Anda di halaman 1dari 121

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S DENGAN DIAGNOSA


MEDIS HEPATITIS DI RUANG MELATI RSUD
BANGIL PASURUAN

Oleh:
YANI OKSANTI PUTRI
NIM :17.010.45

PROGRAM DIPLOMA III KEPERAWATAN AKADEMI


KEPERAWATAN KERTA CENDEKIA
SIDOARJO
2020
KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA


MEDIS HEPATITIS DI RUANG MELATI RSUD
BANGIL PASURUAN

Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya


Keperawatan (Amd. Kep) Di Akademi Keperawatan Kerta Cendekia
Sidoarjo

Oleh:
YANI OKSANTI PUTRI
NIM :17.010.45

PROGRAM DIPLOMA III KEPERAWATAN AKADEMI


KEPERAWATAN KERTA CENDEKIA
SIDOARJO
2020
MOTTO

“SEBUAH HARAPAN YANG KECIL SEKALIPUN

KALAU DI PELIHARA DENGAN BAIK AKAN BISA

BERTUMBUH DAN MELAHIRKAN HASIL YANG

LUAR BIASA”

vi
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan

karya tulis ilmiah dengan judul Asuhan Keperawatan Pada Tn. S Dengan

Diagnosa Medis Hepatitis Di Ruang Melati Rsud Bangil Pasuruan ini dengan

tepat waktu.

Penulisan karya tulis ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan

berbagai pihak, untuk itu kami mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayahnya saya dapat

menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan tepat waktu.

2. Orang tua yang telah memberikan dukungan baik moril maupun material

selama penulisan karya tulis ilmiah ini.

3. Agus Sulistyowati S.Kep.,M.Kes, selaku Direktur Akademi Keperawatan

Kerta Cendekia Sidoarjo

4. Kusuma Wijaya Ridi P S.Kep, NS, MNS , selaku pembimbing pertama dalam

pembuatan karya tulis ilmiah ini.

5. Faida Annisa, S.Kep, NS, MNS, selaku pembimbing kedua dalam pembuatan

pembuatan karya tulis ilmiah ini.

6. Pihak-pihak yang turut berjasa dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini yang

tidak bisa disebutkan satu persatu.

vii
Penulis sadar bahwa karya tulis ilmiah ini belum mencapai

kesempurnaan, sebagai bekal perbaikan, penulis akan berterima kasih apabila

para pembaca berkenan memberikan masukan,baik dalam bentuk kritikan

maupun saran demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Penulis berharap karya

tulis ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca dan bagi keperawatan.

Sidoarjo, 11 Mei 2020

Penulis

viii
DAFTAR ISI

Surat Pernyataan
Daftar Tabel v
Daftar Gambar vi
Daftar Lampiran vii
BAB 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 4
1.3 Tujuan Penelitian 4
1.4 Manfaat Penelitian 4
1.5 Metode Penulisan 5
1.6 Sistematika penulisan 7
BAB 2 Tinjauan Pustaka
2.1 Konsep Hepatitis
2.1.1 Pengertian 9
2.1.2 Etiologi 9
2.1.3 Manifestasi Klinik 13
2.1.4 Patofisiologi 14
2.1.5Diagnosa banding 15
2.1.6Komplikasi….........................................................................15
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang 17
2.1.8 Penatalaksanaan 18
2.2 Dampak Masalah
2.2.1Dampak psikologi 19
2.2.2Dampak Sosial 19
2.2.3Dampak Ekonomi 19
2.3 Asuhan Keperawatan
2.3.1Pengkajian 20
2.3.2 Diagnosa Keperawatan 23
2.3.3 Intervensi Keperawatan 23
2.3.4 Implementasi Keperawatan 34
2.3.5Evaluasi Keperawatan 36
2.4 Pathway 39
BAB 3 Tinjauan Kasus
3.1 Pengkajian 41
3.2 Diagnosa Keperawatan 56
3.3 Intervensi Keperawatan 57
3.4 Implementasi Keperawatan 62
3.5 Evaluasi Keperawatan 83
BAB 4 Pembahasan
4.1 Pengkajian 86
4.2 Diagnosa Keperawatan 94
4.3 Intervensi Keperawatan 97
3.4 Implementasi Keperawatan 100
4.5 Evaluasi Keperawatan 102
BAB 5 Penutup

ix
5.1 Simpula
n 104
5.2 Sar
an 105 Daftar Pustaka
Lampiran

x
DAFTAR TABEL
No.Tabel Judul Tabel Hal

Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan.............................................................24


Tabel 3.1 Nutrisi Klien 43
Tabel 3.2 Hasil Laboratorium tanggal 9 Januari 2020 45
Tabel 3.3 Hasil Laboratorium tanggal 11 Januari 2020 52
Tabel 3.4 Terapi…....................................................................................55
Tabel 3.5 Analisa Data….........................................................................59
Tabel 3.6 Intervensi…...........................................................................57
Tabel 3.7 Implementasi 11-01-2020 62
Tabel 3.8 Implementasi 12-01-2020 68
Tabel 3.9 Implementasi 13-01-2020 73
Tabel 3.10 Catatan Perkembangan 11 01-2020 79
Tabel 3.11 Catatan Perkembanngan 12-01-2020 82
Tabel 3.12 Evaluasi Keperawatan…..........................................................83

xi
DAFTAR
No.Gambar Judul Gambar Hal

Gambar 2.1 Pathway Hepatitis….........................................................39


Gambar 3.1 Genogram….......................................................................44

xii
DAFTAR
No.lampiran Judul Lampiran

Lampiran 1 Surat studi penelitian


Lampiran 2 Surat balasan RSUD Bangil
Lampiran 3 Inform consent
Lampiran 4 Daftar konsul

xiii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hepatitis di denifisikan sebagai peradangan pada hati (liver) yang

disebabkan oleh virus. Belum banyak orang yang tahu tentang penyakit

hepatitis sehingga kerap terdiagnosis ketika sudah masuk stadium

lanjut.Kondisi inilah yang dialami hampir sebagian besar pasien hepatitis

di indonesia. Hepatitis telah menjadi masalah global, dimana dipengaruhi

oleh pola makan, kebiasaan merokok, gaya hidup tidak sehat, penggunaa

obat – obatan, bahkan tingkat ekonomi dan pendidikan menjadi beberapa

penyebab dari penyakit ini. Belum banyak orang yang tahu tentang

penyakit hepatitis sehingga kerap terdiagnosis ketika sudah masuk stadium

lanjut. Kondisi inilah yang dialami hampir sebagian besar pasien hepatitis

di indonesia. Penyakit ini sudah ada sejak abad 5 SM ( sebelum masehi)

dan dikenal dengan nama penyakit kuning, tapi sekarang penyakit ini

dikenal dengan nama hepatitis. Menurut jurnal review tulisan Christian

trepo, catatan hepatitis tertua tahun 3000 sebelum masehi, orang – orang

zaman itu menganggap hepatitis sebagai kutukan iblis bernama ahhazu,

liver di anggap sebagai tempat adanya roh, dan serangan iblis pada liver

menyebabkan hepatitis waktu itu pengobatannya masih menggunakan air

dan madu, dan sering berkembangnya zaman penyakit hepatitis dikenal

dengan penyakit kuning. Dimana penyakit kuning ini tidak di anggap

berbahaya, mereka mengobatnya dengan obat – obatan alami yaitu kunir

putih dan temulawak yang direbus lalu di minum. (Trepo.2014)

1
2

Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2011 dalam Anna

(2011) menyebutkan virus hepatitis B adalah virus yang patut diwaspadai

karena 100 kali lebih infeksi ketimbang HIV dan 10 kali lebih mudah

menginfeksi dari hepatitis C. Di dunia, jumlah pengidap hepatitis B kronik

diperkirakan sekitar 250 juta dan penderita hepatitis C sekitar 150 juta.

Indonesia juga menjadi negara tertinggi penderita hepatitis di dunia. Dari

data prevalensi nasional hepatitis klinis sebesar 0,6 % . Sebanyak 13

provinsi di indonesia memiliki prevalensi di atas nasional. (Depkes RI,

2012). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti,

jumlah penderita hepatitis di RSUD Bangil pda periode bulan januari

sampai januari 2018 adalah 160 kasus (Rekam Medis RSUD Bangil, 2019)

Beberapa penyebab hepatitis yang lain bukan disebabkan infeksi yaitu

bahan kimia dan malnutrisi. Berkurangnya pasokan darah juga berpotensi

hepatitis. Shock adalah suatu kondisi yang disebabkan tekanan darah

rendah, ini berpotensi mempengaruhi pasokan darah ke organ – organ

tubuh termasuk organ hati. Akibatnya terjadi ikterus atau lebih dikenal

penyakit kuning. Penyakit kuning terjadi akibat penumpukan zat berwarna

kuning yang disebut bilirubin didalam darah dan jaringan tubuh. Bilirubin

merupakan zat sisa yang dihasilkan ketika sel darah merah terurai.

Sebelum di buang oleh tubuh, bilirubin di campur dengan cairan empedu.

Kedua zat ini kemudian melewati system pencernaan untuk dibuang

sebagian besar bilirubin di buang dari tubuh dalam bentuk kotoran dan

urin, ini membuat urin dan tinja berwarna coklat. Ketika hati tidak bisa

menangani bilirubin yang diproduksi oleh bilirubin. Bilirubin menumpuk


3

dan menyebabkan gejala – gejala kuning. Penyakit kuning membuat kulit

dan mata penderita menjadi berwarna kuning. Penyakit ini apabila tidak

ditangani secara cepat akan menimbulkan masalah keperawatan yaitu

resiko kerusakan integeritas kulit berhubungan dengan akumulasi garam

empedu dalam jaringan. (Saferi,2013).

Upaya pencegahan hepatitis B dengan imunisasi merupakan salah satu

cara yang efektif. Imunisasi hepatitis B dikenal memiliki 2 macam jenis

yaitu imunisasi aktif dan pasif. Imunisasi aktif adalah kekebalan yang

dibuat oleh tubuh sendiri karena terpajan antigen plasma derived atau

sequence DNA virus hepatitis B. Sedangkan imunisasi pasif adalah

kekebalan yang diperoleh dari luar tuubuh dengan cara pemberian HBIg

(Rahmayanti, 2012). Ada beberapa tindakan yang berpotensi untuk tertular

penyakit Hepatitis yaitu tidak mengetahui penggunaan jarum suntik, tidak

mengetahui cara cuci tangan yang benar, tidak menggunakan sarung

tangan saat tindakan, dan tidak mengetahui cara penanganan darah

penderita Hepatitis. Oleh sebab itu dampak dari penyakit Hepatitis ini

sangatlah berbahaya. Hepatitis B apabila tidak diatasi dapat

mengakibatkan kanker hati,sirosis hati dan karsinoma hepatoseluler primer

(hepatoma) untuk itu perawat harus memberikan health education kepada

keluarga tentang penanganan pasien hepatitis B di rumah seperti

memisahkan tempat makan, pakaian dan mencuci tempat makan dan

pakaian harus dengan air panas serta jangan lupa untuk rutin minum obat

(Rahmayanti, 2012).
4

1.2 Rumusan Masalah

Untuk mengetahui lebih lanjut dari perawatan penyakit hepatitis

maka penulis akan melakukan asuhan keperawatan hepatitis dengan

membuat rumusan masalah sebagai berikut “Bagaimanakah asuhan

keperawatan pada klien dengan diagnosa hepatitis di RSUD

BangilPasuruan?”.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mahasiswa mampu mengidentifikasi asuhan keperawatan pada klien

dengan diagnosa Hepatitis pada klien di RSUD Bangil Pasuruan.

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Mengkaji kliendengandiagnosaHepatitis pada klien di RSUD

BangilPasuruan.

1.3.2.2 Merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan diagnosa

Hepatitis di RSUD BangilPasuruan.

1.3.2.3 Menyusun rencana tindakan asuhan keperawatan pada klien dengan

diagnosa Hepatitis di RSUD BangilPasuruan.

1.3.2.4 Melaksanakan rencana tindakan asuhan keperawatan pada

kliendengandiagnosaHepatitis di RSUD BangilPasuruan.

1.3.2.5 Melakukan evaluasi terhadap tindakan keperawatan yang telah

dilaksanakan pada kliendengan diagnose Hepatitis di RSUD

BangilPasuruan.
5

1.3.2.6 Mendokumentasikan asuhan keperawatan padaklien dengan

diagnosa Hepatitis di RSUD Bangil Pasuruan.

1.4 Manfaat

Terkait dengan tujuan, maka tugas akhir ini diharapkan dapat memberi

manfaat :

1.4.1 Akademis, hasil tindak kasus ini merupakan sumbangan bagi ilmu

pengetahuan khususnya dalam asuhan keperawatan pada klien hepatitis.

1.4.2 Secara praktis, tugas akhir ini bermanfaat bagi:

1.4.2.1 Bagi pelayanan keperawatan rumah sakit.

Hasil studi kasus ini, dapat menjadi masukan bagi

pelayanan di RSUD Bangil agar dapat melakukan asuhan

keperawatan pada klien Hepatitis dengan baik.

1.4.2.2 Bagi peneliti

Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu rujukan bagi peneliti

berikutnya, yang akan melakukan studi kasus pada asuhan

keperawatan pada klien dengan Hepatitis.

1.4.2.3 Bagi profesi kesehatan

Sebagai tambahan ilmu bagi profesi keperawatan dan

memberikan pemahaman yang lebih baik tentang asuhan

keperawatan pada klien dengan Hepatitis.

1.4.2.4 Bagi Pasien dan Keluarga


6

Manfaat karya tulis ilmiah ini bagi pasien dan keluarga

yaitu agar pasien dan keluarga mengetahui tentang penyakit

Hepatitis serta perawatan yang benar agar klien mendapat

perawatan yang tepat.

1.5 Metode Penulisan

1.5.1 Metode

Metode deskriptif yaitu metode mengungkapkan peristiwa atau

gejala yang terjadi pada waktu sekarang yang meliputi studi kepustakaan

yang mempelajari, mengumpulkan, membahas data dengan studi pendekatan

proses keperawatan dengan langkah-langkah pengkajian, diagnosis,

perencenaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

1.5.2 Teknik pengumpulan data

1.5.2.1 Wawancara

Data diambil atau diperoleh melalui percakapan baik dengan klien,

keluarga, maupun tim kesehatan lain.

1.5.2.2 Observasi

Data yang diambil melalui pengamatan.

1.5.2.3 Pemeriksaan

Meliputi pemeriksaan fisik dan laboratorium yang dapat menunjang

dan menegakkan diagnosa dan penanganan selanjutnya.

1.5.3 Sumber Data


7

1.5.3.1 Data Primer

Data yang diperoleh dari klien.

1.5.3.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang di peroleh dari keluarga atau orang

terdekat klien, catatan medik perawat, hasil-hasil pemeriksaan dan

tim kesehatan lain.

1.5.4 Studi kepustakaan

Studi kepustakaannya itu mempelajari buku sumber yang berhubungan

dengan judul studi kasus dan masalah yang dibahas.

1.6 Sistematika Penulisan Metode

Supaya lebih jelas dan lebih mudah dalam mempelajari dan memahami studi

kasus ini, secara keseluruhan di bagi menjadi tiga bagian, yaitu:

1.6.1 Bagian awal, memuat halaman judul, persetujuan pembimbing, pengesahan,

motto dan persembahan, kata pengantar, daftar isi.

1.6.2 Bagian inti , terdiri dari lima bab, yang masing – masing bab terdiri dari sub

bab berikut ini.

1.6.2.1 Bab 1 : Pendahuluan, latar belakang masalah, rumusan masalah,

tujuan, manfaat penelitian , sistematika penulisan studi kasus

1.6.2.2 Bab 2 : Tinjauan pustaka, berisi tentang konsep penyakit dari sudut

medis dan asuhan keperawtan klien dengan diagnosa Hepatitis serta

kerangka masalah
8

1.6.2.3 Bab 3 : Tinjauan kasus berisi tentang diskripsi data hasil pengkajian,

diagnose, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi

1.6.2.4 Bab 4 : Pembahasan berisi tentang perbandingan antara teori dengan

kenyataan yang ada dilapangan

1.6.2.5 Bab 5 : Penutup , berisi tentang simpulan dan saran

1.6.3 Bagian akhir, terdiri dari daftar pustakan dan lampiran


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab 2 ini akan diuraikan secara teoritis mengenai konsep penyakit dan

asuhan keperawatan hepatitis. Konsep penyakit akan diuraikan definisi,etiologi

dan cara penanganan secara medis. Asuhan Keperawatan akan diuraikan masalah

– masalah yang muncul pada penyakit hepatitis dengan melakukan asuhan

keperawatan terdiri dari pengkajian, diagnosa, perencenaan, evaluasi.

2.1 Konsep Penyakit

2.1.1 Pengertian

Hepatitis merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus, memiliki

hubungan yang sangat erat dengan gangguan fungsi hati, dapat juga

digunakan sebagai tes screening peradangan pada hati (liver), berlanjut

pada sirosis hati dan rusaknya fungsi hati. Penularan hepatitis dapat melalui

kotak darah atau mukosa penderita, berhubungan seksual, bergantian

memakai jarum suntik atau makanan minuman yang terkontaminasi virus

hepatitis (Kemenkes,2012).

2.1.2 Etiologi

Penyebab penyakit Hepatitis menurut Susan Smeltzer (dalam Brunner and

Suddarth, 2015), yaitu :

2.1.2.1 Penularan melalui cairan tubuh

Hepatitis dapat ditularkan melalui cairan tubuh yang terinfeksi virus

hepatitis . Cairan tubuh yang dapat menjadi sarana penularan hepatitis

9
1

adalah darah, cairan vagina, dan air mani. Karena itu, berbagi pakai

jarum suntik serta berhubungan seksual tanpa kondom dengan penderita

hepatitis dapat menyebabkan seseorang tertular penyakit ini. Ibu yang

menderita hepatitis B dan C juga dapat menularkan kepada bayinya

melalui jalan lahir.

2.1.2.2 Konsumsi alkohol

Kerusakan pada hati oleh senyawa kimia, terutama alkohol. Konsumsi

alkohol berlebihan akan merusak sel-sel hati secara permanen dan dapat

berkembang menjadi gagal hati atau sirosis.

2.1.2.3 Penggunaan obat-obatan melebihi dosis atau paparan racun juga dapat

menyebabkan hepatitis.

2.1.2.4 Autoimun

Pada Hepatitis, sistem imun tubuh justru menyerang dan merusak sel dan

jaringan tubuh sendiri, dalam hal ini adalah sel-sel hati, sehingga

menyebabkan peradangan. Peradangan yang terjadi dapat bervariasi mulai

dari yang ringan hingga berat. Hepatitis autoimun lebih sering terjadi pada

wanita dibanding pria.

2.1.3 Jenis – jenis Hepatitis

2.1.3.1 Hepatitis A (HAV)

Virus hepatitis A menyebabkan hepatitis A, yang merupakan

infeksi hati menular. Jenis virus ini ditularkan lewat konsumsi air atau

makanan yang terkontaminasi feses orang yang terinfeksi. Selain itu,

hubungan seks tanpa kondom juga bisa menularkan HAV.


1

Kasus hepatitis A ringan tidak memerlukan pengobatan, dan

kebanyakan orang yang terinfeksi bisa pulih sepenuhnya tanpa kerusakan

hati permanen. Namun, infeksi HAV juga bisa bersifat parah dan

mengancam nyawa. Sebagian besar orang yang tinggal di wilayah negara

dengan sistem sanitasi buruk telah terinfeksi virus ini. Menerapkan

kebersihan yang baik, termasuk sering mencuci tangan, adalah salah satu

cara terbaik untuk melindungi diri dari hepatitis A. Tersedia

imunisasi yang aman dan efektif untuk mencegah HAV.

2.1.3.2 Hepatitis B (HBV)

Hepatitis B adalah infeksi hati serius yang disebabkan oleh virus

hepatitis B (HBV). Virus ini ditularkan melalui kontak dengan darah, air

mani, dan cairan tubuh lainnya yang mengandung virus HBV. Penularan

juga bisa terjadi lewat transfusi darah dan produk darah yang

terkontaminasi HBV, jarum suntik yang terkontaminasi dalam prosedur

medis, dan dengan berbagi narkoba suntik. Selain itu, HBV juga bisa

ditularkan dari ibu yang terinfeksi kepada bayinya pada saat kelahiran atau

dari anggota keluarga ke bayi di tahap usia dini.

Bayi dan anak-anak lebih mungkin untuk terkena infeksi hepatitis

B kronis. HBV juga berisiko tinggi bagi petugas layanan kesehatan yang

secara tidak sengaja terkena tusukan jarum saat merawat pasien yang

terinfeksi HBV. Tersedia vaksin yang aman dan efektif untuk mencegah

HBV, tetapi tidak ada obat penyembuh jika Anda sudah terinfeksi. Obat-
1

obatan tertentu bisa membantu mengelola gejala dan mencegah penularan

HBV ke orang lain.

Bagi sebagian orang, infeksi hepatitis B bisa berkembang kronis,

yang berarti berlangsung selama lebih dari 6 bulan. Menderita hepatitis B

kronis meningkatkan risiko untuk terkena gagal hati, kanker

hati atau sirosis — suatu kondisi yang menyebabkan kerusakan permanen

pada hati.

2.1.3.3 Hepatitis C (HCV)

Hepatitis C adalah infeksi yang disebabkan oleh virus hepatitis C

(HCV). Virus ini paling banyak ditularkan melalui kontak dengan darah

yang terkontaminasi — paling sering melalui jarum suntik narkoba yang

digunakan bersama-sama. Penularan lewat kontak seksual mungkin saja

terjadi, tetapi jarang ditemukan. Hepatitis C pada umumnya dianggap

sebagai infeksi yang paling serius dari segala jenis virus hepatitis. Tidak

ada vaksin pencegahan untuk HCV.

2.1.3.4 Hepatitis D (HDV)

Pasien HBV biasanya terkena infeksi HDV. Infeksi ganda HDV

dan HBV bisa menyebabkan penyakit yang lebih serius dan berakibat

lebih buruk. Vaksin hepatitis B juga memberikan perlindungan terhadap

infeksi HDV.
1

2.1.3.5 Hepatitis E (HEV)

Hepatitis E paling banyak ditularkan melalui konsumsi air atau

makanan yang terkontaminasi feses bervirus HEV. Memasak daging

setengah matang dan transfusi darah yang terinfeksi juga bisa menjadi

faktor risiko penularan hepatitis E.

HEV biasanya menyebabkan wabah hepatitis di beberapa negara

berkembang. Kejadian hepatitis E banyak terjadi di daerah Asia dan

pernah menyebabkan kejadian luar biasa di Indonesia. Vaksin yang aman

dan efektif untuk mencegah infeksi HEV sudah dikembangkan tetapi

belum banyak tersedia.

2.1.4 Manifestasi Klinis

Sebelum virus hepatitis menimbulkan gejala pada penderita, terlebih

dahulu virus ini akan melewati masa inkubasi. Waktu inkubasi tiap jenis

virus hepatitis berbeda-beda. HAV membutuhkan waktu inkubasi sekitar 15-

45 hari, HBV sekitar 45-160 hari, dan HCV sekitar 2 minggu hingga 6

bulan.

Beberapa gejala yang umumnya muncul pada penderita hepatitis,

antara lain adalah:

2.1.4.1 Mengalami gejala seperti flu, misalnya mual, muntah, demam, dan

lemas.
1

2.1.4.2 Feses berwarna pucat.

Mata dan kulit berubah menjadi kekuningan (jaundice).

Nyeri perut.

Berat badan turun.

Urine menjadi gelap seperti teh.

Kehilangan nafsu makan.

2.1.5 Patofisiologi

Infeksi hepatitis berlangsung dalam dua fase. Selama fase proliferatif, DNA

hepatitis terdapat dalam bentuk episomal, dengan pembentukan virion lengkap

dan semua antigen terkait. Ekspresi gen HBsAg dan HBcAg di permukaan sel

disertai dengan molekul MHC kelas I menyebabkan pengaktifan limfosit T CD8+

sitotoksik. Selama fase integratif, DNA virus meyatu kedalam genom pejamu.

Seiring dengan berhentinya replikasi virus dan munculnya antibodi virus,

infektivitas berhenti dan kerusakan hati mereda. Namun risiko terjadinya

karsinoma hepatoselular menetap. Hal ini sebagian disebabkan oleh disregulasi

pertumbuhan yang diperantarai protein X VHB. Kerusakan hepatosit terjadi akibat

kerusakan sel yang terinfeksi virus oleh sel sitotoksik CD8+ (Kumar et al, 2012).

Sel hati manusia merupakan target organ bagi virus Hepatitis . Virus Hepatitis

mula-mula melekat pada reseptor spesifik di membran sel hepar kemudian

mengalami penetrasi ke dalam sitoplasma sel hepar. Virus melepaskan mantelnya

di sitoplasma, sehingga melepaskan nukleokapsid. Selanjutnya nukleokapsid akan


1

menembus sel dinding hati. Asam nukleat VHB akan keluar dari nukleokapsid

dan akan menempel pada DNA hospes dan berintegrasi pada DNA tersebut.

Proses selanjutnya adalah 17 DNA VHB memerintahkan sel hati untuk

membentuk protein bagi virus baru. Virus Hepatitis B dilepaskan ke peredaran

darah, terjadi mekanisme kerusakan hati yang kronis disebabkan karena respon

imunologik penderita terhadap infeksi (Mustofa & Kurniawaty, 2013).

2.1.6 Diagnosa Banding

2.1.6.1 Kolesistisis

Peradangan atau inflamasi pada kantung empedu.

2.1.6.2 Abses Hepar

Bentuk infeksi pada hati yang disebabkan oleh infeksi, bakteri, parasit

maupun jamur ditandai dengan pembentukan pus didalam parenkim

hati.

2.1.6.3 Sirosis Hepar

Kerusakan jangka panjang atau kronis yang menyebabkan luka pada

hati.

2.1.6.4 Hepatitis Virus

Virus penyebab hepatitis itu sendiri.

2.1.7 Komplikasi

2.1.7.1 Edema Serebral


1

Kondisi dimana terjadi peningkatan jumlah air yang terkandung didalam

otak.

2.1.7.2 Perdarahan Saluran Cerna

Perdarahan yang bisa terjadi dimana saja disepanjang saluran

pencernaan, mulai dari mulut hingga anus.

2.1.7.3 Gagal Ginjal

Ginjal kehilangan kemanpuannya untuk mempertahankan volume dan

komposisi cairan tubuh dalam keadaan asupan makan normal.

2.1.7.4 Gangguan elektrolit

Gangguan kebutuhan cairan dalam tubuh.

2.1.7.5 Hepoglikemia

Gangguan kesehatan yang terjadi ketika kadar gula berada dibawah kadar

normal.

2.1.7.6 Sepsis

Kondisi medis serius dimana terjadi peradangan diseluruh tubuh yang

disebabkan oleh infeksi.

2.1.7.7 Gelisah

Suatu kondisi pikiran atau perasaan yang dapat berpengaruh buruk

terhadap kesahatan seseorang.


1

2.1.7.8 Hepotensi

Keadaan ketika tekanan darah didalam arteri lebih rendah dibandingkan

normal dan biasa disebut dengan tekanan darah rendah.

2.1.8 Pemeriksaan Penunjang

2.1.8.1 Enzim – enzim serum AST (SGOT), ALT (SPGT), LDH : meningkat

pada kerusakan sel hati dan pada keadaan lain terutama infark

miokardium.

2.1.8.2 Bilirubin direk : meningkat pada gangguan eksresi bilirubin terkonjugasi.

2.1.8.3 Bilirubin indirek : meningkat pada gangguan hemolitik dan sindrom

gilbert.

2.1.8.4 Bilirubun serum total : meningkat pada penyakit hepatoselular.

2.1.8.5 Protein serum total : kadarnya menurun pada berbagai gangguan hati.

2.1.8.6 Masa protombin : meningkat pada penurunan sintesis protombin akibat

kerusakan sel hati.

2.1.8.7 Darah lengkap: (leukositosis,monositosis,limfosit,sel plasma).

2.1.8.8 Feses: warna tanah liat, penurunan fungsi hati.

2.1.8.9 Skan hati : membantu dalam perkiraan beratnya kerusakan parenkim

hati.

2.1.8.10 Urine : Peningkatan bilirubin, protein/hematuria.


1

2.1.9 Pencegahan

2.1.9.1 Hepatitis A

 Pemberian gama globulin (IM)

2.1.9.2 Hepatitis B

 Melakukan pemeriksaan HbsAg sebelum tranfusi darah.

 Sterilisasi alat yang akan di pakai.

 Imunisasi

 Tindakan lingkungan (gizi cukup,hygiun umum).

2.1.10 Penatalaksanaan

Jika seseorang telah didiagnosis menderita hepatitis, maka ia perlu

mendapatkan perawata. Pengobatan harus dipercepat agar virus tidak

menyebar.

2.1.10.1 penanganan dan pengobatan hepatitis A

Penderita yang menunjukkan gejala hepatitis A diharapkan

untuk tidak banyak beraktivitas serta segera mengunjungi

fasilitas kesehatan. Dapat diberikan pengobatan simptomatik

seperti antipiretik dan analgesic serta vitamin untuk

meningkatkan daya tahan tubuh dan nafsu makan serta obat –

obatan yang mengurangi rasa mual dan muntah.

2.1.10.2 penanganan dan pengobatan B

Ada beberapa cara pengobatan hepatitis B, yaitu pengobatan

oral dan injeksi.


1

1. Pengobatan oral

 Lamivude : Dari kelompok nukleosida analog, dikenal dengan nama 3TC.

Obat ini digunakan bagi dewasa maupun anak –anak, pemakaian obat ini

cenderung meningatkan enzim hati (ALT) untuk itu penderita akan

mendapat monitor berkesinambungan dari dokter.

 Adefovir dipivoxil (hepsera) : pemberian secara oral akan lebih efektif,

tetapi pemberian dengan dosis yang tinggi akan berpengaruh buruk

terhadap fungsi ginjal.

 Braclude (entecavir) : obat ini diberikan kepada penderita hepatitis B

kronik, efek samping dari pemakaian obat ini adalah sakit kepala, pusing,

letih, mual dan terjadi peningkatan enzim hati.

1.3 Pengobatan dengan injeksi

Injeksi alfa interferon di berikan secara subcutan dengan skala pemberian

3 kali dalam seminggu selama 12-16 minggu atau lebih.

2.3 Penanganan dan pengobatan hepatitis C

Saat ini pengobatan hepatitis C dilakukan dengan pemberian obat seperti

interferon alfa, pegylated interferon alfa dan ribavirin. Pengobatan dan penderita

hepatitis C memerlukan waktu yang cukup lama bahkan pada penderita tertentu

hal ini tidak dapat menolong, untuk itu perlu pada stadium awalnya.
2

2.2 Dampak Masalah

1. Dampak ekonomi

Kondisi ini di perparah dengan beban keluarga dan negara dalam merawat

penderita serta biaya pengobatan yang besar. Apalagi, jika hepatitis sudah

meningkat menjadi sirosis, kanker, dan penderita harus menjalani transplantasi

hati.(Rudi,2017)

2. Dampak sosiologi

Klien akan kehilangan perasaannya dalam keluarga dan dalam masyarakat

karena harus mengalami perawatan yang waktunya tidak sebentar dan juga

perasaan akan ketidakmampuan dalam melakukan kegiatan sehari – hari dan dapat

menyebabkan harga diri rendah pada klien tersebut. (Rudi, 2017)

3. Dampak psikologi

Klien yang mengalami hepatitis cenderung memiliki peningkatan resiko

masalah kesehatan mental. Secara psikologis ada stigma yang menempel dalam

pikiran seseorang yang di diagnosis hepatitis. Akibatnya orang dengan hepatitis

dapat terisolasi, dan membuka jalan menuju depresi. Banyak dari mereka yang

tertekan karena merasa dihakimi atau di jauhi oleh orang lain. (Syarifah, 2014)

2.2 Asuhan keperawatan

2.2.1 Pengkajian

2.2.1.1 Pengumpulan Data

2.2.1.2 Identitas
2

Pada penyakit hepatitis biasanya sering di temukan pada laki –laki pada usia

produktif 40-50 tahun. Perempuan dewasa relatif lebih rendah potensi terkena

hepatitis karena gen di organ hati tidak merasa perlu berganti menjadi gen

maskulin untuk menghadapi kanker.Biasanya kalau perempuan saat sedang hamil

rawan terkena penyakit hepatitis.Pada tenaga medis dan tenaga PMI lah yang

sering terkena penyakit ini.

2.2.1.3 Keluhan Utama

Klien biasa datang dengan keluhan: Demam, sakit kepala,nyeri pada

bagian perut kanan atas, mual, muntah, ikterik,lemah,letih, dan anoreksia.

2.2.1.4 Riwayat penyakit dahulu

Penyakit yang pernah di derita klien.

2.2.1.5 Pemeriksaan

fisik B1(Breathing)

Inspeksi : bentuk dada simetris, susunan ruas tulang belakang normal, irama nafas

teratur, retraksi otot bantu nafas (-), nyeri dada (-), batuk(-) ,sputum(-).

Palpasi : vocal premitus sama antara kanan dan kiri.

Perkusi: terdengar suara sonor.

Auskultasi : terdengar suara ronkhi.

B2(Blood)

Inspeksi : nyeri dada (-), sianosis (-), clubbing finger (-), JVP (-).

Palpasi : ictus cordis tidak teraba, CRT < 3 detik, nyeri tekan (-).
2

Perkusi : terdengar suara redup/ pekak , letak jantung masih dalam batas normal di

ICS II sternalis dextra sinistra sampai dengan ICS V midclavikula sinistra.

Auskultasi : suara jantung S1 S2 tunggal.

B3(Brain)

Inspeksi : Kesadaran composmentis, orientasi baik, kejang(-), kaku kuduk(-),

brudzinsky(-), nyeri kepala(-), pusing(-), kelainan nervous cranialis (-).

B4(bladder)

Inspeksi : Urine gelap

Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada alat kelamin.

B5(Bowel)

Inspeksi: nafsu makan menurun, muntah,bentuk abdomen buncit jika terdapat

asites, kulit tipis dan licin, warna feses kuning/pucat.

Palpasi: ada hepatomegali, abdomen teraba keras

Perkusi: pekak pada kuadran kanan atas, redup pada kuadran kana bawah

Auskultasi: peristaltik usus 6 kali permenit, tidak terdengar bising usus.

B6(Bone)

Inspeksi : kulit kering, oedema (+), kemampuan pergerakan terbatas, warna kulit

kemerahan.

Palpasi : CRT< 3 detik, turgor kulit < 3 detik, akral panas, kekuatan otot 5,5,4,4.

B7 (Penginderaan)
2

Inspeksi : konjungtiva : pink, sklera : putih, palpebra: normal, strabismus : tidak

ada, ketajaman penglihatan : baik, alat bantu yang digunakan: tidak ada.

Hidung: normal, mukosa hidung: lembab, sekret: tidak ada sekret, ketajaman

penciuman : normal, kelainan lain : tidak ada kelainan.

Telinga : bentuk simetris kanan dan kiri, keluhan : tidak ada keluhan, ketajaman

pendengaran: normal, tidak ada alat bantu.

Perasa : normal tidak ada masalah

Peraba : baik tidak ada masalah.

B8 (Endokrin)

Inspeksi : gangrene (-),pus (-), bau(-).

Palpasi: pembesaran kelenjar tyroid (-), pembesaran kelenjar parotis (-).

2.2.2 Diagnosa Keperawatan

2.2.2.1 Hipertermi berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh.

2.2.2.2 Ansietas berhubungan dengan rasa takut dan cemas akan

kondisinya.

2.2.2.3 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan anoreksia.

2.2.2.4 Nyeri akut berhubungan dengan nyeri bagian abdomen.

2.2.2.5 Kelebihan volume cairan berhubungan dengan asites.


2

2.2.2.6 Resiko kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan

dengan dehidrasi.

2.2.2.7 Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan sesak nafas.

2.2.3 Intervensi

Intervensi keperawatan adalah tindakan yang dirancang untuk

membantu klien dalam beralih dari tingkat kesehatan saat ini ke tingkat

yang diinginkan dalam hasil yang diharapkan.( Safiera, 2015 )

Tabel 2.1 Hipertermi berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh.

Tujuan / Intervensi Rasional

kriteriahasil

Tujuan: Setelah 1. Observasi keadaan umum 1. Mengetahui

dilakukan pasien. perkembangan keadaan

tindakan umum dari pasien.

keperawatan
2. Mengetahui perubahan
2. Observasi tanda – tanda
selama2x24 jam
tanda – tanda vital pasien.
vital.
diharapakan
3. Mencegah terjadinya
masalah 3. Anjurkan pasien untuk
dehidrasi sewaktu panas.
hipertermi banyak minum.

teratasi. 4. Meminimalisir produksi


4. Anjurkan pasien untuk
panas yang produksi panas
Kriteriahasil : banyak istirahat.
yang di produksi tubuh.
1.Menunjukkan

penurunan suhu 5. Membantu


5. Anjurkan pasien untuk
2

tubuh. memakai baju tipis. mempermudah penguapan

panas.
2.Akral pasien

tidak teraba 6.Mempercepat dalam


6.Beri kompres hangat di
hangat / panas. penurunan produksi panas.
beberapa bagian.

3.Pasien tampak 7.Meningkatkan


7. Beri health education ke
tidak lemas. pengetahuan dan
pasien dan keluarganya
pemahaman dari pasien
4.Mukosa bibir mengenai pengertian,
dan keluarga.
lembab. penanganan, dan terapi yang

diberikan tentang
5.Suhu normal
penyakitnya.
36,5 – 37,2oC

8. Kolaborasi/ delegatif

dalam pemberian obat


8.Membantu dalam
sesuai indikasi. Contoh :
penurunan panas.
paracetamol

Tabel 2.2 Ansietas berhubungan dengan rasa takut dan cemas akan kondisinya.

Tujuan/ kriteria Intervensi Rasional

hasil

Tujuan: Setelah 1. Gunakan pendekatan 1. Agar cemas

dilakukan tindakan yang menenangkan pasien berkurang

keperawatan selama
2.Jelaskan semua prosedur 2. Menambah pengetahuan
2

1x24 jam cemas dan apa yang dirasakan pasien dan mengurangirasa

dapat berkurang selama prosedur takut.

pemulihan
Kriteria hasil : 3. Untuk menambah

3. Ajarkan pada pasien pengetahuan pasien tentang


1. Klien mampu
mengenal situasi yang kecemasan.
mengidentifikasikan
menimbulkan kecemasan
dan 4. Untuk mengetahui tingkat

mengungkapkan 4. Anjurkan untuk kecemasan pasien

gejala cemas mengungkapkan perasaan

dan ketakutan.
2. Postur tubuh,

ekspresi wajah dan 5. Berikan obat untuk

tingkat kecemasan mengurangi kecemasan

menunjukkan

berkurangnya

kecemasan

3. TTV dalam batas

normal

Suhu : 37,5 – 38oC

Nadi : 60-100 kali

per menit

RR: 12-24 kali per

menit
2

TD : 120/80 mmHg.

Tabel 2.3 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan anoreksia.

Tujuan/kriteria hasil Intervensi Rasional

Tujuan : Setelah 1. Kaji pemenuhan 1. Mengetahui

dilakukan tindakan kebutuhan nutrisi kekurangan

keperawatan selama klien. nutrisi klien.

3x24 jam diharapkan 2. Kaji penurunan 2. Agar dapat

kebutuhan nutrisi klien nafsu makan klien. dilakukan

terpenuhi secara adekuat. 3. Jelaskan intervensi

pentingnya dalam
Kriteria hasil:
makanan bagi pemberian
1. Mempertahankan
proses makanan pada
berat badan
penyembuhan. klien.
dalam batas
4. Ukur tinggi dan 3. Dengan
normal.
berat badan klien. pengetahuan
2. Klien mampu
5. Dokumentasikan yang baik
menghabiskan 1
masukan oral tentang nutrisi
porsi makanan
selama 24 jam, akan motivasi
yang disediakan.
riwayat makanan, untuk
3. Klien mengalami
jumlah kalori meningkatkan
2

peningkatan nafsu dengan tepat pemenuhan

makan. (intake). nutrisi.

4. Berat badan 6. Ciptakan suasana 4. Membantu

sesuai IMT. makan yang dalam

menyenangkan. identifikasi

7. Berikan makanan malnutrisi

selagi hangat. protein –

kalori,
Rumus : khususnya bila

IMT : Berat Badan (kg) berat badan

kurang dari
Tinggi badan (m)
normal.

5. Mengidentifik

asi

ketidakseimba

ngan

kebutuhan

nutrisi.

6. Membantu

waktu makan

lebih

menyenangkan

, yang dapat

meningkatkan
2

nafsu makan.

7. Untuk

meningkatkan

nafsu makan,

untuk

memudahkan

proses makan.

Tabel 2.4 Nyeri akut berhubungan dengan nyeri bagian abdomen.

Tujuan/kriteria hasil Intervensi Rasional

Tujuan: Setelah dilakukan 1. Kaji keluhan 1. Mengindikasi

asuhan keperawatan 2x24 nyeri, perhatkan kan

jam diharapkan nyeri pasien lokasi,intensitas kebutuhan

dapat berkurang / hilang. (skala 0-5), untuk

frekuensi, dan intervensi


Kriteria hasil :
waktu. dan juga
1. Pasien
Menandai gejala tanda – tanda
menunjukkan
nonverbal perkembanga
ekspresi
misalnya n/ resolusi
wajah rileks.
gelisah, komplikasi.

takikardia, dan 2. Dapat


2. Pasien dapat
meringis. mengurangi
tidur atau
2. Dorong ansietas dan
3

istirahat pengungkapan rasa takut,

secara perasaan. sehingga

adekuat. 3. Beri aktivitas mengurangi

3. Pasien hiburan, persepsi akan

menyatakan misalnya : intensitas

nyerinya membaca, rasa sakit.

berkurang.(S berkunjung, dll. 3. Memfokuska

kala nyeri 4. Lakukan n kembali

ringan 1-3). tindakan perhatian;

4. Pasien tidak paliatif, mungkin

mengeluh misalnya: daoat

kesakitan. perubahan meningkatka

posisi, massase, n

rentang gerak kemampuan

pada sendi yang untuk

sakit. menanggulan

5. Instrusikan gi.

pasien/ dorong 4. Meningkatka

untuk n relaksasi/

menggunakan menurunkan

visualisasi/ ketegangan

bimbingan otot.

imajinasi, 5. Meningkatka

relaksasi n relaksasi
3

progresif, teknik dan perasaan

nafas dalam. sehat.

Tabel 2.5 Kelebihan volume cairan berhubungan dengan asites.

Tujuan/kriteria hasil Intervensi Rasional

Tujuan :Setelah 1. Kaji masukan 1. perlu untuk

dilakukan asuhan yang relative menentukan

keperawatan selama terhadap keluaran fungsi ginjal,

2x24 jam diharapkan secara akurat. kebutuhan

kelebihan volume cairan 2. Timbang berat penggantian

pasien dapat berkurang. badan setiap hari. cairan dan

3. Kaji penurunan resiko


Kriteria hasil :
perubahanedema : kelebihan cairan.
1. BB stabil berat
ukiur lingkar 2. mengkaji retensi
badan sesuai
abdomenpada cairan.
dengan IMT
umbilicus serta 3. untuk mengkaji
2. tanda-tanda vital
pantau edema asites dan
dalam batas
sekitar mata. merupakan sisi
normal.
4. Atur masukan umum edema.
Suhu : 37,5 – 38oC
cairan dengan 4. agar tidak

Nadi : 60-100 kali per cermat. mendapatkan

menit 5. Pantau infuse lebih dari jumlah

RR: 12-24 kali intravena. yang dibutuhkan.


3

per menit 6. Berikan 5. untuk

kortikosteroid mempertahankan
TD :120/80
sesuai ketentuan. masukan yang
mmHg.
7. Berikan deuretik diresepkan.
3. tidak ada
bila diresepkan. 6. untuk
edema.
menurunkan
4. Lingkar perut
ekskresi
normal wanita
proteinuria.
90 cm, laki – laki
7. untuk
80 cm.
menghilangkan
5. Tidak adanya
penghilangan
asites.
sementara dari

edema.

Tabel 2.6 Resiko kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan

dehidrasi.

Tujuan/kriteria hasil Intervensi Rasional

Tujuan : Setelah dilakukan 1. Pantau status 1. Untuk

tindakan keperawatan hidrasi. mengetahui

selama 2x24 jam di 2. Monitor intake adanya

harapkan dapat cairan dan output. tanda-tanda

Mempertahankan 3. Berikan terapi IV, dehidrasi dan

keseimbangan cairan dan sesuai program. mencegah


3

elektrolit 4. Anjurkan pasien syok

untuk hipovolemik.
Kriteria hasil :
meningkatkan 2. Untuk
1. Mukosa bibir
asupan oral. mengumpulk
lembab.
an dan
2. Turgor kulit
menganalisis
elastisc.
data pasien
3. TTV dalam batas
untuk
normal.
mengatur
Suhu : 37,5 – 38 C o

keseimbanga

Nadi : 60-100 kali per n cairan.

menit 3. Untuk

RR: 12-24 kali per memberikan

menit hidrasi cairan

tubuh secara
TD :120/80
parenteral.
mmHg.
4. Untuk
4. Tidak ada tanda-
mempertahan
tanda dehidrasi.
kan cairan.
- Elastisitas turgor

kulit baik.

- Membrane mukosa

lembab.

- Tidak ada rasa


3

haus yang

berlebihan.

5. Intake dan output

cairan seimbang.

Rumus :

Intake cairan - Output

Cairan

Tabel 2.7 Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan sesak nafas.

Tujuan/kriteria Intervensi Rasional

hasil

Tujuan : Setelah di 1. Kaji frekuensi, 1. Untuk mengetahui

lakukan tindakan kedalaman frekuensi & kedalam

keperawatan 2x24 pernafasan dan pernafasan karena

jam di harapkan ekspansi dada. kedalamam pernafasan

pola nafas klien 2. Auskultasi bervariasi tergantung

efektif dengan bunyi nafas, derajat gagal nafas.

dan catat 2. Perubahan bunyi nafas


KH :
adanya bunyi menunjukan obstruksi
1. Klien
nafas sekunder.
mengungk
tambahan. 3. Kongesti alveolar
apkan
3

sesak 3. Observasi pola mengakibatkan batuk

berkurang batuk dan kering / iritatif.

/ tidak karakter secret 4. Posisi membantu

sesak. 4. Berikan pada memaksimalkan ekspansi

2. Respirasi klien posisi paru dan menurunkan

dalam semi fowler. upaya pernafasan.

batas 5. Kolaborasi 5. Memaksimalkan

normal. R dalam pernafasan dan

R: 12-24 pemberian menurunkan kerja nafas.

kali per oksigen 6. . Memberikan

menit tambahan. kelembaban pada

3. Tidak 6. Berikan membrane mukosa dan

mengguna humidifikasi membantu pengenceran

kanalat tambahan. secret.

bantu

nafas.

2.2.4 Implementasi

Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan rencana keperawatan oleh

perawat dan pasien(Riyadi, 2010).

Implementasi keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan dari

rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Setiadi, 2012).

Dalam memyelesaikan diagnosa keperawatan Hipertermi berhubungan

dengan peningkatan suhu tubuh. Perawat akan mengobservasi keadaan umum


3

pasien, mengobservasi TTV, menganjurkan pasien untuk banyak minum,anjurkan

pasien untuk banyak istirahat, menganjurkan pasien untuk memakai baju tipis,

memberikan kompres panas di beberapa bagian,memberi health education ke

pasien dan keluarganya mengenai pengertian,penanganan dan terapi yang

diberikan tentang penyakitnya,mengkolaborasi delegatif dalam pemberian obat

sesuai indikasi.

Dalam menyelesaikan diagnosa Ansietas berhubungan dengan rasa takut

dan cemas akan kondisinya perawat membina hubungan saling percaya antara

pasien dan perawat,memahami rasa takut ansietas pasien,mengkaji tingkat

ansietas dan diskusikan penyebabnya, temani atau atur supaya ada seseorang

bersama pasien sesuai indikasi,mengobservasi ulang keadaan umum dan TTV

pasien, memberikan waktu pasien untuk mengungkapkan masalahnya,

memberikan pada pasien tentang penyakitnya,menjelaskan semua prosedur dan

memberikan pengobatan, diskusikan perilaku koping alternatif dan teknik

pemecahan masalah.

Dalam menyelesaikan diagnosa keperawatan Ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia. Perawat mengkaji

pemenuhan kebutuhan nutrisi klien, mengkaji penurunan nafsu makan

klien,menjelaskan pentingnya makan bagi proses penyembuhan, ukur tinggi dan

berat badan klien,mendokumentasikan masukan oral selama 24 jam riwayat

makanan, jumlah kalori dengan tepat, menciptakan suasana makan yang

menyenangkan, memberikan makanan selagi hangat.


3

Dalam menyelesaikan diagnosa keperawatan Nyeri akut berhubungan

dengan nyeri bagian abdomen. Perawat akan mengkaji keluhan nyeri

klien,mendorong klien untuk mengungkapkan perasaan, memberikan aktifitas

hiburan, melakukan tindakan paliatif ,mengajarkan pasien untuk melakukan

tehnik ambulasi.

Dalam menyelesaikan diagnosa keperawatan Kelebihan volume cairan

berhubungan dengan asites. Perawat akan mengkaji masukan yang relative

terhadap keluaran secara akurat, menimbang berat badan setiap hari, mengkaji

perubahan edama, mengatur masukan cairan dengan cermat, memantau infuse

intravena, memberikan kortikosteroid sesuai ketentuan,memberikan deuretik bila

diresepkan.

Dalam menyelesaikan diagnosa keperawatan Resiko kekurangan volume

cairan dan elektrolit berhubungan dengan dehidrasi. Perawat akan memantau

status dehidrasi, memonitor intake cairan dan output, memberikan terapi IV sesuai

program,menganjurkan pasien untuk meningkatkan asupan oral.

Dalam menyelesaikan diagnosa keperawatan Pola nafas tidak efektif

berhubungan dengan sesak nafas. Perawat akan mengkaji frekuensi kedalam

pernafasaan dan ekspansi dada, mengauskultasi bunyi nafas dan catat adanya

bunyi nafas tambahan, mengobservasi pola batuk dan karakter secret, memberikan

pada klien posisi semi fowler, mengkolaborasi dalam pemberian oksigen

tambahan, memberikan humidifikasi tambahan.


3

2.2.5 Evaluasi

Evaluasi keperawatan adalah kegiatan yang terus menerus dilakukan untuk

menentukan apakah rencana keperawatan efektif dan bagaimana rencana

keperawatan dilanjutkan, merevisi rencana atau menghentikan rencana

keperawatan (Manurung, 2011).

Pada diagnosa keperawatan hipertemi berhubungan dengan peningkatan

suhu tubuh setelah dilakukan tindakan selama 2x24 jam pasien mengatakan

kondisi suhunya kembali normal dengan kriteria hasil Menunjukkan penurunan

suhu tubuh, Akral pasien tidak teraba hangat / panas,Pasien tampak tidak

lemas,Mukosa bibir lembab, Suhu normal 36,5 – 37,2oC.

Pada diagnosa keperawatan ansietas berhubungan dengan rasa takut dan

cemas akan kondisinya setelah dilakukan tindakan selama 3x24 jam pasien sudah

tidak mengalami kecemasan lagi dengan criteria hasil Klien mampu

mengidentifikasikan dan mengungkapkan gejala cemas,Postur tubuh, ekspresi

wajah dan tingkat kecemasan menunjukkan berkurangnya kecemasan, TTV dalam

batas normal, Suhu : 37,5 – 38oC, Nadi : 60-100 kali per menit, RR: 12-24 kali

per menit, TD : 120/80 mmHg. Mempertahankan berat badan dalam batas

normal,Klien mampu menghabiskan 1 porsi makanan yang disediakan,Klien

mengalami peningkatan nafsu makan, Berat badan sesuai IMT.

Pada diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan dengan nyeri bagian

abdomen setelah dilakukan tindakan selama 2x24 jam pasien mengatakan tidak

mengalami nyeri lagi, dengan kriteria hasil Pasien menunjukkan ekspresi wajah
3

rileks,Pasien dapat tidur atau istirahat secara adekuat, Pasien menyatakan nyerinya

berkurang ( Skala nyeri ringan 1-3),Pasien tidak mengeluh kesakitan.

Pada diagnosa keperawatan kelebihan volume cairan berhubungan dengan

asites setelah dilakukan tindakan selama 2x24 jam pasien sudah tidak mengalami

kelebihan volume cairan lagi dengan kriteria hasil BB stabil berat badan sesuai

dengan IMT ,tanda-tanda vital dalam batas normal, Suhu : 37,5 – 38oC, Nadi : 60-

100 kaliper menit ,RR: 12-24 kali per menit, TD : 120/80 mmHg tidak ada edema,

Lingkar perut normal wanita 90 cm, laki – laki 80 cm, Tidak adanya asites.

Pada diagnosa keperawatan resiko kekurangan volume cairan berhubungan

dengan dehidrasi setelah dilakukan tindakan selama 2x24 jam pasien sudah tidak

mengalami kekurangan volume cairan lagi dengan kriteria hasil Mukosa bibir

lembab, Turgor kulit elastisc, TTV dalam batas normal: Suhu : 37,5 – 38oC, Nadi

: 60-100 kali per menit, RR: 12-24 kali per menit, TD :120/80 mmHg.Tidak ada

tanda-tanda dehidrasi: Elastisitas turgor kulit baik, Membrane mukosa

lembab,Tidak ada rasa haus yang berlebihan.Intake dan output cairan seimbang.

Pada diagnosa keperawatan pola nafas tidak efektif berhubungan dengan

sesak nafas setelah dilakukan tindakan selama 2x24 jam pasien sudah bisa

bernafas dengan normal. Dengan kriteria hasil Klien mengungkapkan sesak

berkurang/ tidak sesak, Respirasi dalam batas normal. RR: 12-24

kali per menit, Tidak menggunakan alat bantu nafas.


4

2.2.6 Kerangka Masalah

Kontaminasi virus Pengaruh alcohol, zat Kerusakan hepar


(Sanitasi makanan toksin, Virus Invasi Virus
(sirosis Hepatitis E dalam tubuh
dan
dan minuman hematologi kanker hati)

Virus masuk dari fecal oral Hepatitis B


Invasi Virus
Hepatitis E
Hepatitis B Kronik

Hepatitis A Hepatitis B

Hepatitis D

Peradangan Hepar

Aktivitas Neutrofil dan makrofag


Gangguan Suplai darah normal pada heparHati
Pembesaran

Mendesak organ intraabdominal


Kerusakan sel hati dan empedu
Rangsangan sel
endotel
hipotalamus
Mendesak lambungRasa tidak nyaman
Memicu aktivitas Kerja Hipotalamus
Obstruksi Kerusakan fungsi hati

Gangguan ekskresi empedu HCL


Peningkatan Suhu tubuh (Demam) Bilirubin tidak sempurna dikeluarkan
meningkat Nyeri pada bagian abdomen

Hipertermi
4

Retensi Bilirubin
Rangsangan mual dan
nyerimuntah
akut

Peningkatan kadar bilirubin

Pengumpulan cairan di rongga paritonium

Ikterus pada mata dari kulitgaramGangguan


Peningkatan pemberiadarah
empedu didalam n warna feses

Ketidakseimb angan nutrisi: kurang dari kebutuhan


Asites

Perubah an status kesehata n feses menjadi lebih pucat atau coklat dan bau
Diekskre si di ginjal Kelebihan volume cairan

urinakan
Rasa takut dan cemas berwarna seperti teh
kondisi

Ekspansi paru terganggu

Ansietas
Sesak , RR meningkat
Menurunnya
Kehilangan banyak cairan jumlah elektrolit Na,K,dll.
didalam tubuh

Resiko
kekurangan
volume Pola nafas
cairan dan
elektrolit
BAB 3

TINJAUAN KASUS

Pada bab ini akan disajikan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan yang

dimlai dari tahap pengkajian, diagnose, intervensi, implementasi, dan evaluasi

pada tanggal 11 januari 2020 – 13 januari 2020 di ruang melati RSUD Bangil

Pasuruan.

3.1 Pengkajian

Data diambil tanggal : 11 Januari 2020. Jam : 06.00 WIB. Tanggal MRS : 9

Januari 2020

Ruang rawat/kelas: Bangsal Melati. Diagnosa Medis : Hepatitis

No rekamedis : 0019xxxx

3.1.1 Identitas

Identitas Identitas penanggung

jawab Nama : Tn.S Nama: Tn.A

Umur : 21 tahun Umur : 51 tahun

Jenis kelamin: Laki - laki Jenis kelamin : Laki - laki

Suku: Jawa Suku : Jawa

Agama: Islam Agama : Islam

Pendidikan: S1 Pendidikan: SMP


4

Pekerjaan: - Pekerjaan: Wiraswasta

Alamat : Pasuruan Alamat : Pasuruan

3.1.2 Riwayat Keperawatan

3.1.2.1. Riwayat Kesehatan Sekarang

Keluhan utama : Px mengatakan mual muntah

Riwayat penyakit saat ini :

Px mengatakan tanggal 9 januari 2020 rencana mau kontrol ke

IGD RSUD Bangil Pasuruan jam 07.00 WIB mulai ditangani oleh

petugas di IGD jam 09.00 WIB dan diharuskan untuk rawat inap jam

11.00 WIB dipindahkan ke Bangsal Melati dengan keluhan utama

mual, muntah, demam, dan kulit, mata tampak berwana kuning.

3.1.2.2. Riwayat Kesehatan

Sebelumnya Riwayat

Kesehatan Yang Lalu :

Penyakit yang pernah diderita:

Pasien mengatakan tidak pernah menderita penyakit apa – apa.

Operasi : Tidak pernah melakukan operasi.

Alergi : tidak ada alergi.

Jenis alergi : tidak ada.

3.1.2.3 Riwayat penyakit keluarga

Penyakit yang pernah di derita keluarga :

Pasien mengatakan tidak ada penyakit yang diderita oleh

keluarganya.
4

Lingkungan rumah dan komunitas:

Pasien mengatakan rumahnya dekat jalan raya dan pabrik.

Perilaku yang pengaruhi kesehatan :

Pasien mengatakan kalau dia berada di jember dia sering membeli

makanan di luar

3.1.3 Persepsi dan Pengetahuan tentang Penyakit dan

Penatalaksanaannya

Pasien mengatakan tidak mengetahui tentang penyakitnya dan cara

penanganannya. Pasien juga mengatakan sering bertanya ke perawat cara

pencegahan dan penanganannya.

Masalah Keperawatan : Defisiensi pengetahuan.

3.1.4 Status Cairan dan Nutrisi

Tabel 3.1 status cairan dan nutrisi

Status Cairan & Nutrisi Sebelum Sakit Saat Sakit

Nafsu makan Baik Menurun

Pola Makan 3x1 (1 porsi) 2x1 (1/2 porsi)

Minum : Jenis : Air putih ,teh , kopi. Air putih

Jumlah : 1800cc 500cc

Pantangan Makan - -

Menu Makan Nasi, Lauk Pauk, Sayur Nasi, Lauk Pauk,

Sayur

Berat Badan 70kg 60kg


4

Keluhan lain : mual,muntah 3x saat pasien sedang makan, dan membuat pasien

kehilangan nafsu makannya.

BBI : TB – 100 x 10 = 170 -100 x 10 % = 7

BB – 7 = 60 – 7 = 53

Masalah Keperawatan : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh

3.1.5. Genogram

PX

Gambar 3.1 Genogram pada Tn. S dengan diagnose medis hepatitis

Keterangan :

: Meninggal

: perempuan

: laki – laki

PX : pasien
4

: satu rumah

3.1.6 Pemeriksaan fisik

3.1.6.1 Keadaan umum : Lemah, Compos Mentis, GCS 456

3.1.6.2 Tanda – tanda vital :

Tensi : 120/80 mmHg

Suhu : 36,5 ◦C ( lokasi pengukuran : axila)

Nadi : 85 x/menit (lokasi perhitungan : Radialis)

Respirasi : 20 x/menit

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

3.1.6.3 Sistem Respirasi (B1)

Inspeksi : Bentuk dada pasien simetris, susunan ruas tulang

belakang normal tidak ada kifosis, irama nafasnya teratur, tidak

ada retraksi otot bantu nafas, tidak memakai alat bantu pernafasan,

tidak ada batuk, RR 20x/menit.

Palpasi : Vocal fremitusnya memiliki getaran yang sama antara kiri

dan kanannya.

Perkusi: terdengar suara sonor

Auskultasi : Tidak ada suara nafas tambahan, bunyi nafas vesikuler

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

3.1.6.4 Sistem Kardiovaskuler (B2)

Inspeksi : Tidak terdapat sianosis, tidak ada clubbing finger.


4

Palpasi: Tidak ada pembesaran vena jugularis, Ictus Cordis teraba

Kuat di

posisi ICS 5 midklavikula sinistra dengan ukuran ≤ 1 cm, nadi 85

x/ menit.

Perkusi : Suara perkusi jantung pekak, letak jantung masih dalam

batas normal di ICS II strenalis dextra sinistra sampai dengan ICS

V midklavikula sinistra.

Auskultasi : Bunyi jantung : S1 – S2 Tunggal, tidak ada suara

jantung tambahan.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

3.1.6.5 Sistem Persyarafan (B3)

Inspeksi : Kesadaran Compos Mentis GCS 456, Orientasi Baik,

tidak ada kejang, tidak ada kaku kuduk, tidak ada brudzinsky,tidak

ada nyeri kepala, tidak ada pusing, pasien tampak gelisah tidak ada

kelainan nervous cranialis, pupil isokor, reflek cahaya baik.

Istirahat / Tidur : Siang : 4 jam/ hari Malam : 8 jam/hari

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan.

3.1.6.6 Sistem Genetourinaria (B4)

Pasien mengatakan bahwa Frekuensi Berkemih : 3 x/ hari,

Jumlahnya kira – kira 1500 / 24jam, Baunya Khas, Warna Kuning

gelap seperti teh,Tempat yang digunakan Kamar mandi, tidak ada

alat bantu yang digunakan.

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan


4

3.1.6.7 Sistem Pencernaan (B5)

Inspeksi :Mulut bersih, Mukosa bibir : Kering, Bentuk Bibir :

Normal,

Gigi : Bersih pasien mengatakan Kebiasaaan gosok gigi Dirumah

3x sehari, di Rs 2x sehari, Tenggorokan : tidak ada Kesulitan

menelan, tidak ada kemerahan, tidak ada pembesaran tonsil, pasien

mengatankan tidak pernah BAB saat berada di rumah sakit.

Palpasi : Terdapat nyeri abdomen pada bagian uluh hati kuadran 1,

karakteristik pasien tampak menyeringai saat ditekan di bagian

hati.

Perkusi: Terdengar suara thympani.

Auskultasi: peristaltik usus 12 x/menit.

Lain – lainnya: P : Nyeri uluh hati

Q: Seperti di tusuk – tusuk

R: Uluh hati bagian kiri

S: 4

T: Saat beraktivitas

Masalah keperawatan : Nyeri Akut

3.1.6.8 Sistem Muskuloskeletal dan Intergumen (B6)

Inspeksi : Kemampuan pergerakan sendi dan tungkai (ROM):

Bebas , kulit kering, tidak ada dislokasi, tidak ada oedema,tidak

terdapat fraktur, akral hangat, kelembaban lembab, turgor normal,

CRT < 3 detik, kemampuan ADL: pasien melakukan aktivitasnya

sendiri.
4

Palpasi : Kekuatan otot : 55

55

Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan.

3.1.6.9 Sistem Penginderaan (B7)

Inspeksi : konjungtiva normal (merah mudah), sclera putih

kekuningan, pelpebra normal, tidak ada strabismus, ketajaman

penglihatan normal, tidak ada alat bantu pengelihatan, hidung

terlihat normal, mukosa bibir lembab, tidak terdapat secret,

ketajaman penciuman normal, tidak ada kelainan pada hidungnya

atau indra penciuman, bentuk telinga normal, ketajaman

pendengaran normal, tidak ada alat bantu pemdengaran, pasien

mampu merasakan semua jenis rasa seperti manis, pahit, asin,

asam. pasien dalam peraba normal.

Palpasi: Tidak terdapat nyeri tekan pada area mata, hidung, dan

telinga.

Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

3.1.6.10 Sistem Endokrin dan kelenjar Limfe (B8)

Inspeksi : tidak terdapat luka gangrene pada pasien

Palpasi : tidak terdapat pembesaran kelenjar thyroid, tidak

terdapat pembesaran kelenjar karotis, tidak ada pembesaran

limfe.

Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

3.1.6.11 Data psikososial

Gambaran citra diri


5

pasien mengatakan sangat senang dengan tubuhnya dan bila

kehilangan salah satu tubuhnya dia akan sedih.

Identitas

pasien mengatakan anak dan kakak, pasien mengatakan dirinya

puas menjadi seorang anak dan seorang kakak, dan merasa puas

dengan jenis kelaminnya

Peran

pasien mengatakan ingin segera sembuh dan dapat melakukan

perannya seperti biasanya sebagai seorang anak dan kakak.

Ideal diri

pasien mengatakan berharap cepat sembuh dan bisa berkumpul

dengan keluarganya dan melakukan aktivitas seprti biasanya,

harapan pasien terhadap lingkungannya pasien berharap mampu

diterima di lingkungan sekolahnya dan di lingkungan

masyarakat.

Harga diri

pasien mengatakan merasa puas ataspuas atas apa yang

dimilikinya sekarang.

Data social

pasien mengatakan hubungan pasien dengan keluarga baik,

hubungan dengan pasien yang lainnya juga baik, pasien juga

mendapatkan dukungan yang tulus dari keluarga, pasien

berinteraksi dengan baik.

Data spiritual
5

pasien mengatakan percaya adanya allah SWT, sumber kekuatan

pasien adalah keluarga, ibadah yang mampu dilakukan secara

mandiri adalah solat, berdoa pasien mengatakan dia yakin kalau

dia akan segeara sembuh dan menganggap bahwa sakit adalah

sebuah ujian

Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

3.1.7 Data penunjang

Tabel 3.2 Pengambilan lab tanggal 9 januari 2020

Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan

Darah lengkap

Leukosit (WBC) 10,20 4,5 - 11 x103/µL

Neutrofil 5,1 1,5 – 8,5 x103/µL

Limfosit 3,63 1,1 – 5,0 x103/µL

Monosit H 1,2 0,14 – 0,66 x103/µL

Eosinofil 0807 0 – 0,33 x103/µL

Basofil 0,07 0 – 0,11 x103/µL

Neutrofil % 50,2 35 – 66 %

Limfosil % 35,6 24 – 44 %

Monosit % H 12,8 3–6%

Eosinofil % 0,8 0–3%

Basofil % 0,7 0–1%

Eritrosit (RBC) H 6,977 4,5 – 5,9

Hemoglobin (HGB) 16,61 13,5 – 17,5 g/dl


5

Hematokrit (HCT) H 53,7 37 – 53 %

MCV L 77,2 80 – 100 fl

MCH L 23,81 26 – 34 pg

MCHC L 30,92 32 – 36 %

RGW 17,39 11,5 – 13,1 %

PLT 17,39 150 – 450 x103/µL

MPV 9,472 6,90 – 10,6 %

Kimia klinik

Faal hati

AST/SGOT H 775,62 < 35 U/L

ALT/SGPT 1925,49 < 45 U/L

Faal Ginjal

BUN 12 7,8 – 20,23 Mg/ dL

Kreatinin 0,931 0,6 – 1,0 Mg/ dL

ELEKTROLIT

Natrium (Na) 137,20 135 – 147 mmol/L

Kalium (K) L 3,35 3,5 – 5 mmol/L

Klorida (C) 99,90 9,5 -105 mmol/L

Kalsium L 1,110 1,16 – 1,32 mmol/L


5

Tabel 3.3 Pengambilan lab tanggal 11 januari 2020

Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan

Kimia klinik

Faal hati

Bilirubin total H 7,28 0,3 – 1 Mg/dL

Bilirubin direk H 5,78 0,1 – 0,4 Mg/dL

Bilirubin indirek H 1,50 0,2 – 0,7 Mg/dL

Imunoserologi

Hepatitis

HBSAg Kualitatif Non reaktif

3.1.7 Terapi

Tabel 3.4 Terapi 10 – 13 januari 2020

Jenis terapi Dosis Kegunaan

Infus NS 1500cc / 24 jam Untuk

meningkatkan

kadar kalium yang

rendah, untuk

mencegah

kehilangan cairan

dan darah

Injeksi vicilin 3 x 1,5 gram Untuk mengatasi

infeksi akibat
5

bakteri seperti

infeksi saluran

pernafasan,

pencernaan,

jantung, saluran

kemih

Injeksi prosogan 1 x 30 gram Untuk mengatasi

masalah lambung

dan esophagus

Sanmol 3 x 1 gram Untuk

menurunkan rasa

sakit dan penurun

demam

Sucralfat 3 x 1 gram Untuk mengatasi

peradangan pada

lambung dan

mencegah

perdarahan pada

saluran cerna
5

3.2 Diagnosa Keperawatan

Tanggal 11 januari 2020 dengan Tn S berusia 21 tahun No RM

0019xxxx

Tabel 3.5 Analisa data

No Data Etiologi Problem

1. Ds : pasien mengatakan Pembesaran hati Nyeri akut

nyeri pada bagian hati

selama 2 minggu ini Mendesak organ

P: nyeri uluh hati

Q: seperti tertusuk – tusuk Rasa tidak

R: Di uluh hati sebelah nyaman

kanan kuadran 1

S: 4 Nyeri bagian

T: Saat beraktivitas abdomen

Do: keadaan umum :

composmentis GCS 456 Nyeri akut

TTV : TD : 110/70 mmHg

Nadi : 85 x / menit

Suhu : 36,7 ◦C

RR: 22 x/ menit

Pasien tampak

menyeringai saat bergerak

dan kesakitan saat ditekan

bagian uluh hatinya.


5

2. Ds : Px mengatakan tidak Pembesaran hati Ketidakseimbangan

nafsu makan dan mual nutrisi kurang dari

muntah Mendesak organ kebutuhan tubuh

Do: Keadaan umum lemah lambung

Bb sebelum sakit : 70 kg

Bb saat sakit :60 kg HCL meningkat

Porsi makan pasien setiap

makan hanya 3 sendok Rangsangan mual

saja. dan muntah

BBI : 53 kg

Anoreksia

Ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh
5

3. Ds : Pasien mengatakan Perubahan status Defisiensi

tidak terlalu mengerti kesehatan pengetahuan

tentang kondisi

penyakitnya. Kurang informasi

Do: - klien sering bertanya

– tanya tentang kondisi Kesalahan

penyakitnya. interprestasi

-klien tampak gelisah

Kurang

pengetahuan

3.2.1 Daftar Masalah Keperawatan

1. Nyeri akut

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

3. Defisiensi pengetahuan

3.2.2 Daftar Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Prioritas

1. Nyeri akut berhubungan dengan nyeri abdomen

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan anoreksia.

3. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya komunikasi.


5

3.3 INTERVENSI KEPERAWATAN

Tanggal 11 januari 2020 dengan nama pasien Tn. S berusia 21 tahun

No RM 0019xxxx

Tabel 3.6 Intervensi keperawatan

NO Tujuan / Kriteria Intervensi Rasional

Hasil

`1. Tujuan: Setelah 1. Pantau keluhan nyeri, 1 Mengindikasik

dilakukan perhatikan lokasi,intensitas an kebutuhan

asuhan (skala 0-5), frekuensi, dan untuk

keperawatan waktu. Menandai gejala intervensi dan

3x24 jam nonverbal misalnya juga tanda –

diharapkan nyeri gelisah, takikardia, dan tanda

pasien dapat meringis. perkembangan

berkurang / / resolusi

hilang. komplikasi.

Kriteria hasil : 2. Dorong pengungkapan 2 Dapat

1.Pasien perasaan. mengurangi

menunjukkan 3. Beri aktivitas hiburan, ansietas dan

ekspresi wajah misalnya: membaca, rasa takut,

rileks. berkunjung, dll. sehingga

2. Pasien dapat 4.Lakukan tindakan mengurangi

tidur atau paliatif, misalnya: persepsi akan

istirahat secara perubahan posisi, massase, intensitas rasa


5

adekuat. rentang gerak pada bagian sakit.

3. Pasien yang sakit. 3 Memfokuskan

menyatakan 5. Instrusikan pasien/ kembali

nyerinya dorong untuk perhatian;

berkurang.(Skal menggunakan visualisasi/ mungkin daoat

a nyeri ringan 1- bimbingan imajinasi, meningkatkan

3). relaksasi progresif, teknik kemampuan

4. Pasien tidak nafas dalam. untuk

mengeluh menanggulang

kesakitan. i.

5. TTV dalam 4 Meningkatkan

batas normal relaksasi/

TD : Sistolik : menurunkan

90-120 mmHg. ketegangan

Diastolik : 60-90 otot.

mmHg. 5.Meningkatkan

Nadi : 60- relaksasi dan perasaan

100x/menit sehat.

RR : 16-

20x/menit.

2. Tujuan : Setelah 1. Pantau 1.Mengetahui

dilakukan pemenuhan kekurangan nutrisi

tindakan kebutuhan klien.


6

keperawatan nutrisi klien.

selama 3x24 jam 2. Pantau 2. Agar dapat

diharapkan penurunan dilakukan intervensi

kebutuhan nafsu makan dalam pemberian

nutrisi klien klien. makanan pada klien.

terpenuhi secara 3. Jelaskan 3. Dengan

adekuat. pentingnya pengetahuan yang

Kriteria hasil: makanan bagi baik tentang nutrisi

4 Mempert proses akan motivasi untuk

ahankan penyembuhan. meningkatkan

berat pemenuhan nutrisi.

badan 4. Pantau 4. Membantu dalam

dalam penurunan identifikasi malnutrisi

batas berat badan protein – kalori,

normal. klien. khususnya bila berat

5 Klien badan kurang dari

mampu normal.

menghabi 5. Anjurkan untuk 5 Untuk

skan 1 memberikan meningkatkan

porsi makanan selagi nafsu makan,

makanan hangat. untuk

yang 6. Kolaborasi memudahkan

disediaka dengan ahli gizi proses makan.

n. terkait asupan
6

6 Klien nutrisi 6 Agar nutrisi

mengala pasien sesuai

mi dengan

peningkat kebutuhan

an nafsu tubuhnya

makan.

7 Berat

badan

sesuai

IMT.

Rumus :

IMT : BB(kg)

Tinggi

badan (m)

3. Tujuan : setelah 1. Pantau 1. Mempermudah

dilakukan pengetahuan klien dalam

tindakan tantang pemberian

keperawatan penyakitnya penjelasan

selam 3x24jam pada klien.

diharapkan 2. jelaskan tentang 2. meningkatkan

pasien dan proses penyakit pengetahuan

keluarga pasien (tanda dan gejala). dan

mengerti tentang mengurangi

penyakitnya dan kecemasan.


6

cara

pencegahannya 3. jelaskan tentang 3. meningkatkan

dengan kriteria program pengetahuan

hasil : pengobatan. tentang

1. pasien pengobatannya

dan 4. Diskusikan 4. untuk

keluarga perubahan gaya mencegah

paham hidup yang keparahan

tentang mungkin penyakit.

penyakit, digunakan untuk

kondisi,p mencegah

rognosis komplikasi. 5. untuk melihat

dan 5. Tanyakan kembali kepahaman

program pengetahuan klien klien tentang

pengobat tentang penjelasan

an . penyakitnya, perawat.

2. pasien prosedur perawatan

dan dan pengobatan

keluarga

mampu

melaksan

akan

prosedur

yang
6

dijelaska

n secara

benar.

3. pasien

keluarga

mampu

menjelas

kan

kembali

apa yang

dijelaska

perawat.
6

3.4 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Tabel 3.7 implementasi Tn. S berusia 21 tahun No RM 0019xxxx

No Tanggal Jam Implementasi Nama/

tanda

tangan

1. 11 06.10 - mengkaji keluhan Yani

januari nyeri

2020 P: Nyeri uluh hati

Q: seperti tertusuk

– tusuk

R: Di uluh hati

sebelah kanan

kuadran 1

S: 4

T: Saat beraktivitas

06.15 - Mendorong pasien Yani

untuk

mengungkapkan

rasa nyerinya :

pasien mengatakan

nyeri bagian hati

06.20 saat di buat Yani

beraktivitas.
6

- menganjurkan

pasien untuk

melakukan aktivitas

yang membuatnya

06.30 lupa akan nyerinya :

pasien mengatakan

mampu dan mau Yani

melaksanakannya.

- menganjurkan

pasien dan

keluarga pasien

untuk melakukan

teknik nafas dalam:

06.40 pasien mengatakan Yani

memahami yang

dijelaskan

- mengajarkan pasien

dan keluarga pasien

untuk melakukan

teknik nafas dalam :

pasien dan keluarga

pasien mampu dan

paham cara

melaksanakannya
6

2. 11 06.45 - mengkaji Yani

Januari pemenuhan

2020 kebutuhan nutrisi

pasien. : pasien

mengatakan kalau

di buat makan dia

akan merasa mual

06.50 dan muntah. Yani

- mengkaji penurunan

nafsu makan klien:

pasien mampu

melaporkan

06.55 penurunan nafsu

makannya. Yani

- menjelaskan kepada

pasien dan keluarga

pasien tentang

pentingnya

makanan bagi Yani

kesembuhan :

pasien dan keluarga


07.00 pasien mampu dan

memahami apa
6

yang telah

dijelaskan.

- memantau

penurunan berat

07.10 badan klien : pasien

melaporkan bahwa

dia mengalami

penurunan berat

badan. Yani

07.15 - menganjurkan

memberi makan

pasien selagi

hangat. pasien

mampu melakukan

apa yang di

perintahkan.

- mendorong klien Yani

07.20 untuk

mengungkapkan

perasaan terhadap

keterbatasan. klien

mampu

mengungkapkan

perasaannya. Yani
6

07.30

- mengkaji adanya

faktor yang

menyebabkan

kelelahan. klien

mengungkapkan

penyebab kelelahan

yaitu jarang bisa

tidur.

- memonitor pola

tidur dan lamanya

istirahat klien masih

susah tidur

3. 11 07.40 - mengkaji Yani

Januari pengetahuan klien

2020 tantang

penyakitnya. klien

masih merasa

07.50 bingung tentang Yani

penyakitnya.

- menjelaskan tentang

proses penyakit

08.00 (tanda dan gejala). Yani

klien sedikit
6

memahami.

- menjelaskan tentang

program

08.10 pengobatan. Yani

Klien memahami

program

pengobatannya.

- mendiskusikan

perubahan gaya

hidup yang

mungkin digunakan

08.15 untuk mencegah Yani

komplikasi.klien

mampu memahami

apa yang

didiskusikan.

- menanyakan

kembali

pengetahuan klien

tentang

penyakitnya,

prosedur perawatan

dan pengobatan.

klien mampu
7

memahami apa

yang didiskusikan

dan dijelaskan.

1. 12 06.10 - mengkaji keluhan Yani

januari nyeri

2020 P: Nyeri uluh hati

Q: seperti tertusuk

– tusuk

R: Di uluh hati

sebelah kanan

kuadran 1

S: 3

T: Saat beraktivitas

06.15 - Mendorong pasien Yani

untuk

mengungkapkan

rasa nyerinya :

pasien mengatakan

nyeri bagian hati

06.20 saat di buat Yani

beraktivitas.

- menganjurkan

pasien untuk

melakukan aktivitas
7

yang membuatnya

lupa akan nyerinya :

pasien mengatakan

06.30 mampu dan mau Yani

melaksanakannya.

- menganjurkan

pasien dan

keluarga pasien

untuk melakukan

teknik nafas dalam:

06.40 pasien mengatakan Yani

memahami yang

dijelaskan

- mengajarkan pasien

dan keluarga pasien

untuk melakukan

teknik nafas dalam :

pasien dan keluarga

pasien mampu dan

paham cara

melaksanakannya

2. 12 -01- 06.50 - mengkaji Yani

2020 pemenuhan

kebutuhan nutrisi
7

pasien. : pasien

mengatakan kalau

di buat makan dia

akan merasa mual

07.00 dan muntah. Yani

- mengkaji

penurunan nafsu

makan klien: pasien

mampu melaporkan

penurunan nafsu

07.05 makannya. Yani

- menjelaskan kepada

pasien dan keluarga

pasien tentang

pentingnya

makanan bagi

kesembuhan :

pasien dan keluarga

pasien mampu dan

07.10 memahami apa Yani

yang telah

dijelaskan.

- memantau

penurunan berat
7

badan klien : pasien

07.20 melaporkan bahwa Yani

dia mengalami

penurunan berat

badan.

- menganjurkan

memberi makan

07.30 pasien selagi Yani

hangat. pasien

mampu melakukan

apa yang di

perintahkan.

- mendorong klien

untuk

mengungkapkan

07.40 perasaan terhadap Yani

keterbatasan. klien

mampu

mengungkapkan

perasaannya.

- mengkaji adanya

faktor yang

07.50 menyebabkan Yani

kelelahan. klien
7

mengungkapkan

penyebab kelelahan

yaitu jarang bisa

tidur.

- memonitor pola

tidur dan lamanya

istirahat klien masih

susah tidur.

3. 12 Januari 08.00 - mengkaji pengetahuan Yani

2020 klien tantang

penyakitnya. klien

sudah tidak merasa

bingung tentang

penyakitnya.

08.05 - menjelaskan tentang Yani

proses penyakit (tanda

dan gejala). klien

mampu memahami

tanda dan gejalanya.

08.10 - menjelaskan tentang Yani

program pengobatan.

Klien memahami
7

program

08.15 pengobatannya.

- mendiskusikan Yani

perubahan gaya hidup

yang mungkin

digunakan untuk

mencegah

komplikasi.klien

mampu memahami apa

08.20 yang didiskusikan.

- menanyakan kembali Yani

pengetahuan klien

tentang penyakitnya,

prosedur perawatan

dan pengobatan. klien

mampu memahami apa

yang didiskusikan dan

dijelaskan.

1. 13 Januari 15.00 - mengkaji keluhan Yani

2020 nyeri Pasien

melaporkan bahwa

sudah tidak merasakan

15.10 nyeri lagi. Yani

- Mendorong pasien
7

untuk mengungkapkan

rasa nyerinya : pasien

mengatakan nyeri

bagian hati saat di

15.20 buat beraktivitas.

- menganjurkan pasien Yani

untuk melakukan

aktivitas yang

15.30 membuatnya lupa akan

nyerinya : pasien

mengatakan mampu

dan mau

melaksanakannya.

15.40 - menganjurkan pasien Yani

dan keluarga pasien

untuk melakukan

teknik nafas dalam:

pasien mengatakan

memahami yang

15.50 dijelaskan Yani

- mengajarkan pasien

dan keluarga pasien

untuk melakukan

teknik nafas dalam :


7

pasien dan keluarga

pasien mampu dan

paham cara

melaksanakannya

2. 13 Januari 16.00 - mengkaji pemenuhan Yani

2020 kebutuhan nutrisi

pasien. : pasien

mengatakan sudah

tidak merasakan mual

dan muntah lagi.

16.05 - mengkaji penurunan Yani

nafsu makan klien:

pasien mampu

melaporkan penurunan

nafsu makannya.

16.10 - menjelaskan kepada Yani

pasien dan keluarga

pasien tentang

pentingnya makanan

bagi kesembuhan :

pasien dan keluarga

pasien mampu dan

memahami apa yang


7

telah dijelaskan.

16.15 - memantau penurunan Yani

berat badan klien :

pasien melaporkan

bahwa dia mengalami

penurunan berat badan.

16.20 - menganjurkan memberi Yani

makan pasien selagi

hangat. pasien mampu

melakukan apa yang di

perintahkan

16.30 - mendorong klien untuk Yani

mengungkapkan

perasaan terhadap

keterbatasan. klien

mampu

mengungkapkan

perasaannya.

16.40 - mengkaji adanya Yani

faktor yang

menyebabkan

kelelahan. klien

mengungkapkan

penyebab kelelahan

yaitu jarang bisa tidur.


7

- memonitor pola tidur

16.50 dan lamanya istirahat. Yani

klien sudah mulai tidur

nyenyak.

3. 13 Januari 17.00 - mengkaji pengetahuan Yani

2020 klien tantang

penyakitnya. klien

sudah tidak merasa

bingung tentang

penyakitnya.

17.05 - menjelaskan tentang Yani

proses penyakit (tanda

dan gejala). klien

mampu memahami

tanda dan gejalanya.

17.10 - menjelaskan tentang Yani

program pengobatan.

Klien memahami

program
8

pengobatannya.

17.15 - mendiskusikan Yani

perubahan gaya hidup

yang mungkin

digunakan untuk

mencegah

komplikasi.klien

mampu memahami apa

yang didiskusikan.

17.20 - menanyakan kembali Yani

pengetahuan klien

tentang penyakitnya,

prosedur perawatan

dan pengobatan. klien

mampu memahami apa

yang didiskusikan dan

dijelaskan.

3.5 Evaluasi Keperawatan

Tanggal 11 januari 2020 Catatan perkembangan Tn. S berusia 21

tahun No RM: 0019xxxx

Tabel 3.10 catatan perkembangan


8

Tanggal Diagnose keperawatan Catatan perkembangan paraf

12 – 01- Nyeri akut S: pasien mengatakan Yani

2020 nyeri bagian uluh hati

selam 2 minggu ini.

P: nyeri uluh hati

Q : tertusuk – tusuk

R : kuadran 1

S:3

T : saat beraktivitas

O : keadaan umum lemah,

composmentis GCS 456

TD: 120/80 mmHg

Nadi 80x/menit

Suhu : 36,5◦C

RR: 20x/menit

A: masalah teratasi

sebagian

P: intervensi dilanjutkan

1,5

12 – 01 – Ketidakseimbangan S : pasien mengatakan Yani

2020 nutrisi kurang dari sudah mulai enak makan

kebutuhan dan tidak merasa mual

lagi, badannya sudah

enakan dan matanya tidak


8

berkunang – kunang lagi.

O: keadaan umum cukup

composmentis GCS 456

Makan setengah porsi

habis

TTV : TD : 110/70 mmHg

N : 83 x/menit

S: 36 ◦C

RR: 22x/menit

A: masalah teratasi

P : intervensi dilanjutkan

5,8

12-01-2020 Defisiensi pengetahuan S: Pasien mengatakan Yani

sudah memahami tentang

penyakitnya.

O : Pasien dan keluarga

sudah terlihat lebih tenang

dan paham tentang

penyakitnya.

A: masalah teratasi

P: Intervensi dihentikan

Tabel 3.12 evaluasi keperawatan


8

Tanggal Diagnosa Keperawatan Evaluasi paraf

13 – 01 - Nyeri akut S: pasien mengatakan Yani

2020 sudah tidak merasakan

nyeri lagi

O : keadaan umum cukup

composmentis GCS 456

Td: 120 / 80 mmHg

Nadi : 82 x/ menit

Suhu : 36 ◦C

RR: 20 x/menit

A : masalah teratasi

P : intervensi dihentikan

13 januari Ketidakseimbangan S : pasien mengatak sudah yani

2020 nutrisi kurang dari mulai enak makan dan

kebutuhan tubuh tidak merasa mual lagi,

badan sudah tidak merasa

lemas lagi.

O: keadaan umum cukup

composmentis GCS 456

TTV : TD : 120/80 mmHg

N : 86 x/menit

S: 36 ◦C

RR: 23x/menit

Makan 1 porsi habis


8

A: masalah teratasi

P : intervensi dihentikan

13 Januari Defisiensi S: Pasien mengatakan Yani

2020 pengetahuan sudah memahami tentang

penyakitnya.

O : Pasien dan keluarga

sudah terlihat lebih tenang

dan paham tentang

penyakitnya.

A: masalah teratasi

P: Intervensi dihentikan

DISCHARGE PLANNING

1. Biasakan cuci tangan sebelum makan dan setelah aktivitas.

2. Biasakan konsumsi makanan yang bersih dan makanan yang sehat.

3. Banyak minum air putih.

4. Olahraga secara teratur dan istirahat yang cukup.

5. Buanglah sampah pada tempatnya.


BAB 4

PEMBAHASA

Dalam pembahasan ini penulis akan menguraikan tentang kesenjangan

yang terjadi antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus dalam asuhan keperawatan

pada pasien dengan diagnose medis HEPATITIS di ruang Melati RSUD Bangil

Pasuruan yang meliputi pengkajian, pelaksanaan dan evaluasi.

4.1 Pengkajian

Pada tahap pengumpulan data penulis tidak mengalami kesulitan karena

penulis telah mengadakan perkenalan dan menjelaskan maksud penulis yaitu

untuk melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dan keluarga secara

terbuka, mengerti dan kooperatif.

Pada dasarnya pengkajian antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus tidak

banyak kesenjangan, tinjauan pustaka yang didapatkan keluhan utama biasanya

ditandai dengan nyeri bagian uluh hati, penurunan berat badan, mual muntah,

kelemahan, kulit tampak kekuningan.

Pada tinjauan kasus didapatkan data pasien mengeluh nyeri bagian abdomen

dikarenakan adanya peradangan pada heparnya, mual muntah, penurunan nafsu

makan.

4.1.1 Identitas

Antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus tidak ditemukan perbedaan yang

signifikan. Menurut opini penulis hal ini dikarenakan data pada tinjauan kasus dan

85
tinjauan pustaka sama – sama ditemukan data yang sama yaitu adanya keluhan

pasien nyeri bagian abdomen dan penurunan nafsu makan. Data yang di dapat

kan Tn.S berusia 21 tahun, belum menikah, berjenis kelamin laki – laki , bersuku

bangsa Jawa, agama Islam, mempunyai tingkat pendidikan S1, belum bekerja,

beralamat Pasuruan. Faktor resiko penyebab hepatitis kebanyakan menyerang laki

– laki berusia 35 tahun keatas faktor berhubungan biasanya disebabkan oleh

kebanyakan mengkomsusi makanan yang tidak higienis, mengkonsumsi suplemen

dan banyak meminum kopi dan juga dipengaruhi oleh faktor stress.

4.1.2 Keluhan utama

Pada tinjauan pustaka didapatkan data pasien mengatakan suhu tubuhnya

tinggi dan nyeri perut bagian kanan atas, pasien mengalami mual muntah dan

mengalami penurunan berat badan.

Pada tinjauan kasus didapatkan data pada pasien nyeri ulu hati ,mual

muntah dan mengalami penurunan berat badan. Pada tinjauan kasus dan tinjauan

pustaka tidak ada kesenjangan dikarenakan sama-sama ditemukan data antara lain

yaitu kelemahan, penurunan berat badan BB sebelum sakit 70 kg BB saat sakit 60

kg, nyeri akut, mual muntah. Menurut opini penulis, hal ini dikarenakan pasien

yang paling di keluhkan yang paling utama adalah nyeri uluh hati.

4.1.3 Riwayat Penyakit Saat Ini

Pada tinjauan pustaka didapatkan keadaan pasien yang menderita

hepatitis biasanya mengeluh nyeri akut. P: nyeri bertambah ketika beraktivitas,

Q: nyeri seperti terbakar, diiris-iris, ditusuk, tertekan dan lain-lain. R: lokasi di

ulu hati. S: 4 sampai dengan 7. T: nyeri hilang timbul, terus menerus atau
87

bertahap. Pada tinjauan kasus saat dilakukan pengkajian pasien mengatakan

nyeri pada bagian ulu hati. : P : Nyeri uluh hati, Q: Seperti di tusuk – tusuk , R:

Uluh hati bagian kiri , S: 4,T: Saat beraktivitas

Pada tinjauan kasus tidak ada kesenjangan dengan tinjauan pustaka

dikarenakan sama-sama ditemukan data antara lain nyeri karena adanya

pembengkakan pada hati. Hati terasa tertusuk – tusuk berada di ulu hati skala 4,

nyeri saat beraktivitas.

4.1.4 Riwayat Penyakit Sebelumnya

Pada tinjauan pustaka didapatkan pasien tidak mempunyai riwayat

penyakit terdahulu. Pada tinjauan kasus didapatkan data pasien tidak pernah

menderita dan keluarga juga tidak pernah menderita penyakit hepatitis. Pada

tinjauan kasus tidak ada kesenjangan dengan tinjauan pustaka dikarenakan sama –

sama ditemukan data antara lain sama tidak mempunyai penyakit terdahulu.

Menurut opini penulis hal ini dikarenakan pasien tidak mengetahui jika terkena

hepatitis akan tetapi baru tahunya waktu di bawa ke rumah sakit dan dicek lab.

4.1.5 Riwayat Penyakit Keluarga

Pada tinjauan pustaka didapatkan data keluarga pasien mengatakan tidak

pernah menderita penyakit apapun. Pada tinjauan kasus didapatkan data keluarga

pasien mengatakan tidak pernah menderita penyakit hepatitis. Pada tinjauan kasus

tidak ada kesenjangan dengan tinjauan pustaka dikarenakan sama – sama

ditemukan data antara lain tidak mempunyai penyakit keturunan dari keluarga.

Menurut opini penulis, hal ini dikarenakan bisa jadi dari lingkungan yang buruk
dan sering memakan makan yang tidak higienis sering mengkonsumsi suplemen

atau terlalu banyak minum kopi.

4.1.6 Riwayat Status Cairan dan Nutrisi

Pada tinjauan pustaka didapatkan data pasien mengatakan tidak mau

makan karena pasien mual muntah. Pada tinjauan kasus didapatkan data pasien

mengatakan saat makan dirumah 3x porsi habis tetapi saat dirumah sakit setiap

kali makan habis 5 sendok dikarenakan mual muntah. Pada tinjauan kasus tidak

ada kesenjangan dengan tinjauan pustaka dikarenakan sama – sama ditemukan

data antara lain sama – sama mengalami penurunan nafsu makan dan mual mutah.

menurut opini penulis, hal ini dikarenakan pasien mengalami mual muntah.

4.1.7 Pemeriksaan Fisik

Pada Pemeriksaan Fisik B1 ( Breathing) menurut Putri (2019) tinjauan

pustaka didapatkan data inspeksi bentuk dada simetris, tidak ada retraksi otot

bantu nafas, tidak terjadi sesak nafas, tidak terpasang O2. Pada palpasi didapatkan

ekspansi dan taktil fremitus normal dan seimbangan antara kanan dan kiri . pada

perkusi didapatkan suara nafas normal sedangkan diagfragma menjadi datar dan

rendah. pada auskultasi didapatkan tidak terdapat suara wheezing, ronchi,stidor.

Pada tinjauan kasus didapatkan data bentuk dada simetris, tidak ada

pembengkokan susunan ruas tulang belakang,tidak terjadi sesak nafas, pola nafas

teratur, irama nafas teratur, tidak ada retraksi otot bantu nafas , suara nafas

vesikuler, tidak terpasang alat bantu nafas,vocal premitus normal.

Pada sistem pernapasan tidak ada Kesenjangan antara tinjauan pustaka

dengan tinjauan kasus. Pada tinjauan pustaka dan tinjauan kasus sama-sama
89

ditemukan tidak adanya retraksi otot bantu nafas nafas yang teratur tidak adanya

pemakaian alat bantu nafas, dan Tidak ditemukannya suara nafas tambahan.

Menurut opini penulis, pada tinjauan pustaka tidak ditemukan adanya perbedaan

pada tinjauan kasus. Dikarenakan pasien tidak mengeluh sesak nafas , sehingga

tinjauan pustaka tidak ada masalah.

Pada pemeriksaan B2 ( Blood) menurut Putri (2019) tinjauan pustaka

didapatkan data inspeksi tidak terdapat sianosis, tidak oedema, tidak ada clubbing

finger. Pada palpasi didapatkan CRT < 3, terjadi peningkatan frekuensi nadi

normal (85x/menit). Pada auskultasi suara jantung S1 dan S2 tunggal, irama

jantung teratur. pada perkusi tidak ada pembesaran jantung tambahan.

Pada tinjauan kasus didapatkan tidak ada nyeri dada, irama jantung

teratur, pulsasi kuat, bunyi jantung S1 S2 tunggal, CRT < 3, tidak ada sianosis,

tidak ada clubbing finger, tidak ada pembesaran JVP.

Pada tinjauan pustaka dan tinjauan kasus tidak ada kesenjangan

dikarenakan sama-sama ditemukan dengan data tidak ada pembesaran jantung

atau kardiomegali tekanan Vena jugularis normal, ictus cordis teraba CRT kurang

dari 3 detik nyeri tekan pada jantung tidak ada dan tidak ada suara jantung

tambahan atau S1 S2 tunggal. Menurut opini penulis, pada tinjauan pustaka tidak

ditemukan adanya perbedaan pada tinjauan kasus. dikarenakan pasien tidak

mengeluh nyeri dada, sehingga tinjauan pustaka tidak ada masalah.

Pada pemeriksaaan B3 (Brain) menurut Putri (2019) tinjauan pustaka

orientasi baik, GCS 456 tidak ada kejang, tidak ada kaku kuduk.
Pada tinjauan kasus didapatkan data kesadaran compos mentis, GCS 456,

orientasi baik, tidak ada kejang, tidak ada kaku kuduk, tidak ada brudsky, tidak

ada nyeri kepala, istirahat tidur : siang 4 jam/hari dan malam 8 jam/hari, tidak ada

kelainan nervous cranialis.

Pada sistem persyarafan tidak ada Kesenjangan antara tinjauan pustaka

dengan tinjauan kasus. menurut opini penulis, pada tinjauan pustaka tidak

ditemukan adanya perbedaan pada tinjauan kasus. dikarenakan pasien tidak ada

kejang, tidak ada kaku kuduk, sehingga tinjauan kasus dan tinjauan pustaka tidak

ada masalah.

Pada Pemeriksaan B4 (Bladder) menurut Putri (2019) tinjauan pustaka

didapatkan inspeksi: bentuk kelamin normal, kebersihan alat kelamin bersih, urine

berwarna gelap seperti tea, tidak memakai alat bantu.

Pada tinjauan kasus didapatkan bentuk alat kelamin normal, libido normal,

kemampuan normal, kebrsihan bersih, frekuensi berkemih 3x/hari, teratur

,1500cc/24jam, bau khas, warna kuning gelap seperti the, tempat yang digunakan

kamar mandi, tidak memakai alat bantu,

Pada sistem perkemihan tidak ada Kesenjangan antara tinjauan pustaka

dengan tinjauan kasus. menurut opini penulis pada tinjauan kasus tidak ditemukan

adanya perbedaan pada tinjauan pustaka yang ada, sehingga tinjauan kasus dan

tinjauan pustaka tidak ada masalah.

Pada pemeriksaan B5 (Bowel) menurut Putri (2019) tinjauan pustaka pada

abdomen ada benjolan, terdapat asites, kulit padaa perut licin dan terlihat tipis.
91

pada auskultasi bising usus meningkat pada area benjolan, terdapat nyeri tekan

pada hati

Pada tinjaun kasusu nyeri tekan pada perut bagian kanan atas, pada hepar

teraba keras terjadi hepatomegali (pembesaran hepar), terjadi hypertimpani. pada

tinjauan kasus didapatkan mulut bersih, mukosa kering, bibir normal,gigi bersih,

kebiasaan gosok gigi dirumah 3x sehari, di rumah sakit 2x sehari, tengorokan

tidak ada kesulitan menelan, terjadi nyeri abdomen P: uluh hati sebelah kanan

atas, S: Skala nyeri (4) T: Pada saat beraktivitas, Kebiasaan BAB : pasien

mengatakan belum BAB sama sekali saat di rumah sakit.

Pada sistem pencernaan tidak ada Kesenjangan antara tinjauan pustaka

dengan tinjauan kasus.Menurut opini penulis, pada tinjauan kasus di temukan

masalah yang sama, dikarenakan nyeri abdomen seperti tertusuk – tusuk.

Pada pemeriksaan B6 (Bone) menurut Putri (2019) tinjauan pustaka

didapatkan data kuku berwarna kuning, kulit pucat, kelemahan disebabkan tidak

adekuatnya nutrisi.

Sedangkan pada tinjauan kasus didapatkan pada kemampuan pergerakan

sendi dan tungkai (ROM) bebas, kekuatan otot 5-5-5-5, tidak ada fraktur,tidak ada

dislokasi, kulit < 3 detik, akral hangat, turgor normal, kelembapan lembab, tidak

ada oedema, kebersihan kulit bersih.

Terjadi kesenjangan antara tinjauan kasus dan tinjauan pustaka karena

terjadi perubahan pada kuku. menurut opini penulis, hal ini dikarenakan pada

tinjauan kasus tidak terdapat perubahan pada kuku berwarna kuning.


Pada pemeriksaan B7 ( Pengindraan) Menurut Putri (2019) tinjauan

pustaka didapatkan data sclera berwarna kuning, mata simetris, pupil isokor,

reflek cahaya normal. ketajaman penglihatan normal, hidung normal, ketajaman

pendengaran normal, perasa manis, pahit, asam, asin, peraba normal.

Pada tinjauan kasus didapatkan data mata simetris, pupil isokor, reflek

cahaya normal,konjungtiva anemis, sclera putih kekuningan, palpebra normal,

ketajaman penglihatan normal, hidung normal, mukosa bibir tidak ada, secret

tidak ada, ketajaman penciuman normal, bentuk telinga normal, ketajaman

pendengaran normal, perasa manis, pahit, asam, asin, peraba normal.

Pada sistem pengindraan tidak ada Kesenjangan antara tinjauan pustaka

dengan tinjauan kasus.menurut opini penulis, pada tinjauan pustaka terdapat

persamaan antara tinjauan kasus, dikarenakan sclera berwarna kuning.

Pada pemeriksaan B8 (Endokrin) menurut Putri (2019) tinjauan pustaka

didapatkan data tidak terjadi gangguan pada sistem endokrin.

pada tinjauan kasus didapatkan data tidak terjadi pembesaran kelenjar

thyroid, tidak ada pembesaran kelenjar parotis, terjadi penurunan berat badan,

tidak adaluka gangren, tidak ada pus, tidak ada bau,

Pada sistem endokrin tidak ada Kesenjangan antara tinjauan pustaka

dengan tinjauan kasus. menurut opini penulis, pada tinjauan kasus tidak

ditemukan adanya perbedaan pada tinjauan pustaka yang ada, sehingga tinjauan

kasus dan tinjauan pustaka tidak ada masalah.


93

4.2 Diagnosa Keperawatan

4.2.1 Diagnosa Keperawatan berdasarkan tinjauan pustaka terdapat tujuh

diagnose keperawatan, antara lain :

4.2.1.1 Hipertermi berhubungan dengan peradangan pada hepar.

4.2.1.2 Ansietas berhubungan dengan perubahan status keseha

4.2.1.3 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan rangsangan mual dan muntah.

4.2.1.4Nyeri akut berhubungan dengan mendesak organ intraabdominal.

4.2.1.5Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penumpukan cairan

di rongga paritonium

4.2.1.6 Resiko kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan

dengan kehilangan banyak cairan didalam tubuh.

4.2.1.7Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan ekspansiparu

terganggu

4.2.2 Diagnosa Keperawatan pada tinjauan kasus

Pada tinjauan kasus, diagnose keperawatan yang mucul ada tiga yaitu

4.2.2.1 Nyeri akut berhubungan dengan nyeri abdomen

4.2.2.2 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan anoreksia

4.2.2.3 Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya komunikasi.


4.2.3 Prioritas diagnosa keperawatan pada studi kasus.

Berdasarkan diagnosa keperawatan yang ada pada studi kasus, maka

penulis menentukan prioritas, yaitu :

4.2.3.1 Nyeri akut berhubungan dengan nyeri abdomen

4.2.3.2 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan anoreksia

4.2.3.3 Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya komunikasi

Pada tinjauan pustaka didapatkan diagnose nyeri akut berhubungan

dengan pembengkakan hepar dan pada tinjauan kasus juga didapatkan diagnose

nyeri akut berhubungan dengan nyeri pada abdomen. dengan data objektif pasien

mengatakan nyeri uluh hati pada bagian kanan atas, nyeri seperti tertusuk – tusuk,

skla nyeri 4, nyeri saat beraktivitas, wajah tampak menyeringai keadaan umum

lemah. menurut opini penulis, hal ini dikarenakan nyeri seperti tertusuk – tusuk

pada daerah uluh hati. tetapi pasien juga mendapatkan terapi antibiotik untuk

nyerinya, dan pasien di berikan health education dari perawat seperti tarik nafas

dalam.

Pada tinjauan pustaka didapatkan diagnosa ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia. pada tinjauan kasus

didapatkan diagnose ketidakseimbanga nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan anoreksia. Dengan data objektif pasien mengatakan tidak

nafsu makan, porsi makan pasien 5 sendok, BB sebelum sakit 70 kg, BB sesudah

sakit 60 kg keadaan umum lemah. pasien juga mengatakan badannya lemas, mata

berkunang – kunang, keadaan umum pasien tampak lemas, compos mentis, GCS
95

456, TTV : TD: 110/70 mmHg, Nadi : 85x/menit, Suhu : 36,7 ◦C, RR: 22x/menit.

Menurut opini penulis, hal ini dikarenakan pasien tidak nafsu makan, pasien juga

mendapatkan terapi antiemetik Dan klien juga mendapat health education dari

perawat untuk makan sedikit tapi sering.

Pada tinjauan pustaka tidak ditemukan diagnose defisit pengetahuan.

namun di tinjauan kasus didapatkan diagnose defisit pengetahuan berhubungan

dengan kurangnya informasi. Dengan data objektif pasien sering menanyakan

tentang penyakitnya, dan klien tampak gelisah. Menurut opini penulis, hal ini

dikarenakan pasien tidak mengetahui tentang penyakitnya dan cara

penanganannya. pasien juga mendapatkan health education dari perawat untuk

tetap tenang.

Berdasarkan yang terdapat di pengkajian antara tinjauan pustaka dan

tinjauan kasus pada diagnosa hipertermi berhubungan dengan peningkatan suhu

tubuh tidak ditemukan adanya kesenjangan Kenapa pasien tidak ditemukan

adanya peningkatan suhu. pada diagnose ansietas berhubungan dengan rasa takut

dan cemas akan kondisinya tidak ditemukan adanya kesenjangan karena pasien

tidak terlihat takut atau cemas. pada diagnose kelebihan volume cairan

berhubungan asites pada pasien tidak ditemukan adanya kelebihan volume

cairan. pada diagnose resiko kekurangan cairan berhubungan dengan dehidrasi

tidak ditemukan adanya kesenjangan karena tidak ditemukan adanya data yang

mendukung untuk diangkat resiko kekuranga volume cairan. pada diagnose pola

nafas tidak efektif berhubungan dengan sesak nafas pada tinjauan kasus pasien

tidak ditemukan adanya kesenjangan karena tidak ditemukan data yang

mendukung untuk mengangkat diagnose pola nafas tidak efektif.


4.3 Intervensi

Pada perumusan tujuan antara tinjauan pustaka dengan tinjauan kasus

ada kesenjangan. pada tinjauan pustaka perencanaan menggunakan kriteria

hasil yang mengacu pada pencapaian tujuan, sedangkan tinjauan kausu

perencanaan menggunakan sasaran dalam intervensinya dengan tujuan

penulis ingin meningkatkan kemandirian pasien dan keluarganya dalam

pelaksanaan asuhan keperawatan melalui peningkatan pengetahuan (

kognitif), perubahan tingkah laku pasien ( afektif) dan ketrampilan

menangani masalah (psikomotor).

4.3.1 Intervensi diagnose keperawatan nyeri akut berhubungan dengan nyeri

pada abdomen.

Pada intervensi tinjauan pustaka menurut (Adzimah, 2016) dilakukan

intervensi yang sama pada tinjauan kasus, alasannya karena data yang didapatkan

pasien mengeluh nyeri pada uluh hati. Dengan data objektif yang mendukung

keadaan umum lemah, wajah tampak menyeringai, skalanyeri 4. Tujuan setelah

dilakukan asuhan keperawatan 2x24 jam diharapkan nyeri pasien dapat berkurang

/ hilang. Dengan Kriteria hasil Pasien menunjukkan ekspresi wajah rileks, Pasien

dapat tidur atau istirahat secara adekuat, Pasien menyatakan nyerinya berkurang.

(Skala nyeri ringan 1-3),Pasien tidak mengeluh kesakitan, TTV dalam batas

normal,TD : Sistolik : 90-120 mmHg, Diastolik : 60-90 mmHg, Nadi : 60-

100x/menit, RR : 16-20x/menit. Dilakukan intervensi .Kaji keluhan nyeri,

perhatkan lokasi,intensitas (skala 0-5), frekuensi, dan waktu. Menandai gejala

nonverbal misalnya gelisah, takikardia, dan meringis,Dorong pengungkapan


97

perasaan,.Beri aktivitas hiburan, misalnya : membaca, berkunjung, dll,Lakukan

tindakan paliatif, misalnya: perubahan posisi, massase, rentang gerak pada bagian

yang sakit Instrusikan pasien/ dorong untuk menggunakan visualisasi/ bimbingan

imajinasi, relaksasi progresif, teknik nafas dalam. Menurut opini penulis, dalam

pemberian analgesik sangat baik untuk mengurangi nyeri yang dirasakan pasien,

selain itu teknik relaksasi juga dapat membantu pasien dalam mengontrol nyeri

yang dirasakan dan teknik distraksi digunakan untuk mengalihkan rasa nyeri.

4.3.2 Intervensi diagnosa keperawatan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.

Pada intervensi tinjauan pustaka dilakukan intervensi yang sama pada

tinjauan kasus, alasanya pasien mengatakan tidak nafsu makan, porsi makan

pasien 5 sendok, BB sebelum sakit 70 kg, BB sesudah sakit 60 kg keadaan umum

lemah. Tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam

diharapkan kebutuhan nutrisi klien terpenuhi secara adekuat, dengan kriteria hasil

Mempertahankan berat badan dalam batas normal, Klien mampu menghabiskan 1

porsi makanan yang disediakan, Klien mengalami peningkatan nafsu

makan.Dilakukan intervensi Kaji pemenuhan kebutuhan nutrisi klien, Kaji

penurunan nafsu makan klien, Jelaskan pentingnya makanan bagi proses

penyembuhan, Pantau penurunan berat badan klien, anjurkan Berikan makanan

selagi hangat. Menurut opini penulis, untuk mengatasi ketidakseimbangan nutrisi

dapat berkolaborasi dengan ahli gizi agar mendapatkan gizi yang seimbang

dengan cara makan sedikit tapi sering, makan dalam kondisi yang hangat untuk

memicu nafsu makan pasien.


4.3.3 intervensi diagnose keperawatan defisit pegetahuan berhubungan dengan

kurangnya informasi

Pada intervensi tinjauan pustaka dilakukan intervensi yang sama pada

tinjauan kasus, alasanya pasien mengatakan tidak tau tentang penyakitnya,

Data objektif yang mendukung pasien dan keluarga pasien sering

menanyakan kepada perawat tentang kondisi anaknya Tujuan setelah

dilakukan tindakan keperawatan selam 3x24 jam diharapkan pasien dan

keluarga pasien mengerti tentang penyakitnya dan cara pencegahannya

dengan kriteria hasil pasien dan keluarga paham tentang penyakit,

kondisi,prognosis dan program pengobatan, pasien dan keluarga mampu

melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar, pasien keluarga

mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat.Dilakukan

intervensi kaji pengetahuan klien tantang penyakitnya,jelaskan tentang

proses penyakit (tanda dan gejala),jelaskan tentang program

pengobatan,Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin digunakan

untuk mencegah komplikasi,Tanyakan kembali pengetahuan klien tentang

penyakitnya, prosedur perawatan dan pengobatan. Menurut opini penulis

untuk mengatasi defisit pengetahuan pada pasien dan keluarga pasien

perawat harus selalu menjelaskan tentang penyakit pasien, cara

pengobatannya, pantangan – pantangan yang harus dihindari.

4.4 Implementasi

Pelaksanaan pada tinjauan pustaka belum dapat direalisasikan karena

hanya membuat teori asuhan keperawatan. sedangkan pada kasus nyata


99

pelaksanaan telah disusun dan direalisasikan pad pasien dan ada

pendokumentasikan intervensi.

4.4.1 Implementasi diagnose keperawatan nyeri akut berhubungan dengan nyeri

pada abdomen.

Pada implementasi tinjauan pustaka menurut (Adzimah, 2016) sama

seperti tinjauan kasus dilakukan tindakan mencatat karakteristik nyeri,

lokasi nyeri dan intensitas lamanya nyeri, memposisikan pasien dengan

senyaman mungkin, mengajarkan teknik distraksi dan relaksasi, kolaborasi

dengan tim dalam pemberian obat analgesic ( injeksi antrain 3 x 2 ml).

Menurut opini penulis untuk mengatasi nyeri yang dialami pasien dapat

dilakukan farmakologis dan non farmakologis yaitu dengan cara teknik

relaksasi, teknik relaksasi dengan nafas dalam melalui hidung lalu

dikeluarkan lewat mulut secara berlahan dan teknik distraksi dengan cara

mengalihkan nyeri misal sambil menonton televisi. Dan memberi terapi non

farmakologi yaitu dengan injeksi antrain dapat mengurangi nyeri.

4.4.2 Implementasi diagnose keperawatan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.

Pada implementasi tinjauan pustaka menurut (Adzimah, 2016) sama

seperti kasus. dilakukan tindakan seperti membina hubungan saling percaya,

anjurkan pasien makan sedikit tapi sering, hindangkan makan dalam kondisi

hangat.pertahankan kebersihan mulut yang baik sebelum dan sesudah

makan, kolaborasi dengan ahli gizi. Menurut opini penulis, untuk mengatasi

ketidakseimbangan nutrisi dapat berkolaborasi dengan ahli gizi agar


mendapatkan gizi yang seimbang dengan cara makan sedikit tapi sering,

makan dalam kondisi yang hangat untuk memicu nafsu makan pasien.

4.4.3 Implementasi diagnose keperawatan defisit pegetahuan berhubungan dengan

kurangnya informasi.

Pada implementasi tinjauan pustaka menurut (Adzimah, 2016) sama

seperti kasus. dilakukan tindakan seperti membina hubungan saling

percaya, mengkaji pengetahuan klien tantang penyakitnya,menjelaskan

tentang proses penyakit (tanda dan gejala),menjelaskan tentang program

pengobatannya, Mendiskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin

digunakan untuk mencegah komplikasi,menanyakan kembali pengetahuan

klien tentang penyakitnya, prosedur perawatan dan pengobatan. Menurut

opini penulis Menurut opini penulis untuk mengatasi defisit pengetahuan

pada pasien dan keluarga pasien perawat harus selalu menjelaskan tentang

penyakit pasien, cara pengobatannya, pantangan – pantangan yang harus

dihindari.

4.5 Evaluasi

Pada tinjauan pustaka evaluasi belum dapat dilaksanakan karena hanya

membuat teori asuhan keperawatan, sedangkan pada tinjauan kasus evaluasi

dapat dilakukan karena dapat diketahui keadaan pasien dan masalah secara

langsung.

Pada tinjauan kasus pada waktu dilakukan evaluasi tentang nyeri akut

berhubungan nyeri pada bagian abdomen dapat teratasi karena selama 3x24

jam dilakukan tindakan yang tepat, dan tujuan dan kriteria hasil telah tercapai

ditandai dengan pasien keadaan umum baik, P : Nyeri uluh hati , Q : Nyeri
101

seperti tertusuk – tusuk R : uluh hati sebelah kana atas, S: skala 3 , T : pada

saat beraktivitas..

Pada tinjauan kasus pada waktu dilaksanakan evaluasi tentang

ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

anoreksia dapat teratasi karena pasien selama 3x 24 jam dilakukan tindakan

yang tepat, dan tujuan, kriteria hasil telah tercapai dengan pasien keadaan

umum baik, nafsu makan sudah membaik.

Pada tinjauan kasus pada waktu dilaksanakan evaluasi tantang defisit

pengetahuan berhubungan dengan kurangnya komunikasi dapat teratasi

karena pasien 3x24 jam dilakuan tindakan yang tepat dan tujuan, kriteria hasil

telah tercapai dengan pasien dan keluarga pasien memahami tentang apa itu

hepatitis.

Pada akhir evaluasi semua tujuan dan kriteria hasil dapat tercapai karena

adanya kerja sama yang baik. Hasil evaluasi pada Tn. S sudah sesuai harapan,

masalah teratasi dan pasien KRS pada tanggal 13 januari 2020. penulis

memberikan beberapa informasi terkait kesehatan klien, diantaranya:

1. Biasakan cuci tangan sebelum makan dan setelah aktivitas.

2. Biasakan konsumsi makanan yang bersih dan makanan yang sehat.

3. Banyak minum air putih.

4. Olahraga secara teratur dan istirahat yang cukup.

5. Buanglah sampah pada tempatnya.


BAB 5

PENUTUP

Setelah penulis melakukan pengamatan dan melaksanakan asuhan

keperawatan secara langsung pada pasien dengan kasus Hepatitis di ruang Melati

7C RSUD Bangil Pasuruan, maka penulis dapat menarik beberapa kesimpulan

sekaligus saran yang dapat bermanfaat dalam meningkatkan mutu asuhan

keperawatan klien dengan Hepatitis.

5.1 Simpulan

Dari hasil uraian yang telah menguraikan tentang asuhan keperawatan

pada pasien Hepatitis, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai

berikut :

5.1.1 Pada pengkajian pada tinjauan kasus didapatkan data fokus nyeri perut

saat ditekan, pada pengakajian nyeri pasien didapatkan P : Nyeri uluh

hati Q: Nyeri seperti tertusuk – tusuk R: Uluh hati sebelah kanan S:

Skala nyeri 4 T : Pada saat beraktivitas. Sedangkan pada pengkajian

pencernaan pasien tidak nafsu makan karena pasien mual.

5.1.2 Pada pasien hepatitis akan mengalami beberapa masalah keperawatan

yang ditemukan pada tinjauan kasus adalah Nyeri akut,

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh ,Defisit

Pengetahuan. ketiga diagnose tersebut muncul karena didapat data –

data dari pasien itu sendiri.

102
10

5.1.3 Intervensi diagnose keperawatan yang ditampilkan antara tinjauan

pustaka dan tinjauan kasus terjadi kesamaan namun masing – masing

intervensi tetap mengacu pada tujuan dan kriteria hasil.

5.1.4 Implementasi keperawatan dilakukan secara terkoordinasi dan

terintegrasi untuk pelaksanaan diagnose pada kasus tidak semua

sama pada tinjauan pustaka.

5.1.5 Evaluasi dilakukan oleh peneliti dengan metode per 24 jam dengan

harapan penulis dapat mengetahui perkembangan yang terjadi pada

pasien setiap saat. pada akhir evaluasi semua tujuan dicapai karena

adanya kerja sama yang baik antara pasien, keluarga, dan tim

kesehatan.

5.2 Saran

Bertolak dari kesimpulan diatas penulis memberikan saran sebagai

berikut :

5.2.1 Untuk mencapai hasil keperawataan yang diharapkan, diperlukan

hubungan yang baik dan keterlibatan pasien, keluarga dan kesehatan

lainnya.

5.2.2 Perawat sebagai petugas pelayanan kesehatan hendaknya mempunyai

pengetahuan, keterampilan yang cukup serta dapat bekerjasama

denga tim kesehatan lainnya dengan memberikan asuhan

keperawatan pada pasien dengan Hepatitis.


10

5.2.3 Dalam meningkatkan mutu asuhan keperawatan yang professional

alangkah baiknya diadakan suatu seminar atau suatu pertemuan yang

membahas tentang masalah kesehatan yang ada pada pasien.

5.2.4 Pendidikan pengetahuan perawat secara berkelanjutan perlu

ditingkatkan baik secara formal dan informal khususnya

pengetahuan dalam bidang pengetahuan ilmu kesehatan.

5.2.5 Meningkatkan pemahaman perawat terhadap konsep manusia secara

konprehensif sehingga mampu menerapkan asuhan keperawatan

dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai