Dosen Pengampu:
Dr. Ir. Ajidirman, M.P.
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, atas kebaikan-Nya
yang telah melimpahkan berkat dan rahmatnya sehingga saya dapat menyelesaikan
laporan praktikum ini tentang Pengamatan Evaporasi di Desa Kuala Simbur, Kecamatan
Muara Sabak Timur, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi.
Saya menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terimakasih pula saya sampaikan kepada
teman-teman mahasiswa sebagai praktikan maupun kepada dosen pembimbing mata
kuliah agroklimatologi yang telah meluangkan waktu dan tenaga serta ilmunya sehingga
setiap praktikum dapat terlaksana dengan baik. Terlepas dari semuanya itu, saya
menyadari bahwa laporan ini masih memiliki kekurangan baik dari segi susunan
kalimatnya maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan senang hati saya menerima
segala saran dan kritik yang membangun dari pembaca.
Akhir kata saya mengucapkan terimakasih semoga laporan ini dapat bermanfaat
bagi pembaca serta dapat menjadi bahan bacaan untuk percobaan selanjutnya.
Penulis
(Linda Amanda Putri)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Semua energi di alam raya termasuk yang digunakan dalam proses Genesis dan
diferensiasi tanah bersumber dari energi panas matahari. Jumlah energi yang sampai ke
permukaan bumi tergantung pada kondisi bumi dan cuaca. Cuaca yang bertanggung
jawab dalam mengubah energi matahari menjadi energi mekanik atau panas, yang
memicu proses penguapan air melalui mekanisme transpirasi tanaman dan evaporasi
permukaan non-tanaman (evapotranspirasi). Diantara komponen iklim yang paling
berperan dalam Curah hujan adalah temperatur (Hanafiah, 2005).
Hujan merupakan masukan yang paling penting dalam proses hidrologi, karena
jumlah kedalaman hujan (rainfall dept) ini yang dialihkan ragamkan menjadi aliran di
sungai, baik melalui limpasan permukaan (surface runoff), aliran antara (interflow, sub
surface flow) maupun sebagai aliran air tanah (groundwater flow) (Harto,1993).
Untuk daerah Tropika seperti Indonesia dengan presipitasi umumnya ditafsirkan
curah hujan. Adapun yang disebut curah hujan bulanan rata-rata adalah rata-rata Jumlah
hujan yang tercatat selama panjang bukan yang bersangkutan (Daldjoeni,1986).
Kebutuhan air tanaman (crop water requirement) didefinisikan sebagai banyaknya
air yang hilang dari areal pertanaman setiap satuan luas dan satuan waktu, yang
digunakan untuk pertumbuhan, perkembangan (transpirasi) dan dievaporasikan dari
permukaan tanah dan tanaman. Kebutuhan air tanaman adalah transporasi.
Evapotranspirasi dipengaruhi oleh kadar kelembaban tanah, suhu udara, cahaya matahari,
dan angin. Evapotranspirasi dapat ditentukan dengan cara, yaitu (1) menghitung jumlah
air yang hilang dari tanah dalam jangka waktu tertentu, (2) menggunakan factor-faktor
iklim yang mempengaruhi evapotranspirasi, (3) menggunakan Iysimeter (Hasan Basri
Jumin, 2002).
Perkiraan evaporasi dan transpirasi adalah sangat penting dalam pengkajian-
pengkajian hidrometeorologi. Pengukuran langsung evaporasi maupun evapotranspirasi
dari air ataupun ermukaan lahan yang besar adalah tidak mungkin pada saat ini. Akan
tetapi beberapa metode yang tidak langsung telah dikembangkan yang akan memberikan
hasil-hasil yang dapat diterima (Anonim,2009).
Sistem produksi pertanian sangat dipengaruhi oleh iklim. Faktor iklim yang
paling terasa perubahannya akibat anomali iklim adalah curah hujan. Di Indonesia
kejadian anomali iklim mempengaruhi produksi pertanian dan ketahanan pangan.
Dampak anomali iklim diantaranya adalah terjadinya gangguan secara langsung terhadap
sistem pertanian (Hanum, 2013).
Hal ini menjadi salah satu dasar dibutuhkan data yang akurat dan tersedia secara
cepat bagi kegiatan pertanian. Data yang tersedia diharapkan dapat digunakan sebagai
acuan dalam mengelola kegiatan On Farm. Berdasarkan penjelasan tersebut maka
dilakukan praktikum pengamatan evaporasi sebagai pengetahuan mengenai cara dan
teknik pengamatan.
1.2.Tujuan Praktikum
Adapun dari kegiatan praktikum pengamatan evaporasi ini adalah untuk dapat
memperoleh data evaporasi daerah sekitar lingkungan tempat tinggal.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Evaporasi
Evaporasi adalah peristiwa berubahnya air menjadi uap. Uap ini kemudian
bergerak dari permukaan tanah atau permukaan air ke udara (Sosrodarsono, 1999).
Sedangkan Menurut Lee (1988), evaporasi merupakan proses perubahan cairan menjadi
uap, ini terjadi jika cairan berhubungan dengan atmosfer yang tidak jenuh, baik secara
internal, pada daun tanaman (transpirasi) maupun secara eksternal, pada permukaan yang
basah. Evaporasi adalah perubahan air menjadi uap air. Yang merupakan suatu proses
yang berlangsung hampir tanpa gangguan selama berjam-jam pada siang hari dan sering
juga selama malam hari. Air akan menguap dari permukaan baik tanah gundul maupun
tanah yang ditumbuhi tanaman, dan juga dari pepohonan permukaan kedap air atap dan
jalan raya air, air terbuka dan sungai yang mengalir (Wilson, 1993).
Penguapan adalah proses perubahan air dari bentuk cair menjadi bentuk gas
(uap). Ada dua macam penguapan, yaitu evaporasi (penguapan air secara langsung dari
lautan, danau, sungai, dll) dan transpirasi (penguapan air dari tumbuh-tumbuhan dan lain-
lain, makhluk hidup). Gabungan antara evaporasi dan transpirasi disebut evapotranspirasi
(Wuryanto, dkk, 2000).
Penguapan cenderung untuk menjadi sangat tinggi pada daerah-daerah yang
mempunyai suhu tinggi, angin kuat, dan kelembaban yang rendah. Daerah subtropik
biasanya merupakan daerah yang langsung menerima insolasi (pemanasan dari matahari)
tanpa terlindung oleh adanya awan. Juga merupakan daerah yang mempunyai angin yang
kuat dan mempunyai nilai kelembaban yang rendah (Hutabarat, 1986).
Kecepatan hilangnya air oleh evaporasi (penguapan)/transpirasi pada dasarnya
ditentukan oleh gradien tekanan uap; yaitu oleh perbedaan tekanan pada daun/permukaan
tanah dan tekanan dari atmosfer. Seterusnya gradien tekanan-uap terhubung dengan
sejumlah faktor iklim dan tanah yang lain (Buckman Dan Brady, 1982).
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pengamatan terlihat bahwa nilai
evaporasi terbesar terjadi pada tanggal 01 dan 06 Desember yaitu sebesar 4 mm. hal ini
didukung dengan keadaan cuaca pada saat itu yaitu cerah. Radiasi matahari sebagai salah
satu faktor yang mempengaruhi nilai evaporasi mendukung besarnya evaporasi pada saat
itu. Hal ini membenarkan pendapat Gardner dkk, (1991) yang menyebutkan bahwa salah
satu faktor yang menentukan evaporasi adalah radiasi matahari.
Evaporasi terendah terjadi cukup sering yang berarti bahwa di daerah tersebut
intensitas radiasi matahari rata tidak terlalu tinggi setiap harinya. Nilai evaporasi terendah
ini terjadi sebanyak 4 hari dari 12 hari pengamatan.
Evaporasi secara umum dapat didefinisikan dalam sua kondisi, yaitu : (1)
evaporasi yang berarti proses penguapan yang terjadi secara alami, dan (2) evaporasi
yang dimaknai dengan proses penguapan yang timbul akibat diberikan uap panas steam)
dalam suatu peralatan. Evaporasi dapt diartikan sebagai proses penguapan dari liquid
(cairan) dengan penambahan panas (Robert B. Long, 1995). Panas dapat disuplai dengan
berbagai cara, diantaranya secara alami dan penambahan steam. Evaporasi didasarkan
pada proses pendidihan secara intensif yaitu; pemberian panas kedalam cairan,
pembentukan gelembung-gelembung akibat uap, pemisahan uap dari cairan, dan
mengkondensasikan uapnya. Evaporasi atau penguapan juga dapatdidefinisikan sebagai
perpindahan kalor ke dalam zai cair mendidih (Warren L. Mc Cabe, 1999).
Penguapan atau evaporasi adalah proses perubahan molekul didalam keadaan cair
(contohnya air) dengan spontan menjadi gas (contohnya uap air). Proses ini adalah
kebalikan dari kondensasi. Umumnya penguapan dapat dilihat dari lenyapnya cairan
secara berangsur-angsur ketika terpapar pada gas dengan volume signifikan. Rata-rata
molekul tidak memiliki energi yang cukup untuk lepas dari cairan. Bila tidak, cairan akan
berubah menjadu uap dengan cepat. Ketika molekul-molekul saling bertumbukkan,
mereka saling tukar energi dalam berbagai derajat, tergantung bagaimana mereka
bertumbukkan. Terkadang transfer energi ini begitu berat sebelah, sehingga salah satu
moleul mendapatkan energy yang cukup buat menembus titik didih cairan. Bila ini terjadi
di dekat permukaan cairan, molekul tersebut dapat terbang ke dalam gas dan menguap.
1. Mencari nilai i
Januari, i = = 56 Mai, i = = 57,8
April, i = = 58 Agustus, i = = 56
September, i = = 55,4 Desember, i = = 55,4
Oktober, i = = 55,2
November, i = = 55,8
Total ( I) = 675,6
2. Mencari nilai a
a = [(6,75 x 10-7) x (675,6)3] – [(7,71 x 10-5) (675,6)2] + (0,01792 x 675,6) + 0,49239
= 482,99 – 16,75 + 12,1 + 0,49239
= 478,83
3. Menghitung evapotranspirasi
Januari
ET = 1.6 [ ]478,83 = 3,72 cm x 10 = 37,2 mm/bulan atau 1,2 mm/hari
Februari
ET = 1.6 [ ]478,83 = 3,72 cm x 10 = 37,2 mm/bulan atau 1,3 mm/hari
Maret
ET = 1.6 [ ]478,83 = 3,31 cm x 10 = 33,1 mm/bulan atau 1,06 mm/hari
April
ET = 1.6 [ ]478,83 = 7,38 cm x 10 = 73,8 mm/bulan atau 2,46 mm/hari
Mei
ET = 1.6 [ ]478,83 = 1,41 cm x 10 = 14,1 mm/bulan atau 0,45 mm/hari
Juni
ET = 1.6 [ ]478,83 = 6,12 cm x 10 = 61,2 mm/bulan atau 2,04 mm/hari
Juli
ET = 1.6 [ ]478,83 = 6,12 cm x 10 = 61,2 mm/bulan atau 1,97 mm/hari
Agustus
ET = 1.6 [ ]478,83 = 3,72 cm x 10 = 37,2 mm/bulan atau 1,2 mm/hari
September
ET = 1.6 [ ]478,83 = 3,17 cm x 10 = 31,7 mm/bulan atau 1,05 mm.
Oktober
ET = 1.6 [ ]478,83 = 3,79 cm x 10 = 37,9 mm/bulan atau 1,22 mm/hari
November
ET = 1.6 [ ]478,83 = 6,71 cm x 10 = 67,1 mm/bulan atau 2,23 mm/hari
Desember
ET = 1.6 [ ]478,83 = 3,17 cm x 10 = 31,7 mm/bulan atau 1,02 mm/hari
Pembahasan:
Metode yang digunakan pada praktikum ini adalah Thorwaite. Dalam metode
Thornwaite perhitungan parameter yang digunakan adalah suhu bulanan dan indeks
panas. Metode ini memanfaatkan suhu udara sebagai indeks ketersediaan energi panas
untuk berlangsungnya proses evapotranspirasi dengan asumsi suhu udara tersebut
berkorelasi dengan efek radiasi matahari dan unsur lain yang mengendalikan proses
evapotranspirasi. Namun hasil dari perhitungan metode Thornwaite belum sesuai karena
banyaknya hari tidak sama, sedangkan jam penyinaran matahari yang berbeda maka
perlu disesuaikan .
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan terhadap evaporasi ini maka
diperoleh kesimpulan berikut :
a) Evaporasi yang bersumber dari badan-badan air seperti lautan, danau, sungai dan
rawa-rawa yang menghasilkan uap air di atmosfer, sebagai sumber presipitasi,
merupakan peristiwa yang menyebabkan siklus hidrologi.
b) Evapotranspirasi tergantung pada jenis vegetasi alam, terutama kapasitasnya untuk
memancarkan radiasi, ditentukan oleh keadaan tanah dan penurunan konsentrasi uap.
c) Faktor yang mempengaruhi evapotranspirasi adalah radiasi surya, temperatur, angin,
kualitas air , tekanan udara.
d) Semakin tinggi radiasi matahari yang diterima, semakin besar evapotranspirasinya.
e) Semakin tinggi suhu, semakin besar evapotranspirasinya.
5.2 Saran
Diperlukan ketelitian dalam melakukan pengamatan terhadap tinggi muka air
dalam panci. Pemahaman dalam melakukan pengamatan juga menjadi penentu
keakuratan data yang diperoleh. Baik tidaknya kondisi peralatan yang digunakan sangat
menentukan keberhasilan percobaan.
.
LAPORAN PRAKTIKUM
Dosen Pengampu:
Dr. Ir. Ajidirman, M.P.
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, atas kebaikan-Nya
yang telah melimpahkan berkat dan rahmatnya sehingga saya dapat menyelesaikan
laporan praktikum ini tentang penentuan waktu setempat yang dilaksanakan di Desa
Kuala Simbur, Kecamatan Muara Sabak Timur, Kabupaten Tanjung Jabung Timur,
Provinsi Jambi.
Saya menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terimakasih pula saya sampaikan kepada
teman-teman mahasiswa sebagai praktikan maupun kepada dosen pembimbing mata
kuliah agroklimatologi yang telah meluangkan waktu dan tenaga serta ilmunya sehingga
setiap praktikum dapat terlaksana dengan baik. Terlepas dari semuanya itu, saya
menyadari bahwa laporan ini masih memiliki kekurangan baik dari segi susunan
kalimatnya maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan senang hati saya menerima
segala saran dan kritik yang membangun dari pembaca.
Akhir kata saya mengucapkan terimakasih semoga laporan ini dapat bermanfaat
bagi pembaca serta dapat menjadi bahan bacaan untuk percobaan selanjutnya.
Penulis
(Linda Amanda Putri)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Pembagian Wilayah Waktu di Indonesia – Secara Astronomis, bumi terdiri atas
agris bujur dan garis lintang. Garis bujur adalag garis khayal yang menghubungkan kutub
utara dan kutub selatan. Garis lintang adalah garis khayal yang melintang mengelilingi
bumi dari barat ke timur. Garis bujur digunakan sebagai pedoman untuk pembagian
wilayah waktu. Garis lintang sebagai pedoman untuk pembagian wilayah iklim.
Garis bujur bumi terdiri atas 0 drajat bujur barat (BB) sampai 180o bujur barat dan 0
drajat bujur timu (BT) sampai 180o bujur timur (BT). Garis 0 drajat BB dan 0 drajat
Btberimpit melalui kota Greenwich dekat kota London di Inggris. Garis bujur 0 drajat
yang berimpit disebut garis “meridiann pangkel”. Garis ini dipakai sebagai pedoman
waktu internasional yang disebut Greeneich Mean Time (GMT). Garis bujur 180oBT dan
180oBbdi bagian barat kota Greenwich. Garis bujur 0o BT – 180o BB berada dibagian
timur kora Greenwich.
Bumi berotasi satu kali putaran penuh membentuk lingkaran 360o selama 24 jam.
Untuk berputas 1o bumi membutuhkan waktu 4 menit. Bila berputar 15o maka bumi
membutuhkan waktu 1 jam. Jadi setiap tempat di muka bumi yang mempunyai selisih
garis bujur 15o akan mempunyai perbedaan waktu 1 jam. Wilayah Indonesia terletak pada
garis bujur 95o BT – 141o BT. Rentang garis bujur dari ujung barat sampai ujung timur
adalah 141 derajat – 95 derajat = 46 derajat. Setiap wilayah waktu terdiri dari 15 derajat
garis bujur. Setiap wilayah memiliki perbedaan waktu 1 jam. Pembagian wilayah waktu
di Indonesia terdiri dari Waktu Indonesia Barat (WIB), Waktu Indonesia Tengah (WITa),
dan Waktu Indonesia Timur (WITim).
WW = Wst + B + K
Keterangan :
WW : Waktu Wilayah (WIB, WITa, WITim)
Wst : Waktu Setempat
B : Beda waktu dalam menit, nilainya dapat negatif atau positif
K : Koreksi waktu akibat revolusi bumi menurut Tabel 1
Tgl Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agus Sept Okt Nov Des
31 14 04 -02 06 00 -16 04
BAB III
HASIL PENGAMATAN
1. Untuk menghitung Wst dalam waktu wilayah (WW) di Mendalo darat yang terletak
pada 1030 Bujur Timur pada 09.34 pada tanggal 28 November 2021.
Penyelesaian :
B = 4 (dww – dbe) menit
= 4 (105 – 103 ) menit
= 4 (2) menit
= 8 menit
K = 2 menit
WW = Wst + B + K
= 09.34 + 8 menit 2 menit
= 09.44 menit
Jadi, pukul 09.34 Wst sama dengan pukul 09.44 WIB.
2. Untuk menghitung Wst dalam waktu wilayah (WW) di Mendalo Darat yang terletak
pada 1030 Bujur Timur pukul 10.18 pada tanggal 1 Desember 2021
Penyelesaian :
B = 4 (dww – dbt) menit
= 4 (105 – 103) menit
= 4 (2) menit
= 8 menit
K = -10 menit
WW = Wst + B + K
= 10.18 + 8 menit – 10 menit
= 10.16 menit
Jadi, pukul 10.18 Wst sama dengan pukul 10.16 WIB
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Dari penjelasan diatas tentang praktikum “Penentuan Waktu Setempat” dapat
disimpulkan bahwa :
Jambi merupakan wilayah di bagian barat Indonesia, sehingga daerah ini
mrnggunakan waktu wilayah (WW) yaitu Waktu Indonesia Barat (WIB), pada
pengamatan yang saya lakukan yaitu dengan menggunakan globe dalam menentukan
bujur timur yang didapat adalah 103o dan melakukan perhitungan sehingga diperoleh
waktu wilayah seperti yang sudah dipaparkan. Dari data yang didapat bahwa waktu
setempat (Wst) memiliki perbedaan yang signifikat dengan WW (waktu wilayah) daerah
tersebut.
LAPORAN PRAKTIKUM
Dosen Pengampu:
Dr. Ir. Ajidirman, M.P.
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, atas kebaikan-Nya
yang telah melimpahkan berkat dan rahmatnya sehingga saya dapat menyelesaikan
laporan praktikum ini tentang menentukan dan mengenali alat-alat ukur unsur iklim yang
dilaksanakan di Desa Kuala Simbur, Kecamatan Muara Sabak Timur, Kabupaten Tanjung
Jabung Timur, Provinsi Jambi.
Saya menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terimakasih pula saya sampaikan kepada
teman-teman mahasiswa sebagai praktikan maupun kepada dosen pembimbing mata
kuliah agroklimatologi yang telah meluangkan waktu dan tenaga serta ilmunya sehingga
setiap praktikum dapat terlaksana dengan baik. Terlepas dari semuanya itu, saya
menyadari bahwa laporan ini masih memiliki kekurangan baik dari segi susunan
kalimatnya maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan senang hati saya menerima
segala saran dan kritik yang membangun dari pembaca.
Akhir kata saya mengucapkan terimakasih semoga laporan ini dapat bermanfaat
bagi pembaca serta dapat menjadi bahan bacaan untuk percobaan selanjutnya.
Penulis
(Linda Amanda Putri)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Klimatologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang keadaan rata-rata cuaca
yang terjadi pada suatu wilayah dalam kurun waktu yang sama. Klimatologi pada
dasarnya berisikan pembahasan unsur-unsur cuaca dan iklim yang menyangkut
distribusinya baik dari skala global (dunia), regional (wilayah), maupun lokal
(setempat).Ilmu yang mempelajari iklim disebut klimatologi, yakni yang mengkaji gejala-
gejala cuaca, tetapi sifat-sifat atau karakteristik dan gejala-gejala cuaca tersebut
mempunyai sifat umum dalam jangka waktu yang relatif lebih luas pada atmosfer bumi
(Sabaruddin, 2014).
Cuaca dan iklim merupakan dua kondisi yang hampir sama tetapi berbeda
pengertian khususnya terhadap kurun waktu. Cuaca merupakan bentuk awal yang
dihubungkan dengan penafsiran dan pengertian akan kondisi fisik udara sesaat pada suatu
lokasi dan suatu waktu, sedangkan iklim merupakan kondisi lanjutan dan merupakan
kumpulan dari kondisi cuaca yang kemudian disusun dan dihitung dalam bentuk rata-rata
kondisi cuaca dalam kurun waktu tertentu (Winarso, 2003).
Untuk menentukan iklim suatu tempat atau daerah diperlukan data cuaca yang
telah terkumpul lama (10-30 tahun)yang didapatkan dari hasil pengukuran cuaca dengan
alat ukur yang khusus atau instrumentasi klimatologi. Alat-alat yang digunakan harus
tahan lama dari pengaruh-pengaruh buruk cuaca untuk dapat setiap waktu mengukur
perubahan cuaca. Alat dibuat sedemikian rupa agar hasil pengukuran tidak berubah
ketelitiannya. Pemeliharaan alat yang baik membawa keuntungan pemakaian lebih lama.
Pemasangan alat di tempat terbuka memerlukan persyaratan tertentu agar tidak
salah ukur, harus difikirkan tentang halangan dari bangunan-bangunan ataupun
pohon-pohon di dekat alat.Agar data yang diperoleh dapat dibandingkan, kemudian
perbedaan data yang didapat bukanlah akibat kesalahan prosedur, tetapi betul-betul akibat
iklimnya yang berbeda. Berdasakan hal tersebut perlunya adanya pengetahuan mengenai
alat-alat klimatologi tersebut, baik dari kegunaan atau fungsinya dan cara
menggunakannya.
Stasiun meteorologi adalah tempat yang mengadakan pengamatan terus-
menerus mengenai keadaan fisik dan lingkungan (atmosfer). Dalam persetujuan
internasional, suatu stasiun meteorologi paling sedikit mengamati keadaan iklim selama
sepuluh tahun berturut-turut sehingga akan mendapat gambaran umum tentang rerata
keadaan iklim, batas-batas ekstrim, dan pola siklusnya. Tugas BMKG adalah
melaksanakan tugas pemerintahan di bidang meteorologi, klimatologi, kualitas udara, dan
geofisika sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sasaran
BMKG dalam menyebarkan informasi yaitu penanggulangan atau antisipasi bencana
meliputi banjir, angin kencang, kekeringan, tsunami dan gempa. BMKG mempunyai
tujuan dan manfaat untuk mengamati dan memahami fenomena meteorologi, klimatologi,
kualitas udara, dan geofisika.
Pada pengamatan keadaan atmosfer kita di stasiun cuaca atau stasiun meteorologi
digunakan beberapa alat yang mempunyai sifat-sifat yang hampir sama dengan alat-alat
ilmiah lainnya yang digunakan untuk penelitian di dalam laboratorium, misalnya bersifat
peka dan teliti. Perbedaannya terletak pada penempatannya dan para pemakainya. Alat-alat
laboratorium umumnya dipakai pada ruang tertutup, terlindung dari hujan dan debu-debu,
angin dan lain sebagainya serta digunakan oleh observer. Dengan demikian sifat alat-alat
meteorologi disesuaikan dengan tempat pemasangannya dan para petugas yang menggunakan
(Anonim, 2008)
Pada proses pengamatan keadaan amosfer kita ini, digunakan beberapa alat.
Sebelum ditemukan satelit meteorologi, satu-satunya cara untuk mendapatkan gambaran
menyeluruh mengenai keadaan atmosfer adalah dengan memasukkan keadaan yang diamati
pada stasiun cuaca di seluruh dunia ke dalam peta cuaca (Neiburger, 1982).
Adapun alat-alat meteorologi yang ada di Stasiun Meteorologi Pertanian diantaranya
alat pengukur curah hujan (Ombrometer), Alat pengukur kelembaban relatif udara
(Hygrometer), alat pengukur suhu udara (Termometer Biasa, Termometer Maksimum,
Termometer Minimum, dan Termometer Maximum-Minimumalat pengukur suhu air
(Termometer Maksimum-Minimum Permukaan Air), alat pengukur panjang penyinaran
matahari (Solarimeter tipe Combell Stokes), alat pengukur suhu tanah (Termometer Tanah),
dan alat pengukur kecepatan angin (Anemometer) dan masih banyak yang lainnya
(Prawirowardoyo,1996).
Stasiun meteorologi mengadakan contoh penginderaan setiap 30 detik dan
mengirimkan kutipan statistik (sebagai contoh, rata-rata dan maksimum). Untuk yang keras
menyimpan modul-modul setiap 15 menit. Hal ini dapat menghasilkan kira-kira 20 nilai dari
hasil rekaman untuk penyimpanan akhir disetiap interval keluaran. Ukuran utama dibuat di
stasiun meteorologi danau vida, pemakaian alat untuk temperatur udara, kelembaban relatif,
temperatur tanah (Fontain, 2002).
Hasil yang didapat setelah dilakukannya suatu pengamatan di stasiun cuaca atau
stasiun meteorologi yakni data-data mengenai iklim. Di indonesia, berdasarkan ketersediaan
data iklim yang ada di sistem database Balitklimat, hanya ada 166 dari 2.679 stasiun yang
menangani data iklim. Umumnya hanya data curah hujan dan suhu udara, sehingga walaupun
metode Penman merupakan yang terbaik, metode Blaney Criddle akan lebih banyak dipilih
karena hanya memerlukan data suhu udara yang relatif mudah didapatkan (Runtunuwu et.al.,
2008).
Prakiraan cuaca baik harian maupun prakiraan musim, mempunyai arti penting dan
banyak dimanfaatkan dalam bidang pertanian. Prakiraan cuaca 24 jam yang dilakukan oleh
BMG, mempunyai arti dalam kegiatan harian misalnya untuk pelaksanaan pemupukan dan
pemberantasan hama. Misalnya pemupukan dan penyemprotan hama perlu dilakukan pada
pagi hari atau ditunda jika menurut prakiraan sore hari akan hujan lebat. Prakiraan permulaan
musim hujan mempunyai arti penting dalam menentukan saat tanam di suatu wilayah. Jadi,
bidang pertanian ini memanfaatkan informasi tentang cuaca dan iklim mulai dari perencanaan
sampai dengan pelaksanaannya (Setiawan, 2003).
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
b. Lysimeter
Lysimeter berfungsi Untuk mengukur evapotranspirasi. Cara Pengamatan: Sedot
air perkolasi dan diukur, Jika sebelum pengamatan ada hujan lebih besar atau
sama dengan 10 mm lysimeter tidak perlu disiram. Jika hujan 5-10 mm siram
lysimeter dengan air 5 liter, Jika tidak ada hujan, siram lysimeter dengan air 10
Liter. Hitung evapotranspirasi.