Anda di halaman 1dari 7

Makalah

Media Tanam Jamur Tiram Pleurotus sp. dan Jamur Rhizopus oryzae

Disusun Oleh:
Nama : Naelin Ni’mah
NIM : 4401420019
Rombel : Pendidikan Biologi B 2020

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam


Universitas Negeri Semarang
Pendahuluan

Jamur merupakan organisme eukariotik yang dibagi dalam kingdom tertentu yang
disebut fungi. Jamur dibagi dalam 4 divisi, yakni Zygomycotina, Ascomycotina,
Basidiomycotina, dan Deuteromycotina. Ciri-ciri umum dari jamur yaitu: bersifat eukariotik,
dinding sel dilindungi zat kitin, multiseluler atau uniseluler, berukuran mikroskopis sampai
makroskopis, bentuk tubuh bervariasi, termasuk organisme heterotrof karena tidak punya
klorofil, dan tubuh tersusun dari hifa yang berbentu seperti benang. Berdasarkan cara
memperoleh nutrisi, jamur dibagi dalam 3 kelompok yaitu: antara lain: jamur saprofit, yaitu
jamur yang nutrisinya diperoleh dari penguraian organisme lain yang telah mati atau bahan
organik lain yang telah membusuk; jamur parasit, yaitu jamur yang mendapatkan nutrisi dari
inang yang ditumpanginya; dan jamur mutual, yaitu jamur yang bersimbiosis dengan
organisme lain dan keduanya saling menguntungkan,

Jamur tiram Pleurotus sp. adalah jamur berasal dari Subclassis Basidiomycetes dan
merupakan salah satu jamur makroskopis yang mengandung banyak nutrisi.Menurut Soenanto
(2000), dalam 100 gram jamur tiram mengandung komponen penyusun yaitu protein 13,8%,
serat 3,5%, lemak 1,41%, abu 3,6%, karbohidrat 61,7%, kalori 0,41%, kalsium 32,9%, zat besi
4,1%, fosfor 0,31%, vitamin B1 0,12%, vitamin B2 0,64%, vitamin C 5%, dan niacin 7,8%.
Kandungan senyawa kimia yang khas pada jamur tiram dapat mengobati berbagai penyakit
seperti tekanan darah tinggi, diabetes, kelebihan kolesterol, anemia, meningkatkan daya tahan
tubuh terhadap serangan polio, dan influenza serta kekurangan gizi (Meisetyani, 2006).

Jamur Rhizopus oryzae merupakan jamur yang sering digunakan dalam pembuatan
tempe. Pada jamur Rhizopus oryzae ini sangat aman untuk dapat dikonsumsi karena tidak
menghasilkan toksin dan mampu menghasilkan asam laktat. Pada dasarnya Jamur Rhizopus
oryzae ini memiliki kemampuan untuk mengurai lemak kompleks menjadi trigliserida dan
asam amino. Selain itu juga jamur Rhizopus oryzae ini dapat mampu menghasilkan protease.
Menurut Sorenson dan Hesseltine pada Rhizopus sp. tumbuh baik pada kisaran pH 3,4 sampai
6, pada penelitian semakin lama waktu fermentasi, pH tempe semakin meningkat sampai pH
8,4 yang sehingga jamur semakin menurun karena pH tinggi kurang sesuai untuk pertumbuhan
jamur.
Oleh karena itu, dengan banyaknya manfaat dari jamur tiram Pleurotus sp. maupun
jamur Rhizopus oryzae maka disusunlah makalah ini agar dapat menjadi acuan dalam
pembuatan media tanam jamur tiram Pleurotus sp. dan jamur Rhizopus oryzae agar dapat
menghasilkan jamur tiram dengan kualitas yang baik serta produk tempe dengan kualitas yang
baik pula.

Pembahasan

A. Jamur Tiram (Pleurotus sp.)

Jamur tiram merupakan salah satu jenis jamur yang dapat dimakan. Kultivasi jamur
tiram di dunia bahkan di Indonesia terus meningkat karena (1) kemampuan jamur tiram yang
dapat tumbuh pada rentang suhu tertentu, (2) memanfaatkan berbagai limbah industri sebagai
media pertumbuhan seperti serbuk kayu, ampas tebu, limbah kertas, daun dan lainnya, (3)
merupakan jamur kayu yang paling mudah beradaptasi dengan lingkungannya, (4) jamur tiram
dapat secara berlanjut, tidak dipengaruhi oleh musim, dan (5) jamur tiram mengandung banyak
nutrisi yang dibutuhkan oleh manusia (Sharma, 2013 dan Suharjo, 2015). Jamur tiram memiliki
tubuh buah yang terdiri dari tudung dan tangkai. Tudung jamur tiram berbentuk seperti tiram
dan bagian bawahnya berlapis seperti insang (Djarijah, 2011). Jamur tiram kaya akan vitamin,
mineral dan asam amino (Vamanu, 2012). Kandungan lovastatin dalam jamur dapat menjaga
kolesterol penderita hiperkolesterolemia. Selain itu, aktivitas hipolipidemik pada jamur tiram
sebagai zat anti aterosklerosis (Alam et al., 2011).

Alat yang digunakan dalam pembuatan media tanam jamur tiram Pleurotus sp. adalah
spatula besi, cincin, timbangan, gayung, steamer, plastik, botol sprayer, penggaris, masker,
pisau, gunting, alat tulis, rak penyimpanan, alat pengukur pH, dan kelembapan. Bahan yang
digunakan adalah plastik baglog, kapas, karet gelang, kertas penutup, bibit jamur tiram
Pleurotus sp., ampas tebu Saccharum officinarum L., serbuk gergaji kayu, bekatul (dedak),
alkohol, kapur pertanian atau CaCO3, air, dan lilin. Serbuk gergaji yang baik digunakan
sebagai media tanam dari jenis kayu yang keras, sebab banyak mengandung selulosa yang
merupakan bahan yang diperlukan oleh jamur dalam jumlah banyak. Pada umumnya substrat
yang digunakan dalam budidaya jamur tiram adalah serbuk gergaji kayu sengon yang didapat
dari sisa pengolahan kayu sengon.
Konsekuensi akan timbul masalah apabila serbuk gergaji sukar diperoleh di lokasi
budidaya jamur tiram. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi hal tersebut perlu dicari substrat
alternatif yang banyak tersedia dan mudah didapat, salah satunya adalah ampas tebu. Menurut
penelitian dari Ginting, dkk (2013), penggunaan substrat dengan ampas tebu dengan komposisi
serbuk kayu gergaji sengon 70% dan ampas tebu 10% dinilai lebih menguntungkan karena
dapat meningkatkan intensitas panen, yaitu 4 kali panen sehingga dapat mengurangi biaya
tenaga kerja.

Tahapan pembuatan media tanam jamur Pleurotus sp. yaitu sebagai berikut:

1. Persiapan dan Pencampuran Media Tanam.

Bahan baku utama yakni serbuk geraji kayu sengon dan ampas tebu terlebih dahulu dibersihkan
secara manual, kemudian dibasahkan dengan air dan ditiriskan, lalu dicampur dengan bekatul
dan kapur pertanian. Komposisi bekatul sebagai nutrisi tambahan yaitu dengan takaran 63,6 g,
dan ditambahkan lagi dengan kapur pertanian atau CaCO3 sebanyak 5,3 g untuk menjaga
keseimbangan pH, kemudian diaduk merata. Selanjutnya, media dicampurkan dengan air
secukupnya diperkirakan sampai medianya tidak meneteskan air saat digenggam, tidak pecah
dan cukup kompak.

2. Pembungkusan dan Sterilisasi.

Media dibungkus dalam kantong plastik PP (baglog) dan dilakukan sterilisasi dengan cara
dipanaskan dengan uap air pada suhu 120-150 °C selama 8 jam di ruang sterilisasi, selanjutnya
dilakukan pendinginan selama ± 24 jam sampai suhu dalam ruangan 35-40 °C.

3. Inokulasi dan Inkubasi.

Inokulasi dilakukan dengan mengambil sebagian bibit jamur menggunakan spatula steril secara
aseptis dan diinokulasikan ke dalam media tanam baru dalam baglog. Umur bibit yang
digunakan adalah yang berumur 15 hari karena menurut Maulidina (2015) umur bibi 15 hari
dapat menyebabkan pertumbuhan miselium yang cepat sekaligus produksi jamur yang tinggi
dan p (Maulidina, Murdiono, & Nawawi, 2015) (Ginting, Herlina, & Tyasmoro,
2013)enyimpanan bibit yang terlalu lama akan menurunkan kemampuan tumbuh miselium
jamur sehingga dapat mempengaruhi kemampuan hifa dalam menyerap nutisi yang ada
didalam media. Baglog ditutup dengan kertas HVS dan diikat karet gelang, selanjutnya
diinkubasi dalam ruang inkubasi. Inkubasi dilakukan pada suhu berkisar antara 22-28 °C
dengan kelembapan 60-70%. Baglog yang telah dipenuhi miselium (30-40 hari setelah
inokulasi) selanjutnya dipindahkan ke dalam kumbung untuk tahap penumbuhan badan buah
(pin head) dengan suhu 16-22 °C dan kelembapan 80-90%.

4. Perbesaran Badan Buah Jamur Tiram.

Diinkubasi pada suhu ruang 22-28 °C sampai seluruh media penuh dengan miselium jamur
berwarna putih

Gambar baglog yang setengah bagiannya sudah tertutup miselium jamur berwarna putih

Apabila seluruh bagian telah tertupi miselium, penutup baglog dibuka agar badan buah jamur
bisa tumbuh. Kondisi yang diperlukan untuk pertumbuhan tubuh buah yaitu suhu 16-28 °C.

Gambar baglog yang sudah mulai ditumbuhi jamur tiram


Gambar jamur Pleurotus sp. yang sudah dewasa dan dalam waktu 1 hari ke depan sudah siap
dipanen

B. Jamur pada Tempe (Rhizopus oryzae)

Rhizopus oryzae memiliki peran yang penting dalam proses pembuatan tempe yaitu
untuk menghasilkan enzim-enzim protease. Perombakan senyawa kompleks protein menjadi
senyawa-senyawa lebih sederhana merupakan hal yang penting dalam fermentasi tempe, dan
merupakan salah satu faktor utama penentu kualitas tempe. Hasil perombakan ini berguna
sebagai sumber protein nabati yang memiliki nilai cerna amat tinggi. Alat dan bahan yang
digunakan untuk pembuatan media tanam jamur Rhizopus oryzae yaitu: kacang hijau, air, ragi,
plastic, timbangan, kompor, dan panci.

Tahapan pembuatan media tanam jamur Rhizopus oryzae untuk menghasilkan tempe dengan
kualitas yang baik adalah sebagai berikut:

a. Memilih kacang hijau yang terbaik di pasar, kemudian mensortirnya,

b. Mencuci kacang hijau sekitar 100 gram sampai airnya kelihatan jernih,

c. Memasak air sekitar 200 mL sampai mendidih kemudian memasukkan kacang hijau yang
telah dicuci, menunggu sampai mendidih kembali kemudian dimasak selama 5 menit.

d. Setelah 5 menit mematikan kompor, kemudian menutup panci selama 15 menit,


e. Tiriskan kemudian menyiram air dingin untuk memudahkan pengelupasan kulit kacang,
setelah selesai kacang hijau dicuci kembali kemudian menimbang sesuai perbandingan ragi
yang digunakan yaitu 0,05 gr/ 100 gr kacang hijau basah,

f. Memasak kembali air sampai mendidih kemudian memasukkan kacang hijau basah yang
telah ditimbang, menunggu sampai mendidih kembali kemudian dimasak selama 3 menit,

g. Setelah itu, ditiriskan dan disimpan pada suatu wadah yang permukaanya luas kemudian
ditunggu sampai agak dingin.

h. Setelah dingin, mencampur dengan ragi tempe secara merata, dengan perbandingan 0,05
gram ragi/100 gram kacang hijau basah. Menurut penelitian dari Pagarra (2009), perbandingan
0,05gram ragi/100 gram kacang hijau basah merupakan perbandingan optimum pada waktu
fermentasi 36 jam sebanyak 56 koloni.

i. Memasukan campuran tersebut ke dalam plastik yang sudah dilubangi agar jamur Rhizopus
oryzae mendapat udara dan dapat tumbuh dengan baik,

j. Memasukkan kedalam suatu wadah yang tertutup rapat sehingga terasa hangat, selama 1
malam,

k. Membuka tutup wadah tersebut kemudian membiarkannya selama 1 malam pada suhu ruang
35°C. Berdasarkan penelitian dari Wahyudi (2018), suhu ruang inkubasi 35 °C dapat
mengoptimalkan waktu tumbuh jamur.

Daftar Pustaka
Ginting, A. R., Herlina, N., & Tyasmoro, S. Y. (2013). Studi Pertumbuhan dan Produksi Jamur Timur
Putih (Pleorotus ostreatus) pada Media Tumbuh Gergaji Kayu Sengon dan Bagas Tebu. Jurnal
Produksi Tanaman, 17-24.

Maulidina, R., Murdiono, W. E., & Nawawi, d. M. (2015). Pengaruh Umur Bibit dan Komposisi Media
Tanam Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus). Jurnal
Produksi Tanaman, 649-657.

Pagarra, H. (2009). Laju Pertumbuhan Jamur Rhizopus sp. pada Tempe Kacang Hijau (Phaseolus
radiatus L.). Bionature, 69-74.

Wahyudi, A. (2018). Pengaruh Variasi Suhu Ruang Inkubasi Terhadap Waktu Pertumbuhan Rhizopus
Oligosporus pada Pembuatan Tempe Kedelai. Jural unvpgri Palembang, 37-44.

Anda mungkin juga menyukai