Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Biologi Tropis, Januari 2016: Volume 16 (1):69-79 ISSN: 1411-9587

Pengaruh Pemberian Ragi Roti dengan Dosis yang Berbeda Terhadap


Pertumbuhan Populasi Brachionus Plicatilis

Iksan 1*), Muhammad Junaidi 2), Alis Mukhlis 2).


1)
Alumni Program Studi Budidaya Perairan, Universitas Mataram
2)
Staf Pengajar Program Studi Budidaya Perairan, Universitas Mataram
Jl. Pendidikan No. 37 Mataram, NTB.
*)
Iksan_fishery@yahoo.co.id

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dosis ragi roti yang terbaik dalam
kultur Brachionus plicatilis. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli - September
2015 di Laboratorium Mandiri BTN Puri Meninting Kabupaten Lombok Barat.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 6
perlakuan dan diulang sebanyak 3 kali, sehingga diperoleh 18 unit percobaan
yaitu perlakuan A : tanpa pakan, perlakuan B : pakan Nannochloropsis spp.,
perlakuan C : 7,5 mg/L, perlakuan D : 15,0 mg/L, perlakuan E : 22,5 mg/L, dan
perlakuan F : 30,0 mg/L. Hasil penelitian menunjukan bahwa perbedaan dosis
ragi roti berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan populasi Brachionus plicatilis,
dimana kepadatan populasi tertinggi diperoleh pada dosis ragi 30,0 mg/L yaitu 90
individu/mL

Kata kunci : ragi roti, pertumbuhan populasi, Brachionus plicatilis,

ABSTRACT

This study aims to determine the best dose of bakers yeast in culture Brachionus
plicatilis. The research was conducted in July-September 2015 in the Mandiri
Laboratory of BTN Puri Meninting West Lombok District. This experiment uses
a completely randomized design ( CRD ), which consists of 6 treatments and
repeated 3 times , in order to obtain 18 units of trial that treatment A : without
feed , treatment B : feed Nannochloropsis spp., treatment C : 7.5 mg/L, treatment
D : 15.0 mg/L , treatment E : 22.5 mg/L , and treatment F : 30.0 mg/L. The results
showed that the difference in the level of baker's yeast significantly affect the
population growth of Brachionus plicatilis, which obtained the highest population
density in the yeast dose of 30.0 mg/L of 90 individuals/mL

Key word : bakers yeast, population growth, Brachionus plicatilis

69
Jurnal Biologi Tropis, Januari 2016: Volume 16 (1):69-79 ISSN: 1411-9587

I. Pendahuluan cukup tinggi serta dapat diperkaya


Dewasa ini budidaya dengan asam lemak dan antibiotik
perikanan berkembang sangat pesat (Lubzens et al., 1989). Selain itu,
seiring dengan permintaan yang rotifera berpeluang besar dijadikan
semakin besar karena minat biokapsul alami bagi larva, karena
konsumen yang terus bertambah dapat mentransfer senyawa-senyawa
(Khaeriyah, 2014). Usaha budidaya dari lingkungan ke tubuh larva
ini tidak terlepas dari kegiatan (Sahandi dan Jafaryan, 2011), dan
pembenihan sebagai penyedia benih. mengandung sumber senyawa-
Penyediaan benih secara kuantitas senyawa bioaktif penting yang belum
dan kualitas serta berkesinambungan banyak dieksplorasikan.
harus diperhatikan dengan baik. Keberhasilan dalam kultur
Salah satu faktor yang sering rotifera akan sangat tergantung pada
dihadapi dalam kegiatan pembenihan jenis dan kualitas pakan yang
ikan yaitu sulitnya menyediakan diberikan (Dhert et al., 2001;
pakan alami secara kontinyu yang Melianawati et al., 2006). Jenis
dimanfaatkan sebagai makanan awal pakan yang biasa diberikanan untuk
larva ketika kuning telur atau rotifera antara lain fitoplankton, ragi
cadangan makanan habis. Larva yang dan emulsi bahan pengkaya (Dheart,
kehabisan kuning telur sangat 1996). Beberapa jenis fitoplankton
membutuhkan pemasokan makanan yang dapat digunakan sebagai pakan
yang selalu tersedia disekitarnya, jika rotifera diantaranya Chlorella,
makanan telat diberikan maka larva Dunaliela, Nannochloropsis sp.,
akan mati. Tetraselmis sp., Monochrysis
Branchionus plicatilis (Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995;
merupakan salah satu jenis rotifera Warouw, 2010), Isochrysis sp., dan
yang telah digunakan secara luas Pavlova sp. (Widjaja, 2004).
dalam kegiatan pembenihan sebagai Penggunaan pakan fitoplankton
pakan berbagai larva ikan dan sering kali mengalami beberapa
kerang laut (Lubzens et al., 1989). kesulitan seperti penyediaan dan
Rotifera merupakan salah satu penanganan fitoplankton yang
golongan zooplankton yang mulai kurang teliti, sehingga akan dapat
populer dimanfaatkan sebagai pakan mengakibatkan ketidak murnian
alami berbagai larva fauna laut sejak bahkan menjadikan fitoplankton
1960 (Dheart, 1996). Beberapa sebagai media penyakit (Haryanti,
keunggulan yang dimiliki rotifera 2002). Selain itu, kendala yang
sebagai pakan larva diantaranya dihadapi dalam kultur fitoplankton
berukuran kecil (5-200 µm), khususnya pada produksi secara
bernerang lambat sehingga mudah massal ialah ketergantungan terhadap
dimangsa larva, mudah dicerna, kondisi dan musim tertentu, bila
mudah dikembangbiakkan, tidak sesuai maka kultur fitoplankton
mempunyai kandungan gizi yang

70
Jurnal Biologi Tropis, Januari 2016: Volume 16 (1):69-79 ISSN: 1411-9587

akan mengalami kendala dan yang tepat merupakan sumber nutrisi


kematian. bagi Brachionus plicatilis untuk
Ragi roti (bakery yeast) kehidupan dan
merupakan jenis pakan alternatif perkembangbiakannya, karena
yang dapat digunakan apabila kultur penambahan ragi yang tepat pada
fitoplankton tidak mencukupi, media kultur menyediakan berbagai
sehingga kebutuhan pakan rotifera jenis protein, karbohidrat, dan jenis
dapat dipenuhi (Khaeriyah, 2014), mineral (Yoshinaga et al., 1999).
atau dapat ditambahkan emulsi Rendahnya pertumbuhan pada
bahan pengkaya lainnnya seperti penggunaan ragi bukan disebabkan
Scott’s emulsion (Astuti et al., rendahnya unsur nutrien yang ada
2012), dan vitamin (Chilmawati dan dalam ragi, akan tetapi kurang
Suminto, 2009; Fitriani et al., 2013). tepatnya cara pemberian termasuk
Penggunaan ragi sebagai pakan salah satu diantaranya adalah dosis
rotifera dalam penerapannya relatif yang tidak sesuai dengan kebutuhan
mudah dan ketersediannya cukup proteinnya. Oleh karena itu
stabil di pasaran serta dapat disimpan dilakukan penelitian dengan tujuan
lebih lama (Dheart, 1996; Sahandi untuk mengetahui dosis ragi roti
dan Jafaryan, 2011). Ragi juga dapat yang terbaik dalam kultur
berfungsi sebagai probiotik yang Brachionus plicatilis.
menguntungkan karena dapat
mengurangi biya produksi, dan dapat II. Bahan Dan Metode
menjadi substrat organik yang dapat Penelitian ini dilaksanakan
meningkatkan pertumbuhan pada bulan Juli - September 2015 di
Brachionus plicatilis. Ragi memiliki Laboratorium Mandiri Kecamatan
kandungan karbohidrat dan protein Batu Layar Kabupaten Lombok
yang tinggi yang dapat digunakan Barat. Penelitian ini menggunakan
oleh Brachionus plicatilis untuk Rancangan Acak Lengkap (RAL)
pertumbuhan (Pranata, 2009). Selain yang terdiri dari 6 perlakuan dan
itu, ragi yang digunakan sebagai diulang sebanyak 3 kali, sehingga
makanan Brachionus plicatilis juga diperoleh 18 unit percobaan yaitu
dapat berfungsi sebagai probiotik perlakuan A : tanpa pakan,
dan sebagai sumber nutrisi untuk perlakuan B : pakan
menambah nilai gizi hewan air Dhert Nannochloropsis spp., perlakuan C :
et al. (2001). 0,0005 mg/individu, perlakuan D :
Menurut Wohlschlag et al. 0,001 mg/individu, perlakuan E :
(1990) penggunaan ragi 0.6–1.0 0,0015 mg/individu, dan perlakuan
g/106 individu Brachionus plicatilis F : 0,002 mg/individu.
dan minyak ikan 2-3 ml/106 individu Rotifera yang digunakan
diprediksi dapat menghasilkan adalah Brachionus plicatilis,
kepadatan hingga 150-200 ind/ml. fitoplankton adalah Nannochloropsis
Pemberian ragi dengan komposisi sp., dan ragi roti. Wadah dan media

71
Jurnal Biologi Tropis, Januari 2016: Volume 16 (1):69-79 ISSN: 1411-9587

air laut yang digunakan sebelumnya dibutuhkan pada penelitian ini


disterilisasi terlebih dahulu sebelum sebanyak 1.620.000 individu. Jika
digunakan. Kultur Nannochloropsis kepadatan per mL sudah mencapai
spp. dilakukan sebagai penyediaan minimum 81 ind/mL maka rotifera
pakan awal pada rotifera sebelum siap digunakan sebagai hewan uji.
diberikana ragi. Kultur fitoplankton Kemudian ditebar dalam wadah
ini dilakukan pada wadah 20 L toples sebanyak 18 buah dengan
dengan pemberian pupuk UREA 40 volume 1 L dengan kepadatan awal
ppm, ZA 50 ppm, TSP 10 ppm, 15 ind/mL. Selama kultur yang
FeCl3 0,25 ppm, dan EDTA 1,25 berlangsung 14 hari diberikan pakan
ppm sertadiberi aerasi. Kultur 2 x sehari (pagi dan sore) berupa ragi
dimulai dengan kepadatan awal 5 dan nannochloripsis sp., dengan
juta sel/ml kemudian dipelihara dosis sesuai perlakukan, dimana 7,5
selam 10-15 hari. Setiap empat hari mg/L untuk perlakuan C; 15,0 mg/L
dilakukan pemupukan susulan untuk perlakuan D; 22,5 mg/L untuk
dengan konsentrasi pupuk yang sama perlakuan E; 30,0 mg/L untuk
dengan pemupukan awal. perlakuan F, untuk perlakuaan B
Ragi yang digunakan sebagai hanya diberikan Nannochloropsis
pakan untuk Brachionus spp. adalah sp., dengan kepadatan 10.000.000
ragi roti yang diperkaya dengan sel/mL sampai ahir penelitian,
minyak ikan dengan perbandingan sedangkan perlakuan A tidak
1:1 (Mokoginta et al., 2003). Total diberikan pakan.
kebutuhan ragi roti per hari (1,350 Pengamatan jumlah populasi
mg) dicampurkan dengan minyak Brachionus spp. dilakukan setiap 24
ikan 0,8 mL kemudian didiamkan jam menggunakan metode sampling
selama 24 jam pada suhu dingin agar dalam volume 500 µL. Pengambilan
minyak ikan terserap ke dalam ragi. sampel menggunakan pipet mikro
Campuran ragi roti dengan minyak 250 µL. Untuk menginaktivasi
ikan dilarutkan dalam 100 mL hewan uji dilakukan penambahan
aquades dengan perbandingan antara klorin (bahan aktif 5,25 %) sebanyak
ragi dengan pengencer yaitu 0,032 : 5-10% dari volume sampel.
5 (w/v). Larutan ragi roti Pengamatan dilakukan dibawah
dihomogenisasi menggunakan mikroskop dimana sampel diletakan
sendok pengaduk kemudian di dalam sedgwick rafter counter
dibiarkan selama 30 menit sebelum chamber. Data kepadatan digunakan
diberikan sebagai pakan untuk untuk menganalisis pertumbuhan
rotifera. populasi yaitu konstante
Persiapan kultur Brachionus pertumbuhan spesifik (µ) ditentukan
plicatilis menggunakan wadah dengan menggunakan rumus µ = (log
dengan volume 20 L hingga C – log C0)/(t-t0) (C = konsentrasi
mencapai kepadatan minimum 81 akhir pada masa pertumbuhan
ind/ml. Bibit B. plicatilis yang eksponensial, C0 = konsentrasi awal

72
Jurnal Biologi Tropis, Januari 2016: Volume 16 (1):69-79 ISSN: 1411-9587

pada masa pertumbuhan nyata terkecil (BNT) pada taraf yang


eksponensial, (t-t0) = rentang waktu. sama.
Waktu generasi (doubling time)
dengan menggunakan rumus t = log III. Hasil Dan Pembahasan
(2) / µ (t = waktu generasi, hari). Kepadatan populasi
Parameter kualitas air Brachionus plicatilis pada masing-
meliputi salinitas, derajat keasaman masing perlakuan mengalami
air (pH), suhu, dan oksigen terlarut penurunan pada hari pertama,
(DO) diukur pada awal dan akhir selanjutnya pada hari ke-2
penelitian. Oksigen terlarut, salinitas, mengalami peningkatan hingga
dan pH air diukur pada jam 12.00, mencapai kepadatan puncak pada
sedangkan suhu diukur pada jam hari ke-4 dan ke-5 (Gambar 1).
06.00, 12.00, 18.00, dan 24.00. Kepadatan puncak populasi tertinggi
Pengukuran salinitas dilakukan dicapai dengan pemberian pakan ragi
dengan menggunakan refraktometer, roti sebanyak 30,0 mg/L yaitu 90,0
pH menggunakan pH meter digital individu per mL, diikuti dengan
(ketelitian 0,01), suhu menggunakan dosis 22,5 mg/L (54,3 individu per
termometer batang (raksa) dan mL), dosis 15,0 mg/L (40,7 individu
oksigen terlarut menggunakan DO per mL) dan terendah pada dosis 7,5
meter (ketelitian 0,01). mg/L (18,3 individu per ml).
Data pertumbuhan populasi Nannochloropsis spp. yang dijadikan
yang diperoleh dari penelitian sebagai kontrol perlakuan
dianalisis menggunakan analisis menghasilkan kepadatan populasi
sidik ragam pada taraf nyata 5%. 17,7 individu per mL. Pada
Apabila hasil penelitian menunjukan perlakuan tanpa pakan, Brachionus
perbedaan signifikan maka hanya terlihat hingga hari ke-2.
dilanjutkan dengan analisis beda

100.0
Tanpa Pakan
90.0
Kepadatan Brachionus sp.

80.0 Nannochlorop
70.0 sis sp.
60.0
(ind/mL)

50.0
40.0
30.0
20.0
10.0
0.0
0 1 2 3 4 5 6 7 8

Gambar 1. Kepadatan Puncak Populasi Brachionus plicatilis

73
Jurnal Biologi Tropis, Januari 2016: Volume 16 (1):69-79 ISSN: 1411-9587

Berdasarkan analisis sidik menggunakan uji BNT, diperoleh


ragam, perbedaan dosis ragi roti bahwa dosis 30,0 ppm memberikan
memberikan pengaruh secara kepadatan populasi tertinggi dan
signifikan terhadap pertumbuhan waktu generasi yang paling singkat
populasi dan waktu generasi dibandingkan dengan lima perlakuan
Brachionus plicatilis. Hasil uji lanjut lainnya (Gambar 2 dan 3).

120.0 c
kepadatan Brachionus sp. (ind/ml)

100.0
80.0 b
60.0 b
40.0
a a
20.0 a
0.0
Kontrol

Nannochlorop

7.5 ppm

15.0 ppm

22.5 ppm

30.0 ppm
sis spp.

Gambar 2. Rata-rata Kepadatan Populasi Brachionus plicatilis

3.0 b
Waktu penggandaan diri Brachionus

b
2.5
2.0
1.5 b
b c
sp. (hari)

1.0
0.5 a
0.0
Kontrol

Nannochloro

7.5 ppm

15.0 ppm

22.5 ppm

30.0 ppm
psis spp.

Gambar 3. Rata-rata Waktu Generasi Brachionus plicatilis.

Rata-rata waktu yang masing dosis ragi roti (beaker yeast)


dibutuhkan Brachionus plicatilis yang diberikan. Perbedaan waktu
untuk mencapai kepadatan puncak pencapaian kepadatan puncak dalam
terlihat berbeda-beda pada masing- penelitian ini diduga disebabkan oleh

74
Jurnal Biologi Tropis, Januari 2016: Volume 16 (1):69-79 ISSN: 1411-9587

adanya perbedaan ketersediaan bertambahnya waktu kultur dimana


jumlah makanan yang menjadi laju kematian terjadi lebih tinggi dari
sumber nutrisi yang ada dalam media laju pertumbuhan atau mengalami
kultur sehingga dapat mempengaruhi fase kematian. Penurunan kepadatan
pertumbuhan Brachionus plicatilis populasi yang terus berlangsung
pada tiap perlakuan. Yoshinaga et diduga disebabkan oleh ketersediaan
al., (1999) menyatakan bahwa pakan dalam media yang sudah tidak
pemberian ragi roti dengan mencukupi kebutuhan Brachionus
komposisi yang tepat merupakan spp.
sumber nutrisi bagi Brachionus Selama pemeliharaan tidak
plicatilis untuk kehidupan dan dilakukan penambahan dosis pakan
perkembangbiakannya, karena sehingga dengan semakin
dengan penambahan ragi roti yang meningkatnya jumlah populasi maka
tepat pada media kultur maka akan ketersediaan pakan per individu
dapat menyediakan berbagai jenis Brachionus spp akan menurun. Pada
protein, karbohidrat, dan jenis dosis 30,0 ppm dimana kepadatan
mineral. populasi tertinggi yang dicapai pada
Setelah pertumbuhan hari ke-lima sebesar 90 individu per
populasi mencapai puncak, maka ml ketersediaan pakan dalam media
tidak terjadi penambahan individu tumbuh bervolume 8 L adalah 0,33 x
lagi karena laju pertumbuhan 10-6 g/individu lebih rendah dari
seimbang dengan laju kematian (fase yang disarankan oleh Arimoro
stasioner). Setiap perlakuan (2006) dimana untuk penggunaan
memperlihatkan penurunan ragi roti sebagai pakan Brachionus
kepadatan populasi yang berbeda- spp. dosis yang disarankan adalah
beda. Pemberian ragi roti dosis 30 1,0 x 10-6 g/individu. Meskipun
ppm dan 22,5 ppm mengalami dalam perlakuan ini dosis perlakuan
penurunan yang tajam setelah pada awal kultur telah ditingkatkan
melewati kepadatan puncak dimana sebanyak 100% yaitu 2 x 10-6
masing-masing perlakuan mengalami g/individu namun karena jumlah
penurunan sebesar 42,6 % dan 52,1 pakan yang diberikan ditetapkan
% dari kepadatan pada hari pada kosentrasi 30,0 mg/L maka
sebelumnya (kepadatan puncak). dengan bertambahnya jumlah
Pada tiga perlakuan lainnya populasi Brachionus spp.,
penurunan kepadatan populasi ketersediaan pakan semakin tidak
terlihat lebih rendah yaitu 22,1 % mencukupi kebutuhan pakan per
untuk dosis ragi roti 15 ppm, 18,1 % individu. Berdasarkan hal ini maka
untuk dosis ragi roti 7,5 ppm dan dalam pemberian pakan perlu
26,4 % untuk pakan memperhatikan kebutuhan pakan per
Nannochloropsis spp. Penurunan individu yang konstan agar masa
pertumbuhan populasi terus pertumbuhan bisa dipertahankan
berlangsung seiring dengan

75
Jurnal Biologi Tropis, Januari 2016: Volume 16 (1):69-79 ISSN: 1411-9587

lebih lama dengan kepadatan pertumbuhan Brachionus plicatilis


populasi yang lebih tinggi. yaitu 7,7-7,9 dan oksigen terlarut
Kualitas air selama penelitian 7,1-7,5. sehingga dapat disimpulkan
memiliki kisaran yang sama disemua tidak mempengaruhi pertumbuhan
perlakuan sehingga tidak pada setiap perlakuan. Menurut
mempengaruhi pertumbuhan Redjeki (1999) kualitas air
Brachionus plicatilis pada setiap merupakan salah satu faktor penting
perlakuan. Salinitas pada penelitian yang dapat menyebabkan perubahan
ini masih pada kisaran optimal yaitu tingkah laku organisme perairan dan
33-35 ppt. Salinitas mempunyai dapat mempengaruhi tingkat nafsu
pengaruh yang sangat kuat terhadap makan berkurang atau sebaliknya,
derajat reproduksi Brachionus pertumbuhan lambat atau cepat, dan
plikatilis. Bila jenis dan ukuran adanya gangguan hama dan penyakit
Brachionus plicatilis berbeda maka yang akhirnya dapat mempengaruhi
salinitas optimalnya juga akan kelangsungan hidup termasuk
berbeda (Lubzens, 1987). Brachionus plicatilis. Pertumbuhan
Brachionus plicatilis termasuk Brachionus plicatilis juga sangat
euryhaline sehingga memiliki dipengaruhi oleh kualitas air
toleransi salinitas lebar (Fielder et diantaranya yaitu pH, oksigen
al., 2000; Suminto, 2005), namun terlarut, karbondioksida dan salinitas.
akan mengalami perkembangan
terbaik pada salinitas antara 10-20 IV. Kesimpulan dan Saran
ppt, sedangkan salinitas diatas 35 ppt V.
akan mencegah terjadinya reproduksi Perbedaan dosis ragi roti
seksual, pencegahan ini merupakan berpengaruh nyata terhadap
hal yang diinginkan dalam kultur pertumbuhan populasi Brachionus
massal disebabkan karena plicatilis, dimana kepadatan populasi
keberadaan individu jantan dan kista tertinggi diperoleh pada dosis ragi
akan mengurangi tingkat 30,0 mg/L yaitu 90 individu/mL.
pertumbuhan populasi dan hasil Dengan demikian, pemberian ragi
panen secara keseluruhan. roti sebagai pakan Brachionus
Kisaran suhu masih dalam plicatilis sebaiknya dilakukan pada
ambang optimal bagi pertumbuhan dosis 30,0 ppm dan selama
Brachionus plicatilis yaitu kisaran pemeliharaan perlu memperhatikan
25-27 oC. Menurut Isnansetyo dan kebutuhan pakan yang konstan
Kurniastuty (1995), bahwa kisaran dengan cara meningkatkan dosis
suhu yang optimum untuk pakan secara bertahap sesuai dengan
pertumbuhan dan reproduksi pertumbuhan populasi Brachionus
Brachionus plicatilis yaitu berkisar plicatilis didalam media
antara 220-300C. Kisaran pH yang pemeliharaaan.
diperoleh pada semua perlakuan
masih dalam kisaran yang baik untuk

76
Jurnal Biologi Tropis, Januari 2016: Volume 16 (1):69-79 ISSN: 1411-9587

Daftar Pustaka rotundiformis and Branchionus


plicatilis. Aquaculture, 189
Arimoro, F.O. 2006. Culture of the (2000) : 85-99.
freshwater rotifer, Brachionus
calyciflorus, and its application Fitriani, S.H, D. Bakti, Nurmatias.
in fish larviculture technology. 2013. Pengaruh Beberapa Jenis
African Journal of Pakan Terhadap Pertumbuhan
Biotechnology. 5 (7): 536-541.. Populasi Branchionus spp.
Astuti, P. R., S.L. Sagala, Gunawan, Aquacoastmarine. 3 (2): 33-43.
G.S. Sumiarsa, S., dan P.T. Haryanti. 2002. Teknik Produksi
Imanto. 2012. Optimasi Dosis Pakan Alami. Balai Riset
dan Frekuensi Pakan Dalam Perikanan Budidaya Laut,
Produksi Rotifer (Branchionus Gondol, Bali. 15 p.
plicatilis). Jurnal Ilmu dan Isnansetyo, A. dan Kurniastuty.
Teknologi Kelautan Tropis, 4 1995. Teknik Kultur
(2): 239-246. Phytoplankton & Zooplankton.
Chilmawati, D. dan Suminto. 2009. Penerbit Kanisius. 116 p.
Pengaruh Penggunaan Ragi Khaeriyah, A. 2014. Optimasi
Roti, Vitamin B12, Vitamin C Pemberian Kombinasi
Sebagai Bahan Pengkaya Fitoplankton dan Ragi dengan
Pakan Terhadap Populasi Dosis yang Berbeda Terhadap
Branchionus plicatilis. Jurnal Pertumbuhan rotifer
Saintek Perikanan. 5 (2): 47-53. (Branchionus plicatilis sp.).
Jurnal Balik Diwa. 5 (1): 14-19
Dhert, P. 1996. Rotifers. In : P. Lubzens, E. 1987. Raising Rotifers
Lavens and P. Sorgeloos (ed). for Use in Aquaculture.
Manual on the production and Hydrobiologia. 147: 245-255.
use of live food for Lubzens, E., A. Tanler, and G.
aquaculture. FAO Fisheries Minkoff. 1989. Rotifer as food
Technical Paper, 361. FAO, in aquaculture. Hydrobiologia,
Rome : 49 - 77. 186/187 : 387-400.
Dhert, P., G. Rombaut, G. Suantika, Melianawati, R., A. Hanafi, dan M.
and P. Sorgeloos. 2001. Suastika. 2006. Pengaruh
Advancement of rotifer culture Perbedaan Jenis Pakan
and manipulation techniques in Terhadap Pertumbuhan
Europe. Aquaculture, 2000 Populasi Branchionus
(2001) : 129-146. plicatilis. Jurnal Perikanan (J.
Fielder, D.S., G.J. Purser, and S.C. Fish. Sci.) 8 (1): 118-123.
Battaglene. 2000. Effect of Mokoginta, I., D. Jusadi, T.L.
rapid changes in temperatur Pelawi. 2003. Pengaruh
and salinity on availability of Pemberian Daphnia sp. Yang
the rotifer Branchionus di Perkaya Dengan Sumber

77
Jurnal Biologi Tropis, Januari 2016: Volume 16 (1):69-79 ISSN: 1411-9587

Lemak Yang Berbeda Widjaja, F. 2004. Pendayagunaan


Terhadap Kelangsungan Hidup Rotifera yang Diberi Pakan
dan Pertumbuhan Larva Ikan Alami Berbagai Jenis
Nila, Oreochronis niloticus. Mikroalgae. Jurnal Ilmu-ilmu
Jurnal Akuakultur Indonesia. Perairan dan Perikanan
2.(1): 7-11. Indonesia. 11 (1): 23-27.
Pranata, A. 2009. Laju Pertumbuhan Wohlshlag, N.S., L. Maotang and
Populasi Rotifer (Branchionus C.R. Arnold. 1990. Raising
plicatilis) Pada Media Food Organisms for Intensive
Kombinasi Kotoran Ayam, Larval Culture: II. Rotifer. In :
Pupuk Urea dan TSP, Serta Red Drum Aquaculture. Texas
Penambahan Beberapa Variasi A&M Sea Grant College
Ragi Roti. Skripsi. Fakultas Program No. TAMU-SG-90-
Matematika dan Ilmu 603.p.66-70.
Pengetahuan Alam, Universitas Yoshinaga, T., A. Hagiwara, & K.
Sumatera Utara. 37 Hal. Tsukamoto. 1999. Effect Of
Redjeki, S. 1999. Budidaya Rotifera Conditiones media on the
(Branchionus plicatilis). asexual reproduction of the
Oseana. 24 (2): 27-33. monogont rotifer Branchionus
Sahandi, J., and H. Jafaryan. 2011. plicatilis O.F. Muller.
Rotifer (Branchionus plicatilis) Hydrobiologia. 412:103-110.
culture in batch system with
suspension of algae
(Nannochloropsis oculata) and
bakery yeast (Saccharomyces
cerevisiae). AACL Bioflux,
4(4) : 526-529.
Suminto. 2005. Budidaya Pakan
Alami Mikroalgae dan Rotifer.
Universitas Diponegoro.
Program Studi Budidaya
Perairan, Jurusan Perikanan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan. Buku Ajar Mata
Kuliah Budidaya Pakan Alami.
72 Hal.
Warouw, V. 2010. Memaksimalkan
Potensi Dormansi Pada Rotifer
Branchionus rotundiformius
Melalui Mating Eksperiment.
Jurnal Perikanan dan Kelautan.
6 (1): 31-35.

78
Jurnal Biologi Tropis, Januari 2016: Volume 16 (1):69-79 ISSN: 1411-9587

79

Anda mungkin juga menyukai