Anda di halaman 1dari 5

Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) adalah salah satu faktor pembatas dalam

usaha budidaya tanaman. OPT ini terbagi menjadi 3 janis, yaitu vektor dan penyakit, hama,
dan gulma. Organisme yang berupa hewan seperti serangga, hewan pemakan tumbuhan
atau herbivora, tanaman parasit, ataupun bakteri pathogen. Di beberapa kasus organisme
ini menimbulkan banyak sekali kerugian-kerugian yang menyebabkan beberapa tanaman
mati akibat dari pengaruh organisme tersebut. Bahkan kerugian seperti gagal panen sering
terjadi dikarenakan serangan OPT. Pada bagian ini saya akan membahas tentang hama,
hama adalah hewan yang dapat merusak tanaman dari aktivitas yang ditimbulkan, seperti
memakan tanaman inang yang dapat menimbulkan kerugian ekonomi. Salah satu contoh
hama yang akan saya bahas yaitu Kumbang Biji (Callosobruchus chinensis).
KLASIFIKASI DAN TANAMAN INANG

Gambar 1. Kumbang Biji (Callosobruchus chinensis)


Sumber: Herdimastuti (2019)
Callosobruchus chinensis merupakan nama ilmiah dari kumbang biji (nama lokal).
Selain itu, kumbang biji ini di luar negeri memiliki nama Chinese Bruchid, karena berasal
dari subfamili Bruchidae. Kumbang biji merupakan hama yang penting bagi gudang benih
hasil produksi tanaman biji-bijian. Berdasarkan Sari (2016), kumbang biji menyerang hasil
prosuksi tanaman suku Fabaceae seperti alfalfa (Medicago sativa L); kedelai (Glicim max
L) ; kacang hijau (Vigna radiata); kacang tanah (Arachis hypogaea L); kacang merah
(Phaseolus vulgaris L.) dan biji kopi. Hal ini pula didukung oleh pernyatan Patty dan
Rumthe (2020) yang menyatakan bahwa kumbang biji merupakan hama utama bagi
komuditi hasil pertanian berupa kacang hijau dan kacang kedelai.
Berikut ini merupakan klasifikasi kumbang tanduk berdasarkan Mayansari et al., (2014):
 Kingdom : Animalia
 Filum : Arthropoda
 Kelas : Insecta
 Famili : Coleptera
 Subfamili : Bruchidae
 Genus : Calllosbruchus
 Spesies : Callosobruchus chinesis
GEJALA SERANGAN KUMBANG TANDUK

Gambar 2. Gejala Serangan Kumbang Biji.


Sumber: Herdimastuti (2019)
Callosobruchus chinensis merupakan hama yang bersifat polyfag, serta imago dari
hama ini menyukai komuditas kacang hijau yang menyebabkan kerusakan pada masa
penyimpanan. Berdasarkan Gobai et al., (2015), menyatakan bahwa gejala yang
ditimbulkan akibat dari serangan kumbang biji (Callosobruchus chinensis) pada biji
kacang hijau, menyebabkan biji berlubang-lubang dan menghasilkan serbuk/tepung hasil
gerekan. Sedangkan menurut Balai Penelitian Aneka Kacang dan Umbi (2016), gejala yang
ditimbulkan akibat serangan dari kumbang biji (Callosobruchus chinensis) pada biji
kacabg hijau yaitu terbentuknya lubang-lubang di sekitar areal biji kacang hijau dengan
diameter 1 mm dan jika di buka di dalamnya terdapat larva (anakan) dari kumbang biji
tersebut.
BIOEKOLOGI KUMBANG TANDUK

Gambar 3. Bioekologi Kumbang Biji (Callosobruchus chinensis)


Sumber: Sari (2016)
Kumbang biji (Callosobruchus chinensis) memiliki bentuk tubuh (bagi kumbang
dewasa) bulat telur maupun lonjong dengan bagian kepala yang agak runcing, serta
memiliki moncong yang pendek dan femur (tulang paha) tungkai belakang yang
membersar. Memiliki sayap depan berwarna coklat kekuning-kuningan dan adanya
gambaran glap yang terlihat seperti huruf “U” sserta berprontum halus (Mainali et al.,
2015). Pada kumbang biji berkelamin jantan memiliki ukuran tubuh sebesar 2,4 mm – 3
mm, sedangkan pada kumbang biji betina memiliki ukuran tubuh sebesar 2,7 mm – 3,5
mm, sehingga dapat disimpulkan bahwa ukuran kumbang betina lebih besar dibandingkan
dengan kumbang jantan. Kumbang betina indukan (imago) dapat menghasilkan telur
sebanyak 700 butir dalam 1 kali pembuahan. Telur kumbang biji ini berbentuk lonjong
kekuning-kuningan/transparan (abu-abu putih) dengan panjang sebesar 0,5-0,6 mm. telur
ini berbentuk cembung di bagian dorsalnya dan rata pada bagian yang melekat pada inang
(biji yang terserang).
Sedangkan berdasarkan pernyataan dari Sari (2016), menyatakan bahwa telur
kumbang biji memiliki ukuran 0,7 mm, berbentuk gelondong (oval), berkilau, transparan,
dan melekat pada biji kulit kacang hijau (biji yang diserang). Saat telur telah menetas, larva
akan keluar dan menggali lapisan endosperma biji kacang hijau sehingga akan berbentuk
lubang. Tujuan dari larva ini menggali biji kacang hijau yaitu untuk memakan lapisan
endosperma dan/atau untuk menyelesaikan fase pupa larva. Imago (kumbang beranjak
dewasa) jantan maupun betina menyelesaikan fase metamorfosisnya (siklus hidupnya)
dalam kurun waktu 10 -14 hari.
DAMPAK TERHADAP EKONOMI
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Gobai et al., (2015), menyatakan
bahwa dampak kerugian yang ditimbulkan oleh serangan kumbang biji (Callosobruchus
chinensis) terhadap hasil produksi kacang hijau yaitu menyebabkan kerusakan sebanyak
70%. Ditambah pula oleh pernyataan Muslamah (2011), menyatakan bahwa kerusakan
yang ditimbulkan oleh C. chinensis pada genotip kacang hijau rentan mencapai 80–90%,
sedangkan pada genotip tahan sebesar 2,4%–14,3%, dilaporkan pula kehilangan anatara
55–70% dari berat biji dan 45,6–66,3% kandungan protein pada kacang hijau akibat
infestasi hama bruchus. Menurut penelitian dari Patty dan Rumthe (2020) kerusakan pasca
panen yang ditimbulkan oleh adanya serangan hama Bruchid ini mencapai 96%. Kerusakan
pasca panen tinggi ini mencakup nilai ekonomi penting karena biji kacang hijau merupakan
komoditi yang banyak dikonsumsi, memerlukan biaya yang banyak dalam segi
pembenihan, pengolahan tanah, penanaman, pemeliharaan, dan penanganan pasca panen.
DAFTAR PUSTAKA
Gobai, M., Tobing, O. L., & Rochman, N. 2015. Daya Insektisida Ekstrak Daun Otikai
(Alphitonia sp.) dan Ekstrak Buah Pinang (Areca catechu L.) Terhadap Tingkat
Kematian Serangga Hama Gudang Callosobruchus chinensis L. Jurnal Agronida,
1(2). Diakses tanggal 04 November 2021 pukul 16.09.
Herimastutui, Nuning. 2019. Mengenal Hama Gudang Benih: Balai Besar Pengembangan
Pengujian Mutu Benuh Tanaman Pangan dan Hortikultura,
http://bbppmbtph.tanamanpangan.pertanian.go.id/index.php/informasi/370,
diakses tanggal 04 November 2021 pukul 14.46.
Mainali, B. P., Kim, H. J., Park, C. G., Yoon, Y. N., Lee, Y. H., Park, I. H., & Do Bae, S.
(2015). Interactive effects of temperature and relative humidity on oviposition and
development of Callosobruchus chinensis (L.) on azuki bean. Journal of Stored
Products Research, 63, 47-50. Diakses tanggal 04 November 2021 pukul 16.45.
Mayangsari, D., Santoso, L. M., & Riyanto, R. 2014. Potensi Tepung Daun Vavandotan
(Ageratum conyzoides L.) sebagai Bioinsektisida Kumbang Kacang Hijau
(Callosobruchus chinensis L.) dan Sumbangan pada Pembelajaran Biologi di SMA
(Doctoral dissertation, Sriwijaya University).
Patty, J. A., & Rumthe, R. Y. 2020. Mortalitas Kumbang Callosobruchus chinensis Akibat
Pemberian Bubuk Cengkih (Syzygium aromaticum). Agrologia, 9(1).
Sari, Kurnia. 2016. Callosobruchus maculatus, Hama Gudang Kacang Hijau. Balai
Penelitian Aneka Kacang dan Umbi .
https://balitkabi.litbang.pertanian.go.id/infotek/callosobruchus-maculatus-hama-
gudang-kacang-hijau/, diakses tanggal 04 November 2021 pukul 16.19.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai