Oleh :
dr. Adinda Ratna Puspita
dr. Annisa Falihati Salsabila
dr. Bejo Lanang Saprono
dr. Ni Putu Risa Egryani
dr. Yasinta Putri Nugraheni
dr. Yoanita Pratiwi Budiwiyono
Pembimbing:
dr. Rizki Aprilia Haryanti
Puji Syukur ke hadirat ALLAH SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Pengaruh Edukasi dan
Pelatihan Bantuan Hidup Dasar Terhadap Pengetahuan Pegawai Puskesmas Kusuma
Bangsa Kota Pekalongan”.
Penyusunan laporan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu
penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1) dr. Siti Nurhajati selaku Kepala Puskesmas Kusuma Bangsa
2) dr. Rizki Apriliani Haryanti sebagai dokter pendamping dokter internsip
Puskesmas Kusuma Bangsa
3) dr. Siska Lia Kisdiyanti selaku dokter umum di Puskesmas Kusuma Bangsa
yang ikut serta membimbing dokter internsip selama melaksanakan kegiatan di
Puskesmas Kusuma Bangsa
4) Rekan-rekan paramedis yang membantu dokter internsip selama melaksanakan
kegiatan di Puskesmas Kusuma Bangsa
5) Orang tua dengan segala curahan kasih sayang, restu, dan dukungan kepada
penulis
6) Masyarakat dalam wilayah kerja Puskesmas Kusuma Bangsa.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul i
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
Daftar Gambar V
BAB 1. PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 3
1.3 Tujuan Penelitian 3
1.4 Manfaat Penelitian 4
1.5 Keaslian Penelitian 5
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 6
2.1 Cardiac Arrest 6
2.1.1 Pengertian 6
2.1.2 Faktor Predisposisi 6
2.1.3 Tanda Cardiac Arrest 8
2.1.4 Proses Terjadinya Cardiac Arrest 8
2.1.5 Prognosis 11
2.2 Konsep Basic Life Support 11
2.2.1 Pengertian 11
2.2.2 Tujuan Basic Life Support 12
2.2.3 Indikasi Basic Life Support 13
2.2.4 Rantai Keselamatan dan Langkah BLS 15
2.3 Pengetahuan 21
2.3.1 Pengertian 21
2.3.2 Adopsi Pengetahuan 22
2.3.3 Tingkat Pengetahuan 24
2.3.4 Cara Pengukuran Tingkat Pengetahuan 24
2.3.5 Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan 24
2.3.6 Cara Memperoleh Pengetahuan 28
2.4 Konsep Umum Pelatihan 29
2.4.1 Pengertian 29
2.4.2 Faktor yang Mempengaruhi Pelatihan 29
2.4.3 Langkah Pelatihan 30
2.4.5 Teori Belajar 32
2.6 Kerangka Konsep 37
BAB 3. METODE PENELITIAN 38
3.1 Jenis dan Desain Penelitian 38
3.2 Ruang Lingkup Penelitian 38
3.3 Populasi dan Sampel 38
3.4 Teknik Pemilihan Sampel 39
3.5 Instrumen Penelitian 39
3.6 Definisi Operasional 39
3.7 Aspek Pengukuran 40
3.8 Teknik Pengambilan Data 40
3.9 Analisis Data 40
3.10 Alur Penelitian 41
DAFTAR PUSTAKA 42
LAMPIRAN 46
DAFTAR GAMBAR
jantung adalah kondisi hilangnya fungsi jantung secara tiba-tiba pada seseorang yang
Jumlah kasus Penyakit Jantung Koroner di Jawa Tengah pada tahun 2007
sebanyak 29.099 kasus yang terdiri dari Angina Pektoris 20.497 kasus dan AMI
(Acute Myocard Infark) 8.602 kasus. Sedangkan, pada tahun 2008 jumlah kasus
Penyakit Jantung Koroner meningkat menjadi 29.933 kasus yang terdiri dari Angina
0,09% pada tahun 2006 menjadi 0,10% pada tahun 2007, dan 0,11% pada tahun 2008.
Prevalensi sebesar 0,11% berarti setiap 10.000 orang terdapat 11 orang penderita
jantung. Pasien yang mengalami henti jantung dapat segera ditolong dengan
1
melakukan bantuan hidup dasar (BHD). Aspek dasar pada BHD meliputi mengenali
melakukan resusitasi jantung paru (RJP), dan defibrilasi dengan automated external
defibrillator (AED) (American Heart Association, 2010). BHD harus segera dilakukan
ketika menemui pasien henti jantung mendadak. Setiap menit yang hilang sampai
10% (American Heart Association, 2013). BHD dapat dilakukan oleh semua orang
yang telah mendapatkan pelatihan BHD, dalam rangka meningkatkan survival rate
pasien henti jantung mendadak. Studi yang dilakukan di Amerika Serikat tentang Out
of Hospital Cardiac Arrest (OHCA) pada bulan Oktober 2005 hingga Desember 2010
menunjukkan bahwa dari 36,7% pasien henti jantung mendadak, hanya 33,3% yang
mendapatkan BHD. BHD yang segera dilakukan oleh orang awam meningkatkan
Salah satu cara menguasai BHD adalah dengan melakukan pelatihan. Pelatihan
dapat didefinisikan sebagai suatu cara yang digunakan untuk memberikan atau
Sedangkan pendidikan lebih berorientasi kepada masa depan dan lebih menekankan
subjek terhadap BHD sebelum dilakukan pelatihan dan setelah dilakukan pelatihan
Simulasi dalam konteks medis dapat diartikan sebagai sebuah teknik pembelajaran
2
yang interaktif, sebuah aktivitas yang mengulang semua atau sebagian pengalaman
klinis tanpa mengekspos pasien pada resiko tertentu (Maran et al., 2003). Pelatihan
situasi kritis, melakukan tindakan, dan mengulas konsekuensi dari tindakan yang
dipilih, tanpa membahayakan pasien. Sebuah studi pada perawat menunjukkan bahwa
perawat yang mengikuti pelatihan BHD berbasis simulasi mendapatkan kepuasan dan
kemajuan yang positif (Roh et al., 2013) BHD tidak hanya dilakukan untuk kejadian
henti jantung karena penyakit jantung koroner, tapi untuk semua kejadian dengan
2. Apakah ada pengaruh edukasi dan pelatihan Bantuan Hidup Dasar (BHD)
Kusuma Bangsa.
Hidup Dasar.
Dasar.
4. Peneliti lain.
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber data dan acuan
5
perawat dalam melakukan tindakan BHD di RSUD Karanganyar. Hasil
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
mendadak, bisa terjadi pada seseorang yang memang didiagnosa dengan penyakit
jantung ataupun tidak. Waktu kejadiannya tidak bisa diperkirakan, terjadi dengan
sangat cepat begitu gejala dan tanda tampak (American Heart Association,2010).
sirkulasi normal darah akibat kegagalan jantung untuk berkontraksi secara efektif.
henti jantung atau cardiac arrest adalah hilangnya fungsi jantung secara mendadak
ke otak dan organ vital lainnya akibat kegagalan jantung untuk berkontraksi secara
efektif.
Laki-laki usia 40 tahun atau lebih, memiliki kemungkinan untuk terkena cardiac
arrest satu berbanding delapan orang, sedangkan pada wanita adalah satu
berbanding 24 orang. Semakin tua seseorang, semakin rendah risiko henti jantung
mendadak. Orang dengan faktor risiko untuk penyakit jantung, seperti hipertensi,
arrest (Iskandar,2008).
7
Menurut American Heart Association (2010), seseorang dikatakan
mempunyai risiko tinggi untuk terkena cardiac arrest dengan kondisi: a) Ada jejas
jantung. d) Kelistrikan jantung yang tidak normal. e) Pembuluh darah yang tidak
jantung atherosclerotic.
8
aritmia yang mengancam jiwa dan cardiac arrest.
Tanda cardiac arrest menurut Diklat Ambulans Gawat Darurat 118 (2010):
fibrilasi ventrikel (VF), takhikardi ventrikel (VT), aktifitas listrik tanpa nadi (PEA),
9
dan asistol (Diklat Ambulans Gawat Darurat 118, 2010)
a. Fibrilasi ventrikel
jantung hanya mampu bergetar saja. Pada kasus ini tindakan yang harus
b. Takhikardi ventrikel
tekanan darah tidak dapat diukur dan nadi tidak teraba. Pada kasus ini CPR
d. Asistole
Keadaan ini ditandai dengan tidak terdapatnya aktifitas listrik pada jantung,
10
dan pada monitor irama yang terbentuk adalah seperti garis lurus. Pada
11
12
13
2.1.5 Prognosis
Kematian otak dan kematian permanen dapat terjadi hanya dalam jangka
melebihi batas maksimal waktu untuk terjadinya kerusakan otak), untuk secepat
defibrilasi yang diberikan antara 5 sampai 7 menit dari korban mengalami henti
hidup rata-rata bagi korban cardiac arrest sebesar 64% (American Heart
Assosiacion.2010).
2.2.1 Pengertian
terjadi henti jantung. Aspek dasar BLS meliputi penanganan langsung terhadap
resuscitation (CPR) atau resusitasi jantung paru (RJP) dini, dan defibrilasi cepat
vital organ pada korban henti jantung dan henti nafas. Intervensi ini terdiri dari
14
pemberian kompresi dada dan bantuan nafas (Hardisman, 2014). Menurut
terhadap sirkulasi dan ventilasi pada pasien henti jantung atau henti nafas
Menurut AHA Guidelines tahun 2015, tindakan BHD ini dapat disingkat
penderitaan.
c. Mendorong pemulihan
Tujuan bantuan hidup dasar ialah untuk oksigenasi darurat secara efektif
pada organ vital seperti otak dan jantung melalui ventilasi buatan dan sirkulasi
kekuatan sendiri secara normal (Latief & Kartini 2009). Sedangkan menurut
Alkatri (2007), tujuan utama dari bantuan hidup dasar adalah suatu tindakan
15
2.2.3 Indikasi Basic Life Support
bantuan hidup dasar sangat penting terutama pada pasien dengan cardiac arrest
karena fibrilasi ventrikel yang terjadi di luar rumah sakit, pasien di rumah sakit
dengan fibrilasi ventrikel primer dan penyakit jantung iskemi, pasien dengan
(Alkatri, 2007).
keadaan tersebut bias disebabkan oleh penyakit primer dari jantung atau
penyakit sekunder non jantung. Henti jantung adalah bila terjadi henti
jantung primer, oksigen tidak beredar dan oksigen tersisa dalam organ
vital akan habis dalam beberapa detik (Mansjoer & Sudoyo 2010).
sumbatan jalan nafas dan inhalasi asap); kelebihan dosis obat (digitas,
16
pembedahan (Mansjoer & Sudoyo 2010).
Henti jantung ditandai oleh denyut nadi besar tidak teraba (a.
tidak bereaksi dengan rangsang cahaya dan pasien dalam keadaan tidak
karena gangguan jalan nafas persial maupun total atau karena gangguan
nadi, pemberian O2 ke otak dan organ vital lainnya masih cukup sampai
pada saat melakukan pertolongan. Maka ada beberapa hal yang harus
seperti ledakan/api.
19
Gambar 3. Memeriksa kesadaran korban
Meminta pertolongan
20
dada, korban harus berada ditempat yang permukaannya datar. Penolong
tangan yang lain diatas tangan yang pertama dengan jari-jari saling
korban
minimal 5cm (prinsip tekan kuat) dengan minimal 100-120 kali permenit
(prinsip tekan cepat). Penolong juga harus memberikan waktu bagi dada
mengangkat dagu
21
Setelah itu cuping hidung korban dijepit menggunakan ibu jari dan
jantung otomatis (AED) dating dan siap untuk digunakan atau bantuan
c.) Melakukan kejut jantung dengan alat kejut jantung otomatis (AED)
bantalan (pad) alat kejut jantung otomatis pada dada korban sesuai
22
instruksi yang ada pada alat, setelah dinyalakan ikuti instruksi dari alat
tersebut yaitu jangan menyentuh korban kaena alat kejut jantung otomatis
alat. Penekanan pada dada segera setelah alat memberikan kejutan listrik
seperti semula.
23
Posisi pemulihan dilakukan jika korban sudah bernapas dengan normal.
Tidak ada standar baku untuk melakukan posisi pemulihan, yang terpenting
adalah korban dimiringkan agar tidak ada tekanan pada dada korban yang bias
kanan korban keatas, tekuk kaki kiri korban, kemudian tarik korban sehingga
2.3 Pengetahuan
2.3.1 Pengertian
24
Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yakni: indera penglihatan,
sebagai dukungan dalam menumbuhkan rasa percaya diri maupun sikap dan
didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perbuatan yang tidak
Trial, dimana subjek mulai melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang
dalam bidang atau ranah kognitif mempunyai enam tingkatan bergerak dari
seperti fakta (sempit) dan teori (luas). Namun, apa yang diketahui hanya
sekedar informasi yang dapat disingkat saja. Oleh karena itu tahu merupakan
secara benar.
tertentu.
kuisoner yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subjek
pengetahuan meliputi:
a.) Umur
Umur adalah lamanya hidup seseorang di hitung sejak dia lahir hingga
kehidupan baru dan harapan baru. Pada masa ini merupakan usia produktif,
27
masa bermasalah, masa ketegangan emosi, masa ketersaingan sosial, masa
dengan cara hidup baru, masa kreatif. Dimana semakin tinggi umur seseorang
maka semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Umur yang lebih cepat
pula menjadi tahu, dan ini juga didukung oleh umur dan pengalaman yang
c.) Pekerjaan
28
semua bidang pekerjaan umumnya diperlukan adanya hubungan sosial dengan
orang lain. Setiap orang harus bergaul dengan teman sejawat maupun
uang bagi seseorang. Dalam pembicaraan sehari-hari istilah ini sering dianggap
wiraswasta, pegawai negeri sipil (PNS), buruh dan tani (Notoatmodjo, 2007).
(Notoatmodjo, 2007).
orang yang berpendapat bahwa pengalaman itu lebih luas dari pada sumber
belajar, sumber informasi yang disusun secara sistematis oleh otak, maka
Sumber informasi yang paling baik adalah tenaga kesehatan karena lebih
29
kenyataan dengan melihat dan medengar sendiri melalui alat komunikasi,
misalnya surat kabar radio, televisi, serta dari keluarga dan kerabat dekat.
mempunyai pengetahuan yang lebih luas. Informasi ini dapat diperoleh dari
1. Media cetak
dengan kesehatan.
e. Majalah bisa menjadi media yang efektif bila isi majalah disesuaikan
30
atur secara sistematis sehingga memudahkan orang untuk mencari
dan membacanya.
2. Media elektronik
31
b. Radio, penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan melalui radio
jawab, ceramah.
vidio.
e.) Pengalaman
Interaksi dengan orang lain, memungkinkan pengalaman yang dialami oleh orang
sendiri.
32
yang pernah diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi masa
lalu.
Cara ini disebut dengan metode ilmiah atau lebih popular atau disebut
penelitian.
2.4.1 Pengertian
keahlian tertentu serta sikap agar seseorang semakin terampil dan mampu
Metode pelatihan
33
Pelatih (instruktur/trainer) dan peserta pelatihan
b. Menentukan Materi
Agar proram ini mencapai sasaran hendaklah para peserta dipilih yang
g. Melaksanakan program
b) Sistem dua arah, pada system ini terdapat pola balikan untuk
pelatih.
4) Pembelajaran berpogram
latihan.
a. Classical Conditioning
b. Koneksionisme
36
dengan dorongan dengan perilaku, yaitu bahwa proses mental dan
(Anni, 2006).
yaitu:
Pengetahuan
Pemahaman
kata-kata sendiri.
Penerapan
37
Kemampuan menggunakan konsep dalam praktek atau
menghitung.
Analisa
Sintesa
baru.
Evaluasi
katagori, yaitu:
Penerimaan
38
terhadap orang lain. Contoh mendengar pendapat orang
lain.
Responsif
perilaku.
Organisasi
Karakteristik
sosial.
39
cara/teknik pelaksanaan. Bloom membagi ranah psikomotorik
Persepsi
Kesiapan
coba.
Adaptasi
Kreativitas
Edukasi dan
Pelatihan BHD
-Ceramah
-Simulasi
SEBELUM SESUDAH
41
BAB III
METODE PENELITIAN
dengan desain pendekatan one group pre-test post-test untuk mengetahui pengaruh
pada sebelum dan sesudah edukasi dan pelatihan, pada rancangan ini tidak ada
Bangsa, Pekalongan..
42
medis, para medis maupun non medis yang bekerja di Puskesmas Kusuma
Bangsa, Pekalongan
3. Sampel Penelitian
kriteria inklusi yaitu pegawai baik tenaga medis, para medis maupun non medis
potensi diri pada peserta didik yaitu sampel penelitian siswa/i SMK
43
Muhammadiyah 1 Salaman sebelum dan sesudah edukasi dan pelatihan
diberi skor 1, dan jawaban salah diberi skor 0. Sehingga skor total yang tertinggi
Dengan memakai skala pengukuran menurut Hadi Pratomo dan Sudarti (1986),
yaitu :
1. Baik, bila jawaban responden benar > 75% dari total nilai angket
pengetahuan.
2. Sedang, bila jawaban responden benar 55-75% dari total nilai angket
pengetahuan.
pengetahuan.
Kusuma Bangsa yang diperoleh melalui kuesioner pre-test yang diberikan pada
responden sebelum dan kuesioner post-test sesudah edukasi dan pelatihan bantuan
karakteristik responden yaitu jenis kelamin, usia dan daerah domisili. Setlah itu
Bangsa
6. Hasil test diolah dan dianalisis secara deskriptif dalam bentuk tabel dan diagram
45
DAFTAR PUSTAKA
American Heart Association (2015). About Cardiac Arrest (SCA) Face Sheet, CPR
Statistics.http://www.heart.org/HEARTORG/Conditions/More/CardiacArrest/AboutCar
dia UCM 307905 Article.jsp.
Alhidayat, N,A., Rahmat, A., Simunati. (2013). Hubungan Tingkat Pengetahuan Perawat
Instalasi Gawat Darurat tentang Pengkajian terhadap Pelaksanaan Tindakan Life
Support di Rumah Sakit Pelamonia Makassar. Vol. 2, No. 4
Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Renika Cipta
Balitbangkes. (2008). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia.
Balitbangkes, (2013). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia.
Balla. Rahmat. Junaidi (2014). Pelaksanaan Bantuan Hidup Dasar. Vol 1, No 5
Benjamin Bloom New Word Encyclopedia, from
http://newworldldencyclopedia.org/entry/benjamin
Berg RA, Hemphill R, Abella BS, Aufderheide TP, Cave DM, Hazinski MF, Lerner EB,
Rea TD, Sayre MR, Swor RA. (2010). Part 5: Adult basic life support: American Heart
Association Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency
Cardiovascular Care. Circulation. Research Journal: 122 (suppl 3) : S685-S705.
Cristian L., Suarnianti, Ismail H., (2013). Pengetahuan Perawat tentang Kegawatan Nafas
dan Tindakan Resusitasi Jantung Paru pada Pasien yang mengalami Kegawatan
Pernafasan di Ruang ICU dan UGD RSUD Kolonodale Propinsi Sulawesi Tengah.
46
Vol. 3. No. 4
Cristian, W.G. (2009). American Journal of Respiratory and Critical Care Medicine. BMC
Public Health
Diklat yayasan ambulans gawat darurat 118. 2010. Basic Trauma Life Support and Basic
Cardiac Life Support. Edisi lima. Jakarta : Yayasan ambulans gawat darurat 118.
Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah. 2012. Laporan Kegiatan P2ML, Dinas Kesehatan.
Dunnete. Darwis. Dr, Allan. dr. Lita. (2007). Pedoman Pertolongan Pertama.Jakarta :
Palang Merah Indonesia
Dzurriyatun, T (2014). Pengaruh Pelatihan Bantuan Hidup Dasar Pada Remaja Terhadap
Tingkat Motivasi Menolong Korban Henti Jantung. Universitas Muhammdiyah
Yogyakarta (UMY) Indonesia.
Frame, S B. (2010). PHTLS: Basic and Advanced Prehospital Trauma Life Suppoort
Keenan, M. Lamacraft,G., & Joubert,G. (2009). A Survey Of Nurse Basic Life Support
knowledge and training at a tertiary hospital. African Journal Of Health proffesions
Education, 1(1), 4-7.
47
Latief, S. A. Kartini. (2009). Petunjuk Praktis Anestesiologi dan Terapi Intensif. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
NH & BL. (2011). What Caused Sudden Cardiac Arrest. National Institute of Health.
http//www.nhlbi.nlm.nih.gov/pubmed/18686738.
Papalia, D. E, Old, S.W. & Feldmen, R. D. (2008). Perkembangan Manusia Edisi 10 Buku
I Alih Bahasa Brian Marswendy dari Buku Human Development 10 th edition. New
york: McGrew-Hill Companiens. Inc. Jakarta: Selemba Humanika
Paryanti, S., Haryati, W., Hartati. (2007). Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan
Keterampilan Melaksanakan Prosedur tetap isap lendir/suction di Ruang ICU RSUD
Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwekerto. Vol. 2. No.
Riwidikdo, H. (2007). Statistika kesehatan (belajar mudah teknis analisiS data penelitian
kesehatan). Yogyakarta: Mitra Cendekia
Sudiharto & Sartono. (2011). Basic Trauma Cardiac Life Support. Jakarta: CV. Sagung
Alfabeta
Thygerson, Alton.(2009). First Aid: Pertolongan Pertama Edisi Kelima. Jakarta: Penerbit
Erlangga
49
LAMPIRAN
5. Saat menemukan korban yang tidak sadar, hal yang pertama kali kita
lakukan adalah...
50
a. Cek kesadaran dengan menepuk pundak korban sambil memanggil “Pak!
Pak!” atau “Ibu! Ibu!”
b. Membebaskan jalan nafas
c. Memberi nafas buatan
10. Pijat jantung dan pemberian nafas buatan dilakukan dengan perbandingan...
a. 30:2 (30 kali pijat jantung : 2 kali nafas buatan)
b. 30:1 (30 kali pijat jantung : 1 kali nafas buatan)
c. 15:2 (15 kali pijat jantung : 2 kali nafas buatan)
51