Anda di halaman 1dari 15

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/338888911

PENDUGAAN EVAPOTRANSPIRASI DI LAHAN AGROFORESTRI DAN LAHAN


TERBUKA HUTAN PENDIDIKAN FAKULTAS KEHUTANAN UNMUL

Article  in  AGRIFOR · October 2019


DOI: 10.31293/af.v18i2.4349

CITATIONS READS

2 901

3 authors, including:

Marlon Ivanhoe Aipassa


Universitas Mulawarman
9 PUBLICATIONS   9 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Doctoral student research View project

Postgraduate View project

All content following this page was uploaded by Marlon Ivanhoe Aipassa on 04 February 2020.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Jurnal AGRIFOR Volume XVIII Nomor 2, Oktober 2019 ISSN P : 1412-6885
ISSN O : 2503-4960

PENDUGAAN EVAPOTRANSPIRASI DI LAHAN AGROFORESTRI


DAN LAHAN TERBUKA HUTAN PENDIDIKAN FAKULTAS
KEHUTANAN UNMUL

1
Sri Sarminah , M. Brian J. Pasaribu1, dan Marlon I. Aipassa1
1
Fakultas Kehutanan,Universitas Mulawarman, Kampus Gunung Kelua,
Jl. Ki Hajar Dewantara, Samarinda, Kalimantan Timur,Indonesia 75119
Tel. +62-541-35089Fax. +62-541-732146.
E-Mail: sri_fahutan@yahoo.com; ssarminah@fahutan.unmul.ac.id

ABSTRAK

Pendugaan Evapotranspirasi Di Lahan Agroforestri Dan Lahan Terbuka Hutan Pendidikan Fakultas
Kehutanan Unmul. Air adalah substansi yang paling melimpah di permukaan bumi dan merupakan
komponen utama bagi semua mahluk hidup serta merupakan kekuatan utama yang secara konstan
membentuk permukaan bumi, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai elemen-elemen hidrologi untuk
pendugaan evapotranspirasi pada lahan agroforestri menggunakan petak ukur limpasan dan lahan terbuka
menggunakan lysimeter, penelitian berlokasi di lahan terbuka dan lahan agroforestri di Hutan Pendidikan
Fakultas Kehutanan Unmul Samarinda (HPFU), pada lahan agroforestri kombinasi jabon (Anthocephalus
cadamba Miq.) dan Kacang buncis (Phaseolus vulgaris L.) dipasang Petak Ukur Limpasan berukuran 10 m ×
3,5 m dan pada lahan terbuka dipasang lysimeter berukuran 60 cm × 58 cm yang dibenamkan ke dalam
tanah. Metode yang digunakan dalam pendugaan evapotranspirasi ini yaitu menggunakan pendekatan
persamaan Neraca Air. Hasil penelitian dengan kejadian hujan sebanyak 30 kali selama ± 4 bulan memiliki
total Curah hujan yang tertampung sebesar 882,35 mmdengan total limpasan permukaan (Q) sebesar 66,92
mm (7,58%), kandungan air tanah (Δs) sebesar 88,78 mm (10,06%) dan infiltrasi (If) sebesar 88,24 mm
(10%) dengan nilai evapotranspirasi (Et) sebesar 638,41(72,35%) terjadi pada lahan agroforestri dan pada
lahan terbuka total kandungan air tanah (Δs) sebesar 86,77 mm (9,83%), perkolasi (Pc) sebesar 44,42 mm
(5,03%) dan limpasan permukaan (LP) sebesar 41,47 mm (4,70%), dengan nilai evapotranspirasi (Et) sebesar
709,69 mm (80,43%).
Kata kunci : Evapotranspirasi, lysimeter, infiltrasi, agroforestri.

ABSTRACT

Estimation Of Evapotranspiration At Agroforestri Land And Open Area In Educational Forest Of


Forestry Faculty Unmul. Water is the most abundant substance on the surface of the earth and is a major
component for all living things and is a major force that is constantly forming the surface of the earth. This
study aims to determine the value of hydrological elements for estimating evapotranspiration on agroforestry
land using runoff plots and open land using lysimeter. Research is located in open land and agroforestry land
in the Educational Forest of Forestry Faculty of Mulawarman University Samarinda, in the combination of
agroforestry land of Jabon (Anthocephalus cadamba Miq.) and Green Beans (Phaseolus vulgaris L.) installed
Runoff Measuring Plots measuring was 10 m × 3.5 m and in an open area size is 60 cm × 58 cm. The method
used in the estimation of evapotranspiration is to use the Water Balance equation approach. The results of
research with the occurrence of rain as much as 30 times over ± 4 months have a total rainfall that is
accommodated at 882.35 mm with a total runoff (Q) of 66.92 mm (7.58%), groundwater content (Δs) of 88,
78 mm (10.06%) and infiltration (If) of 88.24 mm (10%) with an evapotranspiration (Et) value of 638.41
(72.35%) occurring on agroforestry land and on open area the total groundwater content (Δs) of 86.77 mm
(9.83%), percolation (Pc) of 44.42 mm (5.03%) and surface runoff (LP) of 41.47 mm (4.70%), with a value
of evapotranspiration (Et) of 709.69 mm (80.43%).
Key words : Evapotranspiration, lysimetre, infiltration, agroforestry.

325
Pendugaan Evapotranspirasi … Sri Sarminah et al.

1. PENDAHULUAN Pengukuran evapotranspirasi secara


langsung dapat dilakukan dengan
Air adalah substansi yang paling
lysimeter. Lysimeter didefenisikan
melimpah di permukaan bumi dan
sebagai kontainer tanah dengan volume
merupakan komponen utama bagi semua
dan kedalaman tertentu, yang diisi
mahluk hidup serta merupakan kekuatan
dengan tanah terganggu atau tidak
utama yang secara konstan membentuk
tertanggu,yang dipasang perangkat dan
permukaan bumi. Air juga merupakan
terhubung dan digunakan untuk
faktor penentu dalam pengatur iklim
mengumpulkan air rembesan (drainase)
dipermukaan bumi. Ilmu tentang air
yang terkumpul di bawah lysimeter. Dan
(hydroscience: hidrobiology, hidro-
pada lisimeter mengukur air yang masuk
chemistry, hidrogeologi) membahas
(presipitasi dan irigasi) dan air yang
permasalahan air dibumi, distribusi dan
keluar (perkolasi) dapat diukur
sirkulasi, sifat fisik, dan kimia air
(Lanthaler, 2004).
tersebut dan interaksi air dengan
Lahan terbuka menyebabkan
lingkungannya, termasuk interaksi
hilangnya vegetasi, sehingga pada saat
dengan mahluk hidup khususnya manusia
terjadi hujan sangat dimungkinkan
(Indarto, 2012).
terjadinya limpasan permukaan dan erosi
Hidrologi adalah ilmu yang
tanah. Hal ini karena pada lantai hutan
mempelajari air dalam segala bentuknya
tidak ada lagi vegetasi yang cukup
(cairan, padat, gas). Air merupakan fokus
mampu untuk menahan jalannya laju air
utama dari ilmu hidrologi dimana laut
yang melintas di permukaan tanah. Oleh
menjadi tempat penampungan air terbesar
karena itu perlu dilakukan teknik
dibumi dengan adanya sinar matahari
rehabilitasi lahan dengan jenis yang tepat.
maka siklus air akan menciptakan daur
Hal ini erat kaitannya dengan teknik
hidrologi dimana air dari laut, tanah dan
pengelolaan lahan yang baik dengan
tumbuhan akan diuapkan ke atmosfer
memperhatikan kondisi hidrologik yang
dalam bentuk gas kemudian ke tanah dan
terjadi.
kembali ke laut yang tidak pernah
Indikator-indikator terganggunya
berhenti (Asdak, 2014).
kondisi hidrologik suatu lahan terbuka
Jenis-jenis kehilangan air yang
terjadi antara lain limpasan, evaporasi, biasanya ditandai dengan degradasi
fungsi lahan dan tata air yang selanjutnya
transpirasi, evapotranspirasi dan air yang
dapat mengganggu fungsi dan peranan
masuk kedalam lapisan tanah (Oktaviani,
masing-masing anasir hidrologik.
dkk., 2013). Evaporasi adalah proses
Penelitian memfokuskan pada
kehilangan air dalam bentuk uap air dari
kemungkinan terjadinya perubahan
permukaan tanah. Sedangkan transpirasi
kandungan air tanah dan nilai
merupakan proses absorsi air oleh
evapotranspirasi oleh upaya rehabilitasi
tanaman yang kemudian di keluarkan
lahan dengan teknik vegetasi dengan
kembali ke atmosfer oleh tanaman.
penanaman tanaman dengan system
Sehingga jika proses evaporasi dan
agroforestri.
transpirasi digabungkan maka menjadi
Beberapa penelitian tentang kondisi
proses evapotranspirasi berarti total
hidrologik khususnya pendugaan nilai
kebutuhan air oleh tanaman, dengan kata
evapotranspirasi telah dilakukan antara
lain kebutuhan irigasi dapt diketahui
lain oleh Oktaviani (2013), Yuliawati
melalui pendugaan evapotranspirasi
(2014), Adha (2016) dan Walidatika
tanaman.Islamie dan Utomo,(1995)
(2017), namun penelitian pendugaan
dalam Nasution, dkk. (2015).
evapotranspirasi di lahan terbuka dan

326
Jurnal AGRIFOR Volume XVIII Nomor 2, Oktober 2019 ISSN P : 1412-6885
ISSN O : 2503-4960

lahan agroforestri di Hutan Pendidikan 2. METODA PENELITIAN


Fakultas Kehutanan Universitas
Mulawarman relatif kurang.Tujuan 2.1. Tempat dan Waktu
penelitian ini adalah untuk mengetahui Penelitian ini dilakukan pada lahan
nilai elemen-elemen hidrologi untuk terbuka dan lahan agroforestri
pendugaan evapotranspirasi pada lahan (jabon putih dan kacang buncis) di
agroforestri menggunakan petak ukur Hutan Pendidikan Fakultas
limpasan dan lahan terbuka menggunakan Kehutanan Universitas Mulawarman
lysimeter. Samarinda, Kalimantan Timur.
Gambar 1 menampilkan peta lokasi
penelitian. Pada Bulan Juli-Oktober
2018.

Gambar 1. Peta lokasi penelitian.

2.2. Metode Penelitian permukaan tanah selanjutnya di


2.2.1. Pemasangan lysimeter pada tanami rumput.
lahan terbuka
Peletakkan lysimeter berada 2.2.2. Pemasangan petak ukur
pada kelerengan 15-25%, lysimeter limpasan permukaan di lahan agroforestri
dibuat dari drum berukuran tinggi Pemasangan petak ukur
60 cm dan diameter 58 cm pada limpasan di lahan agroforestri pada
bagian bawah drum dibuat lancip kelerengan 15-25 % yang ditanami
untuk jalur keluar air menuju tanaman jabon putih dan kacang
penampung menggunakan selang, buncis dibuat dengan ukuran
drum di benam ke dalam tanah panjang 10 m, lebar 3,5 m, untuk
yang sebelumnya telah digali mencegah perembasan air limpasan
sampai bagian atas drum rata dari luar ke dalam atau sebaliknya,
dengan permukaan tanah, papan dimasukkan ke dalam tanah
selanjutnya drum diisi dengan tanh sedalam 5 cm dan diberi penyangga
yang sebelumnya pada bagian dasar berupa kayu untuk menjaga papan
drum telah diberi kerikil, setelah tidak jatuh. Untuk menampung air
terisi penuh dan rata dengan larian pada bagian terendah
dipasang drum dan paralon sebagai

327
Pendugaan Evapotranspirasi … Sri Sarminah et al.

penyalur air ke dalam drum. Areal Keterangan :


sekitar penelitian di pasang alat ET : Evapotranspirasi
penakar curah hujan. (mm);
P : Curah hujan
2.2.3. Pengamatan dan pengukuran (mm);
1) Pengukuran curah hujan (P) Pc : Perkolasi (mm);
2) Pengukuran perkolasi (Pc) : Kadar air tanah
Air perkolasi dihitung dengan (mm).
cara membagikan volume air Q : Limpasan
yang tertampung di ember Permukaan (mm)
penampung kemudian dibagi 2. Evapotranspirasi menggunakan
dengan luas permukaan petak ukur limpasan permukaan,
lysimeter. dengan rumus menurut Lee, (1988)
3) Pengukuran limpasan :
permukaan dihitung
menggunakan rumus : Keterangan :
ET : Evapotranspirasi
(mm);
Dimana :
LP : Limpasan
P : Curah hujan
permukaan (mm); (mm);
Vl : Volume total LP : limpasan
air tertampung ( ); permukaan (mm);
L : Luas petak : Kandungan air
ukur limpasan permukaan
( ).
tanah (mm);
If : Infiltrasi (mm).
4) Pengukuran kandungan air
tanah ( )
Rumus yang digunakan untuk 3. HASIL PENELITIAN DAN
mengukur kandungan air tanah PEMBAHASAN
adalah:
1) Gambaran umum lokasi penelitian
Dimana :
Hutan Pendidikan Fakultas
: Kandungan air tanah (mm);
Kehutanan Universitas Mulawarman
: Volume kandungan air ( );
(HPFU) atau yang lebih dikenal dengan
: Luas ring
Kebun Raya Unmul Samarinda (KRUS)
sampel ( ).
terletak dalam daerah aliran Sungai
2.2.4. Pengolahan dan analisis data Karang Mumus di kecamatan Samarinda
Pengolahan dan analisis data Utara. Secara Geografis terletak antara
meliputi curah hujan (P), limpasan 0°25'10" - 0°25'24" Lintang Selatan (LS)
permukaan (LP), perkolasi (Pc), dan 117°14'00" - 117°14'14" Bujur Timur
(BT).
kandungan air tanah ( ).
Hutan Pendidikan Fakultas
1. Evapotranspirasi menggunakan Kehutanan Universitas Mulawarman
lysimeter, dengan rumus menurut Samarinda secara administrasi
Chang, (1974) : pemerintah termasuk ke dalam wilayah
desa Lempake, Kecamatan Samarinda

328
Jurnal AGRIFOR Volume XVIII Nomor 2, Oktober 2019 ISSN P : 1412-6885
ISSN O : 2503-4960

Utara dengan luas desa 53,80 m² yang Berdasarkan rekaman data Badan
berbatasan dengan: Meteorologi Klimatologi dan Geofisika
 Sebelah Utara : Kelurahan (BMKG) yaitu tahun 2008 sampai tahun
Sempaja atau Sungai Pinang, 2017, lokasi penelitian menerima curah
 Sebelah Selatan : Kelurahan Sungai hujan bulanan rata-rata 211,5 mm, suhu
Pinang Dalam, udara rata-rata 27,4°C, kelembaban udara
 Sebelah Barat : Kelurahan relatif rata-rata 82,2%, dan lama
Sempaja dan Temendung Permai, penyinaran rata-rata 41,8
 Sebelah Timur : Kelurahan Sungai jam,berdasarkan Sistem Klasifikasi Iklim
Surung dan Anggana. Schmidt-Ferguson (1951)
HPFU merupakan kawasan yang wilayahinitermasukkedalamtipe iklim A
masih bernuansa alami dengan habitat dengan nilai Q (Quotient) sebesar 0,047
hutan hujan tropis dataran rendah (low yang merupakan daerah sangat basah
land rain tropical forest), yang terletak dengan vegetasi
pada ketinggian ± 50 mdpl. Vegetasi hutanhujantropis.(Karyati, 2015).
awalmerupakan hutan alami yang
didominasi oleh dipterocarpaceae. A. Elemen-elemen Hidrologi Penduga
Setelah mengalami kebakaran pada tahun Evapotranspirasi pada Lahan
1983, 1993 dan 1998, vegetasi sebagian Agroforestri menggunakan Petak
besar berubah menjadi hutan sekunder Ukur Limpasan
muda dan sekarang menjadi hutan
sekunder tua yang mengarah keklimaks. Pengukuran elemen-elemen
Kawasn KRUS dibagi menjadi tiga zona hidrologi penduga evapotranspirasi
yaitu: zona rekreasi dialokasikan seluas dilakukan selama ± 4 bulan, mulai
± 65 Ha, zona koleksi dialokasikan seluas tanggal 22 Juli 2018 sampai dengan
±112 Ha dan zona konservasi tanggal 09 Oktober 2018. Hasil
dialokasikan seluas ±125 Ha (KRUS, pengukuran elemen-elemen hidrologi
2014). selama periode penelitian disajikan pada
Tabel 01.
Tabel 01. Elemen-elemen Hidrologi Penduga Evapotranspirasi pada Lahan Agroforestri Menggunakan
Petak Ukur Limpasan.

Hasil pengukuran unsur unsur hidrologi pada petak ukur limpasan

No. Tanggal kejadian hujan (P) (mm) (Q) (mm) (ΔS) (mm) (If) (mm) (ET) (mm)

1 22-Jul-18 25,48 2,17 2,95 2,55 17,81


2 25-Jul-18 28,31 2,19 2,96 2,83 20,33
3 30-Jul-18 23,72 2,15 2,93 2,37 16,27
4 31-Jul-18 29,72 2,20 2,94 2,97 21,61
5 02-Agust-18 31,82 2,22 2,97 3,18 23,45
6 12-Agust-18 26,27 2,17 2,96 2,63 18,51
7 18-Agust-18 27,52 2,19 2,94 2,75 19,64
8 21-Agust-18 28,14 2,19 2,92 2,81 20,21
9 22-Agust-18 27,23 2,18 2,95 2,72 19,38
10 28-Agust-18 22,87 2,14 2,96 2,29 15,48
11 30-Agust-18 25,14 2,16 2,96 2,51 17,50

329
Pendugaan Evapotranspirasi … Sri Sarminah et al.

12 02-Sep-18 26,33 2,18 2,97 2,63 18,54


13 06-Sep-18 26,04 2,18 2,98 2,60 18,28
14 08-Sep-18 23,78 2,16 2,93 2,38 16,31
15 16-Sep-18 26,27 2,18 2,97 2,63 18,50
16 17-Sep-18 31,99 2,22 2,98 3,20 23,59
17 18-Sep-18 23,78 2,16 2,98 2,38 16,26
18 19-Sep-18 22,87 2,15 2,98 2,29 15,46
19 20-Sep-18 55,77 2,78 2,93 5,58 44,48
20 01-Okt-18 23,21 2,14 2,99 2,32 15,76
21 02-Okt-18 25,25 2,17 2,98 2,53 17,58
22 05-Okt-18 35,78 2,33 2,97 3,58 26,91
23 06-Okt-18 33,63 2,25 2,96 3,36 25,06
24 07-Okt-18 26,16 2,28 2,95 2,62 18,31
25 08-Okt-18 34,14 2,29 2,94 3,41 25,50
26 09-Okt-18 32,72 2,25 2,96 3,27 24,24
27 10-Okt-18 41,10 2,49 2,99 4,11 31,51
28 11-Okt-18 30,63 2,21 2,96 3,06 22,39
29 12-Okt-18 36,12 2,33 2,97 3,61 27,21
30 13-Okt-18 30,57 2,21 2,96 3,06 22,34
Jumlah 882,35 66,92 88,78 88,24 638,41
Min 22,87 2,92 2,92 2,29 15,46
Max 55,77 2,99 2,99 5,58 44,48
Persentase 100% 7,58% 10,06% 10% 72,35%
Sumber : Data Primer (2018).

Tabel 1 menjelaskan bahwa elemen- kejadian hujan yang selanjutnya 5-6


elemen hidrologi untuk pendugaan hari.
evapotranspirasi pada lahan agroforestri Hasil pengukuran curah hujan
menggunakan Petak Ukur Limpasan yang didapat oleh peneliti sebesar
(PUL) sebagai berikut : 882,35 (Tabel 01) mm lebih besar
1. Curah Hujan (P) dari data curah hujan bulanan dari
Jeluk hujan yang terjadi Badan Meteorologi Klimatologi
selama periode penelitian sebanyak dan Geofisika (BMKG) Temindung
30 kali kejadian hujan sebesar sebesar 610 mmselama ± 4 bulan
882,35 mm dengan jeluk hujan penelitian, hal ini disebabkan
minimum sebesar 22,87 mm dan karena pengukuran curah hujan
maksimum sebesar 55,77 mm. yang dilakukan peneliti dilapangan
Jeluk hujan yang terjadi selama tidak dilakukan selama 24 jam
periode penelitian adalah relatif melainkan setiap pengambilan jeluk
bervariasi. Adapun selama periode hujan dilakukan setelah hujan
penelitian terdapat kejadian hujan selesai.
yang berturut-turut sampai 3 hari
namun adapula jarak antara
kejadian hujan yang satu dengan 2. Limpasan Permukaan (Q)

330
Jurnal AGRIFOR Volume XVIII Nomor 2, Oktober 2019 ISSN P : 1412-6885
ISSN O : 2503-4960

Jeluk hujan yang terjadi dan sistem perakaran yang


selama periode penelitian adalah berkembangakan meningkatkan
relatif bervariasi, menyebabkan porositas tanah akan meningkatkan
besar limpasan permukaan porositas tanah sehingga
bervariasi pula. Limpasan memperbesar laju laju dan
permukaan terbesar terjadi pada kapasitas infiltrasi tanah.
kejadian hujan ke-19 sebesar 2,78 Selama periode penelitian
mm dan terkecil terjadi pada persentase jeluk hujan yang
kejadian hujan ke-10 sebesar 2,14 menjadi limpasan permukaan relatif
mm. dengan jumlah total limpasan kecil kenyataan ini mungkin juga
permukaan selama periode disebabkan karena kejadian hujan
penelitian sebesar 66,92 mm. yang satu dengan yang lain dengan
Limpasan permukaan selang waktunya relatif cukup
merupakan salah satu faktor yang lama,sehingga keadaan tanah
penting dalam penyebab terjadinya cenderung kering dan limpasan
erosi,pernyataan ini serupa dengan permukaan yang terjadi lebih kecil
Sarjono (1989) dalam Erwindo lebih kecil dimana ini terjadi karena
(2001) mengemukakan bahwa kondisi tanah yang kering
limpasan permukaan mempunyai memungkinkan infiltrasi air hujan
kaitan yang sangat erat dengan ke dalam tanah menjadi besar
erosi tanah dan merupakan begitu pula sebaliknya, apabila
penyebab terpenting dalam proses kejadian hujan terjadi dalam waktu
erosi tanah dimana dengan yang dekat dimana tanah masih
meningkatnya limpasan permukaan menyimpan cadangan air mencapai
yang terjadi maka evapotranspirasi maksimum terlampaui, maka
akan menurun, begitu pula kelebihan air yang berasal dari
sebaliknya. curahan air hujan akan mengalir
Limpasan permukaan sebagai limpasan air yang mengalir
cenderung meningkat apabila jeluk sebagai limpasan air yang mengalir
air hujan meningkat pula. pada permukaan lahan.
Kecenderungan tersebut berlaku di Selama periode penelitian
Petak Ukur Limpasan,tajuk jeluk hujan yang turun bervariasi
vegetasi dari tanaman kacang dengan jarak antar kejadian hujan
buncis dan tanaman jabon putih yang berbeda sehingga jeluk hujan
sehingga dapat mengintersepsi yang turun memberi kesempatan air
sebagian jumlah air hujan yang hujan untuk masuk ke dalam tanah
jatuh ke permukaan tanah dari melalui proses infiltrasi sehingga
suatu jeluk hujan tertentu akan limpasan permukaan yang terjadi
berkurang. Kondisi perakaran menjadi lebih kecil.
tanaman juga dapat meningkatkan
laju dan kapasitas infiltrasi air ke 3. Kandungan Air Tanah (ΔS)
dalam tanah. Kandungan air tanah
Batang dandedaunan vegetasi maksimum adalah sebesar 2,99 mm
yang gugur ataupun menutupi dan minimum sebesar 2,92 mm
permukaan tanah dapat berfungsi dengan total kandungan air tanah
untuk menekan sekaligus selama periode penelitian sebesar
mengurangi kecepatan limpasan 88,78 mm.Kandungan air tanah
permukaan serta melindungi tanah berpengaruh terhadap

331
Pendugaan Evapotranspirasi … Sri Sarminah et al.

evapotanspirasi karena kandungan Nilai infiltrasi lahan


air tanah merupakan sumber agroforestri di dasarkan pada
penguapan apabila kandungan air penelitian yang dilakukan oleh
tanah dalam kondisi jenuh, Rohmat ( 2009) yang menyatakan
pernyataan ini didukung oleh Arifin bahwa nilai infiltrasi pada lahan
(1998) dalam Erwindo (2001) agroforesti adalah sekitar 7,97 %
bahwa adanya simpanan air dalam untuk proporsi hujan 5 % dan 11,89
tanah yang cukup juga akan % untuk proporsi hujan 16 %, hal
mempengaruhi jumlah ini yang menjadi dasar
evapotranspirasi yang terjadi. Jenis pengambilan 10 % dari curah hujan
tekstur tanah akan mempengaruhi yang terjadi dilapangan dan di
kapasitas infiltrasi semakin tinggi dapatkan nilai infiltrasi terendah
nilai kapasitas infiltrasi tanah maka sebesar 2,29 mm dan terbesar
limpasan permukaan yang terjadi sebesar 5,58 mm.
akan semakin kecil begitu pula
sebaliknya, semakin rendah nilai 5. Evapotranspirasi (ET)
kapasitas infilrasi maka akan Pendugaan evapotranspirasi
memperbesar nilai limpasan selama periode penelitian dilakukan
permukaan, walaupun dengan jeluk dengan menggunakan
hujan yang tinggi. persamaanneraca air, seperti yang
Hal ini menunjukkan tersaji pada Tabel 01, nilai total
hubungan positif antara jeluk hujan evapotranspirasi selama periode
dengan kandungan air tanah dimana penelitian sebesar 638,41 mm
penurunan jeluk hujan atau dengan dengan nilai evapotranspirasi
jeluk hujan kecil akan minimum adalah sebesar 15,46
menyebabkan naiknya nilai mm dan nilai maksimum sebesar
kandungan air tanah begitu pula 44,48 mm.
sebaliknya,hal ini terjadi karena Curah hujan yang turun
hujan yang terjadi selama periode bervariasi selama periode penelitian
penelitian sangat bervariasi pada sehingga dalam rentang waktu
setiap kejadian hujan, sehingga antara kejadian hujan hujan yang
menyebabkan daya infiltrasi akan satu dengan yang lain membuat
naik pada saat hujan berhenti limpasan permukaan permukaan
dalam masa itulah limpasan yang menurun dan evapotranspirasi
terjadi menjadi kecil dan meningkat pada lahan agroforestri,
kandungan air tanah meningkat. begitu pula dengan lahan terbuka
Pendapat ini dapat dijelaskan curah hujan yang bervariasi dengan
oleh pendapat Arifin (1988) dalam rentang waktu yang berbeda
Erwindo (2001) bahwa jika terjadi membuat perkolasi menurun dan
hujan terputus-putus (Intermitten evapotranspirasi meningkat.
rainfall) maka daya infiltrasi akan Ditambahkan oleh Lysley (1986)
naik pada saat terputusnya hujan dalam Erwindo (2001) bahwa
dan akan segera turun kembali penguapan dari suatu permukaan
setelah hujan berlanjut sampai pada tanah jenuh meningkat pada saat
keadaan atau suatu kondisi yang tanah belum kering atau limpasan
konstan. permukaan menurun dan
kandungan air tanah naik guna
4. Infiltrasi (If) mencapai keseimbangan energi.

332
Jurnal AGRIFOR Volume XVIII Nomor 2, Oktober 2019 ISSN P : 1412-6885
ISSN O : 2503-4960

Hal ini menunjukkan bahwa lahan agroforestri yang tidak terlalu


evapotranspirasi yang terjadi akan rapat (masih banyaknya rumpang)
meningkat apabila curah hujan dan baik diantara tanaman kacang
limpasan permukaan kecil tetapi buncis maupun kacang buncis
kandungan air tanah besar. dengan jabon sehingga nilai
Lee (1989) dalam Erwindo evapotranspirasi pada lahan masih
(2001) menyatakan bahwa apabila tinggi.
ada tutupan vegetasi pada suatu
lahan yang menutupi permukaan B. Elemen-elemen Hidrologi Penduga
bawahnya dari pengaruh sinar Evapotranspirasi pada Lahan Terbuka
matahari dan angin menaikkan menggunakan Lysimeter
tingkat permukaan yang aktif untuk
pertukaran energi diatas tingkat Pengukuran elemen-elemen
konsentrasi air di dalam tanah maka hidrologi penduga evapotranspirasi
secara drastis mengurangi pada lahan terbuka menggunakan
evapotranspirasi pada tingkat yang lysimeter selama periode penelitian
lebih rendah. Tutupan lahan pada tersaji pada Tabel 02.

Tabel 02. Elemen-elemen Hidrologi Penduga Evapotranspirasi Pada Lahan Terbuka Menggunakan
Lysimeter.

Hasil pengukuran unsur unsur hidrologi pada Lysimeter


(P) (ΔS) LP
No. Tanggal kejadian hujan (Pc) (mm) (ET) (mm)
(mm) (mm) (mm)
1 22-Jul-18 25,48 2,91 1,38 1,20 19,99
2 25-Jul-18 28,31 2,93 1,46 1,33 22,59
3 30-Jul-18 23,72 2,90 1,35 1,11 18,36
4 31-Jul-18 29,72 2,92 1,49 1,40 23,92
5 02-Agust-18 31,82 2,94 1,57 1,50 25,81
6 12-Agust-18 26,27 2,92 1,42 1,23 20,69
7 18-Agust-18 27,52 2,90 1,44 1,29 21,88
8 21-Agust-18 28,14 2,89 1,46 1,32 22,47
9 22-Agust-18 27,23 2,91 1,43 1,28 21,61
10 28-Agust-18 22,87 2,92 1,31 1,08 17,57
11 30-Agust-18 25,14 2,93 1,37 1,18 19,66
12 02-Sep-18 26,33 2,94 1,42 1,24 20,73
13 06-Sep-18 26,04 2,95 1,40 1,22 20,47
14 08-Sep-18 23,78 2,89 1,36 1,12 18,41
15 16-Sep-18 26,27 2,92 1,42 1,23 20,69
16 17-Sep-18 31,99 2,93 1,60 1,50 25,95
17 18-Sep-18 23,78 2,89 1,36 1,12 18,41
18 19-Sep-18 22,87 2,94 1,31 1,08 17,55
19 24-Sep-18 55,77 2,04 1,19 2,62 49,92
20 01-Okt-18 23,21 2,95 1,32 1,09 17,85
21 02-Okt-18 25,25 2,93 1,37 1,19 19,76
22 05-Okt-18 35,78 2,92 1,79 1,68 29,39

333
Pendugaan Evapotranspirasi … Sri Sarminah et al.

23 06-Okt-18 33,63 2,94 1,69 1,58 27,42


24 07-Okt-18 26,16 2,90 1,41 1,23 20,62
25 08-Okt-18 34,14 2,91 1,71 1,60 27,91
26 09-Okt-18 32,72 2,92 1,63 1,54 26,64
27 10-Okt-18 41,10 2,99 1,89 1,93 34,29
28 11-Okt-18 30,63 2,89 1,52 1,44 24,78
29 12-Okt-18 36,12 2,91 1,83 1,70 29,68
30 13-Okt-18 30,57 2,94 1,53 1,44 24,67
Jumlah 882,35 86,77 44,42 41,47 709,69
Min 22,87 2,04 1,19 1,08 17,55
Max 55,77 2,99 1,89 2,62 49,92
Persentase 100% 9,83% 5,03% 4,70% 80,43%
Sumber : Data Primer (2018)

Elemen-elemen hidrologi untuk air tanah pada lahan terbuka memiliki


pendugaan evapotranspirasi pada lahan hubungan yang positif dengan jeluk hujan
terbuka menggunakan lysimeter (Tabel yang turun, dimana jeluk hujan yang
02) yaitu : kecil akan menyebabkan naiknya
1. Curah hujan (P) kandungan air tanah. Curah hujan yang
Curah hujan (P) pada lahan terbuka yang turun selama periode penelitian yang
digunakan sama dengan curah hujan yang bervariasi sehingga akan menyebabkan
terjadi di Lahan agroforestri, karena naiknya daya infiltrasi dan menyebabkan
ombrometer yang digunakan untuk kandungan air tanah meningkat.
pengukuran curah hujan (P) di kedua Pendapat ini dapat dijelaskan oleh
lahan sama. pendapat Arifin (1988) dalam Erwindo
(2001) bahwa jika terjadi hujan terputus-
2. Kandungan air tanah (ΔS) putus (Intermitten rainfall) maka daya
Nilai kandungan air tanah pada lahan infiltrasi akan naik pada saat terputusnya
terbuka yang diukur selama periode hujan dan akan segera turun kembali
penelitian yang tersaji pada tabel 02 setelah hujan berlanjut sampai pada
diatas, kandungan air tanah maksimum keadaan atau suatu kondisi yang konstan.
adalah sebesar 2,99 mm dan minimum
sebesar 2,04 mm dengan total kandungan 3. Perkolasi (Pc)
air tanah selama periode penelitian Pada tabel 02 diatas total perkolasi yang
sebesar 86,77 mm. terjadi selama periode penelitian adalah
Kandungan air tanah berpengaruh sebesar 44,42 mm, dengan perkolasi
terhadap evapotanspirasi karena maksimum sebesar 1,89 mm dan
kandungan air tanah merupakan sumber minimum sebesar 1,19 mm.
penguapan apabila kandungan air tanah Jeluk hujan yang terjadi selama periode
dalam kondisi jenuh, pernyataan ini penelitian yang bervariasi menyebabkan
didukung oleh Arifin (1998) dalam besar air perkolasi yang tertampung
Erwindo (2001) bahwa adanya simpanan menjadi bervariasi hal ini disebabkan
air dalam tanah yang cukup juga akan karena pada faktor stuktur tanah pada
mempengaruhi jumlah evapotranspirasi lahan terbuka mengandung liat yang
yang terjadi. Sama halnya kandungan air cukup tinggi yaitu 27 %, sehingga pada
tanah pada lahan agroforestri, kandungan saat hujan menyentuh permukaan tanah

334
Jurnal AGRIFOR Volume XVIII Nomor 2, Oktober 2019 ISSN P : 1412-6885
ISSN O : 2503-4960

maka butir-butir liat yang sangat halus pendekatan persamaan neraca air yang
tersusupensi oleh tumbukan-tumbukan air secara disajikan pada Tabel 02diatas,
hujan dan menutup pori-pori tanah. selama periode penelitian total
Seiring waktu kejadian hujan yang evapotranspirasi yang terjadi sebesar
memecah butir-butir liat yang 709,69 dengan nilai evapotranspirasi
menyebabkan tertutupnya pori-pori tanah minimum sebesar 17,55 mm dan
sehingga air tidak dapat merembes maksimum sebesar 49,92 mm.
melalui pori-pori tanah ke lapisan tanah Curah hujan yang turun selama periode
selanjutnya dan air akan merembes ke penelitian bervariasi sehingga dalam
bagian luar lysimeter. rentang waktu antara kejadian hujan yang
Perkolasi dipengaruhi dari tekstur tanah satu dengan yang lain akan membuat air
dan kapasitas infiltrasi tanah, suatu tanah perkolasi yang tertampung menurun ,
yang memiliki kapasitas infiltrasi yang karena jeluk hujan yang turun hanya
besar maka akan memperbesar nilai memenuhi kapasitas kandungan air tanah,
perkolasi begitu juga sebaliknya, jika sehingga pada saat kondisi tanah mulai
kapasitas infiltrasi tanah semakin jenuh dan naik ke permukaan guna
rendah maka perkolasi akan semakin mencapai keseimbangan energi maka
kecil. evapotranspirasi akan meningkat.
Pernyataan ini sesuai menurut Arsyad Ditambahkan Lee (1988) dalam Erwindo
(2010) yang menyatakan kehilangan air (2001) menyatakan konsekuensinya
melalui rembesan (perkolasi dan evapotranspirasi cenderung lebih besar
rembesan kesamping) dipengaruhi oleh bila kandungan air tanah berada pada
tekstur tanah, permeabilitas tanah dan zona kejenuhan dan lebih dekat dengan
laju pengendapan sedimen, tanah yang permukaan atau bila musim penghujan
mengandung liat yang tinggi memiliki sesuai dengan periode pertumbuhan yang
nilai permeabilitas yang rendah karena lebih panas.
butir-butir debu akan menutup pori-pori Nilai evapotranspirasi pada lahan terbuka
tanah saat terkena air hujan. memiliki nilai yang tinggi karena tidak
adanya vegetasi yang menutupi
4. Limpasan permukaan (LP) permukaan tanah sehingga sebagian air
Berdasarkan hasil pengukuran erosi yang akan langsung menguap kembali ke
didapatkan Sinaga (2018), nilai limpasan atmosfer. Arifin (1988) dalam Erwindo
permukaan yang terjadi pada lahan (2001) menyatakan bahwa akibat dari
terbuka adalah sebesar 4,70 % dari curah penguapan yang besar maka tanah makin
hujan yang masuk ke permukaan tanah, lama makin kering, sehingga ketersediaan
hal inilah yang menjadi dasar atau simpanan air dalam tanah dan
pengambilan nilai limpasan permukaan kelembabannya menjadi menurun yang
pada lahan terbuka sebesar 4,70 % dari pada akhirnya akan mengganggu kondisi
kejadian hujan di lapangan. daur hidrologi yang ada.
Ringkasan penelitian terdahulu
5. Evapotranspirasi (ET) tentang pendugaan evapotranspirasi
Pendugaan nilai evapotranspirasi pada menggunakan petak ukur limpasan dan
lahan terbuka dengan menggunakan lysimeter disajikan pada Tabel 03.

335
Pendugaan Evapotranspirasi … Sri Sarminah et al.

Tabel 03. Ringkasan Hasil Penelitian Tentang pendugaan Evapotranspirasi Menggunakan Petak Ukur
Limpasan dan Lysimeter.

Evapotranspirasi
No. Peneliti Tempat Metode yang digunakan Total
(mm)

661,5
 Lysimeter berlapis terpal
Oktaviani Fakultas Pertanian (3 bulan)
1  Lysimeter tanpa terpal
(2013) Universitas lampung 567,5
(3 bulan)

Yuliawati Fakultas Pertanian 658,82


2  Lysimeter kedelai
(2014) Universitas lampung (2,5 bulan)
Adha, dkk. Fakultas Pertanian 55,21
3  Lysimeter rumput
(2016) Universitas lampung (9 hari)
51%
(8 bulan)
Walidatika N.  Tutupan lahan tetap
4 Kabupaten Bnatul 48,04%
(2017)  Tutupan lahan berubah
(8 bulan)

151,73
 Petak ukur limpasan (4 bulan)
5 Penelitian ini HPFU
 Lysimeter (168,94)
(4 bulan)

Nilai evapotranspirasi yang didapat 1. Nilai elemen-elemen hidrologi pada


oleh peneliti sebesar 151,73 mm untuk lahan agroforestri menggunakan
lahan agroforestri menggunakan petak Petak Ukur Limpasan untuk
ukur limpasan dan 168,94 mm untuk pendugaan evapotranspirasi yaitu
lahan terbuka menggunakan lysimeter dengan total curah hujan (P) 882,35
lebih besar dibandingkan dengan yang mm (100%), limpasan permukaan (Q)
dilaporkan oleh Oktaviani (2013) yaitu sebesar 66,92 mm (7,58%),
sebesar 7,87 mm untuk lysimeter berlapis kandungan air tanah (Δs) sebesar
terpal dan 6,75 untuk lysimeter tanpa 88,78 mm (10,06%) dan infiltrasi (If)
terpal dan Yuliawati (2013) sebesar 8,78 sebesar 88,24 mm (10%) dengan nilai
mm dan Adha (2016) yaitu sebesar 6,13 evapotranspirasi (Et) sebesar 638,24
mm menggunakan lysimeter rumput, dan mm (72,35%).
lebih kecil dari hasil yang dinyatakan 2. Nilai elemen-elemen hidrologi pada
oleh Walidatika (2017) sebesar 51 % lahan terbuka menggunakan lysimeter
untuk tutupan lahan yang tidak berubah untuk pendugaan evapotranspirasi
dan 48% untuk tutupan lahan yang yaitu total curah hujan (P) sebesar
berubah. 882,35 mm (100%), kandungan air
tanah (ΔS) sebesar 86,77 mm (9,83%),
4. KESIMPULAN perkolasi (Pc) sebesar 44,42 mm
(5,03%), dan limpasan permukaan (Q)
Berdasarkan hasil pembahasan sebesar 41,47 mm (4,70%), dengan
dapat ditarik beberapa kesimpulan nilai evapotranspirasi (Et) sebesar
sebagai berikut : 709,69 mm (80,43%).

336
Jurnal AGRIFOR Volume XVIII Nomor 2, Oktober 2019 ISSN P : 1412-6885
ISSN O : 2503-4960

DAFTAR PUSTAKA KRUS. 2014. Laporan Tahunan Kebun


Raya Unmul Samarinda (KRUS)
Adha, F., Manik, T. K., Rosadi, R. A. B. Tahun 2014. Samarinda.
2016. Evaluasi penggunaan
Lysimeter untuk Menduga Karyati. 2015. Pengaruh Iklim Terhadap
Evapotranspirasi Standar dan Jumlah Kunjungan Wisata di
Evapotranspirasi Tanaman Kedelai Kebun Raya Unmul Samarinda
(Glycine max L. Merill). Jurnal (KRUS). Jurnal Riset Kaltim,
Teknologi Pertanian, 10(2) : 77-79. 3(1):51-59.

Arsyad, S. 2010. Konservasi tanah dan Lanthaler, C. 2004. Lysimeter Stations


air. Edisi kedua (2). IPB Press. and Soil Hydrology Measuring
Bogor Sites in Europe. Purpose,
Equipment, Research Results,
Asdak, C. 2014. Hidrologi dan Future Developments. School of
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Natural Sciences at the Karl-
Gajah Mada University Press. Franzens-University Graz. 4 hlm.
Yogyakarta.
Lee, R. 1988. Hidrologi Hutan. Gadjah
Chang, J. H. 1974. Climate and Mada University Press.
Agriculture. An Ecological Survey. Yogyakarta.
Aldine Publishing Company.
Chicago. Nasution, Y., Sumono, Rohanah, A.
2015. Penentuan Nilai
Erwindo, A. D. 2001. Kajian Anasir Evapotranspirasi dan Koefisien
Hidrologi pada Areal Rehabilitasi Tanaman Padi Varietas IR64
Pasca Kebakaran di Kawasan (Oryza sativa L.) di
Hutan Pendidikan Universitas Rumah Kaca Fakultas Pertanian
Mulawarman Bukit Soeharto. Universitas Sumatera Utara.
(Tidak dipublikasikan) Jurnal Rekayasa Pangan dan
Pertanian, 3(3): 412-416.
Herianto, Hidayat, A. K., Romdhani, A.
2016. Evapotranspirasi Referensi Oktaviani, S. Triyono, dan N. Haryono.
Dua Daerah di Jawa Barat Untuk 2013. Analisis Neraca Air
Analisa Perencanaan Kebutuhan Budidaya Tanaman Kedelai
Air Irigasi. Jurnal siliwangi, 2(2) : (Glycine max[L] Merr.) pada Lahan
138-142. Kering. Jurnal Teknik Pertanian
Lampung, 2(1): 7-16.
Indarto. 2012. Hidrologi Dasar Teori dan
Contoh Aplikasi Model Hidrologi. Rohmat, D. 2009. Tipikal Kuantitas
Bumi Aksara. Jakarta Infiltrasi Menurut Karakteristik
Lahan.Forum Geografi, Vol. 23, 1:
Kartasapoetra, A. G. 2010. Teknologi 41-56.
Konservasi Tanah dan Air. Rineka
Cipta. Jakarta .

337
Pendugaan Evapotranspirasi … Sri Sarminah et al.

Sinaga, D. S. P. 2018. Pengendalian Erosi Yuliawati, T., Manik, T. K., dan Rosadi,
Tanah dengan Teknik Pemulsaan R.A.B. 2014. Pendugaan
pada Lahan Terbuka di Hutan Kebutuhan Air Tanaman dan
Pendidikan Fakultas Kehutanan Nilai Koefisien Tanaman (Kc)
Unmul Smarinda. (Tidak Kedelai (Glycine max (L) Merril)
Dipublikasikan) Varietas Tanggamus Dengan
Metode Lysimeter. Jurnal Teknik
Walidatika, N. 2017. Estimasi Pertanian Lampung, 3(3): 233-238.
Evapotranspirasi Melalui Metode
Kesetimbangan Enwrgi di
Kabupaten Bantul Tahun 2015
Memanfaatkan Citra Landsat 8.

338

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai