Usulan Proposal Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains (S.Si)
pada Program Studi Analis Medis
Diajukan Oleh:
Media adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat hara atau nutrisi yang
digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme diatas atau didalamnya. Selain itu, media
kultur mikoba juga dapat digunakan untuk isolasi, perbanyakan, pengujian sifat-sifat
fisiologis, dan perhitungan jumlah mikroorganisme. Medium harus mengandung nutrisi
yang dibutuhkan mikroorganisme, medium harus memiliki tekanan osmosis, pH yang
sesuai dan tidak mengandung zat penghambat. (Sumarsih S., 2003; Krisno, 2010)
Media yang paling sering digunakan untuk pemeriksaan mikrobiologi adalah Nutrient
Agar karena sebagai media umum (universal media) yang memiliki komposisi 0,8%
protein, 1,2% agar dan sisanya adalah air (Merck). Dan media yang umum digunakan
sebagai pertumbuhan jamur adalah potato doxtrose agar yang memiliki komposisi 4 g
bubuk kentang, 20 g dextrose dan 15 g agar.
Ampas tahu adalah satu bahan alami yang mengandung protein cukup tinggi dan
harganya murah yang berasal dari limbah padat suatu industri tahu. Limbah ini dihasilkan
setiap hari dalam jumlah yang cukup melimpah dan kandungan protein yang tertinggal
relatif masih tinggi. Pemanfaatan ampas tahu saat ini hanya sebagai pakan ternak sapi dan
babi, dan sebagian kecil diolah sebagai tambahan pangan. Karakteristik kimia tepung
ampas tahu mengandung protein 10,80% dalam 100 gram tepung ampas tahu (Yustina,
2012)
Berdasarkan uraian tersebut, protein nabati dari tepung ampas tahu juga dapat
digunakan sebagai media pertumbuhan bakteri dan jamur. Oleh karena itu, peneliti
melakukan penelitian tentang “PEMANFAATAN BERBAGAI JENIS AMPAS TAHU
SEBAGAI MEDIA ALTERNATIF PERTUMBUHAN Serratia marcescens dan
Aspergillus sp.”
V. Manfaat Penelitian
1.5.1 Bagi Masyarakat
Menghemat pembelian media Nutrient Agar yang relatif mahal dan bahan media
Potato Dextrose Agar yang cukup sulit, karena dapat diganti dengan media tepung
ampas tahu.
VI. Hipotesis
1.6.1 Jenis Media Ampas Tahu dapat mempengaruhi jumlah koloni pertumbuhan bakteri
Serratia marcescens dan jamur Aspergillus sp.
Mikroskopis: konidiofor kasar, vesikel dan spora/konidia berbentuk bulat hingga semi
bulat berdiameter 3-6 µm, berwarna hijau kebiruan, konidia berbentuk bulat hingga semi
bulat berdiameter 3-6 µm. (Koneman, 1992) Makroskopis: koloni berwarna hijau muda
dengan bentuk granular dan kompak. Sifat Biokimia: Aspergillus berkembang biak
dengan pembentukan hifa atau tunas dan menghasilkan konidiofora pembentuk spora
(Tarigan, 1991) Patogenitas: Menghasilkan toksin atau racun berupa aflatoksin
menyebabkan penyakit Aspergillosis.
Analisis Data
1.8.Metode Penelitian
1.8.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah eksperimen atau percobaan (experimental research) yaitu
suatu metode penelitian dengan melakukan kegiatan percobaan (experiment), yang
bertujuan untuk mengetahui gejala atau pengaruh yang timbul. Sebagai akibat dari adanya
perlakuan tertentu atau eksperimen tersebut (Notoatmojo, 2010).
Tahap Persiapan
a. Pembuatan tepung ampas tahu
Beberapa Jenis ampas tahu dibeli dari pabrik tahu, diperas menggunakan
kain peras. Kemudian dikeringkan menggunakan oven suhu 1000C sampai
kering, kemudian dihaluskan menggunakan blender tepung.Tepung ampas tahu
diayak dengan ayakan tepung 100 mesh supaya butiran tepung lebih halus.
b. Optimasi variasi agar netral untuk menentukan tekstur yang paling baik
Tahap Penelitian
No Keterangan Biaya
1. Pembuatan proposal Rp. 200.000,00
2. Pembelian sampel Rp. 300.000,00
3. Pembelian Reagen Rp. 500.000,00
4. Peminjaman Tempat Rp. 250.000,00
5. Peminjaman Alat Rp. 150.000,00
6. Lain-lain Rp. 300.000,00
Total Rp. 1.700.000,00
Bulan
Septembe Desembe
No. Jenis Kegiatan Agustus Oktober November Januari
r r
2 3 4 1 2 3 4 1 2 34 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Studi Literatur
Presentasi 5
2.
Jurnal
3. Pengajuan Judul
4. Gap Analisis
Penyusunan
5.
proposal
Pengumpulan
6
Proposal
Presentasi
7.
Proposal
X. Daftar Pustaka
Fadlun A., Firdauz M & Ariyanti,V. “Pelor Pasta”(Pelet Organik Ampas Tahu) Peluang
Usaha Hasil Pemanfaatan Limbah Ampas Tahu di Desa Tempel Sari, Wonosobo. PKM-
Kewirausahaan, Universitas Negeri Semarang. http://www.uap.unnes.ac.id Diakses
tanggal 25 November 2019
Fitri, Diah A, 2015. “ Ubi Jalar (Ipomoea batatas) dan Ubi Garut (Maranta
arundinacea) sebagai Pengganti Potato Pada Media Potato Dextrose Agar untuk
Pertumbuhan Candida albicans pada Suhu 37ºC” Skripsi. Bandung: Sekolah Tinggi
Analis Bakti Asih Bandung
Pelczar, M.J. &Chan, E.C.S. (2010). Dasar-dasar Mikrobilogi I. (Hadioetomo RS, Imas
T, Tjitrosomo SS, Angka SL). Jakarta: UI Press
Ravimannan, N., Arulanantham, R., Sevvel, P., and Niranjan, Kularajany. 2014.
“Alternative Culture Media for Fungal Growth Using Different for Formulation of
Protein Resource”. Annals of Biological Research, 5 (1) : 36-39.
Rizky, W.D. (2013). Pengaruh Kandunngan Protein Tepung Bulu Ayam Sebagai Media
Pertumbuhan Bakteri Escherichia coli. Semarang: Jurusan Analis Kesehatan, Poltekkes
Kemenkes Semarang.
Yustina, I. & Abadi, F.R. (2012). Potensi Tepung dari Ampas Industri Pengolahan
Kedelai Sebagai Bahan Pangan.Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi,
Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madur