JurnalAkuakultur RawaIndonesia
Akuakultur Rawa Indonesia, 8 (2) : 193 - 204 (2020) ISSN
Junardi dan : 2303-2960
Riyandi (2020)
Junardi1*, Riyandi1
1
Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Tanjungpura, Jl.Prof. Dr. Hadari Nawawi, Pontianak, Kalimantan Barat, 78124
*
Korespondensi email: junardi@fmipa.untan.ac.id
ABSTRACT
ABSTRAK
Budidaya menjadi solusi untuk mengatasi penurunan populasi cacing nipah di alam,
namun upayanya masih mengalami kendala tinginya mortalitas pada tahap perkembangan
awal. Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan data sintasan dan pertumbuhan terbaik
larva cacing nipah yang diberi perlakuan pakan berbeda. Larva yang digunakan didapatkan
melalui fertilisasi artifisial yang dipelihara dengan padat tebar, ukuran wadah pemeliharaan
dan volume air yang sama. Pemeliharaan dibedakan berdasarkan dua perlakukan pakan
yaitu pelepah nipah dan rumput laut Sargassum sp. Cacing nipah yang diberi pakan
pelepah nipah fermentasi mendapatkan pertumbuhan larva lebih baik, walaupun tidak ada
perbedaan keduanya pada sintasan. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terkait sintasan
dan pertumbuhan larva cacing nipah dengan pelepah nipah sebagai pakan namun dengan
padat tebar berbeda.
193
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Junardi dan Riyandi (2020)
194
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Junardi dan Riyandi (2020)
195
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Junardi dan Riyandi (2020)
dengan dicampur molase sebanyak 200 masing-masing diisi pelepah nipah yang
ml dan pelapah nipah 10 kg serta rumput telah difermentasi sebanyak 500 gram
laut basah 3 kg. Fermentasi hanya dan juga ditambahkan C. viridis dua kali
dilakukan untuk pakan pelepah nipah sehari setiap pagi dan sore.
sedangkan rumput laut langsung Pemberian pakan dilakukan hanya
diberikan basah. pada awal pemeliharaan larva dan tidak
Larva cacing nipah yang digunakan dilakukan penambahan lagi sampai akhir
untuk penelitian ini diperoleh dari hasil pengamatan karena larva yang diberi
fertilisasi induk cacing nipah secara pakan pelepah nipah akan sulit
artifisial di laboratorium dengan dikeluarkan untuk diamati secara berkala.
mencampur oosit matang dan Pakan C. viridis diberikan masing-masing
spermatozoa. Larva hasil fertilisasi diberi sebanyak 0,5 ml setiap kali pemberian.
pakan awal hanya C. viridis sampai usia Media pemeliharaan diisi air laut dengan
akhir penelitian. Larva yang digunakan salinitas 13 ‰. Kualitas air dikontrol
untuk eksperimen berusia 10 hari dengan setiap hari pada masing-masing wadah
jumlah segmen tubuh 9-10 segmen (post meliputi suhu, pH dan salinitas.
larva). Larva kemudian dipindahkan dari Setiap perlakuan diulang sebanyak
bak pemeliharaan larva awal ke bak-bak tiga kali, sehingga jumlah wadah
eksperimen yang diisi air laut 6 liter pemeliharaan sebanyak 6 bak
dengan salinitas awal 13 ‰. Larva yang pemeliharaan. Respon larva terhadap dua
digunakan 100 individu masing-masing jenis pakan yang berbeda diamati melalui
bak pemeliharaan. laju sintasan dan pertumbuhan larva
Penelitian ini menggunakan dua hanya pada awal dan akhir pengamatan
perlakuan pakan berupa rumput laut dan untuk menghindari kerusakan tubuh larva
pelepah nipah. Perlakuan pakan yang akibat pengambilan.
diberikan yaitu,
Perlakuan 1: wadah pemeliharaan ANALISIS DATA
masing-masing diisi rumput laut
Sargassum dengan bobot basah 500 gram Sintasan dan pertumbuhan diamati
dan diberi C. viridis dua kali sehari setiap pada awal dan akhir penelitian. Sintasan
pagi dan sore. larva dihitung dengan formula, S =
Perlakuan 2: wadah pemeliharaan Nt/No x 100%. Nt: jumlah cacing pada
196
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Junardi dan Riyandi (2020)
6
5
4
3
2
1
0
I II III
Ulangan
197
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Junardi dan Riyandi (2020)
Larva cacing nipah baik yang eksternal terdiri atas faktor abiotik
dipelihara dengan pakan RL maupun (kualitas air dan media pemeliharaan)
PN menunjukkan tingkat sintasan yang (Ramee et al., 2020) dan faktor biotik
rendah (<10%). Sintasan yang tinggi (kepadatan dan adanya parasit/patogen)
pada polychaeta Perinereis cultrifera yang muncul selama pemeliharaan.
antara 70-100% didapatkan dari padat Ruang yang sempit atau luas
tebar 15 individu dalam bak permukaan wadah pemeliharaan juga
pemeliharaan berukuran sama 40x60 cm turut menjadi penyebab tingginya
(Elayraja et al., 2011). Padat tebar larva mortalitas. Semakin tinggi luas
pada penelitian ini sebanyak 100 larva permukaan maka larva akan leluasa
nampaknya masih tinggi untuk ukuran bergerak, sebaliknya jika ruang sempit
bak pemeliharaan yang digunakan maka larva rentan terhadap penyakit
sehingga berpengaruh pada sintasan (Schram et al., 2006). Selain itu,
larva karena akan meningkatkan munculnya bakteri patogen selama
kompetisi antar individu terhadap ruang pemeliharaan larva juga dapat
dan pakan (Quiros, 1999). menyebabkan rendahnya sintasan
Selama pemeliharaan juga karena tidak ada penggantian air selama
ditemukan banyak larva cacing nipah pemeliharaan. Faktor-faktor yang terkait
yang dipelihara ke permukaan air dengan sintasan juga akan berpengaruh
dengan kondisi bagian tubuh terputus pada pertumbuhan.
dan kemudian ditemukan mati. Faktor Pertumbuhan larva yang diukur
ini diduga menjadi penyebab rendahnya pada penelitian ini adalah laju
sintasan akibat tingginya padat tebar pertumbuhan spesifik dan mutlak.
karena tingginya kompetisi antar- Bobot dan ukuran tubuh tidak diamati
individu. dengan pertimbangan rendahnya akurasi
Sintasan juga dipengaruhi oleh data yang didapatkan karena ukuran
faktor internal maupun eksternal larva. tubuh larva awal sangat kecil (±200µm)
Faktor internal seperti bobot tubuh, dan tubuh cacing yang elastis sehingga
jenis kelamin, usia, pergerakan, indikator pertumbuhan menggunakan
aklimasi, dan konsumsi oksigen pendekatan penambahan segmen tubuh.
(Safarik et al., 2006; Rosa & Jumlah segmen larva pada awal ada
Saastamoinen, 2017) sedangkan faktor pada kisaran 9-10 segmen. Hasil
198
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Junardi dan Riyandi (2020)
199
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Junardi dan Riyandi (2020)
bergantung juga pada pola pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan dengan
masing-masing spesies terhadap rumput laut.
kepadatan karena perilaku kompetisi Padat tebar menjadi faktor
terhadap ruang dan makanan yang penting yang memengaruhi
berbeda (Safarik, et al., 2006). pertumbuhan. Padat tebar tinggi akan
Hasil penelitian penggunaan menyebabkan pertumbuhan lambat
tumbuhan sebagai bahan baku pakan (Parandavar et al., 2015; Brown et al.,
polychaeta juga telah dilaporkan oleh 2011). Padat tebar yang tinggi akan
Meziane & Retiere (2002) terhadap berpengaruh pada kondisi fisiologis
Nereis diversicolor yang mendapatkan larva dengan menurunkan nafsu makan
pertumbuhan terbaik dengan pemberian yang secara langsung akan berakibat
pakan berupa detritus Holophyta bukan pada lambatnya pertumbuhan.
Thallopyta (rumput laut). Sementara itu, Kepadatan yang lebih rendah akan
pelepah nipah adalah pakan alami memberikan pertumbuhan yang lebih
cacing nipah di alam, bahan baku ini baik karena kompetisi pakan yang lebih
difermentasi karena secara alami cacing rendah memberi peluang untuk
nipah di alam banyak ditemukan pada memperoleh energi dari makanan lebih
pelepah nipah yang membusuk. banyak yang akan dimanfaatkan untuk
Penelitian sebelumnya belum ada yang pertumbuhan. Kepadatan larva dengan
menggunakan pakan pelepah nipah padat tebar berbeda perlu teliti lebih
sehingga belum ada data pembanding. lanjut untuk mendapatkan data sintasan
Hasil penelitian ini mendapatkan dan pertumbuhan larva cacing nipah
pakan pelapah nipah fermentasi terbaik.
menunjukkan pertambahan segmen
200
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Junardi dan Riyandi (2020)
201
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Junardi dan Riyandi (2020)
Sintasan larva cacing nipah tidak Brown, N., Eddy, S., and Plaud, S.,
2011. Utilization of waste from a
berbeda signifikan antara pakan pelepah
marine recirculating fish culture
nipah dengan rata-rata sintasan system as a feed source for the
polychaete worm, Nereis virens.
4,0±3,60% dan rumput laut rata-rata
Aquaculture, 322-323 : 177-183.
sintasan 5,67±4,16%. Pertambahan
Elayaraja, S., Annamalai, N.,
segmen mutlak dan spesifik memiliki Murugesan, P., Mayavu, P., and
Balasubramanian, T., 2011. Effect
perbedaan signifikan antara rumput laut of amylase on growth, survival
dan pelepah nipah, Pertumbuhan mutlak and proximate composition of the
polychaete, Perinereis
pakan rumput laut rata-rata cultrifera (Grube, 1840).
176,17±26,97 segmen dan pelepah nipah Aquaculture Nutrition, 17 (6) :
627-633.
231,08±28,80 segmen. Pertambahan Junardi, Anggraeni T., Ridwan A., and
segmen spesifik rata-rata rumput laut, Yuwono, E., 2020. Larval
development of nypa palm worm
2,60±0,15% dan pelepah nipah Namalycastis rhodochorde
2,98±0,12% atau pelepah nipah (Polychaeta: Nereididae).
Nusantara Bioscience, 12 (2) :
fermentasi lebih baik dibanding rumput 148-153.
laut untuk pakan cacing nipah. Meunpol, O., Duangjai E., Yoonpon,
Penelitian selanjutnya perlu dilakukan R., and Piyatiratitivorakul, S.,
2010. Detection of prostaglandin
dengan ukuran padat tebar yang lebih E2 in Polychaete Perinereis sp.
rendah (<100 larva) untuk mendapatkan and Its Effect on Penaeus
monodon Oocyte Development in
data sintasan tertinggi dan pertumbuhan Vitro. Fisheries Science, 76 (2) :
larva cacing nipah terbaik. 281-286.
Meziane, T., and Retiere, C., 2002.
Growth of Nereis diversicolor (L.)
UCAPAN TERIMAKASIH juveniles fed with detritus of
halophytes. Oceanologica Acta,
25 (3-4) :119-124.
Kami mengucapkan terima kasih
Murugesan, P., Elayaraja S.,
kepada FMIPA Untan yang telah Vijayalakshmi S., and
memberikan dana untuk penelitian ini Balasubramanian T., 2011.
Polychaetes, a Suitable Live Feed
dan kepada mahasiswa yang telah for Gand Colour Quality of the
membantu kegiatan penelitian di Clownfish Amphiprion sebae
(Bleeker, 1953). Journal Marine
laboratorium.
202
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Junardi dan Riyandi (2020)
203
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Junardi dan Riyandi (2020)
204