Anda di halaman 1dari 9

Abundance Moina sp.

Given The Mixed Fish Meal, Soybean Meal


and Bran With Different Concentration

By

Andi Febriyanto1), Saberina Hasibuan2), Niken Ayu Pamukas2)

Aquaculture Department, Faculty of Fisheries and Marine,


University of Riau, Pekanbaru, Riau Province
andifebrianto7@gmail.com

ABSTRACT

This research was conducted on June to July 2016 in BPBAT Jambi. The
purpose of this studi to determine the abundance of Moina sp. in artificial media with
different concentrations of organic matter. The method used by the experimental method
completely randomized (RAL) with four treatments and three replications. Treatment with
giving fish meal, soy meal and bran as media results show the highest abundance population
Moina sp. and the best gift weir Giving fish meal (0.15 g) + soy meal (0.15g) + bran (0.3g)
with an average abundance of 403 ind/L. Water quality during the study showed a good
range for growth Moina sp. namely pH 7.01 - 8.29, Dissolved Oxygen 4.21 - 6.80 mg/L,
the water temperature from 26.9 - 28.9 °C and NH3 of 0.023 - 0.21 mg/L.

Keyword: Moina sp. phytoplankton and organic materials

1. Students Faculty of Fisheries and Marine Sciences, University of Riau


2. Lecture of the Faculty of Fisheries and Marine Sciences, University of Riau

PENDAHULUAN akan diraih apabila produksi pakan alami


dilakukan dengan baik.
Pakan alami merupakan salah satu
Moina sp. merupakan jenis
faktor penentu keberhasilan produksi
zooplankton yang penting sebagai pakan
benih ikan hias maupun ikan konsumsi.
alami karena ukurannya sesuai bukaan
Budidaya pakan alami yang dilakukan
mulut larva ikan. Moina sp. mempunyai
sendiri oleh petani menjanjikan sejumlah
kandungan gizi yang lengkap dan mudah
keuntungan, disamping kualitas kebersihan
dicerna dalam usus benih ikan. Ukuran
pakan terjamin, pakan alami produksi
tubuhnya yang relatif kecil sangat sesuai
sendiri juga menghasilkan jenis
dengan lebar bukaan mulut larva/benih
pakan/kutu air seperti yang diharapkan.
ikan. Sifatnya yang selalu bergerak aktif
Penghematan waktu, tenaga dan biaya juga
akan merangsang benih/larva ikan untuk
memangsanya. METODOLOGI
Moina sp. biasa hidup pada Waktu dan Tempat
perairan yang tercemar bahan organik, Penelitian ini dilaksanakan pada
seperti pada kolam dan rawa. Pada bulan Juni-Juli 2016 di Balai Perikanan
perairan yang banyak terdapat kayu busuk Budidaya Air Tawar (BPBAT) Jambi yang
dan kotoran hewan. Jenis makanan yang terletak di Desa Sungai Gelam, Bumi
baik untuk pertumbuhan Moina sp. adalah Perkemahan Pramuka, Kecamatan Sungai
bakteri dan fitoplankton. Selanjutnya Gelam, Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi
Moina sp. mudah dikultur dengan Jambi.
penggunaan media atau pemupukan
ALAT DAN BAHAN
organik. (Winarlin 2010).
Wadah percobaan yang digunakan
Tepung ikan, tepung kedelai dan
adalah baskom kecil dengan volume 10
dedak memberikan pengaruh terhadap
liter sebanyak 12 unit . Peralatan yang
peningkatan populasi Moina sp. Hal ini
digunakan dalam penelitian ini adalah
didasari oleh penelitian Rianasari et al.
timbangan analitik, plankton net, pH
(2014) yang menyatakan pemberian
meter, gelas ukur, hand caunter, DO
tepung ikan, tepung kedelai dan dedak
meter, pipet tetes, cawan petri, mikroskop,
Pemberian Tepung ikan (0,1 g) + Tepung
baskom, aerator dan lampu.
kedelai (0,1 g) + dedak (0,2 g) setiap hari
Bahan yang digunakan adalah
mampu meningkatkan populasi Moina sp.
Tepung ikan, Tepung kedelai dan dedak.
Selanjutnya Hara (2007),
Moina sp. yang digunakan 20
menyatakan bahan organik yang bisa
ind/L. Hewan uji diperoleh dari kultur
digunakan adalah tepung ikan, dedak dan
massal di BPBAT Jambi
tepung kedelai. Sumber bahan organik
tersebut dikombinasikan menjadi pakan
METODE PENELITIAN
untuk Moina sp.
Metode yang digunakan dalam
Berdasarkan hal tersebut penulis
penelitian adalah metode eksperimen
tertarik melakukan penelitian tentang
dengan menggunakan Rancangan Acak
Kelimpahan Moina sp. yang diberi
Lengkap (RAL) satu faktor dengan 4 taraf
campuran tepung ikan, tepung kedelai dan
perlakuan dan 3 kali ulangan sehingga
dedak dengan kosentrasi berbeda agar
diperlukan 12 unit percobaan (Lampiran
diperoleh dosis yang tepat dan hasil yang
3).
optimal pada kelimpahan Moina sp.
Perlakuan yang diterapkan dalam air dan masukkan klorin dengan dosis 60
penelitian ini didasarkan kepada penelitian mg/L (ppm) dilakukan selama 24 jam
yang dilaksanakan oleh Rianasari et al. dengan diberi aerasi. Wadah penelitian
(2014) pada Moina sp. bahan yang kemudian dibilas dengan air dan
digunakan yaitu tepung ikan 300 g, tepung dikeringkan kembali untuk kemudian siap
kedelai 300 g dan dedak 600 g (Lampiran digunakan (Lampiran 5). Sterilisasi ini
4). berdasarkan pernyataan diatas maka di digunakan untuk mencegah adanya
peroleh perlakuan yaitu: kontaminasi dari luar pada saat kultur
P1: Pemberian T. ikan (0,1 g) + T. kedelai Moina sp. dilakukan. Media kultur yang
(0,1 g) + dedak (0,2 g) digunakan adalah air sumur bor yang
P2: Pemberian T. ikan (0,15 g) + T. sudah diendapkan di Balai Perikanan
kedelai (0,15 g) + dedak (0,3 g) Budidaya Air Tawar Jambi yang telah
P3: Pemberian T. ikan (0,2 g) + T. kedelai diendapkan.
(0,2 g) + dedak (0,4 g) Wadah penelitian diisi air 10 liter,
P4: Pemberian T. ikan (0,25 g) + T. Setelah itu bahan-bahan organik dicampur
kedelai (0,25 g) + dedak (0,5 g) dalam baskom kecil sesuai dosis yang
telah ditentukan dan masukkan kedalam
Model umum rancangan yang
wadah penelitian beserta green water 100
digunakan dalam penelitian ini adalah
ml/L dan diberi aerasi, diamkan selama 3
model tetap seperti yang dikemukakan
hari agar tumbuh pakan alami dalam
Sudjana (1991) yaitu: Yij = μ + τi + ∑ij
media kultur dan siap digunakan untuk
Yij = Kelimpahan Moina sp. pada
perlakuan ke-i dan ulangan ke-j media pemeliharaan. Kemudian setelah 3
μ = Efek rata-rata sebenarnya hari inokulan Moina sp. berumur 1 hari
τi = Pengaruh pemberian kombinasi
bahan organik ke-i dimasukan sebanyak 20 ind/L untuk setiap
∑ij = Pengaruh unit eksperimen ke-j yang wadah penelitian (Lampiran 5). Bibit
berasal dari pemberian kombinasi
bahan organik ke-i Moina sp. yang digunakan berasal dari
i = P1, P2, P3, P4 (perlakuan) BPBAT Jambi. inokulan diambil dengan
j = 1, 2 dan 3 (ulangan)
menggunakan plankton net dan
PROSEDUR PENELITIAN penghitungan Moina sp. dilakukan
Wadah yang digunakan dalam dibawah microskop.
penelitian ini adalah toples kecil dengan PARAMETER YANG DIUKUR
volume 10 liter sebanyak 12 unit dengan 1. Perhitungan kelimpahan Moina sp.
setiap perlakuan disusun secara acak. Perhitungan kelimpahan Moina sp.
Wadah terlebih dahulu dibersihkan dengan dilakukan dengan mengambil sampel dari
media kultur menggunakan gelas ukur amoniak. Pengukurannya dimulai pada
sebanyak 40 ml dari masing-masing awal penelitian yakni disaat bibit Moina
perlakuan yang sebelumnya sp. akan dimasukkan ke dalam masing-
dihomogenkan. Sampel selanjutnya masing wadah penelitian, sedangkan untuk
dituang kedalam cawan petri dan dihitung pengamatan perkembangan Moina sp.
jumlah Moina sp. Perhitungan jumlah dilakukan penghitungan pada hari ke
individu dilakukan sebanyak 3 kali 1,3,5,7 dan 9. Pengukuran pH, oksigen
ulangan dan hasilnya dirata-rata. Hasil terlarut (DO), suhu dilakukan pada pagi
rata-rata perhitungan banyaknya individu hari selama penelitian. Selanjutnya untuk
Moina sp. dikonversikan dalam jumlah mengukur parameter kualitas air lainnya
ind/L dengan rumus menurut Rahayu dan seperti kadar amoniak (NH3) diukur pada
Piranti (2009) dalam Utarini (2012), awal, tengah dan akhir penelitian.
sebagai berikut : HASIL DAN PEMBAHASAN
a = b x p/q Pertumbuhan kelimpahan Moina
Keterangan : sp. yang diberi campuran tepung ikan,
a = jumlah individu Moina sp. pada media tepung kedelai dan
kultur (ind/L)
dedak dengan kosentrasi berbeda,
b = rata-rata jumlah Moina sp. dari
selama penelitian dapat dilihat pada Tabel
ulangan perhitungan
dibawah ini.
p = volume media kultur (10 liter)
q = volume botol sampel (40 ml)
2. Parameter Kualitas Air
Parameter kualitas air yang diukur
yaitu pH, oksigen terlarut (DO), suhu dan
Tabel 3. Kelimpahan Moina sp. selama penelitian

Kelimpahan (ind/L) pada Hari ke-


Perlakuan
1 3 5 7 9
P1 20 27 354±39,82ab 192 36
P2 20 35 403±16,62a 236 17
P3 20 24 374±34,55ab 167 23
P4 20 25 311±13,50b 126 11
Keterangan : P1: Pemberian T. ikan (0,1 g) + T. kedelai (0,1 g) + dedak (0,2 g); P2: Pemberian T. ikan (0,15 g)
+ T. kedelai (0,15 g) + dedak (0,3 g); P3: Pemberian T. ikan (0,2 g) + T. kedelai (0,2 g) + dedak
(0,4 g); P4: Pemberian T. ikan (0,25 g) + T. kedelai (0,25 g) + dedak (0,5 g) superscript yang
berbeda pada kolom yang sama menunjukkan bahwa antar perlakuan berbeda nyata (P<0,05); ±
Standar Deviasi (SD)
hasil pengamatan selama penelitian Semakin banyak kelimpahan fitoplankton
terhadap kelimpahan Moina sp. dalam dan bahan organik yang terdapat dalam
media buatan dengan kosentrasi bahan media, maka laju pertumbuhan Moina sp.
organik yang berbeda menunjukkan setiap akan berlangsung lebih cepat. (Abdillah,
perlakuan yang diberikan meningkatkan 2008).
kelimpahan populasi yang berbeda. Berdasarkan uji statistik dengan
Perlakuan P2 menunjukkan kelimpahan menggunakan analisis variansi (ANAVA)
tertinggi pada hari ke 5 sebanyak 403 menunjukkan bahwa pemberian tepung
ind/L. ikan, tepung kedelai dan dedak dengan
Perlakuan P2 menunjukkan kosentrasi berbeda berpengaruh nyata
perkembangan kelimpahan terbaik terhadap kelimpahan Moina sp. pada fase
dibandingkan perlakuan lainnya yaitu puncaknya yaitu pada hari ke lima
sebesar 403 ind/L hal ini berbeda (P<0,05) (Lampiran 7). Hasil uji lanjut uji
dibandingkan dengan penelitian Rianasari Student Newman-Keuls menunjukkan
et al. (2014) pada Moina sp. dengan media perlakuan P2 (0,6 g/L) berbeda nyata
Chlorella sp. menghasilkan pertumbuhan dengan perlakuan P1 (0,4 g/L) P3 (0,8 g/L)
populasi Moina sp. tertinggi sebanyak 125 dan P4 (1 g/L).
ind/L pada hari kelima. Hal ini karena Kelimpahan Moina sp. selama 9
makanan yang tersedia dalam media kultur hari pemeliharaan menunjukkan
berupa fitoplankton termanfaatkan dengan peningkatan pada hari kelima dan
baik oleh Moina sp. serta kualitas air yang setelahnya menurun seperti terlihat pada
mendukung untuk pertumbuhan Moina sp. Gambar 2 di bawah ini.
Pertumbuhan populasi Moina sp. sangat
dipengaruhi oleh makanan yang tersedia di
dalam media terutama fitoplankton.
Gambar 2. Perkembangan Kelimpahan Moina sp. yang diberi campuran tepung ikan,
tepung kedelai dan dedak dengan Kosentrasi yang Berbeda
Keterangan : P1: Pemberian T. ikan (0,1 g) + T. kedelai (0,1 g) + dedak (0,2 g); P2: Pemberian T. ikan (0,15 g)
+ T. kedelai (0,15 g) + dedak (0,3 g); P3: Pemberian T. ikan (0,2 g) + T. kedelai (0,2 g) + dedak
(0,4 g); P4: Pemberian T. ikan (0,25 g) + T. kedelai (0,25 g) + dedak (0,5 g) superscript yang
berbeda pada kolom yang sama menunjukkan bahwa antar perlakuan berbeda nyata (P<0,05); ±
Standar Deviasi (SD)
Pada Gambar diatas terlihat bahwa Fase kematian terjadi antara masa kultur 7
pertumbuhan Moina sp. semua perlakuan sampai 9 hari, pada umur 7 hari
membentuk kurva pertumbuhan sigmoid kelimpahan Moina sp. cendrung mulai
yang terdiri dari fase adaptasi, fase menurun, ditandai dengan banyaknya
pertumbuhan awal, fase logaritmik, dan Moina sp. yang mati di dasar media
fase kematian. Fase adaptasi untuk semua budidaya
perlakuan (0,4 g/L, 0,6 g/L, 0,8 g/L dan 1 Puncak kelimpahan diperoleh dari
g/L) terjadi pada masa kultur 0 sampai 3 jumlah individu terbanyak yang dicapai
hari, pada fase ini Moina sp. dapat selama penelitian, yang ditunjukkan pada
beradaptasi dan mampu bertahan hidup Tabel 4.
pada media kultur yang baru. Fase
pertumbuhan logaritmik terjadi pada masa
kultur 3 sampai 5 hari, pada fase ini hari
ke 4 sampai 5 penelitian terjadi
pertambahan individu Moina sp. yang
meningkat hingga mencapai puncaknya.
Tabel 4. Rata-rata Kelimpahan Moina sp. selama penelitian yang diberi campuran
tepung ikan, tepung kedelai dan dedak dan standar deviasi dengan kosentrasi berbeda.
Ulangan Kelimpahan Moina sp. (ind/L)
P1 P2 P3 P4
1 135 144 124 105
2 121 139 126 83
3 121 143 116 92
Total 377 426 366 280
Rata-rata ±SD 126±8,08b 142±2,64c 122±5,29b 98±6,50a

Berdasarkan Tabel 4 di atas fitoplankton dan bakteri. Dengan semakin


didapatkan hasil kelimpahan Moina sp. padat fitoplankton dan bakteri maka
tiap perlakuan selama penelitian berkisar kandungan oksigen terlarut dibutuhkan
antara 83-144 ind/L. kelimpahan Moina oleh fitoplankton dan bakteri dalam proses
sp. tertinggi didapat pada perlakuan P2 respirasi, terutama pada malam hari. Hal
dengan rata-rata kelimpahan 142 ind/L, ini sependapat dengan Zadereev et al.
disusul perlakuan P1 dengan rata-rata 126 (2002) yang menyatakan turunnya
ind/L, kemudian perlakuan P3 dengan kelimpahan Moina sp. disebabkan oleh
rata-rata 122 ind/L dan kelimpahan tingginya kadar amoniak, selain itu karena
terendah terdapat pada perlakuan P4 semakin meningkatnya pupolasi sehingga
dengan rata-rata 93 ind/L. terjadi persaingan antara sesama individu
untuk mendapatkan oksigen terlarut,
Tingginya pertumbuhan populasi
tempat hidup dan cahaya.
Moina sp. pada perlakuan P2 disebabkan
Berdasarkan uji statistik dengan
karena ketersediaan jumlah pakan alami
menggunakan analisis variansi (ANAVA)
fitoplankton termanfaatkan dengan baik
menyatakan bahwa pemberian bahan
dan kualitas air yang mendukung. Hal ini
organik pada media buatan yang berbeda
sependapat dengan Sukmiwati dan Dahlia
berpengaruh nyata terhadap kelimpahan
(2007) yang menyatakan pertumbuhan
Moina sp. (P<0,05) (Lampiran 9). Hasil uji
populasi Moina sp. disebabkan karena
lanjut uji Student Newman-Keuls
bahan organik berfungsi untuk
menunjukkan perlakuan P2 (0,6 g/L)
mempercepat pertumbuhan fitopankton
berbeda nyata dengan perlakuan P1 (0,4
dalam air juga untuk menghasikan bakteri
g/L) P3 (0,8 g/L) dan P4 (1 g/L).
dan detritus yang lebih banyak.
KUALITAS AIR
Adapun penyebab turunnya
pH air tidak mengalami perubahan
kelimpahan Moina sp. pada perlakuan P4
yang ekstrim selama penelitian pada setiap
antara lain dengan pemberian konsentrasi
perlakuan nilai pH air pada semua
bahan organik yang cukup tinggi
perlakuan masih berada pada kisaran yang
menyebabkan kenaikan kadar amoniak,
dapat ditoleransi oleh Moina sp. yaitu
terjadinya penyuburan (neotrofikasi) pada
7,01-8,29. Hal ini sependapat dengan yang menyatakan bahwa Kisaran amoniak
Pennak (1978), menyatakan bahwa Moina yang aman untuk kultur Moina sp. yaitu di
sp. lebih suka hidup pada pH 6,5-8,4. bawah 0,2 mg/L.
Leung (2009), menambahkan bahwa pH
KESIMPULAN
optimum untuk pertumbuhan Moina sp.
adalah pH 7,0 - 8,2. Kesimpulan

Oksigen terlarut selama penelitian Pemberian tepung ikan, tepung


berkisar antara 4,21-6,80 mg/L. Kisaran kedelai dan dedak yang berbeda
tersebut berada pada kisaran optimum memberikan pengaruh terhadap
untuk kelangsungan hidup Moina sp. kelimpahan Moina sp. Perlakuan yang
sedangkan menurut Homer dan Waller tepat dalam perkembangan kelimpahan
(1983), konsentrasi oksigen terlarut pada Moina sp. selama 9 hari penelitian adalah
media budidaya memberikan pengaruh P2 dengan pemberian tepung ikan (0,15 g)
terhadap tingkat penyaringan dan fungsi + tepung kedelai (0,15 g) + dedak (0,3 g).
hemoglobin Moina sp. Pada konsentrasi Puncak kelimpahan Moina sp. terjadi pada
minimal (<3,5 mg/l), oksigen terlarut akan hari ke 5 dengan rata-rata kelimpahan pada
memberikan dampak yang nyata terhadap masing-masing perlakuan selama
sistem reproduksi Moina sp. baik jumlah penelitian yaitu pada dosis 0,4 g/L sebesar
anakan maupun waktu pertama kali 126 ind/L, pada dosis 0,6 g/L sebesar 142
menghasilkan anakan. ind/L, pada 0,8 g/L sebesar 122 ind/L dan
Suhu air selama penelitian pada pada 1 g/L sebesar 93 ind/L.
masing-masing perlakuan tidak jauh Kualitas air selama penelitian
berbeda untuk budidaya Moina sp. dan menunjukkan kisaran yang baik bagi
masih dalam batas aman yaitu 26,9- pertumbuhan Moina sp. yaitu pH sebesar
o
28,9 C. menurut Jimenez et al. (2003), 7,01-8,29, DO sebesar 4,21-6,80 mg/L,
menyatakan bahwa suhu optimum untuk suhu air 26,9-28,9°C dan NH3 sebesar
budidaya Moina sp. adalah berkisar antara 0,023-0,21 mg/L
240-310C. Saran
Amoniak pada semua perlakuan Diharapkan agar dilakukan
selama penelitian berada pada kondisi penelitian lebih lanjut mengenai jumlah
yang dapat ditoleransi untuk kelangsungan tepung ikan, tepung kedelai dan dedak
hidup Moina sp. Amoniak pada penelitian dengan frekuensi pemberian yang berbeda
ini berada pada kisaran 0,023-0,21 mg/L.
Hal ini sependapat dengan (Radini, 2006),
agar didapatkan kelimpahan Moina sp. Rahayu, D.R.U.S., A. S. Piranti. 2009.
Pemanfaatan Limbah Cair Tahu
yang optimal dan berkelanjutan.
Untuk Produksi Ephipium Daphnia
(Daphnia sp). Makalah Prosiding
DAFTAR PUSTAKA Seminar Nasional Biologi “Peran
Abdillah I. 2008. Pengaruh Inokulasi Biosistematika dalam Pengelolaan
Bakteri Nitrifikasi dan Bacillus Sumberdaya Hayati Indonesia”
subtilis pada Pertumbuhan Kultur tanggal 12 Desember 2009 di Fak.
Moina sp. 59. Sekolah Ilmu dan Biologi Universitas Jenderal
Teknologi Hayati (SITH) ITB, Soedirman Purwokerto.
Bandung.
Rianasari, Rangga W, dan Sutikno. 2014.
Homer DH, and WT Waller. 1983.Chronic Aplikasi Moina sp. Sebagai Pakan
effects of reduced dissolved Pada Ikan Air Tawar. Laporan
oxygen on Moina sp. Water, Air, Hasil Kegiatan Uji Terap
and Soil Pollution 20,23-28. Teknologi Dan Pengawasan. Balai
Perikanan Budidaya Air Tawar
Jiménez, D., Rosas, J., Velásquez, A., Jambi. 471 hlm (tidak diterbitkan).
Millán, J., Cabrera, T. Crecimiento
poblacional y algunos Rianasari1, Taufik S.A Nugroho1, Mimid
aspectosbiológicos del cladócero Abdul Hamid 2014. Mass Moina
Moina macrocopa (Straus, 1820) sp. Culture By Using Chlorella
(Branchiopoda, Anomopoda), sp. As Media As Tubifex
alimentado con tres dietas en tres Substitution For Natural Food
salinidades diferentes. Maracaibo, Alternative. Jambi Freshwater
Venezuela. CIENCIA. 2003, vol. Aquaculture Development Center.
11 no. 1, p. 22-30. 13 p.
Sukmiwati, M. Dahlia. 2007. Pengaruh
Leung YFJ. 2009. Reproduction of the
limbah pabrik tahu terhadap
zooplankton, Daphnia carinata and
pertumbuhan populasi Moina
Moina australiensis: implication as
sp.berkala perikanan terubuk,
live food for aquaculture and
febuari 2007, 1-9 hlm. Vol.35 no 1
utilization of nutrient loads in
Winarlin, A., Widiyati, Kusdiarti dan
efflu-ent, 189.School of
Nuryadi 2010. Pemanfaatan
Agriculture, Food, Wine – The
Limbah Budidaya Akuaponik
Univer-sity of Adelaide, Adelaide.
Untuk Produksi Pakan Alami
Pennak, R.W. 1978. Fresshwater (Moina sp.) Prosiding Forum
Invertebratesnof The United States. Inovasi Teknologi Aquakultur.
2 th Ed, Jhon Willey and Sons, 675-680.
Newyork, Chisshester, Brisbane
Zadereev, E.S., 2002. Individual-based
Toronto.
model of the reproduction cycle of
Radini, D, 2006. Optimasi Suhu, pH serta Moina macrocopa(Crustacea:
Jenis Pakan pada Kultur Moina Cladocera). Ecological Modelling
sp. Sekolah Ilmu dan Teknologi 162 (2003) 15–3
Hayat. Bandung.

Anda mungkin juga menyukai