Anda di halaman 1dari 27

PEMANFAATAN TEPUNG KULIT DAN BUAH PISANG KEPOK (Musa

paradisiaca L.) SEBAGAI MEDIA ALTERNATIF PERTUMBUHAN


Staphylococcus aureus, Escherichia coli dan Candida albicans

OLEH
AMSAL WAHYU MARALUS SIMANJUNTAK
160205175
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam bidang mikrobiologi untuk menumbuhkan dan mempelajari sifat-sifat mikroorganisme
diperlukan suatu media sebagai tempat pertumbuhan mikroorganisme. Media pertumbuhan
harus memenuhi persyaratan nutrisi yang dibutuhkan oleh suatu mikroorganisme (Atlas,
2004). Nutrisi yang dibutuhkan untuk mikroorganisme untuk pertumbuhannya meliputi
karbon, nitrogen, unsur non logam seperti sulfur dan fosfor, unsur logam seperti Ca, Zn, Na, K,
Cu, Mn, Mg, dan Fe, vitamin, air, dan energi (Cappucino, 2014).
Media merupakan suatu bahan yang terdiri atas campuran nutrisi yang digunakan untuk
pertumbuhan mikroorganisme baik dalam mengkultur bakteri, jamur, dan mikroorganisme
lain. Suatu media dapat menumbuhkan mikroorganisme dengan baik apabila memenuhi
persyaratan antara lain kelembapan yang cukup, pH yang sesuai, kadar oksigen baik, media
steril dan media harus mengandung semua nutrisi yang yang mudah digunakan
mikroorganisme. Adapun jenis media pertumbuhan dapat berupa media cair, media kental
(padat), dan media semi padat. Media yang umum digunakan untuk menumbuhkan
mikroorganisme di laboratorium seperti bakteri adalah media Nutrient Agar (NA) (Siti Juariah
dan Wulan Puspita Sari, 2018). Sedangkan media yang digunakan untuk pertumbuhan
mikroorganisme jamur adalah media Potato Dextrose Agar (PDA) (Artha Octavia dan Sri
Wantini, 2017).
Mahalnya harga media instant yang mencapai Rp 500.000,- hingga Rp 1.500.000,-
setiap 500 g serta melimpahnya sumber alam yang dapat digunakan sebagai media
pertumbuhan mikroorganisme mendorong para peneliti untuk menemukan media
alternative dari bahan bahan yang mudah di dapat dan tidak memerlukan biaya yang
mahal. Bahan yang digunakan harus mengandung nutrisi yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan bakteri seperti dari bahan-bahan yang kaya akan karbohidrat dan protein
(Anisah, 2015).
Beberapa peneliti berhasil menemukan media alternatif untuk pertumbuhan
mikroorganisme dari bahan-bahan yang mudah ditemukan dialam. Seperti dari sumber
protein yaitu kacang tunggak, kacang hijau, kacang kedelai hitam yang mengandung
tinggi protein sehingga mampu menumbuhkan Klebsiella sp, Bacillus sp, dan
Pseudomonas sp (Uthayasooriyan, dan Mekala, 2016).
Sumber karbohidrat yang dapat digunakan salah satunya adalah pisang kepok.
Buah pisang serta kulit pisang mengandung nilai gizi cukup tinggi sebagai sumber
karbohidrat yang sangat dibutuhkan oleh mikroba sebagai media pertumbuhan. Pisang
yang akan digunakan sebagai media pertumbuhan mikroba dibuat dalam bentuk
tepung. Pisang yang baik digunakan untuk pembuatan tepung pisang adalah pisang
yang berumur kira-kira 80 hari setelah berbunga. Hal ini disebabkan pada kondisi
tersebut pembentukan pati telah mencapai maksimum. Diketahui bahwa tepung pisang
mengandung total pati 84%, selain itu juga mengandung protein sebesar 6,8%, lemak
0,3%, abu 0,5% dan serat pangan 7,6 % (Mozes S, Y. Radiena, 2016).
1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah tepung kulit dan buah pisang kepok (Musa paradisica L.) dapat digunakan
sebagai media pertumbuhan mikroba Staphylococcus aureus, Escherichia coli,
dan Candida albicans?

2. Bagaimana hasil pertumbuhan mikroba Staphylococcus aureus, Escherichia coli,


dan Candida albicans pada media tepung kulit dan buah pisang kepok (Musa
paradisiaca L.)?

3. Berapa konsentrasi tepung kulit dan buah pisang kepok yang baik untuk
pertumbuhan Staphylococcus aureus, Escherichia coli, dan Candida albicans?

4. Bagaimana pengaruh variasi konsentrasi tepung kulit dan buah pisang kepok
terhadap jumlah koloni Staphylococcus aureus, Escherichia coli, dan Candida
albicans. Serta dibandingkan dengan media pembanding yaitu Nutrient Agar dan
Potato Dextrose Agar.
 
1.3 Hipotesa
1. Tepung kulit dan buah pisang kepok (Musa paradisiaca L.) dapat digunakan
sebagai media pertumbuhan mikroba Staphylococcus aureus, Escherichia coli, dan
Candida albicans.

2. Media tepung kulit dan buah pisang kepok (Musa paradisiaca L.) diharapkan dapat
memberikan hasil pertumbuhan yang baik pada mikroba.

3. Konsentrasi yang baik pada media tepung kulit dan buah pisang kepok (Musa
paradisiaca L.) untuk pertumbuhan mikroba adalah konsentrasi tertinggi.

4. Variasi konsentrasi media tepung kulit dan buah pisang kepok (Musa paradisiaca
L.) memberikan dampak perbedaan pertumbuhan jumlah koloni mikroba pada
setiap konsentrasi media, serta diharapkan memberikan hasil pertumbuhaan yang
baik sebanding dengan media Nutrient Agar dan Potato Dextrose Agar.
1.4 Kerangka Berpikir

Variabel Terikat Parameter


Variabel Bebas
 Media pertumbuhan 1. Jumlah Koloni :
 Konsentrasi Tepung Buah bakteri dan jamur dari  Staphylococcus
Pisang (2%, 4%, 6%, 8%, tepung buah pisang aureus.
10%) kepok  Escherichia coli
 Konsentrasi Tepung Kulit  Media pertumbuhan  Candida albicans
Pisang Kepok (2%, 4%, 6%, bakteri dan Jamur dari
8%, 10%) tepung kulit pisang 2. Pengujian
kepok karakteristik t epung
kulit dan buah
pisang kepok
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pisang kepok


2.1.1 Taksonomi Pisang Kepok
Pisang kepok termasuk ke dalam famili Musaceae yang berasal dari Asia
Tenggara. Klasifikasi taksonomi pisang kepok adalah sebagai berikut (Simpson,
2006: Ongelina, 2013):
• Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
• Division : Magnoliophyta (Tumbuhan Berbunga)
• Classis : Lilliopsida (Berkeping satu/ Monokotil)
• Ordo : Zingiberales
• Famili : Musaceae (Suku Pisang-pisangan)
• Genus : Musa
• Species : Musa paradisiaca (Nurjayanti, 2016).
2.1.2 Morfologi Pisang Kepok

Tanaman pisang dapat tumbuh di daerah tropis dan subtropis, banyak di tanam
sebagai tanaman buah-buahan di pekarangan rumah dan di tempat-tempat lainnya
sampai setinggi kurang lebih 800 meter dari permukaan laut. Tumbuhan ini berbatang
basah, tinggi sampai 6 meter, daunnya lebar berbentuk sudip dan tepinya tak bertulang.
Buahnya deret berganda, dilindungi oleh selubung bunga yang berwarna lembayung.
Panjang tandan buah 30-60 cm, merunduk dan tidak berbulu halus. Jantung berbentuk
bulat telur, agak lebar dengan kelopak berwarna ungu sebelah luar dan merah sebelah
dalam. Sisir buah berjumlah 5-9 sisir, tiap sisir berjumlah 10-14 buah, dan daging buah
berwarna kekuningan, rasanya manis, lunak dan tekstur agak lembek (Nurmin, Sri
Mulyani Sabang dan Irwan Said, 2018).
2.1.3 Kandungan Dan Manfaat Buah Pisang Kepok
Buah pisang merupakan salah satu komoditas holtikultular yang produksinya
tinggi dan mempunyai prospek yang cerah sebagai komoditas eksport. Pisang kepok
memiliki buah yang sedikit pipih dan kulit yang tebal, jika sudah matang warna kulit
buahnya akan menjadi warna kuning. Pisang kepok memiliki banyak jenis, namun
yang lebih dikenal adalah pisang kepok kuning dan pisang kepok putih. Warna buahnya
sesuai dengan nama jenis pisangnya, yaitu putih dan kuning. Pisang kepok kuning
memiliki rasa yang lebih enak, sehingga lebih disukai masyarakat. Pisang kepok
banyak diolah oleh sebagian masyrakat untuk dijadikan berbagai macam olahan
makanan seperti keripik, gorengan dan sebagainya. Kandungan gizi dalam pisang
kepok yaitu protein, karbohidrat, serat dan mineral seperti kalium, magnesium, fosfor,
besi, natrium dan kalsium. Selain itu juga pisang kepok mengandung vitamin A,
vitamin B, dan vitamin C (Nurmin, Sri Mulyani Sabang dan Irwan Said, 2018).
2.1.4 Kandungan dan Manfaat Kulit Pisang Kepok
Pisang kepok merupakan pisang berbentuk agak gepeng, bersegi dan kulit buahnya
sangat tebal dengan warna kuning kehijauan dan kadang bernoda coklat. Kulit pisang
kepok dari pengolahan biasanya terbuang begitu saja. Jumlah kulit pisang dari buah
pisang kira-kira sepertiga dari berat keseluruhan. Kandungan gizi kulit pisang cukup
lengkap seperti karbohidrat, lemak, protein, vitamin B, vitamin C dan air. Kandungan
gizi inilah yang dapat digunakan sebagai sumber energy bagi manusia. Sehingga tidak
sedikit orang memanfaatkan kandugan gizi yang terdapat pada kulit pisang dan
meningkatkan nilai ekonomisnya salah satunya sebagai media petumbuhan bakteri.
(Julfa, Noviar Harun dan Rahmayuni, 2016).
2.2 Bakteri Uji
2.2.1 Staphylococcus Aureus
Menurut Ferianto (2012) klasifikasi Staphylococcus aureus sebagai berikut:
Divisi : Protophyta
Kelas : Schizomycetes
Ordo : Eubacteriales
Famili : Micrococceae
Genus : Staphylococcus
Spesies : Staphylococcus aureus
Staphylococcus aureus merupakan salah satu bakteri pathogen penting yang
berkaitan dengan virulensi toksin, invasive, dan ketahanan terhadap antibiotic. Bakteri
S. aureus dapat menyebabkan terjadinya berbagai jenis infeksi mulai dari infeksi kulit
ringan, keracunan makanan sampai dengan infeksi sistemik. Infeksi yang terjadi
misalnya keracunan makanan karena Staphylococcus, salah satu jenis factor virulensi
yaitu, Staphylococcus enterotoxin (Ses). Gejala keracunan makanan akibat
Staphylococcus adalah kram perut, muntah-muntah yang kadang diikuti oleh diare ( Eli
John Karimela, Frans G. Ijong dan Henny Adeleida Dien, 2017).
2.2.2 Escherichia coli
Taksonomi Escherichia coli
Domain : Bacteria
Kingdom : Eubakteria
Phylum : Proteobacteria
Class : Gammaproteobacteria
Ordo : Enterobacteriales
Family : Enterobacteriaceae
Genus : Escherichia
Spesies : Escherichia coli
Escherichia coli ditemukan pada tahun 1885 oleh theodor Escherich dan diberi
nama sesuai dengan nama penemunya E. coli merupakan bakteri berbentuk batang
dengan panjang sekitar 2 micrometer dan diameter 0,5 minrimeter. Volume sel E. coli
berkisar 0,6-0,7 m. Bakteri ini dapat hidup pada rentang suhu 20-40°C dengan suhu
optimumnya pada 37°C dan tergolong bakteri gram negative (Lies Indah Sutiknowati,
2016).
2.3 Jamur Uji
2.3.1 Candida albicans
Superkingdom : Eukaryot
Kingdom : Fungi
Subkingdom : Dikarya
Filum : Ascomycota
Subfilum : Saccharomycotina
Kelas : Saccharomycetes
Ordo : Saccharomycetales
Famili : Debaryomycetaceae
Genus : Candida
Spesies : Candida albicans
Jamur Candida albicans telah dikenal dan dipelajari sejak abad ke 18 yang
menyebabkan penyakit yang dihubungkan dengan hygiene yang buruk. Nama Kandida
diperkenalkan pada Third Internasional Microbiology Congress di New York pada tahun
1938, dan dibakukan pada Eight Botanical Congress di Paris pada tahun 1954. Candida
albicans penyebab kandidiasis terdapat di seluruh dunia dengan sedikit perbedaan variasi
penyakit pada setiap area. Kandidiasis interdigitalis lebih sering terdapat di daerah tropis
sedangkan kandidiasis kuku pada iklim dingin. Penyakit ini dapat mengenai semua umur
terutama bayi dan orang tua. Infeksi yang disebabkan Kandida dapat berupa akut, sub akut
atau kronis pada seluruh tubuh manusisa. Candida albicans adalah monomorphic yeast dan
yeast like organism yang tumbuh baik pada suhu 25-30°C dan 35-37°C (Vivi Keumala
Mutiawati, 2015).
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Penelitian ini dilakukan di laboratorium Farmasi, Universitas Sari Mutiara Medan,
pada bulan Juli 2020. Penelitian ini merupakan eksperimental, di mana konsentrasi
tepung kulit dan buah pisang kepok (Musa paradisiaca L.) sebagai variabel bebas
sedangkan pertumbuhan mikroba menjadi variabel terikat, parameter penelitian adalah
pertumbuhan jumlah koloni bakteri. Media yang digunakan adalah Nutrien Agar dan
Potato Dextrose Agar sebagai media control dan media tepung kulit dan buah pisang
kepok dengan konsentrasi yang berbeda sebagai sampel dengan menggunakan 3 jenis
mikroba uji yaitu Staphylococcus aureus, Escherichia coli, dan Candida albicans.
Tahap penelitian meliputi penyiapan bahan, pembuatan media, penanaman bakteri uji
dan pengamatan. Masing-masing pengujian dilakukan lima kali pengulangan.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat-alat
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah autoklaf, batang L, batang
pengaduk, beaker glass (Pyrex), benang wol, bluetip, cawan petri, deck glass,
Erlenmeyer (Pyrex), gelas ukur, incubator, jarum ose, kain kasa, kapas, kertas label,
kertas perkamen, kurs porselin, kompor gas (Rinnai), Laminar Air Flow Cabinet (Astec
HLF 1200L), lampu bunsen, lampu spiritus, lemari pendingin, mikroskop, objek glass,
oven (memmert), pH Indikator, pipet mikro, plastic wrap, pipet tetes, mesh 80, serbet,
spatula, sprayer, tabung reaksi, tanur, timbangan digital, vortex, blender.
3.2.2 Bahan-bahan
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah agar-agar (Mutiara), aquadest
Demineralisata, etanol 70%, garam NaCl, larutan NaCl 0,9%, larutan iodium, larutan
CuSO4, larutan Natrium Hidroksida, media instan Nutrient Agar, media instant Potato
Dextrose Agar, Spiritus, pepton, kulit dan buah pisang kepok.

3.3 Mikroorganisme Uji


Biakan mikroba yang digunakan adalah Staphylococcus aureus, Escherichia coli,
dan Candida albicans.
3.4 Prosedur Penelitian
3.4.1 Penyiapan Sampel
3.4.1.1 Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan secara purposif yaitu tanpa
membandingkan dengan daerah atau tempat lain. Sampel yang
digunakan pada penelitian ini adalah kulit dan buah pisang kepok
(Musa paradisiaca L.) diperoleh dari pasar tradisional sei
sikambing, Jl. Gatot subroto, Kec Medan Helvetia, kota Medan.
3.4.1.2 Identifikasi Sampel
Identifikasi sampel dilakukan di Laboratorium Farmasi,
Universitas Sari Mutiara Medan, Indonesia.
 
3.4.2 Pengolahan Sampel
3.4.2.1 Pembuatan Tepung Buah Pisang Kepok
Buah pisang kepok yang di pilih untuk dijadikan tepung adalah buah pisang kepok
yang cukup tua namun belum matang dengan warna kulit buah masih hijau. Langkah
pertama, buah pisang kepok disortasi kemudian dikukus selama 10 menit yang
bertujuan untuk meminimalkan getah, setelah itu kulit luarnya dikupas sehingga di
peroleh daging buah. Daging buah pisang kepok kemudian diiris tipis setebal ± 0,3 cm.
Irisan daging buah pisang kepok kemudian selanjutnya direndam dalam larutan garam
(NaCl) selama 10 menit. Larutan perendam dibuat dengan melarutkan garam (NaCl)
sebanyak 2g dalam 1 liter air. Jumlah larutan yang dibuat tergantung jumlah irisan
daging buah pisang yang direndam yaitu untuk 1 kg irisan daging buah pisang
digunakan 2 g garam dalam 1 liter air. Irisan daging buah pisang kepok kemudian
ditiriskan, Setelah itu di susun di dalam Loyang dan dikeringkan di dalam oven dengan
suhu 60°C selama 6 jam. Gaplek pisang yang dihasilkan dihaluskan dengan
menggunakan blender lalu diayak dengan ayakan ukuran 100 mesh sehingga diperoleh
tepung pisang kepok ( Desilliani, Noviar Harun, Shanti Fitriani, 2019).
3.4.2.2 Pembuatan Tepung Kulit Pisang Kepok
Proses pembuatan tepung kulit pisang kepok diawali dengan memotong kulit
pisang kecil-kecil kemudian direndam dengan natrium metabisulfit sebanyak 100 g
selama 15 menit, kemudian ditiriskan. Setelah itu dilakukan pengeringan dengan
menggunakan oven dengan suhu 60°C selama 24 jam. Setelah kering kemudian
digiling atau dihaluskan dan diayak dengan ayakan 80 mesh ( Mawadda Sri Lestari,
Ansharullas, dan Hermanto, 2018).
3.4.3 Pembuatan Larutan Pereaksi

3.4.3.1 Larutan Iodium 0,005 M


Iodium Kristal sebanyaak 14 g dilarutkan dalam larutan 36 g kalium iodide pekat
dalaam 1000 ml air suling (Ditjen POM, 1979).
2.4.3.2 Larutan Etanol 70% v/v
Sebanyak 72,9 ml etanol 96% dilarutkan dalam air suling hingga 100 ml (Ditjen
POM, 1979).
3.4.3.3 Larutan NaCl 0,9%
NaCl ditimbang sebanyak 9 g, dilarutkan di dalam air suling steril sedikit demi
sedikit dalam labu ukur 1000 ml sampi larut sempurna lalu ditambahkan air suling
steril sampi garis tanda, disterilkan menggunakan autoclave pada suhu 121°C selama
15 menit. Larutan NaCl 0,9% digunakan saat pengenceran bakteri (Kemenkes, 2014).
3.4.3.4 Pereaksi CuSO4 1% (b/v)
Sebanyak 1 g CuSO4 dilarutkan dalam aquadest secukupnya dan diencerkan
hingga 100 ml (Ditjen POM, 1995).
3.4.3.5 Pereaksi Natrium Hidroksida 2 N
Sebanyak 8 g kristal Natrium Hidroksida dilarutkan dengan aquadest sebanyak 100
ml (Ditjen POM, 1995).
3.4.4 Pembuatan Media
3.4.4.1. Media Nutrient agar
Komposisi: Lemco beef extrack 1g
Yeast extrack 2g
Peptone 5g
NaCl 5g
Agar 15g
Cara pembuatan:
Medium Na dibuat dengan cara timbang media NA 28 gr dan larutkan dalam 1000 ml
aquadest kemudian dipanaskan diatas hot plate hingga homogen, kemudian sterilkan pada autoklaf
pada suhu 121°C selama 1 jam guna menghindari tumbuhnya mikroorganisme yang tidak
diinginkan (Siti Juariah, dan Wulan Puspita Sari, 2018).
3.4.4.2 Pembuatan Media Agar miring
Sebanyak 5 ml nutrient agar dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Tabung kemudian
diletakkan dengan kemiringan 30-45° dan dibiarkan pada suhu kamar hingga media memadat.
Media disimpan dalam lemari pendingin (Lay, 1994).
3.4.4.3 Pembuatan Media PDA
Komposisi: Potato extract 40 g
Glukose 20 g
Agar 15 g
Cara pembuatan:
Ditimbang PDA sebanyak 39 g kemudian dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer,
ditambahkan 1000 ml aquadest steril, lalu ditutup dengan kapas. Diukur pH 5,6 ± 2. Media di
panaskan menggunakan hot plate sampai larut dengan sempurna. PDA kemudian disterilkan di
dalam autoklaf selama 15 menit pada suhu 121°C, dengan tekanan 1-2 atm. Setelah proses
sterilisasi selesai, media dikeluarkan dari autoklaf, media didinginkan sampai suhu 45-50°C
(Oxoid, 2016).
3.4.4.4 Media Buah Pisang Kepok untuk Pertumbuhan Bakteri
Komposisi media dari buah pisang kepok dapat dilihat pada Table 1.1
Tabel 1.1 Formula media tepung buah pisang kepok untuk pertumbuhan bakteri
Formula Tepung Peptone (g) NaCl (g) Agar (g) Air Suling
Buah (g) (mL)

F1 2 0,5 0,5 1,5 100


F2 4 0,5 0,5 1,5 100
F3 6 0,5 0,5 1,5 100
F4 8 0,5 0,5 1,5 100
F5 10 0,5 0,5 1,5 100

Keterangan: Formula; 1,2,3,4,5 = konsentrasi 2%, 4%, 6%, 8%, 10% b/v
3.4.4.5 Media Kulit Pisang Kepok untuk Pertumbuhan Bakteri
Komposisi media dari kulit pisang kepok dapat dilihat pada Table 1.2
Tabel 1.2 Formula media tepung kulit pisang kepok untuk pertumbuhan bakteri
Formula Tepung kulit Peptone (g) NaCl (g) Agar (g) Air suling
(g) (mL)

F1 2 0,5 0,5 1,5 100


F2 4 0,5 0,5 1,5 100
F3 6 0,5 0,5 1,5 100
F4 8 0,5 0,5 1,5 100
F5 10 0,5 0,5 1,5 100

Keterangan: F = Formula; 1,2,3,4,5 = konsentrasi 2%, 4%, 6%, 8%, 10% b/v
3.4.4.6 Media Buah Pisang Kepok untuk Pertumbuhan Jamur
Komposisi media dari buah pisang kepok dapat dilihat pada Tabel 1.3
Tabel 1.3 Formula media tepung buah pisang kepok untuk pertumbuhan jamur
Formula Tepung Buah Dextrose (g) Agar (g) Air Suling (mL)
(g)

F1 2 2 2 100
F2 4 2 2 100
F3 6 2 2 100
F4 8 2 2 100
F5 10 2 2 100

Keterangan: F = Formula; 1,2,3,4,5 = konsentrasi 2%, 4%, 6%, 8%, 10% b/v
3.4.4.7 Media Kulit Pisang Kepok untuk Pertumbuhan Jamur
Komposisi media dari kulit pisang kepok dapat dilihat pada Table 1.4
Tabel 1.4 Formula media tepung kulit pisang kepok untuk pertumbuhan jamur
Formula Tepung Kulit (g) Dextrose (g) Agar (G) Air Suling (mL)

F1 2 2 2 100
F2 4 2 2 100
F3 6 2 2 100
F4 8 2 2 100
F5 10 2 2 100

Keterangan; F= Formula; 1,2,3,4,5 = Konsentrasi 2%, 4%, 6%, 8%, 10% b/v
3.4.4.8 Pemeriksaan pH Pada Media
Masing-masing media pada tepung kulit dan buah pisang kepok ditetesi diatas
indicator pH, selanjutnya diamati perubahan warna (Pasaribu, 2019).
 
3.5 Pemeriksaan Karakteristik Tepung Kulit dan Buah Pisang Kepok
1. Pemeriksaan Makroskopik
2. Pemeriksaan Mikroskopik
3. Uji Kadar
4. Uji Kadar Abu
5. Uji Kelarutan
6. Uji Karbohidrat
7. Uji Protein

3.6 Sterilisasi Alat dan Bahan


Alat-alat yang digunakan disterilkan terlebih dahulu sebelum dipakai. Media
pertumbuhan disterilkan menggunakan autoklaf pada suhu 121°C selama 15 menit,
sedangkan alat-alat gelas disterilkan dengan oven pada suhu 170°C selama 1 jam.
Jarum ose disterilkan dengan menggunakan lampu Bunsen (Lay, 1994).
 
3.7 Cara Pengujian
1. Pembuatan Stok Kultur Bakteri dan Jamur
Sebanyak satu ose dari masing-masing biakan murni Staphylococcus aureus,
Escherichia coli, dan Candida albicans diinokulasikan pada permukaan agar miring
NA dan PDA. Biakan diinkubasi pada suhu 37°C selama 18-24 jam (Ditjen POM,
1995). Perbedaan inokulasi jamur dan bakteri adalah:
Inokulasi jamur menggunakan jarum ose bentuk batang. Hifa yang berbentuk seperti
benang mudah diambil dengan jarum ose batang dan mudah sekali tumbuh di dalam
suatu media.
Inokulasi bakteri menggunakan jarum ose berbentuk bulat. Dimana pada ujung jarum
ose yang berbentuk bulat, bakteri akan dapat terambil dalam jumlah yang banyak
(Rohimat, 2002).
2 Pembuatan Suspensi Bakteri dan Jamur
Koloni diambil dari agar miring nutrient agar menggunakan jarum ose, lalu
disuspensikan ke dalam pelarut NaCl 0,9% sebanyak 5 ml dan kocok homogeny dalam
tabung rekasi. Kekeruhan suspensi mikroba uji diukur dengan alat spektrofotometri
UV-Vis dengan panjang gelombang 580 nm dan transmitan 25% (Ditjen POM, 1995).
3. Pengenceran Suspensi Bakteri dan Jamur
Dilakukan pengenceran suspense bakteri dan jamur 10-1 sebanyak 5 kali yaitu: 10-2,
10-3, 10-4, 10-5 dan 10-6 dengan menggunakan NaCl fisiologis steril di mana masing-
masing NaCl fisiologis steril dimasukkan 9 mL ke dalam tabung reaksi dan
ditambahkan 1 mL ke dalam masing-masing pengenceran secara berurutan (Pasaribu,
2019).
4. Penyiapan Media Pada Cawan Petri
Cawan petri yang steril digunakan sebagai wadah untuk media. Penuangan media
dilakukan didalam laminar air flow cabinet. Setiap cawan petri berisi 10-15 mL media.
Setelah media memadat, cawan petri dibalik kemudian ditutup agar uap air menetes ke
agar untuk menghindari kontaminasi.
5. Inokulasi Bakteri dan Jamur
Masing-masing bakteri dan jamur yang diuji dilakukan dengan salah satu teknik
inokulasi, yaitu metode gores. Dimana suspensi bakteri 10 6 diambil dengan ujung kawat
ose yang bengkok, kemudian bagian yang bengok digesekkan dengan gerakan ke kiri ke
kanan sampai seluruh permukaan agar (Dwijoseputro, 1978).
Setelah bakteri dan jamur diinokulasikan dengan metode gores selanjutnya diinkubasi ke
dalam inkubator bakteri pada suhu 37°C selama 24 jam lalu diamati pertumbuhan bakteri.
 
3.8 Pengolahan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dengan menggunakan metode
eksperimen, kepustakaan dan dokumentasi. Untuk mengetahui kualitas media
pertumbuhan bakteri dan jamur dilakukan pengamatan tentang pertumbuhan bakteri dan
jamur pada media yang digunakan. Pengamatan yang dilakukan meliputi jumlah koloni
bakteri dan jamur. Analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif (Anisah dan Rahayu,
2015).
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai