OLEH :
CINDY AMALIA
NIM. 2081009
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas segala
karunia dan limpahan rahmat, karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan Skripsi dengan judul “Pemanfaatan Ampas Tahu (Glysine Max (L)
Merill) Sebagai Media Alternatif Pertumbuhan Jamur Aspergillus Niger”
dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
kepada :
1. Drs. Johannes Sembiring, M.Pd, M.Kes Selaku Ketua Yayasan Institut
Kesehatan Medistra Lubuk Pakam.
2. Ns. Rahmad Gurusinga, S.Kep, Ns. M.Kep Selaku Rektor Institut
Kesehatan Medistra Lubuk Pakam.
3. Dr. dr. Dedi Ardinata, M.Kes, AIFM Dekan Fakultas Kedokteran Institut
Kesehatan Medistra Lubuk Pakam.
4. Sa’adah Siregar, S.Si., M.Kes Selaku Ketua Program Studi Teknologi
Laboratorium Medis Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam.
5. Bd. Novita Br,Ginting Munthe, SS T,M.Keb Selaku Dosen Pembimbing
yang telah banyak meluangkan waktu untuk membimbing dan memberi
arahan kepada peneliti.
6. Seluruh Dosen dan Staf pegawai Institut Kesehatan Medistra Lubuk
Pakam yang telah banyak memberikan pengetahuan, bimbingan, dan
arahan selama mengikuti pendidikan.
7. Teristimewa dan tak terhingga penulis ucapkan terima kasih kepada
Ayahanda Surya Darma dan Ibunda Suriani yang telah mencurahkan kasih
sayangnya, mendukung dalam suka maupun duka, dan selalu mendoakan
yang terbaik untuk putrinya.
8. Teman-teman mahasiswa Teknologi Laboratorium Medik yang telah
memberikan saran dan dukungan dalam penyusunan skkripsi ini.
i
Penulis menyadari bahwa proposal ini masih banyak kekuranganya, oleh
karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan
untuk perbaikan selanjutnya. Demikian, semoga proposal ini bisa bermanfaat dan
menambah wawasan bagi penulis dan para pembaca pada umumnya.
CINDY AMALIA
2081009
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Jamur adalah salah satu jenis mikroba yang banyak ditemukan di alam, dan
menjadi salah satu ancaman terhadap komoditas agrikultur dan pangan. Salah satu
jenis mikroba yang bisa dimanfaatkan dalam industri adalah Aspergillius niger.
Aspergillus niger merupakan salah satu genus Aspergillus sp, jamur ini
mempunyai struktur sel kapang yang berfilamen sehingga dapat menghasilkan
asam sitrat dan 23 jenis enzim yang telah diidentifikasi dari jamur Aspergillus
niger. Enzimkomersil yang dihasilakan oleh jamur Aspergillus niger adalah
4
amilase, glukoamilase, selulase, pectinase, glukosa oksidase dan katalase. Jamur
ini dapat tumbuh jika nutrisi yakni karbohidrat terpenuhi pada media
pertumbuhannya (Irma, 2015).
Salah satu media agar yang cocok dan mendukung pertumbuan jamur adalah
Potato Dextrose Agar (PDA) yang memiliki pH yang rendah (pH 4.5-5.5)
sehingga menghambat petumbuhan bakteri yang membutuhkan lingkungan yang
netral dengan pH 7.0 dan suhu optimum untuk pertumbuhan antara 25-35°C
(Cappucino & Sherman, 2014). Berdasarkan komposisinya, PDA termasuk dalam
media semisintetik karena tersusun atas bahan alami kentang dan bahan sintetik
dextrose dan agar. Kentang mengandung karbohidrat, vitamin, dan mikronutrien
lain yang dapat dimanfaatkan oleh jamur. Sedangkan dextrose sebagai karbohidrat
sederhana menjadi sumber energi yang dapat segera digunakan. Komponen agar
dalam media berfungsi sebagai bahan pemadat. Masing-masing dari ketiga
komponen tersebut sangat diperlukan bagi pertumbuhan dan perkembangbiakan
mikroorganisme terutama jamur (Octavia & Wantini, 2017). Media pertumbuhan
yang baik adalah media yang mengandung semua nutrisi yang diperlukan oleh
organisme yang akan ditumbuhkan (Murwani, 2015). Nutrisi yang dibutuhkan
untuk pertumbuhan mikroba meliputi unsur non logam seperti karbon, nitrogen,
belerang, fosfor, unsur logam seperti Ca, Zn, Na, K, Cu, Mn, Mg, Fe, vitamin, air,
dan energi (Cappuccino, 2014).
Syarat tumbuhnya mikroorganisme adalah media harus mempunyai tekanan
osmose, mengandung nutrisi, derajat keasaman pH yang sesuai, suhu tertentu,
media harus steril, dan tidak mengandung zat-zat penghambat (Shilmy, 2017).
Media PDA biasanya berbentuk instan dibuat oleh pabrik atau perubahan tertentu
yang berupa sediaan siap pakai sehingga lebih praktis. Mahalnya media PDA
instan (mencapai ratusan ribu bahkan jutaan rupiah per gram), dan melimpahnya
sumber daya alam yang tersediah sebagai media pertumbuhan mikroorganisme,
mendorong para peneliti untuk mencari bahan yang didapat sehingga dapat
mengurangi kebutuhan akan total biaya yang dikeluarkan untuk penelitian..
TINJAUAN PUSTAKA
Media merupakan suatu wadah (container) yang terdiri atas campuran dari
bahan-bahan organik dan anorganik untuk pertumbuhan jasad renik atau fungi
(Tamam, 2019). Media adalah suatu bahan yang tersusun dari campuran zat
makanan (nutrisi) yang dibutuhkan sebagai tempat pertumbuhan jamur
(Jiwintarum et al., 2017).
1. Media Selektif
Media selektif mengisolasi kelompok bakteri spesifik dan menghambat
pertumbuhan bakteri lainnya. Contoh media selektif, yaitu agar feniletil alcohol,
agar Kristal violet, agar NaCl 75%.
2. Media Diferensial
11
3. Media Diperkaya
Media ini telah ditambahkan dengan bahan-bahan bernutrisi tinggi,
seperti darah, serum, atau ekstak khamir, untuk tujuan kultuvasi
organisme selektif. Contoh dari media diperkaya yaitu, agar darah.
2.1.3 Media Menurut Komposisi atau Susunan Bahannya
1. Media alami
Media natural merupakan media yang bisa digunakan buat pembuatan
sesuatu media namun belum dikenal takaran tentu komposisinya.
Semacam bahan pangan yang bisa ditumbuhi oleh mikroba tetapi tidak
dikenal Kandungan Karbon (C), hidrogen (H), Oksigen (O), Nitogen (N)
serta faktor lainya. Yang tersusun dari bahan- bahan natural semacam:
umbi-umbian, kentang, kacang-kacangan, telur daging serta sebagian
bahan yang yang lain (Basarang, Naim& Rahmawati, 2018).
2. Media sintetik
Media sintetik ialah media praktis siap gunakan (ready for use) yang
dibuat oleh industri tertentu. Media sintetik sendiri ialah media yang
telah dikenal komposisi penyusunnya sebab terbuat oleh manusia serta
tersusun oleh senyawa kimia. Contoh media sintetik buat perkembangan
jamur Clostridium, Saboround Supaya serta Czapeksdox Supaya
(Octavia et angkatan laut (AL)., 2017).
3. Media semi sintetik
Media semi sintetik sama halnya dengan media sintetik ialah media
praktis siap gunakan (ready for use) yang dibuat oleh industri tertentu.
Tetapi media semi sintetik memakai media natural serta media sintetik
12
1. Media Padat
Media padat umumnya digunakan untuk menumbuhkan bakteri, ragi,
jamur maupun mikroalge. Jumlah pemadat atau tepung agar ditambahkan
tergantung kebutuhan organisme yang ditumbuhkan. Organisme yang
memerlukan kadar air yang ditumbuhkan. Untuk organisme dengan
kebutuhan kelembaban tinggi, jumlah tepung harus lebih sedikit, dan
untuk organisme dengan kebutuhan kelembaban rendah, jumlah tepung
harus lebih banyak.
2. Media Cair
Media cair tidak ditambahkan zat pemadat, umumnya dipergunakan
untuk mikroalga dan juga bakteri dan ragi.
3. Media Semi Padat-Cair
Media ini umumnya diperlukan untuk pertumbuhan organisme yang
memerlukan kandungan air dan hidup anaerobik mau pun fakultatif
dengan penambahan zat pemadat hanya 50% atau kurang dari yang
seharusnya.
2.2 Ampas Tahu
2.2.3 Pengertian Ampas Tahu
Ampas tahu merupakan limbah dari industri pengolahan tahu yang selama
ini nyaris tidak termanfaatkan kecuali sebagai pakan ternak atau dibuang begitu
saja (Anonim,2005). Menurut Permana (1989), ampas tahu dapat dikonsumsi
14
manusia dalam bentuk tempe gembus dengan harga yang relatif murah.
Kekurangtahuan masyarakat akan manfaat ampas tahu ini menjadikan ampas tahu
sebagai limbah yang tidak terpakai. Menurut Yustina dan Abadi (2012).
Ampas tahu segar mempunyai kadar air yang tinggi (80 – 84%), sehingga
menyebabkan umur simpannya pendek, biaya pengangkutan tinggi dan daerah
penggunaan terbatas. Pengeringan merupakan salah satu cara mengatasi kadar air
yang tinggi dari ampas tahu segar (Pulungan dan Rangkuti, 1984). Menurut
Anonim (2006), pengeringan dan pembuatan ampas tahu menjadi tepung
mengakibatkan berkurangnya asam lemak bebas, ketengikan dan dapat
memperpanjang umur simpan.
Genus : Glycine
Spesies : Glycine max (L) Merill
Gambar 2.1
Ampas tahu mengandung serat kasar kurang lebih 16,8% (Lubis, 1964).
Alternatif pemanfaatan tahu untuk dijadikan tepung dalam pembuatan biskuit
akan lebih menguntungkan, karena lebih ekonomis dan membantu pengusaha tahu
dalam penanganan limbahnya untuk mewujudkan industri ramah lingkungan.
Selain itu, protein dan lemak yang masih tersisa dalam ampas tahu diharapkan
dapat meningkatkan kandungan protein dan lemak (Suhartini dan Hidayat, 2005).
surplus ampas tahu atau sisa dari pembuatan tahu yang belum banyak
dimanfaatkan dan dianggap kurang mempunyai nilai ekonomis. Ampas tahu
adalah salah satu bahan yang dapat digunakan sebagai bahan penyusun ransum.
Sampai saat ini ampas tahu cukup mudah didapat dengan harga murah, bahkan
bisa didapat dengan cara cumacuma. Selain itu, kandungan yang masih terdapat di
dalam ampas tahu seperti isoflavon, lignan, fitosterol, coumestans, saponin dan
fitat mempunyai manfaat yang bagus untuk kulit.
2.3 Aspergillus Niger
2.3.1 Pengertian Aspergillus Niger
Media
2.6 Hipotesis
Terdapat perbedaan diameter permukaan koloni Aspergillus niger terhadap
variasi konsentrasi media alternatif ampas tahu.
22
BAB III
METODE PENELITIAN
Variabel dependen atau terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (sugiyono, 2016). Variabel dependen
dalam penelitian ini adalah media PDA (Potato Dextrose Agar).
Variabel ialah dedinisi yang bersumber pada ciri yang diperhatikan dari satu
yang didefinisikan tersebut. Ciri yang bisa di ukur, diamati ialah kunci operasional
(Nursalam, 2015). Definisi operasional variabel pada penelitian ini dapat digambarkan
pada tabel di bawah ini. Tabel 3.1 defenisi operasional variabel
1. Alat
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah beaker glass, deck glass,
neraca analitik, hot plate, batang pengaduk, cawan petri, incubator, erlemeyer,
Bunsen, korek api, pipet tetes, ose, autoclave, spatula, mikroskop, alat penyaring,
oven, alat-alat yang di gunakan di sterilisasi terlebih dahulu.
2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah media PDA (Potato
Dextrose Agar), kacang merah, jamur Aspergillus niger, agar-agar, kapas,
aluminium foil, object glass dan aquadest.
Prinsip kerja pada penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi tumbuh atau
tidaknya jamur Aspergillus niger pada media alternatif ampas tahu.
a. Timbang media sari pati kacang merah sebanyak 5 gram, agar-agar 1,5 gram,
larutkan dalam 100 ml aquadest didalam beaker glass
b. Tuangkan kedalam erlemeyer kemudian panaskan di hot plate sambil
dihomogenkan lalu tutup erlemeyer dengan aluminium foil
c. Sterilkan di autoclave dengan suhu 1210C selama 15 menit. Kemudian
tuangkan media ke dalam cawan petri
d. Timbang media sari pati kacang merah sebanyak 20 gram, agar-agar 1,5 gram,
larutkan dalam 100 ml aquadest dalam beaker glass
e. Tuangkan ke dalam Erlenmeyer kemudian panaskan di hot plate sambil
homogenkan lalu tutup erlemeyer dengan aluminium foil
f. Sterilkan di autoclave dengan suhu 1210C selama 15 menit,kemudian tuangkan
ke dalam cawan petri.
6. Setelah itu dibungkus cawan petri yang sudah ditanami biakan jamur
Trichophyton sp menggunakan koran.
7. Kemudian diinkubasi pada inkubator selama 24-48 jam pada suhu 37ºC.
6. Tahap Pengamatan Jamur Trichophyton sp
1. Pengamatan Secara Makroskopis
Pengamatan tahap awal dilakukan dengan cara makroskopis yaitu
dilihat langsung dengan mata apakah pada media biakan ditumbuhi koloni.
Koloni jamur Trichophyton sp memiliki ciri-ciri koloni berwarna putih
kekuningan, koloni sedikit timbul dari permukaan media, permukaan koloni
halus, licin atau berlipatlipat, dan berbau ragi (Ariningsih, dalam Tamam,
2019).
Untuk memastikan koloni jamur yang tumbuh pada media alternatif
kacang merah adalah koloni jamur Trichophyton sp, maka dibandingkan ciri-
ciri atau karakteristik koloni yang tumbuh dengan koloni jamur Trichophyton
sp yang ada pada media Potato Dextrose Agar (PDA). Setelah dilakukan
pengamatan ciri-ciri atau karakteristik koloni jamur Trichophyton sp pada
media kacang merah, selanjutnya dihitung jumlah koloni yang tumbuh pada
kedua media, kemudian dilihat perbedaan jumlah koloni jamur Trichophyton
sp yang tumbuh pada media kacang merah dan media Potato Dextrose Agar
(PDA).
2. Pengamatan Secara Mikroskopis
Setelah dilakukan pengamatan jamur Trichophyton sp secara
makroskopis, maka dilanjutkan dengan tahap pengamatan jamur Trichophyton
sp secara mikroskopis.
1. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah ditetesi 1-2 tetes
KOH 10% di atas object glass.
2. Kemudian dilakukan proses sterilisasi jarum ose di atas api bunsen
sampai berwarna merah pijar dan dibiarkan dingin.
3. Lalu diambil koloni jamur Trichophyton sp, dilakukan secara steril
di dekat api bunsen. Setelah itu ditempelkan jarum ose yang telah
ada koloni jamur Trichophyton sp pada object glass yang telah
ditetesi larutan KOH 10% dan ditutup dengan cover glass.
4. Kemudian dilewatkan beberapa kali di atas api bunsen dan
didiamkan selama 10 menit.
28