jawa. Tanaman ini dapat ditemui dari dataran rendah
hingga ketinggian 1-1.000 meter di atas permukaan laut. Daun dari tanaman ini
mengandung serat yang mempunyai sifat kenyal dan kuat. Selama ini serat daun
sansevieria digunakan sebagai tanaman hias, namun setelah diteliti serat sansevieria
mengandung selulosa, lignin dan polisakarida (M. Kanimozhi,2011).

Menurut sistematikanya, Sansevieria diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Plantae (tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (berpembuluh)

Superdivisio : Spermatophyta (menghasilkan biji)


Divisio : Magnoliophyta (berbunga)

Kelas : Liliopsida (berkeping satu atau monokotil)

Sub-kelas : Liliidae

Ordo : Liliales

Familia : Agavaceae

Genus : Sansevieria (Lingga, 2009)

Selain sebagai penghias taman, Sansevieria mampu menyerap polusi di


lingkungan sekitar. Selain itu rimpang Sansevieria berkhasiat untuk obat batuk.
Menurut sebuah penelitian yang dilakukan Badan Penerbangan Antariksa Amerika
Serikat, Sansevieria merupakan salah satu tanaman penyerap gas betracun, misalnya
karbon monoksida yang terkandung dalam asap rokok (Anonim, 2001). Selain sebagai
penyerap racun dalam asap rokok, Sansevieria mampu menyerap beragam unsur
polutan berbahaya di udara seperti timbal, kholoform, benzene, xylene, dan
trichloroethylene. Sansevieria mengandung bahan aktif pregnane glikosid dalam
mereduksi polutan (Adidaya, 2005).

Karakter tanaman ini memiliki keistimewaan yang jarang ditemukan pada


tanaman lain, diantaranya mampu bertahan hidup pada rentang suhu dan cahaya yang
luas, sangat resisten terhadap gas yang berbahaya (polutan), bahkan mampu menyerap
107 jenis polutan di daerah yang padat lalu lintas dan di dalam ruangan yang penuh
asap rokok. (Tahir dan Sitanggang, 2008).

Purwanto (2006) mengemukakan riset yang dilakukan Wolverton


Environmental Service yang menyebutkan bahwa sehelai daun Sansevieria mampu
menyerap formaldehid sebanyak 0,938 g per jam. Setiap helai daun Sansevieria
terdapat senyawa aktif pregnane glykoside, yaitu zat yang mampu menguraikan zat
beracun menjadi senyawa asam organik, gula, dan beberapa senyawa asam amino.
Mekanisme Sansevieria dalm menyerap polutan adalah tanaman bernapas, akan
menyerap polutan seperti karbon dioksida dan gas beracun lainnya. Sansevieria
menggunakan stomata sebagai vacum cleaner untuk menyedot polutan atau gas
beracun dan akan memasuki sistem metabolisme dalam tubuh tanaman. Polutan yang
telah diserap kemudian dikirim ke akar, pada bagian akar, mikroba melakukan proses
detoksifikasi. Melalui proses ini, mikroba akan menghasilkan suatu zat yang
diperlukan oleh tanaman. Dalam proses pernapasan tersebut dihasilkan gas yang
bermanfaat bagi manusia yaitu berupa oksigen. Proses ini berlangsung terus menerus
selama tanaman masih hidup.

Pada tahap perkembangannya, semakin tua umur Sansevieria maka ukuran


daunnya semakin lebat dan lebar. Sehingga semakin besar luas penampang daun,
kemampuan menyerap polutan semakin besar. Sansevieria mengandung bahan aktif
pregnane glikosid yang berfungsi untuk mereduksi polutan menjadi asam organik,
gula dan asam amino yang tidak berbahaya lagi bagi manusia.

Pada proses respirasi, Sansevieria menghasilkan gas yang bermanfaat bagi


manusia yaitu oksigen. Proses respirasi ini berlangsung terus menerus selama
Sansevieria masih hidup. Sansevieria mampu mengurangi pencemaran udara baik di
luar maupun di dalam ruangan terutama pencemaran yang disebabkan oleh CO dari
asap rokok. Hingga saat ini lebih dari 4.000 zat kimia telah diketahui terkandung
dalam asap rokok, termasuk di dalamnya adalah CO. Karbon monoksida (CO) yang
dihasilkan dari asap rokok yang bisa mengakibatkan pencemaran di dalam ruangan.

Berdasarkan penelitian Arnold (2004), reduksi tertinggi terdapat pada tanaman


Sansevieria dengan tinggi 100 cm dan dapat mereduksi CO sebesar 84,18%.
Penelitian menunujukkan bahwa lima helai daun Sansevieria mampu menetralisir
ruangan tercemar dengan volume 100 yang diakibatkan oleh nikotin, CO2 dan AC.
Pencemaran udara dalam ruangan sangat berbahaya karena sumbernya berinteraksi
langsung dengan manusia. Asap rokok dalam ruangan dapat meningkatkan kadar CO
dan dapat mengakibatkan menurunnya fungsi paru. Orang yang merokok akan
mengeluarkan asap rokok yang mengandung gas diantaranya CO dengan konsentrasi
lebih dari 20.000 ppm dan kemudian menjadi encer sekitar 400-5.000 ppm selama
dihisap. Asap rokok ini terhisap oleh manusia melalui proses pernapasan dan ikut
dalam aliran darah termasuk aliran darah jantung. Hal ini menyebabkan asap rokok
terikat dengan hemoglobin darah 200- 250 kali lebih kuat dibanding oksigen.
2. Vacuum Cleaner

Mesin vacuum ini terkadang terlihat seperti mesin yang cukup rumit, tetapi
vacuum cleaner konvensional sebenarnya hanya terdiri dari enam komponen penting,
yaitu:

a. Intake port e. Kantong debu (tas berpori)

b. Exhaust port f. Housing atau casing yang


mewadahi semua komponen di
c. Motor listrik
atas.
d. Kipas (fan)

Angga (2014)

Gambar 1. Bagian-bagian Vacuum Cleaner


Sumber : Angga (2014)

Menurut Angga (2014), secara garis besar prinsip kerja dari teknologi vacuum
cleaner ini adalah:
a. Ketika vacuum cleaner tersambung dengan aliran listrik maka arus listrik akan
mengoperasikan motor listrik sehingga kipas yang berada satu poros dengan
motor listrik juga akan ikut berputar .

b. Kipas yang berputar ini akan memaksa udara dan partikel debu terhisap ke
exhaust port melalui intake port karena baling-baling pada kipas ini di desain
untuk menghisap, hal ini cukup berbeda dengan baling baling pada kipas angin
yang biasa Anda gunakan untuk mendinginkan Anda yang di desain untuk
menghembuskan udara.

c. Ketika udara dan partikel debu tersebut terhisap maka kepadatan partikel akan
meningkat di depan kipas dan menurun di belakang kipas karena tekanan
udara.

d. Penurunan tekanan pada bagian belakang kipas pada exhaust port akan
menyebabkan perbedaan tekanan antara tekanan udara luar dengan exhaust
port sehingga udara dan debu tersebut terhisap karena tekanan pada vacuum
cleaner lebih rendah daripada tekanan udara luar.

e. Aliran Udara dan debu-debu yang terhisap melalui intake port ke exhaust port
akan melewati kantong debu (dust bag) terlebih dahulu. Kantong debu ini
terbuat dari bahan berpori anyaman (biasanya kain atau kertas) yang bertindak
sebagai filter udara . Lubang-lubang kecil di kantong tersebut cukup besar
untuk membiarkan partikel udara lewat, tetapi terlalu kecil untuk sebagian
besar partikel debu agar tertangkap pada kantong debu.

Adidaya. 2005. Buku Pintar.Tanaman Hias. Jakarta: PT. Agromedia Pustaka.

Angga. 2014. Prinsip Kerja Vacuum Cleaner. Diakses dari


http://www.insinyoer.com/prinsip-kerja-vacuum-cleaner/tahu-kah-anda-
teknologi-vacuum-cleaner-4/ pada Hari Selasa, 2 Mei 2017 pukul 20.30 WIB
Arnold, M. A. 2004. Sansevieria Trifaciata Intented For Future Inclusion In
Landscape Plants For Texas And Environs. Diakses http://aggie-
horticulture.tamu.edu, pada Hari Selasa, 2 Mei 2017 pukul 20.30 WIB.

Lingga P. 2009. Hidroponik Bercocok Tanam Tanpa Tanah. Jakarta: Penebar Swadaya.

M. Kanimozhi. 2011. Investigating The Physical Characteristics Of Sansevieria


Trifasciata Fibre. Journal of scientific and research.1(1).1-4.

Purwanto A. 2006. Sansevieria Flora Cantik Penyerap Racun. Yogyakarta : Kanisius.

Tahir, M. Indrariani dan M.Sitanggang. 2008. Sansevieria Eksklusif. Jakarta:


Agromedia Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai