Anda di halaman 1dari 17

IDENTIFIKASI MAKROALGA EPIFIT PADA BUDIDAYA RUMPUT LAUT

Kappaphycus alvarezii DI PERAIRAN TELUK GERUPUK KABUPATEN LOMBOK


TENGAH
*
Mardiana1, Sukiman1, Sri Puji Astuti1, Mursal Ghazali1
1
Fakultas MIPA Universitas Mataram
*
Penulis Korespondensi: Mardiananuha@gmail.com
Fakultas MIPA Universitas Mataram
Jalan Majapahit Nomor 62 Mataram - NTB

Abstrak.Alga epifit merupakan alga yang memanfaatkan organisme lain sebagai inang
dengan atau tanpa mengambil nutrisi pada inang tersebut. Salah satu organisme yang
dijadikan inang oleh alga epifit adalah alga budidaya jenis Kappaphycus
alvarezii.Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis alga epifit pada budidaya
rumput laut Kappaphycus alvarezii, mengetahui perbedaan jenis alga epifit pada system
tanam rakit dan longline, mengetahui system penempelan talus dan mengukur kualitas
lingkungan budidayaPenelitian dilaksanakan selama 3 bulan pada bulan Maret hingga Mei
2018 di Perairan Teluk Gerupuk Kabupaten Lombok Tengah.Jenis penelitian yaitu deskriptif
serta pengambilan sampel dilakukan menggunakan metode purposive sampling. Penelitian ini
melaporkan terdapat 20 spesies alga epifit yang tergolong dalam 14 genus, 9 famili dan 4
ordo yang terdiri dari divisi Rhodopyta: 18 spesies dan Chloropyta: Spesies alga epifit yang
mendominasi pada lokasi penelitian yaitu Ceramium macilentum.spesies. Spesies spesifik
yang ditemukan pada metode tanam rakit adalah Cladophora glomerata, Aglaothamnion
byssoides, Callithamnion corymbosum, sedangkan spesies spesifik pada metode tanam
longline adalah Heterosiphonia japonica, Neosiphonia savatieri, Seirospora giraudy,
dan Stylonema alsidii. Adapun spesies yang mendominasi pada kedua lokasi sampling
yaitu Ceramium macilentum.

Kata kunci: Alga epifit, Kappaphycus alvarezii, teluk Gerupuk.


Epiphytic algae are algae that utilize other organisms as hosts with or without taking nutrients
from the host. One of the organisms host by epiphytic algae is algae Kappaphycus
alvareziiThis study aimed to identify the type of epiphytic algae in the cultivation of
Kappaphycus alvarezii. The research was conducted on March-May 2018 in The Gulf of
Gerupuk. This type of descriptive research, the method of sampling was using purposive
samplingThis research succed to find and identify 20 species, 14 genera, 9 families and 4
orders which classified into 2 divisions those are Rhodophyta and Chlorophyta divisions. The
division of Rodhophyta consists of 18 species and Chlorophyta 2 species. Specific species
found in the raft planting method were Cladophora glomerata, Aglaothamnion byssoides,
Callithamnion corymbosum, while specific species in the longline planting method were
Heterosiphonia japonica, Neosiphonia savatieri, Seirospora giraudy, and Stylonema alsidii.
The species that dominated the two sampling locations were Ceramium macilentum
Keywords : Epiphytic makroalgae,Kappaphycus alvarezii, Gerupuk bay
PENDHULUAN masyarakat di Indonesia khususnya NTB.
Rumput laut (seaweed) jenis Alga ini dimanfaatkan sebagai bahan baku
Kappaphycus alvarezii merupakan salah penghasil karaginan yang banyak
satu komoditas budidaya perairan digunakan dalam industri makanan
maupun industri kertas. Indonesia keberadaan alga epifit pada rumput laut
merupakan Negara yang memproduksi mampu menjadi pesaing bagi alga
rumput laut cukup tinggi. Hasil yang budidaya, karena penempelan makroalga
diperoleh berdasarkan laporan KKP 2013 epifit akan mengganggu atau menghalangi
indonesia memproduksi rumput laut alga budidaya untuk memperoleh
sebanyak 9,2 ton. Pada saat ini Indonesia makanan, tempat dan cahaya. Sehingga,
menggeser kedudukan pertama Filipina hal ini dapat menghambat terjadinya
menjadi urutan kedua setelah Indonesia proses fotosintesis pada alga budidaya,
dengan kontribusi sebesar 78,4%. Namun kemudian secara perlahan akan
dalam proses budidayanya, tidak selalu mengakibatkan talus alga menjadi kurus,
berjalan lancar. Ada beberapa faktor yang lembek, pucat dan akhirnya hancur
dapat berpengaruh terhadap hasil (Arisandi, 2013).
budidaya.Selain dipengaruhi oleh faktor
Beberapa jenis makroalga epifit
lingkungan, pertumbuhan Kappaphycus
sering kali ditemukan menempel pada
alvarezii juga dipengauhi oleh adanya
permukaan talus alga Kappaphycus
alga-alga kompetitor di lingkungan,
alvarezii.. Arisandi (2013), Katarina
diantaranya adalah alga-alga penempel
(2016), Joppy (2017), Maria (2016),
(epifit) yang dalam beberapa tahun
Balesteros (2012), Byeongseok (2014),
terakhir menjadi salah satu faktor gagal
Charles (2006) dalam hasil penelitian yang
panen (Bangun, 2017). Selain berpengaruh
telah dilakukan pada jurnal masing-
pada pertumbuhan, adanya alga epifit
masing, melaporkan adanya beberapa
menyebabkan penurunan kualitas alga
spesies alga yang menjadi alga penempel
budidaya, terutama yang akan dijadikan
(epifit) pada talus alga Kappaphycus
sebagai benih dari hasil pengelolaan pasca
alvarezii yaitu Chaetomorpha sp,
panen (Almualam, 2016).
Cladophora sp, Dictiyota dicotoma,
Alga epifit merupakan salah satu Gracilaria sp,Herposiphona sp, Polysiphonia

sumber yang dapat mengakibatkan rumput sp, Cerammium sp.dan beberapa jenis lainnya.

laut budidaya mengalami penurunan Belum adanya laporan mengenai alga epifit di

kualitas maupun kuantitas. Hal ini perairan Teluk Gerupuk, sehingga

dikarekan alga epifit dan alga budidaya dilakukan penelitian ini agar dapat

memiliki kesamaan dalam hal mencukupi memberikan informasi mengenai jenis-

kebutuhan nutrisi untuk tetap bertahan jenis makroalga epifit yang berada di

hidup. Yulianto (2004) menyatakan bahwa


perairan tersebut sebagai pengetahuan metode tanam yaitu metode tanam
awal pelaku budidaya. longline dan rakit, mengetahui cara
penempelan masing-masing makroalga
Keberadaan alga efipit pada talus
epifit yang ditemukan, dan mengetahui
Kappaphycus alvarezii menyebabkan
kualitas lingkungan yang paling
terjadinya kompetisi dalam mendapatkan
berpengaruh pada lokasi tersebut.
cahaya matahari untuk proses fotosintesis.
Hal ini disebabkan karena alga epifit dapat BAHAN DAN METODE
menutup permukaan talus alga budidaya Desain, Waktu dan Tempat penelitian
sampai 70% bahkan lebih sehingga proses Penelitian ini bersifat deskriptif
metabolisme alga budidaya menjadi eksploratif yaitu menggambarkan keadaan
terganggu. Sehingga, hal ini dapat objek yang diamati sesuai dengan keadaan
menghambat terjadinya proses fotosintesis lapangan.Pengambilan sampel pada dua
pada alga budidaya, kemudian secara metode budidaya yakni metode rakit dan
perlahan akan mengakibatkan talus alga longline dengan penentuan titik sampel
menjadi kurus, lembek, pucat dan akhirnya secara purposive dengan memperhatikan
hancur. Hal tersebut luput dari perhatian keterwakilan populasi. Sampel diambil
para petani rumput laut pada lokasi pada 3 titik metode rakit dan 3 titik metode
budidaya, sehingga diduga hal ini menjadi longline dengan 2 kali pengambilan per
salah satu sebab terjadinya penurunnya bulan. Penelitian dilaksanakan pada bulan
kualitas alga budidaya makroalga untuk Maret hingga Mei 2018 di Perairan Teluk
tetap mempertahankan mutu benih alga Gerupuk Kabupaten Lombok Tengah dan
budidaya.Belum adanya penelitian khusus identifkasi sampel dilakukan di
atas keberadaan makroalga epifit pada Laboratorium Biologi dan Laboratorium
kawasan budidaya, maka penelitian ini Kelautan Fakultas MIPA Universitas
sangat penting dilakukan, sebagai salah Mataram.
satu sumber informasi bagi pelaku
Pengambilan Sampel
budidayauntuk dapat mempertahankan
Pengambilan sampel dilakukan 2
mutu benih agar mendapatkan hasil yang
kali per bulan pada titik-titik pengambilan
berkualitas.
yang telah ditentukan. Sampel dikoleksi
Tujuan dari penelitian ini untuk secara manual dengan mengambil talus
mengetahui jenis-jenis makroalga epifit di Kappaphycus alvarezii yang terlihat
perairan Teluk Gerupuk, Mengetahui ditempeli alga epifit kemudian dimasukkan
perbedaan jenis makroalga epifit pada 2
dalam plastik dan diberi label sebagai talus alga Kappaphycus alvarezii, maka
penanda lokasi pengambilan. diambilmenggunakan pinset. Hal ini
dilakukanuntuk mempermudah
Pengukuran Kualitas Lingkungan
Perairan Budidaya pengamatan di bawahmikroskop. Sampel
Parameter lingkungan yang diukur yang diambil untukdiamati dibawah
pada penelitian ini antara lain kadar mikroskop adalah sampel yangkecil, bersih
amonium, posfat, suhu perairan, pH, dan memiliki morfologi
salinitas, DO dan kecepatan arus. yanglengkap,Sampelalga epifit yang
Parameter-parameter diukur untuk melihat berukuran sangat kecil yang telah
pengaruh keadaan lingkungan perairan dibersihkandiletakkan di atas kaca benda
pada keberadaan alga epifit. lalu ditutupdengan kaca penutup bening
kemudian diamati dibawah mikroskop,
Preparasi dan Pengamatan Sampel
sedangkan sampel alga epifit yangbesar
sampel Kappaphycus alvarezii
cukup di foto menggunakan kamera dan
yang sudah dikoleksi kemudian
diamati langsung tanpamenggunakan
dibersihkan dengan air mengalir untuk
mikroskop stereo.
membersihkan sampel dari pasir.
Kemudian sampel dipotong menjadi Proses identifikasi dilakukan
beberapa bagian untuk memudahkan dengan mengamati beberapa karakter
dalam pengambilan contoh alga epifit. morfologi makroalga dibawah mikroskop
Alga epifit yang menempel pada talus dengan perbesaran 4 kali, 10 kali dan 40
Kappaphycus alvarezii kemudian diambil kaliseperti tipe talus, bentuk, ukuran,
menggunakan pinset dan kuas dan struktur alat pelekat, tekstur, warna dan
diletakkan di atas kaca benda kemudian pola percabangan. Selanjutnya,dilakukan
diamati di bawah mikroskrop dengan pengambilan gambar sampel alga epifit
perbesaran 10 x 10. Gambar kemudian pada setiap perbesaran. Alga epifit yang
didokumentasikan dengan kamera untuk diamati kemmudian diidentifikasi.
mempermudah proses identifikasi. Identifikasi merujuk pada beberapa
pustaka diantaranya “Marine Algae of The
Identifikasi Alga Epifit
Eastern Tropical and subtropical Coast of
Identifikasi alga merah dilakukan
The Americas” (William, 1979) dan
diLaboratorium Biologi
beberapa jurnal ilmiah.
UniversitasMataram. Pertama-tama sampel
alga Kappaphycus alvareziidibersihkan. Analis Data

Jika ada alga epifit yangmenempel pada


Data disajikan dalam bentuk tabel Talus berumpun, berwarna ungu
klasifikasi jenis alga epifityang ditemukan kehitaman, atau hijau kemerahan.Holdfast
pada lokasi budidaya, dan gambar dan mencakram, berdaging lunak.Percabangan
tabel parameter lingkungan pada masing- silindris, cabang umumnya lebih banyak
masing stasiun. tumbuh pada bagian tengah sampai ujung
talus, semakin ujung cabang semakin
HASIL DAN PEMBAHASAN
pendek.Talus tidak mengandung kapur,
Jenis Alga Epifit pada Budidaya
Kappaphycus alvarezii duri-duri pendek, bercabang banyak selang
Penelitian ini melaporkan terdapat seling, cabang utama pendek.Bentuk sel
20 spesies alga epifit yang tergolong dalam penyusun talus tidak bersekat, Permukaan
14 genus, 9 famili, 4 ordo yang terdiri dari talus licin.
divisi Rhodopyta: 18 spesies dan 2. Polysiphonia sphaerocarpha
Chloropyta: 2 spesies. yaituAcanthophora. Warna coklat, merah.Talus seperti
specifera, Polysiphonia. sphaerocarpha, bulu atau filamen. Memiliki talus lateral
P. confuse, P. denudate, Ceramium baru yang muncul dengan ujung lancip
boydenii, C. macilentum, C. upolense, C. seperti duri. Terdapat percabangan pada
riosmenae, Seirospora giraudy, ujung talus.Talus memiliki ciri khas
Callithamnion corymbosum, adanya sekat-sekat yang tampak seperti
Aglaothamnion byssoides, Wrangelia nodus pada tanaman tebu.Spora muncul
gordoniae, Heterosiphonia japonica, langsung di bagian ujung talus yang
Spyridia filamentosa, Neosiphonia tanpak membengkak seperti tumor.Talus
savatieri, Hypnea spinella, H. pannosa, dengan fase tetrasporofit memiliki kantong
Stylonema alsidii, Cladophora glomerata, spora (stichidia) dan terletak di bagian
dan Chaetomorpha linum.Deskripsi talus.Sedangkantalus dengan fase
makroalga epifit yang ditemukan pada gametofit memiliki cystocarp.Habitat alga
budidaya rumput laut Kappaphycus ini ditemukan menempel pada talus
alvarezii diperairan Teluk Gerupuk Kappaphycus alvarezii.
sebagai berikut: 3. Polysiphonia denudate
Talus berwarna merah kecoklatan,
Spesies-Spesies alga epifit yang
ujung talus bercabang, talus bersekat
termasuk Rhodophyta ditemukan sebanyak
jelas.Pada bagian talus dapat dijumpai
18 spesies yaitu sebagai berikut:
tetraspora tersusun spiral pada bagian talus
1. Acanthophora specifera
yang membengkak.
4. Polysiphonia confuse
Warna talus hijau/merah sebagian filament aksial, Ujung talus
kecoklatan.Talus seperti bulu atau bercabang tiga dan meruncing.
filamen.Struktur talus mudah patah, tidak 9. Seirospora giraudy
berkapur.Pada ujung percabangan talus Talus filamen berserat, berwarna
terdapat Cystocarp, sekat-sekat pada talus kemerah-merahan, cabang bergantian atau
nampak sangat jelas. tidak beraturan dalam satu talus.Spora
5. Ceramium boydenii dapat dijumpai pada ketiak percabangan
Cabang-cabang yang jelas muncul talus.
dalam aksis trichoblas; talus tegak, cabang 10. Callithamnion corymbosum
bertingkat, sekat-skat jelas membentuk Talus berwarna merah kecoklatan,
cincin, spora tumbuh pada ujung-ujung mudah patah dan perabangan Pinnate
talus, memiliki cabang ivolukral, talus alternate, talus memiliki sekat.
utama lebih besar dari cabang. Percabangan talus berasal dari talus utama.
6. Ceramium upolense 11. Aglaothamnion byssoides
Talus berwarna coklat kermerah-
Morfologi Aglaothamnion byssoides
merahan, bersegmen.Talus berbentuk
memiliki talus mudah patah, tidak
filament, talus bersekat. Cabang dan talus
berkapur, berwarna merah kecoklatan.
utama sama besar, percabangan
Spora berbentuk seperti buah anggur,
ferticillate. Spora dijumpai pada ujung dari
spora berada di ketiak talus, talus bersekat,
anak cabang.
sekat transparan, cabang dichotomous
7. Ceramium riosmenae
12. Wrangelia gordoniae
Talus berbentuk filamen, berwarna
Talus berwana merah kehijau-
merah kecoklatan, pada setiap ujung talus
hijauan, atau merah keungu-
dijumpai spora, talus mudah
unguan.Sumbu talus silindris.Percabangan
patah.Percabangan berasal dari talus
menyirip berhadapan/ pinnate alternate
utama.
berseling beraturan, semakin keujung
percabangan seamakin
memendek.Tetrasporangia terlihat seperti
8. Ceramium macilentum
bintik-bintik merah pada pada pangkal
Talus kecil, lunak, berbentuk
branchlet, berbentuk bulat.Tekstur talus
filament, berbuku-buku, berwarna
lunak atau cartilogenous, talus berduri,
merah.Holdfast rhizoid, talus berbentuk
duri-duri tumpul, memilliki spora pada
filament, sel perisental berukuran lebih
kecil dan membentuk kortikasi menutupi
ujung talus berbentuk lonjong, dengan lateral. Sel pada talus utama ataupun pada
ujung lancip. cabang terlihat sekat yang jelas, tipe
Talus silinder, halus, mudah patah, percabangan dichotomous.Ditemukan
warna coklat gelap sampai merah, cabang menempel pada talus makroalga
utama lebih besar dari percabangan budidaya.Jenis ini tidak banyak ditemukan
lainnya. Talus baru muncul pada talus seperti yanglainnya.
utama dan sangat halus, terutama cabang

1 2 3

4 5 6

7 8 9

16 17 18
13 14 15

16 17 18

Gambar Gambar 1. Morfologi talus alga epifit divisi Rhodophyta pada talus Kappaphycus
alvarezii Morfologi talus Acanthophora specifera (40x), 2.Morfolgi talus Polysiphonia
spaerocharpa, (10x), 3.Morfologitalus Polysiphonia denudate (10x), 4. Morfologi talus
Polysiphonia confuse (40x), 5. Morfologi talus Ceramium boydenii (4x), 6. Morfologi talus
Ceramium upolense ( 4x), 7. Morfologi talus Ceramium riosminae (4x), 8.Morfologi talus
Ceramium macilentum (10x), 9.Morfologi talus Seirospora giraudy (10x),.10. Morfologi
talus Callithamnion corymbosum (40x), 11.Morfologi talus Aglaothamnion byssoides (40x),
12.Morfologi talus Wrangelia gordoniae (4x).13.Morfologi talus Heterosiphonia japonica,
(10x)14. Morfologi talus Spyrida filamentosa, (4x)15.Morfologi talus Hypnea
spinella,16.Morfologi talus Hypneapannosa, (4x)17.Morfologi talus Stylonema alsiii (10x),
18.Morfologi Neosiphonia savatieri (-).

13. Heterosiphonia japonica halus saling menyilang memiliki


Talus silinder, halus, mudah patah, sekat/bersegmen, segmen dibatasi oleh sel-
warna coklat gelap sampai merah, cabang sel kecil tersusun melingkar membentuk
utama lebih besar dari percabangan cincin pada talus, tekstur lunak,
lainnya. Talus baru muncul pada talus percabangan rimbun dan tidak beraturan,
utama dan sangat halus, terutama cabang branchlet tumbuh pada semua bagian
lateral. Sel pada talus utama ataupun pada talus. Sel perisentral menutupi seluruh
cabang terlihat sekat yang jelas, tipe filamen aksial.
percabangan dichotomous.Ditemukan 15. Hypnea spinella
menempel pada talus makroalga budidaya. Talus silindris berwarna merah
Jenis ini tidak banyak ditemukan seperti kehijauan.Duri-duri tersusun berseling dan
yanglainnya spiral, pendek dan rapat, tersusun radial
14. Spyridia filamentosa seputar sumbu dan percabangan, tunggal
Talus berupa filamen-filamen dan jarang sekali menggarpu.Unjung talus
halus, percabangan berseling tidak runcing, ujung duri runcing, ujung
beraturan, cabang berupa filament-filamen percabangan runcing dan tidak bersegmen,
talus tidak mengandung kapur.talus tegak. mengarah keluar seperti talus rumput laut
Holdfast mencakram dan membentuk sehinggaepifit ini dapat menangkap
perlekatan sekunder. partikel-partikel lumut dan pada
16. Hypnea pannosa rangkaianepifit dan menyebabkan
Berwarna coklat kekuningan, talus pengumpalan menyerupai lumpur-lumpur
silindris, talus bercabang, ujung talus pada tallus alga.
tumpul, cabang lebih pendek dari talus Spesies alga epifit yang termasuk
utama, Permukaan talus licin dan tidak Chlorophyta ditemukan sebanyak 2
bersegmen.Talus memiliki banyak spesies yaitu:
percabangan, percabangan silindris, 1. Cladophora glomerata
berhadapan.Percabanagan diujung talus Bentuk talus berbentuk benang
cenderung menggarpu dan berakhir atau rambut, bercabang dan berwarna
dengan branclet tunggal atau hijau.Percabangan tidak teratur, cabang
menggarpu.Holdfast mencakaram, talus lebih pendek dari talus utama, cabang
gemuk dan kokoh. berasal dari talus utama.
17. Stylonema alsidii 2. Chaetomorpha linum
Talus berbentuk filament, Talus menyerupai benang yang kusut,
filament dengan beberapa baris sel-sel kasar dan saling berlekatan, berwarna
yang tampak beraturan.Umumnya hijau dan tidak bercabang, terdapat sekat-
berwarna merah kehitaman.Barisan sel-sel ekat yang teratur pada talus. Alga ini
pada talus tersusun tidak dijumpai melilit pada permukaan talus
beraturan.Melekat pada inang dengan Kappaphycus alvarezii
menggunakan basal sel. Sel yang tertanam
transparan, terlihat seperti lendir. 1 2

18. Neosiphonia savatieri


Berwarna coklat kehitaman, atau
hitam kemerah-merahan, menempel pada
Gambar 2. Morfologi talus alga epifit
permukaan talus Kappaphycus
divisi Chlorophyta pada Kappaphycus
alvarezii.Bentuknya mirip tulang daun
alvarezii 1. Morfologi Chatomorphalinum
pada tanaman hijau dan menempel pada
(4x), 2. morfologi Cladophora
talus rumput laut, terutama pada pangkal
glomerata(10x).
talus rumput penempelannya yaitu melilit
pada permukaan talus dan ujungnya
Tabel 1. Parameter lingkungan setiap P. confuse, P. denuate, Ceramium
stasiun pengambilan sampel boydenii, C. macilentum, C. upolense, C.
Stasiun riosmenae, Seirosphora giraudy,
Parameter
NO Callithamnion corymbosum, Aglaothamnion
Lingkungan Rakit Longline
byssoides, Wrangelia gordoniae,
1 NH3(mg/l) 0,15 0,15
Heterosiphonia japonica, Spyridia
2 Phospat 0.03 0.03 filamentosa dan Neosiphonia savatieri.
(mg/l)
Spesies-spesies ini hampir ditemukan disetiap
3 Suhu (0C) 28,4-33 28,7-32
lokasi pengambilan sampel, terutama spesies-
4 Ph 8,0-8,3 8,0-8,3 spesies dari Ceramiummacilentum,
0
5 Salinitas ( /00) 32-33 32-33 Polisiphonia denuate, dan Wrangelia
6 DO 6,4-6,5 5,4-6,5 gordoniae.
7 Kecepatan 0,06-0,25 0,06-0, 33 Ceramium macilentum, Polisiphonia
Arus (m/det) denuate, dan Wrangelia gordoniae
merupakan biomassa alga epifit terbesar
PEMBAHASAN
pada alga budidaya.Keberadaan alga dari
Alga epifit merupakan alga yang
genus tersebut mendominasi dikarenakan
memafaatkan alga lainnya sebagai inang,
spesies ditemukan hampir disetiap stasiun
namun memiliki kemampuan untuk
dan setiap pengambilan sampel.Dominasi
bertahan hidup tanpa mengambil nutrisi
dari spesies-spesies tersebut diduga
pada alga inangnya yaitu pada alga
karena faktor lingkungan sesuai dan
budidaya, karena alga epifit dapat
nutrisi terpenuhi untuk
melakukan fotosintesis
pertumbuhannya.Berdasarkan beberapa
untukmempertahankan hidupnya.
literature, jenis-jenis alga ini merupakan
Umumnya epifit tidak tergantung pada
alga yang sering dijumpai sebagai epifit.
nutrisi inangnya tetapi, akan terjadi
Hal ini diperkuat oleh Charles (2006) dan
persaingan dalam halmemperoleh cahaya
Suprianto dkk (2016), masing-masing
matahari. Dari 4 ordo yang ditemukan,
penelitian yang telah dilakukan
ordo yang mendominasi pada lokasi
menemukan alga ini menempel pada talus
penelitian ini yaitu ordo Ceramiales,
alga Kappaphycus alvarezii, sedangkan
terdiri dari 15 spesies, 10 genus dan 7
Danilo (2002) dan Anicia (2006)
famili. Adapun spesies yang tergolong
menjumpai Polysiphonia menempel pada
kedalam ordo Ceramiales yang dijumpai
talus Kappaphycus alvarezii. Hal ini
pada penelitian ini yaitu, Acanthophora
menunjukkan bahwa Polysiphonia dan
muscoides, Polysiphonia sphaerocarpha,
Ceramium merupakan alga yang penelitian pendahuluan maupun pada saat
berpotensi sebagai epifit pada talus penelitian berlangsung dengan jumlah
Kappaphycus alvarezii. yang sangat banyak dan selalu
Berdasarkan hasil pengamatan mendominasi disetiap lokasi sampling. Hal
pada tabel 4.2. Pada stasiun longline ini didukung oleh pernyataan Leonardi
nampak bahwa, selama penelitian (2006) menyebutkan bahwa makroalga
berlangsung hampir dapat dipastikan epifit dengan penempelan yang ukup kuat
makroepifit yangmenempel pada talus K. dapat menembus dinding sel dan sel
alvarezii jenis Wrangelia gordonia, kortikola cenderung menempel lebih kuat
polysiphonia denudatedan Ceramium dan lebih lama serta memberikan dampak
macilentum pada setiap pengambilan negative bagi pertumbuhan Kappaphycus
sampel dan disemua titik yang telah alvarezii. Sedangkan tipe epifit yang
ditentukan. Ketiga spesies tersebut menempel dengan lemah dan tidak
ditemukan dengan jumlah yang cukup menembus hingga kedalam dinding sel
banyak.Spesies yang mendominasi pada talus cenderung mudah terlepas dan tidak
metode tanam rakit memiliki kesamaan memberikan dampak cukup besar pada
dengan spesies yang mendominasi pada Kappaphycus alvarezii.Jika ditinjau dari
stasiun longline yaitu spesies-spesies dari penelitian yang dilakukan oleh Anicia
Ceramium macilentum, Polysiphonia (2006) yang mengelompokkan alga
denudate, dan Wrangelia gordoniae. menjadi 5 tipe alga penempel, dimana alga
Spesies tersebut ditemukan disetiap lokasi Ceramium dan Polysiphonia termasuk
sampling.Spesies tersebut ditemukan kedalam tipe 3 dan 4, merupakan alga
dalam jumlah yang cukup epifit yang dapat menembus lapisan luar
banyak.Sedangkan Hypnea dan dinding sel inang, dan dapat
Acanthopora spesifera sering ditemukan menghancurkan sel kortikal. Maka alga ini
namun dalam jumlah individu sedikit. sangat berkompetensi untuk selalu ada
Ceramiummacilentum Polysiphonia pada talus Kappaphycus alvarezii.
denudate, dan Wrangelia gordoniae Sedangkan Acanthopora spesifera
memiliki cara penempelan yang sama, merupakan epifit yang menempel kuat
yaitu holdfast masuk kedalam talus alga pada host inang, akan tetapi pada talus
budidaya, sehingga alga epifit ini dapat inang yang telah mengalami kerusakan.
bertahan ketika hempasan arus kencang. Hal ini diperkuat oleh Stephany (2015)
Sehingga alga-alga tersebut dijumpai pada menyatakan bahwa keberadaan alga sangat
setiap pengambilan sampel, baik pada
bergantung pada kekuatan holdfast untuk yang sesuai untuk pertumbuhan rumput
menempel pada substratnya. laut yaitu 28-30 oC. Pada bulan Maret
Tingginya jumlah alga epift pada 2018, suhu yang didapatkan pada kedua
talus alga Kappaphycus alvarezii lokasi sampling bernilai 32-330C, berarti
disebabkan oleh beberapa faktor. Beberapa pada penanaman rumput laut bulan Maret
faktor tersebut antara lain: bibit alga kurang sesuai. Baracca 1989 dalam Teguh
Kappaphycusalvarezii tidak diganti (2007) menyatakan bahwa rumput laut
dengan bibit yang baru, pengontrolan yang akan mengalami kematian jika suhu
seharusnya dilakukan intensif tetapi tidak perairan mencapai angka 31oC. Kondisi ini
dilakukan intensif, dan kondisi lingkungan yang diduga terjadi pada beberapa stasiun,
yang buruk sehingga dapat memberikan dimana beberapa stasiun terlihat kosong
peluang besar bagi alga epifit menginfeksi atau tidak dijumpai alga pada lokasi
alga Kappaphycus alvarezii. Dari segi penanaman. Kecepatan arus yang
keadaan lingkungan, beberapa parameter didapatkan pada bulan Maret yaitu 0,06
memiliki pengaruh yang besar terhadap m/det lebih rendah dari pada bulan April
pertumbuhan alga, , baik alga budidaya dan Mei yaitu 0,14m/det dan 0,33m/det.
dan alga epifit tersebut. Hasil pengukuran Nilai ini berada pada masih berkisar pada
kualitas perairan pada lokasi budidaya nilai standar menurut Sunarenanda (2014)
rumput laut disajikan pada tabel 4.2. yakni pada 0,01 -0,33 m/det, sehingga
meliputi pengukuran suhu, pH air, pada bulan Maret 2018 dijumpai hampir
Salinitas, kecepatan arus, kadar DO, PO 4, disetiap talus alga budidaya terdapat epifit,
dan NH3. Hasil pengukuran kualitas menyebabkan alga budidaya rapuh karena
perairan tersebut menunjukkan bahwa kekurangan nutrisi. Nutrisi yang
beberapa kualitas lingkungan yang sangat seharusnya diserap dihalangi oleh alga
berpengaruh terhadap kebersihan alga epifit yang berada dipermukaan talus alga
budidaya sehingga memberikan budidaya. Sehingga alga budidaya rapuh,
kesempatan alga epifit tumbuh dengan berlendir dan mudah patah. Untuk bebrapa
baik, seperti suhu dan kecepatan arus. parameter lain nilai yang diperoleh
Suhu perairan teluk Gerupuk menunjukkan kisaan nilai standar
o
berkisar 28,4-33 C, suhu tertinggi parameter budidaya, sehingga secara
dijumpai pada awal penelitian yaitu pada umum kondisi perairan teluk Gerupuk
bulan Maret 2018. Menurut Sulistiani tergolong cukup ideal sebagai lokasi
1999 dalam Teguh (2007) kisaran suhu budidaya Kappaphycus alvarezii.
KESIMPULAN

Berdasarkan dari hasil penelitian dan lokasi rakit 16 spesies. Spesies


yang telah dilakukan pada lokasi budidaya yang hanya ditemukan pada lokasi
rumput laut Kappaphycus alvarezii di longline adalah Heterosiphonia
perairan Teluk Gerupuk Kabupaten japonica,Neosiphonia
Lombok Tengah dapat disimpulkan savatieri,Seirospora giraudyi, dan
sebagai berikut: Stylonema alsidii dan spesies-spesies
yang hanya ditemukan pada lokasi
a. Jenis alga epifit yang ditemukan pada
rakit yaitu Cladophora glomerata dan
budidaya Kappaphycus alvarezii di
Aglaothamnion byssoides.
perairan Teluk Gerupuk, Lombok
c. Sistem penempelan alga epifit yang
Tengah sebanyak 20 spesies yaitu: A.
diamati pada talus alga Kappaphycus
specifera, P. sphaerocarpha, P.
alvarezii dikelompokkan menjadi tiga
confuse, P. denudate, C. boydenii, C.
yaitu menempel dipermukaan talus,
macilentum, C. upolense, C.
melilit dan holdfast masuk kedalam
riosmenae, Seirospora giraudy,
talus alga budidaya. Adapun jumlah
Callithamnion corymbosum,
spesies terbanyak ditemukan dengan
Aglaothamnion byssoides, Wrangelia
system penempelan holdfast masuk
gordoniae, Heterosiphonia japonica,
kedalam talus alga Kappaphyus
Spyridia filamentosa, Neosiphonia
alvarezi.
savatieri, Hypnea spinella, H.
d. Faktor lingkungan yang sangat
pannosa, Stylonema alsidii,
berpengaruh terhadap keberadaan
Cladophora glomerata, Chaetomorpha
makroalga epifit pada talus
linum.
Kappaphyus alvarezii yaitu suhu dan
b. Makroalga epifit yang ditemukan pada
kecepatan arus.
lokasi longline sebanyak 17 spesies
DAFTAR PUSTAKA cottonii. Ilmu Kelautan. 18 (1): 1-
6.
Amal, A., Ambo T., dan Haryati. 2016.
Analisis Hubungan Antara Aslan, L. M. 1991. Budidaya Rumput
Keberadaan Alga Filamen Laut. Kanissius.Yogyakarta.
Kompetitor Terhadap Pertumbuhan
Atmadja, W.S., Kadi, Sulistijo dan Sutari,
dan Kandungan Karaginan Rumput
R. 1996. Pengenalan Jenis Rumput
Laut Kappaphycus sp. di Provinsi
Laut di Indonesia. Puslit
Sulawesi Selatan. Rumput Laut
Oseanologi-LIPI. Jakarta.
Indonesia. 1 (2): 94-102.
Balestros, I., Mutue, T.F. 2012. The Genus
Almualam, Kasim M., dan Salwiyah.
Herposiphonia (Ceramiales,
2016. Laju Penempelan
Rhodophyta) in Reefs
Makroepifit Pada Talus
Environmental Protection Area,
Kappaphyus alvarezii di Perairan
Northeastern Brazil, with new
Lakorua Kabupaten Buton Tengah.
Records for Brazil and The
Menejemen Sumber Daya
Atlantica. Botani. 35(1):107-118.
Perairan. 1 (3): 237-248.
Byeongseok, K., dan Myung S. K. 2014.
Amiluddin. 2007. Kajian Pertumbuhan dan
Three new species of Polysiphonia
Kandungan Karagenan Rumput
sensu lato (Rhodophyta) based on
Laut K. alvarezii yang Terkena
the morphology and molecular
Penyakit Ice-Ice di Perairan Pulau
evidence. Algae. 29 (3): 183-195.
Pari Kep. Seribu. [Tesis]. Sekolah
Pascasarjana, Institut Pertanian Charles V. 2006. Seasonal Occurences of

Bogor. Ecpiphytic Alga on The


Commercially Cultivated Red Alga
Anicia, Q.H., dan Alan, T.C. 2006.
Kappaphycus
Seaweed Industry Of Philiphines
alvarezii(Solieriaceae,
And The Problem Of Ephyfitsm In
Gigartinales, Rhoophyta).
Kappaphycus Farming. University
Malaysia. Institute For Tropical
of Malaya Maritim Research
Biology and Conservation. Journal
center: (1-11).
of Applied Phycology. 18: 611-617.
Arisandi, A., Farid, A., Wahyuni, E. 2013.
Ekaningrum, N., Ruswahyuni dan
Dampak infeksi Ice-ice dan Epifit
Suryanti. 2012. Kelimpahan
Terhadap Pertumbuhan Eucheuma
Hewan Makrobentos yang Irawati, M. W. 2011. Produksi Gracilaria
Berasosiasi pada Habitat Lamun verrucosa yang Dibudidayakan di
dengan Jarak Berbeda di Perairan Tambak dengan Berat Bibit dan
Pulau Pramuka Kepulauan Seribu. Jarak yang Berbeda. Agarisains. 12
1(1):1-6. (1): 57-62.

Ekaristi, S. 2016. Diversitas dan Biomassa Joppy, D. M. 2017. Epifit Pada Rumput
Epifit Pada Lamun Enhalus Laut di Lahan Budidaya Desa
acoroides Pada Berbagai Gradien Tumbak. Budidaya Perairan. 5 (3):
Eutrofikasi di Kepulauan 57-62.
Spermonde. Skripsi. Universitas
Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hasanuddin Makasar.
Hidup (KMNLH). 2004. Baku
Hayashi, L., Anicia, Q., Hurtado, Flower, Mutu Air Laut Untuk Biota Laut.
E.M., Genevieve, B.L., dan Alan, Deputi MNLH. Jakarta
T.C. 2010. A Revie2 of
Leonardi, P.I., Miravalles, A.B., Faugeron,
Kappaphycus Farming: Prospek
S., Flores,V., Beltran, J., Correa, A.
and constraints. (255-283)
2006. Diversity,Phenomemology
Hesty, R. K., Yasir I., dan Anshar, A. M. and Epidemiology ofEpiphytism in
2016. Komposisi jenis dan laju Farmed Gracilaria Chile.Europan
pertumbuhan makroalga fouling Journal of Phycology 41 (2) : 247-
pada media budidaya ganggang 257.
laut di perairan kabupaten
Nurwidodo, Rahardjanto, A., Husamah,
bantaeng. Rumput laut Indonesia. 1
Mas’odi, dan Mufrihah A. 2017.
(1): 40-45.
Potensi, Kendala, dan Strategi
Hollenberg, G.J. dan Norris, J.N. 1997. Pengembangan Budidaya Rumput
The Red Alga Polysiphonia Laut Berbasis Kolaborasi di Daerah
(Rhodomelaceae) in The Northern Kepulauan Sepaken Kabupaten
Gulf of California. Washington. Sumenep. Proseding Seminar
Smithsonian Institution Press Nasional III. 350-360.

Indriani, H. dan Sumarsih. 1991. Budidaya Parenrengi, A., Syah, R. dan Suryati E.
Pengelolaan dan Pemasaran 2010. Budiaya rumput laut
Rumput Laut. Penebar Swadaya. penghasil karaginan (karaginotif).
Jakarta. Badan Penelitian dan
pengembangan kelautan dan Laut di Indonesia. Puslitbang
perikanan. Kementrian kelautan Oseanografi LIPI. Jakarta.
dan perikanan, Republik Indonesia.
Sumich L., 1992. An Introduction to the
Jakarta.
Biology of Marine Life. Wmc
Prasetyo, T. 2007. Parameter Oseanografi Brown. Dubuque. Lowa.
Sebagai Faktor Penentu
Sunarernanda, Y. P., Ruswahyuni, dan
Pertumbuhan Rumput Laut
Suryanti. 2014. Hubungan
Kappaphycus alvarezii di Pulau
Kerapatan Rumput Laut dengan
Pari Kepulauan Seribu, DKI
Kelimpahan Epifauna pada
Jakarta. Skripsi. Institut Pertanian
Substrat Berbeda di Pantai Teluk
Bogor.
Awur Jepara. Maquares, 3 (3): 43-
Radiarta, N. dan Erlania. 2015. Analisis 51.
Spasial dan Temporal Kondisi
Tjitrosoepomo, G. 2011. Taksonomi
Kualitas Perairan Melalui
Tumbuhan (Schizophyta,
Pendekatan Statistik Multivariat di
Thallophyta, Bryophyta,
Teluk Gerupuk Provinsi Nusa
Pteriophyta). Yogyakarta: Gadjah
Tenggara Barat. Riset Akuakultur.
Mada University Press.
10 (3): 435-447.
Tuiyo, R. 2016. Budidaya Laut
Stephany, R. W., Sahala, H., dan
Kappaphyus alvarezii Dalam
Ruswahyuni. 2015. Pengaruh Arus
Kantong Plastik dengan
dan Substrat Terhadap Distribusi
Menggunakan Teknologi
Kerapatan Rumput Laut di Perairan
Basningro. Universitas
Pulau Panjang Sebelah Barat dan
NegeriGorontalo Press. Gorontalo.
Selatan. Ejournal. Universitas
Diponegoro. 3(4):91-98. Wahyuni E. A., Arisandi Apri, Farid
Akhmad. 2011. Studi Karakteristik
Sukiman. 2011. Biodiversitas dan Potensi
Biologi Rumput Laut
Ganggang Merah (Rhodophyta) di
(Kappaphycus alvarezii) Terhadap
Perairan Pantai Jawa Barat. Tesis.
Ketersediaan Nutrien Diperairan
Institut Pertanian Bogor.
Kecamatan Bluto Sumenep.
Sulistiyo dan Atmadja, W. S. 1976. Universitas Trunojoyo Madura.
Perkembangan Budidaya Rumput Artikel Seminar Nasional
Kedaulatan Pangan dan Energi. 1-
5.

Yulianto, K. 2004. Fenomena Faktor


Pengontrol Penyebab Kerugian
Pada Budidaya Karaginofit di
Indonesia. Oseana, 2 (29): 17 –23.
LIPI.

Anda mungkin juga menyukai