Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Biologi Tropis, Januari - Juni 2016: Volume 16 (1):10-17 ISSN: 1411-9587

POPULASI BAKTERI NORMAL DAN BAKTERI KITINOLITIK PADA


SALURAN PENCERNAAN LOBSTER PASIR (Panulirus homarus L.) YANG
DIBERI KITOSAN

NORMAL BACTERIA POPULATION AND CHITINOLYTIC BACTERIA AT


DIGESTIVE SYSTEM OF SAND LOBSTER (Panulirus homarus L.) WITH FED
CHITOSAN

Baiq Nihayatun Nufus1, Galuh Tresnani1, Faturrahman1

1
Program Studi Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Mataram
Jl. Majapahit No. 62 Mataram 83125, Tlp/Fax. 0370 646506, e-mail: nihayabq@gmail.com

ABSTRAK

Pertumbuhan lobster pasir (Panulirus homarus) sangat bergantung pada bakteri-


bakteri yang terdapat pada saluran pencernaan. Salah satu upaya untuk meningkatkannya
adalah dengan penambahan kitosan yang akan berpengaruh terhadap bakteri-bakteri
kitinolitik saluran pencernaan lobster. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
perbandingan jumlah bakteri kitinolitik dan bakteri normal pada saluran pencernaan lobster
pasir (Panulirus homarus). Penelitian dilakukan selama 3 bulan di Balai Perikanan
Budidaya Laut Lombok, Sekotong. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap
(RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan dengan variasi berat kitosan per-kg pakan (0 g, 1
g, 2 g dan 4 g). Sampel yang diambil dari saluran pencernaan lobster yaitu bagian usus dan
lambung. Seri pengenceran 10-6 cfu/ml, 10-7 cfu/ml dan 10-8 cfu/ml diisolasi pada media
Plate Count Agar (PCA) dan dimurnikan pada media agar kitin. Perhitungan total bakteri
menggunakan analisis Total Plate Count (TPC). Hasil penelitian variasi berat kitosan
diperoleh angka lempeng total bakteri pada kontrol, P1, P2 dan P3 secara berturut-turut
pada media PCA adalah 49,5x109 cfu/ml, 52,1x109 cfu/ml, 25,1x109 cfu/ml dan 15,8x109
cfu/ml dan pada media agar kitin adalah 5x107 cfu/ml, 272x107 cfu/ml, 241x107 cfu/ml dan
55x107 cfu/ml. Jumlah populasi bakteri tertinggi pada P1 sebesar 52,1x109 cfu/ml pada
media PCA dan P1 pada media kitin agar sebesar 272x107 cfu/ml. Berdasarkan hasil
analysis of variance (ANOVA 5%) menunjukkan perlakuan variasi berat kitosan per-kg
pakan tidak berpengaruh nyata.

Kata kunci: lobster pasir, bakteri normal, bakteri kitinolitik, saluran pencernaan, kitosan,
metode TPC.

ABSTRACT

The grow of sand lobster (Panulirus homarus L.) is extremely depend on a lot of bacteria
which is found at digestive system. On of the effort to increase it for chitosan addition that
influence to chitinolytic bacteria of sand lobster (Panulirus homarus L.) at digestive
system. The research aimed to find out amount of comparation between chitinolytic
bacteria and normal bacteria of sand lobster (Panulirus homarus L.) at digestive system
10
Jurnal Biologi Tropis, Januari - Juni 2016: Volume 16 (1):10-17 ISSN: 1411-9587

which is donefor for three months at Mariculture Hall Lombok, Sekotong. This research
use completely randomized design with 4 treatment and 3 test of variation weight of
chitosan each kg woof (0 g, 1 g, 2 g dan 4 g). The sampleis taken through its colon and
stomach. Melting series 10-6 cfu/ml, 10-7 cfu/ml dan 10-8 cfu/ml are isolated on Plate Count
Agar (PCA) and be purified on Chitin Agar Media. The total calculation of bacteria that
using Total Plate Count (TPC). The result of chitosan weight variationhas found a total
plate count of bacteria on control, P1, P2 and P3 continuously at PCA media are 49,5x109
cfu/ml, 52,1x109 cfu/ml, 25,1x109 cfu/ml dan 15,8x109 cfu/ml and Chitin Agar Media are
5x107 cfu/ml, 272x107 cfu/ml, 241x107 cfu/ml dan 55x107 cfu/ml. the highest is on P1 is
about 52,1x109 cfu/ml and P1 for Chitin Agar Media is about 272x107 cfu/ml. Based on
the results of analysis of variance (ANOVA 5%) show chitosan weight variation treatment
each kg woof did not significantly affect.

Keywords: sand lobster, normal bacteria, bacteria chitinolytic, gastrointestinal tract,


chitosan, TPC method.

PENDAHULUAN sangat penting untuk menunjang


kelangsungan hidup inang.
akteri normal adalah Kitosan menjadi prebiotik alami

B mikroorganisme yang menempati


suatu daerah tanpa menimbulkan
penyakit pada inang yang ditempati.
yang diberikan bersamaan dengan pakan
kombinasi pada lobster hijau pasir
(Panulirus homarus). Kitosan memiliki
Tempat paling umum dijumpai bakteri gugus aktif yang akan berikatan dengan
normal adalah tempat yang terpapar mikroba sehingga kitosan mampu
dengan dunia luar yaitu kulit, mata, menghambat pertumbuhan mikroba. Saat
mulut, saluran pernafasan atas, saluran ini, kitosan telah diproduksi secara
pencernaan dan saluran urogenital industri di negara-negara maju terutama
(Trampuz et al, 2004). Jepang dan Amerika Serikat dan
Bakteri normal berperan penting mengalami peningkatan yang cukup
dalam mensintesis vitamin, mensekresi tajam. Produksi kitosan ini, dapat
enzim, dan membantu pencernaan mengurangi jumlah limbah cangkang
nutrien. Bakteri normal dapat menekan udang atau cangkang crustacea lainnya
pertumbuhan bakteri patogen sehingga yang jumlahnya sangat melimpah di alam
dapat melindungi inang dari serangan dan dapat menjadikannya salah satu
penyakit serta merangsang fungsi sumber daya alam alternatif untuk limbah
kekebalan tubuh. Keseimbangan bakteri cangkang (Mahatmanti & Sumarni,
normal merupakan salah satu faktor yang 2003).
sangat menentukan status kesehatan pada Penambahan kitosan pada pakan
inang (Aslamyah et al., 2009). akan berpengaruh terhadap bakteri-
Kesehatan inang juga berpengaruh bakteri kitinolitik saluran pencernaan
terhadap pemberian pakan karena mampu lobster. Bakteri kitinolitik merupakan
meningkatkan bakteri normal pada kelompok bakteri yang mampu
saluran pencernaan. Selain itu pakan menghasilkan enzim kitinase untuk
menguraikan zat kitin (Budiani et al.,
11
Jurnal Biologi Tropis, Januari - Juni 2016: Volume 16 (1):10-17 ISSN: 1411-9587

2004 dalam Fitri & Yasmin, 2011). menggunakan waring hitam berlipat
Rostinawati (2008) mengatakan bahwa untuk meminimalisir kanibalisme.
enzim kitinase yang dihasilkan oleh
bakteri kitinolitik berasal dari proses daur
ulang kitin. Bakteri kitinolitik juga dapat Persiapan Hewan Uji
mengubah kitin menjadi bahan organik Lobster yang digunakan adalah
sehingga dapat digunakan sebagai sumber lobster pasir (Panulirus homarus L.) yang
nitrogen dan karbon. dikumpulkan dari hasil tangkapan
Penambahan kitosan pada pakan nelayan di Pantai Teluk Awang, Lombok
diharapkan mampu meningkatkan Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB).
jumlah bakteri kitinolitik untuk Lobster yang baru tiba diaklimatisasi dan
membantu bakteri normal pada saluran digrading. Aklimatisasi dan grading
pencernaan lobster pasir (Panulirus bertujuan untuk mengadaptasikan hewan
homarus) menekan pertumbuhan bakteri uji dengan lingkungan yang baru dalam
patogen dan menunjang kelangsungan wadah penelitian dan pengelompokan
hidup lobster. hewan uji berdasarkan kisaran ukuran
berat. Lobster diaklimatisasi selama 10
BAHAN DAN METODE hari sebelum digunakan untuk penelitian.
Selama proses ini, lobster diberi pakan
Penelitian ini bersifat yang tidak ditambahkan kitosan.
eksperimental menggunakan rancangan
acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan Pembuatan Pakan
variasi berat kitosan per-kg pakan (0 g, 1 Pakan terdiri atas 70 % pakan alami
g, 2 g dan 4 g) dan 3 ulangan sehingga udang putih dan 30 % pakan alami
terdapat 12 unit percobaan. Penentuan tambahan, yang berupa Gracilaria sp.
jumlah kitosan yang diberikan dan Diadema sp. (Trijoko, 2003).
berdasarkan pada penelitian Niu et al., Penelitian ini menggunakan pakan alami
(2011). Penelitian ini juga bersifat yang menyesuaikan dengan makanan
deskriptif eksploratif, karena penelitian alami lobster di alam bebas berdasarkan
ini dilakukan untuk mengetahui jumlah data penelitian Mashaii et al. (2011).
koloni bakteri pada saluran cerna lobster Pakan tersebut dibuat menjadi pellet
pasir. Penelitian ini dilaksanakan selama dengan penambahan kitosan yang
3 bulan yaitu dari bulan Juni ± Agustus merupakan bahan komersil dan
2015 di Balai Perikanan Budidaya Laut dipadukan dengan bahan-bahan pakan
(BPBL) Desa Gili Genting, Sekotong, lainnya.
Kabupaten Lombok Barat, Provinsi Nusa
Tenggara Barat. Pemeliharaan Benih Lobster Pasir
(Panulirus homarus L.)
Persiapan Wadah Pemeliharaan lobster pasir
Wadah penelitian yang digunakan (Panulirus homarus L.) dilakukan selama
adalah bak beton sebanyak 1 buah, 43 hari dan diberikan pakan berupa pellet
berukuran 4,85 x 2,9 x 1,6 m. Bak beton sesuai perlakuan. Pakan diberikan 3 kali
diisi 12 keranjang berukuran 0,5 x 0,5 x 1 sehari sebesar 15 %/hari dari biomassa
m (keranjang hasil modifikasi waring lobster yaitu pukul 08.00 WITA sebanyak
hitam) dan dilengkapi dengan shelter 5 %, pukul 14.00 WITA sebanyak 2%
12
Jurnal Biologi Tropis, Januari - Juni 2016: Volume 16 (1):10-17 ISSN: 1411-9587

dan pukul 18.00 WITA sebanyak 8%. yang diperoleh dicuci dengan akuades
Persentase pakan disesuaikan dengan hingga pH netral dan dikeringkan
pertambahan biomassa lobster setiap 14 kembali dalam oven selama 24 jam
hari sekali. Pengukuran kualitas air di bak pada suhu 60ºC, diperoleh kitin (Fitri
pemeliharaan meliputi suhu, salinitas, &Yasmin, 2011).
pH, oksigen terlarut (DO), nitrat (NO3), Pembuatan Media Pertumbuhan
nitrit (NO2), dan amonia (NH3). Suhu air Bakteri
diambil setiap hari sebanyak 3 kali sehari x Media PCA
yaitu pagi, siang dan sore, sedangkan Sebanyak 22,5 g serbuk media Plate
derajat keasaman (pH), oksigen terlarut Count Agar didispersikan dengan air
(Dissolved Oxygen), salinitas, nitrat laut steril hingga 1000 ml. Medium
(NO3), nitrit (NO2), amonia (NH3) dididihkan di atas penangas air dan
diambil saat awal dan akhir penelitian disterilkan di dalam autoklaf pada
serta dianalisis di laboratorim Balai suhu 121°C selama 15 menit dengan
Perikanan dan Budidaya Laut Lombok tekanan di atas 1 atm.
(BPBL).
x Media agar kitin
Pembuatan kitin Media agar kitin (gr/L) terbuat dari
Sampel yang digunakan untuk beberapa komposisi diantaranya 2 gr
pembuatan kitin adalah limbah cangkang NaNO3, 1 gr yeast ekstrak, 0,5 gr
rajungan. Cangkang rajungan yang K2HPO4, 0,2 gr MgSO4, 0,02 gr
diperoleh dicuci hingga bersih dan CaCl2, 0,02 gr MnSO4, 0,02 gr FeSO4,
dikeringkan dibawah sinar matahari 20 gr Nutrien Agar dan 2 gr kitin
selama satu hari. Cangkang kering dengan ditambahkan 1000 ml air laut
kemudian digiling hingga menjadi serbuk steril. Medium dididihkan di atas
halus. Proses pembuatan kitin selanjutnya penangas air dan disterilkan di dalam
meliputi tahap deproteinase dan tahap autoklaf pada suhu 121°C selama 15
demineralisasi. menit dengan tekanan di atas 1 atm.
x Tahap deproteinasi: Sebanyak 50 gr
serbuk kulit rajungan dimasukkan ke Persentase Rendaman
dalam erlenmeyer dan ditambahkan Rendemen kitin ditentukan
NaOH 1 N sebanyak 500 ml. berdasarkan persentasi berat kitosan yang
Campuran kemudian diaduk di atas dihasilkan terhadap berat bahan baku
magnetic stirer selama 2 jam pada rajungan sebelum diproses (Zahiruddin,
suhu 80ºC. Endapan yang terbentuk et al, 2008 dalam Agustina & Kurniasih,
dipisahkan dari filtrat. Endapan dicuci 2013):
dengan akuades hingga pH netral dan
selanjutnya dikeringkan dalam oven % 4AJ@=I=J
selama 24 jam pada suhu 60ºC (Fitri & >AN=P GEPEJ U=JC @ED=OEHG=J
= : 100%
$AN=P =S=H
Yasmin, 2011).
x Tahap demineralisasi: Sebanyak 24 gr
Pengambilan Isi Saluran Pencernaan
kulit rajungan kering hasil
Lobster
deproteinasi dilarutkan dalam HCl 2 N
Isi saluran pencernaan lobster pasir
sebanyak 240 ml. Campuran kemudian
dari tiap perlakuan dan ulangan diambil
didiamkan pada suhu kamar. Endapan
13
Jurnal Biologi Tropis, Januari - Juni 2016: Volume 16 (1):10-17 ISSN: 1411-9587

sebagai sumber inokulum melalui secara keseluruhan dari suatu bahan.


pembedaan. Bagian dari organ Analisis TPC menggunakan media Plate
pencernaan digerus menggunakan mortar Count Agar (PCA) dengan menanam 0,1
lalu ditimbang sebanyak ±0,5 g (1-2 ekor ml sampel dari pengenceran ke dalam
lobster) menggunakan timbangan cawan petri, kemudian diinkubasi selama
analitik. Saluran pencernaan lobster pasir 48 jam pada suhu 350 C (Zaki, 2012).
yang telah halus diencerkan dengan 4,5 Hasil penghitungan koloni berupa (cfu)
mL air laut steril, campuran ini per ml/g. Perhitungan koloni dilakukan
dihomogenkan dengan vortex untuk pada seri pengenceran 10-6 cfu/ml, 10-7
mendapatkan larutan sampel dengan cfu/ml, dan 10-8 cfu/ml. Koloni bakteri
konsentrasi 10-2 cfu/ml. diletakkan pada cawan petri dalam kamar
hitung, alat penghitung diatur pada posisi
Pengenceran Sampel nol dan koloni bakteri mulai dihitung
Larutan stok dengan pengenceran dengan menggunakan jarum penunjuk
-2
10 cfu/ml dicuplik sebanyak 1 mL dan sambil melihat jumlah pada layar hitung.
dilarutkan kedalam air laut steril Perhitungan jumlah koloni dari 30-300
membentuk larutan seri pengenceran 10-3 koloni menggunakan rumus sebagai
cfu/ml. Larutan tersebut divortex hingga berikut (Fardiaz, 1993 dalam
homogen. Prosedur yang sama dilakukan Damongilala, 2009):
untuk membuat seri pengenceran sampai
dengan 10-8 cfu/ml. 6KP=H $=GPANE
1
= ,QIH=D GKHKJE $=GPANE T
2AJCAJ?AN=J
Isolasi Bakteri
Larutan dengan seri pengenceran
Analisis Data
10 cfu/ml, 10-7 cfu/ml, dan 10-8 cfu/ml
-6
Data hasil penelitian dianalisis
masing-masing diambil sebanyak 0,1 ml
dengan menggunakan Analisis Varian
kemudian isolasi pada media PCA
Satu Arah pada taraf signifikansi 5%
dengan teknik sebar menggunakan
untuk mengetahui pengaruh. Data
spreader dan dilakukan secara duplo
dianalisis dengan Microsoft Excel.
untuk setiap pengenceran. Biakan
diinkubasi pada suhu 35 0C selama 48
HASIL DAN PEMBAHASAN
jam. Setelah masa inkubasi, koloni
bakteri yang tumbuh pada media PCA
Ekstrak Kitin
dihitung. Koloni bakteri yang tumbuh
Ekstrak kitin diperoleh dari limbah
pada media PCA diisolasi ke media kitin
cangkang rajungan kering dalam bentuk
agar dengan metode gores dan diinkubasi
serbuk. Data hasil rendaman isolasi kitin
pada suhu 350 C selama 24 jam dan
dari cangkang rajungan diperoleh sebesar
jumlah koloni bakteri yang tumbuh
14 %. Hasil kitin yang diperoleh sedikit,
dihitung.
hal ini dipengaruhi tahapan isolasi kitin,
pada penelitian ini urutan isolasi kitin
Perhitungan Total Bakteri
dimulai dari deproteinasi-demineralisasi
Penghitungan Total Bakteri
sedangkan pada penelitian Agustina &
menggunakan metode Total Plate Count
Kurniasih (2013) urutan isolasi kitin dari
(TPC) yang merupakan metode
demineralisasi-deproteinasi diperoleh %
pendugaan jumlah mikroorganisme
14
Jurnal Biologi Tropis, Januari - Juni 2016: Volume 16 (1):10-17 ISSN: 1411-9587

rendemen kitin sebesar 36,76%. Isolasi kitosan / kg pakan dan 4 gr kitosan / kg


dengan urutan demineralisasi- pakan angka lempeng total bakterinya
deproteinasi menghasilkan rendemen adalah 25,1 x 109 cfu/ml dan 15,8 x 109
lebih banyak dibandingkan dengan tahap cfu/ml.
isolasi deproteinasi-demineralisasi. Hal
ini disebabkan karna mineral membentuk Tabel 2.Angka Lempeng Total Bakteri
shield (pelindung) yang keras pada kulit pada Saluran Pencernaan
udang, sehingga dengan menghilangkan Lobster Pasir pada Media Agar
mineral terlebih dahulu akan Kitin
mempermudah proses penghilangan Media Agar Kitin
Percobaan
protein sehingga % rendemen kitin lebih (cfu/ml)
besar. Kontrol 5 x 107 cfu/ml
P1 272 x 107 cfu/ml
Total Bakteri Saluran Pencernaan P2 241 x 107 cfu/ml
Lobster P3 55 x 107 cfu/ml
TPC merupakan metode yang Keterangan: cfu/ml = colony forming
sering digunakan dalam analisa jumlah unit/ ml
mikroorganisme. Jumlah mikroorgnisme
dapat langsung dihitung setelah tumbuh Koloni-koloni yang tumbuh ini
dan berkembang biak dengan membentuk membuktikan bahwa mikroorganisme
koloni-koloni. tersebut mampu mendegradasi kitin.
Mikroorganisme ini disebut bakteri
Tabel 1.Angka Lempeng Total Bakteri kitinolitik. Koloni- koloni bakteri yang
pada Saluran Pencernaan tumbuh diduga merupakan bakteri
Lobster Pasir pada Media PCA kitinolitik yang berasal baik dari tubuh
Media PCA lobster pasir itu sendiri dan stimulasi dari
Percobaan
(cfu/ml) pemberian kitosan pada pakan. Dari hasil
Kontrol 49,5 x 109 cfu/ml perhitungan jumlah total bakteri
P1 52,1 x 109 cfu/ml diperoleh hasil yaitu kontrol, P1, P2 dan
P2 25,1 x 109 cfu/ml P3 secara berturut-turut adalah 5 x 107
P3 15,8 x 109 cfu/ml cfu/ml, 272 x 107 cfu/ml, 241 x 107
Keterangan: cfu/ml = colony forming unit/ cfu/ml dan 55 x 107 cfu/ml.
ml ALT
jumlah sel bakteri ( cfu/ml)

Media agar kitin


10000
Jumlah koloni yang tumbuh pada
x10000000

media PCA sangat beragam dengan 1000


jumlah dari masing-masing percobaan. 100
Pada kontrol yang diberikan 0 gr kitosan / 10
kg pakan memiliki angka lempeng total 1
bakteri sebesar 49,5 x 109 cfu/ml. Pada P1 Variasi perlakuan lkitosan per-kg pakan

yang diberikan 1 gr kitosan / kg pakan


angka lempeng total bakteri sebesar 52,1 Gambar 1.Rata-rata jumlah total bakteri
x 109 cfu/ml, jumlah ini lebih besar dari dan bakteri kitinolitik pada
jumlah pada kontrol. Pada P2 dan P3 saluran pencernaan lobster
pasir.
yang masing-masing diberikan 2 gr
15
Jurnal Biologi Tropis, Januari - Juni 2016: Volume 16 (1):10-17 ISSN: 1411-9587

jumlah enzim yang membebaskan


Mikroorganisme kitinolitik adalah sebanyak 1 ämol gula reduksi (N-asetil-
mikroorganisme yang memiliki aktivitas glukosmin) per menit ( Dewi, 2008).
kitinolitik, yaitu dapat mendegradasi kitin Berdasarkan pengamatan koloni
menggunakan enzim kitinase yang bakteri yang terbentuk berwarna putih
dihasilkan. Hal itu dapat dilihat susu, putih dan putih kekuningan. Jumlah
pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri yang diperoleh mengalami
dengan mengisolasi koloni bakteri yang penurunan jumlah bakteri dengan P1
diduga terdapat bakteri kitinolitik ke tertinggi dan P3 terendah pada media
media selektif yang mengandung kitin. PCA dan pada media agar kitin. Angka
Kitinolitik merupakan proses lempeng total bakteri pada P1 dengan
degradasi biomassa kitin yang dilakukan variasi kitosan 1 gr per-kg pakan pada
oleh kerja sel mikroba. Mikroba yang media PCA sebesar 52,1 x 109 cfu/ml
dapat melakukan proses ini adalah jenis dan pada media agar kitin sebesar 272 x
mikroba yang mampu menghasilkan 107 cfu/ml, P2 dengan variasi kitosan 2 gr
kitinase, yaitu suatu jenis enzim yang per-kg pakan pada media PCA sebesar
mampu menghidrolisis makromolekul 25,1 x 109 cfu/ml dan pada media agar
kitin yang terdapat di sekitar lingkungan kitin media sebesar 241 x 107 cfu/ml. P3
mikroba kitinolitik tumbuh (Purkan et al, dengan variasi kitosan 4 gr per-kg pakan
2014). pada media PCA sebesar 15,8 x 109
Degradasi kitin terutama dilakukan cfu/ml dan pada media agar kitin sebesar
oleh mikroorganisme, dimana kitin dapat 55 x 107 cfu/ml, dapat dilihat dari hasil
merupakan sumber karbon dan nitrogen yang diperolah (Gambar 1.)
untuk pertumbuhannya. Terdapat dua membuktikan bahwa variasi kitosan yang
macam lintasan perombakan kitin, diberikan pada pakan lobster pasir tidak
lintasan perombakan kitin yang belum mampu memicu bertambah banyaknya
diketahui disebut kitinoklastik, sedangkan populasi bakteri kitinolitik pada saluran
jika lintasan tersebut melibatkan pencernaan lobster pasir berdasarkan
hidrolistik ikatan (1,4) glikosida, maka variasi kitosan yang diberikan.
prosesnya disebut kitinolitik. Hidrolisis
ikatan ini dilakukan oleh enzim kitinase, SIMPULAN
eksokitinase memecah bagian
diasetilkitobiosa dari ujung nonreduksi Perlakuan variasi berat kitosan per-
suatu rantai kitin sedangkan endokitinase kg pakan tidak memberikan pengaruh
memecah bagian ikatan glikosida rantai berbeda nyata (p>0.05) terhadap populasi
kitin secara acak dan menghasilkan bakteri kitinolitik pada salauran
diasetilkitobiosa sebagai hasil utama yang pencernaan lobster pasir (Panulirus
bersama-sama dengan triasetilkitobiosa homarus L.).
akan dirombak secara perlahan menjadi
disakarida dan monosakarida (Setiawati DAFTAR PUSTAKA
et al, 2013).
Aktivitas kitinase merupakan Agustina S. & Y. Kurniasih, 2013, Pembuatan
ukuran jumlah produk yang dihasilkan Kitosan dari Cangkang Udang dan
dari suatu pemecahan substrat kitin. Satu Aplikasinya sebagai Adsorben untuk
unit aktivitas kitinase didefinisikan Menurunkan Kadar Logam Cu,

16
Jurnal Biologi Tropis, Januari - Juni 2016: Volume 16 (1):10-17 ISSN: 1411-9587

Seminar Nasional FMIPA UNDIKSHA Purkan., B. Azizah., A. Baktir & S. Sumarsih.,


III, IKIP Mataram. 2014, Eksplorasi Bakteri Kitinolitik
dari Sampah Organik: Isolasi dan
Aslamsyah, S., H. Y. Azis, Sriwulan & K. G.
Karaktrisasi Enzim Kitinase, Jurnal
Wiryawan, 2009, Mikroflora Saluran
Molekul 9 (2): 128-135.
Pencernaan Ikan Gurame
(Osphronemus gouramy lacepede), Rostinawati, T., 2008, Skrining dan
Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan Identifikasi Bakteri Penghasil Enzim
19 (1): 66-73 Kitinase dari Air Laut di Perairan
Pantai Pondok Bali, Penelitian
Damongilala, L. J., 2009, Kadar Air dan Total
Mandiri, Universitas Padjadjaran
Bakteri pada Ikan Roa (Hemirhampus
Jatinangor.
sp.) Asap dengan Metode Pencucian
Bahan Baku Berbeda, Jurnal Ilmiah Setiawati, J.E., Tarsim, Y. T. Adiputra & S.
Sains 9 (2): 191-198. Hudaidah, 2013, Pengaruh
Penambahan Probiotik Pada Pakan
Dewi, I. M., 2008, Isolasi Bakteri dan Uji
dengan Dosis Berbeda Terhadap
Aktivitas Kitinase Termofilik Kasar
Pertumbuhan, Kelulushidupan,
dari Sumber Air Panas Tinggi Raja,
Efisiensi Pakan dan Retensi Protein
Simalungun Sumatra Utara, Tesis,
Ikan Patin (Pangasius
Universitas Sumatra Utara Medan.
Hypophthalmus), Jurnal Rekayasa dan
Fitri, L. & Y. Yasmin, 2011, Isolasi dan Teknologi Budidaya Perairan 1 (2):
Pengamatan Morfologi Koloni Bakteri 2302-3600.
Kitinolitik, Jurnal Ilmiah Pendidikan
Trampuz, Andrej & A. F. Widmer, 2004,
Biologi, Biologi Edukasi 3 (2): 20-25.
Hand Hygiene: A Frequently Missed
Mahatmanti, F. W. & W. Sumarni, 2003, Livesaving Opportunity During Patient
Kajian Termodinamika Penyerapan Care, Mayo Clinic Proceedings 79:
Zat Warna Indikator Metil Oranye 109±116.
(Mo) dalam Larutan Air oleh
Trijoko, T., Helmiati, & Untari, 2003,
Adsorben Kitosan, Jurnal JSKA 6 (2):
Pemijahan Udang Karang (Panulirus
101-111.
Homarus L) Untuk Pengadaan
Mashaii, N., F. Rajabipour & A. Shakouri, Juvenile Bagi Konservasi Sumberdaya
2011, Feeding Habits of The Scalloped Hayati, Simposium Nasional.
Spiny Lobster, Panulirus homarus ³3HUNHPEDQJDQ Gan Inovasi Teknologi
(Linnaeus, 1758) (Decapoda: $NXDNXOWXU´ )RUXP 7HPX Gan Kontak
Palinuridae) from The South East Bisnis Akuakultur Indonesia,
Coast of Iran, Turkish Journal of Konggres I Masyarakat Akukultur
Fisheries and Aquatic Sciences 11: 45- Indonesia (MAI), Semarang.
54.
Zaki, I., 2012, Pengaruh Lama Penyimpanan
Niu, J., Y.J. Liu, H.Z. Lin, K.S. Mai, H.J. terhadap Kualitas Mikrobiologi
Yang, G.Y. Liang & L.X. Tian, 2011, Biskuit Bayi dengan Substitusi Tepung
Effects of Dietary Chitosan on Growth, Labu Kuning (Cucurbita moschata)
Survival and Stress Tolerance of dan Tepung Ikan Patin (Pangasius
Postlarval Shrimp, Litopenaeus spp) sebagai MP-ASI, (Tesis),
vannamei, Aquaculture Nutrition 17, Universitas Diponegoro.
e406-e412.

17

Anda mungkin juga menyukai