Anda di halaman 1dari 31

KOMBINASI CACING SUTRA DAN PAKAN BUATAN YANG

DITAMBAH PROBIOTIK PADA PEMELIHARAAN LARVA


IKAN LELE Clarias sp.

LUSSY ANGGRAINY

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi kombinasi cacing sutra dan
pakan buatan yang ditambah probiotik pada pemeliharaan larva ikan LeleClarias
sp.adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2015

Lussy Anggrainy
NIM C14110084
ABSTRAK
LUSSY ANGGRAINY. Kombinasi Cacing Sutradan Pakan Buatan yang
Ditambah Probiotik pada Pemeliharaan Larva Ikan Lele Clarias sp.. Dibimbing
oleh DEDI JUSADI dan MUHAMMAD AGUS SUPRAYUDI.

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengevaluasi pemberian


cacing sutra, pakan buatan dan probiotik dalam budidaya larva ikan lele Clarias
sp.Larva ikan leleumur satu hari(d1) berukuran 0,5±0,03 cm ditebar ke dalam 15
wadah plastik berdiameter 40 cm yang diisi air setinggi 15 cm. Larva lele umur d2
diberi artemia. Mulai d3 sampai d8, larva ikan lele diberipakan sesuai perlakuan,
yaitu (C) cacing sutra, (PB + C) pakan buatan + cacing sutra, (PB + Pr + C) pakan
buatan + probiotik + cacing sutra, (PB) pakan buatan, (PB + Pr) pakan buatan +
probiotik.Mulai d9 sampai d14 larva ikan lele diberi pakan buatan. Hasil
penelitian menunjukan bahwa perlakuanpakan cacing sutra memiliki sintasan
yang paling tinggi (95%), komposisi ikan akhir perlakuan cacing sutra juga
didominasi dengan ukuran M (72,5%). Sedangkan perlakuan pakan buatan
memiliki sintasan paling rendah (73,4 %), dan didominasi oleh ikan ukuran S
(99,5%). Protein efisiensi rasio cacing sutra dan pakan buatan tidak berbeda nyata.
Di sisi lain, pemberianprobiotikpada pakan buatan dapatmeningkatkan protein
efisiensirasiodanpertumbuhan larva ikanlele.

Kata kunci: Larva,Clarias sp., cacing sutra, pakanbuatan, probiotik

ABSTRACT

Lussy Anggrainy. The Combination of Sludge Worm, Artificial Dietand


Probioticas a Diet for Larval Clarias sp.. Supervised by DEDI JUSADI and
MUHAMMAD AGUS SUPRAYUDI.

This study was conducted to evaluate sludge worm, artificial diet and
probioticas a diet of larval Clarias sp. One day old larvae with total length of 0.5
± 0.03 cm were stocked into a 15 plastic container diameter of 40 cm and filled
with water up to 15 cm. D2 Clariaslarvae were fed on Artemiasalina. From d3 till
d8,the larvae were fed on either sludge worm, artificial diet plus sludge worm,
artificial dietplus probiotics plus sludge worm, artificial diet, or artificial diet plus
probiotics. During the period of d9 till d14, they were fed on artificial diet.
Results showed that larvae fed on sludge worm had significantly the highest
survival rate (95 %); size distribution of lavae in this groups was also dominated
by the large fish (72.5 %). On the other hand, larvae fed on artificial diet had the
lowest survival rate (73.4 %), and was dominated by the small fish (99.5%).
Protein efficiency ratio between sludge worm and artificial diet treatments were
not significantly different. However, the addition of probioticinto the artificial diet
enhanced the protein efficiency ratio and the growth of larvae.

Key word: Larvae, Clarias sp., sludge worm, artificial diet, probiotic.
KOMBINASI CACING SUTRA DAN PAKAN BUATAN YANG
DITAMBAH PROBIOTIK PADA PEMELIHARAAN LARVA
IKAN LELE Clarias sp.

LUSSY ANGGRAINY

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan
pada
Departemen Budidaya Perairan

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang
dipilih dalam karya tulis ini adalah“Kombinasi Cacing Sutradan Pakan Buatan
yang Ditambah Probiotik pada Pemeliharaan Larva Ikan LeleClarias sp.”Terima
kasih dan penghargaan penulis ucapkan kepada:
1. Ayahanda Ir. Toni Sanjoyo, Ibunda Pupu Maspuroh, Shandy Purwanto dan
Dicky Sucipto atas doa, cinta, kasih sayang, dan dukunganyang tak pernah
berhenti mengalir.
2. Dosen pembimbing I yaitu bapak Dr Dedi Jusadi dan dosen pembimbing
II yaitu Dr Muhammad Agus Suprayudi atas segala masukan dan
dukungannya selama pelaksanaan penelitian dan penyusunan tugas.
3. Dr Dinamela W. S Si. M Si selaku dosen penguji tamu dan Dr Ir Mia
Setiawati, M Si selaku dosen perwakilan Ketua Program Studi.
4. Terima kasih pula kepada Pak Wasjan, Mba Retno, Kang Yosi yang
sangat banyak membantu dalam penelitian ini.
5. Teruntuk anggota Rambo Fish Farm Senior dan Rambo Fish Farm Junior
terimakasih atas larva ikan untuk penelitian, waktu, tempat dan dukungan
yang diberikan.
6. Sahabat Fullhouse tercinta Tami, Hilda, Farida, Fadilatun, Raden yang
telah memberi warna selama kuliah.
7. Teman-teman Muka Lele Aci, Abda, Aji, Aldi, Asep, Daus, Dewi, Faaza,
Faiz F, Furqon, Hilda, Ida, Mukhlis, Mumi, Raden, Riska, Rosi, Wawan,
Wikke, Wildan dan Ica yang telah mendukung penelitian saya.
8. Mahasiswa budidaya perairan angkatan 48.
9. Dan terakhir terima kasih kepada beasiswa PPA/BBM 2013-2014 yang
telah banyak membantu.
Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan juga
bagi pembaca.

Bogor, Juli 2015

Lussy Anggrainy
DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL……………………………………………………………….. vi
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………. vi
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………... vi
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
Latar Belakang .................................................................................................... 1
Tujuan Penelitian ................................................................................................. 2
METODE ................................................................................................................ 2
Pemeliharaan Larva ............................................................................................. 2
Manajemen Pemberian Pakan ............................................................................. 2
Panen ................................................................................................................... 4
Parameter Uji ....................................................................................................... 4
Analisis Kimia ..................................................................................................... 5
Analisis Data ....................................................................................................... 5
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................... 5
Hasil..................................................................................................................... 5
Pembahasan ......................................................................................................... 9
KESIMPULAN ..................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 11
LAMPIRAN .......................................................................................................... 13
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... 21
DAFTAR TABEL
1. Kualitas air media budidaya selama pemeliharaan...................................... 2
2. Jenis pakan yang diberikan selama pemeliharaan. ...................................... 3
3. Hasil analisis proksimat masing-masing pakan (%). ................................... 4
4. Jumlah pemberian pakan naupli artemia, cacing sutra dan pakan
buatan selama pemeliharaan 14 hari ............................................................ 6
5. Jumlah protein bobot basah yang dikonsumsi larva lele selama
pemeliharaan 14 hari ................................................................................... 6
6. Hasil pengukuran parameter kelangsungan hidup (%), protein
efisiensi rasio dan koefisien keragaman panjang (%) ikan akhir
selama pemeliharaan.................................................................................... 7
7. Hasil pengukuran parameter persentasi ikan pada akhir pemeliharaan ....... 7
8. Rataan panjang (cm) ikan lele di akhir penelitian ....................................... 8
9. Bobot rataan (g) ikan lele di akhir penelitian .............................................. 8
10. Analisis usaha pemberian pakan cacing sutra, pakan buatan dan
probiotik dalam budidaya larva ikan lele Clarias sp. selama
pemeliharaan 15 ........................................................................................... 9

DAFTAR LAMPIRAN
1. Prosedur analisa proksimat ........................................................................ 13
2. Anova dan hasil uji Duncan ...................................................................... 14
3. Analisis Usaha ........................................................................................... 19
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pada budidaya larva lele sampai 7 - 9 hari, larva ikan membutuhkan pakan
alami berupa cacing sutra.Pemenuhan kebutuhan cacing sutra hanya
mengandalkan dari hasil tangkapan alam.Namun ketersediaan cacing sutra di alam
tidak tersedia sepanjang tahun.Pada saat musim penghujan ketersediaan cacing
sutra menurun, karena cacing sutra di alam terbawa oleh arus deras akibat curah
hujan yang cukup tinggi (Fajri danHutabarat 2014).Hal ini mengakibatkan
kelangkaan cacing sutra pada musim penghujan sehingga menghambat produksi
pembenihan ikan Lele.Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu petani
cacing sutra di Dramaga Bogor, harga cacing sutra meningkat dari Rp14.000/l
menjadi Rp 16.000/l pada musim hujan.Oleh karena itu, ketergantungan pada
cacing sutra dalam kegiatan pembenihan ikan lele harus dikurangi.Salah satu
upaya yang dapat dilakukan adalah dengan mengganti pakan alami dengan pakan
buatan.Pakan buatan merupakan substitusi pakan alami yang dapat digunakan
karena nilai nutrisi yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan larva.Namun salah
satu kelemahan dari pakan buatan adalah tidak adanya enzim yang dibutuhkan
larva untuk mencerna pakan buatan tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian Fauji (2014) dan Nurhayati (2014), pemberian
kombinasi pakan buatan dan cacing sutra (3:1) pada larva ikan lele Clarias sp.
mulai umur 4 hari masing-masing sampai 24 dan 34 hari, menghasilkan
pertumbuhan dan kelangsungan hidup yang sama dengan perlakuan pakan hanya
cacing sutra. Namun, ketika larva ikan hanya diberi pakan buatan, kelangsungan
hidup dan pertumbuhannya lebih rendah dari perlakuan cacing sutra
saja.Rendahnya pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva lele yang hanya
diberi pakan buatan diduga berkorelasi dengan rendahnya aktivitas enzim
pencernaan larva lele.
Menurut Kuncoro (2006) aktifitas protease pada larva lele baru terdeteksi
saat larva umur 2 hari setelah menetas, aktivitasnya semakin meningkat sejalan
dengan berkembangnya pencernaan larva.Peningkatan aktivitas enzim tertinggi
pada umur 7 hari.Oleh karena itu, agar pemberian pakan buatan dapat dicerna oleh
larva, perlu ditambahkan enzim bersama pakan buatan tersebut.Salah satu bahan
penghasil enzim yang bisa ditambahkan bersama pakan buatan adalah
probiotik.Menurut Verschuere et al.(2000) probiotik merupakan suplemen pakan
yang menguntungkan. Probiotik mempengaruhi inang dengan cara meningkatkan
keseimbangan usus untuk meningkatkan kecernaan. Probiotik menghasilkan
beberapa enzim exogenous untuk pencernaan pakan seperti amylase, protease,
lipase dan selulase yang akan membantu enzim endogenuous di inang untuk
menghidrolisis nutrien pakan. Pemberian pakan buatan bersama probiotik
diharapkan dapat mengurangi penggunaan cacing dalam budidaya larva lele.Oleh
karena itu pada penelitian ini dilakukan dilakukan penambahan probiotik untuk
membantu meningkatkan daya cerna pakan buatan.
2

Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengevaluasi kombinasi


pemberian cacing sutra dan pakan buatan ditambah probiotik dalam budidaya
larva ikan lele Clarias sp.

METODE

Pemeliharaan Larva

Larva ikan lelehari ke-1 (d1) berukuran 0,5±0,03 cm ditebar ke dalam 15


wadah plastik berdiameter 40 cm yang diisi air setinggi 15 cm.Penebaran larva
dilakukan pada pukul 20.00 WIB dengan kepadatan 40 ekor/l. Sebelum larva
ditebar, air diberi klorin sebanyak 30 ppm lalu diaerasi selama 48 jam. Larva
dipelihara sampai berumur 15 hari. Selama masa budidaya, larva diberi pakan
sesuai dengan perlakuannya dan dilakukan pergantian air secara periodik.
Pergantian air mulai dilakukan saat larva berumur dua hari, yakni bersamaan
dengan pemberian pakan pertama. Penyiponan dan pergantian air dilakukan satu
kali sehari sebanyak 10% dari total volume air. Pengecekan suhu dan oksigen
terlarutdilakukan dua kali setiap hari yaitu pukul 06.00 WIB dan pukul 18.00
WIB. Kondisi kualitas air dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1Kualitas air media budidaya selama pemeliharaan

Perlakuan Tandon
Parameter PB + Pr
C PB + C PB PB + Pr
+C
Ph - - - - - 7,8
Oksigen
terlarut 4-7,1 4,2-6,9 4,3-7 4,1-7 4,4-7 7
(mg/l)
Suhu (0C) 25-31,2 25,8-31,5 25,8-30,5 25,5-31,3 25,3-30,8 28,2

Manajemen Pemberian Pakan

Pada saat berumur dua hari (d2), larva mulai diberi artemia dengan frekuensi
pemberian setiap 5 jam yaitu pukul 06.00-07.00 WIB, 10.00-11.00 WIB, 14.00-
15.00 WIB, 18.00-19.00 WIB dan 22.00-23.00 WIB.Pada umur d3 sampai d8,
larva diberi pakan sesuai dengan perlakuan (Tabel 2).Perlakuan tersebut adalah
sebagai berikut.
a. PerlakuanC : pemberian pakan berupa cacing sutra.
b. Perlakuan PB + C : pemberian pakan buatan dan cacing sutra.
c. Perlakuan PB + Pr + C : pemberian pakan buatan dan cacing sutra, serta
probiotik.
d. Perlakuan PB : pemberian pakan buatan.
3

e. Perlakuan PB + Pr : pemberian pakan buatan yang dicampur probiotik


Masing-masing pakan perlakuan diberikan dengan frekuensi 4 kali sehari
yaitu pukul 06.00-07.00 WIB, 11.00-12.00 WIB, 16.00-17.00 WIB dan 22.00-
23.00 WIB.Pada perlakuan PB + C, PB + Pr + C, PB dan PB + Pr pakan buatan
yang diberikanmemiliki dua ukuran. Pada larva umur d3 sampai larva umur d5,
pakan buatan Frippak 1 yang diberikan berukuran 200µm. Sedangkan pada larva
umur d6 sampai larva umur d8, pakan buatan Frippak 2 yang diberikan berukuran
300µm. Pada perlakuan PB + Pr + Cdan PB + Pr, probiotik merk Pro-F diberikan
sebanyak 0,5% dari total pakan buatan yang diberikan dengan cara dicampurkan
dengan pakan.Sebelum diberikan ke larva ikan, pakan buatan dicampur dengan
probiotik.Pada perlakuan PB + Cdan PB + Pr + C, cacing sutra diberikan pada
pukul 06.00 WIB, sedangkan pakan buatan diberikan pada pukul 11.00-12.00
WIB, 16.00-17.00 WIB dan 22.00-23.00 WIB.
Pada awal pemeliharaan, cacing sutra diberikan sebanyak 50% dari bobot
ikan. Pemberian cacing hari berikutnya dengan metode ad libitum, yaitu pakan
diberikan sekenyangnya.Pakan buatan Frippak diberikansebanyak 5% dari bobot
ikan.Pemberian Frippak dengan peningkatan 10% dari feeding ratehari
sebelumnya setiap 1 - 2 hari sekali.Pakan buatan Fengli 0 diberikan sebanyak 10%
dari bobot ikan. Pemberian Fengli hari berikutnya peningkatan feeding rate10%
hari sebelumnya setiap 1-2 hari sekali. Mulai d9, larva ikan di seluruh perlakuan
hanya diberi pakan fengli 0 sampai d14.Pakan diberikan dengan frekuensi
pemberian pakan 3 kali sehari yaitu 07.00 - 08.00, 14.00 - 15.00, dan 20.00 -
21.00. Jenis pakan yang diberikan selama pemeliharan 14 hari dapat dilihat pada
Tabel 2.

Tabel 2 Jenis pakan yang diberikan selama pemeliharaan.

Umur (d)/ Pemberian pakan


1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
C
PB + C
TP A PB + Pr + C F P Pa
PB
PB + Pr
Keterangan: TP = Tidak diberi pakan, A = Artemia, F =Fengli 0, C =
Pakan Cacing sutra, PB = Pakan Buatan, Pr = Probiotik, P = Puasa, Pa = panen.

Hasil analisa proksimat masing-masing pakan yang digunakan dalam


penelitian ini disajikan pada Tabel 3.Kandungan protein pakan buatan yang
diberikan menurun seiring dengan besarnya ukuran pakan.
4

Tabel 3 Hasil analisis proksimat masing-masing pakan (%)

Pakan Protein Air


Artemia 8,29 83,86
Cacing 9,47 79,86
Frippak 1 53,21 5,38
Frippak 2 43,34 6,15
Fengli 0 36,14 11,19

Panen

Panen dilakukan setelah larva berumur d16, setelah dilakukan puasa


selama 24 jam pada larva berumur d15. Panen dilakukan pada pukul 07.00 WIB.
Larva dipisahkan dengan menggunakan alat grading yang biasa digunakan petani
lele dengan masing-masing diameter lubang grading yaitu ukuran S (kecil) 0,3 cm,
ukuran M (sedang) 0,4 cm, dan ukuran L (besar) 0,5 cm. Sedangkan ikan yang
lebih besar dari ukuran L dikatagorikan ukuran jumper. Jumlah larva dihitung
sesuai ukuran untuk menentukan kelangsungan hidup larva.Setelah itu panjang
dan bobot larva dihitung dengan mengambil sampel sebanyak 30 ekor larva dari
setiap ulangan pada akhir penelitian.Larva lele sebanyak 100 ekor tiap perlakuan
diambil untuk uji analisis protein dan analisis kualitas air.

Parameter Uji

Panjang rataan benih ikan Lele


Panjang rata-rata merupakan panjang yang diukur dari ujung kepala sampai
ujung ekor menggunakan jangka sorong dengan ketelitian 0.01 cm.Rumus yang
digunakan sebagai berikut :
𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 (𝑐𝑚)
𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑟𝑎𝑡𝑎𝑎𝑛 =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎𝑕 𝑖𝑘𝑎𝑛 (𝑒𝑘𝑜𝑟)
Bobot rataan benih ikan Lele
Bobot rata-rata merupakan masa rataan yang dihitung menggunakan
timbangan digital dengan ketelitian 0.01 gram. Rumus yang digunakan sebagai
berikut :
𝐵𝑖𝑜𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 (𝑔)
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑟𝑎𝑡𝑎𝑎𝑛 =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎𝑕 (𝑒𝑘𝑜𝑟)
Kelangsungan hidup
Kelangsungan hidup merupakan persentase antara jumlah ikan yang hidup
dengan jumlah ikan awal tebar. Rumus yang digunakan sebagai berikut :
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎𝑕 𝐼𝑘𝑎𝑛 𝐴𝑘𝑕𝑖𝑟 (𝑒𝑘𝑜𝑟)
𝐾𝑒𝑙𝑎𝑛𝑔𝑠𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑕𝑖𝑑𝑢𝑝 (%) = 𝑥 100
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎𝑕 𝑖𝑘𝑎𝑛 𝐴𝑤𝑎𝑙 (𝑒𝑘𝑜𝑟)
Protein efisiensi rasio
Retensi protein merupakan perbandingan nilai antara pertambahan berat
tumbuh (dalam gram berat basah) dengan jumlah protein yang dikonsumsi (dalam
gram berat basah). Rumus yang digunakan sebagai berikut (Steffens 1989) :
5

𝑃𝑒𝑛𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑏𝑖𝑜𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑖𝑘𝑎𝑛 (𝑔)


𝑃𝑟𝑜𝑡𝑒𝑖𝑛 𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜 =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎𝑕 𝑝𝑟𝑜𝑡𝑒𝑖𝑛 𝑑𝑖𝑘𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖 (𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑏𝑎𝑠𝑎𝑕)
Koefisien Keragaman panjang
Koefisien keragaman panjang dinyatakan dengan rumus Steel dan Torrie
(1980):
𝑆𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 𝑑𝑒𝑣𝑖𝑎𝑠𝑖
𝐾𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑘𝑒𝑟𝑎𝑔𝑎𝑚𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 (%) = 𝑥 100
𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎
Analisis Usaha
Analisis usaha yang dihitung berupa penjualan ikan akhir berdasarkan
ukuran dan biaya pakan yang dikeluarkan selama pemeliharaan.Sehingga
didapatkan selisih penjualan ikan dan biaya pakan.

Analisis Kimia

Analisis kimia yang dilakukan terdiri dari analisis proksimat ikan d0, ikan
umur 15 hari (d15) dan pakan yang digunakan selama penelitian. Analisis ini
meliputi uji protein dan air mengikuti Takeuchi (1988) seperti tercantum di
Lampiran 1.

Analisis Data

Penelitian ini menggunakan RAL (Rancangan Acak Lengkap) dengan lima


perlakuan dan tiga ulangan. Untuk menganalisis data digunakanSAS (Statistical
Analysis System), serta dilakukan uji lanjut untuk beda nyata menggunakan uji
Duncan. Parameter yang dianalisis statistik secara kuantitatif adalah tingkat
kelangsungan hidup, protein efisiensi rasio, koefisien keragaman panjang,
komposisi ikan akhir, panjang rataan dan bobot rataan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Banyaknya jumlah pakan pada masing-masing perlakuan dapat dilihat


pada Tabel 4.Berdasarkan metode pemberian pakan didapatkan jumlah pakan dari
lima jenis pakan yang diberikan selama pemeliharaan 14 hari. Larva ikan di
Perlakuan Cmemperolehpakan paling banyak, sedangkan larva ikan di Perlakuan
PB dan PB + Pr memperoleh pakan paling sedikit.
6

Tabel 4 Jumlah pemberian pakan naupli artemia, cacing sutradan pakan buatan
selama pemeliharaan 14 hari (g)

Perlakuan Artemia Cacing Frippak-1 Frippak-2 Fengli 0 Jumlah


C 1,22 213,19 2,02 216,43
PB + C 1,22 91,04 0,27 0,36 3,19 96,09
PB + Pr + C 1,22 91,04 0,27 0,36 3,19 95,09
PB 1,22 0,36 0,48 4,27 6,34
PB + Pr 1,22 0,36 0,48 4,79 6,86

Jumlah protein yang dikonsumsi ikan lele selama pemeliharaan 15 hari


disajikan pada Tabel 5. Jumlah protein yang dikonsumsi di Perlakuan C lebih
tinggi dibandingkan perlakuan lain. Pada perlakuan yang hanya menggunakan
pakan buatan, konsumsi proteinnya paling sedikit.

Tabel 5 Jumlah protein bobot basah yang dikonsumsi larva lele selama
pemeliharaan 14 hari (g)

Perlakuan Artemia Cacing Frippak-1 Frippak-2 Fengli 0 Jumlah


C 0,101 20,188 0,731 21,020
PB + C 0,101 8,621 0,146 0,159 1,153 10,981
PB + Pr + C 0,101 8,621 0,146 0,159 1,153 10,180
PB 0,101 0,195 0,211 1,543 2,051
PB + Pr 0,101 0,195 0,211 1,730 2,237

Kelangsungan hidup, protein efisiensi rasio dan koefisien keragaman


panjang larva ikan lele selama pemeliharaan 15 hari disajikan pada Tabel 6. Nilai
kelangsungan hidup pada semua perlakuan berbeda nyata. Ikan di Perlakuan C
yaitu pemberian pakan cacing sutra memiliki nilai kelangsungan hidup lebih besar
dibandingkan perlakuan lain. Perlakuan PB, yaitu pemberian pakan buatan
memiliki nilai kelangsungan hidup paling kecil. Kelangsungan hidup perlakuan
yang diberi probiotik memiliki nilai yang lebih tinggi dibanding perlakuan yang
tanpa diberikan probioik, seperti Perlakuan PB + C dibanding Perlakuan PB + Pr
+ C dan Perlakuan PB dibanding Perlakuan PB + Pr .Nilai protein efisiensi rasio
pada Perlakuan PB + Pr + C dan PB tidak berbeda nyata dengan Perlakuan C dan
PB + C. Perlakuan PB + Pr berbeda nyata dibandingkan dengan semua
perlakuan.Koefisien keragaman panjang perlakun PB + C, PB + Pr + C, PB + Pr
tidak berbeda nyata dibandingkan dengan perlakuan C dan PB.Sedangkan
perlakuan C berbeda nyata dibanding perlakuan PB.
7

Tabel 6 Hasil pengukuran parameter kelangsungan hidup (%), protein efisiensi


rasio dan koefisien keragaman panjang (%) ikan akhir selama pemeliharaan

Perlakuan KH (%) PER KKP (%)


C 95,0±3,26 a
5,7±0,53 b
17,2±1,4b
PB + C 84,7±1,51c 3,4±0,16c 18,4±2,2ab
PB + Pr + C 88,6±1,93b 3,8±0,25cb 20,1±0,6ab
PB 73,4±1,99e 4.9±0,60cb 28,7±8,2a
PB + Pr 79,2±0,93d 8,0±2,11a 22,3±8,8ab
Huruf superscrift yang sama di setiap kolom yang sama menunjukkan hasil yang
tidak berbeda nyata (P>0,05).
`
Persentase akhir larva ikan lele selama pemeliharaan 15 hari disajikan pada
Tabel 7. Ikan Perlakuan C yaitu pemberian pakan cacing sutra tidak ada yang
memiliki ukuran kategori jumper. Panjang ikan yang mencapai ukuran jumper di
semua perlakuan tidak berbeda nyata. Ikan di Perlakuan C hanya memiliki dua
ukuran, yakni M dan S, dan dominan di ukuran M. Sedangkan ikan di perlakun
lain, lebih dari 95% masih berukuran S, sisanya M dan jumper.

Tabel 7 Hasil pengukuran parameter persentasi ikan pada akhir pemeliharaan

Perlakuan Ukuran Jumper Ukuran M Ukuran S


a
C 72,5 ± 9,96 27,5 ± 9,96b
a b
PB + C 0,2 ± 0,09 4,3 ± 1,05 95,5 ± 1,11a
PB + Pr + C 0,3 ± 0,01a 0,8 ± 1,23b 98,9 ± 1,23a
PB 0,2 ± 0,28a 0,4 ± 0,43b 99,5 ± 0,29a
a b
PB + Pr 0,1 ± 0,19 2,5 ± 3,97 97,4 ± 3,81a
Huruf superscrift yang sama disetiap kolom yang sama menunjukkan hasil yang
tidak berbeda nyata (P>0,05).

Panjang akhir larva ikan lele selama pemelihaaan 15 hari disajikan pada
Tabel 8. Ikan ukuran M di semua perlakuan memiliki panjang yang sama.
Sedangkan ikan ukuran S di Perlakuan C memiliki ukuran paling panjang.Ikan
Perlakuan C yaitu pemberian pakan hanya cacing sutra tidak ada yang memiliki
ukuran kategori jumper. Panjang ikan yang mencapai ukuran jumper dan besar
(M) di semua perlakuan tidak berbeda nyata. Namun, ikan ukuran kategori kecil
(S) di perlakuan yang diberi pakan cacing lebih panjang dari ikan di empat
perlakuan lainnya. Ikan M di Perlakuan PB, memiliki ukuran yang paling kecil.
Pemberian probiotik pada pakan buatan (Perlakuan PB + Pr + C dan PB + Pr)
dapat meningkatkan ukuran ikan S dibanding tanpa suplemen probiotik.
8

Tabel 8 Rataan panjang (cm) ikan lele di akhir penelitian

Perlakuan Ukuran jumper Ukuran M Ukuran S


a
C 2,5±0,1 1,9±0,0a
PB + C 3,4±0,1a 2,3±0,0a 1,7±0,0b
a a
PB + Pr + C 3,2±0,1 2,4±1,4 1,8±0,0ab
PB 3,6±2,1a 2,2±1,3a 1,4±0,0c
a a
PB + Pr 3,4±1,9 2,2±1,2 1,5±0,1c
Huruf superscrift yang sama disetiap kolom yang sama menunjukkan hasil yang
tidak berbeda nyata (P>0,05).

Bobot akhir larva lele selama pemeliharaan 15 hari disajikan pada Tabel 9.
Ikan Perlakuan C, yaitu pemberian pakan hanya cacing sutra, tidak ada yang
memiliki ukuran kategori jumper. Bobot ikan yang mencapai ukuran jumper di
semua perlakuan tidak berbeda nyata. Pada katagori ukuran M, ikan Perlakuan C
lebih berat dibanding dengan empat perlakuan lain yang bobotnya sama. Sama
halnya dengan ukuran M, ikan ukuran S di Perlakuan C lebih berat dari perlakuan
lainnya.Pemberian probiotik pada pakan buatan (Perlakuan PB + Pr + C dan PB +
Pr) dapat meningkatkan bobot ikan ukuran S dibanding tanpa suplemen probiotik.

Tabel 9 Bobot rataan (g) ikan lele di akhir penelitian

Perlakuan Ukuran jumper Ukuran M Ukuran S


a
C 0,21±0,02 0,07±0,01a
PB + C 0,44±0,03a 0,13±0,02b 0,05±0,00b
a b
PB + Pr + C 0,37±0,03 0,17±0,10 0,06±0,00ab
PB 0,39±0,23a 0,12±0,07b 0,02±0,00d
PB + Pr 0,44±0,25a 0,11±0,07b 0,03±0,01c
Huruf superscrift yang sama disetiap kolom yang sama menunjukkan hasil yang
tidak berbeda nyata (P>0,05).

Analisis usaha pemberian pakan cacing sutra, pakan buatan dan probiotik
dalam budidaya larva ikan lele Clarias sp. selama pemeliharaan 15 hari disajikan
pada Tabel 10 dan rincian pendapatan dan pengeluaran di Lampiran 3. Penjualan
di perlakuan C lebih tinggi dibandingkan perlakuan lain sehingga selisih biaya
pakan dengan penjualan memiliki nilai yang paling tinggi juga. Diikuti oleh
perlakuan tanpa pemberin cacing (Perlakuan PB dan PB + Pr).Sedangkan
perlakuan PB + C dan PB + Pr + C memiliki penjualan yang sama dengan
perlakuan tanpa cacing sutra namun biaya pakan lebih tinggi dibanding perlakuan
tanpa cacing sutra sehingga didapatkan selisih biaya pakan dengan penjualan yang
rendah.
9

Tabel 10 Analisis usaha pemberian pakan cacing sutra, pakan buatan dan
probiotik dalam budidaya larva ikan lele Clarias sp. selama pemeliharaan
15

Perlakuan Jumah Ikan Penjualan Biaya pakan Selisih Biaya


(ekor) (Rp) (Rp) Pakan dengan
Penjualan (Rp)
C 716 37.275 4.351 32.924
PB + C 633 12.069 2.751 9.319
PB + Pr + C 668 12.235 2.763 9.472
PB 553 12.814 1.351 11.462
PB + Pr 597 14.083 1.379 12.704

Pembahasan

Larva ikan lele yang dipelihara selama 15 hari pada perlakuan pemberian
pakan hanya cacing sutra memiliki nilai kelangsungan hidup tertinggi, yakni 95%.
Nilai ini lebih tinggi 12,2% dibandingkan perlakuan pemberian pakan buatan
dicampur cacing sutra dan lebih tinggi 29,5% dibandingkan pemberian hanya
pakan buatan. Perlakuan pemberian pakan hanya cacing sutra juga memiliki nilai
bobot dan nilai panjang yang lebih tinggi (Tabel 8 dan Tabel 9). Perlakuan
pemberian hanya pakan buatan memiliki nilai bobot dan nilai panjang yang lebih
rendah dibandingkan perlakuan lain. Hal ini dibuktikan juga dengan hasil grading
(Tabel 7), Perlakuan pemberian pakan dengan cacing sutra didominasi ukuran
ikan M (72,5%) sedangkan perlakuan pemberian pakan buatan didominasi ukuran
ikan S (>95,5%).
Berdasarkan penelitian Anggraeni dan Abdulgani (2013) rata-rata laju
pertumbuhan spesifik dan laju pertumbuhan panjang harian ikan betutu yang
dipelihara selama 28 hari menghasilkan perlakuan dengan pemberian pakan
cacing sutra memiliki nilai yang lebih tinggi dan tidak berbeda nyata dengan
perlakuan pemberian pakan cacing darah dan pemberian pakan ikan mas.
Sedangkan perlakuan pemberian pakan pelet memiliki nilai yang paling rendah
dan berbeda nyata dengan perlakuan lain. Laju pertumbuhan spesifik menjelaskan
bahwa ikan mampu memanfaatkan nutrien pakan untuk disimpan dalam tubuh
dan mengkonversinya menjadi energi.Energi digunakan untuk metabolisme dasar,
pergerakan, produksi organ seksual, pergantian sel-sel yang telah rusak dan
kelebihannya digunakan untuk pertumbuhan.Pertumbuhan ikan erat kaitannya
dengan ketersediaan protein dalam pakan dan jumlah protein akan mempengaruhi
pertumbuhan ikan.
Menurut Subandiyono dan Elfitrasari (2013) pertumbuhan ikan
dipengaruhi oleh protein yang didapat dari pakan.Protein yang diperoleh dari
pakan akan digunakan untuk pertumbuhan dan perbaikan jaringan. Protein pakan
dengan kecernaan yang tinggi dapat dimanfaatkan oleh tubuh dengan tinggi
sehingga dapat menghasilkan pertumbuhan.Kekurangan protein dapat mengurangi
tingkat pertumbuhan ikan.Berdasarkan hasil perhitungan nilai protein efisiensi
rasio pada penelitian ini diketahui bahwa nilai protein efisiensi rasio pada
perlakuan pemberian pakan cacing sutra dan pemberian pakan buatan tidak
10

berbeda nyata. Hal ini diduga asam amino yang terdapat pada pakan buatan sama
baik dengan asam amino yang terdapat pada cacing sutra dibandingkan dengan
perlakuan pemberian pakan cacing sutra dicampur pakan buatan (Tabel 6).Asam
amino bebas dihasilkan dari protein yang terhidrolisis.Asam amino tersebut
diserap oleh saluran usus dan didistribusikan oleh darah ke organ dan jaringan
untuk mensintesis protein baru.Asam amino digunakan oleh ikan untuk
membangun protein baru yaitu untuk pertumbuhan. Protein yang tidak memadai
dalam pakan dapat menghentikan dan mengurangi pertumbuhan ikan, namun
apabila berlebih protein akan dibuang oleh tubuh ( Halver dan Hardy 2002).
Nilai protein efisiensi rasio perlakuan pakan buatan ditambah probiotik
memiliki nilai yang paling tinggi. Penambahan probiotik pada perlakuan tiga dan
perlakuan lima juga menghasilkan kelangsungan hidup lebih tinggi 4,7% dan
7,9% dibanding perlakuan dua dan empat. Nilai panjang dan bobot ikan dengan
perlakuan penambahan probiotik juga lebih tinggi dibandingkan perlakuan tanpa
probiotik (Tabel 8 dan 9).Hal ini diduga adanya peningkatan daya cerna larva ikan
lele denganpemberian probiotik pada pakan.Energi yang didapatkan untuk
pemeliharaan tubuh ikan diduga semakin tinggi sehingga kelangsungan hidup
semakin meningkat.Probiotik merupakan suplemen pakan yang menguntungkan
mempengaruhi inang dengan cara meningkatkan keseimbangan usus untuk
meningkatkan kecernaan (Verschuere et al. 2000). Jenis bakteri yang diberikan
pada penelitian ini adalah Bacillus.Menurut Aslamyah et al. (2009) salah satu
mikroba yang menguntungkan yang terdapat dalam pencernaan adalah Bacillus
sp. yang berperan dalam meningkatkan kecernaan nutrien pakan melalui enzim
eksogen yang disekresikan.
Pada penelitian Fauji (2014) dan Nurhayati (2014), pemberian kombinasi
pakan buatan dan cacing sutra (1:1) pada larva ikan lele Clarias sp. mulai umur 4
hari masing-masing sampai 24 dan 34 hari, menghasilkan pertumbuhan dan
kelangsungan hidup yang paling baik dibandingkan perlakuan pemberian pakan
hanya cacing sutra. Sedangkan pada penelitian ini perlakuan pemberian pakan
hanya cacing sutra menghasilkan pertumbuhan dan kelangsungan hidup yang
paling baik dari perlakuan pemberian pakan kombinasi.Hal ini diduga karena
jumlah protein basah yang dikonsumsi larva ikan lele perlakuan pemberian pakan
hanya cacing sutra dua kali lebih banyak dibandingkan perlakuan pemberian
pakan buatan dicampur cacing sutra dan sepuluh kali lebih banyak dibandingkan
perlakuan pemberian hanya pakan buatan.Rendahnya jumlah konsumsi pakan
diduga diakibatkan frekuensi pemberian pakan yang dilakukan sebanyak empat
kali sehari.Berdasarkan penelitian Buscinar et al (2007) pemeliharaan ikan black
sea trout perlakuan frekuesi pakan tiga kali sehari menghasilkan pertumbuhan
lebih tinggi dibandingkan perlakuan frekuensi pemberian pakan satu kali dan dua
kali. Hal ini diduga tingginya pertumbuhan ditentukan oleh tingginya asupan
pakan yang masuk ke dalam tubuh.Sehingga perlu dilakukan peningkatanjumlah
frekuensi pemberian pakan agar jumlah konsumsi pakan meningkat dan
pertumbuhan larva akan meningkat.
Analisis usaha pemberian pakan cacing sutra memiliki penjualan lebih
tinggi dibandingkan perlakuan lain karena jumlah dan ukuran ikan lebih besar
sehingga selisih biaya pakan dengan penjualan memiliki nilai yang paling tinggi
juga, diikuti oleh perlakuan tanpa pemberin cacing (Perlakuan PB dan PB + Pr).
Sedangkan perlakuan PB + C dan PB + Pr + C memiliki penjualan yang
11

samadengan perlakuan tanpa cacing sutra namun biaya pakan lebih tinggi
dibandingkan perlakuan tanpa cacing sutra. Biaya pakan cacing sutra yang tinggi
sehingga didapatkan selisih biaya pakan dengan penjualan yang rendah.

KESIMPULAN

Pemberian pakan buatan dengan probiotik dapat meningkatkan protein


efisiensi rasio ikan, namun pakan cacing sutra harus tetap diberikan untuk
meningkatkan pertumbuhan larva ikan lele Clarias sp.

DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni MN, dan Abdulgani N. 2013. Pengaruh Pemberian pakan Alami dan
pakan Buatan Terhadap Pertumbuhan Ikan Betutu (Oxyeleotris marmorata)
pada Skala Laboratorium.Jurnal Sains dan Seni Pomits 2(1):2337-3520
Aslamyah S, Aziz HY, Sriwulan, Wiryawan KG. 2009. Mikroflora Saluran
Pencernaan Ikan Gurame. Torani (Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan)
19(1):66-73.
Buscinar N, Cakmak E, Cavdar Y, Aksungur N. 2007. The Effect of feeding
Frequency on Growth Performance and feed Conversion Rate of Black sea
Trout (Salmo trutta labrax Pallas, 1811). Journal of Fisheries and Aquatic
Sciences 7:13-17.
Fajri NW, Hutabarat J. 2014. Pengaruh Penambahan Kotoran Ayam, Ampas tahu
dan tepung Tapioka Dalam Media Kultur Terhadap Biomassa, Populasi dan
Kandungan Nutrisi Cacing Sutra (Tubifex sp.).Journal of Aquaculture
Management and Technology 3(4):101-108.
Fauji H. 2014. Pemberian Kombinasi Pakan Buatan dan Cacing Sutera Terhadap
Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Pada Benih Ikan lele Clarias sp Umur
4 Hari. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Halver dan Hardi RW. 2002. Fish Nutrition Third Edition. New York: Academic
Press. Hlm: 143-151.
Kuncoro MD. 2006. Perkembangan Enzim Pencernaan Pertumbuhan Larva Ikan
Lele Dumbo, Clarias sp., Yang Dipelihara dalam Sistem pembenihan Indoor
dan Outdor Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Nurhayati. 2014. Evaluasi Pemberian Kombinasi Cacing Sutra dan Pakan buatan
Terhadap Perkembangan Organ dan Enzim Pencernaan Untuk Pertumbuhan
Larva Ikan lele Dumbo (Clarias sp.). Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Steel GD, Torrie. 1980. Principles and Procedures of Statistics. McgRAW-Hill
Inc.
Subandiyono N dan Elfitra T. 2013. Pengaruh Penggunaan Bromelin Terhadap
Tingkat Pemanfaatan Protein Pakan dan Pertumbuhan Lele Dumbo (Clarias
gariepinus). Journal of Aquaculture Management and Technology 2(2):57-63.
Takeuchi T. 1988. Laboratory Work Chemical Evaluation of Dietary Nutrition.In
Watanabe T, ed. Fish Nutrition and Marinculture, JICA Textbook the General
Aquaculture Course. Tokyo (JP): Kanagawa internat. Hlm: 179-229.
12

Verschuler L, Rombaut G, Sorgeloos P, Vertreate W. 2000. Probiotic Bacteria as


Biological Control Agent oin Aquaculture. Microbiology And Molecular
Biology. 64(4):655-671
13

LAMPIRAN

Lampiran 1Prosedur analisa proksimat


A. Kadar Protein
Tahap Oksidasi
1. Sampel ditimbang sebanyak 0.5 gram dan dimasukkan ke dalam labu
Kjedahl.
2. Katalis (K2SO4+CuSO4.5H2O) dengan rasio 9:1 ditimbang sebanyak 1.5
gram dan dimasukkan ke dalam labu Kjedahl.
3. 10 ml H2SO4 pekat ditimbahkan ke dalam labu Kjedahl dan kemudian labu
tersebut dipanaskan dalam rak oksidasi/ digestion pada suhu 400ºC selama
3-4 jam sampai terjadi perubahan warna cairan dalam labu menjadi hijau
bening.
4. Larutan didinginkan lalu ditambahkan air destilasi 100 ml. Kemudian
larutan dimasukkan ke dalam labu takar dan diencerkan dengan akuades
sampai volume larutan mencapai 100 ml. Larutan sampel siap didestilasi.
Tahap Destilasi
1. Beberapa tetes H2SO4 dimasukkan kedalan labu, sebelumnya labu diisi
setengahnya dengan akuades untuk menghindari kontaminasi oleh amonia
lingkungan. Kemudian didihkan selama 10 menit.
2. Erlenmeyer diisi 10 ml H2SO4 0,05 N dan ditambahkan 2 tetes indicator
methyl red diletakkan di bawah pipa pembuangan kondensor dengan cara
dimiringkan sehingga ujung pipa tenggelam dalam cairan.
3. 5 ml larutan sampel dimasukkan ke dalam tabung destilasi melalui corong
yang kemudian dibilas dengan akuades dan ditambahkan 10 ml NaOH 30%
lalu dimasukkan melalui corong tersebut dan ditutup.
4. Campuran alkalin dalam labu destilasi disuling menjadi uap air selama 10
menit sejak terjadi pengembunan pada kondensor.
Tahap Titrasi
1. Larutan hasil destilasi dititrasi dengan larutan NaOH 0.05 N
2. Volume hasil titrasi dicatat
3. Prosedur yang sama juga dilakukan pada blanko

0.0007 ∗ x Vb − Vb x6.25 ∗∗ x20


𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑃𝑟𝑜𝑡𝑒𝑖𝑛 % = 𝑥100%
S

Keterangan : Vb = Volume hasil titrasi blanko (ml)


Vs = Volume hasil titrasi sampel (ml)
S = Bobot Sampel (gram)
* = Setiap ml 0.05 NaOH ekivalen dengan 0.0007 gram Nitrogen
** = Faktor Nitrogen
C Kadar Air
1. Cawan dipanaskan dalam oven pada suhu 100 ºC selama 1 jam dan
kemudian dimasukkan dalam desikator selama 30 menit dan ditimbang (X1)
2. Bahan ditimbang 2-3 gram.
3. Cawan dan bahan dipanaskan dalam oven pada suhu 110 ºC selama 4-6 jam
kemudian dimasukkan dalam desikator selama 30 menit dan ditimbang (X2)
14

𝑋1 − 𝐴 − 𝑋2
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 % =
𝐴

Lampiran 2Anova dan hasil uji Duncan


1. Panjang Rataan Jumper

 ANOVA
Sumber Derajat Jumlah Kuadran F-hit Probabilitas
Ragam Bebas Kuadran Tengah
Perlakuan 3 9.77244433 3.25748144 1.57 0.270
Galat 8 16.57796267 2.07224533
Total 11 26.35040700

 Uji Lanjut
Grup Nilai tengah Ulangan Perlakuan
A 3.423 3 PB + C
A 3.232 3 PB + Pr + C
A 2.398 3 PB
A 1.133 3 PB + Pr

2. Bobot Rataan Jumper

 ANOVA
Sumber Derajat Jumlah Kuadran F-hit Probabilitas
Ragam Bebas Kuadran Tengah
Perlakuan 3 0.8492 0.2831 1.04 0.426
Galat 8 2.1796 0.2725
Total 11 3.0289

 Uji Lanjut
Grup Nilai tengah Ulangan Perlakuan
A 0.4383 3 PB + C
A 0.3750 3 PB + Pr + C
A 0.2590 3 PB
A 0.1450 3 PB + Pr
15

3. Panjang Rataan Ukuran M

 ANOVA
Sumber Derajat Jumlah Kuadran F-hit Probabilitas
Ragam Bebas Kuadran Tengah
Perlakuan 4 1.09999 0.2750 0.65 0.637
Galat 10 4.2034 0.4203
Total 14 5.3034

 Uji Lanjut
Grup Nilai tengah Ulangan Perlakuan
A 2.5140 3 C
A 2.3037 3 PB + C
A 1.5850 3 PB + Pr + C
A 1.4390 3 PB + Pr
A 0.7217 3 PB

4. Bobot Rataan Ukuran M

 ANOVA
Sumber Derajat Jumlah Kuadran F-hit Probabilitas
Ragam Bebas Kuadran Tengah
Perlakuan 4 0.0028681 0.0007170 7.47 0.005
Galat 10 0.0009603 0.0000960
Total 14 0.0038284

 Uji Lanjut
Grup Nilai tengah Ulangan Perlakuan
A 0.20967 3 C
B 0.13133 3 PB + C
B 0.11100 3 PB + Pr + C
B 0.07467 3 PB + Pr
B 0.03967 3 PB

5. Panjang Rataan Ukuran S

 ANOVA
Sumber Derajat Jumlah Kuadran F-hit Probabilitas
Ragam Bebas Kuadran Tengah
Perlakuan 4 0.50021573 0.12505393 42.47 0.0001
Galat 10 0.02944267 0.00294427
Total 14 0.52965840
16

 Uji Lanjut
Grup Nilai tengah Ulangan Perlakuan
A 1.87467 3 C
B A 1.78133 3 PB + Pr + C
B 1.74900 3 PB + C
C 1.48067 3 PB + Pr
C 1.40333 3 PB

6. Bobot Rataan Ukuran S

 ANOVA
Sumber Derajat Jumlah Kuadran F-hit Probabilitas
Ragam Bebas Kuadran Tengah
Perlakuan 4 0.00473107 0.00118277 49.15 0.0001
Galat 10 0.00024067 0.00002407
Total 14 0.00497173

 Uji Lanjut
Grup Nilai tengah Ulangan Perlakuan
A 0.068333 3 C
B A 0.059000 3 PB + Pr + C
B 0.053333 3 PB + C
C 0.031333 3 PB + Pr
C 0.017333 3 PB

7. Kelangsungan Hidup

 ANOVA
Sumber Derajat Jumlah Kuadran F-hit Probabilitas
Ragam Bebas Kuadran Tengah
Perlakuan 4 835.54 208.88 43.69 0.0001
Galat 10 47.81 4.78
Total 14 883.35

 Uji Lanjut
Grup Nilai tengah Ulangan Perlakuan
A 95.004 3 C
B 88.638 3 PB + Pr + C
C 84.660 3 PB + C
D 79.178 3 PB + Pr
E 73.254 3 PB
17

8. Protein Efisiensi Ratio

 Kruskal-Wallis test on Protein Efisiensi Ratio


Sumber Derajat Jumlah Kuadran F-hit Probabilitas
Ragam Bebas Kuadran Tengah
Perlakuan 4 40.768 10.192 9.8 0.0017
Galat 10 10.398 1.039
Total 14 51.167

 Uji Lanjut
Grup Nilai tengah Ulangan Perlakuan
A 5.2153 3 PB + Pr
B 3.1323 3 C
C B 3.5154 3 PB
C B 4.8955 3 PB + Pr + C
C 8.0243 3 PB + C

9. Persentasi Jumper Ikan Akhir

 ANOVA
Sumber Derajat Jumlah Kuadran F-hit Probabilitas
Ragam Bebas Kuadran Tengah
Perlakuan 3 0.8352 0.2784 1.47 0.293
Galat 8 1.5109 0.1889
Total 11 2.3462

 Uji Lanjut
Grup Nilai tengah Ulangan Perlakuan
A 0.2993 3 PB + C + Pr
A 0.2393 3 PB
A 0.2093 3 PB + C
A 0.1117 3 PB + Pr

10. Persentasi Ukuran M Ikan Akhir

 ANOVA
Sumber Derajat Jumlah Kuadran F-hit Probabilitas
Ragam Bebas Kuadran Tengah
Perlakuan 4 0.8091 0.2023 0.64 0.649
Galat 10 3.1837 0.3184
Total 14 3.9928
18

 Uji Lanjut
Grup Nilai tengah Ulangan Perlakuan
A 72.453 3 C
B 4.249 3 PB + C
B 2.539 3 PB + Pr
B 0.786 3 PB + Pr + C
B 0.248 3 PB

11. Persentasi Ukuran S Ikan Akhir

 ANOVA
Sumber Derajat Jumlah Kuadran F-hit Probabilitas
Ragam Bebas Kuadran Tengah
Perlakuan 4 3.1094 0.7774 1.02 0.444
Galat 10 7.6505 0.7651
Total 14 10.7600

 Uji Lanjut
Grup Nilai tengah Ulangan Perlakuan
A 99.513 3 PB
A 98.914 3 PB + Pr + C
A 97.350 3 PB + Pr
A 95.541 3 PB + C
B 27.547 3 C

12. Koefisien Keragaman Panjang

 ANOVA
Sumber Derajat Jumlah Kuadran F-hit Probabilitas
Ragam Bebas Kuadran Tengah
Perlakuan 4 243,1733 61,2933 1.99 0.1716
Galat 10 307,5046 30,7504
Total 14 552,6779

 Uji Lanjut
Grup Nilai tengah Ulangan Perlakuan
A 99.513 3 PB
B A 98.914 3 PB + Pr
B A 97.350 3 PB + Pr + C
B A 95.541 3 PB + C
B 27.547 3 C
19

Lampiran 3Analisis Usaha

 Harga Jual Ikan

Perlakua Size Persentasi ΣPanen Σikan Harga Total Pendapatan


n (%) (Rp) Harga (Rp)
(Rp)
J 0 761 0 80 0
C M 72 761 551 60 33082 37275
S 28 761 210 20 4193
J 0 553 1 80 93
PB + C M 4 553 24 60 1410 12069
S 96 553 528 20 10567
J 0 597 2 80 143
PB + Pr
M 1 597 5 60 282 12235
+C
S 99 597 591 20 11810
J 0 633 2 80 121
PB M 0 633 2 60 94 12814
S 100 633 630 20 12598
J 0 668 1 80 60
PB + Pr M 3 668 17 60 1017 14083
S 97 668 650 20 13006

 Biaya Pakan

Perlakuan Jenis Harga/gra Jumlah TotalHarga Pengeluara


Pakan m (Rp) Pakan (Rp) n (Rp)
(gram)
C Artemia 1059 0.55 582 4351
Cacing 16 233 3728
Sutra
Fengli 20 2.022741 40
PB + C Artemia 1059 0.55 582 2751
Cacing 16 99.5 1592
sutra
Frippak 1 800 0.2749 220
Frippak 2 800 0.3659 293
Fengli 0 20 3.19084 64
PB + Pr + Artemia 1059 0.55 582 2763
C Cacing 16 99.5 1592
sutra
Frippak 1 800 0.2749 220
Frippak 2 800 0.3659 293
Fengli 0 20 3.19084 64
Probiotik 625 0.0191582 12
20

Pro-F
PB Artemia 1059 0.55 582 1351
Fripppak 800 0.3665 293
1
Frippak 2 800 0.48781073 390
Fengli 0 20 4.2699 85
PB + Pr Artemia 1059 0.55 582 1379
Fripppak 800 0.3665 293
1
Frippak 2 800 0.48781073 390
Fengli 0 20 4.7863 96
Probiotik 625 0.02820305 18
Pro-F
21

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 16 Februari 1993 yang dilahirkan
dari ayahanda Toni Sanjoyo dan ibunda Pupu Maspuroh.Penulis merupakan anak
ke tiga dari tiga bersaudara dengan kaka bernama Shandy Purwanto dan Dicky
Sucipto. Penulis bersekolah di SDN Babakan Asem dari tahun 1999 sampai 2005,
SMPN 3 Bogor dari tahun 2005 sampai 2008 dan SMAN 3 Bogor dari tahun 2008
sampai 2011. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui seleksi Ujian
Talenta Masuk (UTM) yang diselenggarakan oleh Institut Pertanian Bogor.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten mata kuliah Teknologi
Pembuatan dan Pemberian Pakan tahun 2013 dan mata kuliah Teknologi Produksi
Plankton Bentos dan Alga tahun 2015. Penulis pernah menjadi panitia acara
Bazzar Ikan Akuakultur tahun 2013, Porikan FPIK IPB tahun 2013, Spectaqua
BDP IPB tahun 2014 dan SixUniversity Initiative Japan Indonesia- Service
Learning Program (SUIJI-SLP) tahun 2015. Penulis tergabung dalam Mega
Entrepreneur Asrama TPB IPB Club tahun 2011-2012, Himpunan
Mahasiswa Akuakultur di divisi kewirausahaan tahun 2012-2013 dan divisi
public relation tahun 2013-2014, IPB goes to field pada tahun 2013, Six
University Initiative Japan Indonesia- Service Learning Program (SUIJI-
SLP) tahun 2015 dan Bina Cinta Lingkungan tahun 2015. Penulis juga
pernah melakukan praktek magang di Balai Besar Pengembangan Budidaya
Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi terkait budidaya Lele tahun 2013 dan
praktek lapang di PT Surya Windu Kartika Banyuwangi terkait pembesaran
udang vanamei tahun 2014.
Tugas akhir penulis dalam menyelesaikan pendidikan tinggi di Institut
Pertanian Bogor untuk mendapatkan gelar Sarjana Perikanan berjudul
“Kombinasi Cacing Sutra dan pakan Buatan yang Ditambah Probiotik
Pada pemeliharaan Larva Ikan Lele Clarias sp.”

Anda mungkin juga menyukai