JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2023
UJI LAJU PERTUMBUHAN DAN KUANTITAS HASIL
BUDIDAYA JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus Ostreatus)
MELALUI PENYUNTIKAN BEBERAPA BAHAN SUMBER
ENERGI SUKROSA
Oleh
NIM : E1A215081
JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2023
RINGKASAN
Ahmad Rafi Hasanal Amri. Uji Laju Pertumbuhan Dan Kuantitas Hasil
Budidaya Jamur Tiram Putih (Pleurotus Ostreatus) Melalui Penyuntikan
Beberapa Bahan Sumber Energi Sukrosa di bawah bimbingan Akhmad Rizali dan
Akhmad Gazali
Penelitian ini bertujuan untuk (1) Untuk mengetahui pengaruh pemberian
gula merah, gula putih, molase dan air tebu terhadap laju pertumbuhan dan
kuantitas hasil jamur tiram putih.; dan (2) Untuk mengetahui dosis pemberian gula
merah, gula putih, molase dan air tebu terbaik terhadap pertumbuhan dan kuantitas
hasil jamur tiram putih.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2021
dan bertempat di Jl. Lestari 3 Gang. Citra II Kel. Sungai Besar Banjarbaru
Kalimantan Selatan.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Satu Faktor.
Faktor yang diteliti adalah penambahan beberapa jenis sumber energi sukrosa
pada media baglog budidaya jamur tiram putih. Setiap perlakuan di ulang
sebanyak 5 kali sehingga diperoleh 25 satuan percobaan, dalam setiap satuan
percobaan terdapat 5 media baglog sehingga diperoleh 125 media baglog
budidaya jamur tiram putih
Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perlakuan pemberian
pemberian gula merah, gula putih, molase dan air tebu berpengaruh nyata terhadap
lama waktu penyebaran miselium, umur panen pertama, jumlah tubuh buah
perumpun dan berat basah jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus).
Perlakuan P4 merupakan media terbaik dalam penelitian ini dimana pada
ata – rata waktu penyebaran miselium pada media tanam / full colony menhasilkan
waktu tercepat yaitu 23 hari, pada jumlah tubuh buah perumpun jamur tiram putih
(Pleurotus ostreatus) mengahsilkan jumlah terbanyak yaitu 6 buah, dan pada berat
basah tubuh buah jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) menghasilkan 70,33gr.
RIWAYAT HIDUP
Kelumpang Hilir lulus pada tahun 2012. Lulus Sekolah Menengah Kejuruan
Negeri di SMKN 1 Kelumpang Hilir pada tahun 2015, dan melanjutkan studi ke
Banjarbaru.
antara lain sebagai pengurus Himagrotek pada tahun 2017 dan menjadi Anggota
PSDM dari Himagrotek dari 2017-2019. Penulis juga menjadi anggota dikegiatan
DRS pada tahun 2016 dan juga Koordinator Perlengkapan pada Seminar Nasional
2017. Penulis juga bekerja sebagai Barista di sebuah coffeeshop Banjarbaru pada
tahun 2017-2023.
penulis telah menyelesaikan pengerjaan tugas akhir skripsi ini. Semoga dengan
penulisan tugas akhir skripsi ini mampu memberikan kontribusi positif bagi dunia
Anggota, Ketua,
Prof. Dr. Ir. Akhmad Gazali, M.S. Dr. Ir. Akhmad Rizali, M.Sc
NIP. 19630821 198803 1 006 NIP. 19590226 198503 1 001
Diketahui oleh:
Ketua Jurusan Agroekoteknologi
DAFTAR ISI
Nomor Halaman
Latar Belakang
jumlah penduduk. Masalah yang selalu dihadapi setiap tahun adalah pengadaan bahan
Jamur tiram merupakan sumber makanan alternatif setara daging dan ikan
yang bergizi tinggi. Komposisi dan kandungan nutrisi jamur tiram per 100 gram
adalah: protein 10,5% - 30,4%, karbohidrat 56,60%, lemak 1,7% - 2,2%, dan serat
7,5% - 8,7%. Sayuran jenis jamur diproduksi tanpa pupuk dan pestisida, tanaman ini
tumbuh murni dengan memanfaatkan unsur hara pada kayu yang ditambah dengan
nutrisi seperti katul jagung, gypsum dengan demikian jamur tiram diproduksi dengan
nutrisi, suhu, udara, temperatur, kelembaban, cahaya, air. Jamur tiram putih sangat
yang cocok untuk budidaya jamur tiram putih adalah 22–28 ºC dengan kelembaban
Apabila suhu terlalu tinggi, sedangkan kelembaban terlalu rendah akan kering dan
Jamur tiram sangat sensitif terhadap cahaya matahari langsung dan tidak cocok
dibudidayakan didaerah yang sangat panas. Oleh karena itu rumah jamur tiram dibuat
sedemikian tertutup Sedangkan sinar tidak langsung yang bersifat menyebar
untuk pertumbuhannya sehingga diberi ventilasi agar aliran udara bisa berjalan lancar
(Soenanto, 2000).
Jamur tiram dapat tumbuh pada media yang mengandung nutrisi yang
dan glukosa), protein, nitrogen, serat, dan vitamin. Media tanam yang biasanya
digunakan dalam budidaya jamur tiram yaitu serbuk kayu gergaji, bekatul, jerami,
penambahan nutrisi seperti gula (sukrosa) yang dihasilkan dari pohon aren mapun dari
pohon tebu. Selain kandungan sukrosa, nira tebu juga mengandung gula pereduksi
yaitu glukosa dan fruktosa yang merupakan hasil invertasi sukrosa dengan adanya
enzim invertase. Jenis gula lain yang mungkin terdapat dalam nira tebu adalah
Gula merah, Gula putih, Molase, dan air tebu (sukrosa) merupakan senyawa
disakarida yang tersusun dari gabungan dua gula yaitu glukosa dan fruktosa yang cepat
pertumbuhan jamur. Penambahan gula (sukrosa) pada media tumbuh dapat menambah
kandungan karbohidrat yang berfungsi sebagai sumber energi untuk pertumbuhan dan
1. Apakah terdapat pengaruh penyuntikan gula merah, gula putih, molase dan air tebu
2. Apakah terdapat campuran baglog yang menghasilkan pertumbuhan dan berat hasil
yang tertinggi?
Hipotesis
1. Terdapat pengaruh penyuntikan gula merah, gula putih, molase dan air tebu
2. Terdapat campuran baglog yang menghasilkan pertumbuhan dan berat hasil yang
tertinggi.
Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh pemberian gula merah, gula putih, molase dan air tebu
Manfaat Penelitian
pengetahuan tentang penerapan usaha dan budidaya jamur tiram putih dan sebagai
Jamur
Jamur dalam bahasa Indonesia disebut “cendawan” dan dalam istilah botani
berklorofil. Tubuh jamur terdiri atas satu atau beberapa sel yang berbentuk tabung
bersekat-sekat atau tidak bersekat, hidup pada bahan atau media tumbuh yang telah
berupa sel atau sejumlah sel dalam bentuk benang-benang (miselia) yang
gumpalan kecil yang terdiri dari kumpulan miselia yang berkembang menjadi tubuh
buah. Diameter tubuh buah sekitar 1 mm. primordia berkembang dan pada tubuh
buah muda terlihat bagianbagian tubuh buah seperti tudung dan tangkai yang
kerugian. Manfaat langsung yang bisa kita rasakan adalah beberapa jamur dapat
dijadikan bahan makanan, sedangkan manfaat tidak langsung yaitu banyak jamur
Jamur tiram adalah jamur kayu yang tumbuh berderet menyamping pada
batang kayu lapuk. Jamur ini memiliki tubuh buah yang tumbuh mekar
membentuk corong dangkal seperti kulit kerang (tiram). Tubuh buah ini memiliki
tudung (pileus) dan tangkai (stipe/stalk). Pileus berbentuk mirip cangkang tiram
berwarna putih dan lunak. Sedangkan tangkainya dapat pendek atau panjang (2
pertumbuhannya. Tangkai ini menyangga tudung agak lateral di bagian tepi atau
atau lebih, bentuk seperti tiram, cembung kemudiaan menjadi rata atau kadang
membentuk corong; permukaan licin agak berminyak ketika lembab tetapi tidak
lengket; warna bervariasi dari putih sampai abu-abu, coklat atau coklat tua
kokoh tidak lunak pada bagian yang berdekatan dengan tangkai; bau dan rasa tidak
merangsang. Tangkai tidak ada atau jika ada buasanya pendek, kokoh dan tidak
dipusat atau lateral, panjang 0.5-4.0 cm, gemuk, padat, kuat, kering, umumnya
berambut atau berbulu kapas. Cadar tidak ada, jejak spora putih sampai ungu muda
atau abu-abu keunguan berukuran 7-9x3-4 mikron, bentuk lonjong sampai jorong,
membudidayakan aneka jenis jamur konsumsi, bahkan sejak perang dunia kedua.
Dari sekian banyak jenis jamur, jamur tiram merupakan jenis jamur yang paling
Jamur tiram dalam bahasa latin disebut Pleurotus ostreatus merupakan jenis
jamur masuk pada kelas Basidiomycetes. Spesies jamur tiram, Pleurotus ostreatus
dikenal oleh para petani jamur dengan sebutan jamur tiram putih karena bentuk
tudungnya yang menyerupai cangkang tiram (cangkang kerang) dan jamur ini 11
berwarna putih. Jamur tiram merupakan salah satu jenis jamur kayu. Jamur tiram
biasa disebut dengan jamur kayu karena banyak tumbuh pada media kayu yang
sudah lapuk. Jamur ini disebut dengan jamur tiram karena memiliki bentuk tudung
yang agak membulat, lonjong, dan melengkung hampir seperti cangkang tiram.
Batang atau tangkai jamur ini tidak tepat berada pada tengah tudung, tetapi agak ke
peningkatan. Permintaan jamur tidak hanya sebatas pasar dalam negeri, tetapi juga
produksi jamur yang ada belum bisa memenuhi angka permintaan. Padahal,
kebutuhan jamur tidak hanya terbatas pada permintaan jamur segar, masih ada
peluang besar pada beberapa segmen usaha yang berkaitan erat dengan bisnis
jamur. Misalnya, bisnis bibit jamur (inokulan), bisnis penjualan media jamur
(baglog), bisnis olahan jamur, bisnis jasa dan pelatihan budidaya jamur, serta bisnis
3000 tahun siam, jamur tiram sudah mulai di nikmati di negara-negara seperti
japang, cina, korea dan mesir. Sebagian besar mereka meyakini bahwa
Beberapa negara seperti rusia, yunani, dan meksiko sangat percaya bahwa
memakan jamur tiram dapat meningkatkan kekebalan tubuh. Jamur ini sangat
populer saat ini. Teksturnya lembut, penampilannya menarik, dan cita rasanya
juga relatif mudah dan murah hingga sangat potensial dikomersilkan (Wijaya,
2014).
Jamur tiram dari bahasa yunani disebut Pleurotus, artinya “bentuk samping
atau posisi menyamping antar tangkai dengan tudung”, sedangkan sebutan lama
“tiram”, karena bentuk atau tubuh buahnya menyerupai kulit tiram (cangkang
kerang). Di 13 belahan amerika dan eropa, jamur ini lebih populer dengan sebutan
Oyster mushroom, mempunyai tangkai tudung tidak tepat ditengah seperti jamur
Regnum : Fungi
Devisio : Basidiomycota
Classis : Homobasidiomycetes
Ordo : Agaricales
Familia : Tricholomataceae
Genus : Pleurotus
kecoklatan.
3. Jamur tiram kuning (Pleurotus sp), warna tubuh buah kuning dan
Dari beberapa jenis jamur tiram tersebut, jamur tiram putih dan coklat
yang baik dan tingkat produktivitasnya cukup tinggi. Dikatakan lebih lanjut oleh
Cahyana et al. (1999) ketiga jenis jamur tiram tersebut mempunyai sifat
kekurangan, yaitu :
1. Jamur tiram putih tumbuh membentuk rumpun dalam sàtu media. Setiap
rumpun mempunyai percabangan yang cukup banyak. Daya simpannya lebih lama
dengan jamur tiram putih dan jamur tiram kuning, tetapi tudungnya lebih tebal dan
dengan jamur tiram coklat maupun jamur tiram putih, tetapi jumlah cabangnya
sedikit dan lebih tipis dibandingkan dengan jamur tiram coklat serta daya
Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis jamur
bahan pangan karena kandungan gizinya setara dengan daging dan ikan. Jamur
tiram putih dilihat dari segi ekonomi dapat memberikan keuntungan karena
harganya cukup tinggi, per kilogram bisa mencapai sepuluh ribu rupiah bahkan bisa
lebih. Permintaan pasar lokal dan ekspor terbuka lebar, waktu panennya singkat
sekitar 1-3 bulan, bahan baku mudah didapat, dan tidak membutuhkan lahan yang
luas, oleh karena itu jenis jamur ini mulai banyak dibudidayakan (Darliana, 2013).
konsumsi yang saat ini cukup populer dan banyak digemari masyarakat karena
rasanya lezat dan juga penuh kandungan nutrisi, tinggi protein, dan rendah lemak.
Daya simpan jamur tiram sendiri mudah sekali rusak setelah dipanen. Hal ini
disebabkan jamur tiram memiliki kadar air cukup tinggi yaitu 86,6% (Gita, 2013).
Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) saat ini cukup populer dan banyak
digemari oleh masyarakat karena rasanya yang lezat dan juga penuh kandungan
nutrisi, tinggi protein, dan rendah lemak. Jamur tiram putih mempunyai
manfaat lain yang dimiliki jamur tiram adalah sebagai anti-bakterial, dan anti-tumor
sehingga jamur tiram juga banyak dimanfaatkan untuk mengobati berbagai macam
Jamur tiram biasanya diolah menjadi aneka makanan lezat. Secara sosial
budaya, jamur tiram merupakan bahan pangan bergizi, berkhasiat obat yang lebih
Dikarenakan umur jamur tiram yang tidak tahan lama, maka salah satu bentuk
mengolah jamur tiram sebagai sosis jamur tiram. Sosis secara umum adalah daging
yang digiling sampai halus, diberi bumbu, berada dalam selongsong, dimasak dan
Jamur tiram dapat digunakan menjadi alternatif bahan pangan bagi para vegetarian
yang ingin menikmati olahan pangan dalam bentuk sosis, dikarenakan jamur tiram
dapat diolah menjadi sosis, dan dapat menjadikan solusi bagi para vegetarian
Jamur tiram adalah jenis jamur kayu yang memiliki kandungan nutrisi lebih
tinggi dibandingkan jenis jamur kayu lainnya. Dalam 100 gram jamur tiram kering
thiamin (0,20 mg), dan riboflavin (4,7-4,9 mg) niasin (77,2 mg) dan kalsium (314,0
mg). Kandungan nutrisi jamur tiram lebih tinggi dibanding dengan jamur lainnya.
Jamur tiram mengandung 18 macam asam amino yang dibutuhkan oleh tubuh
sehingga dapat mencegah penyakit darah tinggi (hipertensi) dan aman bagi mereka
yang rentan terhadap serangan jantung. Hal tersebut dikarenakan keunggulan yang
spesifik dari jamur tiram bila dibandingkan tanaman lain maupun hewan adalah
yang bebas kolesterol sehingga baik untuk menghindari kadar kolesterol yang
tinggi dalam darah dan itu dapat mengurangi serangan darah tinggi (stroke) yang
tinggi dapat menyembuhkan anemia dan sebagai obat anti tumor, mencegah dan
menanggulangi kekurangan gizi dan sebagai obat kekurangan zat besi, serta baik
Jamur tiram memiliki sifat menetralkan racun dan zat-zat radioaktif dalam
tubuh. Khasiat jamur tiram untuk kesehatan adalah menghentikan pendarahan dan
menambah vialitas dan daya tahan tubuh serta mencegah penyakit tumor atau
Jamur tiram tumbuh optimal pada kayu lapuk yang tersebar di dataran
rendah sampai lereng pegunungan atau kawasan yang memiliki ketinggian antara
pertumbuhan jamur tiram adalah tempat-tempat yang teduh dan tidak terkena
pancaran (penetrasi) sinar matahari secara langsung dengan sirkulasi udara lancar
lunak yang telah lapuk seperti pohon karet, damar, kapuk atau sengon yang
tergeletak di lokasi yang sangat lembab dan terlindung dari cahaya matahari. Pada
kelembaban 60% - 80%. Pada fase pembentukan tubuh buah memerlukan suhu 16
- 22º C dan kelembaban 80% - 90% dengan kadar oksigen 10%. (Parjimo dan Agus,
2007).
Media jamur tiram putih dibuat menyerupai kondisi tempat tumbuh dialam.
Nutrisi bahan baku sesuai dengan kebutuhan hidup jamur tiram putih dapat berupa
sebuk gergaji kayu sengon ampas tebu dan sorgum sebagai sumber sumber sellulosa
(serat kasar), lignin (zat penyusun kayu), nitrogen, karbohidrat. Bahan media utama
sumber kalsium (Ca), mengatur pH media, gips digunakan sebagai sumber kalsium,
Media jamur tiram putih yang biasa digunakan pada umunnya adalah
sebagai berikut:
(49,4%), lignin (26,3%), pentosa (15,9%) dan ekstraktifnya tinggi. Kayu sengon
merupakan kayu yang bagus sebagai substrat dasar dalam jamur tiram. Dalam
proses pengomposan dan pengeringan dari kayu ini cepat (Atmosuseso, 1997).
2. Sorgum merupakan serealia sumber karbohidrat, dengan nilai gizi sekitar
83% karbohidrat, 3,50% lemak, dan 10% protein (basis kering). Dengan banyaknya
tiram putih dapat terpenuhi apabila diaplikasikan pada pembudidayaan jamur tiram
seksual dan aseksual. Reproduksi seksual hanya dilakukan jika terjadi perubahan
lingkungan yang kurang sesuai dengan jamur. Reproduksi seksual ini menghasilkan
keturunan dengan keanekaragaman genetik yang lebih besar. Variasi individu pada
dengan cara menghasilkan banyak spora secara aseksual. Spora ini akan terbawa
oleh angin dan berkecambah jika mendarat ditempat yang lembab dan permukaan
benang halus yang merupakan bagian dari dinding tubuler yang mengelilingi
membran plasma dan sitoplasma yang disebut dengan hifa. Hifa membentuk suatu
berikut:
a. Spora
Awal mula jamur berasal dari spora. Spora berukuran kecil dan berbobot
bantuan angin. Spora yang telah matang akan terlepas dari tubuh jamur dan jatuh
atau menempel di berbagai tempat. Spora akan tumbuh jika kondisi lingkungan
untuk menjadi jamur. Jika spora jatuh pada tempat yang kurang mendukung
b. Hifa
berwarna putih dan disebut dengan hifa. Fungsi hifa hampir sama dengan fungsi
c. Miselium
dengan miselium. Miselium berwarna putih seperti kapas dan akan menutupi
d. Pin Head
Pin head akan tumbuh dari miselium yang paling numpuk dan membentuk
benjolan atau gumpalan kecil sperti kancing. Pin head ini nantinya akan
berkembang menjadi jamur dewasa, dari tudung yang menguncup kemudian
e. Jamur Dewasa
Dua sampai empat hari setelah kemunculan pin head, jamur memulai
memasuki fase dewasanya. Jamur dewasa akan kembali menghasilkan spora. Spora
dihasilakan oleh serat-serat halus dibawah tudung jamur yang disebut lamela.
fase miselium primer, sekunder dan tersier. Miselium primer terbentuk dari
basidiospora yang jatuh pada media yang menguntungkan, miselium ini berinti satu
haploid. Fase ini merupakan pertunasan dan fragmentasi hifa yang disebut
plasmogami antara dua hifa yang kompatibel dan membentuk miselium sekunder
berinti dua. Fase selanjutnya, miselium sekunder akan berhimpun menjadi jaringan
Fase ini disebut fase generative atau fase reproduktif (Stevani, 2011).
Gula merah merupakan bentuk hasil dari pengolahan nira tanaman yang
dihasilkan melalui proses pemanasan pada nira dan diubah menjadi bentuk kristal
maupun padat. Tanaman yang dapat menghasilkan nira antara lain tebu, aren dan
kelapa. Nira yang dihasilkan oleh setiap tanaman tersebut memiliki ciri fisik serta
kandungan zat gizi yang berbeda - beda. Pada umumnya jenis gula yang mudah
dijumpai di Indonesia adalah gula pasir yang berasal dari tanaman tebu, gula merah
atau gula kelapa serta gula aren. Gula kelapa merupakan hasil dari pengolahan nira
kelapa dan memiliki cita rasa yang khas sehingga penggunaannya tidak dapat
Selain memiliki fungsi sebagai pemanis alami, gula kelapa juga berfungsi
sebagai nutrisi dalam budidaya jamur tiram karena merupakan sumber energi untuk
metabolisme sel jamur tiram putih yang akan merangsang pertumbuhan miselium.
gula juga memiliki kandungan unsur nitrogen berkisar 2-6% yang berfungsi untuk
Air Tebu
Air tebu adalah suatu ekstrak cairan yang berasal dari batang tebu,
mengandung kadar gula relatif tinggi, dijadikan bahan baku pembuatan gula
kristal. Selain tebu, sumber nira lain yang banyak digunakan dalam pembuatan
gula adalah aren, kelapa, lontar dan bit. Nira tebu diekstrak dari batang tebu
dengan usia panen 8-12 bulan. Pada masa yang kurang atau melebihi masa panen,
kadar sukrosa dalam tebu memiliki jumlah yang lebih rendah. Bagi industri gula,
pemanenan tebu dilakukan pada masa kadar sukrosa mencapai jumlah tertinggi
(Purnomo, 2000).
Selain kandungan sukrosa, air tebu juga mengandung gula pereduksi
yaitu glukosa dan fruktosa yang merupakan hasil invertasi sukrosa dengan adanya
enzim invertase. Jenis gula lain yang mungkin terdapat dalam nira tebu adalah
Gula tebu adalah disakarida, yang terdiri dari gabungan antara dua gula
yang sederhana yaitu glukosa dan fruktosa (monosakarida). Selain sukrosa, ada
kandungan zat lain pada batang tebu seperti glukosa, fruktosa, asam organik,
Penyuntikan gula merah dan air tebu pada dosis yang berbeda diharapkan
Gula Putih
Gula jenis ini terbuat dari sari tebu yang mengalami proses kristalisasi.
Warnanya ada yang putih dan kecoklatan (raw sugar). Karena ukuran butiranya
seperti pasir, gula jenis ini sering disebut gula pasir. Biasanya digunakan sebagai
Gula Kristal putih memiliki nilai ICUMSA antara 250-450 IU. Departemen
Perindustrian mengelompokkan gula Kristal putih ini menjadi tiga bagian yaitu
Gula Kristal 1 (GKP 1) dengan nilai ICUMSA 250, Gula kristal putih 2 (GKP 2)
dengan nilai ICUMSA 250-350 dan Gula Kristal putih 3 (GKP 3) dengan nilai
ICUMSA 350-450. Semakin tinggi nilai ICUMSA maka semakin coklat warna dari
gula tersebut serta rasanya semakin manis. Gula tipe ini umumnya digunakan untuk
rumah tangga dan diproduksi oleh pabrik-pabrik gula didekat perkebunan tebu
dengan cara menggiling tebu dan melakukan proses pemutihan, yaitu dengan teknik
sulfitasi (Wahyudi,2013).
Molase
Molase (tetes) merupakan sisa dari proses pengkristalan gula pasir yang
masih mengandung gula dan asam-asam organik sehingga merupakan bahan baku
yang baik untuk pembuatan etanol. Dibandingkan bahan baku lain, molase
mempunyai keunggulan yaitu selain harganya murah juga mengandung 50% gula
sederhana yang dapat difermentasi langsung oleh yeast menjadi etanol tanpa
pretreatment . Molase mengandung gula dengan kadar tinggi yaitu 50-60%, asam
amino dan mineral sehingga molase sangat potensial dimanfaatkan sebagai bahan
baku bioetanol. Karena kadar gula molase yang sangat tinggi, molase diencerkan
terlebih dahulu hingga kadar gulanya berkisar 12-17% sebelum digunakan sebagai
bahan baku bioetanol. Kadar abu molase berkisar 7-15%. Sedangkan spesifikasi
utama molase sebagai bahan baku alkohol (termasuk etanol) adalah tidak
mengandung abu lebih dari 10%. Jika kadar abu lebih dari 10 % maka dilakukan
pretreatment untuk mengendapkan logam dan komponen pengotor dalam tetes tebu
sehingga dapat dijadikan sebagai bahan baku produksi etanol. Pengendapan logam
dapat dilakukan dengan menggunakan H 2 SO4 pekat dimana ion SO42- akan
mengendap dan dapat dipisahkan dalam medium (Wardani dan Pertiwi, 2013).
BAHAN DAN METODE
Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
tiram putih.
baglog.
4. Air, Air yang digunaka adalah air yang berasal dari sumur ataupun
air ledeng.
adalah bibit jamur tiram putih F2 yang berasal dari petani jamur.
6. Air tebu, Air tebu yang digunakan adalah hasil penggilingan air tebu
manual.
7. Gula Merah, Gula merah yang digunakan adalah gula merah yang
sudah dicairkan.
9. Gula Putih. Gula putih yang digunakan adalah gula yang sudah
dicairkan
10. Alkohol, Alkohol yang digunakan adalah alcohol 70% yang
12. Plastik kaca, gelang karet, dan koran, digunakan untuk membungkus
Alat
Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
4. Drum dan kompor gas, Drum dan kompor gas digunakan untuk
selama penelitian.
kumbung.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2021
dan bertempat di Jl. Lestari 3 Gang. Citra II Kel. Sungai Besar Banjarbaru
Kalimantan Selatan.
Metode Percobaan
Faktor yang diteliti adalah penambahan beberapa jenis sumber energi sukrosa pada
media baglog budidaya jamur tiram putih. Setiap perlakuan di ulang sebanyak 5
terdapat 5 media baglog sehingga diperoleh 125 media baglog budidaya jamur tiram
putih
Dimana:
Penyiapan Kumbung
Pada penelitian ini kumbung dan rak untuk meletakan baglog jamur
disiapkan dan dibersihkan. Ukuran kumbung tempat penelitian adalah panjang 7m,
lebar 5m, dan tinggi 4m. Atap dan dindingnya dibuat dari daun rumbia dan
serbuk kayu 700 gram, bekatul 35 gram, kapur pertanian 5 gram, dan ditambahkan
air sampai dengan kadar air media pada kisaran 65-70% sehingga diperoleh berat
rata-rata berat media baglog budidaya jamur tiram putih pada kisaran 1,2-1,4kg,
kemudian ditambahkan beberapa jenis glukosa seperti air tebu, gula merah, gula
benar merata. Dalam proses pencampuran diusahakan tidak terdapat gumpalan pada
serbuk kayu, bekatul dan kapur karena dapat menyebabkan kompisisi media yang
dengan plastik selama 2 minggu proses pengomposan yang baik ditandai dengan
warna media berubah menjadi gelap dan tidak berbau. Pada saat pengomposan
baik.
media dipadatkan ujung plastik diikat dengan tali rapia. Plastik yang digunakan
berukuran 18 cm x 35 cm.
mikroba lain baik bakteri, kapang maupun khamir yang dapat menghambat
pertumbuhan jamur tiram yang ditanam. Sterilisasi dilakukan pada suhu 100⁰C -
105⁰C selama 8 jam. Alat yang digunakann dibuat dari drum bekas minyak yang
antara air dan tempat media, sedangkan penutup berfungsi dalam pengaturan uap
dalam drum dengan tutup drum terbuka. Setelah dingin media disusun diruang
inokulasi dapat berhasil dengan baik, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan :
(A). Kebersihan semua alat yang dipakai harus disterilisasi memakai alkohol 70%
dan api spiritus atau lampu bunsen. Peralatan yang digunakan pinset atau besi
di atas lampu bunsen. Begitu juga dengan tangan harus disemprot dengan alcohol
lebih dahulu sebelum melakukan inokulasi.; (B). Teknik inokulasi digunakan
adalah cara tabur yaitu dengan cara melepas ikatan tali kemudian masukkan cincin
paralon dan taburkan bibit yang telah dihancurkan sebanyak kurang lebih 1 sendok
kecil dan masukkan kedalam mulu baglog. Media yang berisi bibit ditutup dengan
kertas Koran dan diikat dengan gelang karet. Penutupan menjaga kondisi optimum
penyimpanan. Masa ini disebut masa inkubasi, yaitu masa penumbuhan miselium
jamur. Suhu yang diperlukan unutk pertumbuhan miselium antara 22⁰C - 28⁰C.
Apabila udara siang hari terlalu panas, disemprot dengan air bersih pada lantai dan
dinding ruangan. Apabila suhu terlalu rendah, maka didalam ruangan perlu
dipasang lampu. Inkubasi ini dilakukan hingga miselium tumbuh merata menutupi
seluruh permukaan media dari bagian atas sampai bagian bawah, miselium dapat
dilihat dengan memutihnya seluruh media dari bagian atas sampai bagian bawah
pengibokulasian.
miselium jamur berwarna putih yang merambat kearah bawah, maka kemungkinan
besar jamur tidak tumbuh. Maka media tersebut bisa distrilisasi ulang kembali,
Penumbuhan. Media tumbuh jamur yang sudah putih oleh miselium jamur
sudah siap untuk ditumbuhkan. Proses penumbuhan tubuh buah diawali dengan
memindahkan media ke kumbung, kemudian sumbat pada cincin di buka atau dapat
pula dengan memotong penutup media dengan pisau. Lima sampai tujuh hari
setelah dibuka biasanya akan segera tumbuh tubuh buah jamur tiram, yang sudah
tumbuh dibiarkan selama 2-3 hari atau sampai tercapai pertumbuhan optimal.
Untuk melakukan pengaturan suhu dan kelembaban maka perlu penyiraman lantai
kumbung. Suhu perlu dipertahankan pada 26⁰C - 29⁰C dan kelembaban 90% -
100%.
dalam keadaan bersih agar media tidak cepat terserang jamur parasite dan safrofit
kotoran yang ada di lantai maupun di rak tempat baglog disusun. Sedangkan cara
menjaga kelembaban yaitu dengan menyiram lantai dan dinding kumbung sebanyak
dua kali sehari yaitu pagi dan sore. Untuk pemeliharaan dilakukan sampai setiap
Panen. Kegiatan panen ini sangat menentukan kualitas jamur tiram putih
agar dapat hasil secara optimal, beberapa hal yang perlu diperhatikan: (A).
Penentuan saat panen. Panen dilakukan saat mencapai ukuran optimal, cukup besar
tapi belum mekar penuh, biasanya sisi tudungnya masih menghadap ke bawah.
Panen dilakukan pada pagi hari agar kesegarannya tetap terjaga. ; (B). Teknik
panen. Cara memanennya dengan hanya mengambil yang besar yang besar saja,
tidak akan optimal. Bahkan kadang kala akan mati. Pada saat melakukan
pemanenan diusahakan agar akar dan batang jangan sampai tertinggal di media
Ciri-ciri jamur tiram yang sudah siap dipanen adalah : (A). Tudung belum
keriting ; (B). Warna belum pudar ; (C). Spora belum dilepaskan ; (D). Tekstur
dilakukan dengan mencabut ; (B). Tanpa menyisakan bagian jamur ; (C). Bersih
Pengamatan
Pengamatan dalam penelitian ini adalah waktu penyebaran miselium
sempurna, waktu pertama munculnya tubuh buah, dan berat basah tubuh buah jamur
tiram.
Analisa Data
Model linier aditif yang digunakan untuk menganalisis setiap peubah yang
diamati adalah :
Yij = μ + τi + ε ij
Dimana :
j = 1, 2, 3, 4 (ulangan)
μ = rata-rata umum
Nilai F Tabel
Sumber
db JK KT F-hitung
keragaman 5% 1%
F F
Perlakuan t-1 JKP KTP KTP/KTG 0,05 0,01
(V1, V2) (V1, V2)
Galat t(r-1) JKG KTG
Total tr-1 JKT
Sebelum dilakukan analisis ragam, data yang ada terlebih dahulu di lakukan
uji terhadap asumsi kehomogenan ragam dengan menggunakan uji Barlett. Apabila
data homogen maka dianalisis ragam menggunakan uji-F pada taraf 5% . Apabila
hasil analisis ragam menunjukan berpengaruh nyata atau sangat nyata terhadap
Hasil
penyebaran miselium, umur panen pertama, jumlah tubuh buah perumpun dan berat
1. Rata – rata waktu penyebaran miselium pada media tanam / full colony
sampai full colony, pada serbuk gergaji dengan pemberian berbagai jenis sumber
27.3
Waktu Penyebaran Miselium
26.3
25.3 Rata - rata hari
24.3
(Hari)
23
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Gambar 2. Rata-rata waktu penyebaran miselium hari setelah inokulasi (HSI) pada
serbuk gergaji dengan pemberian sumber energi sukrosa yang berbeda.
miselium terlihat pada perlakuan dengan penambahan sumber energi sukrosa gula
dibandingkan dengan stimulat yang lainya. Pada tabel 1 disajikan data hasil analisis
waktu pertumbuhan miselium pada media tanam baglog jamur tiram putih
(Pleurotus ostreatus).
Tabel 1. Data hasil analisis waktu pertumbuhan miselium pada media tanam
baglog jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus).
Ulangan
Perlakuan Rata - rata
I II III
PO 28 27 27 27.33e
P1 26 26 27 26.33d
P2 25 24 24 24.33b
P3 25 26 26 25.33c
P4 23 23 23 23.33a
Keterangan : Nilai rata-rata waktu pertumbuhan miselium pada media tanam baglog
jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) yang diikuti oleh hurup yang
sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT dengan tingkat
kesuksesan 5%.
yang berbeda menunjukan hasil yang berbeda nyata. Sehingga pada perlakuan
pertumbuhan miselium.
(Pleurotus ostreatus) pada media tanam serbuk gergaji dengan pemberian berbagai
jenis sumber energi sukrosa yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 3.
6.3
5.3
Jumlah Tubuh Buah
3.7
3.3
2.3
Jumlah rata-rata
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Gambar 3. Rata-rata jumlah tubuh buah jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus)
pada media tanam serbuk gergaji dengan pemberian sumber energi
sukrosa yang berbeda.
Berdasarkan Gambar 3 pada pengamatan jumlah tubuh buah jamur tiram
putih terlihat pada perlakuan dengan penambahan sumber energi sukrosa gula putih
stimulat yang lainya. Pada tabel 2 disajikan data hasil analisis pengamatan tubuh
Tabel 2. Data hasil analisis pengamatan tubuh buah perumpun jamur tiram putih.
Ulangan
Perlakuan Rata - rata
I II III
PO 2 2 3 2.33a
P1 3 3 4 3.33b
P2 5 5 6 5.33c
P3 4 4 3 3.67d
P4 6 6 7 6.33e
Keterangan : Nilai rata-rata pengamatan tubuh buah perumpun jamur tiram putih
(Pleurotus ostreatus) yang diikuti oleh hurup yang sama tidak
berbeda nyata berdasarkan uji DMRT dengan tingkat kesuksesan 5%.
tiram putih huruf yang berbeda menunjukan hasil yang berbeda nyata. Sehingga
Hasil pengamatan berat basah tubuh buah jamur tiram putih (Pleurotus
ostreatus) pada media tanam serbuk gergaji dengan pemberian berbagai jenis
(Gram)
Jumlah rata-rata
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
Gambar 4. Rata-rata berat basah tubuh buah jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus)
pada media tanam serbuk gergaji dengan pemberian sumber energi
sukrosa yang berbeda.
tiram putih terlihat pada perlakuan dengan penambahan sumber energi sukrosa gula
dengan stimulat yang lainya. Pada tabel 3 disajikan data hasil analisis berat basah
Tabel 3.Data hasil analisis berat basah tubuh buah jamur tiram putih
Ulangan
Perlakuan Rata - rata
I II III
PO 40 43 42 41.67a
P1 51 49 53 51.00b
P2 63 62 66 63.67d
P3 58 54 57 56.33c
P4 70 72 69 70.33e
Keterangan : Nilai rata-rata berat basah tubuh buah jamur tiram putih (Pleurotus
ostreatus) yang diikuti oleh hurup yang sama tidak berbeda nyata
berdasarkan uji DMRT dengan tingkat kesuksesan 5%.
Berdasarkan uji ANOVA pada pengamatan berat basah tubuh buah jamur
tiram putih huruf yang berbeda menunjukan hasil yang berbeda nyata. Sehingga
Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) adalah salah satu jenis jamur kayu
yang banyak di konsumsi oleh masyarakat dengan gizi yang baik, di dalamnya
terkandung 9 asam amino esensial dengan kadar protein 19-35%. Jadi jamur ini
di dalam jamur adalah vitamin B1, B2, niasin, biotin dan vitamin C. Selain itu di
dalamnya terdapat mineral K, P, Ca, Na, Mg dan Cu. Jamur tiram putih sudah
banyak dikenal oleh konsumen sehingga telah memiliki pasar yang baik.
jamur tiram putih memiliki harga yang lebih terjangkau oleh konsumen. Jamur
tiram putih ini memiliki sifat menetralkan racun dan zat radioaktif dalam tanah.
vitalitas dan memperlancar buang air besar. Oleh karena itu, banyak masyarakat
tempat yang cocok, kemudian spora tersebut akan tumbuh menjadi miselium.
Apabila lingkungan tempat miselium baik, dalam arti temperatur, kelembapan, dan
menjadi bakal tubuh buah jamur. Bakal tubuh buah jamur kemudian membesar dan
pada akhirnya membentuk tubuh buah jamur. Tubuh buah jamur inilah yang
kemudian dipanen untuk dikonsumsi. Berat basah dari tubuh buah jamur inilah
yang menentukan tinggi atau rendahnya produktivitas jamur tiram (Kirana, 2012).
Pada penelitian ini yaitu menggunakan jamur tiram putih (Pleurotus
ostreatus), parameter utama yang dilakukan adalah lama waktu miselium mencapai
permukaan baglog atau full colony, jumlah tubuh buah dan berat basah tubuh buah
1. Penyebaran Miselium
dengan miselium. Miselium berwarna putih seperti kapas dan akan menutupi
inkubasi, dan kualitas benih jamur yang digunakan. Guna menunjang pertumbuhan
miselium jamur tiram, idealnya ruang inkubasi memiliki suhu 24- 29 ˚C dan
kelembaban 90-100 % Ipuk dan Suparinto (2010). Selain itu tingkat kepadatan
apabila baglog terlalu padat maka miselium akan sulit untuk menyebar keseluruh
permukaan baglog. Oleh karena itu dalam pengisian baglog supaya diusahakan
untuk tidak terlalu padat dan tidak terlalu renggang akan tetapi yang sedang-sedang
perlakuan yang paling cepat penyebaran medium full colony, dimana pada
pengamatannya yaitu dengan menghitung hari setelah inokulasi (HSI) pada baglog
yang sudah full colony. Dalam penelitian ini yaitu terdapat perbedaan antara
pemberian sumber energi sukrosa dan tanpa pemberian sumber energi sukrosa,
dimana pada perlakuan P01 yaitu 28 HSI, P02 yaitu 27 HSI dan P03 yaitu 27 HSI,
dengan rata-rata 27 hari. Pada perlakuan P1 1 yaitu 26 HSI, P12 26 HSI dan P1 3 yaitu
27 HSI, dengan jumlah rata-rata 26 hari. Pada perlakua P2 1 yaitu 25 HSI, P2 2 yaitu
24 HSI dan P23 yaitu 24 HSI, dengan jumlah rata-rata 24 hari. Pada perlakua P3 1
yaitu 25 HSI, P32 yaitu 26 HSI dan P3 3 yaitu 25 HSI, dengan jumlah rata-rata 25
hari Sedangkan pada perlakuan P4 1 yaitu 23 HSI, P42 yaitu 23 HSI, dan P4 3 yaitu
P4 yaitu dengan penambahan sumber energi sukrosa gula putih 16,5 ml/ baglog
yaitu dengan rata-rata 23 hari setelah inokulasi. Hal ini karena gula putih memiliki
kandungan sukrosa yang tinggi diantara stimulat yang lainnya, dan sukrosa sendiri
yang dapat digunakan sebagai energi untuk dimetabolisasi (Rahayu dalam Susiana,
2010) yang mengakibatkan miselium dapat cepat tumbuh atau muncul pada baglog.
(sumber energi sukrosa molase) menunjukkan tercepat kedua, hal ini disebabkan
karena kandungan sukrosa pada sumber energi sukrosa tersebut lebih rendah
perlakuan P0 (tanpa sumber energi sukrosa) adalah perlakuan yang paling lambat
terjadi full colony, hal ini dikarenakan tidak adanya penambahan nutrisi dalam
energi sukrosa berbeda nyata dengan perlakuan tanpa penambahan sumber energi
sukrosa. Hal ini sesuai dengan penelitian Sumiati dan Herbagiandono Cit. Putranti
(2003) yang menambahkan gula pasir 5% yang ternyata sangat nyata dalam
meningkatkan miselium. Selain itu dalam penelitian Dewi (2009), 0,04 kg yang
meningkatkan produktivitas jamur tiram putih. Dengan demikian maka nutrisi yang
terdapat pada molase juga mampu membantu proses pertumbuhan jamur tiram
yaitu P0, media dengan tidak ada penambahan sumber energi sukrosa dengan rata-
rata 27 hari, hal ini dikarenakan kurang adanya penambahan nutrisi dalam bentuk
molase sedangkan kandungan sukrosa paling tinggi terdapat padu gula putih
kemudian air tebu selanjutnya gula merah. Hal ini sesuai dengan penyataan Rahayu
(2004) bahwa gula merupakan sumber karbohidrat utama karena gula termasuk
golongan disakarida yang tersusun atas glukosa dan fruktosa dimana karbohidrat
mempunyai dua fungsi yaitu sebagai sumber energi dan sebagai bahan penyusun
karbohidrat kedalam senyawa sederhana seperti gula yang dapat digunakan sebagai
energi untuk dimetabolisasi yang mengakibatkan miselium dapat cepat tumbuh atau
tubuh buah jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) yang tumbuh pada baglog.
Pengamatan dilakukan setelah tubuh buah berusia 7 hari setelah pin head muncul
pada bagian atas baglog yaitu dengan menghitung jumlah tubuh buah perumpun
jamur tiram.
Dua sampai empat hari setelah kemunculan pin head, jamur memulai
memasuki fase dewasanya. Jamur dewasa akan kembali menghasilkan spora. Spora
dihasilkan oleh serat-serat halus di bawah tudung jamur yang disebut lamella.
Dimana lamella ini terdapat basidium, yaitu sel-sel penghasil spora (Meinanda,
2013).
Dalam penelitian ini pengamatan jumlah tubuh buah jamur tiram putih
(Pleurotus ostreatus), pada perlakuan P01 yaitu 2 buah, P02 yaitu 2 buah dan P0 3
yaitu 2 buah, dengan rata-rata 2 buah. Pada perlakuan P1 1 yaitu 3 buah, P12 3 buah
dan P13 yaitu 4 buah, dengan jumlah rata-rata 3 buah. Pada perlakua P2 1 yaitu 5
buah, P22 yaitu 5 buah dan P23 yaitu 6 buah, dengan jumlah rata-rata 5 buah. Pada
perlakua P31 yaitu 4 buah, P32 yaitu 4 buah dan P33 yaitu 3 buah, dengan jumlah
rata-rata 4 buah. Sedangkan pada perlakuan P4 1 yaitu 6 buah P42 yaitu 6 buah, dan
P43 7 buah dengan rata-rata 6 buah. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah
rata-rata tubuh buah terbanyak yaitu pada perlakuan P4. Hal ini di sebabkan karena
pada perlakuan P4 yaitu dengan pemberian sumber energy sukrosa dari gula putih.
sebagai mana dalam pernyataan Ipuk dan Suparinto (2010), formulasi media dan
penambahan unsur-unsur lain yang dibutuhkan oleh jamur secara tetap bisa
Sedangkan jumlah terbanyak kedua yaitu pada sumber energi sukrosa gula merah
pengamatan selama 21 hari yaitu tidak terlihat tumbuh tubuh buah yang
yang tidak begitu bagus sehingga pin head yang akan tumbuh menjadi tubuh buah
lama muncul atau terhambat pada waktu pengamatan. Hal ini bukan berarti pada
terlalu subur baik dipengaruhi oleh penyiraman ataupun memerlukan waktu yang
cukup lama.
Pada pengamatan jumlah tubuh buah jamur bisa kita simpulkan bahwa
perlakuan yang memberikan pengaruh paling baik adalah P4 yaitu dengan jumlah
tubuhnya dan di dalam sukrosa memiliki kandungan unsur nitrogen dengan kisaran
2-6%. Perlakuan yang memberikan pengaruh jumlah tubuh buah kurang baik adalah
hal ini dikarenakan adanya kekurangan nutrisi untuk mencukupi kebutuhan tumbuh
Pada pengamatan ini terdapat pengaruh yang sangat nyata antara perlakuan
dengan pemberian molase dan tanpa pemberian molase. Hal ini dikarenakan
pemberian molase pada media tanam memiliki kadungan fosfat, selulosa, gula,
nitrogen dan bahan organik yang paling tinggi dibandingkan degan perlakuan
jamur tiram putih dapat berlangsung dengan optimal jika media tanam banyak
mengandung unsur hara esensial yang dibutuhkan oleh jamur, Dewi (2009).
Selain tubuh buah jamur, berat basah tubuh buah jamur pun dapat
tiram putih. Berat tubuh jamur dapat dipengaruhi oleh kelembaban dan suhu
Bila kumbung jamur terlalu kering (suhu kumbung terlalu rendah) maka
tubuh buah jamur akan mengalami penguapan lebih dan menjadikan permukaan
tubuh buah jamur mengkerut dan kering. Jamur yang telah dipanen, dibersihkan
dari sisa-sisa media tanam yang masih menempel pada ujung tangkai jamur
Jumlah tubuh buah juga menjadi salah satu parameter pengamatan karena
dari jumlah tubuh buah tersebut dapat diketahui pengaruh perlakuan terhadap
pertumbuhan dan perkembangan jamur tiram putih. Pada pengamatan jumlah tubuh
buah jamur pada panen I, II dan III perlakuan yang memberikan pengaruh paling
baik adalah P4 yaitu dengan rata-rata 70,33 g. Sesuai dengan pernyataan Soenanto
protein, dan membangun enzim-enzim yang disimpan dalam tubuhnya dan di dalam
sukrosa memiliki kandungan unsur nitrogen dengan kisaran 2-6%, ( Hambali dkk,
2007). Susi (2011), perlakuan yang memberikan pengaruh paling baik adalah
dengan penambahan sumber energi sukrosa gula putih 2 ml/ baglog. Perlakuan yang
memberikan pengaruh jumlah tubuh buah kurang baik adalah perlakuan P0 tanpa
penambahan sumber energy sukrosa dengan rata-rata 41,67g, hal ini dikarenakan
adanya kekurangan nutrisi untuk mencukupi kebutuhan tumbuh jamur tiram putih.
Hal ini dikarenakan pemberian sumber energy sukrosa pada media tanam
memiliki kadungan fosfat, selulosa, gula, nitrogen dan bahan organik yang paling
buah paling banyak. Pertumbuhan jamur tiram putih dapat berlangsung dengan
optimal jika media tanam banyak mengandung unsur hara esensial yang dibutuhkan
jamur yaitu P0 dengan berat rata-rata 41,67g, hal ini dikarenakan jamur tiram putih
pada media kekurangan nutrisi sehingga member pengaruh kurang baik dari pada
meningkatkan produktivitas jamur tiram putih, hal ini sesuai dengan pernyataan
Nurman dan Kahar dalam Budianto (2004) bahwa berat segar jamur yang
dihasilkan ditentukan oleh kesuburan media dan adanya zatzat makanan seperti
karbohidrat dan protein. Sebagian besar kandungan dari sukrosa adalah karbohidrat
dengan kisaran 60% dan karbohidrat lain degan kisaran 2-5%, (Hambali, dkk 2007).
Oleh karena itu jamur memerlukan zat-zat makanan dari organisme lain khususnya
dari molase Hal ini sesuai dengan penelitian putranti dkk (2003) yang
menambahkan gula pasir 5% yang ternyata sangat nyata dalam meningkatkan bobot
segar jamur.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Perlakuan pemberian pemberian gula merah, gula putih, molase dan air
panen pertama, jumlah tubuh buah perumpun dan berat basah jamur
ata – rata waktu penyebaran miselium pada media tanam / full colony
terbanyak yaitu 6 buah, dan pada berat basah tubuh buah jamur tiram
Saran
sumber energi sukrosa untuk pertumbuhan dan kuantitas hasil budidaya jamur
tiram putih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dan dilakukan pada musim yang
tepat.
DAFTAR PUSTAKA