Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGAMATAN EVAPORASI DI DAERAH SEKITAR RUMAH

LINDA AMANDA PUTRI


D1A020091
Agroekoteknologi (H)

Dosen Pengampu:
Dr. Ir. Ajidirman, M.P.

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, atas kebaikan-Nya
yang telah melimpahkan berkat dan rahmatnya sehingga saya dapat menyelesaikan
laporan praktikum ini tentang Pengamatan Evaporasi di Desa Kuala Simbur, Kecamatan
Muara Sabak Timur, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi.
Saya menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terimakasih pula saya sampaikan kepada
teman-teman mahasiswa sebagai praktikan maupun kepada dosen pembimbing mata
kuliah agroklimatologi yang telah meluangkan waktu dan tenaga serta ilmunya sehingga
setiap praktikum dapat terlaksana dengan baik. Terlepas dari semuanya itu, saya
menyadari bahwa laporan ini masih memiliki kekurangan baik dari segi susunan
kalimatnya maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan senang hati saya menerima
segala saran dan kritik yang membangun dari pembaca.
Akhir kata saya mengucapkan terimakasih semoga laporan ini dapat bermanfaat
bagi pembaca serta dapat menjadi bahan bacaan untuk percobaan selanjutnya.

Jambi, 12 Desember 2021

Penulis
(Linda Amanda Putri)
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Semua energi di alam raya termasuk yang digunakan dalam proses Genesis dan
diferensiasi tanah bersumber dari energi panas matahari. Jumlah energi yang sampai ke
permukaan bumi tergantung pada kondisi bumi dan cuaca. Cuaca yang bertanggung
jawab dalam mengubah energi matahari menjadi energi mekanik atau panas, yang
memicu proses penguapan air melalui mekanisme transpirasi tanaman dan evaporasi
permukaan non-tanaman (evapotranspirasi). Diantara komponen iklim yang paling
berperan dalam Curah hujan adalah temperatur (Hanafiah, 2005).
Hujan merupakan masukan yang paling penting dalam proses hidrologi, karena
jumlah kedalaman hujan (rainfall dept) ini yang dialihkan ragamkan menjadi aliran di
sungai, baik melalui limpasan permukaan (surface runoff), aliran antara (interflow, sub
surface flow) maupun sebagai aliran air tanah (groundwater flow) (Harto,1993).
Untuk daerah Tropika seperti Indonesia dengan presipitasi umumnya ditafsirkan
curah hujan. Adapun yang disebut curah hujan bulanan rata-rata adalah rata-rata Jumlah
hujan yang tercatat selama panjang bukan yang bersangkutan (Daldjoeni,1986).
Kebutuhan air tanaman (crop water requirement) didefinisikan sebagai banyaknya
air yang hilang dari areal pertanaman setiap satuan luas dan satuan waktu, yang
digunakan untuk pertumbuhan, perkembangan (transpirasi) dan dievaporasikan dari
permukaan tanah dan tanaman. Kebutuhan air tanaman adalah transporasi.
Evapotranspirasi dipengaruhi oleh kadar kelembaban tanah, suhu udara, cahaya matahari,
dan angin. Evapotranspirasi dapat ditentukan dengan cara, yaitu (1) menghitung jumlah
air yang hilang dari tanah dalam jangka waktu tertentu, (2) menggunakan factor-faktor
iklim yang mempengaruhi evapotranspirasi, (3) menggunakan Iysimeter (Hasan Basri
Jumin, 2002).
Perkiraan evaporasi dan transpirasi adalah sangat penting dalam pengkajian-
pengkajian hidrometeorologi. Pengukuran langsung evaporasi maupun evapotranspirasi
dari air ataupun ermukaan lahan yang besar adalah tidak mungkin pada saat ini. Akan
tetapi beberapa metode yang tidak langsung telah dikembangkan yang akan memberikan
hasil-hasil yang dapat diterima (Anonim,2009).
Sistem produksi pertanian sangat dipengaruhi oleh iklim. Faktor iklim yang
paling terasa perubahannya akibat anomali iklim adalah curah hujan. Di Indonesia
kejadian anomali iklim mempengaruhi produksi pertanian dan ketahanan pangan.
Dampak anomali iklim diantaranya adalah terjadinya gangguan secara langsung terhadap
sistem pertanian (Hanum, 2013).
Hal ini menjadi salah satu dasar dibutuhkan data yang akurat dan tersedia secara
cepat bagi kegiatan pertanian. Data yang tersedia diharapkan dapat digunakan sebagai
acuan dalam mengelola kegiatan On Farm. Berdasarkan penjelasan tersebut maka
dilakukan praktikum pengamatan evaporasi sebagai pengetahuan mengenai cara dan
teknik pengamatan.

1.2.Tujuan Praktikum
Adapun dari kegiatan praktikum pengamatan evaporasi ini adalah untuk dapat
memperoleh data evaporasi daerah sekitar lingkungan tempat tinggal.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Evaporasi
Evaporasi adalah peristiwa berubahnya air menjadi uap. Uap ini kemudian
bergerak dari permukaan tanah atau permukaan air ke udara (Sosrodarsono, 1999).
Sedangkan Menurut Lee (1988), evaporasi merupakan proses perubahan cairan menjadi
uap, ini terjadi jika cairan berhubungan dengan atmosfer yang tidak jenuh, baik secara
internal, pada daun tanaman (transpirasi) maupun secara eksternal, pada permukaan yang
basah. Evaporasi adalah perubahan air menjadi uap air. Yang merupakan suatu proses
yang berlangsung hampir tanpa gangguan selama berjam-jam pada siang hari dan sering
juga selama malam hari. Air akan menguap dari permukaan baik tanah gundul maupun
tanah yang ditumbuhi tanaman, dan juga dari pepohonan permukaan kedap air atap dan
jalan raya air, air terbuka dan sungai yang mengalir (Wilson, 1993).
Penguapan adalah proses perubahan air dari bentuk cair menjadi bentuk gas
(uap). Ada dua macam penguapan, yaitu evaporasi (penguapan air secara langsung dari
lautan, danau, sungai, dll) dan transpirasi (penguapan air dari tumbuh-tumbuhan dan lain-
lain, makhluk hidup). Gabungan antara evaporasi dan transpirasi disebut evapotranspirasi
(Wuryanto, dkk, 2000).
Penguapan cenderung untuk menjadi sangat tinggi pada daerah-daerah yang
mempunyai suhu tinggi, angin kuat, dan kelembaban yang rendah. Daerah subtropik
biasanya merupakan daerah yang langsung menerima insolasi (pemanasan dari matahari)
tanpa terlindung oleh adanya awan. Juga merupakan daerah yang mempunyai angin yang
kuat dan mempunyai nilai kelembaban yang rendah (Hutabarat, 1986).
Kecepatan hilangnya air oleh evaporasi (penguapan)/transpirasi pada dasarnya
ditentukan oleh gradien tekanan uap; yaitu oleh perbedaan tekanan pada daun/permukaan
tanah dan tekanan dari atmosfer. Seterusnya gradien tekanan-uap terhubung dengan
sejumlah faktor iklim dan tanah yang lain (Buckman Dan Brady, 1982).

2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Evaporasi


Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi evaporasi antara lain:
a) Radiasi matahari
Dari radiasi matahari yang diserap oleh daun, 1-5% digunakan untuk fotosintesis
dan 75- 85% digunakan untuk memanaskan daun dan untuk transpirasi.
b) Temperatur
Peningkatan temperatur meningkatkan kapasitas udara untuk menyimpan air,
yang berarti tuntutan atmosfer yang lebih besar.
c) Kelembaban relative
Makin besar kandungan air di udara, makin tinggi Y udara, yang berarti tuntutan
atmosfer menurun dengan meningkatnya kelembapan relatif.
d) Angin
Transpirasi terjadi apabila air berdifusi melalui stomata. Apabila aliran udara
(angin) menghembus udara lembab di permukaan daun, perbedaan potensial air
di dalam dan tepat di luar lubang stomata akan meningkat dan difusi bersih air
dari daun juga meningkat (Gardner, et.al., 1991 )

2.3 Hubungan Evaporasi dan Tanaman


Pengukuran penguapan dari permukaan air bebas dan permukaan tanah serta
transpirasi dari tumbuh-tumbuhan adalah sangat penting dalam pertanian.
Hidrometeorologi, dan dalam pendesainan dan pengoprasian waduk dan sistem irigasi
terutama di daerah gersang. Di dalam praktek adalah sulit untuk memisahkan atau
membedakan air yang dihasilkan penguapan dari tanah dan tubuh air dan yang di
transpirasikan dari tumbuh-tumbuhan. Oleh karena itu kedua proses tadi biasa dicakup
dengan menggunakan istilah evapotranspirasi.
Laju evapotranspirasi ini dinyatakan dengan banyaknya uap air yang hilang oleh
proses evapotranspirasi dari suatu daerah tiap satuan luas dalam satuan waktu. Ini dapat
pula dinyatakan sebagai volume air cair yang hilang oleh proses evapotranspirasi dari
daerah hasil tadi dalam satuan waktu yang setara dengan tinggi atau tebal air cair yang
hilang tiap satuan waktu dari daerah yang ditinjau. Satu satuan waktu yang dipakai bisa
satu jam atau satu hari dan satuan tebal dengan satuan milimeter atau sentimeter.
Tanaman memperoleh energi, dan sebenarnya semua bahan penyusunnya
diperoleh melalui proses fotosintesis. Dengan beberapa pengecualian, tumbuh-tumbuhan
darat mempunyai organ-organ fotosintesisnya, yang dianggap hanya berupa daun-daun
terbuka terhadap udara, yang sering sekali mempunyai kemampuan tinggi untuk
mengeluarkan air dan dari mana harus diambil karbon dioksida. Daun seringkali juga
terbuka terhadap tingkat penyinaran yang tinggi, yang melalui peningkatan suhu daun
meningkatkan laju potensil kehilangan air. Jaringan fotosintetik, yaitu mesofil terlindung
dari lingkungan yang mengeringkan. Oleh kutikula yang hidrofobik yang menutupi
epidermis. Stomata, yang terletak dalam epidermis, memungkinkan terjadinya pertukaran
gas antara mesofil dan udara luar. Ruang-ruang udara mesofil yang luas memungkinkan
gas-gas tertukar secara mudah, dan karbon dioksida terlarut dalam air dalam dinding sel
yang dekat dengan tempat fotosintesis. Kebanyakan air yang hilang sebagai uap air suatu
daun menguap dari permukaan dinding epidermis. Walaupun demikian evaporasi tiap
satuan luas permukaan dinding sel yang basah yang tidak konstan menurut ruang, laju
setempatnya terutama dikendalikan oleh tiga faktor, salah satunya adalah kedekatan letak
daerah evaporasi terhadap pori stomata, yang ditentukan oleh susunan daun.
Pengaruh evaporasi tempat lain adalah suhu dan perbedaan potensial didalam
daun, karena tempat-tempat dengan evaporasi tinggi biasanya mempunyai potensial air
menurun, maka evaporasi dari (terutama dinding-dinding selbagian dalam) epidermis
mempunyai pengaruh besar terhadap pembukaan stomata.

2.4 Jenis-Jenis Evaporasi


1. Evaporasi potensial (ETp)
Menggambarkan laju maksimum kehilangan air dari suatu lahan yang sangat
ditentukan oleh kondisi iklim pada keadaan penutup tajuk tanaman pendek yang
rapat dengan penyediaan air yang cukup dan ditentukan oleh parameter-
parameter iklim.
2. Evaporasi standar (ETo)
Evaporasi standar adalah evaporasi pada suatu permukaan standar yang dapat
diperoleh dari lahan dengan lahan tajuk penuh oleh rerumputan hijau yang
ditanam pada lahan subur berkadar air tanah cukup tinggi antara 8-15 cm.
3. Evapotranspirasi tanaman (ETc)
Pada kondisi standar adalah ET dari suatu lahan luas dengan tanaman sehat
berkecukupan hara dan bebas hama penyakit, yang ditanam pada kondisi air
tanah optimum dan mencapai produksi penuh di bawah keadaan suatu iklm
tertentu. Nilai ETc berubah-ubah menurut umur atau fase perkembangan
tanaman.
4. Evaporasi aktual (ETa)
Menggambarkan laju kehilangan air dari suatu lahan bertanam pada kondisi
aktual iklim, tanaman dan lingkungan tumbuh serta pengelolaan.
BAB III
METODOLOGI
3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 29 November 2021 – 05 Desember 2021
bertempat di Desa Kuala Simbur, Kecamatan Muara Sabak Timur, Kabupaten Tanjung
Jabung Timur, Provinsi Jambi.

3.2. Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan selama melaksanakan praktikum ini antara lain :
a) Panci berukuran diameter 120,2 cm dan tinggi 26 cm
b) Penggaris
c) Alat tulis
d) Air

3.3. Cara Pengamatan


Pengamatan dilakukan setiap pagi hari. Ukur selisih muka air yang ditunjukkan oleh
penggaris dengan muka air awal (5 cm dari bibir panci) itulah nilai evaporasi. Dilihat
dari muka air terhadap kedudukan permulaan ujung panci ada 4 macam untuk
menghitung evaporasi :
1. Bila tidah hujan
E0 = (P0 – P1)
Dimana : P0 = Pembacaan awal
P1 = Pembacaan akhir setelah terjadi evaporasi
E0 = Jumlah air yang dievaporasikan
2. Bila ada hujan
E0 = (P0 – P1) + CH
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengamatan


Tinggi muka air (cm)
Tanggal Pagi Sore keterangan
(07.00) (17.00)
29/11/2021 25,0 cm 24,9 cm Berawan
30/11/2021 24,9 cm 24,8 cm Berawan
01/11/2021 24,4 cm 24,0 cm Cerah
02/11/2021 23,9 cm 23,7 cm Cerah Berawan
03/11/2021 23,5 cm 23,3 cm Cerah berawan
04/11/2021 23,1 cm 23,0 cm Berawan
05/11/2021 22,8 cm 22,5 cm Cerah
06/11/2021 22,3 cm 21.9 cm Cerah
07/11/2021 21,4 cm 21,2 cm Cerah berawan
08/12/2021 20,9 cm 20,6 cm Cerah
09/12/2021 20,2 cm 20,0 cm Cerah berawan
10/12/2021 19,7 cm 19,6 cm Berawan

4.2 Pembahasan Pembahasan Evaporasi


 Hari pertama  Hari ketiga
E0 = (P0 – P1) E0 = (P0 – P1)
= 25,0 – 24,9 = 24,4 – 24,0
= 0,1 cm = 0,4 cm
= 1 mm = 4 mm
 Hari kedua  Hari keempat
E0 = (P0 – P1) E0 = (P0 – P1)
= 24,9 – 24,8 = 23,9 – 23,7
= 0,1 cm = 0,2 cm
= 1 mm = 2 mm
 Hari kelima  Hari kesembilan
E0 = (P0 – P1) E0 = (P0 – P1)
= 23,5 – 23,3 = 21,4 – 21,2
= 0,2 cm = 0,2 cm
= 2 mm = 2 mm
 Hari keenam  Hari kesepuluh
E0 = (P0 – P1) E0 = (P0 – P1)
= 23,1 – 23,0 = 20,9 – 20,6
= 0,1 cm = 0,3 cm
= 1 mm = 3 mm
 Hari ketuju  Hari kesebelas
E0 = (P0 – P1) E0 = (P0 – P1)
= 22,8 – 22,5 = 20,2 – 20,0
= 0,1 cm = 0,2 cm
= 1 mm = 2 mm
 Hari kedelapan  Hari keduabelas
E0 = (P0 – P1) E0 = (P0 – P1)
= 22,3 – 21,9 = 19,7 – 19,6
= 0,4 cm = 0,3 cm
= 4 mm = 3 mm

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pengamatan terlihat bahwa nilai
evaporasi terbesar terjadi pada tanggal 01 dan 06 Desember yaitu sebesar 4 mm. hal ini
didukung dengan keadaan cuaca pada saat itu yaitu cerah. Radiasi matahari sebagai salah
satu faktor yang mempengaruhi nilai evaporasi mendukung besarnya evaporasi pada saat
itu. Hal ini membenarkan pendapat Gardner dkk, (1991) yang menyebutkan bahwa salah
satu faktor yang menentukan evaporasi adalah radiasi matahari.
Evaporasi terendah terjadi cukup sering yang berarti bahwa di daerah tersebut
intensitas radiasi matahari rata tidak terlalu tinggi setiap harinya. Nilai evaporasi terendah
ini terjadi sebanyak 4 hari dari 12 hari pengamatan.
Evaporasi secara umum dapat didefinisikan dalam sua kondisi, yaitu : (1)
evaporasi yang berarti proses penguapan yang terjadi secara alami, dan (2) evaporasi
yang dimaknai dengan proses penguapan yang timbul akibat diberikan uap panas steam)
dalam suatu peralatan. Evaporasi dapt diartikan sebagai proses penguapan dari liquid
(cairan) dengan penambahan panas (Robert B. Long, 1995). Panas dapat disuplai dengan
berbagai cara, diantaranya secara alami dan penambahan steam. Evaporasi didasarkan
pada proses pendidihan secara intensif yaitu; pemberian panas kedalam cairan,
pembentukan gelembung-gelembung akibat uap, pemisahan uap dari cairan, dan
mengkondensasikan uapnya. Evaporasi atau penguapan juga dapatdidefinisikan sebagai
perpindahan kalor ke dalam zai cair mendidih (Warren L. Mc Cabe, 1999).
Penguapan atau evaporasi adalah proses perubahan molekul didalam keadaan cair
(contohnya air) dengan spontan menjadi gas (contohnya uap air). Proses ini adalah
kebalikan dari kondensasi. Umumnya penguapan dapat dilihat dari lenyapnya cairan
secara berangsur-angsur ketika terpapar pada gas dengan volume signifikan. Rata-rata
molekul tidak memiliki energi yang cukup untuk lepas dari cairan. Bila tidak, cairan akan
berubah menjadu uap dengan cepat. Ketika molekul-molekul saling bertumbukkan,
mereka saling tukar energi dalam berbagai derajat, tergantung bagaimana mereka
bertumbukkan. Terkadang transfer energi ini begitu berat sebelah, sehingga salah satu
moleul mendapatkan energy yang cukup buat menembus titik didih cairan. Bila ini terjadi
di dekat permukaan cairan, molekul tersebut dapat terbang ke dalam gas dan menguap.

4.3 Hasil pengamatan evapotranspirasi


Hasil evapotranspirasi potensial suatu wilayah jika suhu udara rata-rata bulannya adalah
sebagai berikut :
Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des

Suhu 28 28 28,4 29 28,9 28,3 28,3 28 27,7 27,6 27,9 27,7


o
C

1. Mencari nilai i
 Januari, i = = 56  Mai, i = = 57,8

 Februari , i = = 56  Juni, i = = 56,6

 Maret, i = = 56,8  Juli, i = = 56,6

 April, i = = 58  Agustus, i = = 56
 September, i = = 55,4  Desember, i = = 55,4

 Oktober, i = = 55,2

 November, i = = 55,8

Total ( I) = 675,6

2. Mencari nilai a
a = [(6,75 x 10-7) x (675,6)3] – [(7,71 x 10-5) (675,6)2] + (0,01792 x 675,6) + 0,49239
= 482,99 – 16,75 + 12,1 + 0,49239
= 478,83

3. Menghitung evapotranspirasi
 Januari
ET = 1.6 [ ]478,83 = 3,72 cm x 10 = 37,2 mm/bulan atau 1,2 mm/hari

 Februari
ET = 1.6 [ ]478,83 = 3,72 cm x 10 = 37,2 mm/bulan atau 1,3 mm/hari

 Maret
ET = 1.6 [ ]478,83 = 3,31 cm x 10 = 33,1 mm/bulan atau 1,06 mm/hari

 April
ET = 1.6 [ ]478,83 = 7,38 cm x 10 = 73,8 mm/bulan atau 2,46 mm/hari

 Mei
ET = 1.6 [ ]478,83 = 1,41 cm x 10 = 14,1 mm/bulan atau 0,45 mm/hari

 Juni
ET = 1.6 [ ]478,83 = 6,12 cm x 10 = 61,2 mm/bulan atau 2,04 mm/hari

 Juli
ET = 1.6 [ ]478,83 = 6,12 cm x 10 = 61,2 mm/bulan atau 1,97 mm/hari

 Agustus
ET = 1.6 [ ]478,83 = 3,72 cm x 10 = 37,2 mm/bulan atau 1,2 mm/hari

 September
ET = 1.6 [ ]478,83 = 3,17 cm x 10 = 31,7 mm/bulan atau 1,05 mm.
 Oktober
ET = 1.6 [ ]478,83 = 3,79 cm x 10 = 37,9 mm/bulan atau 1,22 mm/hari

 November
ET = 1.6 [ ]478,83 = 6,71 cm x 10 = 67,1 mm/bulan atau 2,23 mm/hari

 Desember
ET = 1.6 [ ]478,83 = 3,17 cm x 10 = 31,7 mm/bulan atau 1,02 mm/hari

Pembahasan:

Metode yang digunakan pada praktikum ini adalah Thorwaite. Dalam metode
Thornwaite perhitungan parameter yang digunakan adalah suhu bulanan dan indeks
panas. Metode ini memanfaatkan suhu udara sebagai indeks ketersediaan energi panas
untuk berlangsungnya proses evapotranspirasi dengan asumsi suhu udara tersebut
berkorelasi dengan efek radiasi matahari dan unsur lain yang mengendalikan proses
evapotranspirasi. Namun hasil dari perhitungan metode Thornwaite belum sesuai karena
banyaknya hari tidak sama, sedangkan jam penyinaran matahari yang berbeda maka
perlu disesuaikan .
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan terhadap evaporasi ini maka
diperoleh kesimpulan berikut :
a) Evaporasi yang bersumber dari badan-badan air seperti lautan, danau, sungai dan
rawa-rawa yang menghasilkan uap air di atmosfer, sebagai sumber presipitasi,
merupakan peristiwa yang menyebabkan siklus hidrologi.
b) Evapotranspirasi tergantung pada jenis vegetasi alam, terutama kapasitasnya untuk
memancarkan radiasi, ditentukan oleh keadaan tanah dan penurunan konsentrasi uap.
c) Faktor yang mempengaruhi evapotranspirasi adalah radiasi surya, temperatur, angin,
kualitas air , tekanan udara.
d) Semakin tinggi radiasi matahari yang diterima, semakin besar evapotranspirasinya.
e) Semakin tinggi suhu, semakin besar evapotranspirasinya.

5.2 Saran
Diperlukan ketelitian dalam melakukan pengamatan terhadap tinggi muka air
dalam panci. Pemahaman dalam melakukan pengamatan juga menjadi penentu
keakuratan data yang diperoleh. Baik tidaknya kondisi peralatan yang digunakan sangat
menentukan keberhasilan percobaan.

.
LAPORAN PRAKTIKUM

PENENTUAN WAKTU SETEMPAT

LINDA AMANDA PUTRI


D1A020091
Agroekoteknologi (H)

Dosen Pengampu:
Dr. Ir. Ajidirman, M.P.

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, atas kebaikan-Nya
yang telah melimpahkan berkat dan rahmatnya sehingga saya dapat menyelesaikan
laporan praktikum ini tentang penentuan waktu setempat yang dilaksanakan di Desa
Kuala Simbur, Kecamatan Muara Sabak Timur, Kabupaten Tanjung Jabung Timur,
Provinsi Jambi.
Saya menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terimakasih pula saya sampaikan kepada
teman-teman mahasiswa sebagai praktikan maupun kepada dosen pembimbing mata
kuliah agroklimatologi yang telah meluangkan waktu dan tenaga serta ilmunya sehingga
setiap praktikum dapat terlaksana dengan baik. Terlepas dari semuanya itu, saya
menyadari bahwa laporan ini masih memiliki kekurangan baik dari segi susunan
kalimatnya maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan senang hati saya menerima
segala saran dan kritik yang membangun dari pembaca.
Akhir kata saya mengucapkan terimakasih semoga laporan ini dapat bermanfaat
bagi pembaca serta dapat menjadi bahan bacaan untuk percobaan selanjutnya.

Jambi, 12 Desember 2021

Penulis
(Linda Amanda Putri)
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Pembagian Wilayah Waktu di Indonesia – Secara Astronomis, bumi terdiri atas
agris bujur dan garis lintang. Garis bujur adalag garis khayal yang menghubungkan kutub
utara dan kutub selatan. Garis lintang adalah garis khayal yang melintang mengelilingi
bumi dari barat ke timur. Garis bujur digunakan sebagai pedoman untuk pembagian
wilayah waktu. Garis lintang sebagai pedoman untuk pembagian wilayah iklim.
Garis bujur bumi terdiri atas 0 drajat bujur barat (BB) sampai 180o bujur barat dan 0
drajat bujur timu (BT) sampai 180o bujur timur (BT). Garis 0 drajat BB dan 0 drajat
Btberimpit melalui kota Greenwich dekat kota London di Inggris. Garis bujur 0 drajat
yang berimpit disebut garis “meridiann pangkel”. Garis ini dipakai sebagai pedoman
waktu internasional yang disebut Greeneich Mean Time (GMT). Garis bujur 180oBT dan
180oBbdi bagian barat kota Greenwich. Garis bujur 0o BT – 180o BB berada dibagian
timur kora Greenwich.
Bumi berotasi satu kali putaran penuh membentuk lingkaran 360o selama 24 jam.
Untuk berputas 1o bumi membutuhkan waktu 4 menit. Bila berputar 15o maka bumi
membutuhkan waktu 1 jam. Jadi setiap tempat di muka bumi yang mempunyai selisih
garis bujur 15o akan mempunyai perbedaan waktu 1 jam. Wilayah Indonesia terletak pada
garis bujur 95o BT – 141o BT. Rentang garis bujur dari ujung barat sampai ujung timur
adalah 141 derajat – 95 derajat = 46 derajat. Setiap wilayah waktu terdiri dari 15 derajat
garis bujur. Setiap wilayah memiliki perbedaan waktu 1 jam. Pembagian wilayah waktu
di Indonesia terdiri dari Waktu Indonesia Barat (WIB), Waktu Indonesia Tengah (WITa),
dan Waktu Indonesia Timur (WITim).

2.2. Tujuan Praktikum


Adapun tujuan dari dilaksanakannya praktikum ini adalah agar mampu menetukan
keseragaman waktu pengamatan.
BAB II
METODOLOGI
2.1. Alat dan Bahan
 Peta atau globe
 Alat tulis

2.3. Cara Pengamatan


Untuk menentukan waktu setempat dalam waktu wilayah dan kemudian dikoreksi
dengan waktu revolusi dapat menggunakan rumus :

WW = Wst + B + K

Keterangan :
WW : Waktu Wilayah (WIB, WITa, WITim)
Wst : Waktu Setempat
B : Beda waktu dalam menit, nilainya dapat negatif atau positif
K : Koreksi waktu akibat revolusi bumi menurut Tabel 1

Untuk menentukan nilai B (beda waktu dalam menit) adalah :

B = 4 (dww – dbt) menit


Keterangan :
dww : derajat waktu wilayah
105 untuk tempat yang memakai waktu wilayah WIB
120 untuk tempat yang memakai waktu wilayah WITa
135 untuk tempat yang memakai waktu wilayah WITim
dbt : derajat bujur timur dari tempat yang akan ditentukan
Tabel 1. Koreksi Waktu Dalam Menit

Tgl Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agus Sept Okt Nov Des

1 04 14 13 04 -03 -02 04 06 00 -10 -16 -10

4 05 14 12 03 -03 -02 04 06 -01 -11 -16 -09

7 07 15 11 02 -03 -01 05 06 -02 -12 -16 -08

10 08 15 11 01 -04 -01 05 05 -03 -13 -16 -07

13 09 15 10 01 -04 00 06 06 -04 -14 -15 -05

16 10 15 09 00 -04 01 06 04 -05 -14 -15 -04

19 11 14 08 -01 -03 01 06 04 -06 -15 -14 -02

22 12 14 07 -02 -03 02 06 03 -07 -15 -13 -01

25 13 14 06 -02 -03 03 06 02 -08 -16 -12 01

28 13 13 05 -02 -03 03 06 01 -09 -16 -11 02

31 14 04 -02 06 00 -16 04
BAB III
HASIL PENGAMATAN

1. Untuk menghitung Wst dalam waktu wilayah (WW) di Mendalo darat yang terletak
pada 1030 Bujur Timur pada 09.34 pada tanggal 28 November 2021.
Penyelesaian :
B = 4 (dww – dbe) menit
= 4 (105 – 103 ) menit
= 4 (2) menit
= 8 menit
K = 2 menit

WW = Wst + B + K
= 09.34 + 8 menit 2 menit
= 09.44 menit
Jadi, pukul 09.34 Wst sama dengan pukul 09.44 WIB.

2. Untuk menghitung Wst dalam waktu wilayah (WW) di Mendalo Darat yang terletak
pada 1030 Bujur Timur pukul 10.18 pada tanggal 1 Desember 2021
Penyelesaian :
B = 4 (dww – dbt) menit
= 4 (105 – 103) menit
= 4 (2) menit
= 8 menit
K = -10 menit
WW = Wst + B + K
= 10.18 + 8 menit – 10 menit
= 10.16 menit
Jadi, pukul 10.18 Wst sama dengan pukul 10.16 WIB
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Dari penjelasan diatas tentang praktikum “Penentuan Waktu Setempat” dapat
disimpulkan bahwa :
Jambi merupakan wilayah di bagian barat Indonesia, sehingga daerah ini
mrnggunakan waktu wilayah (WW) yaitu Waktu Indonesia Barat (WIB), pada
pengamatan yang saya lakukan yaitu dengan menggunakan globe dalam menentukan
bujur timur yang didapat adalah 103o dan melakukan perhitungan sehingga diperoleh
waktu wilayah seperti yang sudah dipaparkan. Dari data yang didapat bahwa waktu
setempat (Wst) memiliki perbedaan yang signifikat dengan WW (waktu wilayah) daerah
tersebut.
LAPORAN PRAKTIKUM

MENENTUKAN DAN MENGENALI ALAT-ALAT UKUR UNSUR IKLIM

LINDA AMANDA PUTRI


D1A020091
Agroekoteknologi (H)

Dosen Pengampu:
Dr. Ir. Ajidirman, M.P.

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, atas kebaikan-Nya
yang telah melimpahkan berkat dan rahmatnya sehingga saya dapat menyelesaikan
laporan praktikum ini tentang menentukan dan mengenali alat-alat ukur unsur iklim yang
dilaksanakan di Desa Kuala Simbur, Kecamatan Muara Sabak Timur, Kabupaten Tanjung
Jabung Timur, Provinsi Jambi.
Saya menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terimakasih pula saya sampaikan kepada
teman-teman mahasiswa sebagai praktikan maupun kepada dosen pembimbing mata
kuliah agroklimatologi yang telah meluangkan waktu dan tenaga serta ilmunya sehingga
setiap praktikum dapat terlaksana dengan baik. Terlepas dari semuanya itu, saya
menyadari bahwa laporan ini masih memiliki kekurangan baik dari segi susunan
kalimatnya maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan senang hati saya menerima
segala saran dan kritik yang membangun dari pembaca.
Akhir kata saya mengucapkan terimakasih semoga laporan ini dapat bermanfaat
bagi pembaca serta dapat menjadi bahan bacaan untuk percobaan selanjutnya.

Jambi, 12 Desember 2021

Penulis
(Linda Amanda Putri)
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Klimatologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang keadaan rata-rata cuaca
yang terjadi pada suatu wilayah dalam kurun waktu yang sama. Klimatologi pada
dasarnya berisikan pembahasan unsur-unsur cuaca dan iklim yang menyangkut
distribusinya baik dari skala global (dunia), regional (wilayah), maupun lokal
(setempat).Ilmu yang mempelajari iklim disebut klimatologi, yakni yang mengkaji gejala-
gejala cuaca, tetapi sifat-sifat atau karakteristik dan gejala-gejala cuaca tersebut
mempunyai sifat umum dalam jangka waktu yang relatif lebih luas pada atmosfer bumi
(Sabaruddin, 2014).
Cuaca dan iklim merupakan dua kondisi yang hampir sama tetapi berbeda
pengertian khususnya terhadap kurun waktu. Cuaca merupakan bentuk awal yang
dihubungkan dengan penafsiran dan pengertian akan kondisi fisik udara sesaat pada suatu
lokasi dan suatu waktu, sedangkan iklim merupakan kondisi lanjutan dan merupakan
kumpulan dari kondisi cuaca yang kemudian disusun dan dihitung dalam bentuk rata-rata
kondisi cuaca dalam kurun waktu tertentu (Winarso, 2003).
Untuk menentukan iklim suatu tempat atau daerah diperlukan data cuaca yang
telah terkumpul lama (10-30 tahun)yang didapatkan dari hasil pengukuran cuaca dengan
alat ukur yang khusus atau instrumentasi klimatologi. Alat-alat yang digunakan harus
tahan lama dari pengaruh-pengaruh buruk cuaca untuk dapat setiap waktu mengukur
perubahan cuaca. Alat dibuat sedemikian rupa agar hasil pengukuran tidak berubah
ketelitiannya. Pemeliharaan alat yang baik membawa keuntungan pemakaian lebih lama.
Pemasangan alat di tempat terbuka memerlukan persyaratan tertentu agar tidak
salah ukur, harus difikirkan tentang halangan dari bangunan-bangunan ataupun
pohon-pohon di dekat alat.Agar data yang diperoleh dapat dibandingkan, kemudian
perbedaan data yang didapat bukanlah akibat kesalahan prosedur, tetapi betul-betul akibat
iklimnya yang berbeda. Berdasakan hal tersebut perlunya adanya pengetahuan mengenai
alat-alat klimatologi tersebut, baik dari kegunaan atau fungsinya dan cara
menggunakannya.
Stasiun meteorologi adalah tempat yang mengadakan pengamatan terus-
menerus mengenai keadaan fisik dan lingkungan (atmosfer). Dalam persetujuan
internasional, suatu stasiun meteorologi paling sedikit mengamati keadaan iklim selama
sepuluh tahun berturut-turut sehingga akan mendapat gambaran umum tentang rerata
keadaan iklim, batas-batas ekstrim, dan pola siklusnya. Tugas BMKG adalah
melaksanakan tugas pemerintahan di bidang meteorologi, klimatologi, kualitas udara, dan
geofisika sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sasaran
BMKG dalam menyebarkan informasi yaitu penanggulangan atau antisipasi bencana
meliputi banjir, angin kencang, kekeringan, tsunami dan gempa. BMKG mempunyai
tujuan dan manfaat untuk mengamati dan memahami fenomena meteorologi, klimatologi,
kualitas udara, dan geofisika.

1.2 Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum ini yakni diharapkan mahasiswa/mahassiswimengenal


stasiun klimatologi dan sistem peralatannya serta mengetahui cara kerja dari peralatan
klimatologi. Kegunaan dilakukan praktikum ini adalah sebagai bahan informasi bagi
mahasiswa tentang apa saja alat-alat klimatologi dan bagaimana fungsinya serta
memberikan pengetahuan dan keterampilan tentang cara kerja dari alat tersebut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pada pengamatan keadaan atmosfer kita di stasiun cuaca atau stasiun meteorologi
digunakan beberapa alat yang mempunyai sifat-sifat yang hampir sama dengan alat-alat
ilmiah lainnya yang digunakan untuk penelitian di dalam laboratorium, misalnya bersifat
peka dan teliti. Perbedaannya terletak pada penempatannya dan para pemakainya. Alat-alat
laboratorium umumnya dipakai pada ruang tertutup, terlindung dari hujan dan debu-debu,
angin dan lain sebagainya serta digunakan oleh observer. Dengan demikian sifat alat-alat
meteorologi disesuaikan dengan tempat pemasangannya dan para petugas yang menggunakan
(Anonim, 2008)
Pada proses pengamatan keadaan amosfer kita ini, digunakan beberapa alat.
Sebelum ditemukan satelit meteorologi, satu-satunya cara untuk mendapatkan gambaran
menyeluruh mengenai keadaan atmosfer adalah dengan memasukkan keadaan yang diamati
pada stasiun cuaca di seluruh dunia ke dalam peta cuaca (Neiburger, 1982).
Adapun alat-alat meteorologi yang ada di Stasiun Meteorologi Pertanian diantaranya
alat pengukur curah hujan (Ombrometer), Alat pengukur kelembaban relatif udara
(Hygrometer), alat pengukur suhu udara (Termometer Biasa, Termometer Maksimum,
Termometer Minimum, dan Termometer Maximum-Minimumalat pengukur suhu air
(Termometer Maksimum-Minimum Permukaan Air), alat pengukur panjang penyinaran
matahari (Solarimeter tipe Combell Stokes), alat pengukur suhu tanah (Termometer Tanah),
dan alat pengukur kecepatan angin (Anemometer) dan masih banyak yang lainnya
(Prawirowardoyo,1996).
Stasiun meteorologi mengadakan contoh penginderaan setiap 30 detik dan
mengirimkan kutipan statistik (sebagai contoh, rata-rata dan maksimum). Untuk yang keras
menyimpan modul-modul setiap 15 menit. Hal ini dapat menghasilkan kira-kira 20 nilai dari
hasil rekaman untuk penyimpanan akhir disetiap interval keluaran. Ukuran utama dibuat di
stasiun meteorologi danau vida, pemakaian alat untuk temperatur udara, kelembaban relatif,
temperatur tanah (Fontain, 2002).
Hasil yang didapat setelah dilakukannya suatu pengamatan di stasiun cuaca atau
stasiun meteorologi yakni data-data mengenai iklim. Di indonesia, berdasarkan ketersediaan
data iklim yang ada di sistem database Balitklimat, hanya ada 166 dari 2.679 stasiun yang
menangani data iklim. Umumnya hanya data curah hujan dan suhu udara, sehingga walaupun
metode Penman merupakan yang terbaik, metode Blaney Criddle akan lebih banyak dipilih
karena hanya memerlukan data suhu udara yang relatif mudah didapatkan (Runtunuwu et.al.,
2008).
Prakiraan cuaca baik harian maupun prakiraan musim, mempunyai arti penting dan
banyak dimanfaatkan dalam bidang pertanian. Prakiraan cuaca 24 jam yang dilakukan oleh
BMG, mempunyai arti dalam kegiatan harian misalnya untuk pelaksanaan pemupukan dan
pemberantasan hama. Misalnya pemupukan dan penyemprotan hama perlu dilakukan pada
pagi hari atau ditunda jika menurut prakiraan sore hari akan hujan lebat. Prakiraan permulaan
musim hujan mempunyai arti penting dalam menentukan saat tanam di suatu wilayah. Jadi,
bidang pertanian ini memanfaatkan informasi tentang cuaca dan iklim mulai dari perencanaan
sampai dengan pelaksanaannya (Setiawan, 2003).
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilakukan untuk pengenalan alat-alat pengukur klimatologi di
lakukan di Desa Kuala Simbur, Kecamatan Muara Sabak Timur, Kabupaten Tanjung
Jabung Timur, Provinsi Jambi pada pukul 10.00 WIB.

3.2. Sifat Alat Klimatologi


Alat klimatologi atau meteorologi umumnys mempunyai sifat :
1. Harus seteliti mungkin
2. Harus peka agar diperoleh ketelitian yang tinggi
3. Harus kuat dan tahan lama
4. Harus mudah dipakai dan tahan lama

3.3. Alat Pengukur Unsur Iklim


1. Alat Pengukur Suhu Udara
Terdapat 3 skala dasar, yaitu :
a. Celcius  titik didih 100o dan titik beku 0o
b. Fahrenheit  titik didik 212o dan titik beku 32o
c. Reamur  titik didih 80o dan titik beku 0o
Suhu udara biasanya diukur menggunakan thermometer air raksa (thermometer
maksimum). Suhu tanah juga dapat diukur menggunakan thermometer tanah dengan
kedalaman 5, 10, 20, 30, 50 dan 100 cm.
a. Termometer Permukaan Tanah
 Berfungsi untuk mengukur suhu permukaan tanah. Satuan yaitu oF. Satuan
pengukuran yaitu oC. Prinsip kerjanya yaitu pemuaian air raksa.
 Cara kerja yaitu perubahan suhu tanah akan menaikan air raksa menunjukkan
suhu tanah pada skala tertentu.
 Kelebihannya yaitu mudah dan praktis dibawa, sederhana dalam
pengoperasiannya-
hanyasaja tanah yang akan diukur udaranya harus ditata terlebih dahulu.
 kurangannya yaitu kemampuannya terbatas hanya untuk mengukur suhu di atas
permukaan tanah.

b. Termometer Tanah Tipe Bengkok


 Berfungsi untuk mengatur suhu permukaan tanah (jeluk 20 cm). Prinsip
kerjanya yaitu muai air raksa.
 Cara kerjanya tanah digali dengan kedalaman yang diinginkan (20 cm) setelah
ujung reservior dimasukkan keanikan suhu tanah menyebabkan air raksa
memuai dan akan mengisi kolom hampa udara sampai pada skala tertentu.
 Kelebihan alat ini yaitu mudah dilihat skalanya setelah ditanam karena bentukn
ya bengkok.
 Kekurangannya yaitu harus menggunakan bor untuk melubangi tanah 20 cm ka
renahanya dapat mengukur pada kedalaman tersebut. Penggunaan bor ini
dimaksudkan karena alat bisa rusak jika dipaksa masuk ke dalam tanah secara
langsung.

c. Termometer Tanah Selubung Kayu


 Berfungsi unruk mengatur suhu permukaan tanah (jeluk 5 cm). Denga satuan
alat F, satuan pengukuran oC serta ketelitian alat 1 F. Prinsip kerjanya yaitu
pemuaian air raksa.
 Cara kerjanya termometer ditancapkan pada kedalaman (0 – 10 cm) atau yang
akan diamati, perubahan panas yang diterima oleh sensor akan memuaikan air
raksa menunjukkan skala tertentu pada saat itu.
d. Termometer Tanah Tipe Symons
 Berfungsi mengukur suhu tanah dengan kedalaman 50 cm. Dengan ketelitian
alat 0.5oC. prinsip kerjanya pemuaian air raksa.
 Cara kerjanya pada saat pemasangan dibuat lubang pada tanah dengan jeluk
tertentu dengan bor. Kemudian bagian reservoir termometer dimasukkan ke
lubang kemudian ditimbun kembali dengan tanah bekas galian.
 Kelebihan alat ini yaitu termometer zat cairnya terlindung oleh pipa pelindung.
 Kekurangannya yaitu tanah harus dilubangi sedalam !0 cm dengan bor dan
pembacaan skalasuhu harus dilakukan dengan cepat saat skala terlihat agar
tidak terpengaruh oleh suhu udara permukaan luar.

e. Stick Termometer (jeluk 100 cm)


 Berfungsi untuk mengukur suhu tanah dengan kedalaman 100 cm. Dengan
ketelitian alat 1oC. Prinsip kerjanya yaitu muai zat cair bertekanan tinggi pada
tabung bejana.
 Cara kerjanya adanay tekanan, air raksa memuai dan akan menggerakkan
klep/pipa logam lunak sehingga gerigi berputar dan menggerakkan jarum
penunjuk sampai skala tertentu.
 Kelebihan alat ini yaitu mampu mengukur hingga kedalaman 100 cm dan skala
mudahdiamati karena berupa jarum penunjuk.
 Kekurangannya, harus mengebor tanah 100 cm terlebihdahulu untuk
memasukkan stick-nya.

f. Termometer Maksimum dan Minimum Tanah


 Berfungsi untuk mengukur suhu max dan min tanah. Dengan skala ketelitian
0,5oC. Prindip kerjanya pemuaian air raksa pada tabung Bourdan.
 Cara kerjanya termometer yang diletakkan didalam tanah jika suhu naik maka
akan ditunjukkan oleh naiknya cairan air raksa dan jarum hijau yang akan
berfungsi penunjuk suhu maksimum sedangkan bila suhu turun akan
ditunjukkan oleh naiknya cairan alkohol dan ditunjukan oleh jarum merah yang
berfungsi sebagai penunjuk suhu minimum.
 Kelebihan alat ini yaitu dapat mengukur suhu maksimum dan minimum
tanah sekaliguskarena menggunakan tiga jarum penunjuk dalam pembacaan
skala.
 Kelemahannya, tidak praktis penggunaannya.

2. Alat Pengukur Kelembaban


Higrometer (hygrometer) adalah perangkat untuk menentukan kelembapan atmosfer
yang dapat menunjukkan kelembapan relatif (persentase kelembapan di udara),
kelembapan mutlak (jumlah kelembapan) atau keduanya. Beberapa higrometer
standar hanya mampu menginformasikan dua keadaan seperti pada kondisi udara
kering atau basah. Sedangkan jenis higrometer lainnya merupakan bagian dari
perangkat yang disebut humidistats, yang digunakan untuk mengontrol pelembap
udara atau pengering untuk mengatur kelembapan udara. Higrometer biasanya
digunakan dalam peramalan cuaca, memantau kelembapan di laboratorium, area
penyimpanan dan pembuatan tanaman, di mana tingkat kelembapan tertentu harus
dijaga.

3. Alat Pengukur Tekanan Udara


a. Barometer
Barometer merupakan alat pengukur tekanan udara yang biasa digunakan dalam
peramalan cuaca. Ketika hari semakin dingin tekanan udara menjadi semakin
tinggi, begitupun sebaliknya. Dengan menggunakan barometer, kita bisa
mengukur tekanan udara tersebut. Barometer juga bisa digunakan dengan baik
sebagai alat pengukur tekanan udara ruangan. Udara pada ruang tertutup juga akan
memiliki tekanan. Tekanan ini dapat diukur menggunakan alat pengukur tekanan
udara yang disebut manometer. Fungsi manometer yaitu untuk mengukur tekanan
udara pada ruang tertutup, seperti di dalam tabung tertutup. Contoh, sebagai alat
pengukur tekanan udara ban mobil
b. Manometer
Manometer merupakan alat ukur yang bisa digunakan untuk beberapa macam
fungsi sebagai berikut: Mengukur tekanan gas. Mengukur tekanan udara pada
ruang tertutup karena kinerja dari alat ini ditentukan juga oleh tekanan atmosfer
dan salah satu varian dari alat ini adalah varian tekanan atmosfer.

4. Alat Pengukur Hujan


Ombrometer merupakan alat pengukur curah hujan yang umumnya dinamakan
penakar hujan. Alat ini dipasang ditempat terbuka, sehingga air hujan akan diterima
langsung oleh alat ini. Satuan yang digunakan adalah milimeter (mm) dan ketelitian
pembacaannya sampai dengan 0,1 mm. Pembacaan dilakukan sekali dalam sehari
yaitu pada pukul 07.00 padi hari.
5. Alat Pengukur Penguapan
a. Panci Penguapan Kelas A
Evaporimeter panci terbuka ini berfungsi sebagai pengukur penguapan [evaporasi]
pada udara terbuka. Makin luas permukaan panci, makin representatif atau makin
mendekati penguapan yang sebenarnya terjadi pada permukaan danau, waduk,
sungai dan lain-lainnya.
Besar atau kecilnya penguapan yang terjadi tergantung dari penyinaran matahari,
angin, hujan, suhu, kelembaban udara dan awan. Oleh karena itu selain membaca
skala Hook Gauge, pengamat harus membaca suhu pada thermometer apung
(Floating Thermometer) yang berada dalam panci dan membaca angka pada Cup
Counter Anemometer (berfungsi untuk mengukur hembusan angin rata-rata
selama 24 jam) dengan ketinggian 50 Cm yang berada dekat panci untuk
mengukur kecepatan angin horizontal.

b. Lysimeter
Lysimeter berfungsi Untuk mengukur evapotranspirasi. Cara Pengamatan: Sedot
air perkolasi dan diukur, Jika sebelum pengamatan ada hujan lebih besar atau
sama dengan 10 mm lysimeter tidak perlu disiram. Jika hujan 5-10 mm siram
lysimeter dengan air 5 liter, Jika tidak ada hujan, siram lysimeter dengan air 10
Liter. Hitung evapotranspirasi.

6. Alat Pengukur Angin


Angin adalah besaran vector, sehingga dinyatakan dalam arah dan kecepatan. Alat
mengukur arah angin disebut windvane, sedangkan alat yang mengukur kecepatan
angin adalah anemometer. Secara klimatologi arah diamati dalam 8 arah yaitu utara,
timur laut, timur, tenggara, selatan, barat daya, barat dan barat laut. Kecepatan angin
dinyatakan dalam satuan m/detik. Bila tidak ada anemometer, kecepatan angin dapat
ditaksir berdasarkan gejala tiupan yang dilihat menggunakan skala beaufort.

7. Alat Pengukur Penyinaran Matahari


Energi matahari merupakan faktor pengendali cuaca dan iklim yang terpenting.
Jumlah total radiasi matahari yang sampai di permukaan bumi ditentukan oleh dua
faktor, yaitu: lama penyinaran dan intensitas penyinaran. Lama penyinaran ialah
lamanya matahari menyinari matahari dalam periode satu hari dan alat yang dipakai
adalah sunshine recorder type campbell stokes atau type jordan. Intensitas radiasi
matahari dinyatakan sebagai jumlah energi yang jatuh pada satuan luas permukaan
dalam satuan waktu (kalori per cm2 per menit), dan alat pengukurnya disebut
pyranometer atau solarimeter atau pirheliometer. 1Ah (ampere hour) = 68,78 Cal/cm2
/hari.
8. Stasiun Cuaca (Weather Station)
Weather station adalah alat yang digunakan untuk mengukur cuaca. Alat ini mampu
mengukur beraneka style pengukuran secara bersamaan layaknya suhu, kelembaban,
kecepatan dan arah angin, serta mampu mengukur radiasi atau intensitas sinar
matahari. Saat ini, terkandung stasiun cuaca portabel supaya sistem instalasi lebih
ringan dan mampu digunakan ditempat yang berbeda. Selain itu, weather station saat
ini mampu menampilkan information secara langsung (live data) bersama dengan
pakai aplikasi smartphone atau aplikasi website dan information ditampilkan di dalam
wujud grafik atau log.
BAB IV
PENUTUP
4.1.Kesimpulan
Dari pengamatan alat-alat klimatologi yang telah dilakukan, dapat kita
simpulkan bahwa alat-alat klimatologi sangat dibutuhkan dalam bidang pertanian,
untuk meningkatkan hasil panen dan untuk mencegah terjadinya gagal panen.
Alat-alat yang umum digunakan dalam klimatologi pertanian sesuai dengan
pengamatan yang telah dilakukan yaitu Comble stokes, Penakar hujan manual
dan otomatis, Anemometer, Panci evaporasi, Sangkar cuaca dan Termometer
tanah. Penggunaan alat dan penempatan alat harus diketahui secara mendalam,
agar hasil data yang didapatkan sesuai dengan keadaan iklim yang sebenarnya.

Anda mungkin juga menyukai