Anda di halaman 1dari 48

PROPOSAL PENELITIAN

Formulasi Sediaan Lipstik Ekstrak Buah Pinang (arecha catechu L.)sebagai zat
warna alami

Disusun sebagai acuan untuk melaksanakan penelitian dalam rangka


menyelesaikan tugas akhir sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
akademik Ahli Madya Farmasi Program Studi D-III Farmasi

Disusun Oleh

Nama : Viktoriana Imelda

Nim : 244817067

PROGRAM STUDI D – III FARMASI


AKADEMI FARMASI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS
MAUMERE
2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahan pangan karbohidrat merupakan bahan pangan pokok yang disimpan

digudang maupun yang dijual di pasar tradisional atau swalayan dalam jumlah

besar antaralain beras, jagung, kacang hijau, tepung terigu dan bahan pangan

lainnya. Bahan pangan ini mudah ditumbuhi oleh jamur. Faktor yang sangat

mendukung pertumbuhan jamur pada bahan pangan di Indonesia adalah kondisi

iklim seperti curah hujan, cuaca dan kelembaban (Indrawati dkk, 2016).

Kacang hijau adalah tanaman kacang-kacang ketiga yang banyak di

budidaya setelah kedelai dan kacang tanah. Bila dilihat dari kesesuaiani iklim dan

kondisi lahan yang dimiliki, Indonesia termasuk salah satu Negara yang memiliki

kesempatan untuk melakukan ekspor kacang hijau (Nasir, 2017).

Kacang hijau adalah salah satu bahan baku makanan yang sangat diterima

dan diminati masyarakat luas karena dapat dikonsumsi dalam berbagai macam

olahan seperti tauge (sayur), bubur dan kue-kue tradisional. Kandungan gizi

kacang hijau cukup tinggi dan komposisinya lengkap sehingga bermanfaat bagi

kesehatan tubuh kita (Nasir, 2017).

Menurut Badan Pusat Statistika (2016), produksi kacang hijau nasional

fluktuasi dari tahun 2011-2015 yaitu 341.342 ton, 284.257 ton, 204.670 ton,

244.589 ton, dan 271.463 ton pada tahun 2015 sedangkan produksi kacang hijau
pada tahun 2019 diproyeksikan mencapai 309.400 ton. Permintaan produksi

kacang hijau meningkat karena bertambanya jumlah penduduk sehingga

banyaknya masyarakat yang mengonsumsi kacang hijau.

Kacang hijau yang dijual di Pasar menggunakan gelas atau kaleng. Penjual

harus memakai wadah yang bersih untuk menyimpan kacang hijau yang dijualnya

dan sebaiknya disimpan ditempat yang tidak terkena sinar matahari langsung dan

tidak juga pada tempat yang lembab karena menyimpan kacang hijau ditempat

yang lembab dapat menyebabkan kacang hijau cepat membusuk atau cepat

ditumbuhi jamur. Selain itu penjual juga harus menjaga tempat jualannya dari

kotoran atau debu yang dapat mengakibatkan kacang hjau ditumbuhi jamur (Devi,

2019).

Adanya mikroorganisme yang tumbuh disuatu bahan pangan sangat

berpengaruh terhadap penurunan kualitas produknya.Yang mana hal tersebutdapat

menyebabkan terkontaminasinya bahan makanan. Salah satu mikroorganisme

yang dapat mengkontaminasi bahan pangan kacang hijau yaitu fungi. Aspergillus

merupakan jamur yang sering ditemukan diberbagai habitat, tetapi umumnya

saprofit ditanah, produk pakan, dan makanan yang disimpan.Aspergillus

jugasering mengkontaminasi biji-bijian, kacang-kacangan serta hasil olahan yang

berbahan dasar kacang hijau.Aspergillus adalah satu dari berapa jenis fungi yang

termasuk dalam kelas Ascomycetes yang memiliki penyebaran paling luas serta

melimpah di alam, diberbagai substrat dalam daerah tropis dan subtropis,

Aspergillus juga merupakan kontaminan umum (DinaK, 2016).


Aspergillus Sp adalah salah satu jamur yang menghasilkan aflatoksin, yaitu

toksin yang berasal dari fungi yang dikenal mematikan bagi manusia dan hewan

karena karena bersifat karsinogenik, mutagenik, teratogenik dan immunosupresif .

Tingginya kandungan aflatoksin pada makanan dapat menyebabkan keracunan

(Syaifuddin, 2017).

Pasar Alok Maumere merupakan salah satu tempat yang menjajakan

banyak makanan ringan yang berbahan dasar kacang hijau untuk dijadikan aneka

olahan makanan.Kacang hijau dapat kita beli dengan mudah di pasar ataupun di

kios sekitar tempat tinggal kita. Sebagian besar masyarakat di pasar Alok

Maumere tidak memperhatikan kondisi tempat penyimpanan kacang hijau, dan

kebersihan lingkungan disekitar pasar seperti tumpukan sampah, genangan air,

yang memungkinkan terjadinya pencemaran oleh mikroorganisme seperti jamur.

Dari uraian masalah diatas maka penulis sangat tertarik untuk melakukan

penelitian dngan judul identifikasi jamur Aspergillus sp pada kacang hijau yang

dijual di Pasar Alok Maumere.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah terdapat jamurAspergillus sp pada kacang hijau yang dijual di pasar

Alok Maumere ?

2. Berapa banyak koloni Aspergillus sp yang tumbuh pada media PDA (Potato

Dextrose Agar) ?

3. Apakah kacang hijau yang dijual di pasar Alok Maumere memenuhi syarat

cemaran kapang ?
C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui apakah terdapat jamurAspergillus sp pada kacang hijau

yang dijual di pasar Alok Maumere

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengidentifikasi pertumbuhan koloni Aspergillus sppada media

PDA (Potato Dextrose Agar)

b. Untuk mengidentifikasi jumlah koloni Aspergillus sp yang tumbuh pada

media PDA (Potato Dextrose Agar)

c. Untuk mengetahui apakah kacang hijau yang dijual di pasar Alok

Maumere memenuhi syarat cemaran kapang.

D. Manfaat

1. Manfaat Teoritis

Sebagai sumbangan ilmiah terhadap Kampus Akademi Farmasi Santo

Fransiskus Xaverius Maumere tentang Identifikasi Jamur Aspergilus Sp pada

kacang Hijau (Phaseolus radiatus L) yang dijual di Pasar Alok Maumere dan

sumber Pustaka bagi peneliti selanjutnya sekaligus menambah wawasan

kepada pembaca.

2. Manfaat praktis

a. Bagi Badan Pengawas Obat dan Makanan


Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat memberikan masukan

bagi BPOM dalam melakukan pengawasan, pemeriksaan dan pembinaan

bahan pangan kacang hijau yang dikonsumsi oleh masyarakat

b. Bagi Masyarakat.

1. Untuk menambah pengetahuan mengenai jamur Aspergillus Sp dan

meningkatkan pola hidup sehat.

2. Untuk menambah pengetahuan tentang cara pengoahan dan

penyimpanan kacang hijau.

c. Bagi Institusi Akademik

Sebagai tambahan koleksi perpustakaan untuk menjadi bahan

bacaan bagi mahasiwa Akademi Farmasi Santo Fransiskus Xaverius

Maumere.

d. Bagi Peneliti Selanjutnya

Dengan adanya penelitian ini dapat membantu peneliti lain untuk

dijadikan referensi dalam melakukan penelitian mendatang dibidang

mikrobiologi khususnya tentang jamur pada bahan pangan yang

dikonsumsi masyarakat.

E. Ruang Lingkup

1. Ruang Lingkup Materi

Penelitian ini hanya dibatasi pada identifikasi jamur Aspergilus spsaja.

Metode penelitian yang dilakukan yaitu metode agar sebardengan

menggunakan media PDA (Potato Dextrose Agar).


2. Ruang Lingkup Waktu

Waktu penelitian pada bulan

3. Ruang Lingkup Tempat

Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Farmasi

Akademi Farmasi Santo Fransiskus Xaverius Maumere.


F. Keaslian Penelitian

Sepengetahuan peneliti, penelitian tentang identifikasi jamur Aspergilus sp

pada kacang hijau yang dijual di pasar Alok Maumere belum pernah dilakukan.

Penelitian ini dilakukan menggunakan metode agar sebar dengan menggunakan

memmmdia PDA (Potato Dextrose Agar).

Beberapa penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini adalah :

No Nama Judul Metode Hasil Perbedaan dengan

peneliti peneliti
1 Devi “Identifikasi metode yang Hasil penelitian menunjukan Perbedaan dengan

Andriani, jamur digunakan pada kacang hijau yang dijual di penelitian tesebut

(2019) Aspergillus sp penelitian ini pasar Peterongan yaitu terletak pada metode,

pada kacang adalah metode keseluruhan sampel kacang media yang digunakan

hijau (studi di tabur dengan hijau postif terkontaminasi dan pada penelitan

pasar menggunakan oleh jamur Aspergillus sp yang dilakukan oleh

Peterongan)”. media PDA dengan berbagai spesies Devi Andriani tidak

(Potato diantaranya yaitu Aspergillus melakukan

Dextrose Agar). niger, Aspergillus flavus, dan perhitungan jumlah

Aspergillus fumigatus. koloni.

2 Aqli Muh “Identifikasi Metode yang Hasil penelitian menunjukan Perbedaan dengan
Nasir R, Jamur digunakan pada kacang hijau yang dijual di penelitian tesebut

(2017) Aspergillus Sp penelitian ini pasar Basah Mandonga yaitu terletak pada media

Pada Kacang adalah metode keseluruhan sampel kacang yang digunakan.

Hijau agar sebar hijau terkontaminasi oleh

(Phaseolus dengan jamur Aspergillus sp dengan

Radiatus L.) menggunakan berbagai spesies diantaranya

Yang Di Jual media SDA yaitu Aspergillus

Di Pasar Basah (Sabouraud nigerdanAspergillus flavus.

Mandonga Dextrose Agar).

Kota Kendari

Provinsi

Sulawesi

Tenggara”.
3 Arie Nur “identifikasi Metode yang Hasil penelitian menunjukan Perbedaan dengan

Syaifudin, jamur digunakan pada roti tawarberdasarkan masa penelitian tesebut

(2017) Aspergilus sp penelitian ini sebelum dan sesudah terletak pada metode,

pada roti tawar adalah metode kadaluarsa di desa media, sampel yang

berdasarkan semai/tabur Candimulyo positif digunakan,dan tidak

masa sebelum dengan terkontaminasi oleh jamur melakukan

dan sesudah menggunakan Aspergillus sp dengan perhitungan jumlah

kadaluarsa media SDA berbagai spesies diantaranya koloni.

(studi di Desa (Sabouraud yaitu Aspergillus niger,


Candimulyo Dextrose Agar). Aspergillus flavus, dan

Kecamatan Aspergillus fumigatus.

Jombang

kabupaten

Jombang)”.
4 “identifikasi Metode yang Hasil penelitian menunjukan Perbedaan dengan

jamur digunakan pada tepung terigu yang dijual penelitian tesebut

Aspergillus sp penelitian ini secara terbuka di pasar Alok terletak pada sampel

pada tepung adalah metode Maumere yaitu keseluruhan yang digunakan.

terigu yang agar sebar sampel tepung terigu positif

dijual secara dengan terkontaminasi oleh jamur

terbuka di menggunakan Aspergillus sp.

pasar Alok media PDA

Maumere”. (Potato

Dextrose Agar).

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan umum kacang hijau

1. Defenisi dan komposisi kacang hijau

Kacang hijau merupakan sejenis tanaman budidaya dan palawijaya

yang dikenal luas didaerah tropika.Tumbuhan yang termasuk suku polong-

polongan (Fabaceae) ini memiliki manfaat dalam kehidupan sehari-hari

sebagai bahan pangan berprotein nabati tinggi dan salah satu komoditas

tanaman yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat, seperti bubur kacang hijau

dan lainnya.Kacang hijau di Indonesia menempati urutan ketiga terpenting

sebagai tanaman panggan legume, setelah kedelai dan kacang tanah (Nasir,

2017).

Di Indonesia, daerah yang tinggi akan produksi kacang hijau adalah

Nangroe Aceh Darussalam, Sumatra Barat, Sumatra Selatan, Jawa Barat, Jawa

Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Utara dan Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara

Barat dan Nusa Tenggara Timur. Pulau Jawa merupakan penghasilan utama

kacang hijau di Indonesia dengan dikenal lahan kacang hijau yang sangat luas

(Ribeiro, 2016).

2. Klasifikasi Tanaman

Klasifikasi ilmiah kacang hijau adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae

Kelas : Dicotyldinae

Subclass : Rosidae

Ordo : Rosales

Familia : Papilionaceae

Genus: Phaseolus

Species : Phaseolus radiatus Linn (Nasir, 2017)

3. Nama Daerah

Kacang hijau dikenal dengan beberapa nama, seperti mungo, mung

bean, green bean, dan mung. Di Indonesia, kacang hijau juga memiliki

beberapa nama daerah, seperti artak (Madura), kacang wilis (Bali), buwe

(Flores), tibowang candi (Makassar) (Astawan, 2009).

4. Habitat

Dalam peroses pertumbuhannya, tanaman kacang hijau memerlukan

tanah yang tidak terlalu banyakmengandung partikel liat.Tanah dengan

kandungan bahan organic tinggi sangat cocok untuk tanaman kacang

hijau.Tanah berpasir pun dapat digunakan untuk menanam tanaman kacang

hijau, asalkan kandungan air tanahnya tetap terjaga dengan baik.Adapun tanah

yang dianjurkan, yaitu tanah latosol dan regosol. Kedua jenis tanah ini akan

lebih baik digunakan setelah ditanami tanaman padi terlebih dahulu.

Keasaman tanah (pH) yang diperlukan untuk pertumbuhan optimal, yaitu


antara 5,5-6,5. Pada tanah dengan pH dibawah 5,5 diberi pengapuran untuk

meningkatkan pH dan menetralisir keracunan alumanium. Sedangkan untuk

pH tanah diatas tidak diperlukan perlakuan tersebut.

5. Morfologi

Tanaman kacang hijau berbatang tegak dengan ketinggian sangat

bervariasi, antara 30-60 cm, memiliki cabang menyamping pada bagian

utama, berbentuk bulat dan berbulu.Warna batang hijau dan cabang berwarna

unggu.Daunnya trifoliate (terdiri dari tiga helaian) dan letaknya

berseling.Tangkai daunnya cukup panjang, lebih panjang dari daunnya.Warna

daunnya hijau mudah sampai hijau tua.Bunga kacang hijau berwarna kuning,

tersusun dalam tandan, keluar pada cabang serta batang dan dapat

menyerbukan sendiri.

Kacang hijau berbentuk silindris dengan panjang 6-15 cm dan

biasanya berbulu pendek.Sewaktu mudah polong berwarna hijau dan setelah

tua berwarna hitam atau coklat.Setiap polong berisi 10-15 biji (Purwono,

2012).
Gambar 2.1 Biji kacang hijau

Sumber :www.ac.id

Biji kacang hijau lebih kecil bila disbanding dengan biji kacang-

kacang lain. Biji kacang hijau terdiri dari tiga bagian utama, yaitu kulit biji

(10%), kotiledon (88%), dan lembaga (2%). Pada bagian kulit kacang hijau

mengandung mineral antara lain phosphor (P), kalsium (Ca), dan besi (Fe).

Kotiledon banyak mengandung pati dan serat, sedangkan lembaga merupakan

sumber protein dan lemak.Pada perdagangan di Indonesia hanya dikenal dua

macam mutu yaitu kacang hijau biji besar dan kacang hijau biji kecil.Kacang

hijau biji besar digunakan untuk bubur dan tepung, sedangkan kacang hijau

biji kecil digunakan untuk pembuatan touge.Warna biji umumnya hijau kusam

atau hijau mengkilap, beberapa ada yang berwarna kuning, coklat dan

hitam.Tanaman kacang hijau berakar tunggang dengan akar cabang pada

permukaan (Purwono, 2012).


Gambar 2.2 tanaman kacang hijau

Sumber :www.ac.id

6. Kandungan kacang hijau

Tabel 2.1 Kandungan Zat Gizi Kacang Hijau (per 100 gram bahan)
Kandungan Gizi Kacang Hijau
Kalori (kal) 345
Protein (g) 22,2
Lemak (g) 1,2
Karbohidrat (g) 62,9
Serat (g) 4,1
Kalsium (mg) 125
Zat Besi (mg) 6,7
Fosfor(mg) 320
Vitamin A (IU) 157
Vitamin B1 (mg) 0,64
Vitamin C (mg) 6,0
Air (g) 10

(Sumber :(Nasir, 2017)

7. Manfaat kacang Hijau

Kacang hijau merupakan sumber protein nabati, vitamin (A, B1, C,

dan E), serta beberapa zat lain yang sangat bermanfaat bagi tubuh manusia,

seperti amium, besi, belerang, kalsium, minyak lemak, manga, magnesium,

dan niasin. Selain bijnya, daun kacang hijau juga sering dimanfaatkan sebagai
sayuran.Kacang hujau bermanfaat untuk melancarkan buang air besar dan

menambah semangat (Purwono dan Hartono, 2005).

Berikut manfaat kacang hijau :

1. Mencegah kanker

2. Mengobati Anemia

3. Menurunkan berat badan

4. Menurunkan kolestrol

5. Mengatasi diabetes

6. Menguragi keluhan pasca menopause

7. Menjaga kesehatan jantung

8. Menguatkan tulang

9. Menguatkan imunitas tubuh

10. Bermanfaat untuk ibu hamil dan menyusui (Mustakim, 2014)

8. Syarat Mutu kacang hijau sebagai Bahan Pangan

Syarat mutu kacang hijau yang telah ditentukan oleh Standar Nasional

Indonesia tahun 1995 sebagai bahan pangan makanan dapat dilihat pada tabel

berikut ini :

a. Mutu umum

a) Bebas hama penyakit

b) Bebas bau busuk, asam, apek dan bau asing lainnya

c) Bebas dari bahan kimia lainnya seperti : insektisida dan

fungisida
d) Memiliki suhu normal

b. Syarat kusus

Spesifikasi persyaratan mutuh

No Jenis uji Satuan Persyaratan Mutu

I II III

1. Kadar air (%) Max 13 Max 14 Max 14

2. Butir rusak (%) Max 1 Max 3 Max 5

3 Butir belah (%) Max 1 Max 2 Max 3


.

4 Butir keriput (%) Max 2 Max 4 Max 6


.

5 Kotoran (%) Max 0 Max 1 Max 2


.

6 Lolos ayakan (%) Max 1 Max 3 Max 5


.

9. Syarat cemaran mikroorganisme pada kacang hijau

No Kategori pangan Jenis cemaran Batas

mikroba maksimum
Biji-bijian dan kacang- APM Escherichia 10/g

kacangan (kacang mede, coli


Kapang 1 × 104 koloni/g
kacang tanah, kedelai,

kacang merah, kacang

tolo, emping melinjo,

kacang hijau)
Sumber : SNI 2009

B. Tinjauan Umum Jamur

1. Defenisi Jamur

Jamur adalah suatu kelompok jasad hidup yang menyerupai tumbuhan

karena mempunyai dinding sel, tidak bergerak, berkembang biak dengan spora,

tetapi tidak mempunyai klorofil (Waluyo, 2017). Jamur tidak mempunyai akar,

batang, daun dan sistem pembuluh seperti pada tumbuhan tingkat tinggi.

Umumnya jamur berbentuk benang, bersel banyak, dan semua bagian jamur

tersebut memiliki potensi untuk tumbuh. Setiap lembar benang disebut hifa, dan

kumpulan hifa dinamakan miselium. Diameter hifa berkisar antara 0,5 – 100

mikron atau lebih (Pratiwi, 2014).

Umumnya jamur merupakan organisme bersel banyak (multiseluler),

tetapi ada juga pada jamur multiseluler yang hifanya tidak bersekat (asepta), inti

selnya tersebar didalam sitoplasma dan berinti banyak. Jamur jenis ini disebut

jamur senositik (coenocytic), sedangkan yang bersekat umumnya berinti satu


dan disebut sebagai jamur monositik (monocytic) yang bersel tunggal

(uniseluler), contohnya jamur ragi tape (saccharomyces sp). Jamur ada yang

hidup sebagai parasit, ada pula yang bersifat sebagai saprofit. Selain itu, ada

pula yang bersimbiosis dengan organisme lain secara mutualisme. Sebagai

parasit, jamur mengambil langsung makanan dari inangnya. Jamur jenis ini

memiliki haustorium, yaitu hifa khusus untuk menyerap makanan langsung dari

inangnya. Sebagai saprofit, jamur mengambil makanan dari sisa-sisa

organisme lain yang telah mati. Jamur yang bersimbiosis, mengambil nutrisi

berupa zat organik dari organisme lain dan organisme itu mendapatkan zat

tertentu yang bermanfaat dari jamur tersebut (Waluyo, 2017).

Jamur bereproduksi baik secara aseksual dengan pembelahan,

pembentukan tunas atau spora, maupun secara seksual dengan peleburan inti

dari kedua induknya. Jamur diklasifikasikan menjadi empat kelas utama yaitu

phycomycetes, ascomycetes, basidiomycetes, deuteromycetes.

1. Phycomycetes

Berdasarkan ciri-ciri spora seksual dan aseksual, habitat dan stuktur

garis besar morfologi dan sifat nutrisinya, kelas Phycomycetesdibagi

menjadi enam subkelas yaitu Cytridiomycetes, Hypocytridiomycetes,

Oomycetes, Plasmodiophormycetes, Trichomycetes, dan Zygomycetes.

Keenam subkelas ini umumnya tidak mempunyai septa (dinding penyekat)

yang teratur pada benang hifanya, sehingga mengakibatkan terdapat

banyak nukleus disetiap sel benang hifa.


2. Ascomycetes

Disebut juga fungi berkantung, membentuk satu atau lebih

(umumnya delapan) spora seksualnya (askopora) dalam sel berbentuk

kantung yang disebut askus. Spora aseksual yang diproduksi oleh

Ascomycetes akan membentuk konidium. Konidium ini dapat berupa

kumpulan spora tunggal atau berantai. Konidium merupakan hifa khusus

yang terdapat pada bagian ujung hifa penyokong yang disebut konidiofor.

3. Basidiomycetes

Basidiomycetes membentuk spora seksual (basidiospora) secara

eksternal pada sel berbentuk gada (basidia). Reproduksi seksual terjadi

melalui pertunasan, mikrokonidia, ataupun dengan fragmentasi benang

hifa. Umumnya hifa Basidiomycetes bersepta. Basidiomycetes membentuk

tubuh buah yang disebut basidiokarp, yang mengandung basidia dan

basidiospora. Basidiomycetes yang banyak dikenal meliputi cendawan

papan pada pepohonan, cendawan karat, dan cendawan gosong yang

menghancurkan serealia.

4. Deuteromycetes

Deuteromycetes atau fungi imperfecti, adalah fungi yang status

seksualnya belum diketahui secara pasti. Sebagian besar fungi patogen

termasuk kedalam kelas Deuteromycetes dan memiliki sifat dimorfisme


yang khas. Penyakit yang disebabkan oleh fungi Deuteromycetes meliputi

infeksi permukaan, yaitu infeksi kulit yang terbatas pada jaringan keratin

yaitu kuku dan rambut serta infeksi sistemik dibawah kulit maupun lebih

dalam lagi yang dapat menginfeksi organ dalam dan menimbulkan

kerusakan fatal (Pratiwi, 2014).

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan jamur

a. Kebutuhan air

Pertumbuhan jamur pada umumnya membutuhkan air lebih rendah

dibanding pertumbuhan khamir dan bakteri.

b. Suhu

Kebanyakan jamur tumbuh baik pada suhu kamar yaitu sekitar 25-

300C , tetapi ada beberapa yang dapat tumbuh pada suhu 35-370C atau

lebih tinggi, misalnya Aspergillus. Selain itu ada beberapa jamur yang

tumbuh baik pada suhu lemari es dan ada beberapa bahkan masih dapat

tumbuh lambat pada suhu dibawah suhu pembekuan, yaitu pada suhu 50C-

100C.

c. Kebutuhan oksigen dan pH

Umumnya jamur yang bersifat aerobik yaitu membutuhkan oksigen

untuk pertumbuhannya. Kebanyakan jamur akan tumbuh pada pH 2-8,5

tetapi pH rendah atau kondisi asam akan membuat jamur tumbuh lebih

baik.

d. Komponen penghambat
Ada berbagai macam jamur mengeluarkan komponen yang dapat

menghambat organisme lainnya. Komponen ini disebut sebagai antibiotik.

Beberapa komponen lain yang bersifat mikotastik yaitu penghambat

pertumbuhan jamur atau fungisidal yaitu membunuh jamur. Pertumbuhan

jamur biasanya berjalan lambat apabila dibandingkan dengan

pertumbuhan bakteri dan khamir (Wiwik Pujiati, 2018).

C. Tinjauan Umum Aspergilus sp

1. Klasifikasi Aspergilus sp

Kingdom : Fungi

Phylum : Ascomycota

Classis : Ascomycetes

Ordo : Eurotiales

Famili : Trichocomaceae

Genus : Aspergillus

Spesies : Aspergillus sp(Arie, 2017:6)

2. Morfologi Aspergillus sp

Aspergillus mempunyai hifa selebar 2,8-8 µm, bercabang seperti pohon

atau kipas dan miselium bercabang, sedangkan hifa yang muncul diatas

permukaan merupakan hifa fertil, koloninya berkelompok, konidiofora

berseptat atau nonseptat yang muncul dari sel kaki, pada ujung hifa muncul
sebuah gelembung, pada sterigma muncul konidium-konidium yang tersusun

berurutan mirip bentuk untaian mutiara, konidium-konidium ini berwarna

(hitam, coklat, kuning tua, hijau) yang memberi warna tertentu pada jamur

(Arie, 2017:7).

Gambar 2.3 morfologi Aspergillus sp

Sumber : www.atsu.edu

3. Defenisi Jamur Aspergilus sp

Aspergillus adalah suatu jamur yang termasuk dalam kelas Ascomycetes

yang dapat ditemukan dimana-mana khususnya di alam. Aspergillus tumbuh

sebagai saprofit pada tumbuh-tumbuhan yang membusuk dan terdapat pula

pada tanah, debu organik, makanan dan merupakan kontaminan yang lazim

ditemukan di rumah sakit(DinaK, 2016).

Aspergillus adalah jamur yang membentuk filamen-filamen panjang

bercabang, dan dalam media biakan membentuk miselia dan konidiospora.

Aspergillus berkembang biak dengan pembentukan hifa atau tunas dan

menghasilkan konidiofora pembentuk spora. Sporanya tersebar bebas di udara


terbuka sehingga inhalasinya tidak dapat dihindarkan dan masuk melalui

saluran pernapasan kedalam paru.Aspergillus sp dapat tumbuh dengan cepat,

memproduksi hifa aerial yang membawa struktur konidia yang khas yaitu

konidiafora yang panjang dengan vesikel-vesikel terminal dimana phialid

menghasilkan rantai konidia basipetal. Spesies ini diidentifikasi menurut

perbedaan morfologis dalam struktur ini, yang meliputi ukuran, bentuk, tekstur

dan warna konidia (Nasir, 2017).

Aspergillus sp merupakan organisme saprofit yang hidup bebas, diketahui

terdapat dimana-mana dan dapat tumbuh pada semua substrat. Pertumbuhannya

akan terhambat bila bahan dan koloninya berkelompok dan berkembang dengan

konidiospora, konidiospora terbentuk secara bebas dan ujungnya mengembang,

konidia berangkai-rangkai dan bentuknya bulat, serta termasuk dalam divisi

deuteromycota .Aspergillus sp merupakan jamur yang bersifat berbahaya, dapat

menghasilkan mitotoksin/aflatoksin yang dapat menyerang sistem syaraf pusat

mempengaruhi hati dan ginjal, dapat menyebabkan gangguan pernapasan

bahkan dapat menyebabkan kematian (Irianto, 2013 : 34 dan 78)

4. Identifikasi Aspergillus sp

Aspergillus sp dapat dikelompokan dalam beberapa golongan untuk

-memudahkan dalam identifikasi (Arie, 2017: 7-9).

Beberapa golongan tersebut antara lain :

a. Aspergillus flavus
Jamur dalam grub ini sering menyebabkan kerusakan makanan. Koloni

memiliki corak kuning hijau atau kuning abu-abu. Konidiofornya tak

berwarna, kasar, bagian atas agak bulat serta konidia kasar dengan

bermacam-macam warna.

Gambar 2.2 Aspergilus flavus

Sumber : www.atsu.edu
b. Aspergillus fumigatus

Konidia atas berbentuk berwarna hijau. Koloni bias biru hijau kelabu

atau hijau halus.

Gambar 2.3 Aspergilus fumigatus


Sumber : www.atsu.edu
c. Aspergillus niger

Konidia atas berwarna hitam, hitam kecoklatan, coklat violet. Bagian

atas membesar dan membentuk glubosa. Konidiofornya halus tak berwarna

atau berwarna coklat kuning. Vesikel berbentuk glubosa dengan bagian atas

membesar bagian ujung seperti batang kecil. Konidia kasar.

Gambar 2.4 Aspergillus niger


Sumber : www.atsu.edu
d. Aspergillus terreus

Fungi ini mempunyai konidia dibagian atas berwarna putih,

konidiofornya kasar, berdinding halus tak berwarna. Konidia berbentuk

elips, halus dan berdinding halus


Gambar 2.5 Aspergillus terreus
Sumber : www.atsu.edu
5. Patogenitas Jamur Aspergillus sp

Penyakit yang ditularkan melalui makanan timbul setelah memakan

makanan yang tercemar mikroorganisme patogen. Dari kelompok

mikroorganisme patogen dalam makanan adalah jenis-jenis bakteri, jamur, dan

virus. Salah satu jamur yang sering mencemari makanan adalah Aspergillus sp.

Jamur Aspergillus sp merupakan salah satu jamur yang menghasilkan

aflatoksin, yaitu toksin yang dapat mematikan manusia karena dapat

menyebabkan kanker hati bila sampai masuk kedalam tubuh melalui makanan.

Berbagai bentuk perubahan klinis dan patologis mitotoksikosi ditanadai dengan

gejala muntah, sakit perut, paru-paru bengkak, kejang, koma, dan pada kasus

yang jarang terjadi dapat menyebabkankematian.Aflatoksin yang berbahaya ini

dapat mempengaruhi mekanisme kerja hati manusia, mamalia, maupun unggas

sehingga menjadi faktor penyebab kanker hati (Edyansyah, 2013).

Aspergillus flavus menyebabkan penyakit dengan spektrum luas pada

manusia, mulai dari reaksi hipersensitif hingga infeksi invasif yang

diasosiasikan dengan angioinvasion. Sindrom klinis yang diasosiasikan dengan

kapang tersebut meliputi granulomatous sinusitis kronis, keratitis, cutaneous

aspergillosis, infeksi luka, dan osteomyelitis yang mengikuti trauma dan

inokulasi. Sementara itu, Aspergillus flavus cenderung lebih mematikan dan


tahan terhadap antifungi dibandingkan hampir semua spesies Aspergillus yang

lainnya (Amalia, 2012).

D. Tinjauan tentang media pertumbuhan

Media adalah bahan yang terdiri dari campuran zat-zat makanan (nutrisi)

baik bahan alami maupun buatan, yang diperlukan mikroorganisme untuk

perkembangbiakan di Laboratorium secara invitro. Mikroorganisme memanfatkan

nutrisi media berupa molekul-molekul kecil yang dirakit untuk menyusun

komponen sel. Syarat media yang baik harus mengandung nutrient yang

merupakan substansi dengan berat molekul rendah dan mudah larut dalam air,

nutrient dalam media memenuhi kebutuhan dasar mikroorganisme yang meliputi

air, karbon, energi, mineral dan faktor tumbuh, tidak mengandung zat-zat

penghambat dan media harus steril (Yuniarti, 2011).

Tujuan menggunakan media yaitu dengan media pertumbuhan dapat

dilakukan isolat mikroorganisme menjadi kultur murni, dapat menginokulasi

mikroorganisme dari sampel pemeriksaan, dan digunakan sebagai tempat untuk

menyimpan stok mikroorganisme menjadi kultur murni, dapat menginokulasi

mikroorganisme dari sampel pemeriksaan, dan digunakan sebagai tempat

untukmenyimpanstokmikroorganisme.Mikroorganisme untuk kehidupanya

membutuhkan bahan-bahan organik dan anorganik dari lingkungannya. Bahan-

bahan tersebut disebut nutrien (zat gizi) sedangkan proses penyerapannya disebut

nutrisi. Peran utama nutrien adalah : sumber energi, bahan pembangun sel, sebagai
aseptor elektron dalam reaksi bioenergetik (reaksi menghasilkan energi). Bahan

makanan yang terkandung dalam nutrien adalah :

1. Air

Bahan dasar pertumbuhan adalah air (H2O), air merupakan komponen

utama sel mikroba dan medium. Fungsi air adalah membantu reaksi kimia

dalam sel dan menjaga kelembaban, sebagai sumber oksigen untuk bahan

organik sel pada respirasi, sebagai pelarut dan sebagai alat pengangkutdalam

metabolisme.Pertumbuhan mikroorganisme tergantungdaritersedianya air, yang

digunakan oleh mikroorganisme untuk membentuk bahan sel dan memperoleh

energi.

2. Sumber karbon

Mikroorganismemembutuhkan sumber karbonsebagai pembentukan

konsituen sel dalam pertumbuhannya. Organisme heterotrof membutuhkan

karbon organik tersebut yang dapat diasimilasi, sumber yang paling banyak

digunakan adalah glukosa dan protein yang diperlukan adalah pepton.

3. Sumber nitrogen

Nitrogen merupakan komponen utama protei dan asam nukleat, banyak

mikroorganisme yang memiliki kemampuan untuk mengasimilasi nitrat (NO3)

dan nitrit (NO2) secara reduksi dengan mengubahnya menjadi amoniak (NH 3).

Sebagaian besar mikroorganisme dapat menggunakan NO4+sebagai satu-

satunya sumber nitrogen. Nitrogen juga dapat diperoleh dari zat gizi organik

misalnya hasil penguraian protein yang lebih kompleks seperti pepton.


4. Sumber sulfur

Sulfur adalah komponen dari banyak subtansi organik sel. Sulfur

membentuk bagian struktur beberapa koenzim. Sulfur dalam bentuk dasar tidak

dapat digunakan oleh tanaman dan hewan namun beberapa bakteri autotropik

dapat mengoksidasinya menjadi sulfat (SO42-). Kebanyakan mikroorganisme

dapat menggunakan sulfat sebagai sumber sulfur, mereduksi sulfat menjadi

hidrogen sulfida (H2S). Beberapa mikroorganisme dapat mengasimilasi H 2S

secara langsung dari medium pertumbuhan.

5. Sumber logam dan mineral

Logam dan mineral yang terkandung dalam pepton, bufer dan agar

seringkali tidak tercantum didalam komposisi media. Sejumlah besar mineral

dibutuhkan untuk fungsi enzim, dalam memformulasikan suatu medium untuk

pembiakan mikroorganisme harus memberikan sumber kalium, magnesium,

kalsium dan besi. Biasanya dalam bentuk ion-ion K+, Mg+, Ca+, dan Fe2+selain

berfungsi sebagai penyusun sel unsur mineral juga berfungsi untuk mengatur

tekanan osmosis, keasaman, pH, dan potensi oksidasi reduksi (redox potential)

medium.

6. Sumber fosfor

Fosfor (PO43-) dibutuhkan sebagai komponen AdenosinTrifosfat (ATP),

asam nukleat, dan sejumlah koenzim seperti Nicotinamide Adenine

Dinucleutide (NAD), Nicotinamide Adenine Dinucleutide Phosphate (NADP),

dan flavin. Selain itu banyak metabolit, lipid (fosfolipid, lipid A), komponen
dinding sel (teichoicacid), beberapa polisakarida kapsul dan beberapa protein

adalah bergugus fosfat (Jawets, 2013).

E. Tinjauan tentang Media PDA

Dalam mempelajari sifat mikroorganisme seperti jamur, diperlukan suatu

media pertumbuhan yang dapat mencukupi nutrisi, sumber energi dan kondisi

lingkungan tertentu. Media yang umum digunakan untuk menganalisis kapang

pada produk makanan termasuk yang di acu dalam metode SNI (BSN, 2009).

Potato Dextrose Agar (PDA) adalah media yang umum untuk pertumbuhan jamur

di laboratoriumCapucino, 2014).

Komposisi media PDA yaitu :

Kentang : 200 gr

Dextrose/gula : 20 gr

Agar : 15 gr

Aquadest : 1 liter

F. Tinjauan tentang metode penanaman mikroba

Pada penanaman mikroba perlu diperhatian kebutuhan nutrisi untuk mikroba

tersebut sehingga dapat tumbuh dengan baik. Isolasi mikroba adalah memisahkan

mikroba dari alam dan menanamnya dalam media baru sebagai biakan murni

(Jawets, 2013).

Teknik untuk menanam mikroba adalah sebagai berikut :

1. Spread plate method (cara tebar/sebar)


Teknik isolasi mikroba dengan cara menginokulasi kultur mikroba dengan cara

dipulas atau disebar pada permukaan media agar padat. Metode ini dilakukan

dengan mengencerkan biakan kultur mikroba. Karena konsentrasi sel-sel

mikroba pada umumnya tidak diketahaui, maka pengenceran perlu dilakukan

beberapa tahap, sehingga sekurang-kurangnya ada satu dari pengenceran itu

yang mengandung koloni terpisah (30-300 koloni). Koloni mikrobia yang

terpisah memungkinkan koloni tersebut dapat dihitung.

2. Streak plate method (cara gores)

Teknik isolasi koloni dengan cara ini dilakukan dengan cara menggoreskan

suspensi bahan yang mengandung mikroba pada permukaan media agar padat.

3. Pour plate method (cara tabur)

Teknik isolasi koloni dengan cara ini dilakukan dengan cara menaburkan bahan

yang mengandung mikroba pada permukaan media agar padat.

4. Pembiakan lapangan

Teknik ini dilakukan dengan cara membasahi seluruh permukaan agar dengan

suspensi kuman merata. Biasanya digunakan untuk uji kepekaan antibiotika dan

uji jenis kuman dengan bakteriofaga.

5. Pembiakan agar miring

Teknik inokulasi mikroba dengan cara menggoreskan pada permukaan agar

miring.

6. Pembiakan dengan tusukan


Teknik inokulasi mikroba dengan cara menusukan ose pada permukaan agar

tegak.

7. Biakan cair

Teknik ini dilakukan dengan cara mencelupkan kawat ose yang sudah dioleskan

pada biakan kuman kedalam wadah yang berisi media cair.

G. Perhitungan jumlah koloni

Metode-metode yang digunakan dalam perhitungan koloni, yaitu :

1. Metode langsung adalah metode dimana massa agar ditentukan sesudah sel-

selny diendapkan oleh sentrifuse.

2. Metode tidak langsung adalah metode yang didasari penentuan intensif

kekeruhan suspensi sel dan dapat digunakan untuk menetapkan massa (Putri,

2016).

Menghitung koloni jamur yang tumbuh pada setiap cawan petri dari setiap

pengenceran untuk menentukan angka kapang khamir setiap gram atau

milliliter sampel terdapat beberapa kriteria (Putri, 2016), yaitu :

1. Koloni jamur yang tumbuh pada cawan petri dari pengenceran dilakukan

perhitungan jumlah koloni. Jumlah koloni yang menunjukkan antara 40-60

dari cawan petri pada satu pengenceran yang sama. Kemudian jumlah

koloni dari kedua cawan petri dihitung, dirata-rata dan dikalikan dengan

faktor pengenceran.

2. Bila jumlah koloni antara 40-60 dari cawan petri pada dua tingkat

pengenceran berurutan, maka dihitung jumlah koloni pada tiap


pengenceran, kemudian diambil angka rata-rata. Hasil dinyatakan sebagai

angka kapang khamir dalam per gram atau per ml sampel.

3. Bila hanya salah satu diantara dua cawan petri dari pengenceran yang

sama menunjukkan jumlah 40-60 koloni, maka dihitung jumlah koloni

dari kedua cawan dan dikalikan dengan faktor pengenceran.

4. Bila pada tingkat pengenceran yang lebih tinggi didapat jumlah koloni

lebih besar dua kali jumlah koloni pada pengenceran dibawahnya, maka

dipilih tingkat pengenceran terendah.

5. Bila seluruh cawan petri tidak ditemukan satupun koloni, maka dicatat

angka sebenarnya dari tingkat pengenceran terendah dan dihitung sebagai

angka kapang khamir perkiraan.

6. Bila tidak ada pertumbuhan pada semua cawan petri dan bukan

disebabkan karena faktor inhibitor, maka angka kapang khamir dilaporkan

kurang dari 1 dikalikan faktor pengenceran terendah.

H. Tinjauan Metode Sterilisasi

1. Definisi sterilisasi

Sterilisasi adalah suatu proses untuk membuat ruang atau benda menjadi

steril (Lukman, 2016 : 20-23).

2. Jenis-jenis sterilisasi

a. Sterilisasi Panas

1) Pemanasan Basah
Untuk membunuh mikroorganisme atau jasad renikdapat

digunakan beberapa perlakukan fisik, misalnya dengan pemanasan basah,

pemanasan kering, radiasi, dan lain-lain.

a) Perebusan

Air mendidih atau uap air suhu 1000C dapat membunuh bentuk

vegetatif dari mikroorganisme dan virus dalam waktu lima menit.

Beberapa spora juga dapat terbunuh pada suhu 1000C selama beberapa

menit, tetapi masih banyak spora bakteri yang tahan terhadap panas

dan masih tetap hidup setelah dilakukan perebusan selama beberapa

jam.

b) Pemanasan dengan tekanan

Pengukusan dengan tekanan dapat dilakukan dengan

menggunakan alat berupa autoklaf yaitu untuk membunuh spora

bakteri yang paling tahan panas. Spora yang paling tahan panas akan

mati pada suhu 1210C selama 15 menit, kekuatan membunuh dari uap

air panas disebabkan pada waktu kondensasi, padan bahan yang

disterilisasi dilepaskan sejumlah besar panas latent.Pengerutan

yangdisebabkan oleh kondensasi menyebabkan penyerapan uap air

baru yang berartilebih banyak panas yang diserap. Sterilisasi untuk

bahan cair, susu, sediaan cair,larutan, emulasi atau suspensi yang

bahannya mengandung bahan yang mudahrusak.

c) Tyndalisasi
Proses sterilisasi dengan cara menggunakan pemanasan dengan

suhu 1000C selama 30 menit dan dilakukan setiap hari berturut – turut

selama tiga hari. Waktu inkubasi dilakukan diantara dua proses

pemanasan, dua proses pemanasan sengaja dilakukan agar spora yang

bergerminasi menjadi sel vegetatif, sehingga mudah dibunuh pada

pemanasan berikutnya.

d) Pasteurisasi

Proses pemanasan pada suhu rendah yaitu 63-700C selama 30

menit dan dilakukan setiap hari selama tiga hari berturu-turut. Proses

ini biasa dilakukan terhadap bahan atau zat-zat yang tidak tahan pada

pemanasan tinggi seperti susu. Ada beberapa mikroorganisme yang

tahan pada suhu tinggi atau termofil dan sporanya tahan pada poses

pasteurisasi. Setelah proses pasteurisasi dilakukan, maka produk harus

didinginkan dengan cepat untuk mencegah pertumbuhan bakteri yang

masih hidup.

2) Pemanasan kering

Pemanasan kering kurang efektif untuk membunuh mikroorganisme

dibandingkan dengan pemanasan basah. Berbeda pada pemanasan basah

yang menyebabkan terjadinya denaturasi protein, pada pemanasan kering

yang menyebabkan dehidrasi sel. Pemanasan kering juga dapat

menyebabkan oksidasi komponen– komponen dalam sel. Pemanasan

kering digunakan dalam sterilisasi alat gelas di laboratorium, dimana


digunakan oven dengan suhu 160-1800C,selama 1,5 - 2 jam dengan sistem

udara statis. Jika digunakan oven yang dilengkapai dengan sirkulas udara,

maka hanya dibutuhkan waktu setengahnya, karena aliran udara panas ke

alat – alat gelas akan lebih efisien.

3) Sterilisasi radiasi

Sinar matahari yang dipancarkan langsung pada sel vegetatif

mikroorganisme dapat menyebabkan kematian pada sel tersebut,

sedangkan sporanya biasanya lebih tahan.Efek baktertial dari sinar

matahari tersebut disebabkan oleh bagian ultraviolet dari spektrum

sinarnya.Sinar ultraviolet (UV) yang dipancarkan dari lampu uap yang

sering digunakan untuk menyinari ruangan–ruangan tertentu, sehingga

dapat mengurangi kontaminasi mikroorganisme diudara pada

ruangan.Radiasi UV menyebabkan kesalahan dalam replikasi DNA dan

mempunyai aktivitas mutagenik dalam sel–sel yang masih hidup.

b. Sterilisasi Mekanik

Biasa disebut penyaringan.Cara–cara penyaringan telah banyak

digunakan untuk mensterilkan medium laboratorium dan larutan-larutan

yang dapat mengalami kerusakan jika dipanaskan. Penyaringan dengan

ukuran pori-pori 0,45 mikro dan akan menghilangkan mikroorganisme

yang ada pada larutan tersebut. Penyaring yang banyak digunakan tersebut

dibuat dari gelas sinter, film selulosa (gelmen, Milipore) dan abestos atau

penyaring Seitz. Pori-pori penyaring tersebut berkisar antara 0,22–10


mikron. Pori-poriyang lebih besar biasanya digunakan untuk menjernihkan

sebelum digunakan pori–pori yang lebih halus, sehingga tidak terjadi

penyumbatan.Penyaring yang biasa digunakan untuk menahan atau

menyaring virus mikroplasma adalah penyaring yang memiliki ukuran

yang sangat kecil yakni penyaring Seitz.

c. Sterilisasi Kimia

Bahan kimia ini menimbulkan pengaruh yang lebih selektif terhadap

mikroorganisme dibanding dengan perlakukan fisik seperti panas dan

radiasi.

Cara ini sering disebut dengan :

1) Desinfeksi

Suatu proses untuk membunuh mikroorganisme yang bersifat

patogen yang sering digunakan adalah dengan cara kimia atau fisik, cara

ini ditunjukkan untuk pemakaian pada benda mati, tetapi tidak selalu

efektif terhadap bentuk sporanya.

2) Antiseptis

Suatuproses untuk membunuh atau memusnahkan

mikroorganisme atau jasad renik yang pada umumnya menggunakan

cara kimia dan penggunaannya ditujukan kepada makhluk hidup. Bahan

antiseptik dapat pula bersifat bakterisid atau fungisid yaitu dapat

membunuh bakteri atau fungi dan dapat pula bersifat bakteriostatik atau
fungistatik yaitu hanya dapat menghambat pertumbuhan bakteri atau

fungi (Lukman, 2016 : 20-23).


A. Kerangka pikiran

Kacang HijauTepung
Terigu

Mengidentifikasi pertumbuhan koloni


Aspergilus sp pada media PDA

Ada Tidak Ada

Mengidentifikasi jumlah
koloni Aspergilus sp yang
tumbuh pada media PDA

Melewati batas Tidak melewati batas


cemaran jamur : jika cemaran jamur : jika
koloni > 1x104 koloni ≤ 1x104
CFU/ml CFU/ml
Tidak memenuhi syarat Memenuhi syarat batas
batas cemaran jamur cemaran jamur

Batas maksimum
1×104 koloni/g

: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian laboratorium yang bersifat

eksperimental. Dalam hal ini dilakukan identifikasi untuk mengetahui keberadaan

dan jumlah koloni Aspergillus sp yang terdapat pada kacang hijau yang dijual di

pasar Alok Maumere.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juli bertempat di Laboratorium

Mikrobiologi Akademi Farmasi Santo Fransiskus Xaverius Maumere.

C. Objek Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek yang diteliti (Nasir, 2011 : 188). Pada

penelitian ini populasinya adalah semua penjual kacang hijau yang berjumlah

13 penjual di pasar Alok Maumere

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang akan diteliti, dimana

sampel yang akan diteliti berjumlah 3 penjual kacang hijau yang ada di pasar

Alok Maumere. Teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu purposive

sampling, dimana pengambilan sampel dilakukan dengan sengaja. Penelitianini

bersifat deskriptif dan menggunakan Non Probability Sampling sehingga tidak


memerlukan rumus statistik untuk perhitungan pengambilan sampel (Nasir,

2011 : 211).

Kriteria inklusi merupakan karakteristik subjek penelitian daan suatu

populasi target dan terjangkau yang akan diteliti (Nursalam, 2016).

Kriteria inklusi meliputi:

a. Kacang hijau yang dijual di pasar tradisional yang ada di pasar Alok

Maumere

b. Kacang hijau yang dijual menggunakan kaleng/gelas yang dijual di

pasar Alok Maumere

c. Kacang hijau yang dijual tanpa kemasan

D. Alat dan Bahan

1. Alat yang digunakan

Alat yang digunakan antara lain : Autoclave, batang pengaduk, beaker glass,

bunsen, cawan petri, cover glass, desikator,erlenmeyer, gelas ukur, handscoon, hot

plate, jarum ose, kertas koran, korek api, masker, mikroskop, objek glass, ose bulat,

pH meter, pinset, pipet tetes, tabung reaksi.

Bahan yang digunakan

2. Bahan yang digunakan antara lain : Alumunium foil, Aquadest, Kacang hijau,

Kapas, Kertas label, Larutan KOH 10% , NaCl 0,9%, PDA(Potato Dexreose

Agar).

E. Prosedur Kerja
1. Pengambilan sampel

Sampel kacang hijau diambil dari pasar Alok Maumere. Jumlah total

sampel kacang hijaunyang digunakan pada penelitian ini adalah sebanyak 3

(tiga) sampel. Sampel diambil dengan cara :

a. Pengambilan sampel dilakukan di pasar Alok Maumere kepada 3 penjual

kacang hijau.

b. Penjual mengambil kacang hijau dan memasukan kedalam kantong plastik

kemudian ditimbang.

c. Peneliti memberikan kode pada setiap sampel untuk membedakan sampel

yang diambil.

2. Sterilisasi alat

Strelisasi alat dilakukan dengan cara mencuci alat-alat yang diperlukan

dengan menggunakan detergen selama 15-30 menit. Alat–alat dikeringkan

dengan posisi terbalik diudara terbuka.Setelah kering dibungkus dengan kertas

perkamen.Alat dan bahan yang akan digunakan dalam suatu uji aktivitas

antibakteri harus bebas dari adanya mikroba maka disterilkan terlebih dahulu

sebelum digunakan dalam percobaan. Alat-alat gelas yang digunakan

disterilkan di oven pada suhu 170oC selama 1 jam. Jarum ose dan

pinsetdisterilkan dengan cara dibakar dengan nyala Bunsen (Sari, D.L, 2018).

3. Pembuatan media PDA (Potato Dextrose Agar)

a. Menimbang PDA sebanyak 7,8 gram.

b. Melarutkan dengan 150 ml aquadest didalam beaker glass.


c. Menghomogenkan dengan cara mengaduk.

d. Memanaskan diatas hotplatedan mengaduknya hingga mendidihmengatur

pH 5,6.

e. Menambah aquadest sampai 50 ml dipanaskan lagi sampai mendidih.

f. Menuang kedalam erlenmeyer.

g. Menutup mulut erlenmeyer dengan kapas dan aluminium foil

h. Mensterilisasi menggunakan autoclave pada suhu 1210Cselama 15 menit.

i. Setelah suhu pada autoclave turun sampai 00C kemudian keluarkan.

j. Pipet 15 ml PDA ke masing-masing cawan petri, lalu dihomogenkan.

k. Membiarkan media sampai padat.

4. Inokulasi Kacang Hijau yang diduga terkontaminasi Jamur pada media PDA

Inokulasi jamur dilakukan dengan metode agar sebar. Cara kerja yang

dilakukan adalah sebagai berikut :

a. Peralatan yang dipakai disiapkan dalam keadaan steril dan semua pekerjaan

dilakukan secara aseptis.

b. Diambil 1 gram sampel kacang hijau lalu dimasukan kedalam 9 ml NaCl

0,9% yang telah disterilkan.

c. Kocok kurang lebih 25 kali hingga homogen. Hasil dari homogenisasi

sampel merupakan pengenceran 10-1.

d. Dari larutan 10-1 dipipet 1 ml dan dimasukan dalam tabung NaCl 0,9%

kedua, kocok sampai homogen hingga diperoleh pengenceran 10-2, dibuat

pengenceran selanjutnya sampai pengenceran 10-4.


e. Dari masing-masing pengenceran 10-1–10-4 dipipet sebanyak 1 ml secara

aseptis, kemudian diteteskan pada permukaan PDA. Dilakukan penyebaran

sampai merata.

f. Seluruh cawan petri diinkubasi pada suhu 370C (suhu ruang) selama 3 x 24

jam dengan posisi terbalik.

5. Pengamatan Makroskopis dan Mikroskopis

a. Pengamatan makroskopis

Mengamati adanya koloni fungi yang tumbuh pada media PDA.Pada

pemeriksaan makroskopis dikatakan positif adanya jamur Aspergillus sp

apabila tumbuh koloni halus, berserabut, cembung, dan koloni berwarna

hijau, kelabu, kuning, coklat dan hitam. Jika terlihat adanya koloni jamur

Aspergillus sp pada permukaan media PDA dilanjutkan ke perhitungan

jumlah koloni (Nasir, 2017).

b. Pengamatan mikroskopis

Mengamati adanya jamur Aspergilus sp pada media PDA menggunakan

mikroskop. Pada pemeriksaan mikroskopis dikatakan positif jika terdapat

kapang genus Aspergillus sp dengan ciri-ciri memiliki bersepta dan

bercabang, konidiofora/tangkai konidia muncul dari foot cell (miselium yang

bengkak dan berdinding tebal) membawa stigma dan akan tumbuh

konidia/spora berbentuk bulat rantai berwarna hijau, coklat atau hitam

(Nasir, 2017).

Pengamatan dilakukan dengan cara :


1) Diambil sedikit koloni jamur yang tumbuh pada media dengan

menggunakan jarum ose dan dilakukan secara aseptis.

2) Letakan koloni pada kaca objek kemudian ditetesi dengan larutan KOH

10% lalu ditutupi dengan cover glass.

3) Letakan objek glass pada mikroskop dengan perbesaran 40x kemudian

diamati dan hasilnya di dokumentasi.

6. Perhitungan jumlah koloni pada media PDA (Potato Dextrose Agar)

Perhitungan dilakukan dengan cara sebagai berikut :

a. Dipilih cawan petri dari satu pengenceran yang menunjukan jumlah koloni

antara 10-150. Jika jumlah koloni di bawah 10 maka tidak bisa dihitung dan

jika jumlah koloni lebih dari 150 maka tidak bisa di hitung karena terlalu

padat.

b. Tiap koloni yang tumbuh baik besar, kecil maupun koloni yang menjalar

dihitung sebagai 1 koloni.

c. Perhitungan koloni dilakukan secara manual dengan menghitung koloni

yang ada dan juga bisa dilakukan dengan menggunakan coloni counter.

d. Jumlah koloni di cawan petri dari tingkat pengenceran yang berurutan

menunjukan jumlah antara 10-150, maka dihitung jumlah koloni jamur dan

dikalikan dengan faktor pengenceran.

e. Hasil dinyatakan sebagai angka jamur dalam ml sampel.

F. Pengelolahan Data
Pengolahan data adalah salah satu langkah terpenting untuk memperoleh

penyajian data sebagai hasil yang berarti dan kesimpulan yang baik. Kemudian

setelah data terkumpuldianalisa maka dilakukan pengolahan data melaui 2 tahap

yaitu coding dan tabulating(Notoadmodjo, 2010).

a) Coding

Coding adalah kegiatan memberi kode angka terhadap data yang terdiri atas

beberapa kategori. Adapun pengkodean dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

Sampel Kacang Hijau 1 kode KH1

Sampel Kacang Hijau 2 kode KH2

Sampel Kacang Hijau 3 kode KH3

b) Tabulating

Tabulating merupakan membuat tabel-tabel data, sesuai dengan tujuan

penelitian yang diinginkan oleh peneliti.Pada penelitian ini data bentuk tabel

menunjukan adanya jamur Aspergilus sp.

G. Analisis Data

Data yang telah diperoleh selanjutnya dianalisis secara deskriptif. Analisis

data deskriptif merupakan analisis yang dipakai untuk menganalis data dengan

menggambarkan data-data yang sudah dikumpulkan seadanya tanpa ada maksud

membuat generalisasi dari hasil penelitian. Dimana analisis deskriptif dilakukan

dengan melihat ada tidaknya koloni jamur, kemudian menentukan jenis koloni
jamur yang tumbuh pada media. Data yang tersedia disajikan dalam bentuk tabel

kemudian di narasikan (Asrul, 2009).

Untuk jumlah dalam satuan CFU/ml, dengan menggunakan rumus :

1
Pb=JK x
FP

Keterangan :

Pb = jumlah koloni jamur (CFU/ml)

JK = jumlah koloni jamur

FP = faktor pengenceran

Anda mungkin juga menyukai