Anda di halaman 1dari 3

BANJIR

Oleh
Maximilianus Liling Dalame
Teknik Pertanian, Pertanian, Universitas Hasanuddin
Maximilianus412@gmail.com

A. Pendahuluan
Dalam sebuah siklus hidrologi di atmosfer sangatlah penting bagi kehidupan dibumi.
Laut sebagai sumber air terbesar yang ada di bumi ini terjadi sebuah penguapan yang
dimana mulai dari massa jenis air yang diubah menjadi massa jenis uap yang ringan.
perlu kita ketahui bahwa penguapan ini juga tidak hanya terjadi di laut saja melainkan
juga terjadi pada tanaman, danau, waduk, sungai maupun pengairan lainnya inilah yang
disebut sebagai evaporasi fenomena alam seperti ini pasti sering kita jumpai adapun hasil
dari penguapan tersebut yaitu hujan, inilah yang sering dilihat. Tetapi tidak terlepas dari
itu hujan juga dapat berdampak buruk jika hujan tersebut turun secara terus menerus
contoh banjir, banjir ini terjadi tidak lain dari pada yang lain karena ulah manusia itu
sendiri terkhusus pada daerah perkotaan sering sekali mengeluhkan banjir, banjir ini
terjadi karena sudah tidak ada lagi daya resap air pada tanah yang diakibatkan karena
sudah banyak beton, aspal jadi air tersebut tertampung dan juga air yang mengalir pada
sungai terhambat oleh tertumpuknya sampah.
Dalam siklus hidrologi atau dengan kata lain proses terbentuknya hujan juga perlu
kita ketahui beberapa proses yang terjadi di dalamnya antara lain evaporasi, transpirasi,
evapotranspirasi, sublimasi, intersepsi, kondensasi, adveksi, presipitasi, run off, dan
infliltrasi. Adapun siklus hidrologi ini memiliki 3 tahapan yaitu siklus pendek, siklus
sedang dan siklus panjang. Siklus pendek ini hanya terjadi di laut saja sedangan siklus
sedang dan siklus panjang terjadi didarat, tetapi yang membedakannya yaitu siklus
sedang hanya didarat rendah sedangkan pada umumnya siklus panjang terjadi didaratan
tinggi tetapi bukan berarti siklus panjang tidak bisa terjadi di darat rendah, contoh
dinegara eropa siklus panjang bisa terjadi karena perbedaan suhu dan intensitas cahaya
pada negara tersebut bisa terjadi siklus panjang.
B. PEMBAHASAN
Siklus hidrologi merupakan suatu proses dalam alam yang dimana terjadi seperti roda
yang berputar atau secara singkatnya mengalami penguapan dari air dan menuju
keatmosfer yang di sebabkan oleh adanya panas matahari dan di turunkan kembali jika
air tersebut sudah jenuh diatas langit. Hal ini sesuai dengan pernyataan (Billah,2014)
bahwa Dalam siklus hidrologi hujan merupakan peristiwa turunnya air dari langit ke
bumi. Air hujan yang jatuh langsung kepermukaan tanah atau sebelumnya tertahan pada
tumbuh-tumbuhan nntinya akan masuk kedalam tanah proses tersebut dinamakan
infiltrasi. Apabila intensitas hujan melebihi kapasitas infiltrasi tanah dalam hal ini tanah
telah jenuh maka air akan mengalir diatas permukaan tanah. Peristiwa air diatas tanah ini
disebut aliran permukaan dalam hidrograf aliran, aliran permukaan sudah mencapai debit
maksimum dapat menimbulkan suatu luapan yang disebut banjir. Sama halnya dengan
yang air yang ada dilangit jika sudah jenuh maka air akan jatuh ke bumi, inilah yang
biasa menyebabkan banjir jika titik titik air tersebut berlebihan.
Penyebab lain dari pada banjir ini yaitu tidak adanya daya resapan air yang kini
tertutup oleh beton, aspal, serta perumahan yang dulunya rawa-rawa yang menjadi
tempat untuk air agar tidak kepemukiman akhirnya tertimbun. Hal ini sesuai dengan
pernyataan (Suprayogi, 2019) bahwa Penggunaan lahan perumahan dan permukiman
juga turut meningkatkan potensi pencemaran air tanah akibat aktivitas penggunaan
lahannya, jika sebelumnya lahan bervegetasi yang tidak digunakan untuk pertanian
sangat kecil potensi keberadaan sumber pencemarnya, begitu lahan digunakan untuk
perumahan maka potensi pencemaran dari limbah domestik seperti untuk mencuci,
sampah, dan limbah manusia cukup besar.
Pertumbuhan penduduk yang mulai bertambah diikuti oleh pertumbuhan ekonomi
merupakan faktor utama. Tingginya pertumbuhan penduduk diikuti oleh meningkatnya
kebutuhan mendasar bagi manusia yaitu makanan dan tempat tinggal. Hal ini akan
memicu alih fungsi lahan, yang semula merupakan lahan non pemukiman, baik lahan
produktif maupun konservatif beralih fungsi menjadi lahan permukiman atau perumahan
hal ini sesuai dengan pernyataan (Christanto et al 2018) bahwa gambaran masa kini dan
masa lalu sebanding. Pengaruh penggunaan lahan di masa lalu dan sekarang terhadap
limpasan dan hasil sedimen telah dibandingkan dengan pengukuran lapangan. Pengaruh
perubahan penggunaan lahan menunjukkan peningkatan aliran permukaan yang
merupakan akibat dari perubahan angka kurva (the present and the past images are
comparable. The influence of the past and present land use on run off and sediment yield
has been compared with field measurement. The effect of land use changes shows the
increased surface run off which is the result of change in the curve number) inilah yang
menjadi faktor perubahan siklus hidrologi .
C. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang didapat dari permasalahan siklus hidrologi terhadap
lingkungan antara lain :
1. Faktor atau penyebab utama terjadinya perubahan siklus hidrologi yaitu manusia.
Sudah jelas diatas bahwa pertumbuhan penduduk yang sangat pesat membuat
lahan-lahan yang dulunya menjadi tempat yang mungkin menjadi mungkin serta
hutan yang dibabat habis untuk dijadikan bahan tambang juga faktor selanjutnya
desakan ekonomi yang dialami.
2. Solusinya mungkin dilakukannya penyebaran penduduk, agar para penduduk tidak
hanya tertumpuk di satu tempat agar tanah-tanah yang sudah diatur sedimikian
rupa tetap terjaga.

D. REFERNSI
Billah,sanny atqo.2014. Pengaruh faktor topografi terhadap besaran nilai koefisien aliran.
Universitas pendidikan indonesia
Christanto, N., Sartohadi, J., Setiawan, M.A., Shrestha, D.B.P., Jetten, V.G., 2018. Land
use change analysis using spectral similarity and vegetation indices and its effect on
runoff and sediment yield in tropical environment. In: IOP Conference Series: Earth
and Environmental Science.
Slamet Suprayogi, Hendy Fatchurohman, M. Widyastuti.2019. Analisis Kondisi
Hidrologi terhadap Perkembangan Wilayah Perkotaan Studi Kasus DAS Kali
Belik :yogyakrta. Jurnal Geografi 16(2) (2019) 153-161

Anda mungkin juga menyukai