Anda di halaman 1dari 12

Jurnal

JurnalAkuakultur RawaIndonesia
Akuakultur Rawa Indonesia, 8 (2) : 193 - 204 (2020) ISSN
Junardi dan : 2303-2960
Riyandi (2020)

SINTASAN DAN PERTUMBUHAN LARVA CACING NIPAH Namalycastis


rhodochorde (POLYCHAETA: NEREIDIDAE) PADA BUDIDAYA DENGAN DUA
SUMBER PAKAN BERBEDA

Survival and Growth of Nypa Palm Worm Namalycastis rhodochorde Larvae


(Polychaeta: Nereididae) in Cultivation with on Two Different Sources of Feed

Junardi1*, Riyandi1
1
Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Tanjungpura, Jl.Prof. Dr. Hadari Nawawi, Pontianak, Kalimantan Barat, 78124
*
Korespondensi email: junardi@fmipa.untan.ac.id

ABSTRACT

Cultivation is a solution to overcome the decline in nypa palm worm populations in


nature, but its efforts are still facing the problem of high mortality at the early development
stage. The purpose of this research was to obtain the best survival and growth data for nypa
palm worm larvae treated with different feeds. The larvae were obtained through artificial
fertilization maintained with the same stocking density, rearing tanks size and volume of
water. Rearing is differentiated based on two feed treatments, namely fermented palm
fronds and seaweed, Sargassum sp. Nypa palm worm larvae that were fed fermented nypa
palm fronds received better larval growth, although there was no difference in survival.
Further research needs to be done regarding survival and growth of nypa palm worm larvae
with fermented nypa palm fronds as feed but with different stocking densities.

Key words : Diet, Growth, Mass Production, Namalycastis larvae, Survival

ABSTRAK

Budidaya menjadi solusi untuk mengatasi penurunan populasi cacing nipah di alam,
namun upayanya masih mengalami kendala tinginya mortalitas pada tahap perkembangan
awal. Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan data sintasan dan pertumbuhan terbaik
larva cacing nipah yang diberi perlakuan pakan berbeda. Larva yang digunakan didapatkan
melalui fertilisasi artifisial yang dipelihara dengan padat tebar, ukuran wadah pemeliharaan
dan volume air yang sama. Pemeliharaan dibedakan berdasarkan dua perlakukan pakan
yaitu pelepah nipah dan rumput laut Sargassum sp. Cacing nipah yang diberi pakan
pelepah nipah fermentasi mendapatkan pertumbuhan larva lebih baik, walaupun tidak ada
perbedaan keduanya pada sintasan. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terkait sintasan
dan pertumbuhan larva cacing nipah dengan pelepah nipah sebagai pakan namun dengan
padat tebar berbeda.

Kata Kunci: Larva Namalycastis, Pakan, Pertumbuhan, Produksi Massal, Sintasan

193
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Junardi dan Riyandi (2020)

PENDAHULUAN Permintaan akan cacing Polychaeta


masih cukup prospektif karena industri-
Cacing Polychaeta dapat digunakan industri hatchery di Indonesia sangat
sebagai sumber protein pakan pengganti membutuhkan cacing ini sebagai salah
tepung ikan. Pilihan terhadap cacing ini satu pakan penting untuk induk udang.
sebagai solusi sumber pakan karena Cacing nipah merupakan salah satu
kandungan nutrisinya dapat berperan spesies Polychaeta yang memiliki
dalam proses percepatan pertumbuhan, prospek untuk dibudidayakan. Harga
maturasi, pemijahan dan peningkatan cacing ini di Kalimantan Barat mencapai
jumlah larva hidup pada ikan (Parthiban Rp 15.000-20.000/individu dengan bobot
et al., 2006; Murugesan et al., 2011;), tubuh antara 10-50 gram. Industri
krustacea seperti udang (Pinon, 2000; akuakultur dan hatchery udang nasional
Wouter et al., 2002; Nguyen et al., 2012; membutuhkan cacing nipah sehingga
Safarik, 2014) dan kepiting sampai saat ini kebutuhan akan cacing ini
(Varadharajan & Soundarapandian, tidak dapat terpenuhi. Kebutuhan akan
2013). Komposisi dan proporsi yang tepat cacing ini di Kalimantan Barat saja
dari kandungan asam aracidonic (AA), sekitar 1.000 ekor/hari. Saat ini, cacing
asam eicosapentonic (EPA) dan asam nipah asal Provinsi ini juga dikirim ke
decosahexaenoic (DHA) pada Polychaeta Malaysia oleh beberapa pedagang
menjadi faktor penentu sehingga dapat pengumpul di Kota Pontianak.
meningkatkan hasil produksi perikanan Hal tersebut berdampak terhadap
tersebut (Olive, 1999; Safarik, 2014). kondisi populasinya di alam yang terus
Kandungan prostaglandin E2 (PGE2) dari mengalami penurunan akibat
Polychaeta juga merupakan sumber diet pengambilan berlebih dan alih fungsi
terbaik untuk induk udang dibandingkan lahan. Upaya untuk budidaya cacing
pakan hidup lainnya (Meunpol et al., nipah telah dilakukan pada skala
2010). Kandungan nutrisi yang ada pada laboratorium, namun masih menghadapi
Polychaeta tersebut yang menjadikan kendala pada tingginya mortalitas larva.
cacing ini tetap mejadi pilihan sumber Hasil penelitian yang telah dilakukan
pakan dalam industri akuakultur. Hal mendapatkan sintasan larva hanya 0,64%
tersebut diindikasikan dengan tinginya untuk menjadi juvenil (Setyawati et al.,
permintaan Polychaeta. 2014). Penelitian selanjutnya juga

194
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Junardi dan Riyandi (2020)

menunjukkan rendahnya sintasan larva Laboratorium Zoologi Fakultas


dan belum optimalnya pertumbuhan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
juvenil (Setyawati et al., 2015). Faktor- (FMIPA) Universitas Tanjungpura.
faktor penyebab mortalitas dalam
budidaya cacing nipah nampaknya juga ALAT DAN BAHAN
sangat ditentukan oleh krisis sumber
nutrisi dari pakan yang belum tepat sesuai Alat-alat yang digunakan dalam
dengan tahap perkembangan dan penelitian ini antara lain: mikroskop
ketersediaan ruang untuk tumbuh binokular, pinset, pipet tetes, mikrometer
individu dalam media pemeliharaan. okular Olympus, cawan petri diameter 6
Kompetisi terhadap sumber nutrisi dan cm, botol sampel, Handrefraktometer
ruang selama pemeliharaan menjadi dua ATAGO, pH meter, gelas beker, gelas
faktor krusial selama tahap ukur, termometer, saringan larva 40µm
perkembangan larva menjadi juvenil yang dan 62µm dan wadah pemeliharaan
berkontribusi terhadap sintasan dan laju ukuran 60 x 40 x 25 cm3. Bahan yang
pertumbuhan. Tujuan penelitian untuk digunakan Probiotik EM-4 peternakan,
mendapatkan data sintasan dan Molase, Sargassum sp., pelepah nipah,
pertumbuhan terbaik larva cacing nipah air laut, Chlorella viridis dan cacing
yang dipelihara dengan perlakukan pakan nipah.
pelepah nipah (Nypa fruticans) dan
METODE PENELITIAN
rumput laut Sargassum sp. yang
difermentasi.
Mikroalga C. viridis yang
digunakan sebagai pakan awal dikultur
METODE PENELITIAN
dalam ruang kultur mikroalga dengan
pemberian nutrisi F/2 sebanyak 1 ml/hari.
TEMPAT DAN WAKTU
Pakan pelepah nipah dan rumput laut
Penelitian ini dilakukan selama
fermentasi dibuat dengan penambahan
enam bulan mulai bulan Juli-Desember
probiotik (EM-4 peternakan) yang
2019. Sampel induk cacing diambil dari
dicampur dengan Molase dengan
perairan mangrove Sungai Kakap,
perbandingan 1:2. Proses fermentasi
Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan
dilakukan dalam kondisi anaerob selama
Barat. Eksperimen dilakukan di
25 hari. Probiotik yang digunakan 100 ml

195
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Junardi dan Riyandi (2020)

dengan dicampur molase sebanyak 200 masing-masing diisi pelepah nipah yang
ml dan pelapah nipah 10 kg serta rumput telah difermentasi sebanyak 500 gram
laut basah 3 kg. Fermentasi hanya dan juga ditambahkan C. viridis dua kali
dilakukan untuk pakan pelepah nipah sehari setiap pagi dan sore.
sedangkan rumput laut langsung Pemberian pakan dilakukan hanya
diberikan basah. pada awal pemeliharaan larva dan tidak
Larva cacing nipah yang digunakan dilakukan penambahan lagi sampai akhir
untuk penelitian ini diperoleh dari hasil pengamatan karena larva yang diberi
fertilisasi induk cacing nipah secara pakan pelepah nipah akan sulit
artifisial di laboratorium dengan dikeluarkan untuk diamati secara berkala.
mencampur oosit matang dan Pakan C. viridis diberikan masing-masing
spermatozoa. Larva hasil fertilisasi diberi sebanyak 0,5 ml setiap kali pemberian.
pakan awal hanya C. viridis sampai usia Media pemeliharaan diisi air laut dengan
akhir penelitian. Larva yang digunakan salinitas 13 ‰. Kualitas air dikontrol
untuk eksperimen berusia 10 hari dengan setiap hari pada masing-masing wadah
jumlah segmen tubuh 9-10 segmen (post meliputi suhu, pH dan salinitas.
larva). Larva kemudian dipindahkan dari Setiap perlakuan diulang sebanyak
bak pemeliharaan larva awal ke bak-bak tiga kali, sehingga jumlah wadah
eksperimen yang diisi air laut 6 liter pemeliharaan sebanyak 6 bak
dengan salinitas awal 13 ‰. Larva yang pemeliharaan. Respon larva terhadap dua
digunakan 100 individu masing-masing jenis pakan yang berbeda diamati melalui
bak pemeliharaan. laju sintasan dan pertumbuhan larva
Penelitian ini menggunakan dua hanya pada awal dan akhir pengamatan
perlakuan pakan berupa rumput laut dan untuk menghindari kerusakan tubuh larva
pelepah nipah. Perlakuan pakan yang akibat pengambilan.
diberikan yaitu,
Perlakuan 1: wadah pemeliharaan ANALISIS DATA
masing-masing diisi rumput laut
Sargassum dengan bobot basah 500 gram Sintasan dan pertumbuhan diamati
dan diberi C. viridis dua kali sehari setiap pada awal dan akhir penelitian. Sintasan
pagi dan sore. larva dihitung dengan formula, S =
Perlakuan 2: wadah pemeliharaan Nt/No x 100%. Nt: jumlah cacing pada

196
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Junardi dan Riyandi (2020)

pengamatan terakhir, No: jumlah larva HASIL DAN PEMBAHASAN


di awal pengamatan. Data pertumbuhan
menggunakan pendekatan pertambahan Hasil penelitian larva cacing nipah
segmen tubuh dengan pertimbangan yang diberi dua jenis pakan yaitu rumput
sifat elastisitas tubuh cacing sehingga laut Sargassum (RL) dan pelepah nipah
tidak menggunakan pendekatan ukuran (PN) didapatkan nilai sintasan 1-9%
seperti panjang dan bobot tubuh. (Gambar 1). Larva mengalami kematian
Pertambahan segmen yang diamati pada satu bak yang dipelihara dengan
adalah pertambahan segmen mutlak pakan pelepah nipah sementara pakan
(PM) yang dihitung dengan jumlah rumput laut pada semua bak
segmen pada akhir penelitian (St) pemeliharaan masih ditemukan larva
dibandingkan dengan awal penelitian sampai akhir penelitian. Sintasan larva
(So) atau Pt = St-So dan laju yang dipelihara pada media dengan pakan
pertambahan segmen spesifik (LPS) = PN didapatkan rata-rata 4,0±3,60%,
100xlnSt-lnSo/t, t: waktu pengamatan sedangkan untuk pakan RL didapatkan
(90 hari). Respon larva terhadap sintasan rata-rata 5,67±4,16%. Hasil uji t
perbedaan pakan dianalisis mendapatkan p = 0,41 (p>0,05) atau tidak
menggunakan uji t dengan tingkat ada perbedaan sintasan larva antara pakan
kepercayaan 95% setalah sebelumnya RL dan PN.
dilakukan uji normalitas dan
homogenitas data.

Rumput Laut Pelepah Nipah


10
9
8
7
Sintasan (%)

6
5
4
3
2
1
0
I II III
Ulangan

Gambar 1. Sintasan larva cacing nipah Namalycastis rhodochorde pada


pemeliharaan dua jenis pakan berbeda

197
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Junardi dan Riyandi (2020)

Larva cacing nipah baik yang eksternal terdiri atas faktor abiotik
dipelihara dengan pakan RL maupun (kualitas air dan media pemeliharaan)
PN menunjukkan tingkat sintasan yang (Ramee et al., 2020) dan faktor biotik
rendah (<10%). Sintasan yang tinggi (kepadatan dan adanya parasit/patogen)
pada polychaeta Perinereis cultrifera yang muncul selama pemeliharaan.
antara 70-100% didapatkan dari padat Ruang yang sempit atau luas
tebar 15 individu dalam bak permukaan wadah pemeliharaan juga
pemeliharaan berukuran sama 40x60 cm turut menjadi penyebab tingginya
(Elayraja et al., 2011). Padat tebar larva mortalitas. Semakin tinggi luas
pada penelitian ini sebanyak 100 larva permukaan maka larva akan leluasa
nampaknya masih tinggi untuk ukuran bergerak, sebaliknya jika ruang sempit
bak pemeliharaan yang digunakan maka larva rentan terhadap penyakit
sehingga berpengaruh pada sintasan (Schram et al., 2006). Selain itu,
larva karena akan meningkatkan munculnya bakteri patogen selama
kompetisi antar individu terhadap ruang pemeliharaan larva juga dapat
dan pakan (Quiros, 1999). menyebabkan rendahnya sintasan
Selama pemeliharaan juga karena tidak ada penggantian air selama
ditemukan banyak larva cacing nipah pemeliharaan. Faktor-faktor yang terkait
yang dipelihara ke permukaan air dengan sintasan juga akan berpengaruh
dengan kondisi bagian tubuh terputus pada pertumbuhan.
dan kemudian ditemukan mati. Faktor Pertumbuhan larva yang diukur
ini diduga menjadi penyebab rendahnya pada penelitian ini adalah laju
sintasan akibat tingginya padat tebar pertumbuhan spesifik dan mutlak.
karena tingginya kompetisi antar- Bobot dan ukuran tubuh tidak diamati
individu. dengan pertimbangan rendahnya akurasi
Sintasan juga dipengaruhi oleh data yang didapatkan karena ukuran
faktor internal maupun eksternal larva. tubuh larva awal sangat kecil (±200µm)
Faktor internal seperti bobot tubuh, dan tubuh cacing yang elastis sehingga
jenis kelamin, usia, pergerakan, indikator pertumbuhan menggunakan
aklimasi, dan konsumsi oksigen pendekatan penambahan segmen tubuh.
(Safarik et al., 2006; Rosa & Jumlah segmen larva pada awal ada
Saastamoinen, 2017) sedangkan faktor pada kisaran 9-10 segmen. Hasil

198
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Junardi dan Riyandi (2020)

pengukuran laju pertumbuhan mutlak rata-rata pertambahan segmen mutlak


disajikan pada Gambar 2. 231,08±28,80 segmen. Hasil uji t dari
Pertambahan jumlah segmen pertumbuhan mutlak larva didapatkan
mutlak cacing yang dipeliharaan dengan nilai p = 3,89x10-5 atau ada perbedaan
pakan RL rata-rata 176,17±26,97 signifikan pertambahan segmen larva
segmen, sedangkan larva yang antara dua pakan yang diberikan.
dipelihara dengan pakan PN didapatkan

Gambar 2. Pertambahan segmen mutlak rata-rata larva cacing nipah yang


dipelihara pada dua jenis pakan berbeda

Laju pertambahan segmen spesifik Penelitian-penelitian sebelumnya


larva pada kedua jenis pakan disajikan menggunakan berbagai jenis rumput
pada Gambar 3. Pakan RL memiliki laut sebagai pakan Nereis virens
rata-rata laju pertambahan segmen mendapatkan pertumbuhan terbaik pada
sebanyak 2,60±0,15 % sedangkan pakan jenis rumput laut Laminaria (Olivier et
PN didapatkan laju pertambahan al., 1996). Pertumbuhan spesifik dari
segmen rata-rata sebesar 2,98±0,12 %. hasil penelitian ini lebih rendah dengan
Hasil uji t mendapatkan nilai p = pertumbuhan spesifik N. virens yang
6,86x10-6 atau ada perbedaan signifikan dilaporkan oleh Nesto et al., (2012)
laju pertambahan segmen spesifik dengan menggunakan Sargassum
antara dua pakan berbeda yang dengan pertumbuhan spesifik sebesar
diberikan selama penelitian. 3,39%, perbedaan hasil ini nampaknya

199
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Junardi dan Riyandi (2020)

bergantung juga pada pola pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan dengan
masing-masing spesies terhadap rumput laut.
kepadatan karena perilaku kompetisi Padat tebar menjadi faktor
terhadap ruang dan makanan yang penting yang memengaruhi
berbeda (Safarik, et al., 2006). pertumbuhan. Padat tebar tinggi akan
Hasil penelitian penggunaan menyebabkan pertumbuhan lambat
tumbuhan sebagai bahan baku pakan (Parandavar et al., 2015; Brown et al.,
polychaeta juga telah dilaporkan oleh 2011). Padat tebar yang tinggi akan
Meziane & Retiere (2002) terhadap berpengaruh pada kondisi fisiologis
Nereis diversicolor yang mendapatkan larva dengan menurunkan nafsu makan
pertumbuhan terbaik dengan pemberian yang secara langsung akan berakibat
pakan berupa detritus Holophyta bukan pada lambatnya pertumbuhan.
Thallopyta (rumput laut). Sementara itu, Kepadatan yang lebih rendah akan
pelepah nipah adalah pakan alami memberikan pertumbuhan yang lebih
cacing nipah di alam, bahan baku ini baik karena kompetisi pakan yang lebih
difermentasi karena secara alami cacing rendah memberi peluang untuk
nipah di alam banyak ditemukan pada memperoleh energi dari makanan lebih
pelepah nipah yang membusuk. banyak yang akan dimanfaatkan untuk
Penelitian sebelumnya belum ada yang pertumbuhan. Kepadatan larva dengan
menggunakan pakan pelepah nipah padat tebar berbeda perlu teliti lebih
sehingga belum ada data pembanding. lanjut untuk mendapatkan data sintasan
Hasil penelitian ini mendapatkan dan pertumbuhan larva cacing nipah
pakan pelapah nipah fermentasi terbaik.
menunjukkan pertambahan segmen

200
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Junardi dan Riyandi (2020)

Gambar 3. Laju pertambahan segmen spesifik rata-rata (segmen/hari) larva


cacing nipah yang dipelihara pada dua jenis pakan berbeda

Sintasan dan pertumbuhan juga terhadap sintasan dan pertumbuhan


dapat dipengaruhi oleh kualitas air polychaeta Marphysa sanguinea
selama pemeliharaan. Parameter (Parandavar et al,. 2015). Sintasan dan
kualitas air yang dikontrol selama pertumbuhan terbaik untuk Nereis sp
pemeliharaan dapat dilihat pada Tabel didapatkan pada salinitas 15‰ (Rasidi
1. & Patria, 2012). Perbedaan hasil-hasil
penelitian tersebut bergantung pada
Tabel 1. Hasil pengukuran kualitas air
media pemeliharaan larva cacing spesies polychaeta yang digunakan.
nipah N. rhodochorde
Pada penelitian ini, salinitas dikontrol
Parameter Rentang Rata-rata pada konsentrasi 13-16‰ berdasarkan
pH 7,3-7,9 7,6 perkembangan larva N. rhodohorde
Suhu (°C) 24-28 25,6
terbaik yang didapatkan pada penelitian
Salinitas (‰) 13-16 13,7
sebelumnya yaitu 10-15‰ untuk
salinitas dan suhu air antara 25-29°C
Penelitian-penelitian yang
(Junardi et al., 2020), sehingga dapat
melaporkan kualitas air selama
dinyatakan kualitas air selama
pemeliharaan polychaeta antara lain
pemeliharaan masih baik. Sintasan dan
oleh Elayraja et al. (2011) yang
pertumbuhan larva cacing nipah yang
mendapatkan sintasan dan pertumbuhan
rendah selama penelitian bukan
terbaik P. cultrifera dengan suhu air
disebabkan kualitas air selama
antara 22-26°C dan pH air antara 7,4-
pemeliharaan.
7,8. Hasil penelitian lain mendapatkan
suhu 18-22°C tidak berpengaruh nyata

201
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Junardi dan Riyandi (2020)

KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA

Sintasan larva cacing nipah tidak Brown, N., Eddy, S., and Plaud, S.,
2011. Utilization of waste from a
berbeda signifikan antara pakan pelepah
marine recirculating fish culture
nipah dengan rata-rata sintasan system as a feed source for the
polychaete worm, Nereis virens.
4,0±3,60% dan rumput laut rata-rata
Aquaculture, 322-323 : 177-183.
sintasan 5,67±4,16%. Pertambahan
Elayaraja, S., Annamalai, N.,
segmen mutlak dan spesifik memiliki Murugesan, P., Mayavu, P., and
Balasubramanian, T., 2011. Effect
perbedaan signifikan antara rumput laut of amylase on growth, survival
dan pelepah nipah, Pertumbuhan mutlak and proximate composition of the
polychaete, Perinereis
pakan rumput laut rata-rata cultrifera (Grube, 1840).
176,17±26,97 segmen dan pelepah nipah Aquaculture Nutrition, 17 (6) :
627-633.
231,08±28,80 segmen. Pertambahan Junardi, Anggraeni T., Ridwan A., and
segmen spesifik rata-rata rumput laut, Yuwono, E., 2020. Larval
development of nypa palm worm
2,60±0,15% dan pelepah nipah Namalycastis rhodochorde
2,98±0,12% atau pelepah nipah (Polychaeta: Nereididae).
Nusantara Bioscience, 12 (2) :
fermentasi lebih baik dibanding rumput 148-153.
laut untuk pakan cacing nipah. Meunpol, O., Duangjai E., Yoonpon,
Penelitian selanjutnya perlu dilakukan R., and Piyatiratitivorakul, S.,
2010. Detection of prostaglandin
dengan ukuran padat tebar yang lebih E2 in Polychaete Perinereis sp.
rendah (<100 larva) untuk mendapatkan and Its Effect on Penaeus
monodon Oocyte Development in
data sintasan tertinggi dan pertumbuhan Vitro. Fisheries Science, 76 (2) :
larva cacing nipah terbaik. 281-286.
Meziane, T., and Retiere, C., 2002.
Growth of Nereis diversicolor (L.)
UCAPAN TERIMAKASIH juveniles fed with detritus of
halophytes. Oceanologica Acta,
25 (3-4) :119-124.
Kami mengucapkan terima kasih
Murugesan, P., Elayaraja S.,
kepada FMIPA Untan yang telah Vijayalakshmi S., and
memberikan dana untuk penelitian ini Balasubramanian T., 2011.
Polychaetes, a Suitable Live Feed
dan kepada mahasiswa yang telah for Gand Colour Quality of the
membantu kegiatan penelitian di Clownfish Amphiprion sebae
(Bleeker, 1953). Journal Marine
laboratorium.

202
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Junardi dan Riyandi (2020)

Biology Association of India, 53 Pinon, E., 2000. Producing Ragworm


(2) : 1-7. for Shrimps Broodstock
Maturation. Global Aquaculture
Nesto N., Simonini R, Prevedelli, D and
Alliance, 82-84.
Ros, L.D., 2012. Effects of diet
and density on growth, survival Ramee, S.W., Lipscomb, T.N., and
and gametogenesis of Hediste DiMaggio, M.A., 2020.
diversicolor (O.F. Müller, 1776) Evaluation of the effect of larval
(Nereididae, Polychaeta). stocking density, salinity, and
Aquaculture, 362-363 : 1-9. temperature on stress response
and sex differentiation in the
Nguyen, B.T., Koshio, S., Sakiyama,
Dwarf Gourami and Rosy Barb.
K., Ishikawa M., Yokoyama S.,
Aquaculture Reports, 16 : 1-11.
and Kader, M.A., 2012. Effect of
Polychaete Extract on Rasidi, dan Patria, M., 2012.
Reproductive Performance of Pertumbuhan dan sintasan cacing
Kuruma Shrimp, Marsupeneus laut Nereis sp. (Polychaeta,
japonicus Bate-Part II. Ovarian Annelida) yang diberi jenis pakan
Maturation and Tissue Lipid berbeda. Jurnal Riset Akuakultur,
Composition. Aquaculture, 334- 7 (3) : 447-464.
337 : 65-72. Rosa, E., and Saastamoinen, M., 2017.
Olive, P.J.W., 1999. Polychaete Sex‑dependent effects of larval
Aquaculture and Polychaete food stress on adult performance
Science: a mutual synergism. under semi‑natural conditions:
Hydrobiologia, 402 (0) : 175-183. only a matter of size? Oecologia,
184 (3) : 633–642.
Olivier, M., Desrosiers G., Caron A.,
and Retiere C., 1996. Juvenile Safarik, M., 2014. Nutritional Profil of
growth of the polychaete Nereis the Cultivated Tube Worm with
virens feeding on a range of Particular Focus on Penaeid
marine vascular and macroalgal Shrimp Broodstock Maturation
plant sources. Marine Biology, Diet requirements.
125 (4) : 693-699. http://www.aquabait.com.au/
aquaculture-marine-animals-
Parandavar, H., Kim, K-H., and Kim,
nutrition.html.
C-H., 2015. Effects of Rearing
Density on Growth of the Safarik, M., Redden A.M., and
Polychaete Rockworm Marphysa Schreider, M.J., 2006. Density-
sanguinea. Fisheries and Aquatic dependent growth of the
Science, 18 (1) : 57-63. polychaete Diopatra aciculata.
Scientia Marina, 70S3 : 337-
Parthiban, F., Christopher, I.M.M.,
341.
Selvaraj S., Surendraraj, A., and
Venkataraman, V.K., 2006. Schram E., van der Heul J.W., Kamstra
Enhancement of Ovulation in A., and Verdegem M.C.J., 2006.
Goldfish (Carrasius auratus) by a Stocking density-dependent
Suplementary Feed Incorporated growth of Dover sole (Solea
with Polychaete Worm (Marphysa solea). Aquaculture, 252 : 339-
gravelyi). Indian Journal of 347.
Fisheries, 53 (3) : 307-312.

203
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Junardi dan Riyandi (2020)

Setyawati, T.R., Yanti, A.H., dan


Junardi, 2014. Paket Teknologi
Budidaya Cacing Nipah
Namalycastis rhodochorde
(Polychaeta: Nereididae).
Laporan Penelitian Hibah
Bersaing Tahun I. Universitas
Tanjungpura. Pontianak.
Setyawati, T.R., Yanti, A.H., dan
Junardi, 2015. Paket Teknologi
Budidaya Cacing Nipah
Namalycastis rhodochorde
(Polychaeta: Nereididae).
Laporan Penelitian Hibah
Bersaing Tahun II. Universitas
Tanjungpura. Pontianak.
Varadharajan D., and Soundarapandian
P., 2013. Contribution of
Polychaetes in Feeding Capability
of Commercially Important Crabs,
South East Coast of India. Journal
of Marine Science Research and
Development, 3 (2) : 1-6.
Wouter, R., Zambrano B., Espin, M.,
Calderon, J., Lavens P., and
Sorgeloos, P., 2002. Experimental
Broodstock Diets as Partial Fresh
Food Substitutes in White Shrimp
Litopenaues vannamei B.
Aquaculture Nutrition, 8 (4) :
249-256.

204

Anda mungkin juga menyukai