Anda di halaman 1dari 127

SKRIPSI

PENGARUH PEMBERIAN ISOMETRIK HANDGRIP


EXERCISE TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH
PADA PASIEN HIPERTENSI DI RUMAH SAKIT ADVENT
MEDAN

OLEH :
JAMSLEN ALEX CANDRA TUMANGGOR
160204101

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
MEDAN
2020
i
PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah dibimbing dan diperiksa oleh pembimbing dan layak untuk
dipersentasikan didalam sidang skripsi

Medan, September 2020


Pembimbing

(Ns. Lasma Rina Efrina Sinurat, M. Kep)

Disetujui oleh
Ketua Program Studi Ners

(Ns. Rinco Siregar, S.Kep, MNS)

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah atas berkat dan hidayah-Nya
peneliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Pengaruh
Pemberian Isometrik Handgrip Exercise Terhadap Perubahan Tekanan Darah
Pada Pasien Hipertensi”. Skripsi ini ditulis sebagai salah satu persyaratan untuk
menyelesaikan Program Sarjana Keperawatan di Program Studi Ners Fakultas
Farmasi dan Ilmu Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia. Selama proses
penyusunan skripsi ini, begitu banyak bantuan, nasehat, dan bimbingan yang
peneliti terima demi kelancaran penulisan skripsi ini. Dengan segala kerendahan
hati, pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan terima kasih kepada
Bapak/Ibu :
1. Parlindungan Purba, SH, MM, selaku Ketua Yayasan Sari Mutiara Medan.
2. Dr.Ivan Elisabeth Purba, M.Kes, selaku Rektor Universitas Sari Mutiara
Indonesia.
3. Taruli Rohana Sinaga, SP., MKM, selaku Dekan Fakultas Farmasi dan Ilmu
Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia.
4. Ns.Rinco Siregar, MNS, selaku Ketua Program Studi Ners Fakultas Farmasi
dan Ilmu Kesehatan.
5. Dr. Rudi Charles D Sitepu selaku Direktur RS Advent medan serta staf yang
telah memberi ijin survei awal.
6. Ns. Lasma Rina Efrina Sinurat, M.Kep, selaku ketua penguji yang telah
meluangkan waktu untuk memberi bimbing dan masukan kepada peneliti
dalam menyelesaikan skripsi penelitian ini.
7. Ns. Janno sinaga M,Kep, Sp.KMB, selaku penguji 2 yang telah meluangkan
waktu untuk memberi bimbing dan masukan kepada peneliti dalam
menyelesaikan skripsi penelitian ini.
8. Ns. Marthalena Simamora, M.Kep selaku penguji 2 yang telah meluangkan
waktu untuk memberi bimbing dan masukan kepada peneliti dalam
menyelesaikan skripsi penelitian ini.

ii
9. Seluruh staf dosen pengajar Program Studi Ners Fakultas Farmasi dan Ilmu
Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia yang telah banyak memberikan
dukungan kepada peneliti.
10. Kedua orang tua dan saudara yang telah memberi dukungan dan doa dalam
menyelesaikan skripsi ini .
11. Teman-teman peneliti yang telah memberikan dukungan dan motivasi dalam
menyelesaikan skripsi ini.
12. Pasien hipertensi di RS Advent Medan yang bersedia menjadi responden saya
dalam penelitian ini.

Peneliti menyadari bahwa penyusunan skripsi penelitian ini masih terdapat


kekurangan, dengan demikian peneliti mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi penelitian
ini.

Medan, Juni 2020

Peneliti

Jamslen alex candra tumanggor

iii
DAFTAR ISI
Halaman

PERNYATAAN PERSETUJUAN i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR TABEL v
DAFTAR SKEMA vi
DAFTAR LAMPIRAN viii

BAB 1 : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Perumusan Masalah 4
1.3 Tujuan Penelitian 4
1.4 Manfaat Penelitian 4

BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA


2.1.1 Konsep Hipertensi 7
2.1.2 Definisi 7
2.1.3 Etiologi 8
2.1.4 Klasifikasi Hipertensi 9
2.1.5 Faktor resiko Hipertensi 10
2.1.6 Manifestasi klinis 21
2.1.7 Penata laksanaan Hipertensi 22
2.2 Isometric Handgrip Exercise 24
2.2.1 Defenisi 24
2.2.2 Manfaat 25
2.2.3 Indikasi dan kontra indikasi 25
2.2.4 Mekanisme penurunan tekanan darah 27
2.2.5 Latihan isometrik menggemgam 29

iv
2.3 Peneliti
an terdahulu 30
2.4 Kerang
ka konsep 31
2.5 Hipote
sa Penelitian 31

BAB 3: METODE PENELITIAN


3.1 Desain penelitian 32
3.2 Populasi dan Sample 32
3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian 34
3.4 Defenisi Operasional 35
3.5 Aspek Pengukuran 36
3.6 Metode Pengumpulan Data 37
3.7 Etika Penelitian 39
3.8 Pengolahan Data 40
3.9 Analisis data 41
BAB 4 : HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran umum lokasi penelitian 42
4.1.1 Lokasi penelitian 42
4.2 Analisa Bivariat 44
4.2.1 Uji Normalitas 44
4.3 Deskriptif statistik 44
4.4 Pembahasan 47
4.4.1 Pengaruh isometrkk handgrip terhadap TD sistolik 53
4.4.2 Pengaruh isometrkk handgrip terhAdAp TD diastolik 43
4.5 Keterbatasan penelitian 60
BAB 5 : KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan 62
5.2 Saran 62
DAFTAR PUSTAKA

v
LAMPIRAN

vi
DAFTAR TABEL
Halaman

Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi ...................................................... 12

Tabel 3.1 Definisi Operasional Isometric Handgrip Exercise.......... 28

Tabel 4.1 Hasil data Karakteristik Responden ................................ 42

Tabel 4.2 Tekanan darah sebelum melakukan.................................. 44

Tabel 4.3 Tekanan darah sesudah melakukan.................................. 45

Tabel 4.4 perbedaan Tekanan darah sebelum melakukan................ 46

iv
DAFTAR SKEMA
Halaman
Skema 2.1 Kerangka Konsep 31

v
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat permohonan Memperoleh data dasar dari Universitas Sari


Mutiara Indonesia ke Rumah Sakit Advent medan.
Lampiran 2 : Surat keterangan izin memperoleh data dasar dari RS Advent .
Lampiran 3 : Lembar penjelasan kepada calon responden..
Lampiran 4 : Lembar persetujuan calon responden.
Lampiran 5 : Lembar konsultasi.
Lampiran 6 : Surat permohonan penelitian dari Universitas Sari
Mutiara Indonesia ke Rumah Sakit Advent medan.
Lampiran 7 : Surat permohonan uji etik penelitian dari KEP Universitas Sari
Mutiara Indonesia ke Rumah Sakit Advent medan.
Lampiran 8 : Surat keterangan izin penelitian dari RS Advent medan.
Lampiran 9 : master data
Lampiran 10 : Hasil output
Lampiran 11 : Dokumentasi .

vi
vii
1
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hipertensi merupakan penyakit tidak menular yang banyak terjadi dan
mempunyai tingkat mortalitas yang tinggi. Penyakit ini sering diberi nama
The Sillent Killer karena dapat mematikan. Dikatakan hipertensi karena
seseorang mengalami peningkatantekanan sistolik mencapai diatas 140
mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg(Junaidi, 2010, Menurut data
World health organization, di seluruh dunia, sekitar 972 juta orang atau
26,4% penghuni bumi mengidap hipertensi, angka ini kemungkinan akan
meningkat menjadi 29,2% di tahun 2025. Dari 972 juta pengidap hipertensi,
333 juta berada di negara maju dan 639 sisanya berada di negara
berkembang,termasuk Indonesia (Yonata and Pratama, n.d.).

Menurut data World Health Organization (WHO) padatahun 2011, 26,4%


penduduk di dunia menderita hipertensi dan kemungkinan akan meningkat
menjadi 29,2% pada tahun 2025(Ulya and Iskandar, 2017). Data Riskesdas
2013 Indonesia memiliki penderita hipertensi sebesar 25%. Jika saat ini
penduduk Indonesia sebesar 252.124.425 jiwa maka terdapat 65.048.110 jiwa
yang menderita hipertensi (Depkes RI, 2013),penyebab terjadinya hipertensi
di Indonesia dikarenakan pola makan yang mengarah ke makananinstan
mengandung pengawet, seperti kita lihat dari makanan cepat saji
tersebutmengandung garam tinggi, lemak jenuh, dan rendah serat mulai
banyak terutama dikota-kota besar Indonesia( Sari ema, 2019).

Berdasarkan Region WHO, Indonesia menempati urutan ke 2 penderita


hipertensi tertinggi di South East Asia setelah Myanmar (WHO, 2013).
Prevalensi hipertensi di Indonesia ini merupakan salah satu masalah kesehatan
dangan angka kejadian yang tinggi yaitu sebesar 25,8%. Terdapat 5 wilayah
di Indonesia dengan angka kejadian hipertensi tertinggi, yaitu di Bangka

1
2

Belitung (30,9), diikuti daerah Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan


Timur (29,6), Jawa Barat (29,4%), dan Gorontalo (29,4%). Sedangkan
prevalensi hipertensi di Provinsi Bengkulu sudah mencapai sebesar 21,6%
(Riskesdas, 2013). Data dari Profil Kesehatan Provinsi Bengkulu sudah
mencapai 54,66% dengan kasus hipertensi (Dinkes Provinsi bengkulu, 2016).
Dengan tingginya angka kejadian hipertensi yang ada di Indonesia namun
upaya untuk mengendalikan hipertensi tersebut masih kurang, perlu adanya
berbagai macam upaya yang bisa dilakukan untuk mengendalikan angka
kejadian hipertensi yang tinggi tersebut sehingga dapat menekan angka
hipertensi.(Andri et al., 2018).

Prevalensi hipertensi di Sumatera utara berdasarkan diagnosis oleh tenaga


kesehatan sebesar 6,8%. 31,7% atau 1 dari 3 orang mengalami hipertensi.
Sekitar 75% penderita hipertensi tidak mengetahui bahwa dirinya menderita
hipertensi. Mereka baru menyadari jika telah terjadi komplikasi.
Meningkatnya prevalensi hipertensi dikaitkan dengan pertumbuhan penduduk,
penuaan dan faktor risiko perilaku, seperti diet tidak sehat, merokok,
mengkonsumsi alkohol, kurangnya aktivitas fisik, kelebihan berat badan dan
stress yang terus-menerus. Aktivitas fisik secara teratur bermanfaat dalam
mengatur berat badan dan menguatkan sistem jantung dan pembuluh darah.
Kurangnya aktifitas fisik dapat mengakibatkan seseorang terkena hipertensi.
Berdasarkan data Riskesdas 2007 terlihat bahwa sebagian besar penduduk di
Provinsi Sumatera Utara yang kurang melakukan aktivitas fisik masih lebih
banyak (51,9%). Bahkan di Kota Medan penduduk yang kurang melakukan
aktivitas fisik mencapai (62,2%). Aktivitas fisik merupakan salah satu faktor
risiko terjadinya hipertensi.(Harahap et al., 2018).

Isometrik merupakan salah satu kontraksi otot yang tidak terjadi perubahan
panjang otot, sedangkan tonusnya mengalami perubahan. Isometrik
melibatkan kelompok kecil dari otot rangka dibandingkan dengan latihan
isotonik dimana kelompok otot yang lebih besar yang terlibat. Menggenggam
3

raket tenis dan mengakat besi merupakan contoh dari kontraksi isometrik.
Menggenggam raket tenis dan angkat besi merupakan contoh dari kontraksi
isometrik. Isometric Handgrip exercise merupakan sebuah kegiatan
mencengkram dimana kontraksinya terjadi pada bagian lengan bawah dan
tangan, sehingga akan menyebabkan perubahan dalam ketegangan otot
tangan. Selama melakukan isometric Handgrip exercise, kebutuhan oksigen di
jaringan meningkat dan jantung bekerja lebih memompakan darah untuk
memenuhi kebutuhan oksigen di jaringan tersebut dibawah pengaruh aktivasi
simpatis. Hal ini menyebabkan peningkatan suplai darah ke otot yang aktif
untuk memenuhi kebutuhan akan oksigen. Isometrik tidak membutuhkan
banyak oksigen dibanding dengan isotonik, sehingga tekanan darah tidak naik
banyak dalam isometrik(Sefia Nurindra et al., 2016).

Latihan isometric mengakibatkan penekanan otot pada pembuluh darah yang


akan menghasilkan stimulus iskemik dan menimbulkan stimulus sehingga
terjadi mekanisme shear stress (Guyton, A.C, Hall, 2008). Stimulus iskemik
menginduksi peningkatan aliran arteri brakialis untuk menurunkan efek
langsung iskemia pada pembuluh darah tersebut. Ketika tekanan dilepaskan,
aliran darah pembuluh darah lengan bawah membesar dikarenakan terjadinya
dilatasi pada pembuluh darah distal yang akan menginduksi stimulus shear
stress pada arteri brakialis (Mcgowan, Levy, Mccartney, & Macdonald,
2007). Mekanisme shear stress menimbulkan pelepasan turunan Nitrit Oksid
(NO)-endotelium yang diproduksi oleh sel endotel sebagai vasodilator
pembuluh darah (Mcgowan et al, 2007). NO merupakan mediator kunci dari
sel endotel dimana sel endotel adalah bagian dalam lumen dari pembuluh
darah yang berada diseluruh tubuh dan memiliki peran penting sebagai
penghubung antara sirkulasi darah dan sel-sel otot polos pada pembuluh
darah. Sejumlah NO juga akan berdifusi ke dinding arteri dan vena (otot
polos) serta mengaktivasi enzim yang akan merangsang dan memicu untuk
terjadinya relaksasi pada otot yang memungkinkan pembuluh darah membesar
4

(peningkatan diameter pembuluh darah) yang mengakibatkan darah menjadi


lancar dan terjadi penurunan tekanan darah (Widiastuti, 2010).

Hasil penelitian tentang efektifitas isometric handgrip exercise yang


dikombinasikan dengan slow deep breathing exercise terhadap perubahan
tekanan darah pada pasien hipertensi, hasil penelitian tersebut menunjukkan
bahwa terdapat perubahan tekanan darah sistolik dan diastolik setelah
diberikan intervensi Isometric Handgrip Exercise (t=8,279, p=0,000),
(t=6,154, p=0,000), demikian pula setelah diberikan intervensi Slow Deep
Breathing Exercise terjadi perubahan tekanan darah sistolik maupun diastolik
yaitu dengan nilai (t=3,632, p=0,002), (t=4,226, p=0,001). Sehingga dapat
disimpulkan bahwa intervensi isometric handgrip exercise dan slow deep
breathing exercise dapat menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik
secara signifikan padapenderita hipertensi (Ainurrafiq et al., 2019).

Berdasarkan survei awal yang dilakukan di Rumah Sakit Advent telah diambil
data dari petugas jumlah pasien hipertensi tahun2020 Berjumlah 184 kasus
hipertensi dengan rata rata setiap bulannya 30 orang pasien hipertensi yang
datang ke RS Advent medan untuk melakuan pemeriksaan ,hasil wanwancara
secara tatap muka yang dilakukan kepada 4 orang pasien hipertensi
mengatakan tidak mengetahui latihan isometric handgrip exercise dan hanya
mengunakan obat obatan yang diberikan dokter untuk menurukan tekanan
darah ketika gejala hipertensi timbul.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik meneliti pengaruh


latihan isometric handgrip exercise terhadap penurunan tekanan darah pada
penderita hipertensi di Rumah Sakit Advent Medan.
5

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka pertanyaan penelitian ini
adalah: Apakah ada pengaruh isometrik handgrip exercise terhadap perubahan
tekanan darah pasien hipertensi di RS Advent medan tahun 2020?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Tujuan umum
Tujuan umum penelitian ini adalah ingin mengetahui adanya pengaruh
isometrik handgrip exsercise terhadap perubahahan tekanan darah pada
penderita hipertensi di RS Advent Medan tahun 2020?
2. Tujuan khusus
1. Mengidentifikasi tekanan darah pada penderita hipertensi sebelum
melakukan isometrik handgrip excercise di RS Advent Medan ?
2. Mengidentifikasi tekanan darah pada penderita hipertensi setelah
melakukan isometrik handgrip excercise di RS Advent Medan ?
3. Mengidentifikasi perbedaan sebelum dan sesudah melakukan isometrik
handgrip excercise pada pasien hipertensi di RS Advent Medan.?

1.
1.4 Manfaat Penelitian
a. Bagi pasien
Dapat membantu penderita hipertensi dalam menurunkan tekanan darah
dengan melakukan latihan isometrik handgrif exercise.
b. Bagi rumah sakit advent
Dapat memberikan informasi dan pengetahuan kepada petugas di rumah
sakit advent medan untuk mengaplikasikan isometric handgrip exercise
pada pasien hipertensi sehingga bisa terkontrol tekanan darahnya dan
meminimalkan komplikasi
c. Bagi peneliti selanjutnya
6

Sebagai acuan peneliti selanjutnya yang berhubungan dengan latihan


isometrik handgrip excercise dalam menurunkan tekanan darah pada
penderita hispertensi.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

1.
2.1 Konsep Hipertensi
2.1.1 Defenisi

Hipertensi adalah suatu peningkatan tekanan darah sistolik dan/atau


diastolik yang tidak normal. Batas yang tepat dari kelainan ini tidak
pasti. Nilai yang dapat diterima berbeda sesuai dengan usia dan
jenis kelamin. Namun umumnya, sistolik yang berkisar dari 140-
160 mm Hg dan diastolik antara 90-95 mm Hg dianggap
merupakan garis batas hipertensi. Diagnosa hipertensi sudah jelas
pada kasus dimana tekanan darah sistolik melebihi 160 mmHg dan
diastolik melebihi 95 mm Hg. Penderita hipertensi mungkin tidak
menunjukkan gejala selama bertahun-tahun. Masa laten ini
menyelubungi perkembangan penyakit sampai terjadi kerusakan
organ yang bermakna. Bila terdapat gejala, sifatnya non-spesifik,
misalnya sakit kepala atau pusing. Kalau hipertensi tetap tidak
diketahui dan tidak dirawat, maka akan mengakibatkan kematian
karena payah jantung, infark miokardium, stroke, atau payah ginjal .
(Parlindungan and Lukitasari, 2016).

Penyakit hipertensi dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit


kardiovaskular. Setiap peningkatan 20 mmHg tekanan darah
sistolik atau 10 mmHg tekanan darah diastolik dapat meningkatkan
risiko kematian akibat penyakit jantung iskemik dan stroke
(Chobanian, dkk., 2003). Terkontrolnya tekanan darah sistolik

7
8

dapat menurunkan risiko kematian, penyakit kardiovaskular,


stroke, dan gagal jantung. Menjalankan pola hidup sehat setidaknya
selama 4–6 bulan terbukti dapat menurunkan tekanan darah dan
secara umum dapat menurunkan risiko permasalahan
kardiovaskular. Beberapa pola hidup sehat yang dianjurkan di
antaranya penurunan berat badan, mengurangi asupan garam,
olahraga, mengurangi konsumsi alkohol, dan berhenti
merokok(Herdiana and Kurniawan, 2017)

2.
2.1.2 Etiologi

Hipertensi dapat dikelompokan menjadi dua jenis, yaitu:Hipertensi


primer atau essensial dan hipertensi sekunder(Ramanto Saputra et
al., 2017).

1. Hipertensi esensial atau hipertensi primer,


yaitu hipertensi yang penyebabnya belum jelas. Terjadi pada
sekitar 90 % penderita hipertensi.Faktor yang mempengaruhi
seperti: genetik, lingkungan, hiperaktifitas susunan saraf
simpatis, sistem renin-angiotensin, keseimbangan antara
modulator vasodilatasi dan vasokonstriksi dan faktor-faktor
yang meningkatkan resiko (diet dan asupan garam, stres,
obesitas dan merokok).
2. Hipertensi sekunder ,
adalah jika penyebabnya diketahui. Terjadi pada sekitar 5 –
10% penderita hipertensi. Penyebabnya adalah penggunaan
estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskuler renal,
hiperaldosteronisme dan sindroma chusing serta hipertensi
yang berhubungan dengan kehamilan (Smeltzer & Bare, 2008;
9

Sudoyo et al., 2006).Secara persisten, sudah diteliti pada


beberapa orang dan pada banyak hewan coba pada penelitian-
penelitian tentang hipertensi. Pada hewan coba, dengan kondisi
jaringan ginjal yang berkurang, ketika diberi penambahan
volume cairan, maka tekanan darah pada awalnya akan naik
sebagai konsekuensi tingginya curah jantung, namun dalam
beberapa hari, resistensi perifer akan tmeningkat dan curah
jantung kembali ke nilai basal.
Perubahan resistensi perifer tersebut menunjukkan adanya
perubahan properti intrinsik dari pembuluh darah yang befungsi
untuk mengatur aliran darah yang terkait dengan kebutuhan
metabolik dari jaringan. Berdasarkan rumus tersebut di atas,
maka peningkatan tekanan darah secara logis dapat terjadi
karena peningkatan curah jantung dan atau peningkatan
resistensi perifer. Peningkatan curahProses tersebut di atas
disebut sebagai autoregulasi, yairu proses di mana dengan
adanya peningkatan curah jantung maka jumlah darah yang
mengalir menuju jaringan akan meningkat pula, dan
peningkatan aliran darah
.

2.
2.1.3 Klasifikasi Hipertensi
Kriteria yang ditetapkan oleh Seventh Report of Joint National
Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of
High Blood Pressure (JNC7) menjadi dasar dalam
pengklasifikasian hipertensi. Berikut klasifikasi hipertensi untuk
usia 18 tahun ke atas yang tidak memiliki penyakit serius.
10

Tabel 2.1

Klasifikasi Tekanan Darah menurut JNC 7


Klasifikasi Tekanan Darah Tekanan Darah
Tekanan
Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg
Darah

Normal < 120 < 80


Prehipertens 120-139 80 – 89
i
Hipertensi 140-159 90 – 99
stage 1
Hipertensi ≥ 160 ≥ 100
stage 2

Nilai sistolik atau diastolik seseorang sering tidak sama untuk


setiap kategori. Pada kasus ini lihatlah nilai yang memiliki kategori
berat. Contohnya seorang Ibu memiliki nilai sistolik 170 mmHg
dan nilai diastolik 80 mmHg maka akan dikategorikan ke dalam
hipertensi stadium 2. Hal serupa juga bisa terjadi saat seseorang
memiliki nilai sistolik 130 mmHg dan nilai diastolik sebesar 96
mmHg, akan masuk dalam ketegori hipertensi stadium 1.

2.1.2
2.1.3 Faktor resiko Hipertensi

1. Tidak dapat Dimodifikasi


a. Jenis Kelamin
Hipertensi berkaitan dengan jenis kelamin laki-laki dan usia.
Namun, pada usia tua, resiko hipertensi meningkat tajam pada
11

perempuan dibandingkan Laki-laki. Hipertensi berkaitan


dengan indeks masa tubuh (IMT). Laki-laki obesitas lebih
mempunyai risiko hipertensi lebih besar dibandingkan
perempuan obesitas dengan berat badan sama. Di Amerika
Serikat, tekanan darah sistolik rerata lebih tinggi pada laki-
Laki dari pada perempuan sepanjang awal dewasa, walaupun
pada individu lebih tua peningkatan terkait usia lebih tinggi
pada perempuan. Walaupun beberapa studi menunjukkan
bahwa perempuan mentoleransi hipertensi lebih baik
dibandingkan laki-laki dan mempunyai angka moralitas
koroner lebih sedikit (Barrett-Connor, 1997).
b. Usia
Jumlah penduduk berusia di atas 65 tahun meningkat secara
cepat dan, pada kurang dari 30 tahun, satu dari lima orang di
Amerika Serikat akan berusia di atas 65 tahun (Spillman dan
Lubitz, 2000). Tekanan darah sistolik meningkat progresif
sesuai usia dan orang lanjut usia dengan hipertensi merupakan
risiko besar untuk penyakit kardiovaskular.Prevalensi
hipertensi meningkat sesuai dengan usia dan lebih sering pada
kulit hitam dibandingkan kulit putih. Angka mortalitas untuk
stroke dan penyakit jantung koroner yang merupakan
komplikasi mayor hipertensi, telah menurun 50-60% dalam 3
dekade terakhir tetapi saat ini menetap. Jumlah pasien dengan
penyakit ginjal stadium akhir dan gagal jantung. di mana
hipertensi merupakan penyebab mayor terus meningkat.
Morbiditas dan mortalitas kardiovaskular meningkat sesuai
peningkatan tekanan darah sitolik dan diastolik, tetapi pada
individu di atas 50 tahun tekanan sistolik dan tekanan nadi
merupakan prediktor komplikasi yang lebih baik
dibandingkan tekanan diastolik.
c. Genetik
12

Hipertensi pada orang yang mempunyai riwayat hipertensi


dalam keluarga sekitar 15-35%. Suatu penelitian pada orang
kembar, hipertensi terjadi pada 60% laki-laki dan 30-40%
perempuan. Hipertensi usia di bawah 55 tahun terjadi 3,8 kali
lebih sering pada orang dengan riwayat hipertensi dalam
keluarga. Hipertensi dapat disebabkan mutasi gen tunggal,
diturunkan berdasarkan hukum mendel. Walaupun jarang,
kondisi ini memberikan pengetahuan penting tentang regulasi
tekanan darah dan mungkin dasar genetik hipertensi esensial.
mutasi pada reseptor mineralokortikoid menyebabkan respons
abnormal terhadap progesteron dan secara paradoks terhadap
spironolakton. Sindrom Liddle adalah kondisi dominan
autosomal ditandai oleh hipertensi tahap awal, alkalosis
hipokalemia, renin rendah dan aldosteron rendah. Hal ini
disebabkan mutasi yang menyehabkan aktivasi konstitutif
saluran natrium epitel nefron distal sehingga reabsorpsi
narrium tidak teregulasi dan terjadi ekspansi volume .

d. Ras
Orang Amerika Serikat kulit hitam cenderung mempunyai
tekanan darah lebih tinggi dibandingkan bukan kulit hitam
(Lloyd-Jones dkk, 2009) dan keseluruhan angka mortalitas
terkait hipertensi lebih tinggi pada kulit hitam (Hertz dkk,
2005). Pada multiple nisk factor intervention trial, yang
melibatkan lebih dari 23.000 laki-laki kulit hitam dan 325.000
laki-laki kulit putih yang dipantau selama 10 tahun,
didapatkan suatu perbedaan rasial yang menarik: angka
mortalitas penyakit jantung koroner lebih rendah pada laki-
13

laki kulit hitanı dengan tekanan diastolik melebihi 90 mmHg


dibandingkan pada laki-laki kulit putih, tetapi angka
mortalitas penyakit serebrovaskular lebih tinggi (Neaton dkk,
1989).Risiko hipertensi lebih tinggi pada kulit hitam
menunjukkan bahwa perhatian lebih besar harus diberikan
walaupun derajat hipertensi lebih rendah pada kelompok ini,
tetapi hal ini tidak cukup untuk menggunakan kriteria berbeda
untuk mendiagnosis hipertensi pada kulit hitam. Risiko relatif
hipertensi berbeda antara kelompok rasial lain. Khususnya,
angka hipertensi pada Hispanik Amerika Serikat dan Meksiko
lebih rendah dibandingkan kulit purih (Cutler dkk, 2008).
Walaupun prevalensi obesitas dan diabetes lebih tinggi,
Hispanik Amerika Serikat mempunyai angka penyakit
kardiovaskular lebih rendah dibandingkan kulit putili (Lloyd-
Jones dkk. 2009).

2. Dapat Dimodifikasi
a) Pendidikan
Hipertensi berhubungan terbalik dengan tingkat edukasi,
orang berpendidikan tinggi mempunyai informasi
kesehatan termasuk hipertensi dan lebih mudah menerima
gaya hidup sehat seperti diet sehat, olah raga, dan
memelihara berat badan ideal. Sebanyak 66 juta orang
Amerika mengalami peningkatan tekanan darah (tekanan
darah sistolik > 140 mmHg atau tekanan darah diastolik 2
90 mmHg); di mana 72% menyadari penyakit mereka,
tetapi hanya 61% mendapat pengobatan dan hanya 35%
yang terkontrol di bawah 140/90 mmHg. Keengganan
pasien untuk berobat disebabkan oleh tidak adanya gejala,
14

salah paham, sosiokultural,kepercayaan pada pengobatan


tradisional, dan kesulitan mencapai pusat pelayanan
kesehatan (Olivier dkk, 2011)." Gaudemaris dkk, pada
tahun 2002. di Perancis, melalukan penelitian pada 17.359
laki-laki dan 12.267 wanita, secara signifikan hubungan
antara pendidikan rendah dengan prevalensi hipertensi dan
kontrol tekanan darah yang buruk.
b) Kontrasepsi Oral
Peningkatan kecil tekanan darah terjadi pada kebanyakan
perempuan yang menggunakan kontrasepsi oral, tetapi
peningkatan besar kadang terjadi. Hal ini disebabkan
ekspansi volume karena peningkatan sintesis hepatik
substrat renin dan aktivasi sistem renin-angiotensin-
aldosteron. Kontrasepsi estrogen akan meningkatkan
tekanan arah 3-6/2-5 mmHg, sekitar lima persen
perempuan yang menggunakan kontrasepsi oral jangka
panjang menunjukkan peningkatan tekanan darah di atas
140/90 mmHg. Hipertensi terkait kontrasepsi lebih sering
pada perempuan di atas 35 tahun, pada mereka yang
menggunakan kontrasepsi lebih dari 5 tahun, dan individu
gemuk. Jarang terjadi pada mereka yang menggunakan
tablet estrogen dosis kecil. Umumnya. hipertensi reversibel
setelah penghentian kontrasepsi, tetapi mungkin perlu
beberapa minggu. Estrogen pada postmenopause umumnya
tidak menyebabkan hipertensi, tetapi tentu memelihara
vasodilatasi diperantarai endotel
c) Diet Garam (Natrium)
Natrium intraselular meningkat dalam sel darah dan
jaringan lain pada hipertensi primer (esensial). Hal imi
dapat disebabkan abnormalitas pertukaran Na-K dan
mekanisme transpor Na lain. Peningkatan Na intraselular
15

dapat menyebabkan peningkatan Ca intraselular sebagai


hasil pertukaran yang difasilitasi dan dapat menjelaskan
peningkatan tekanan otot polos vaskular yang karakteristik
pada hipertensi. Pasien dengan tekanan darah normal tinggi
atau tinggi sebaiknya konsumsi tidak lebih dari 100 mmol
garam per hari (2,4 gram natrium, 6 gram natrium klorida
per hari), Asupan garam dapat menyebabkan rigiditas otot
polos vaskular, oleh karena itu asupan garam berlebihan
dapat menyebabkan hipertensi."The 2010 Dietary
Guidelines for Americans merekomendasikan konsumsi
garam kurang dari 2300 mg per hari atau kurang dari 1500
mg pada penderita hipertensi, diabetes, penyakit ginjal
kronik, atau pada usia 5l tahun ke atas, atau orang kulit
hitam. The Interational Study of Salt and Blood Presure
(INTERSALT) meneliti 10.000 orang, usia 20-59 tahun,
mendapatkan hubungan positif antara sekresi natrium urine
dan tekanan darah. Peningkatan asupan natrium 100
mmol/hari dapat meningkatkan tekanan darah sampai 6
mmHg.
d) Obesitas
Obesitas terjadi pada 64% pasien hipertensi. Lemak badan
mempengaruhi kenaikan tekanan darah dan hipertensi,
Penurunan berat badan menurunkan tekanan darah pada
pasien obesitas dan memberikan efek mengurstungkan
pada faktor risiko terkait, seperti resistensi insulin, diabetes
melitus, hiperlipidemia, dan hipertrofi ventrikel kiri.
Penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik pada
penurunan berat badan 5,1 kg adalah 4,4 dan 3.6 mmHg
Insiden obesitas lebih tinggi pada perempuan 34,4%
dibandingkan pada Jaki-laki 28,6%, Obesitas, sebuah
16

masalah kesehatan dunia, telah diidentifikasi sebagai faktor


tisiko sangat penting untuk hipertensi.
Individu obesitas mempunyai risiko lebih tinggi signifikan
terjadinya hipertensi. Obesitas diketahui sebagai hasil
kombinasi disfungsi pusat makan di otak,
ketidakseimbangan asupan energi dan pengeluaran, dan
variasi genetik. Gen obese (ob) yang ditemukan pada tahun
1950 merupakan gen pertama yang diidentifikasi berkaitan
dengan onset obesitas. Obesitas dan hipertensi mempunyai
gen yang sama. Body mass index (BMI) > 24,4 Kg/m
dihubungkan dengan peningkatan penyakit kardiovaskular,
Peningkatan risiko yang sama juga telah diidentifikasi
untuk hipertensi, penyakit vaskular serebral dan perifer,
hiperlipidemia, penyakit traktus bilier, osteoarthritis dan
gout Pada obesitas, lemak viseral mengakibatkan resistensi
insulin. Akibat lanjut dari hiperinsulimenia, adalah promosi
peningkatan absorbsi Na oleh ginjal sehingga dapat terjadi
juga meningkatkan aktivitas simpatetik, yang berkontribusi
pada hipertensi. Akumulası lemak viseral meningkatkan
aktivitas sistem renin angiotensin, Dalam penelitian
eksperimental telah diindikasikan bahwa leptin (bahan
yang diproduksi oleh jaringan lemak yang berefek tidak
baik, adiponektin, diproduksi lemak tapı berefek baik)
dapat merupakan faktor lain dalam patofisiologi hipertensi
karena menyehabkan aktivitas simpatetik meningkat, Jadi,
Obesitas dikaitkan dengan peningkatan volume
intravaskular, peningkatan curah jantung. aktivasi sistem
renin angiotensin, dan peningkatan aliran simpatetik
Penurunan berat badan menurunkan tekanan darah.
e) Dislipidemia
17

Daslipidemia adalah satu prediktor kuat dan penyakit


kardiovaskular. Pada keadaan ini terjadi kerusakan endotel,
dan hilangnya aktivitas vasomotor fisiologis yang akan
bermamifestasi sebagai peningkatan tekanan darah.
Beberapa studi mendapatkan hubungan antara lipid plasma
dan perkembangan hipertensi. Beberapa percobaan telah
melihat efek dari penurunan lipid pada tekanan darah.
Lebih dari 1/2 pasien hipertensi mempunyai abnormalitas
lipid. Semakin tinggi tekanan meningkat, problem lipid
makin meningkat. Nomalisasi dari kolesterol LDL dan total
mengurangi progresivitas aterosklerosis. Halperin Ruben
dkk meneliti 3110 pria yang normotensi dan diikuti selama
rata-rata 18,6 tahun, menemukan 1019 pria mendapat
hipertensi. Rata-rata kadar kolesterol total pada awalnya
dari pria normotensi adalah 210,5 dan 217,7 mg/dl pada
pria yang menjadi hipertensi (p < 0,1001). Studi prospektif
ini menunjukkan bahwa kadar tinggi kolesterol total,
kolesterol non HDL dan rasio kolesterol total/kolesterol
HDL berhubungan secara independen dengan risiko
peningkatan insiden hipertensi pada pria yang tampaknya
sehat.
Kadar tinggi kolesterol HDL dihubungkan dengan
penurunan risiko insiden hipertensi. Castelli dan Anderson
mendapatkan bahwa tekanan darah dan kolesterol serum
berkorelasi kuat pada pasien hipertensi, dan
merekomendasi untuk mengobati kadar kolesterol tinggi
pada pasien hipertensi. Mekanisme biologi di mana lipid
berperan dalam perkembangan hipertensi tetap kurang
dimengerti. Lipid abnormal yang aterogenik secara jelas
menyebabkan disfungsi endotel. Hal ini mungkin melalui
gangguan produksi Nitrit Oksida (NO) dan perubahan
18

endorelin-1, juga ekspresi reseptor endotelin A dan B. yang


tidak dapat berespons terhadap perubahan dalam kondisi
intravascular untuk konstriksi dan dilatasi bila diperlukan.
Nickening dan Harison telah menghubungkan lipid dan
hipertensi melahui mekanisme ekspresi berlebihan
angiotensi Abnormal lipid dan resistensi insulin telah
dikaitkan dengan hiperfungsi simpatetik, yang dapat
berperan dalam perkembangan hipertensi. Reduksi 1%
kolesterol LDL dapat menurunkan 2% penyakit. arteri
koroner, dan peningkatan 1% kolesterol HDL menurunkan
risiko penyakit arteri koroner 3-5%.
f) Alkohol
Konsumsi alkohol akan meningkatkan risiko hipertensi,
namun mekanismenya belum jelas, mungkin akibat
meningkatnya transport kalsium ke dalam sel otot polos
dan melalui peningkatan katekolamin plasma. Terjadinya
hipertensi lebih tingi pada peminum alkohol berat akihat
dari aktivasi simpatetik. Studi di Jepang pada tahun 1990,
didapatkan 34% hipertensi disebabkan oleh minum
alkohol, di mana efek alkohol terhadap tekanan darah
revesibel. Peminum alkohol lebih dari dua gelas sehari
akan memiliki risiko hipertensi dua kali lipat dibandingkan
bukan peminum, serta tidak optimalnya efek dari obat anti
hipertensi. Pada pasien hipertensi yang mengonsumsi
alkobol, disarankan kurang dari 30 ml per hari atau 40 mg
etanol per hari,
g) Rokok
Rokok menghasilkan nikotin dan karbon monoksida, suatu
vasokonstriktor poten menyebabkan hipertensi .Merokok
meningkatkan tekanan darah juga melalui peningkatan
norepinefrin plasma dari saraf simpatetik. Efek sinergistik
19

merokok dan tekanan darah tinggi pada risiko


kardiovaskular telah jelas, Merokok menyebabkan aktivasi
simpatetik, stres oksidatif, dan efek vasopresor akur yang
dihubungkan dengan peningkatan marker inf lamasi, yang
akan mengakibatkan distiungsi endotel, cedera pembuluh
darah, dan meningkatnya kekakuan pembuluh darah.
Setiap batang rokok dapat meningkatkan tekanan darah 7/4
mmHg.' perokok pasif dapatmeningkatkan 3% risiko
penyakit kardiovaskular dibandingkan dengan peningkatan
80% pada perokok aktif
h) Kopi (Kafein)
Kopi merupakam minuman stimulan yang dikonsunsi
secara luas di seluruh dunia. Di mana kopi dapat
meningkatkan secara akut tekanan darah dengan memblok
reseptor vasodilatasi adenosin dan meningkatkan
norepinefrin plasma. Minum dua sampai tiga cangkir kopi
akan meningkatkan tekanan darah secara akut, dengan
variasi yang huas antara individu dari 3/4 mmHg sampai
15/13 mmHg. Di mana tekanan darah akan mencapai
puncak dalam satu jam dan kembali ke tekanan darah dasar
setelah empat jam.
i) Obat Anti Inflamasi Nonsteroid (OAIN)
Prevalensi hipertensi meningkat pada usia lanjut. juga
disebabkan penggunaan obat OAIN. Di Amerika serikat
diperkirakan ada 20 juta orang yang mendapat obat anti
hipertensi dan OAIN. OAIN menyebabkan peningkatan
tekanan darah rata-rata 5 mmHg dan sebaiknya dihindari
pada individu dengan tekanan darah prehipertensi dan
hipertensi. Obat ini akan meningkatkan nsiko kejadian
kardiovaskular 15% dan kejadian serebrovaskular 67%,57
Ada hubungan antara obat OAIN dan peningkatan tekanan
20

darah pada beberapa penelitian epidemiologi, tapi


korelasinya pada penelitian uji klinik belum dapar
ditetapkan. Pengobatan dengan OAIN dapat meningkatkan
tekanan darah pada pasien yang menerima pengobatan anti
hipertensi dan peningkatan tekanan darah pada orang
dengan tekanan darah normal, lebih kecil dan secara klinis
tidak signifikan. OAIN menghambat sintesa prostaglandin
dan meningkatkan sintesa endotelin-1. Prostaglandin
merupakan vasodilator yg kuat, sehingga menghambat
prostaglandin akan meningkatkan tahanan perifer. Dan
endotelin-1 merupakan vasokonstriksi. ( Sheridan R, dkk
pada tahun 2005), meneliti 184 pasien yang menggunakan
OAIN dan 62 yang tidak menggunakan OAIN, tidak
mendapatkan hubungan antara OAIN dan tekanan darah.
j) Latihan Fisik
Hubungan olah raga terhadap hipertensi bervariasi. Olah
raga aerobik menurunkan tekanan darah pada individu
yang tidak berolahraga, tetapi olahraga berat pada individu
yang aktif memberikan efek yang kurang, Dalam
Goronary Artery Risk Development in Young Adults Study
(CARDIA) dengan pemantauan lebih 15 tahun, didapatkan
aktivitas fisik mereduksi 17% risiko hipertensi. Dalam
studi Atherosderosis Risk Communities (ARKC), kuartil
tertinggi aktivitas (terutama bersepeda dan berjalan)
menurunkan 34% tisiko terjadinya hipertensi dalam 6
tahun dibandingkan tidak aktif. Jadi,aktivitas fisik
menurunkan risiko terjadinya hipertensi dan diabetes.
Mekanismenya melibatkan perubahan berat badan dan
toleransi glukosa, dan juga faktor lain. Potensi keuntungan
aktivitas fisik dalam pencegahan dan pengobatan hipertensi
dan diabetes telah diketahui, tetapi aktivitas fisik regular
21

adalah sulit dan kadang- kadang tidak mungkin untuk


dilaksanakan dalam kehidupan sesungguhnya, Dari 30
studi hipertensi, latihan fisik dapat menurunkan tahanan
perifer 7,1%, norepinefrin plasma 29%, aktivitas renin
plasma 20% dan tekanan darah 6,9/4,9 mmHg.Dari 30
studi hipertensi, aktivitas fisik dapat menurunkan tekanan
darah 6,9/4,9 mmHg.
k) Stres Mental
Stresor merupakan stimuli intrinsik atau ekstrinsik
menyebabkan gangguan fisiologi dan psikologi, dan dapat
membahayakan keschatan. Walaupun data epidemiologi
menunjukkan stres mental rerkait dengan hipertens,
penyakit kardiovaskular, obesitas, dan sindrom metabolik,
efck stres mental pada manusia belum dipahami
sepenuhnya. Penelitian pada binatang menunjukkan
mekanisme aktivitas saraf simpatetik renal dan kontrol
tekanan darah di mana fungsi barorefleks terlibat.
Prevalensi tinggi dari hipertensi pada individu obesitas
terkait dengan faktor psikososial, termasuk stres kronik.
Aksis hipotalamus-hipofisis-adrenal merupakan kunci
mekanisme yang menghubungkanobesitas, hipertensi, dan
stres kronik, Oleh karena itu, orang seharusnya mengurangi
stres untuk menghindari lingkaran setan stres mental,
obesitas, hipertensi, dan diabetes Pada manusia, stimulasi
sistem saraf simpatetik (SSS), discbabkan stres kronik,
meningkatkan frekuensi nadi dan curah jantung dan juga
mengaktivasi RAAS, yaitu mekanisme pressor penting
lain. Peningkatan aktivitas SSS juga berperan dalam
perkembangan gangguan metabolisme glukosa dan lemak.
22

A.1.1
2.1.4 Manifestasi klinis

Hipertensi secara umum dibedakan menjadi (Rokhaeni, 2001):

1. Tidak ada gejala


Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh
dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak
akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
2. Gejala
Yang lazim Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang
menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan.
Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang
mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
Manifestasi klinis hipertensi pada lansia secara umum adalah:
sakit kepala, perdarahan hidung, vertigo, mual muntah,
perubahan penglihatan, kesemutan pada kaki dan tangan, sesak
napas, kejang atau koma, nyeri dada (Smeltzer, 2001).
Penyakit tekanan darah tinggi merupakan kelainan "sepanjang
umur", tetapi penderitanya dapat hidup secara normal seperti
layaknya orang sehat asalkan mampu mengendalikan tekanan
darahnya dengan baik. Di lain pihak, orang yang masih muda
dan sehat harus selalu memantau tekanan darahnya, minimal
setahun sekali. Apalagi bagi mereka yang menpunyai faktor-
faktor pencetus hipertensi seperti kelebihan berat badan,
penderita kencing manis, penderita penyakit jantung, riwayat
keluarga ada Yang menderita tekanan darah tinggi, ibu hamil
minum pil kontrasepsi, perokok dan orang yang pernah
dinyatakan tekanan darahnya sedikit tinggi. Hal ini dilakukan
23

kerena bila hipertensi diketahui lebih dini, pengendaliannya


dapat segera dilakukan.

2.1.5 Penatalaksanaan Hipertensi

Tujuan program penanganan pada penderita dengan hipertensi


adalah mencegah terjadinya morbiditas dan mortalitas penyerta
dengan mencapai dan mempertahankan tekanan darah di bawah
140/90 mmHg. Efektifitas setiap program ditentukan oleh derajat
hipertensi, komplikasi, biaya perawatan, dan kualitas hidup
sehubungan dengan terpi. Terapi hipertensi dibagi menjadi dua
yaitu

a) Terapi Non-Farmakologis
Terapi non farmakologis berdasarkan algoritma penanganan
yang dikeluarkan oleh The Joint National On Detection
Evaluation and Treatment of High Blood Pressure
pengobatan hipertensi dimulai dengan modifikasi gaya hidup.
Tujuan modifikasi gaya hidup pada klien adalah untuk
memperoleh tekanan darah yang terkontrol, menurunkan
faktor resiko dan mengurangi jumlah antihipertensi yang
harus dikonsumsi (Smeltzer & Bare, 2008). Modifikasi gaya
hidup klien dengan hipertensi dapat dilakukan dengan cara
(National Heart Foundation Of Australia, 2012; Izzo & Black,
1999): mengkonsumsi sodium 4 gr perhari (kira-kira 1550 mg
sodium perhari).
b) Konsumsi makanan sehat
Makanan sehat merupakan bagian penting dari mengontrol
tekanan darah tinggi dan menurunkan resiko penyakit jantung.
Menikmati berbagai jenis makan dari kelompok yang berbeda
merupakan kunci dari makanan sehat. Salah satu caranya
24

adalah dengan mengkonsumsi sodium kurang dari 6 gr perhari


(kurang lebih 2300 mg sodium perhari).
Pada penderita hipertensi, dianjurkan
a) Menurunkan berat badan
Mencapai dan mempertahankan berat badan yang sehat
merupakan langkah penting untuk mengurangi resiko
hipertensi. Menurunkan berat badan selain dapat
mengurangi konsumsi obat hipertensi juga dapat
membantu penderita untuk mengelola hipertensi itu
sendiri
a. Membatasi konsumsi alkohol
Mengkonsumsi alkohol terlalu banyak dapat
meningkatkan tekanan darah. Penderita hipertensi harus
mengurangi asupan alkohol tidak lebih dari 2 gelas per
hari (untuk laki-laki) atau 1 gelas perhari (untuk wanita).
b. Aktivitas setiap hari
Menjadi aktif secara fisik merupakan bagian penting dari
menjalani pola hidup sehat dan dapat membantu untuk
menurunkan tekanan darah. Pada usia berapa pun,
aktivitas fisik memberikan berbagai manfaat kesehatan.
Mencoba untuk menjadi aktif setiap hari, dapat dilakukan
dengan berjalan kaki bersepeda untuk bekerja atau ke
toko, berkebun, berenang bergabung dengan klub atau
mencoba olahraga baru. Aktivitas setiap hari didasarkan
pada model aktivitas (berjalan, berlatih dan bersepeda),
dengan frekuensi 3-5 hari seminggu, dengan durasi 20-60
menit dengan intensitas 60-90% dari heart rate maximum
yang dapat dinilai dengan menggunakan formula
karnoven (220-umur = heart rate maksimal).
Program latihan fisik perlu disesuaikan dengan obat
antihipertensi yang dikonsumsi. Obat yang dapat
25

menurunkan tahanan perifer dengan menginduksi


vasodilatasi dapat menimbulkan hipotensi setelah latihan.
Pada keadaan ini diperlukan pendinginan yang cukup
untuk membantu mendistribusikan kembali aliran darah.
Obat yang mengurangi cardiac output dengan jalan
menurunkan frekuensi denyut jantung membutuhkan
kriteria intensitas latihan fisik yang bukan didasarkan
pada frekuensi denyut jantung Penderita hipertensi yang
mempergunakan diuretik dapat mengakibatkan disrithmia
jantung selama latihan sehingga perlu dilakukan monitor
irama jantung yang lebih intensif. Beberapa obat lain
dapat sekaligus mempengaruhi denyut jantung dan total
peripheal resistence. Oleh karenanya program latihan
harus senantiasa disesuaikan dengan keadaan individu.
Secara keseluruhan program latihan didasarkan pada
respon spesifik denyut jantung dan tekanan darah
penderita terhadap latihan fisik. Perubahan jenis dan dosis
obat antihipertensi juga membutuhkan penyesuaian
program latihan (Pescatello et al, 2004).

2.2 Isometric Handgrip Exercise


2.2.1 Defenisi

Latihan isometrik merupakan bentuk latihan static yang terjadi bila


otot berkontraksi tanpa adanya perubahan pada panjang otot atau
pergerakan sendi yang terlihat. Terdapat 2 jenis latihan isometrik
yaitu: muscle setting exercise dan latihan isometrik dengan
tahanan. Muscle setting exercise merupakan latihan isometric
intensitas rendah dengan sedikit sedikit atau tanpa tahanan
sedangkan latihan isometrik dengan tahanan digunakan untuk
meningkatkan kekuatan otot bila terdapat nyeri gerak sendi
26

(Basuki, 2008). Isometric Handgrip Exercise merupakan latihan


statis yang dilakukan dengan menggunakan handgrip. Handgrip
merupakan alat yang biasa digunakan untuk mengukur kekuatan
otot genggaman tangan. Handgrip juga untuk mendeteksi gangguan
mobilisasi fungsional (Basuki, 2008).
2.2.2 Manfaat

Latihan isometrik selain terbukti menurunkan tekanan darah,


latihan ini juga bermanfaat untuk mencegah atrofi otot,
membangun volume otot, meningkatkan stabilitas sendi, serta
mengurangi edema. Latihandengan menggunakan handgrip
memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dengan
menggunakan handgrip yakni jauh lebih sederhana, tidak
membutuhkan fasilitas atau ruangan yang banyak untuk melakukan
latihan, tidak memakan waktu yang banyak dan tidak terpengaruh
oleh cuaca karena dapat dilakukan di dalam ruangan.
Kelemahannya lebih terfokus pada alat yang hanya digunakan satu
orang pada satu waktu (Owen et al, 2010). Penelitian tentang
manfaat latihan isometric dalam menurunkan tekanan darah
dilakukan oleh Ray & Carraso (2000) pada 24 remaja normotensif
(n training = 9, n sham training = 7, n kontrol = 8) yang diberikan
latihan selama 4 kali seminggu selama 5 minggu. Hasil penelitian
menunjukkan penurunan tekana darah(5 mmHg dan 4 mmHg).
Penelitian lain dilakukan oleh Millar, Bray, MacDonald &
McCartney (2008) pada pasien dengan tekanan darah normal (n =
49, umur rata-rata : 66 tahun).Latihan dilakukan 3 kali seminggu
selama 8 minggu. Hasil dari penelitian ini diperoleh penurunan
tekanan darah sistolik sebesar 10 mmHg dan tekanan darah
diastolik sebesar 3 mmHg.
27

2.2.3 Indikasi dan Kontraindikasi

Latihan isometrik ini secara tradisional tidak direkomendasikan


bagi klien dengan hipertensi, namun berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Owen, Wiles & Swaine (2010) terhadap efek jangka
pendek latihan isometrik menggunakan handgrip selama 10 menit
atau lebih yang dilakukan 3-4 kali seminggu terbukti menurunkan
tekanan darah baik sistol maupun diastol. Latihan ini dapat
dilakukan pada pasien hipertensi dengan tekanan darah yang
terkontrol. Penerapan pada penderita hipertensi berat dan gangguan
jantung membutuhkan pemantauan yang lebih ketat baik sebelum
maupun pada saat latihan.

Latihan isometrik dilakukan lamanya kira-kira 10 detik,


pengulangan sebanyak 3 kali, sekitar 20-30 detik. Penelitian yang
dilakukan oleh Muller dalam Yudiana, Subardja & Juliantine
(2008) menyarankan kontraksi (genggaman handgrip) sebanyak 5-
10 kontraksi, tiap kontraksi ditahan selama 5 detik. Pada permulaan
latihan, frekuensi latihan adalah 5 hari/minggu. Sebagai percobaan
awal untuk mendapatkan hasil yang baik, bisa juga dilakukan 3
hari/minggu selama 4-6 minggu.

Langkah-langkah dalam melakukan isometric handgrip exercise


menurut Mortimer & McKune (2011) antara lain:

a. Dalam keadaan duduk, melakukan kontraksi isometric


(menggenggam handgrip) dengan satu tangan selama 45 detik.
b. Kemudian membuka genggaman dan istirahat selama 15 detik.
28

c. Kembali melakukan kontraksi isometric (menggenggam


handgrip) dengan tangan yang lain selama 45 detik. (prosedur
diulang, sehingg masing-masing tangan mendapatkan 2 kali
kontraksi, jumlah total durasi selama latihan sebanyak 180
detik atau 3 menit).
d. Pada saat melakukan genggaman disertai dengan latihan
mengambil dan menghembuskan nafas secara teratur. Tidak ada
efek samping yang dilaporkan responden ketika dilakukan IHG
exercise. Alat handgrip sebaiknya tidak direkomendasikan pada
responden dengan arthritis di tangan, sindrome carpar tunnel,
atau sindrom nyeri lainnya, dimana alat tersebut dapat memicu
timbulnya nyeri pada mereka dengan aneurisme atau masalah
katup mitral, dimana kenaikan awal tekanan darah dapat dipicu
dengan penggunaan alat bisa sangat berbahaya (Abe &
Bisognano, 2011).
2.2.4 Mekanisme penurunan tekanan darah

Dengan Mekanisme penurunan tekanan darah dengan latihan


isometrik Kontraksi Isometrik atau statis berbeda dari gerakan
dinamis karena tidak melibatkankekuatan dan tanpa adanya
perubahan panjang otot. Penelitian awal dibidang isometric
exercise berfokus pada perbedaan antara isometrik dan olahraga
dinamis. Salah satu perbedaan utamanya ialah insiasi
metabarorefleks dalam upaya untuk memulihkan aliran darah,
karena kontraksi isometrik mengganggu aliran darah bahkan pada
tingkat intensitas rendah. Aspek kedua yang lebih kontroversial
adalah respon kardiovaskular pada kontraksi isometrik, sering
terbukti bertentangan dengan beberapa populasi khusus. Respon
tekanan darah dan denyut jantung terhadap latihan isometrik
dipengaruhi oleh kekuatan kontraksi, ukuran otot dan lamanya
waktu kontraksi.
29

Sama halnya dengan latihan kekuatan, respon kardiovaskular


ditandai dengan peningkatan cardiac output dan arterial blood
pressure (ABP) menghasilkan beban tekanan pada jantung dengan
sedikit perubahan pada tahanan perifer total (Millar et al,
2009).kekuatan dan tanpa adanya perubahan panjang otot.
Penelitian awal dibidang isometric exercise berfokus pada
perbedaan antara isometrik dan olahraga dinamis. Salah satu
perbedaan utamanya ialah insiasi metabarorefleks dalam upaya
untuk memulihkan aliran darah, karena kontraksi isometrik
mengganggu aliran darah bahkan pada tingkat intensitas rendah.
Aspek kedua yang lebih kontroversial adalah respon kardiovaskular
pada kontraksi isometrik, sering terbukti bertentangan dengan
beberapa populasi khusus. Respon tekanan darah dan denyut
jantung terhadap latihan isometrik dipengaruhi oleh kekuatan
kontraksi, ukuran otot dan lamanya waktu kontraksi. Sama halnya
denga latihan kekuatan, respon kardiovaskular ditandai dengan
peningkatan cardiac output dan arterial blood pressure (ABP)
menghasilkan beban tekanan pada jantung dengan sedikit
perubahan pada tahanan perifer total (Millar et al, 2009).

Respon kardiovaskular sistemik terhadap latihan bergantung pada


jenis kontraksi yang dominan di otot, yakni isometric atau isotonic
dalam kaitannya dengan kinerja eksternal. Pada kontraksi
isometrik, frekuensi denyut jantung meningkat. Peningkatan ini
tetap terjadi jika kontraksi otot dicegah dengan pembesaran
penghambatan neuron muscular secara lokal. Hal ini juga terjadi
hanya dengan berfikir tentang melakukan kontraksi otot sehingga
peningkatan tersebut mungkin terjadi akibat rangsangan psikis pada
medulla oblongata. Dalam beberapa detik setelah kontraksi
isometrik dimulai, tekanan darah sistolik dan diastolik meningkat
tajam. Isi sekuncup tidak banyak berubah, aliran darah berkurang
30

pada otot yang tetap berkontraksi akibat kompresi pada pembuluh


darahnya (Ganong, 2008). Pada waktu permulaan melakukan
latihan fisik terjadi peningkatan denyut jantung yang menyebabkan
terjadinya peningkatan curah jantung sehingga mengakibatkan
meningkatnya tekanan darah. Peningkatan curah jantung terjadi
karena meningkatnya kebutuhan suplai oksigen dari otot-otot yang
bekerja. Denyut jantung yang terus bertambah seiring dengan
meningkatnya intensitas latihan akan mencapai batas maksimal dan
tidak meningkat lagi yang disebut sebagai steady state heart rate
(Ganong, 2008). Mekanisme yang bertanggung jawab terhadap
penurunan tekanan darah pada isometric handgrip exercise masih
sulit dipahami, tetapi berdasarkan penelitian termasuk di
dalamnyaadalah modulasi otonom (Millar et al, 2009), perbaikan
stres oksidatif (Peters et al, 2006), dan atau terjadinya peningkatan
fungsi endotel pembuluh resistensi (McGowan et al, 2007). Fungsi
resistensi pembuluh darah endotel mungkin yang paling berperan,
mengingat pembuluh resisten ini terutama bertanggung jawab
untuk modulasi tekanan darah arteri dan terbukti telah berperan
penting dalam patogenesis kronis peningkatan tekanan darah atau
hipertensi (Badrov et al, 2013)
2.2.5 Latihan handgrip menggenggam
31

Gambar 2.1. Latihan Isometrik Handgrip

Handgrip merupakan pegangan ketika besarnya kekuatan otot


digunakan pada objek yang digenggam. Kekuatan genggaman
dinilai dengan skala MVC yang dinilai menggunakan
dinamometer handgrip (Karwowski, 2006). Latihan handgrip
memiliki keuntungan diantaranya meningkatkan 27 kekuatan
tangan, meningkatkan muskularitas lengan bawah, dan memacu
ketahanan tangan. Latihan handgrip sangat baik untuk
meningkatkan kekuatan pergelangan tangan, tangan dan melatih
keseragaman otot. Menggenggam dilakukan dengan membuka
dan menutup jari dan pergelangan tangan yang juga melibatkan
otot fleksor dan ekstensor lengan bawah (Musa, 2013).
32

2.3 Penelitian Terdahulu


Berdasarkan penelitian Perbandingan Tekanan Darah Sebelum dan
Sewaktu Melakukan Handgrip Isometric Exercise pada Mahasiswa
Angkatan 2011 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, didapatkan
rerata nilai peningkatan tekanan darah sistolik sebelum dan sewaktu
handgrip isometric exercise pada subjek penelitian sebesar 19,8 ± 5,3
mmHg dan diastolik sebesar 22,1 ± 6,6 mmHg. Hasil uji-t dependent pada
sistolik didapatkan T = 18,5 dan p<0,01 dan uji-t dependent pada diastolik
didapatkan T = 16,4dan p<0,01. Hal ini menunjukan terjadi perubahan
yang sangat signifikan (p<0,05) terhadap tekanan darah sistolik dan
diastolik sebelum dan sewaktu melakukan handgrip isometric exercise.
(Sefia Nurindra et al., 2016).

Berdasarkan hasil penelitian Latihan Isometrik Bermanfaat Menurunkan


Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Helpful Isometric Exercise
Lowers Blood Pressure in Patients Hypertension dapat disimpulkan
terdapat pengaruh latihan isometrik terhadap penurunan tekanan darah
pada penderita hipertensi di Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe
didapatkan hasil nilai P value 0.002 ( P < α = 0.05 ) Tekanan darah rata-
rata pada kelompok intervensi penderita hipertensi di Kecamatan Banda
Sakti Kota Lhokseumawe yaitu sebelum perlakuan (pretest) adalah
148,9/91,9 mmHg dan sesudah perlakuan (postest) adalah 137,9//87
mmHg Tekanan darah rata-rata pada kelompok kontrol pada penderita
hipertensi di Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe yaitu tekanan
darah pertama (prestest) sebesar 149,4/92,7 mmHg sedangkan tekanan
darah kedua (postest) sebesar 152,5/92,3 mmHg(Parlindungan and
Lukitasari, 2016)

2.4 Kerangka Konsep


33

Variabel Independen Variabel Dependen

Isometric Handgrip Tekanan darah


Sistolik dan Diastolik
exercise

Skema 2.1
Kerangka Konsep

2.5 Hipotesis Penelitian


Ha : Ada pengaruh isometric handgrip exercise terhadap tekanan darah
sistolik, tekanan darah diastolik pada pasien hipertensi di Rumah Sakit
Advent Medan tahun 2020.

Ho : Tidak ada pengaruh isometric handgrip exercise terhadap tekanan


darah sistolik, tekanan darah diastolik pada pasien hipertensi di Rumah
Sakit Advent Medan tahun 2020.
29
30

BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN

C.

3.1 Desain Penelitian


Penelitian ini menggunakan rancangan quasi experimental yaitu pretest-
posttest with control group, yang untuk mengetahui adanya pengaruh
isometrik handgrip exsercise terhadap perubahahan tekanan darah
penderita hipertensi Di Rumah Sakit Advent medan.
3.2 Populasi Dan Sample
C.1.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan dari objek yang akan diteliti.
Populasidari penelitian ini adalah pasien hipertensi yang datang ke
Rumah sakit Advent medan. jumlah pasien hipertensi Tahun 2020
Berjumlah 184 kasus hipertensi dengan rata rata setiap bulannya 30
orang pasien hipertensi yang datang ke RS Advent medan

C.1.2 Sample

Pemilihan sampel pada penelitian ini menggunakan tehnik non


probability sampling dengan metode consecutive sampling.
Consecutive sampling yaitu subyek yang datang dan memenuhi
kriteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah
pasien yang diperlukan terpenuhi (Notoatmodjo, S, 2016).
a. Kriteria inklusi
1. Penderita hipertensi yang berusia 30-60 tahun dengan
tekanan darah sistolik ≥ 140mmHg dan atau diastolik ≥
90mmHg yang didiagnosis oleh dokter rumah sakit advent
medan dan mengunakan obat hipertensi .
31

2. Bersedia menjadi responden

b. Kriteria ekslusi

1) Penderita hipertensi dengan tekanan darah sistolik ≥ 180


mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥ 120 mmHg

2) Penderita memiliki penyakit penyerta (diabetes melitus,


stroke, gagal jantung dan gagal ginjal)

3) Mengalami arthritis reumathoid, sindrome carpal


tunnel,syndrome nyeri, arthritis tangan dan cedera
muskuloskeletal pada ekstremitas atas dan ekstremitas
bawah .

Besarnya sampel pada penelitian ini ditentukan dengan


rumus Slovin sebagai berikut :

N
n=
1+ Ne2
Keterangan :
N : Jumlah elemen/ anggota Populasi
n : Jumlah elemen/ anggota sampel
e : Error level (tingkat kesalahan) digunakan 1%,5%
dan 10%

N
n=
1+ Ne2
32

30
n=
1+[30(10 %)¿¿ 2]¿

n=30/1+[30(10%)^2]

30
n=
1.3

n=23

Untuk mengantisipasi hilangnya unit eksperimen maka dilakukan


koreksi dengan
N = n/(1-f)
Keterangan:
N = Besar sampel koreksi
n = Besar sampel awal
f = Perkiraan proporsi drop out sebesar 10%

Sehingga :
N = n/(1-f)
N = 23/(1-10%)
N = 23/(1-0,1)
33

N = 23/0,9
N = 25,55
N = 26

Berdasarkan rumus tersebut, jumlah sampel pada penelitian ini


berjumlah 26 pasien hipertensi di Rumah sakit Advent medan.

3.3 Lokasi Dan Waktu Penelitian


C.1.3 Lokasi penelitian
Penelitian ini dilakukan di Rumah sakit Advent medan.
C.1.4 Waktu penelitian
Penelitian ini dilakuakan pada bulan Agustus –September 2020.

3.4 Defenisi Operasional

Tabel 3.1

Definisi Operasional

No Variable Definisi Parameter Hasil Skala


Operasional Ukur Ukur
Alat
ukur
34

1 Independen Latihan isometric Cara Stopwa Tekanan Rasio


adalah latihan yang menggengga tch darah
Isometric dilakukan dengan m handgrip sistolik
cara menggenggam bergantian di dan
Handgrip
handgrip kedua tangan, diastolik
Exercise bergantian di kedua dilakukan dalam
tangan, dilakukan selama 45 satuan
(IHG)
selama 3 menit, 1 detik mmHg
kali dalam sehari kemudian
selama 3 hari istirahat 15
berturut-turut. detik diganti
dengan
tangan lain
menggengga
m lagi selama
45 detik

2 Dependen Tekanan darah Tekanan ini Spigno Tekanan Rasio


merupakan nilai berkisar ma- darah
Tekanan yang ditunjukkan antara 95- nomet sistolik
oleh tensimeter, 140mmHg er dalam
Darah
terdiri atas sistolik aneroi satuan
Sistolik yang diukur d mmHg
sebelum dan (Manua
setelah IHG l)
Tekanan
Tekanan darah Tekanan
Darah Spigno
merupakan nilai Tekanan ini darah
ma-
Diastolik yang ditunjukkan berkisar sistolik
nomet
oleh tensimeter, antara 80- dalam
er
terdiri atas diastolik 95mmHg satuan
aneroi
yang diukur mmHg
d
sebelum dan
(Manua
setelah IHG
l)

Tekanan Tekanan darah Tekanan ini Spigno Tekanan


merupakan nilai berkisar ma- darah
3 Darah
Rasio
yang ditunjukkan antara 140- nomet sistolik
Sistolik oleh tensimeter, 159 mmHg eraner dalam
terdiri atas sistolik oid satuan
sebelum
yang diukur (Manua mmHg
sebelum IHG l)
IHG

4 Tekanan Tekanan darah Tekanan ini Spigno Tekanan Rasio


merupakan nilai berkisar ma- darah
Darah
yang ditunjukkan antara 90- 99 nomet diastolik
35

diastolik oleh tensimeter, mmHg eraner dalam


terdiri atas sistolik oid satuan
Sebekum
yang diukur (Manua mmHg
IHG setelah IHG l)

Tekanan Tekanan darah Tekanan ini Spigno Tekanan


merupakan nilai berkisar ma- darah
5 Darah
Rasio
yang ditunjukkan antara 120- nomet sistolik
sistolik oleh tensimeter, 129 mmHg er dalam
terdiri atas sistolik aneroi satuan
sesudah
yang diukur d mmHg
setelah IHG

IHG (Manua
l)

Tekanan Tekanan darah Tekanan ini Spigno Tekanan


merupakan nilai berkisar manom darah
6 Darah
Rasio
yang ditunjukkan antara 80- eter diastolik
diastolik oleh tensimeter, 84mmHg aneroi dalam
terdiri atas sistolik d satuan
sesudah
yang diukur mmHg
setelah IHG
(Manua
IHG l)

3.5 Aspek pengukuran

Aspek pengukuran yang digunakan dalam pengumpulan data adalah.

a. Tensimeter
Tensimeter yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sphygnomanometer aneroid. Tensimeter digunakan untuk memperoleh
36

data tekanan darah responden. Pengukuran dilakukan sebelum dan setelah


periode latihan selesai. Hasil pengukuran tekanan darah akan
dicantumkan pada lembar observasi.
b. Handgrip merupakan alat yang digunakan selama latihan.
c. Stopwatch merupakan alat yang digunakan untuk menghitung lamanya
latihan menggunakan handgrip.
d. Lembar observasi merupakan sebuah format yang berisi hasil
pemeriksaan fisik (tekanan darah pretest dan posttest, TB, BB, lembar
pelaksanaan latihan isometrik). Lembar observasi ini diisi oleh peneliti
dan asisten peneliti sesuai dengan hasil pengukuran yang diperoleh.
(NagiyaParamita et al., 2017)

3.6 Metode Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan dua tahap, yaitu tahap


persiapan dan tahap pelaksanaan.
3.6.1 Tahap persiapan

a. Mendapatkan pengantar permohonan/ izin melakukan studi


pendahuluan dan penelitian dari kaprodi ilmu keperawatan
UNIVERSITAS SARI MUTIARA.
b. Melakukan perijinan ke rumah sakit Advent.
c. Mendapatkan surat uji etik ke SIM EPK UNIVERSITAS SARI
MUTIARA.
3.6.2 Tahap pelaksanaan
Pada tahap ini peneliti melakukan pengumpulan data melalui langkah-
langkah sebagai berikut:
a. Meminta izin kepada bagian diklat rumah sakit advent medan dan
mensosialisasikan maksud dan tujuan penelitian.
37

b. Peneliti menyeleksi pasien yang dijadikan responden sesuai


dengan diagnosis medis dan berdasarkan kriteria inklusi dan
eksklusi.
c. Apabila memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi maka peneliti dan
asisten peneliti memperkenalkan diri, memberikan informasi
kepada responden mengenai tujuan dan prosedur penelitian.
d. Pasien yang bersedia menjadi responden dipersilahkan untuk
mengisi dan menandatangani informed concent dan mengisi
seluruh kuesioner yang diberikan dengan jujur.
e. Pada pertemuan pertama peneliti melakukan kunjungan ke rumah
responden dengan tujuan untuk memberikan penjelasan terkait
penelitian yang akan dilakukan, kemudian untuk pertemuan
berikutnya seluruh responden.
f. Pada pertemuan pertama peneliti melakukan kunjungan ke rumah
responden dengan tujuan untuk memberikan penjelasan terkait
penelitian yang akan dilakukan.
g. Peneliti memberikan penjelasan kepada responden tentang
pengertian, tujuan, cara dan manfaat isometric handgrip exercise
waktu pelaksanaan latihan.
h. Sesi pertama dilakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan,
kemudian responden diminta untuk beristirahat selama 5 menit.
i. Setelah itu, dilakukan pengukuran tekanan darah menggunakan
tensimeter, kemudian dicatat hasilnya. .
j. Responden dalam keadaan duduk, kemudian diminta untuk
melakukan kontraksi isometrik (menggenggam handgrip) dengan
satu tangan selama 45 detik. Kemudian membuka genggaman dan
istirahat selama 15 detik. Responden diminta kembali untuk
melakukan kontraksi isometrik (menggenggam handgrip) dengan
tangan yang lain selama 45 detik. (prosedur diulang, sehingga
masing-masing tangan mendapatkan 2 kali kontraksi, jumlah total
38

durasi selama latihan sebanyak 180 detik atau 3 menit). Latihan


dilakukan 1x setiap hari selama 3 hari berturut-turut.
k. Pelaksanaan dilakukan mulai pada jam 08.00 wib sampai selesai
Setelah 3 hari, dilakukan dilakukan kembali pengukuran tekanan
darah.
l. Bagi pasien pengguna obat hipertensi di beri rentang jarak waktu
30 menit setelah minum obat sebelum dilaksanakan IHG.

C.2

C.6 Etika Penelitian

Penelitian dilakukan dengan menjunjung tinggi etika penelitian. Sebelum


melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu menjelaskan kepada
responden mengenai tujuan dan prosedur penelitian. Penyampaian tentang
kerahasiaan data yang dikumpulkan dan pemberian hak kepada responden
untuk mengikuti ataupun menolak untuk berpartisipasi dalam penelitian ini
telah disampaikan kepada responden.

Adapun prinsip etika penelitian menurut Polit & Beck (2006) adalah
sebagai berikut:

a. Benefience
Benefience menekankan bahwa peneliti berkewajiban untuk
meminimalkan kerugian dan memaksimalkan manfaat bagi partisipan.
Peneliti harus menghindarkan partisipan dari segala bentuk fisik
39

(terluka, kelelahan), emosional (stress, ketakutan), sosial (kehilangan


dukungan sosial), atau finansial (kehilangan uang). Peneliti
menjelaskan kepada responden tentang keuntungan yang akan
diperoleh responden dalam penelitian ini yakni menurunkan tekanan
darah, dapat mengaplikasikannya secara mandiri dan mengetahui cara
lain untuk menurunkan tekanan darah. Peneliti berusaha untuk memilih
responden yang memiliki kemungkinan berpeluang terjadinya resiko
paling kecil dengan mengeksklusi responden yang memiliki resiko
lebih besar.
b. Informed consent
Peneliti menghormati harkat dan martabat responden, dalam hal ini
peneliti harus menghormati hak responden untuk menentukan
pilihannya sendiri. Responden berhak menentukan apakah ikut
berpartisipasi dalam penelitian atau tidak. Selain itu responden berhak
untuk menolak memberi informasi, menolak untuk diwawancarai, dan
mengungkapkan pertanyaan.Peneliti menjelaskan dengan detail kepada
responden tentang penelitian yang akan dilakukan dan responden
mempunyai hak untuk menolak menjadi partisipan dalam penelitian.
Segala sesuatu untuk menghargai harkat dan martabat sudah tercantum
pada informed consent (lampiran). Informed consent adalah sebuah
prosedur dimana partisipan harus memperoleh informasi yang adekuat
tentang penelitian, memiliki informasi yang cukup tentang penelitian,
dan memiliki kekuatan untuk memilih apakah akan terlibat atau tidak
di dalam penelitian (Streubert & Carpenter, 2003). Dalam penelitian
ini dari semua responden bersedia menjadi responden dan tidak ada
yang mengundurkan diri.
c. Justice
Etika penelitian yang ketiga adalah hak untuk mendapatkan perlakuan
yang adil dan hak untuk mendapatkan kerahasiaan. Peneliti harus
memberikan perlakuan yang sama antara partisipan yang satu dan
lainnya selama penelitian. Peneliti juga harus menjaga kerahasiaan
40

responden dengan cara merahasiakan identitas responden dan


menggantinya dengan kode tertentu.

3.7 Pengolahan Data


Menurut Hastono (2008) menjelaskan terdapat 4 tahapan dalam melakukan
pengolahan data meliputi:
1. Editting:
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan peneliti adalah melakukan
pengecekan isian formulir atau kuesioner apakah jawaban sudah
lengkap, relevan dan konsisten.
2. Coding: Pada tahap ini peneliti merubah data data berbentuk huruf
menjadi data berbentuk angka/bilangan.
3. Processing: Setelah semua kuesioner terisi penuh dan benar serta sudah
melewati pengkodean, peneliti memproses data dengan cara meng-entry
data ke paket program komputer.
4. Cleaning: Peneliti melakukan kegiatan untuk mengecek kembali apakah
data yang dimasukkan benar atau salah. Setelah semua proses dilakukan,
selanjutnya melakukan pengujian statistik dengan menggunakan
komputer.

3.8 Analisis Data


3.8.1 Analisa univariat
Analisis univariat dilakukan untuk memberi gambaran dan penjelasan
karakteristik masing-masing variabel (Hastono, 2007). Dalam
penelitian ini menggunakan analisis dengan statistik deskriptif untuk
mengetahui sebaran karakteristik subjek penelitian atau distribusi
frekuensi data dan proporsi Karakteristik sampel data kategorial
dideskripsikan dalam parameter frekuensi (f) dan prosentase (%). Data
karakteristik responden tersebut, yaitu: data karakteristik responden
berdasarkan status umur, jenis kelamin,dan riwayat hipertensi, lama
41

menderita hipertensi, Data pada variabel dependen (terikat) terhadap


pengukuran tekanan darah responden digunakan mendeskripsikan nilai
dari mean, median, dan standar deviasi (SD), serta nilai minimal dan
maksimal pada tekanan darah sistole mapun tekanan darah diastole.
3.8.2 Analisis bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk melihat pengaruh antara 2 variabel


yaitu variabel independen dan dependen pemilihan jenis uji dalam
analisis bivariat. Hasil uji normalitas data didapatkan dengan
menggunkan uji Test Kolmogorov – Smirnov = 0,028 < 0,05 (data nilai
tidak berdistribusi normal), dan signifikansi hasil penghitungan
Shapiro-Wilk = 0,010 <0,05 (data nilai tidak berdistribusi normal).
Hasilnya data tidak berdistibusi normal. Maka untuk mengetahui
pengaruh pengaruh pemberian isometrik handgrip exercise terhadap
perubahan tekanan darah pada pasien hipertensi di rumah sakit advent
medan tahun 2020 menggunakan uji wilcoxon dengan p value 0,003 (p
< 0.05).
BAB 4
HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian


4.1.1 Lokasi Penelitian
Rumah Sakit Advent medan.berada di jalan Gatot Subroto km 4
Medan dengan kode pos 20119 yang dipimpin oleh Dr. Charles Dodo
Sitepu. Tipe rumah sakit Advent medan.termasuk tipe C. Diresmikan
untuk pelayanan pasien dan administrasi rumah sakit pada tanggal 10
Juni 1998. Rumah sakit Advent medan.juga melayani pasien yang
ingin melakukan rawat jalan yang berada di bagian depan gedung
lantai satu, sedangkan ruang rawat inap berada di bagian belakang
gedung yang terdiri dari : Ruang Perawatan Penyakit Dalam, Ruang
Perawatan Bedah, Ruang Perawatan anak, Ruang Perawatan
Kebidanan, Ruang Perawatan Khusus dan Intensive Care Unit yang
menyediakan ruang VIP dan super VIP. Rumah sakit ini juga
menyedikan pemeriksaan diagnostik yang memadai diantaranya
laboratorium dan X Ray.

Pelaksanaan non komplementer di Rumah Advent medan.sudah


digunakan dengan teknik lainnya jenis dari penurunan tekanan darah
pada pasien hipertensi, baik dengan melakukan kegiatan penyuluhan
kesehatan tentang pengunaan tanaman herbal sebagai penurun tekanan
darah sehingga dengan adannya latihan isometrik handgrip exercise
dari penelitian saya bisa menambah alternatif lain dalam membantu
mengurangi hipertensi sehingga membuat rumah sakit menerima dan
pasien yang juga bersedia dengan dilakukannya terapi isometrik
handgrip exercise terhadap perubahan tekanan darah pasien hipertensi
di RS Advent Medan .
43

4.1.2 Karakteristik Responden


Umur responden merupakan waktu responden dilahirkan sampai pada

saat menjadi responden penelitian. Distribusi frekuensi berdasarkan

umur akan disajikan pada tabel 4.1 berikut ini:

Tabel 4.1
Hasil uji data Karakteristik Responden di RS Advent medan.
Tahun 2020 (n=26)

N Karakteristik Responden N %
o
Umur
1 30-40 tahun 3 11.5
2 >40 tahun 23 88.5
Jenis Kelamin
1 Laki-Laki 8 30.8
2 Perempuan 18 69.2

Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa hasil uji data karakteristik

berdasarkan umur pasien hipertensi di RS Advent Medan Tahun 2020

diperoleh mayoritas berumur >40 tahun yaitu sebanyak 88.5%.

Berdasarkan jenis kelamin pasien hipertensi mayoritas adalah

perempuan yaitu sebanyak 69.2%.

4.2 Analisis Bivariat


4.2.1 Uji Normalitas
Berdasarkan hasil uji normalitas diketahui Out put tersebut

menunjukkan hasil penghitungan signifikansi: Test Kolmogorov –

Smirnov = 0,028 < 0, 05 (data nilai tidak berdistribusi normal), dan

signifikansi hasil penghitungan Shapiro-Wilk = 0,010 <0,05 (data nilai

tidak berdistribusi normal). Karena data tidak berdistribusi normal

maka pengujian yang digunakan untuk pengambilan hipotesis yaitu


44

menggunakan penghitungan statistika non parametrik, yaitu dengan

uji Wilcoxon sebagai pengganti pengujian statistika parametric T

sample test.

Out put tersebut menunjukkan hasil penghitungan signifikansi: Test

Kolmogorov – Smirnov = 0.002 < 0,05 (data nilai tidak berdistribusi

normal), dan signifikansi hasil penghitungan Shapiro – Wilk = 0,001<

0,05 (data nilai tidak berdistribusi normal). Sedangkan berdasarkan

penghitungan uji normalitas menunjukkan data sampel yang diambil

tidak berdistribusi normal. Karena data tidak berdistribusi normal

maka pengujian yang digunakan untuk pengambilan hipotesis yaitu

menggunakan penghitungan statistika non parametrik, yaitu dengan

uji Wilcoxon sebagai pengganti pengujian statistika parametric T

sample test.
45

4.2.2 Deskriptif Statistik


Berdasarkan kedua pengujian sebelumnya di atas, dapat dikatakan
bahwa salah satu syarat untuk menggunakan pengujian parametrik
tidak terpenuhi. Syarat menggunakan pengujian parametrik adalah
ketika data tersebut normal, sedangkan data nilai yang telah diuji
diatas tidak berdistribusi normal sehingga pengujian hipotesis
menggunakan pengujian non parametrik yaitu uji Wilcoxon

Tabel 4.2

Tekanan darah sebelum melakukan isometrik handgrip excercise


terhadap padien hipertensi di RS Advent Medan
Tahun 2020 (n=26)

No N Minimum Maximum Mean Std. Deviasion

1 TD sistolik 26 80 165 142.88 15.503


sebelum
latihan

2 TD 26 80 100 89,04 7.486


Diastolik
sebelum
latihan

Berd

Berdasarkan tabel 4,2 tekanan darah sistolik sebelum melakukan

isometrik handgrip excercise terhadap padien hipertensi di RS

Advent Medan tahun 2020 dengan rata rata 142,88 mmHg.


46

tekanan darah diastolik sebelum melakukan isometrik handgrip

excercise terhadap padien hipertensi di RS Advent Medan tahun 2020

dengan rata rata 89,04 mmHg.

Tabel 4.3

Tekanan darah sesudah melakukan isometrik handgrip excercise


terhadap padien hipertensi di RS Advent Medan
Tahun 2020 (n=26)

No N Minimum Maximum Mean Std. Deviasion

1 TD sistolik 26 125 150 135.58 8.406


sesudah latihan

2 TD Diastolik 26 80 98 84,77 4.819


sesudah latihan

Berdasarkan tabel 4,3 tekanan darah sistolik sesudah melakukan

isometrik handgrip excercise terhadap padien hipertensi di RS

Advent Medan tahun 2020 dengan rata rata 135.58 mmHg.

tekanan darah diastolik sesudah melakukan isometrik handgrip

excercise terhadap padien hipertensi di RS Advent Medan tahun 2020

dengan rata rata 84,77 mmHg.


47

Tabel 4.4

Perbedaan Tekanan darah sebelum dan sesudah melakukan isometrik


handgrip excercise terhadap padien hipertensi di RS Advent Medan
Tahun 2020 (n=26)

Descriptive Statistics
NO N Mean Selisih p value
1 TD sistolik sebelum 26 142.88 -135.58 7,3 0.003
latihan dan TD
sistolik sesudah
latihan
2 TD diastolik 89.04 - 84.77 4,27 0.000
sesudah latihan TD
diastolik sesudah
latihan

Berdasarkan tabel 4,4 tekanan darah sistolik sebelum dan seseudah melakukan

isometrik handgrip excercise terhadap padien hipertensi di RS Advent Medan

tahun 2020 mempunyai selisih nilai rata rata sekitar 7,3 mmHg dengan Hasil

signifikansi p value 0,003.

Tekanan darah diastolik sebelum dan seseudah melakukan isometrik

handgrip excercise terhadap padien hipertensi di RS Advent Medan

tahun 2020 mempunyai selisih nilai rata rata sekitar 4,27 mmHg

dengan Hasil signifikansi p value 0,000.


48

4.3 Pembahasan
4.3.1 Pengaruh Isometrik Handgrip Exercise Terhadap Perubahan
Tekanan Darah Sistolik Pasien Hipertensi Di RS Advent Medan
Tahun 2020

Dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya

pengaruh Isometrik Handgrip Exercise Terhadap Perubahan Tekanan

Darah Sistolik Pasien Hipertensi. Hasil signifikansi p-value sebesar

0,03 (<0,05) maka H0 diterima. Artinya terdapat pengaruh isometrik

handgrip exercise terhadap perubahan tekanan darah sistolik pasien

hipertensi di RS Advent Medan tahun 2020.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Syamsyuriyana (2018) dengan

judul Pengaruh isometric handgrip exercise terhadap perubahan

tekanan darah pada pasien hipertensi. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa ada pengaruh isometric handgrip exercise (IHG) terhadap

perubahan tekanan darah pasien hipertensi. kesimpulan penelitian ini

adalah isometric handgrip exercise secara bermakna dapat

menurunkan tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik. Hasil

penelitian ini diharapakan menjadi dasar isometric handgrip exercise

(IHG) sebagai intervensi keperawatan yang mandiri dan inovatif pada

asuhan keperawatan klien dengan hipertensi.

Penelitian ini didukung oleh penelitian Sari (2019) dengan judul

Pengaruh Penambahan Isometric Handgrip Exercise Pada Brisk

Walking Exercise Terhadap Penurunan Tekanan Darah Penderita


49

Hipertensi. Hasil penelitian ini terdapat pengaruh penambahan

isometric handgrip exercise pada brisk walking exercise dan terdapat

pengaruh brisk walking exercise terhadap penurunan tekanan darah

sebelum dan sesudah latihan dengan nilai signifikansi (p 0,05).

Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah sistolik dan/atau

diastolik yang tidak normal. Batas yang tepat dari kelainan ini tidak

pasti. Nilai yang dapat diterima berbeda sesuai dengan usia dan jenis

kelamin. Namun umumnya, sistolik yang berkisar dari 140-160 mm

Hg dan diastolik antara 90-95 mm Hg dianggap merupakan garis batas

hipertensi. Diagnosa hipertensi sudah jelas pada kasus dimana tekanan

darah sistolik melebihi 160 mmHg dan diastolik melebihi 95 mm Hg.

Penderita hipertensi mungkin tidak menunjukkan gejala selama

bertahun-tahun. Masa laten ini menyelubungi perkembangan penyakit

sampai terjadi kerusakan organ yang bermakna. Bila terdapat gejala,

sifatnya non-spesifik, misalnya sakit kepala atau pusing. Kalau

hipertensi tetap tidak diketahui dan tidak dirawat, maka akan

mengakibatkan kematian karena payah jantung, infark miokardium,

stroke, atau payah ginjal (Parlindungan and Lukitasari, 2016).

Menurut hasil penelitian oleh Rinku, (2017) isometric handgrip

exercise dilakukan untuk penurunan tekanan darah dengan nilai

p=0,001. Isometric handgrip exercise merupakan sebuah kegiatan

mencengkram dimana kontraksinya terjadi pada bagian lengan bawah

dan tangan, sehingga akan menyebabkan perubahan dalam ketegangan


50

otot tangan. Menurut Kusmana (2017) Isometric handgrip exercise

dapat menurunkan curah jantung, menurunkan aktivitas sistem saraf

simpatis, menurunkan resistensi pembuluh darah perifer dan

meningkatnya sensitivitas baroreflek.

Kegiatan fisik atau latihan pembebanan seperti isometric handgrip

exercise merupakan kegiatan mencengkeram dimana terjadi kontraksi

dibagian lengan bawah dan tangan, sehingga akan menimbulkan

perubahan ketegangan otot tangan (Nurindra, 2017).Handgrip

merupakan alat yang biasa digunakan untuk mengukur kekuatan otot

menggenggam tangan. Handgrip juga dapat mendeteksi gangguan

mobilisasi fungsional. Menurut penelitian Rinku et al (2017) terdapat

penurunan tekanan darah dengan latihan isometric handgrip exercise

untuk jangka waktu 10 minggu, pada minggu ke 3 sudah mengalami

sedikit penurunan.

McGowan, et al, (2017) menjelaskan Isometric Handgrip Training

Improves Local Flow-Mediated Dialation in Medical Hypertensives,

berdasarkan mekanisme adaptasi merupakan teori yang mendasari

penurunan tekanan darah akibat latihan isometrik. Secara fisiologis

terdapat mekanisme shear stress yang diakibatkan oleh stimulus

iskemik yang berakibat pada meningkatnya aliran darah pada

pembuluh darah distal. Mekanisme ini menginduksi adanya pelepasan

vasodilator potensial yaitu NO- endotelium yang menyebabkan

vasodilatasi sehingga terjadi penurunan resistensi perifer. Hal ini


51

menyebabkan adanya respon vagal yang mengakibatkan terjadinya

penurunan kontraktilitas jantung. Penurunan resistensi perifer dan

penurunan kontraktilitas jantung menyebabkan penurunan tekanan

darah. Hal ini menyebabkan adanya respon vagal yang mengakibatkan

terjadinya penurunan kontraktilitas jantung. Penurunan resistensi

perifer dan penurunan kontraktilitas jantung menyebabkan penurunan

tekanan darah.

Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan perubahan penurunan

tekanan darah pada tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik

yang diketahui bahwa adanya penurunan yang signifikan pada

sebelum yang diberikan isometric handgrip exercise dan ssudah

diberikan isometric handgrip exercise pada pasien hipertensi. Hal ini

sesuai dengan pendapat Nurindra (2017) Perubahan tekanan darah

setelah pemberian isometric handgrip exercise terjadi karena selama

melakukan isometric handgrip exercise, kebutuhan oksigen di

jaringan meningkat dan mengontrol jantung memompa darah untuk

memenuhi kebutuhan oksigen. Hal ini menyebabkan peningkatan

suplai darah ke otot yang aktif untuk memenuhi kebutuhan akan

oksigen. Sedangkan pendapat Kusmana (2017) bahwa Isometric

handgrip exercise dapat menurunkan curah jantung, menurunkan

aktivitas sistem saraf simpatis, menurunkan resistensi pembuluh darah

perifer dan meningkatnya sensitivitas baroreflek.


52

Berdasarkan asumsi peneliti ada pengaruh yang signifikan yang terjadi

pada pasien yang tekanan darah sebelum dilakukan isometric handgrip

exercise dengan tekanan darah pada pasien hipertensi yang sudah

dilakukan isometric handgrip exercise selama 3 hari dilakukan

pengukuran tekanan darah. karena pada gerakan isometric handgrip

exercise kontraksinya terjadi pada bagian lengan bawah dan tangan,

sehingga akan menyebabkan perubahan dalam ketegangan otot tangan

dan mengotrol jantung memompa darah untuk memenuhi kebutuhan

oksigen yang dapat merilekskan pembuluh darah, dan fungsinya

begitu optimal. Latihan ini merupakan jenis olahraga aerobik yang

memberi pengaruh pada tingkat tekanan darah dengan intensitas

sedang (70-80%) dengan denyut nadi maksimal. Selain itu diketahu

berdasarkan karakteristik responden lebih banyak responden berumur

>40 tahun sehingga hal ini juga mempengaruhi terjadinya hipertensi,

berdasarkan teori Tekanan darah sistolik meningkat progresif sesuai

usia dan orang lanjut usia dengan hipertensi merupakan risiko besar

untuk penyakit kardiovaskular. Prevalensi hipertensi meningkat sesuai

dengan usia dan lebih sering pada kulit hitam dibandingkan kulit

putih. Jumlah kematian pasien stroke dan penyakit jantung koroner

yang merupakan komplikasi mayor hipertensi, telah menurun dalam 3

dekade terakhir tetapi saat ini menetap. Jumlah pasien dengan

penyakit ginjal stadium akhir dan gagal jantung. di mana hipertensi

merupakan penyebab mayor terus meningkat. Kesakitan dan kematian


53

dari kardiovaskular meningkat sesuai peningkatan tekanan darah

sitolik dan diastolik, tetapi pada individu di atas 50 tahun tekanan

sistolik dan tekanan nadi merupakan prediktor komplikasi yang lebih

baik dibandingkan tekanan diastolik.

Berdasarkan hasil karakteristik sebanyak 11.5% terjadi pada usia ≤ 40

tahun hal ini dapat dikarenakan dari faktor lainnya penyebab dari pola

makan sehingga mengakibatkan obesitas dan kurangnya olahraga, hal

ini sesuai dengan pendapat Nisa (2017) meningkatnya hipertensi pada

usia muda dewasa dikarenakan kurangnya berolahraga, gaya hidup

tidak sehat seperti merokok, mengkonsumsi makanan yang tidak

bergizi dan juga stress. Dan sebanyak 69.2% terjadi pada perempuan

hal ini sesuai dengan pendapat Nisa (2017), faktor terjadinya

hipertensi yaitu keturunan, jenis kelamin, usia, dan ras. Faktor risiko

lainnya seperti faktor kegemukan (obesitas), perokok, kurangnya

olahraga dan beraktivitas, konsumsi alkohol, stres, pola makan tidak

sehat. Aktifitas yang kurang dapat menambah risiko hipertensi, karena

orang yang aktivitasnya kurang akan cenderung mempunyai frekuensi

denyut jantung lebih tinggi sehingga otot jantung akan berkontraksi

keras di setiap kontraksi. Maka semakin besar tekanan yang

dibebankan pada arteri maka akan semakin meningkatkan tekanan

darah. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh

Isometrik Handgrip Exercise Terhadap Perubahan Tekanan Darah

Sistolik Pasien Hipertensi Di RS Advent Medan Tahun 2020.


54

Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan kepada masyarakat

khususnya pasien yang sudah memiliki hipertensi untuk dapat

melakukan gerakan Isometrik Handgrip Exercise sehingga hal ini juga

sebagai pencegahan lebih buruk keadaan pasien, sedangkan untuk

masyarakat yang belum memiliki hipertensi sebaiknya menjaga

kesehatan dengan mengkonsumsi makanan sehat, olahraga dan rajin

melakukan pemeriksaan kesehatan, disarankan juga kepada peneliti

selanjutnya dapat menggunakan penelitian ini sebagai referensi dalam

melakukan penelitian lanjutan, seperti menggunakan intervensi lain

yang sesuai atau mencari faktor yang berhubungan dengan penurunan

tekanan darah tinggi pada penderitai hipertensi.

4.3.2 Pengaruh Isometrik Handgrip Exercise Terhadap Perubahan


Tekanan Darah Diastolik Pasien Hipertensi Di RS Advent Medan
Tahun 2020

Dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya

Pengaruh Isometrik Handgrip Exercise Terhadap Perubahan Tekanan

Darah diastolik Pasien Hipertensi. Hasil signifikansi p-value sebesar

0,00 (<0,05) maka H0 diterima. Artinya terdapat pengaruh isometrik

handgrip exercise terhadap perubahan tekanan darah diastolik pasien

hipertensi di RS Advent medan tahun 2020.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Paramitha (2017) dengan judul

penelitian Pengaruh Step Up Exercise Dan Isometric Handgrip

Exercise Terhadap Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi Di


55

Puskesmas Batang I Kabupaten Batang. Hasil penelitian

menunjukkan bahwastep up exercise berpengaruh terhadap tekanan

darah pada pasien hipertensi dengan nilai p 0,000, pada isometric

handgrip exercise didapatkan hasil nilai p 0,000 yang berarti ada

pengaruh isometric handgrip exercise terhadap tekanan darah pada

pasien hipertensi. Hasil uji Mann-Whitney didapatkan nilai p 0,039

yang memiliki makna ada perbedaan pengaruh step up exercise dan

isometric handgrip exercise terhadap tekanan darah pada pasien

hipertensi dengan nilai rata-rata step up exercise lebih tinggi

dibandingkan dengan isometric handgrip exercise yaitu -2,062.

Penelitian ini didukung oleh penelitian Ade (2018) dengan judul

Pengaruh Latihan Isometrik Terhadap Tekanan Darah Pasien

Hipertensi. Hasil penelitian ini pada 17 sampel kelompok kontrol

tidak menunjukkan penurunan tekanan darah yang signifikan pada

pretest dan posttest, sedangkan kelompok lain dengan 16 sampel

menunjukkan penurunan tekanan darah yang signifikan. Hasil

penelitian ini juga menunjukkan perbedaan signifikan tekanan darah

posttest pada kedua kelompok. Berdasarkan uji-t sampel independen,

perbedaan ini signifikan secara statistik dengan tingkat signifikansi p

= 0,000 (α<.05).

Tekanan darah tinggi (hiperetensi) suatu peningkatan abnormal

tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus menerus

dengan tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan atau tekanan darah
56

diastolik ≥ 90 mmHg lebih dari suatu periode yang diukur paling

tidaktigakesempatan yang berbeda. Hipertensi berkemungkinan

menimbulkan komplikasi yang fatal dan membuka peluang lebih besar

bagi penderitanya untuk menderita stroke, penyakit jantung koroner,

beresiko besar mengalami gagal ginjal gagal jantung, dan kerusakan

pada mata (Udjianti, 2018).

Untuk mencegah terjadinya komplikasi akibat hipertensi maka

pengelolaan yang tepat dengan pendekatan non farmakologi salah

satunya aktivitas fisik seperti olahraga atau latihan secara teratur

menurunkan tekanan darah yang dapat meningkatkan aliran darah ke

jantung, kelenturan arteri, dan fungsi arterial, juga melambatkan

aterosklerosis. Beberapa aktivitas fisik yang dapat dilakukan yaitu

latihan senam, senam aerobik, latihan yoga, latihan meditasi, berjalan,

isometric, naik turun bangku (step up), latihan pernapasan, berlari,

berenang, bersepeda stasioner atau di luar ruangan, lompat tali,

skating, mendayung, dan aerobik air. Isometric handgrip exercise

merupakan kegiatan mencengkram dimana kontraksinya terjadi pada

bagian lengan bawah dan tangan, sehingga akan menyebabkan

perubahan dalam ketegangan otot tangan (Yenita, 2018).

Latihan isometrik sebagai kontraksi tahanan otot tanpa disertai

perubahan panjang kelompok otot yang bersangkutan. Latihan

isometrik dapat dilakukan di manapun dan kapanpun asalkan memiliki


57

ruang gerak yang cukup. Latihan ini dapat dilakukan kurang dari 20

menit dalam satu kali latihan.

Perubahan tekanan darah setelah pelaksanaan Isometrik Handgrip

Exercise terjadi karena Isometrik Handgrip Exercise dapat membantu

memperkuat jantung dan paru-paru. Latihan ini akan membantu

menurunkan tekanan darah tinggi yang kemudian dapat yang

kemudian dapat mengontrol tekanan darah dan memperbesar bilik

jantung. Hal ini akan meningkatkan efesien sikerja jantung. Elastisitas

pembuluh darah akan mening kat sehingga aliran darah akan lebih

lancar dan merilekskan pembuluh darah atau melemaskan pembuluh

darah, sehingga tekanan darah menurun (Prasetyo, 2018). Selama

latihan otot yang aktif bergerak secara teratur, darah yang mengalir

diantara jaringan otot akan semakin lancar. Dan darah tersebut akan

membawa oksigen dan glukosa yang dibutuhkan sebagai zat pembakar

dalam mengatur kontraksi otot. Selama berjalan dalam beberapa puluh

menit sangat bermanfaat untuk mengendorkan ketegangan saraf,

mengembalikan fungsi hormonal, dan menyelaraskan kembali

neotransmiter yang bertugas untuk mengatur tekanan darah (Prasetyo,

2018).

Mekanisme fisiologis, menurut Millar (2016) dalam penelitiannya

yang berjudul Isometric Handgrip Exercise Improve Acute

Neurocardiac Regulation, secara neurologis latihan isometrik dapat

meningkatkan kontrol tubuh terhadap sistem neurokardiak yang


58

memengaruhi saraf simpatis. Hal ini menyebabkan adanya respon

vagal yang mengakibatkan terjadinya penurunan kontraktilitas

jantung. Penurunan resistensi perifer dan penurunan kontraktilitas

jantung menyebabkan penurunan tekanan darah. Dalam penelitian ini,

tidak dapat dikaji mekanisme pasti penurunan tekanan darah oleh

adanya latihan isometrik. Namun ditemukan bahwa selain

menurunkan tekanan darah, responden juga terlihat lebih rileks yang

diakibatkan oleh adanya relaksasi otot pascalatihan.

Berdasarkan hasil penelitian diketahi bahwa ada pengaruh isometrik

handgrip exercise terhadap perubahan tekanan darah diastolik pasien

hipertensi di RS Advent Medan, hal ini seseuai dengan Chrysan, 2018,

terjadinya penurunan tekanan darah dengan penambahan isometric

handgrip exercise yaitu penelitian terbaru menunjukkan bahwa latihan

isometrik atau resistensi tidak meningkatkan tekanan darah istirahat

dan seringkali justru sedikit menurunkan tekanan darah. Selain

tekanan darah, latihan isometrik juga memperbaiki massa otot,

kekuatan tubuh, meningkatkan kepadatan tulang, dan mengurangi

resiko fraktur tulang.

Jika dilihat dari karakteristik responden lebih banyak responden yang

berjenis kelamin perempuan dan terjadi pada umur>40 tahun hal ini

seuai dengan teori Yenita (2018) yang menyatakan hipertensi

berkaitan dengan jenis kelamin laki-laki dan usia. Namun, pada usia

tua, resiko hipertensi meningkat tajam pada perempuan dibandingkan


59

Laki-laki. Hipertensi berkaitan dengan indeks masa tubuh (IMT).

Laki-laki obesitas lebih mempunyai risiko hipertensi lebih besar

dibandingkan perempuan obesitas dengan berat badan sama. Tekanan

darah sistolik dan diastolik rerata lebih tinggi pada laki-Laki dari pada

perempuan sepanjang awal dewasa, walaupun pada individu lebih tua

peningkatan terkait usia lebih tinggi pada perempuan. Walaupun

beberapa studi menunjukkan bahwa perempuan mentoleransi

hipertensi lebih baik dibandingkan laki-laki dan mempunyai angka

kematian koroner lebih sedikit. Sesuai dengan teori yang

dikemukakan oleh Khomsan (2019) usia merupakan faktor yang

mempengaruhi tekanan darah. Semakin tua usia seseorang maka

semakin besar meningkatnya tekanan darah. Menurut Novitsningtyas

(2016) hal ini terjadi dikarenakan pada usia tersebut mengalami

penurunan elastisitas pembuluh darah dan mengalami kekakuan

karena darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui

pembuluh darah yang sempit daripada biasanya dan menyebabkan

naiknya tekanan darah.

Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan MAP

tekanan darah sebelum dan sesudah pemberian step up exercise

terhadap pasien hipertensi dan terjadi penurunan tekanan darah yang

di hitung berdasarkan MAP sesudah diberikan step up exercise. Untuk

menyikapi proses dan hasil pada penelitian ini, maka peneliti

menyampaikan beberapa saran, yaitu: perlu kerjasama berbagai pihak


60

dalam menurunkan jumlah pasien dengan hipertensi dan mencegah

terjadinya hipertensi. Perawat memegang peranan penting dalam

melakukan promosi gaya hidup sehat demi mencegah hipertensi.

Pasien hipertensi diharapkan secara aktif dan kooperatif melakukan

modifikasi gaya hidup sebagai regimen efektif dalam tatalaksana

hipertensi.

Usia responden dalam penelitian ini adalah 40-60 tahun. Hasil

penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan

sebelumnya oleh Novitsningtyas (2016) bahwa ada hubungan antara

umur dengan kejadian hipertensi. Hasil penelitian menemukan bahwa

umur menemukan bahwa umur ≥40 tahun memiliki risiko terkena

hipertensi sebesar 11,71 kali dibandingkan dengan umur < 40 tahun.

Penelitian ini menunjukkan bahwa dengan intervensi isometric

handgrip exercise dapat menurunkan tekanan darah pada penderita

hipertensi. Sehingga disarankan kepada pasien yang mengalami

hipertensi sebagai acuan untuk melakukan intervensi ini secara

mandiri pada saat mengalami tekanan darah tinggi. Fisioterapis dapat

mengaplikasikan latihan ini sesuai dosis yang sudah ditentukan untuk

menurunkan tekanan darah penderita hipertensi. Selain itu

Rekomendasi hasil penelitian ini adalah Rumah Sakit advent

khususnya bagi perawat untuk menerapkan intervensi isometric

handgrip exercise sebagai alternatif untuk mengontrol tekanan darah

pada pasien hipertensi.


61

4.4 Keterbatasan Penelitian


Keterbatasan dalam penelitian ini yaitu variabel penelitian hanya melihat dari

Tekanan Darah tanpa melihat faktor penunjang lainya penyebab perubahan

tekanan darah pasien, selain itu tidak dilakukannya pengontrolan pasien

selama 24 jam sehingg tidak mengetahui apakah pasien melakukan isometric

handgrip exercise dengan baik dan benar. Proses penelitian ini, tidak

dilakukan pengontrolan faktor-faktor lain yang dapat memengaruhi tekanan

darah (intake garam, aktivitas fisik, serta stres psikologis) sehingga hasil

penelitian ini dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut.


62
BAB 5

KESMIPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai maka dapat disimpulkan sebagai

berikut:

1. Ada pengaruh Isometrik Handgrip Exercise Terhadap Perubahan Tekanan

Darah Sistolik Pasien Hipertensi. Hasil signifikansi p-value sebesar 0,03

(<0,05) maka H0 diterima. Artinya terdapat pengaruh isometrik handgrip

exercise terhadap perubahan tekanan darah pasien hipertensi di RS

Advent medan tahun 2020.

2. Ada pengaruh Isometrik Handgrip Exercise Terhadap Perubahan Tekanan

Darah diastolik Pasien Hipertensi. Hasil signifikansi p-value sebesar 0,00

(<0,05) maka H0 diterima. Artinya terdapat pengaruh isometrik handgrip

exercise terhadap perubahan tekanan darah diastolik pasien hipertensi di

RS Advent medan tahun 2020.

5.2 Saran
Adapun saran berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan adalah :

1. Bagi pasien

Diharapkan kepada pasien yang mengalami hipertensi untuk melakukan

sebagai acuan untuk melakukan Isometrik Handgrip Exercise ini secara

mandiri pada saat mengalami tekanan darah tinggi selain itu menjaga pola

makanan sehingga tidak terjadi dampak buruk akibat hipertensi, selain itu
64

pasien juga dapat ke fisioterapis untuk dilakukan Isometrik Handgrip

Exercise sesuai dosis yang sudah ditentukan untuk menurunkan tekanan

darah penderita hipertensi.

2. Bagi Rumah Sakit Advent

Diharapkan kepada Rumah Sakit advent untuk memberikan dalam

pengembangan kebijakan tentang latihan isometric handgrip excersice

sebagai salah satu komplementar untuk klien hipertensi dan bisa

digunakan sebagai alternatif dalam kegiatan sehari-hari dipasien,

disamping memodifikasi perlahan-lahan merubah gaya hidup yang sehat,

selain itu untuk memberikan informasi dan pengetahuan kepada petugas

khusunya perawat, sehingga perawat mengaplikasikan isometric handgrip

exercise pada pasien hipertensi sehingga bisa terkontrol tekanan darahnya

dan meminimalkan komplikasi hipertensi.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Diharapkan kepada peneliti selajutnya untuk menggali faktor yang

berpengaruh dengan latihan isometrik handgrif dalam menurunkan

tekanan darah pada penderita hipertensi, dan agar penelitian ini dapat

dilanjutkan dengan desain yang lebih baik dan dengan pengontrolan lebih

ketat terhadap faktor-faktor lain yang berhubungan


DAFTAR PUSTAKA

Alifariki,laode,dkk. 2019 epidemologi hipertensi :Yogyakarta:leutikaprio

Indah,yunita.2014.hipertensi bukan untuk ditakuti:jakarta selatan :Fmedia


Palmer, anna dan williams brian.2007.tekanan darah tinggi:jakarta pusat :penerbit
Erlangga
S,pikir budi ,dkk.2015.hipertensi manajemen komprehensif:surabaya :pusat
penerbit percetakan UNAIR(UAP)
Ainurrafiq, A., Risnah, R., Ulfa Azhar, M., 2019. Terapi Non Farmakologi dalam
Pengendalian Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi: Systematic Review.
MPPKI Media Publ. Promosi Kesehat. Indones. Indones. J. Health
Promot. 2, 192–199. https://doi.org/10.31934/mppki.v2i3.806
Andri, J., Waluyo, A., Jumaiyah, W., Nastashia, D., 2018. Efektivitas Isometric
Handgrip Exercise dan Slow Deep Breathing Exercise terhadap Perubahan
Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi. J. Keperawatan Silampari 2,
371–384. https://doi.org/10.31539/jks.v2i1.382
Harahap, R.A., Rochadi, R.K., Sarumpae, S., 2018. Pengaruh Aktivitas Fisik
Terhadap Kejadian Hipertensi Pada Laki-Laki Dewasa Awal (18-40
Tahun) Di Wilayah Puskesmas Bromo Medan Tahun 2017. J. Muara Sains
Teknol. Kedokt. Dan Ilmu Kesehat. 1, 68–73.
https://doi.org/10.24912/jmstkik.v1i2.951
Herdiana, B., Kurniawan, B., 2017. Program IPTEK bagi Inovasi dan Kreatifitas
Kampus IT Training & Service Center (ITSC) UNIKOM. J. Pengabdi.
Kpd. Masy. Indones. J. Community Engagem. 3, 18–25.
https://doi.org/10.22146/jpkm.23286
NagiyaParamita, Hartoyo, M., Nurullita, U., 2017. PENGARUH STEP UP
EXERCISE DAN ISOMETRIC HANDGRIP EXERCISE TERHADAP
TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS
BATANG I KABUPATEN BATANG NagiyaParamitha *) , Mugi
Hartoyo **) , Ulfa Nurullita ***). Pengaruh Step Exerc. Dan Isometric
Handgrip Exerc. Terhadap Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi
Puskesmas Batang Kabupaten Batang.
Parlindungan, T., Lukitasari, A., 2016. Latihan Isometrik Bermanfaat
Menurunkan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi 11.
Ramanto Saputra, B., . R., Sis Indrawanto, I., 2017. PROFIL PENDERITA
HIPERTENSI DI RSUD JOMBANG PERIODE JANUARI-DESEMBER
2011. Saintika Med. 9, 116. https://doi.org/10.22219/sm.v9i2.4140
Sefia Nurindra, M.Y., B.Herman, R., Yenita, Y., 2016. Perbandingan Tekanan
Darah Sebelum dan Sewaktu Melakukan Handgrip Isometric Exercise
pada Mahasiswa Angkatan 2011 Fakultas Kedokteran Universitas
Andalas. J. Kesehat. Andalas 5. https://doi.org/10.25077/jka.v5i2.537
Tekanan, P., Penderita, D., 2019. Pengaruh Penambahan Isometric Handgrip
Exercise Pada Brisk Walking Exercise Terhadap.
Ulya, Z., Iskandar, A., 2017. PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN
DENGAN MEDIA POSTER TERHADAP PENGETAHUAN
MANAJEMEN HIPERTENSI PADA PENDERITA HIPERTENSI. J.
Keperawatan Soedirman 12, 38.
https://doi.org/10.20884/1.jks.2017.12.1.715
Yonata, A., Pratama, A.S.P., n.d. Hipertensi sebagai Faktor Pencetus Terjadinya
Stroke 5.

Ade, H&P. (2018). Pengaruh Latihan Isometrik Terhadap Tekanan Darah Pasien
Hipertensi Kota Tasikmalaya.
Yenita, L.K. 2018. Korelasi Antara Kekuatan Genngam Tangan denan Tes Timed
Up & Go pada Pasien Lanjut Usia di RSUPN Cipto Mangunkusumo
Jakarta.Jakarta : Universitas Indonesia.
Chrysan, 2018. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Tekanan Darah di
Puskesmas Telaga Murni Cikarang Barat. Jakarta: Program Studi
Kesehatan Masyarakat STIKES MH. Thamrin. Jurnal Ilmiah Kesehatan.
Vol 5/ No. 1
Kusmana, Iskandar., 2017. Hipertensi Pengenalan, Pencegahan, dan Pengobatan.
Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer.
Khomsan (2019). Hipertensi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Udjianti, WS. 2017. Bebas Hipertensi Tanpa Obat. Jakarta : Agro Media Pustaka.
McGowan, et al, (2017). Terapi Hipertensi: Program 8 minggu Menurunkan
Tekanan Darah Tinggi. Alih Bahasa: Rani Ekawati. Bandung: Qanita
Mizan Pustaka
Millar, Ef. K&W. (2016) Isometric handgrip training reduces arterial pressure at
rest without changes in sympathetic nerve activity. Am J Physiol Heart
Circ Physiol 279:H245-H249. Diakses pada tanggal 31 Agustus 2020.
Novitsningtyas (2016). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi
6. EGC, Jakarta
Nurindra, Y.S., Herman, R.B., & Yenita. 2017. Perbandingan Tekanan Darah
Sebelum dan Sewaktu Melakukan Handgrip Isometric Exercisepada
Mahasiswa Angkatan 2017 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.
Paramitha, YP. (2017). Pengaruh Step Up Exercise Dan Isometric Handgrip
Exercise Terhadap Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi Di Puskesmas
Batang I Kabupaten Batang.
Prasetyo, GF. 2018. Ajaibnya Terapi Hipertensi Tumpas Penyakit Hipertensi.
Jakarta: Dunia Sehat.
Rinku, (2017). Nonpharmacological Interventions for patients with resistant
Hypertension. US Cardiology; 8(1): 52-5 Diakses tanggal 13 Januari
2016
Sari, AD. (2019). Pengaruh Penambahan Isometric Handgrip Exercise Pada Brisk
Walking Exercise Terhadap Penurunan Tekanan Darah Penderita
Hipertensi di RSU Rempunan.
Syamsyuriyana, L. (2018). Pengaruh isometric handgrip exercise terhadap
perubahan tekanan darah pada pasien hipertensi RSU Maliun.
HASIL OUT PUT SPSS

1. Karakteristik Responden

Umur

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 30-40 3 11.5 11.5 11.5

>40 23 88.5 88.5 100.0

Total 26 100.0 100.0

jenis kelamin

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid laki-laki 8 30.8 30.8 30.8

perempuan 18 69.2 69.2 100.0

Total 26 100.0 100.0

2. Uji Normalitas

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

TD sistolik sebelum latihan .272 26 .000 .734 26 .000

TD sistolik sesudah latihan .181 26 .028 .892 26 .010

a. Lilliefors Significance Correction


Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

TD Diastolik sebelum latihan .218 26 .003 .823 26 .000

TD diastolik sesudah latihan .223 26 .002 .842 26 .001

a. Lilliefors Significance Correction


1. Uji Deskriptif

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

TD sistolik sebelum latihan 26 80 165 142.88 15.503

TD sistolik sesudah latihan 26 125 150 135.58 8.406

Valid N (listwise) 26

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

TD Diastolik sebelum latihan 26 80 100 89.04 7.486

TD diastolik sesudah latihan 26 80 98 84.77 4.819

Valid N (listwise) 26

2. Uji Wilcoxon
Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

TD sistolik sesudah latihan - Negative Ranks 21a 11.17 234.50


TD sistolik sebelum latihan
Positive Ranks 2b 20.75 41.50

Ties 3c

Total 26

Test Statisticsb

TD sistolik
sesudah latihan -
TD sistolik
sebelum latihan

Z -2.951a

Asymp. Sig. (2-tailed) .003

a. Based on positive ranks.

b. Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

TD diastolik sesudah latihan - Negative Ranks 17a 9.00 153.00


TD Diastolik sebelum latihan
Positive Ranks 0b .00 .00

Ties 9c

Total 26
Test Statisticsb

TD diastolik
sesudah latihan -
TD Diastolik
sebelum latihan

Z -3.682a

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

a. Based on positive ranks.

b. Wilcoxon Signed Ranks Test


PENJELASAN PENELITIAN

Judul Penelitian : Perbandingan Isometric Handgrip Exercise terhadap Darah


pada pasien Hipertensi di Rumah Sakit Advent Medan .

Peneliti : Jamslen Alex Candra Tumanggor

NIM : 160204101

Saya mahasiswa S1 Keperawatan, Universitas Sari Mutiara Medan , bermaksud


melaksananakan penelitian untuk mengetahui Pengaruh latihan Isometric
Handgrip Exercise terhadap penurunan Tekanan Darah pada pasien Hipertensi di
Rumah Sakit Advent medan . Penelitian ini bermanfaat untuk menurunkan
tekanan darah pada pasien hipertensi. Bapak/Ibu yang berpartisipasi dalam
penelitian Isometric Handgrip Exercise (latihan menggenggam dengan
menggunakan alat ) selama 3 hari berturut-turut, 1 kali sehari selama 3 menit
waktunya diukur dengan menggunakan stopwatch.Latihan akan dilaksanakan
antara pukul 08.00 WIB-selesai.

Sebelum pelaksanaan latihan isometrik dan setiap kali selesai melaksanakan


latihan akan dilakukan pengukuran tekanan darah dengan menggunakan
tensimeter dan didokumentasikan sebagai data penelitian.

Peneliti menjamin bahwa penelitian ini tidak akan berdampak negatif bagi
Bapak/Ibu. Apabila selama berpartisipasi dalam penelitian ini Bapak/Ibu
mengalami ketidaknyamanan, maka Bapak/Ibu mempunyai hak untuk berhenti
atau keluar dari penelitian ini. saya berjanji akan menjunjung tinggi hak-hak
Bapak/Ibu sebagai responden dengan cara menjaga kerahasiaan data yang
diperoleh, baik dalam proses pengumpulan, pengolahan, maupun penyajian data.
Peneliti juga menghargai keinginan Bapak/Ibu untuk tidak berpartisipasi/keluar
kapan saja dari penelitian ini. Apabila terdapat hal-hal yang kurang jelas
mengenai prosedur penelitian, maka Bapak/Ibu dapat langsung bertanya pada
peneliti.

Demikian secara sukarela dan tanpa unsur paksaan dari siapapun, saya bersedia
berpartisipasi untuk menjadi responden dalam penelitian ini.

Medan, 2020

Responden Peneliti

(............................) Jamslen Alek Candra Tumanggor


LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
(Informed Consent)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama : ....................................
Alamat : ....................................
No telepon/HP : ....................................

Menyatakan bersedia ikut berpartisipasi dalam penelitian setelah mendapatkan


penjelasan dan mengetahui manfaat dari penelitian yang akan dilakukan oleh
jamslen alek candra tumanggor mahasiswa S1 Keperawatan ,program study
NERS Universitas sari mutiara medan indonesia yang berjudul: “Pengaruh latihan
Isometric Handgrip Exercise terhadap Tekanan Darah Sistolik, Tekanan Darah
Diastolik pada pasien Hipertensi di Rumah sakit advent medan ”. Demikian
pernyataan ini saya buat dengan sadar, suka rela dan tanpa unsur paksaan dari
siapapun

Medan, 2020
Yang menyatakan

( )
LEMBAR OBSERVASI

No. Responden:

A. DATA UMUM

1. Nama (Inisial) : ..................................................

2. Umur : ..................................................

3. Jenis Kelamin : Laki-laki . Perempuan

B. RIWAYAT KESEHATAN
BB : kg TB : cm IMT : ..........

a) Hipertensi Ya . Tidak .
1. Lama menderita: .............. tahun .............. bulan
2. Menjalani Pengobatan: Ya Tidak
. .
PROSEDUR
Isometric Handgrip Exercise

1. Pre testing dilakukan dengan mengukur tinggi badan dan berat


badan responden (menentukan indeks massa tubuh).

2. Responden diminta untuk duduk beristirahat selama 5 menit

3. Setelah istirahat, dilakukan pengukuran tekanan darah dan denyut


nadi menggunakan tensi digital, kemudian catat hasilnya.

4. Responden tetap dalam keadaan duduk, diminta untuk melakukan


kontraksi isometrik (menggenggam handgrip) dengan satu tangan
selama 45 detik.

5. Kemudian membuka genggaman dan istirahat selama 15 detik.

6. Responden diminta kembali untuk melakukan kontraksi isometrik


(menggenggam handgrip) dengan tangan yang lain selama 45 detik.
Prosedur diulang, sehingga masing-masing tangan mendapatkan 2
kali kontraksi, jumlah total durasi selama latihan sebanyak 180
detik atau 3 menit. Pada saat melakukan genggaman responden
dianjurkan untuk latihan mengambil dan menghembuskan nafas
secara teratur.

7. Setelah 3 menit, kemudian dilakukan pengukuran tekanan darah dan


denyut nadi kembali. Sumber: Mortimer & Mckune, 2011
PEDOMAN PENGUKURAN TEKANAN DARAH

1. Persiapan Pasien

a) Atur posisi responden pada posisi duduk

b) Jelaskan prosedur kepada pasien

c) Sebelum pengukuran, responden istirahat minimal 5 menit dari


aktivitas

d) Posisi pengukuran dibagian lengan kanan

2. Persiapan Alat

a) Signomanometer

b) Stetoskop

c) Manset dewasa

d) Pena

e) Lembar Observasi tekanan Darah

3. Pelaksanaan

a) Posisikan beban lengan atas setinggi jantung (beri sokongan


bila perlu) dengan telapak tangan menghadap ke atas.

b) Gulung lengan baju bagian atas lengan, palpasi arteri brakialis


dan letakkan manset 2,5 cm diatas nadi brakialis.

c) Dengan manset masih kempis, pasang dengan rata diatas


sekeliling lengan atas. Pastikan bahwa manometer diposisikan
secara vertikal sejajar mata, jarak pemeriksa tidak boleh lebih
dari 1 meter.

d) Palpasi nadi radialis atau brakialis dengan ujung jari satu


tangan sambil menggelembungkan manset dengan cara cepat
sampai tekanan 30 mmHg di atas titik dimana denyut tidak
teraba. Dengan perlahan kempiskan manset dan catat dimana
titik denyut nadi muncul. Kempiskan manset dan tunggu 30
detik.

e) Letakkan earpiece stetoskop di telinga dan pastikan bunyi jelas.

f) Ketahui lokasi arteri brakialis dan letakkan bel atau diafragma


chestpiece di atasnya, tutup katub balon tekanan darah searah
jarum jam sampai kencang.

g) Gembungkan manset 30 mmHg di atas tekanan sistolik yang


dipalpasi, dengan perlahan lepaskan dan biarkan turun dengan
kecepatan 2 sampai 3 mmHg perdetik.

h) Catat titik pada manometer saat bunyi jelas yang pertama


terdengar (sebagai tekanan sistolik).

i) Lanjutkan mengempiskan manset, catat titik dimana bunyi


muffled atau dampened timbul. Lanjutkan mengempeskan
manset, catat titik pada manometer sampai 2 mmHg terdekat
dimana bunyi tersebut hilang (sebagai tekanan diastolik).

j) Kempeskan manset dengan cepat dan sempurna, buka manset


dari lengan kecuali jika ada rencana untuk mengulang.

k) Bantu klien untuk kembali ke posisi yang nyaman dan tutup


kembali lengan atas. Beritahukan hasil kepada responden.

l) Catat tekanan darah, tanggal, waktu pengukuran pada lembar


observasi. Sumber: Perry & Potter (2005)
LEMBAR OBSERVASI

NO USIA JENIS TD SEBELUM TD SESUDAH


RESP (tahun) KELAMIN (mmHg) (mmHg)
TD SISTOLIK TD DIASTOLIK TD SISTOLIK TD DIASTOLIK
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
16
17
18
19
20
21
22
23
24
83
BUKTI BIMBINGAN
Bukti bimbingan 21-05-2020
Bukti bimbingan 17-05-2020
Bukti bimbingan 02-06-2020
Bukti bimbingan 13-06-2020
Bukti bimbingan 07-09-2020
Bukti pembayaran
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai