Anda di halaman 1dari 10

PEMANFAATAN BERBAGAI JENIS AMPAS TAHU SEBAGAI MEDIA

ALTERNATIF PERTUMBUHAN Serratia marcescens dan Aspergillus sp.

Usulan Proposal Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains (S.Si)
pada Program Studi Analis Medis

Diajukan Oleh:

AMBAR MUSTIKA PURNAMASARY


1711C1003

Program Studi S1 Analis Kimia (Konsentrasi Medis)


Sekolah Tinggi Analis Bakti Asih Bandung
Tahun Ajaran 2019/2020
I. Judul

Pemanfaatan Berbagai Jenis Ampas Tahu Sebagai Media Alternatif


Pertumbuhan Serratia marcescens dan Aspergillus sp.
II. Latar Belakang
Metode kultur mikroorganisme pertama kali dikembangkan pada abad ke-19, sebagian
besar oleh Robert Koch dan rekannya. Tumbuhan dan jaringan hewan digunakan sebagai
sumber nutrisi yang digunakan untuk mendukung pertumbuhan mikroba (Atlas R., 2005
dalam Diah Fitri, 2015)

Media adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat hara atau nutrisi yang
digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme diatas atau didalamnya. Selain itu, media
kultur mikoba juga dapat digunakan untuk isolasi, perbanyakan, pengujian sifat-sifat
fisiologis, dan perhitungan jumlah mikroorganisme. Medium harus mengandung nutrisi
yang dibutuhkan mikroorganisme, medium harus memiliki tekanan osmosis, pH yang
sesuai dan tidak mengandung zat penghambat. (Sumarsih S., 2003; Krisno, 2010)

Media yang paling sering digunakan untuk pemeriksaan mikrobiologi adalah Nutrient
Agar karena sebagai media umum (universal media) yang memiliki komposisi 0,8%
protein, 1,2% agar dan sisanya adalah air (Merck). Dan media yang umum digunakan
sebagai pertumbuhan jamur adalah potato doxtrose agar yang memiliki komposisi 4 g
bubuk kentang, 20 g dextrose dan 15 g agar.

Beberapa peneliti telah berhasil membuat media pertumbuhan mikroorganisme dari


limbah ampas tahu dan sumber daya alam yang mudah ditemukan. Seperti pemanfaatan
tumbuhan polong-polongan yaitu kacang tunggak, kacang hijau, dan kacang kedelai hitam
yang digunakan sebagai media pertumbuhan mikroorganisme (Arulanantham et al, 2012 ;
Ravimannan et al, 2014). Media yang berasal dari sayuran seperti wortel, buncis, tomat,
dan labu juga dapat digunakan sebagai media pertumbuhan mikroorganisme (Deivanayaki
dan Iruthahayaraj, 2012). Pada penenelitian lain bahkan menggunakan limbah sayuran
seperti kulit bawang merah, kulit bawang putih, dan kulit jagung sebagai media
pertumbuhan beberapa mikroorganisme (Chanda dan Vikrant, 2015). Kwoseh et al (2012)
menggunakan singkong sebagai sumber media pertumbuhan mikroorganisme.

Seiring dengan meningkatnya pemeriksaan mikrobiologi di laboratorium maka jumlah


penggunaaan media Nutrient Agar dan Potato Dextrose Agar juga mengalami peningkatan,
sedangkan media sintesis Potato Dextrose Agar masih sangat sulit diperoleh karena
tanaman potato ini dominan berada di dataran Papua Barat yang bersuhu Tropis. Sementara
harga media Nutrient Agar juga cukup mahal yakni ± Rp. 1.500.000,00/500 gram

Ampas tahu adalah satu bahan alami yang mengandung protein cukup tinggi dan
harganya murah yang berasal dari limbah padat suatu industri tahu. Limbah ini dihasilkan
setiap hari dalam jumlah yang cukup melimpah dan kandungan protein yang tertinggal
relatif masih tinggi. Pemanfaatan ampas tahu saat ini hanya sebagai pakan ternak sapi dan
babi, dan sebagian kecil diolah sebagai tambahan pangan. Karakteristik kimia tepung
ampas tahu mengandung protein 10,80% dalam 100 gram tepung ampas tahu (Yustina,
2012)

Berdasarkan uraian tersebut, protein nabati dari tepung ampas tahu juga dapat
digunakan sebagai media pertumbuhan bakteri dan jamur. Oleh karena itu, peneliti
melakukan penelitian tentang “PEMANFAATAN BERBAGAI JENIS AMPAS TAHU
SEBAGAI MEDIA ALTERNATIF PERTUMBUHAN Serratia marcescens dan
Aspergillus sp.”

III. Rumusan Masalah


1.3.1 Bagaimana pertumbuhan bakteri Serratia marcescens dan jamur Aspergillus sp.
pada berbagai jenis media ampas tahu?
1.3.2 Apakah jenis ampas tahu mempengaruhi jumlah koloni bakteri Serratia marcescens
dan jamur Aspergillus sp.?

IV. Tujuan Penelitian


1.4.1 Menganalisis jenis tepung ampas tahu yang paling baik untuk pertumbuhan bakteri
Serratia marcescens dan jamur Aspergillus sp.
1.4.2 Menghitung jumlah koloni bakteri Serratia marcescens dan jamur Aspergillus sp.
pada berbagai jenis media ampas tahu

V. Manfaat Penelitian
1.5.1 Bagi Masyarakat

Mengurangi dampak pencemaran limbah ampas tahu dan memberikan informasi


bahwa ampas tahu dapat digunakan sebagai media pertumbuhan mikroorganisme.
1.5.2 Bagi Pengembangan Program

Menghemat pembelian media Nutrient Agar yang relatif mahal dan bahan media
Potato Dextrose Agar yang cukup sulit, karena dapat diganti dengan media tepung
ampas tahu.

VI. Hipotesis
1.6.1 Jenis Media Ampas Tahu dapat mempengaruhi jumlah koloni pertumbuhan bakteri
Serratia marcescens dan jamur Aspergillus sp.

VII. Tinjauan Pustaka

1.7.1. Media Pertumbuhan Bakteri


Media merupakan nutrien yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk pertumbuhan
secara in vitro (Harti, 2014). Pemilihan media yang digunakan disesuaikan sifat penelitian
atau pemeriksaan. Fungsi media secara kualitatif digunakan untuk isolasi dan identifikasi
mikroorganisme, sedangkan secara kuantitatif digunakan untuk perbanyakan dan
perhitungan jumlah mikroorganisme. Media digolongkan menjadi 3 golongan yaitu media
berdasarkan konsistensinya, media berdasarkan bahan penyusunnya dan media
berdasarkan sifat dan fungsinya. Menurut golongan media yang berdasarkan sifat dan
fungsinya, media terbagi lagi menjadi beberapa kelompok antara lain media transport,
media diperkaya, media selektif (selective and differential media), media pengujian, media
perhitungan jumlah, (universal media) atau media umum (Harti, 2014).

Menurut Rizky (2013), Media berdasarkan komposisinya ada 2 macam meliputi :


 Media alami yaitu media yang terdiri dari bahan-bahan alami contohnya ekstrak
kentang, sari wortel.
 Media sintetis (chemically defined media) yaitu media yang terdiri dari bahan-bahan
yang telah diketahui komposisinya.

1.7.2. Ampas Tahu


Ampas tahu merupakan hasil samping dari proses pengolahan tahu. Kandungan protein
ampas tahu relatif tinggi karena pada proses pembuatan tahu tidak semua bagian protein
pada kacang kedelai bisa diekstrak, apalagi jika menggunakan proses penggilingan
tradisional. Diketahui jumlah ampas tahu di Indonesia cukup tinggi, konsumsi kacang
kedelai di Indonesia tercatat pada tahun 2013 sebanyak 2.115.700 ton. Bila 50% kacang
kedelai tersebut digunakan untuk membuat tahu dan konversi kacang kedelai menjadi
ampas tahu sebesar 100-112%, maka jumlah ampas tahu tercatat 1.184.792 ton secara
nasional (Fadlun, Firdauz & Ariyanti, 2015).

1.7.3. Serratia marcescens


Kingdom : Bakteri
Filum : Proteobakteri
Kelas : Gamma Proteobakteri
Marga : Enterobacteriales
Family : Enterobacteriaceae
Genus : Serratia
Spesies : Serratia marcescens

Mikroskopis: berbentuk batang, bersifat gram negatif dari family Enterobactericeae.


Makroskopis: koloni cembung, lembut dengan tepi yang berbeda, dapat menghasilkan
pigmen merah atau prodigiosin (Pelzcar, 2008)
Sifat Biokimia: batang motil dengan flagelum peritrikus, membentuk kapsul. Citrate dan
acetat dapat digunakan sebagai sumber karbon satu-satunya, pada suhu kamar
menghasilkan pigmen merah muda, merah atau magenta. Glukosa difermentasi dengan
atau tanpa produksi gas (Pelzcar, 2008) Patogenitas: Menyebabkan infeksi nosokomial,
bisa ditemukan dalam makanan, terutama pada tepung. (Pratami, 2012)
1.7.4. Aspergillus sp.
Kingdom : Fungi
Filum : Ascomycota
Kelas : Eurotiomycetes
Marga : Eurotiales
Family : Trichocomaceae
Genus : Aspergillus
Spesies : Aspergillus flavus

Mikroskopis: konidiofor kasar, vesikel dan spora/konidia berbentuk bulat hingga semi
bulat berdiameter 3-6 µm, berwarna hijau kebiruan, konidia berbentuk bulat hingga semi
bulat berdiameter 3-6 µm. (Koneman, 1992) Makroskopis: koloni berwarna hijau muda
dengan bentuk granular dan kompak. Sifat Biokimia: Aspergillus berkembang biak
dengan pembentukan hifa atau tunas dan menghasilkan konidiofora pembentuk spora
(Tarigan, 1991) Patogenitas: Menghasilkan toksin atau racun berupa aflatoksin
menyebabkan penyakit Aspergillosis.

VIII. Kerangka Konsep


Studi literatur Media
Pertumbuhan Mikroorganisme

Limbah Cair Ampas Tahu

Tepung Ampas Tahu


Objek:
Pemanfaatan Ampas Tahu Sebagai
Media Alternatif Trypticase Soya
Agar (TSIA) untuk Pertumbuhan
Tahu Sumedang Tahu Susu Tahu
Escherichia coli dan
Lembang
Staphylococcus aureus
Rosmawati, 2015)

Pemanfaatan Tepung Ampas Tahu Media Pertumbuhan Mikroba


Sebagai Media Pertumbuhan
Bakteri Serratia marcescens (Umi
Rosidah, 2016)
Bakteri Jamur

Pemanfaatan Limbah Cair


Industri Ampas Tahu Sebagai
Media Alternatif Pertumbuhan Serratia marcescens Aspergillus sp.
Bacillus sp. (Siti Juariah & Wulan
Puspa Sari, 2018
Pengamatan Koloni

Analisis Data

Hasil & Kesimpulan

1.8.Metode Penelitian
1.8.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah eksperimen atau percobaan (experimental research) yaitu
suatu metode penelitian dengan melakukan kegiatan percobaan (experiment), yang
bertujuan untuk mengetahui gejala atau pengaruh yang timbul. Sebagai akibat dari adanya
perlakuan tertentu atau eksperimen tersebut (Notoatmojo, 2010).

1.8.2 Desain Penelitian


Desain penelitian ini adalah eksperimental yang bersifat Post-test Only Control Grop
Design yaitu penelitian yang menggunakan kontrol. Dengan penelitian ini, memungkinkan
peneliti mengukur pengaruh perlakuan pada kelompok eksperimen dengan
membandingkan kelompok tersebut dengan kelompok kontrol. (Notoatmodjo, 2005)

1.8.3 Sampel & Populasi


Sampel yang digunakan adalah bakteri Serratia Marcescens dan Jamur Aspergillus sp.
Dengan teknik sampling Non Random Sampling dan jenisnya Purpose sampling yaitu
pengambilan sampel menurut tujuan dan pertimbangan tertentu.

1.8.4 Lokasi & Waktu Penelitian


Lokasi penelitian dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Analis Medis
Bakti Asih Bandung. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 2019 sampai
dengan Januari 2020.

1.8.5 Alat, Bahan & Metode


 Alat:
 Oven,
 Timbangan Analitik,
 Yellow Tip & Blue Tip steril,
 Cawan Petri,
 Autoklaf,
 Bunsen,
 Vortex,
 Triagle,
 Inkubator.
 Bahan :
 NaCl fisiologis 0,85% steril,
 Aquadest,
 Biakan Bakteri Serratia Marcescens
 Biakan Jamur Aspergillus sp.
 Tepung Ampas Tahu Sumedang, Tahu Susu, dan Tahu Lembang,
 Nutrient Agar,
 Potato Dextrose Agar.
 Metode:
Eksperimen ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 2
faktor perlakuan. Faktor 1 (jenis mikroorganisme) dan faktor 2 (jenis media).
Metode yang digunakan adalah Spread Plate.

 Tahap Persiapan
a. Pembuatan tepung ampas tahu

Beberapa Jenis ampas tahu dibeli dari pabrik tahu, diperas menggunakan
kain peras. Kemudian dikeringkan menggunakan oven suhu 1000C sampai
kering, kemudian dihaluskan menggunakan blender tepung.Tepung ampas tahu
diayak dengan ayakan tepung 100 mesh supaya butiran tepung lebih halus.
b. Optimasi variasi agar netral untuk menentukan tekstur yang paling baik

Ditimbang agar netral masing-masing sebanyak 1,5g, 1,75g dan 2g.


Ditambahkan tepung ampas tahu sebanyak 6g, 7g, 8g, 9g dan 10g dilarutkan
dengan 100 ml aquades dalam erlenmeyer. Kemudian dipanaskan dan diaduk
sampai larut dan dituang kedalam cawan petri dan didiamkan sampai mengeras.
Diamati tekstur yang paling baik digunakan untuk media tepung ampas tahu
yaitu tidak terlalu padat dan tidak terlalu lunak ( Jawetz, Melnick, Adelberg,
2005)
c. Pembuatan Media NA

Ditimbang 2 gram NA dengan menggunakan neraca analitik dan


dilarutakan dalam 100 ml aquades. dipanaskan sambil diaduk hingga larut
sempurna. Dimasukkan kedalam erlemeyer kemudian ditutup dengan kapas.
Sterilisasi dengan autoklaf selama 15 menit pada suhu 121ºC. Setelah suhu
turun ± 60ºC, tuang secara aseptis pada cawan petri steril sebanyak ± 20 mL

d. Pembuatan Media PDA


Ditimbang 2,924 gram PDA dengan menggunakan neraca analitik dan
dilarutakan dalam 75 ml aquades. dipanaskan sambil diaduk hingga larut
sempurna. Dimasukkan kedalam erlemeyer kemudian ditutup dengan kapas.
Sterilisasi dengan autoklaf selama 15 menit pada suhu 121ºC. Setelah suhu
turun ± 60ºC, tuang secara aseptis pada cawan petri steril sebanyak ± 20 mL

 Tahap Penelitian

Suspensi bakteri Serratia marcescens dan Jamur Aspergillus sp.


diinokulasi sebanyak 0,1 ml pada masing – masing variasi media tepung ampas
tahu yang siap digunakan. Diinkubasi pada inkubator suhu ruang

selama 48 jam kemudian dilakukan perhitungan jumlah koloni.


Dilakukan pada media Nutrient Agar dan Media Potato Dextrose Agar sebagai
media kontrol.

1.8.6 Pengolahan & Analisis Data


Data yang diperoleh dari hasil pengamatan jumlah koloni kemudian dikelompokkan
dan disajikan dalam bentuk tabel. Selanjutnya data dianalisis dengan program SPSS yang
meliputi Analisis Varian (ANOVA) yang dilanjutkan dengan uji Tukey-HSD untuk
mengetahui perbedaan rata-rata antar kelompok perlakuan.

1.8.7 Rancangan Biaya

No Keterangan Biaya
1. Pembuatan proposal Rp. 200.000,00
2. Pembelian sampel Rp. 300.000,00
3. Pembelian Reagen Rp. 500.000,00
4. Peminjaman Tempat Rp. 250.000,00
5. Peminjaman Alat Rp. 150.000,00
6. Lain-lain Rp. 300.000,00
Total Rp. 1.700.000,00

1.8.8 Jadwal Kegiatan

Bulan
Septembe Desembe
No. Jenis Kegiatan Agustus Oktober November Januari
r r
2 3 4 1 2 3 4 1 2 34 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Studi Literatur
Presentasi 5
2.
Jurnal
3. Pengajuan Judul

4. Gap Analisis
Penyusunan
5.
proposal
Pengumpulan
6
Proposal
Presentasi
7.
Proposal

X. Daftar Pustaka

 Anisah. 2015. ”Media Alternatif untuk Pertumbuhan Bakteri Menggunakan Sumber


Karbohidrat yang Berbeda”. Skripsi. Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

 Arulanantham, R., Pathmanathan, Sevvel., Ravimannan, N., and Niranjan, K. 2012.


“Alternative Culture Media for Bacterial Growth Using Different Formulation of
Protein Sources”. J. Nat. Prod. Plant Resour, 2 (6) : 697-
700.

 Chanda, V. B., dan Vikrant, B. B. 2015. “Vegetable Waste as Alternative


Microbiological Media for Laboratory and Industry”. World Journal of
Pharmacy and Pharmaccutial Sciences, Vol. 4, Issue 05 : 1488-1494.

 Deivanayaki, M., and Iruthahayaraj, P. 2012. “Alternative Vegetable Nutrient Source


for Microbial Growth”. International Journal of Biosciences
(IJB), 2 (5) : 47-51.

 Fadlun A., Firdauz M & Ariyanti,V. “Pelor Pasta”(Pelet Organik Ampas Tahu) Peluang
Usaha Hasil Pemanfaatan Limbah Ampas Tahu di Desa Tempel Sari, Wonosobo. PKM-
Kewirausahaan, Universitas Negeri Semarang. http://www.uap.unnes.ac.id Diakses
tanggal 25 November 2019

 Fitri, Diah A, 2015. “ Ubi Jalar (Ipomoea batatas) dan Ubi Garut (Maranta
arundinacea) sebagai Pengganti Potato Pada Media Potato Dextrose Agar untuk
Pertumbuhan Candida albicans pada Suhu 37ºC” Skripsi. Bandung: Sekolah Tinggi
Analis Bakti Asih Bandung

 Harti, A. S. (2014). Mikrobiologi Kesehatan. Yogyakarta: CV. Andi Offset.

 Jawetz, Melnick, & Adelberg’s. 2005. Mikrobiologi Kedokteran. Salemba

 Keenan,W. Charles. 1992. Kimia Untuk Universitas Jilid 1. Erlangga. Jakarta.


 Kwoseh, C. K., Darko, M. A., and Adubofour, K. 2012. “Cassava Starch-Agar Blend
as Alternative gelling Agent for Mycological Culture Media”.
Bots. J. Agric. Appl. Sci., 8 (1) : 8-15.

 Notoatmodjo, S. 2005 Metode Penelitian Kesehatan. Penerbit: Rineka Cipta, Jakarta.


 Pelczar, M.J. &Chan, E.C.S. (2008). Dasar-dasar Mikrobilogi lI. (Hadioetomo RS,
Imas T, Tjitrosomo SS, Angka SL). Jakarta: UI Press

 Pelczar, M.J. &Chan, E.C.S. (2010). Dasar-dasar Mikrobilogi I. (Hadioetomo RS, Imas
T, Tjitrosomo SS, Angka SL). Jakarta: UI Press

 Pratami H.A, Apriliana E & Prambudi R. (2012).Identifikasi Mikroorganisme Pada


Tangan Tenaga Medis dan Paramedis di Unit Perinatologi Rumah Sakit Abdoel
Moeloek Bandar Lampung. Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.

 Ravimannan, N., Arulanantham, R., Sevvel, P., and Niranjan, Kularajany. 2014.
“Alternative Culture Media for Fungal Growth Using Different for Formulation of
Protein Resource”. Annals of Biological Research, 5 (1) : 36-39.

 Rizky, W.D. (2013). Pengaruh Kandunngan Protein Tepung Bulu Ayam Sebagai Media
Pertumbuhan Bakteri Escherichia coli. Semarang: Jurusan Analis Kesehatan, Poltekkes
Kemenkes Semarang.

 Sumarsih, S., 2003. Mikrobiologi Dasar. Universitas Pembangunan Nasional Veteran,


Yogyakarta

 Tarigan, Henry Guntur. 1991. Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa


Bandung

 Yustina, I. & Abadi, F.R. (2012). Potensi Tepung dari Ampas Industri Pengolahan
Kedelai Sebagai Bahan Pangan.Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi,
Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madur

Anda mungkin juga menyukai