Anda di halaman 1dari 26

Penyakit Penting Produk Pasca Panen

Hama dan Penyakit Penting Tanaman


Dosen Pengampu: Muhammad Akhid
Syib’li, S.P.,M. P., Ph.D
ANGGOTA KELOMPOK 7
1.Akhmad Firdaus (205040201111092)
2.Maharani Rasendrya Balqis (205040200111200)
3.Muhammad Raihan Aulia (205040200111106)
4.Delonix Regia (205040207111039)
5.Thalia Ekaputri (205040201111140)
BUSUK LUNAK PADA WORTEL (Erwina carotovora)
Busuk lunak merupakan salah satu penyakit sayuran
yang paling merusak serta terjadi diseluruh dunia
dimana pun jaringan penyimpanan berdaging
sayuran dan tanaman hias. Hal ini menyebabkan
kerugian total produksi yang lebih besar daripada
penyakit bakteri lainnya (Ummunna dan Austin,
2016).
Penyakit ini disebabkan
oleh bakteri bakteri
Erwinia carotovora.
Busuk Lunak Pada Wortel (Halimah, 2014).
KLASIFIKASI
Kingdom : Bacteria
Filum : Proteobacteria
Kelas : Gamma-proteobacteria
Ordo : Enterobacteriales
Famili : Enterobacteriaceae
Genus : Erwinia
Spesies : Erwinia caratovora (Avandy et al, 2011)

(Ummuna dan Austin, 2016)


GEJALA
Gejala busuk lunak pada umbi wortel adalah berubahnya
warna umbi yakni menjadi lebih gelap (kecoklatan) pada
daun, batang daun dan umbi; perubahan struktur menjadi
lebih lembek (basah dan berair) atau bentuknya tidak
beraturan; bercak membesar dan mengendap (melekuk);
dan ditandai dengan keluarnya cairan dari umbi yang
berwarna putih keruh serta berbau tidak sedap (Bintari et
al, 2015).
BIOEKOLOGI
Bakteri bergerak dengan menggunakan flagella yang dikelilingi sel
bakteri E. carotovora yang merupakan bakteri gram negative,
berbentuk batang yang hidup soliter atau berkelompok dalam
pasangan atau rantai. Sel bakteri berbentuk batang dengan ukuran (1,5
x 2) x (0,6 x 0,9) micron, umumnya membentuk rangkaian sel-sel
seperti rantai dan tidak mempunyai kapsul serta tidak berspora.
Bakteri Mesofilik E. carotovora menghabiskan hidupnya pada suhu
yang berkisar antara 27 – 30 derajat celcius (Christy et al., 2010)
DAUR HIDUP
Infeksi terjadi melalui luka atau lentisel. Infeksi dapat terjadi melalui
luka-luka karena gigitan serangga atau karena alat-alat pertanian.
Larva dan imago lalat buah dapat menularkan bakteri. Karena
serangga ini, membuat luka dan mengandung bakteri dalam tubuhnya.
Di dalam simpanan dan pengangkutan infeksi terjadi melalui luka
karena gesekan, dan sentuhan antara bagian tanaman yang sehat
dengan yang sakit (Christy et al., 2010).
PENGENDALIAN

• Sanitasi yakni menjaga kebersihan kebun dari sisa-sisa tanaman


sakit sebelum penanaman.
• Menanam dengan jarak yang tidak terlalu rapat untuk menghindari
kelembaban yang terlalu tinggi, khususnya pada musim hujan.
PENGENDALIAN

Pada pengendalian pascapanen dilakukan dengan cara:


1. mencuci tanaman dengan air yang mengandung chlorin. Mencuci
tanaman dapat memakai boraks 7,5%
2. Mengurangi terjadinya luka pada waktu penyimpanan dan
pengangkutan.
3. Menyimpan dalam ruangan yang cukup kering, memiliki ventilasi
yang cukup dan sejuk.
(Addy, 2007).
ASPERGILLUS FLAVUS PADA KACANG TANAH

Aspergillus flavus merupakan jamur saprofit yang


hidup di dalam tanah dan mampu menginfeksi
komoditas penting seperti kacang tanah, jagung dan
biji kapas sebelum dan setelah panen (Daryanti et
al., 2015).

(Klich, 2007)
ASPERGILLUS FLAVUS PADA KACANG TANAH
Pada kacang tanah Aspergillus flavus dapat menginfeksi biji
pada saat masa penyimpanan, selain sering ditemukan
menginfeksi biji pada masa penyimpanan, Aspergillus flavus
juga dapat ditemukan menginfeksi biji dan tanaman di
lapangan. Jamur Aspergillus flavus selain dapat
menyebabkan rusaknya biji kacang tanah, dapat juga
menyebabkan kontaminasi aflatoksin pada biji kacang tanah
yaitu metabolit yang dihasilkan dari interaksi antara kacang
(Awanis, 2021)
tanah dengan Aspergillus flavus yang dapat menimbulkan
memicu kanker hari jika dikonsumsi (Daryanti et al., 2015).
KLASIFIKASI
Kingdom: Fungi
Filum : Ascomycota
Kelas : Eurotiomycetes
Ordo : Eurotiales
Famili : Trichocomaceae
Genus : Aspergillus
Spesies : Aspergillus flavus (Rahmawati, 2010)
(CABI, 2019)
MORFOLOGI

Morfologi Aspergillus flavus yaitu koloni berbentuk bulat,


berserabut, datar, berwarna hijau kekuningan, Jamur
Aspergillus flavus mempunyai konidiofor panjang dan kasar,
semakin dekat dengan vesikel akan semakin kasar. Konidia
berbentuk bulat atau lonjong. Aspergillus flavus dapat (Kartana et al., 2011)

tumbuh pada kisar suhu 10-12°C sampai 42-43°C dan pH


optimum 6 (Misnadiarly & Husjain, 2014).
GEJALA
Tanaman kacang tanah yang terinfeksi oleh Gejala yang ditimbulkan oleh Aspergillus flavus
jamur Aspergillus flavus menunjukkan gejala pada biji kacang tanah akan menyebabkan
pada bagian batang tanaman (warna menjadi penurunan kualitas fisik biji, terjadi perubahan
hitam), mengalami pembusukan. Mula-mula warna, kandungan nutrisi menjadi turun, dan
pembusukan hanya terlihat kecil dan daun adanya kontaminasi mikotoksin (Kartana et al.,
berwarna hijau kemudian berubah menjadi 2011).
hijau pucat hingga memudar. Daun yang sudah
memudar seluruhnya akan menjadi kering dan
dapat mengakibatkan kematian pada tanaman
(Bulele, 2014). (Bulele, 2014) (Awanis, 2021)
PENULARAN
Infeksi dari A. flavus pada biji kacang tanah terjadi pada
pertanaman yang mengalami cekaman kekeringan pada fase
reproduktif, terutama 3-6 minggu menjelang panen. A. flavus akan
berkembang biak pada biji apabila senyawa antimikroba,
fitoaleksin (phytoalexin) tidak terbentuk. Dengan terbentuknya
senyawa antimikroba ini, maka A. flavus yang masuk ke dalam biji
akan berada pada kondisi dorman. Pada kadar air biji lebih dari 8%
(Rahmawati, 2010)
dan suhu 25-36 oC, cendawan A. flavus berkembang biak dan
kemudian membentuk aflatoksin (Kasno, 2009).
PENGENDALIAN
Pengendalian pra panen :
 Penggunaan varietas resisten untuk menghindari terjadinya infeksi dari jamur
Aspergillus flavus.
 Pengendalian serangga dan gulma yang menjadi agen penyebaran
menggunakan insektisida atau fungisida.
 Melakukan rotasi tanaman untuk memutuskan siklus hidup dari jamur
Aspergillus flavus.
 Menggunakan irigasi dan melakukan pengaturan kondisi tanah untuk
menghindari cekaman kekeringan pada stadium reproduktif dan menghindari
kelembaban yang tinggi pada kacang tanah.
 Melakukan control biologis dengan menebarkan Aspergillus spp. non-
toksigenik agar dapat berkompetisi dengan Aspergillus flavus.
(Maryam, 2006)
PENGENDALIAN
Pengendalian pasca panen :
 Pemisahan secara fisik dengan cara memisahkan produk yang baik dari produk
yang rusak akibat kerusakan mekanik, serangga, infeksi kapang atau busuk
 Pencucian dan pengenceran kemudian dilanjut dengan pengeringan
 Pengeringan yang dilakukan sesegera mungkin dalam waktu tidak lebih dari 24-
28 jam setelah panen.
 Penyimpanan harus dalam keadaan kering dengan kadar air yang berkisar antara
7-9% untuk negara yang ber iklim tropis dan <13% untuk negara yang beriklim
sedang.
 Penggunaan bahan kimia dan bahan pengikat seperti ammonia sebanyak 2% pada
temperature 20-50 oC dan sodium bisulfit sebanyak 1% pada kelembaban 15%
 Pemanasan dengan cara pemasakan pada suhu sekitar 210 oC atau perebusan pada
suhu 110 oC dan radiasi dengan menggunakan untraviolet.
(Maryam, 2006)
COLLETOTRICHUM CAPSICI PADA CABAI
C.Capsici merupakan jenis jamur penyebab
penyakit antraknosa yang menyerang cabai yang
sangat merugikan. Penyakit antraknosa dapat
menyerang cabai sejak dalam persemaian, biasanya
menyerang pada bagian biji, batang, daun, dan
terutama pada buah. Penyakit antraknosa dapat
menyerang cabai segar yang disimpan 1-2 hari,
sebelum dipasarkan gejala serangan penyakit
antraknosa dapat terlihat hal ini juga didukung
Pratiwi et al., 2016)
dengan kelembapan tempat penyimpanan cabai
yang cukup tinggi (Pratiwi et al., 2016).
KLASIFIKASI
Menurut Singh (1998), klasifikasi jamur Colletotrichum
capsica sebagai berikut:
Divisi : Ascomycotina
Sub divisi : Eumycota
Kelas : Pyrenomycetes
Ordo : Sphaeriales
Family : Polystigmataceace
Genus : Colletotrichum
Spesies : capsici.
Barnett, (2000)
MORFOLOGI
Jamur C. capsici memiliki konidioma acervuli dengan
bentuk bulat atau memanjang dan diameter ±350 µm.
Selain itu, C. capsici banyak memiliki aservulus yang
tersebar di bawah kutikula atau pada permukaan, garis
tengahnya sampai 10 µm, hitam dengan banyak seta. Seta
berwarna coklat tua, lebar pada bagian dasar dan bersekat
kaku meruncing dengan panjang seta ±250 µm dan lebar
±6µ (Pratiwi et al.,2016) (Pratiwi et al., 2016)

(Sulastri et al., 2016)


GEJALA
C.capcisi merupakan salah satu penyebab busuk matang
atau ripe root. Adanya variasi gejala yang tampak
ditimbulkan yaitu ada yang busuk hanya sebagian buah,
baik dipangkal buah, tengah buah maupun ujung buah
bahkan ada yang keseluruhan buahnya menjadi busuk
sehingga kelihatan kering (Semangun 2000). Pada
serangan jamur C. Capsisi mula-mula membentuk bercak
coklat kehitaman lalu meluas menjadi busuk lunak. Pada
bagian tengah bercak terdapat kumpulan titik-titik hitam
yang terdiri dari kelompok seta dan konidia jamur,
(Sulastri et al., 2014)
serangan lanjut mengakibatkan buah mengkerut, kering,
dan busuk.
PENGENDALIAN
• Jarak tanam, yang digunakan yaitu 50x60 cm, sedangkan jarak tanam yang ideal
menurut Kurnianti (2012), yaitu 60x60 cm pada musim kemarau dan musim
penghujan bisa diperlebar 70x70 cm. Tujuannya adalah untuk menjaga kelembaban
udara di sekitar pertanaman cabai.

• Mutu benih Mardinus (2003), menyatakan juga bahwa benih sehat ialah benih yang
bebas dari patogen penyebab penyakit, baik yang berasal dari lapangan, terbawa waktu
panen, pengangkutan, maupun pada waktu penyimpanan

• Penambahan pupuk yang mengandung unsur kalsium tinggi


DAFTAR PUSTAKA
Addy, H. S. 2007. Pengaruh Sumber Mineral Terhadap Penekanan Erwinia carotovora Oleh Pseudomonas Pendar-Fluor Secara In Vitro. Jurnal HPT Tropika.
7(2): 117-124.

Avandy, U., Ratna M. D., Sayekti K. R. 2011. Penyakit Busuk Lunak Erwinia carotovora. Universitas Sebelas Maret.

Awanis. 2021. Mengenal Aflatoksin dan Penanganannya Pada Produk Pertanian. BPTP Kalimantan Selatan:
http://kalsel.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php?option=com_content&view=article&id=1043:awanis-msi&catid=14:alsin&Itemid=43 . Diakses pada
tanggal 18 Oktober 2021.

Barnett, H. L and B. B. Hunter. 2000. Illustrated Genera of Imperfect Fungi. Third Edition. Buergess Publishing Company.

Bintari, N. W. D., Retno K., dan Meitina W. P. 2015. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Penyebab Busuk Lunak Pada Umbi Wortel (Daucus carota L.) Varietas
Lokal di Bali. Jurnal Metamorfosa. 2(1): 9-15.

Bulele, E. A. 2014. Diagnosis Dan Insidensi Penyakit Rebah Kecambah Pada Tanaman Kacang Tanah. Jurnal Universitas Sam Ratulangi.

CABI. (2019, November). Aspergillus flavus (Aspergillus ear rot). Invasive Species Compendium: https://www.cabi.org/isc/datasheet/7432. Diakses pada
14 Oktober 2021.

Christy, M., Muthia, S. H., Raden B. E. B., dan Viktor Sukarya. 2010. Hama dan Penyakit Tanaman Wortel. Makalah: Universitas Padjajaran.

Daryanti, Nurdin, M., & Suharjo, R. 2015. Uji Ketahanan Beberapa Varietas Kacang Tanah Terhadap Aspergillus flavus Yang Berasal Dari Beberapa Daerah
Di Lampung. Jurnal Agrotek Tropika, 3(2): 243-250.
DAFTAR PUSTAKA
Halimah. 2014. Identifikasi Spesies Meloidogyne Pada Tanaman Wortel (Dancus carota L.) Di Kawasan Agropolitan Cianjur, Jawa Barat. Institut Pertanian
Bogor.

Kartana, I. M., Wisaniyasa, N. W., & Duniaji, A. S. 2011. Isolasi Dan Identifikasi Kapang Pada Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Yang Dijual Di
Beberapa Pasar Tradisional Di Provinsi Bali. Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan, 1-9.

Klich, M. A. 2007. Aspergillus flavus: the major producer of aflatoxin. BSPP (British Society for Plant Pathology): https
://bsppjournals.onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/j.1364-3703.2007.00436.x. Diakses pada 18 Oktober 2021.

Kurnianti, N. 2012. Budidaya Cabai. http://www.tanijogonegoro.com/2012/10/cara-praktis-budidaya-cabai.html. Diakses pada tanggal 18 Oktober 2021.

Mardinus. 2003. Patologi Benih dan Jamur Gudang. Andalas Univesity Press. Padang.

Kasno, A. 2009. Pencegahan Infeksi A. flavus dan Kontaminasi Aflatoksin pada Kacang Tanah. Iptek Tanaman Pangan, 4(2), 194-201.

Maryam, R. 2006. Pengendalian Terpadu Kontaminasi Mikotoksin. Jurnal VARTAZOA, 16(1), 21-30.

Misnadiarly, D., & Husjain. 2014. Mikrobiologi Untuk Klinik Dan Laboratorium. Jakarta: Rineka Cipta.

Pratiwi, N. W., Juliantari, E., & Napsiyah, L. K. 2016. Identifikasi jamur penyebab penyakit pascapanen pada beberapa komoditas bahan pangan. Jurnal Riau
Biologia, 1(1).

Rahmawati. 2010. Kontaminasi Aspergillus flavus Penghasil Aflatoksin Pada Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.). Skripsi.
DAFTAR PUSTAKA
Semangun H. 2000. Penyakit-penyakit Tanaman Hortikultura di Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Singh, R.S. 1998. Plant Diseases. Oxford Ibh Publishing Co. PVT.LTD, New Delhi, India.
Sulastri, S., Ali, M., & Puspita, F. 2014. Identifikasi penyakit yang disebabkan oleh jamur dan intensitas serangannya pada tanaman cabai (Capsicum annum
L.) di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Riau (Doctoral dissertation, Riau University).
Ummuna, O. E dan Asuquo A. A. 2016. An Overview of Characterization and Identification of Soft Rot Bacterium Erwinia in Some Vegetable Crops. General
Journal of Biological Sciences. 6(3): 46-55.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai