COVER
OLEH :
SRI MULYANI
1610252014
B. Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui formulasi konsorsium bakteri
yang efektif dalam menekan pertumbuhan bakteri Xanthomonas oryzae pv. oryzae
penyebab penyakit Hawar Daun Bakteri serta pertumbuhan tanaman padi.
C. Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan
formulasi konsorsium bakteri yang efektif sebagai biokontrol terhadap penyakit
hawar daun bakteri pada padi.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
C. Metodologi Penelitian
Penelitian yang akan dilakukan ini bersifat eksperimen yang terdiri dari 2 tahap
yaitu : 1. Optimasi formula rizobakteri dan konsorsiumnya secara in-vitro di
laboratorium dan Tahap 2. Pengujian formula rizobakteri dan konsorsiumnya
secara in-planta di rumah kaca.
1. Optimasi formula rizobakteri dan konsorsiumnya secara in-vitro di
laboratorium
Penelitian ini bersifat eksperimen menggunakan Rancangan Acak Lengkap
(RAL) yang terdiri dari n perlakuan dengan 3 ulangan dengan kontrol positif
menggunakan aquadest, dan kontrol negatif dengan pembanding kimia
(streptomisin sulfat). Perlakuan terdiri dari isolat rizobakteri dan konsorsiumnya
yang diformulasi dengan masing-masing bahan pembawa formula dan disimpan
dalam waktu yang berbeda-beda (tanpa penyimpanan, 2,4,6 minggu). Data
kemudian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam, jika berbeda nyata maka
diuji lanjut dengan Duncan’s New Multiple Range Test (DNMRT) pada taraf 5%
D. Pelaksanaan Penelitian
1. Optimasi formula rizobakteri dan konsorsiumnya secara in-vitro di
laboratorium
1.1. Persiapan Rizobakteri
a. Peremajaan Isolat Rizobakteri
Isolat rizobakteri yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Stenotrophomonas pavanii LMTSA5.4, Stenotrophomonas malthophilia KJKB
5.4, Bacillus cereus AJ3.4, Alcaligenes faecalis AJ1.4, Serratia marcescens AR1,
Pseudomonas fluorescens LPK1.9 yang diperoleh dari koleksi Dr. Haliatur
Rahma, S.Si., MP. di Laboratorium Pengendalian Hayati, Jurusan Hama Penyakit
Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Andalas. Isolat diremajakan dengan
metode gores pada medium TSA, kemudian diinkubasi selama 2x24 jam. Isolat
tersebut kemudian dikonfirmasi dengan dilakukan uji gram dan reaksi
hipersensitif untuk membuktikan apakah hasil uji isolat tersebut masih sama
dengan koleksi.
b. Konfirmasi isolat (Uji Gram dan Reaksi Hipersensitif)
- Uji Gram
Uji Gram bertujuan untuk mengetahui bakteri bersifat Gram positif atau
negatif. Larutan KOH 3% diteteskan di atas kaca objek kemudian ditambahkan
dengan 1 koloni tunggal biakan bakteri endofit yang telah berumur 2 x 24 jam
Apabila terjadi penggumpalan dan terasa lengket ketika jarum ose diangkat maka
bakteri tersebut bersifat Gram negatif, sebaliknya apabila tidak terjadi
penggumpalan dan tidak lengket maka bakteri bersifat Gram positif. (Schaad et
al., 2001)
- Reaksi Hipersensitif
Reaksi hipersensitif bertujuan untuk mengetahui sifat bakteri yang tergolong
patogen terhadap tanaman. Reaksi hipersensitif dilakukan dengan mengikuti
metode yang digunakan oleh Wahyudi et al. (2011), yaitu menggunakan tanaman
tembakau (Nicotiana tabacum) sehat. Isolat bakteri endofit disuspensikan
menggunakan akuades steril dengan kerapatan 108 sel/ml dan dihomogenkan
menggunakan vortex. Inokulasi dilakukan dengan menyuntikkan suspensi ke
bagian permukaan bawah daun tanpa menembus lapisan daun bagian atas
menggunakan jarum suntik volume 1 ml. Pengamatan dilakukan setelah 2 x 24
jam, jika terjadi gejala nekrotik pada bagian daun yang disuntikkan maka berarti
reaksi positif (tergolong patogen), sedangkan jika tidak terjadi gejala nekrotik
pada daun maka berarti reaksi negatif (tidak patogen).
2.3. Penanaman
Setelah perendaman, bibit padi ditanam pada ember (diameter atas= 30
cm, diameter bawah= 20 cm, tinggi= 25 cm) yang telah berisi tanah dan kompos
(2:1) steril sebanyak 3 bibit per ember dengan jarak antar ember 20 cm x 20 cm.
Satu minggu kemudian dilakukan pencabutan 2 bibit padi, sehingga hanya
terdapat 1 bibit padi dalam ember (Reflin et al., 2018).
E. Pengamatan
1. Uji Kompatibilitas Antar Bakteri
Pasangan isolat bakteri bersifat kompatibel apabila tidak tebentuk zona bening
setelah dilakukan pengujian dengan posisi bakteri secara bergantian.
4. Perkembangan Penyakit
a. Masa Inkubasi
Masa inkubasi Xoo diamati setiap hari setelah inokulasi pada daun tanaman
padi sampai tanaman menunjukan gejala pertama pada setiap unit percobaan.
Gejala awal ditandai dengan adanya warna kekuningan pada daun. Efektivitas
penekanan masa inkubasi dihitung dengan menggunakan rumus Sivan dan Chet
(1986) dalam Yanti et al., (2013):
Kn−P
E= X 100% ....................(Rumus 3)
Kn
Keterangan: E : Efektivitas
P : Perlakuan
Kn : Kontrol negatif
b. Kejadian Penyakit
Kejadian penyakit merupakan proporsi tanaman yang terserang patogen dalam
suatu populasi tanaman. Kejadian penyakit diamati pada hari ke- 7 setelah
inokulasi dengan interval 1 minggu. Untuk mengetahui kejadian penyakit akibat
Xoo pada tanaman padi dilakukan dengan mengamati gejala yang muncul, dan
dihitung dengan menggunakan rumus Abbot (1987):
n
I = N × 100% ....................(Rumus 4)
c. Keparahan Penyakit
Keparahan penyakit diamati dengan mengukur panjang hawar daun.
Pengamatan dimulai setelah gejala muncul sampai 30 hari setelah inokulasi
dengan interval 3 hari. Pengukuran dilakukan dari ujung daun yang digunting
hingga titik terjauh munculnya gejala. Data panjang hawar kemudian dikonversi
ke dalam persentase berat serangan dengan membandingkan panjang hawar
dengan panjang daun. Selanjutnya dihitung keparahan penyakit dengan
menggunakan rumus Towsend dan Hueberger (1943) dalam Sholikhin (2014) :
∑ ni ×vi
KP = × 100% ....................(Rumus 5)
Z×N
yi +yi+1
AUDPC = ∑n−1
i ( ) (t i+1 − t i ) ....................(Rumus 6)
2
c. Tinggi Bibit
Tinggi bibit diukur saat bibit muncul ke permukaan dan berumur 7 HSS.
Pengukuran dimulai dari pangkal batang sampai titik tumbuh tertinggi bibit.
Tinggi bibit diamati 1 minggu sekali sampai bibit berumur 20 HSS. Efektifitas
masing-masing perlakuan dihitung menggunakan rumus 3.
d. Jumlah Daun
Jumlah daun diamati dan dihitung sejak daun pertama muncul. Jumlah
daun diamati 1 minggu sekali sampai bibit berumur 20 HSS. Efektifitas masing-
masing perlakuan dihitung menggunakan rumus 3.
e. Panjang Akar
Setelah bibit berumur 20 hari, bibit dicabut dari bak kecambah dan
dibersihkan dari media tanam. Jumlah bibit yang diamati sebanyak 5 bibit untuk
masing-masing perlakuan. Pengukuran dilakukan dari pangkal akar sampai titik
tumbuh akar terpanjang. Efektifitas masing-masing perlakuan dihitung
menggunakan rumus 3.
f. Berat Segar dan Berat Kering (g)
Bibit yang telah dicabut dan dibersihkan dari media tanam kemudian ditimbang
untuk mengetahui berat segar bibit. Berat segar yang diperoleh merupakan bobot
basah per- 5 bibit untuk masing-masing perlakuan. Untuk mengukur berat kering
bibit dibungkus dengan kertas stensil dan dikeringkan di oven pada suhu 60oC
selama 5 jam dan ditimbang (sampai beratnya konstan). Efektifitas masing-
masing perlakuan dihitung menggunakan rumus 3.