Pembimbing:
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang selalu melimpahkan segala rahmat dan
hidayah-Nya maka “Laporan Diagnosis Komunitas mengenai Optimalisasi Program Gelas
Mempesona Hati Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Kualitas Hidup dan Kemandirian
Lansia Melalui Digitalisasi Layanan SIKRIBO (Sistem Skrining Berbasis Online) di
Puskesmas Trenggalek” dapat diselesaikan dengan baik. Penyusunan tugas ini merupakan
salah satu tugas yang penulis laksanakan selama mengikuti kepaniteraan klinik di SMF Ilmu
Kesehatan Masyarakat di Puskesmas Trenggalek Kabupaten Trenggalek. Kami
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dinas Kesehatan Kabupaten Trenggalek, selaku pelindung dan pengawas Dokter Muda,
untuk melaksanakan kegiatan ini.
2. dr. Feny Tunjungsari, M.Kes., FISPH., FISCM., selaku pembimbing ilmu kedokteran
komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang.
3. dr. Murti Rukiyandari, selaku Kepala Puskesmas Trenggalek Kabupaten Trenggalek yang
telah mendukung sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.
4. dr. Tatik Sukaryati, selaku pembimbing yang telah membantu dan mendukung sehingga
penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.
Kami menyadari bahwa penyusunan tugas ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk kritik
dan saran selalu kami harapkan. Besar harapan kami semoga tugas ini bermanfaat bagi
pembaca pada umumnya serta penyusunan pada khususnya.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR TABEL v
DAFTAR GAMBAR vi
ABSTRAK viii
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.3 Tujuan 3
1.4 Manfaat 3
iii
2.12 Data (tabel atau grafik) 10 penyakit terbanyak 16
2.14 Literatur 21
3.3 Data 41
5.1 Simpulan 70
5.2 Saran 72
DAFTAR PUSTAKA 73
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.3 Distribusai Persebaran Pralansia dan Lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja
Periode Januari-Desember 2022 44
Tabel 3.5 Mapping Pelayanan Caregiver Bagi Lansia Risiko Tinggi Periode Januari-
Desember 2022 44
v
Tabel 3.6 Analisis Akar Penyebab Masalah Gelas Mempesona Hati 45
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Model Fishbone Sebagai Analisis Penyebab Masalah Belum Optimalnya
Pelaksanaan Program Gelas Mempesona Hati 55
Gambar 3.2 QR Code Survei Kepuasan Pengunjung Rumah Sehat Lansia (RSL) 66
Gambar 3.3 QR Code Skrining Degeneratif Geriatri 66
vii
DAFTAR SINGKATAN
UU : Undang-undang
TBC : Tuberculosis
viii
ABSTRAK
Abstrak: Lanjut usia (lansia) adalah orang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas. Di
Indonesia lansia mengalami peningkatan seiring bertambahnya usia. Puskesmas sebagai
fasilitas kesehatan tingkat pertama dari pemerintah yang turut serta melaksanakan adanya
program - program untuk lanjut usia. Upaya penerapan program untuk lansia diciptakan
suatu inovasi yang dapat mendukung keberhasilan program. Program untuk lansia ini
bertujuan untuk mengoptimalkan pelayanan kesehatan bagi lansia khususnya yang telah
dilakukan di wilayah Kecamatan Trenggalek yang selama ini dirasa masih kurang maksimal
sehingga memerlukan suatu inovasi yang berkelanjutan yang diharapkan dapat
mensejahterakan lansia.
viii
BAB 1
PENDAHULUAN
Lanjut usia adalah seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun. Lansia mengalami
berbagai perubahan baik secara fisik, mental maupun sosial. perubahan yang bersifat fisik
antara lain adalah penurunan kekuatan fisik, stamina dan penampilan (Putri, 2021).
Berdasarkan data World Population Ageing pada tahun 2019 tercatat lebih dari 703 juta
jumlah lansia secara global (Kusumo, 2020) dan terhitung 9,60% atau sekitar 25,64 juta
lansia Indonesia. Selain karena jumlahnya yang cukup banyak, menurut UU No. 23 Tahun
1992 tentang Kesehatan disebutkan bahwa masyarakat lansia juga dihadapkan pada
perubahan-perubahan yang meliputi perubahan biologis, fisik, kejiwaan dan sosial. Tak
jarang perubahan-perubahan tersebut dapat menyebabkan penyakit-penyakit yang lebih
serius. Pada dasarnya penyakit yang diderita lanjut usia jarang dengan diagnosis tunggal,
melainkan hampir selalu multidiagnosis.
Mengingat para lansia dihadapkan pada masalah penyakit degeneratif yang cukup serius,
maka mereka perlu mendapatkan perhatian dari keluarga, masyarakat, pemerintah, maupun
dinas terkait. Salah satu upaya yang ditempuh pemerintah untuk memberdayakan lansia
adalah melalui Puskesmas. Sebagai penyedia layanan kesehatan, salah satu upaya
puskesmas untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi mereka adalah melalui program
“Gelas mempesona hati”.
Salah satu puskesmas di Jawa Timur yang telah memiliki komitmen dan program nyata
dalam membantu pemberdayaan penduduk lansia adalah Puskesmas Trenggalek dengan
melalui program Gerakan Lansia Sehat (Gelas) yang diresmikan dan dijalankan di
1
Puskesmas Trenggalek sejak bulan November 2016. Program ini bisa dikatakan sebagai
pioneer bagi upaya peningkatan kesejahteraan lansia khususnya di wilayah Kabupaten
Trenggalek.
Sebelum dibentuk program Gerakan Lansia Sehat ini, tingkat partisipasi lansia di
Kecamatan Trenggalek masih tergolong rendah. Hal ini terbukti dari hasil Survey Mawas
Diri Puskesmas Trenggalek tahun 2016 yang menghasilkan fakta bahwa sebanyak 39%
lansia di Kecamatan Trenggalek tidak memanfaatkan posyandu lansia yang ada. Jumlah
posyandu lansia yang tersedia juga masih kurang karena pada tahun 2015 hanya ada lima
posyandu lansia dan pada tahun 2016 ada tujuh posyandu lansia. Selain itu masih sering
ditemukan antrian yang membludak di poli lansia Puskesmas Trenggalek.
Dari pelaksanaan Kegiatan Survey Mawas Diri (SMD) Tahun 2016 di Puskesmas
Trenggalek didapatkan dari semua desa/kelurahan akses layanan kesehatan untuk lansia
masih sangat rendah yaitu <50% sehingga saat dibahas melalui MMD Tahun 2016
disepakati bahwa akan dibentuk posyandu lansia baru. Sesuai Standart Pelayanan Minimal
yang ditetapkan dengan Permenkes No. 43 Tahun 2016 bahwa setiap warga negara
Indonesia usia 60 tahun ke atas mendapatkan skrining kesehatan sesuai standar. Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota wajib memberikan skrining kesehatan sesuai standar pada warga
negara usia 60 tahun ke atas di wilayah kerjanya minimal 1 kali dalam kurun waktu satu
tahun.
Dari hasil temuan tersebut kemudian Puskesmas Trenggalek berinisiatif untuk membentuk
Program Gerakan Lansia Sehat agar partisipasi dan pelayanan kesehatan lansia dapat
meningkat. Oleh sebab itu, makalah ini dibuat untuk melakukan pengembangan program
dengan judul “Intervensi Terhadap Gelas Mempesona Hati Sebagai Upaya Optimalisasi
Program”
1) Belum tercapainya program Gelas Mempesona Hati secara optimal di wilayah kerja
Puskesmas Trenggalek
2) Kurangnya pengetahuan tentang kesadaran serta pemanfaatan penggunaan program Gelas
Mempesona Hati.
2
1.3 Tujuan
1) Menganalisis masalah mengenai belum tercapainya program Gelas Mempesona Hati secara
optimal di wilayah kerja Puskesmas Trenggalek
2) Melakukan upaya pengembangan program Gelas Mempesona Hati
1.4 Manfaat
3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
target target
target target
target target
target target
4
target
4 Kesehatan anak usia sekolah dan Sudah sesuai Sudah sesuai target
remaja target
5
Sanitasi Total
Berbasis
Belum
Masyarakat
mencapai
5 Pelayanan Kesehatan Lansia (STBM) =
target
Pemberdayaan
Masyarakat
6
3 Kusta Sudah sesuai Sudah sesuai target
target
Informasi
mengenai
imunisasi
belum dipahami
Cakupan IDL secara baik oleh
belum keluarga/orang
9 Pelayanan Imunisasi
memenuhi tua, Jumlah
hamil
7
11 Pencegahan dan pengendalian Sudah sesuai Sudah sesuai target
penyakit tidak menular target
8
2.2 Usaha Kesehatan Masyarakat (UKM) Pengembangan
UKM Pengembangan
9
2.3 Usaha Kesehatan Perorangan (UKP) Tingkat Pertama
UKP Puskesmas
10
2 Manajemen peralatan dan sarana Sudah sesuai Sudah sesuai target
prasarana target
Pelayanan Analisa
Kesehatan/program/Variabel/Sub Akar
No Masalah
variable program Penyebab
Masalah
11
6 Rerata item obat yang diresepkan Sudah sesuai Sudah sesuai
target target
2 Keluarga yang dibina dan telah Sudah sesuai Sudah sesuai target
mandiri/memenuhi kebutuhan target
kesehatan
12
2.7 Pelayanan Laboratorium
13
sesuai standar
No Unit Jaringan
1 Pustu Karangsoko
2 Pustu Kelutan
3 Pustu Sumbergedong
No Unit Jaringan
1 Ponkesdes Ngantru
2 Ponkesdes Sambirejo
3 Ponkesdes Tamanan
14
Tabel 2.9.3 Jaringan Praktik Bidan Desa
No Unit Jaringan
No Jenis jejaring/
Wilayah kerja Karangsoko Sambirejo Ngantru Kelutan Tamanan Sumbergedong
1 Dinas 1
kesehatan
2 Rumah sakit 1 2
3 Klinik 3 3
4 TPM dokter 3 4 4 2
spesialis
5 TPM dokter 2 5 2 3
umum
6 TPM dokter 1 2 1 2
gigi
7 Apotek 3 8 3 3 4
8 Toko alkes 1 1
9 Optik 3 2 3
10 TPMB 3 2 1 1
11 TPMP 4 1 2
12 Laboratorium 3 1
15
2.11 Sistem Rujukan
16
bagian atas
akut lainnya
3 145 Hipertensi I10 2382 751 39 1482 110
essensial
(Primer)
4 104.1 Diabetes E11 2108 583 151 955 419
mellitus tidak
bergantung
insulin
5 185.9 Penyakit K20- 1827 660 6 1135 26
esophagus, K23,
lambung dan K28-
duodenum K31
lainnya
6 184 Gastritis dan K29 1592 556 3 1021 12
duodenitis
7 174 Penyakit J36 1503 675 7 812 9
saluran napas
bagian atas
lainnya
8 207.9 Gangguan M71- 1317 568 7 716 26
jaringan ikat M79
lainnya
9 270.9 Gejala, tanda R02- 1304 498 2 793 11
dan R09,
penemuan
klinis dan
laboratorium
tidak normal
lainyya
10 181.2 Penyakit K04 1249 365 115 598 169
pulpa dan
periapikal
A. Visi
“Terwujudnya Kabupaten Trenggalek Yang Maju Melalui Ekonomi Inklusif, Sumber Daya
Manusia Kreatif Dan Pembangunan Berkelanjutan (sustainable development) ”
B. Misi
17
- Melaksanakan administrasi manajemen yang PRIMA
C. Motto
D. Struktur Organisasi
18
Gambar 2.1 Struktur Organisasi Puskesmas Trenggalek
19
2.13.2 Sumberdaya Puskesmas
Ponkesdes
Kontrak
Kontrak
Kontrak
Jumlah
Tenaga
CP NS
BLUD
PPPK
BOK
Jenis
PHL
PNS
No
1 Kepala 1 1
Puskesmas
2 Dokter 3 3
Umum
3 Dokter Gigi 1 1
4 Apoteker 1 1
5 Asisten 2 2
Apoteker
6 Penyuluh 2 2
Kesehatan
7 Perawat 11 3 1 3 18
8 Bidan 11 1 12
9 Sanitarian 2 2
10 Nutrisionis 4 4
11 Perawat Gigi 2 2
12 Rekam 2 2 4
Medik
20
13 Analis (Lab) 4 4
14 KTU/SKM 1 1
15 Akuntansi 1 1
16 IT 1 1
17 Administrasi 2 1 3
Umum
18 Administrasi 2 1 3
Keuangan
19 Pengemudi 1 1
20 Kebersihan 2 2
21 Epidemiologi 1 1
Kesehaan
22 Petugas 1 1
Keamanan
JUMLAH 52 0 4 1 2 3 7 69
2.14 Literatur
1) Lansia
Menurut Undang Undang No. 14 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, pengertian
lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Keadaan ini dibagi
menjadi dua yaitu lanjut usia potensial dan lanjut usia tidak potensial. Lanjut usia potensial
adalah lanjut usia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan atau kegiatan yang dapat
menghasilkan barang dan jasa, sedangkan lanjut usia tidak potensial adalah lanjut usia yang
tidak berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.
21
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mengartikan lanjut usia sebagai seseorang yang
telah mencapai usia 60 tahun keatas. Oleh karena itu makin bertambah usia, makin besar
kemungkinan seseorang mengalami permasalahan fisik, jiwa, spiritual, ekonomi, dan sosial.
22
Komplikasi yang dapat terjadi bila hipertensi tidak terkontrol yaitu dapat mengenai mata,
ginjal, jantung dan otak yang menyebabkan penyakit lain seperti stroke, gagal ginjal, gagal
jantung dan gangguan penglihatan.
2. Diabetes mellitus
Diabetes mellitus yaitu suatu keadaan dimana ditandai adanya kadar glukosa dalam darah
lebih dari 200 mg/dl akibat adanya diakibatkan kegagalan sel Beta pankreas yang
memproduksi insulin sehingga tubuh tidak dapat menggunakan secara efektif insulin yang
diproduksi.
Diabetes melitus diklasifikasikan menjadi 4, yaitu diabetes melitus tipe 1, diabetes melitus
tipe 2, diabetes melitus Gestasional dan diabetes melitus tipe lain.
Diabetes Mellitus mempunyai sindroma klinik yang ditandai adanya poliuria, polidipsia dan
polifagia, disertai peningkatan kadar gula darah. Tanda dan gejala diabetes meliputi seing/
banyak BAK, cepat lapar/ sering makan, mudah haus/ banyak minum, merasa sering Lelah,
kesemutan di anggota gerak, luka yang sulit sembuh dan pandangan kabur.
Penatalaksanaan DM tergantung dengan tipenya. penatalaksanaan DM tipe 2 selalu diawali
dengan pendekatan non farmakologis bisa dengan menerapkan perilaku pola hidup sehat,
terapi nutrisi, olahraga dan penurunan berat badan. Jika tidak dapat mencapai penurunan
target gula darah dilakukan intervensi pengobatan anti diabetik oral.
Anti diabetes oral terdapat 6 golongan obat: sulfonilurea, biguanid, kalium kanal bloker,
glucosidase inhinitor, tiazolidindion dan DPP-4 inhinitor.
Komplikasi DM yang tidak terkontrol dan jangka panjang dapat mengenai seluruh organ,
antara lain:
• Mata: katarak dan retinopati diabetikum
• Kulit: ulkus maupun gangrene
• Saraf: neuropati diabetikum
• Ginjal: nefropati diabetikum, gagal ginjal
• Jantung: gagal jantung, jantung coroner
• Gigi: penyakit periodontal
3. Arthritis
Arthritis adalah suatu penyakit inflamasi kronik yang progresif dan menimbulkan kerusakan
sendi yang permanen. Terdapat beberapa penyakit yang berkaitan dengan peradangan sendi
antara lain osteoarthritis, gout arthritis dan rheumatoid arthritis.
23
Terdapat beberapa faktor risiko dan penyebabnya, yaitu: reaksi autoimun, obesitas,
kelemahan otot, aktivitas fisik yang berlebihan atau kurang, trauma sebelumnya, penurunan
fungsi proprioseptif, faktor keturunan dan faktor mekanik.
Tanda dan gejala pada setiap penyakit peradangan sendi berbeda-beda dan dengan penyebab
yang berbeda pula. Secara umum penyakit ini memiliki keluhan berupa kaku atau nyeri pada
sendi, bengkak dan kemerahan di sendi, keterbatasan gerak pada sendi.
Penatalaksanaan berbeda setiap penyakit namun pada peradangan sendi akibat reaksi
autoimun dapat mencakup pengobatan untuk mengkontrol reaksi imunitas, analgesik
sebagai antinyeri, rehabilitasi medis yang berfungsi untuk meningkatkan fungsional tubuh
dan pembedahan dengan mengganti sendi yang rusak bila keluhan tidak membaik.
4. Stroke
Stroke adalah penyakit yang terjadi akibat suplai oksigen dan nutrisi ke otak terganggu yang
diakibatkan oleh sumbatan maupun pecahnya pembuluh darah ke otak sehingga
menimbulkan deficit neurologis.
Tanda dan gejala stroke berupa sakit kepala, kelemahan pada anggota gerak tubuh baik salah
satu sisi maupun keduanya yang terjadi secara tiba-tiba, gangguan bicara seperti bicara pelo
(disatria), keseimbangan dan kesadarn terganggu, penurunan kesadaran secar tiba-tiba,
gangguan penglihatan secara tiba-tiba dan gangguan fungsi menelan.
Penatalaksanaan stroke dengan menghindari factor risiko seperti mengontrol tekanan darah,
mengkonsumsi obat-obatan stroke.
5. Penyakit paru obstruktif kronis
Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) adalah suatu penyakit paru kronis yang ditandai
adanya hambatan aliran udara di saluran pernapasan.
Tanda dan gejala meliputi sesak napas, batuk berdahak yang berkepanjangan, napas
berbunyi ngik (mengi) dan cepat Lelah.
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan dengan menghindari faktor pemicu seperti berhenti
merokok, mengkonsumsi obat-obatan untuk mengurangi gejala batuk dan sesak, rehabilitasi
medis pernapasan untuk mengembalikan fungsional pernapasan dan dapat mengatur pola
napas yang baik serta terapi oksigenasi.
24
2) Gelas Mempesona Hati
Gelas mempesona hati adalah inovasi yang terdiri dari singkatan gerakan lansia sehat
mewujudkan masyarakat peduli persoalan kesehatan di hari tua nanti. Gelas mempesona
hati terdidi dari beberapa program unggulan yang terdiri dari:
Kegiatan Gelas Perak (Gerakan Lansia Sehat Perluas Akses dan Layanan Kesehatan) adalah
Kegiatan perluas akses layanan kesehatan di masyarakat dengan Posyandu Lansia.
Posyandu lansia sudah dibentuk semua desa/kelurahan yang ada di wilayah kerja puskesmas
Trenggalek berjumlah 13 posyandu. Kegiatan ini dilaksanakan rutin setiap bulan dengan
sasaran usia pralansia dan lansia. Pelayanan preventif dan promotive yang dilakukan dengan
tahapan:
• Pendaftaran
• Pencatatan kegiatan harian, pengukuran BB, TB dan IMT
• Pengukuran tekanan darah dan pemeriksaan kesehatan
• Pemeriksaan laboratorium sederhana
• Penyuluhan/konseling
Prosedur pelayanan:
2) Petugas/ kader melakukan pengukuran Tinggi Badan, Berat badan dan Lingkar Pinggang di
meja 2
5) Petugas/ kader melakukan konseling (kesimpulan) di meja 5 dari hasil pemeriksaan dari
meja 1 sampai dengan meja 4.
25
2. Gelas Timah (Tinjauan Rumah)
Gelas Timah (Gerakan Lansia Sehat Tinjau ke Rumah) adalah Kegiatan Home Care/
kunjungan rumah secara Komprehensif yang bertujuan memandirikan lansia dan
keluaraganya supaya ikut berpartisipasi merncanakan kegiatan perawatan lansia di rumah.
Sasaran gelas timah adalah kelompok lanasia berisiko tinggi yaitu lebih dari 70 tahun atau
lansia 60 tahun dengan masalah kesehatan.
Prosedur pelayanan:
1) Petugas mendata lansia dengan Resiko Tinggi dan Lansia dengan kemandirian B/C dengan
menggunakan screening score
2) Petugas mengunjungi Lansia Resiko Tinggi dan Kemadirian B/C
3) Petugas mengajari Care Giver/ Pendamping Lansia tentang perawatan Lansia di rumah.
4) Petugas Puskesmas memberikan rujukan bilamana perlu.
Pelayanan One Stop Service adalah semua bentuk pelayanan kesehatan yang diberikan
pada lansia dalam paket pelayanan satu ruangan, tanpa harus berpindah ke ruang lain
mulai dari pendaftaran, pemeriksaan hingga mendapatkan obat.
a. Lansia Kit
b. Alat tulis menulis
c. Buku Kesehatan Lanjut Usia
d. Kohort lansia
Langkah-langkah:
2) Petugas Pendaftaran di Rumah Sehat Lansia menerima identitas pasien yang akan berobat
26
4) Petugas Pendaftaran di Rumah Sehat lansia Mempersilahkan Pasien duduk menunggu
Rekam Medis pasien.
5) Perawat memanggil Pasien sesuai urutan untuk melakukan anamnesa dan pemeriksaan
tanda-tanda vital pada pasien
7) Perawat/ Dokter memanggil pasien sesuai urutan untuk masuk ke ruang pemeriksaan Dokter
10) Dokter Umum/ dokter Gigi memberikan Resep obat kepada pasien
11) Petugas Gizi memberikan Konseling Gizi pada Pasien yang memerlukan Konseling Gizi di
Rumah Sehat Lansia
12) Petugas Apotek memberikan obat kepada pasien Rumah Sehat Lansia.
Gelas Emas (Gerakan Lansia Sehat Energik Mandiri Aktif Semangat) adalah Kegiatan
senam lansia yang dilaksanakan bersamaan dengan jadwal posyandu lansia atau sesuai
jadwal yang disepakati bersama minimal dilakukan sebulan sekali dengan instruktur
mandiri. Sasaran gelas emas ini adalah usia pralansia dan lansia.
1) Petugas Puskesmas membuat jadwal senam lansia yang disepakati di Posyandu Lansia.
2) Petugas Puskesmas mendampingi kegiatan senam yang diintrukturi oleh Kader Lansia.
3) Petugas Puskesmas membuat dokumentasi kegiatan senam lansia
4) Petugas Puskesmas melakukan monitoring evaluasi pelaksanaan kegiatan senam lansia.
Gelas Granit (Gerakan Lansia Sehat Gigi Bersih dan Rapi Kini Hingga Nanti) adalah
Kegiatan pemberian layanan gigi pada lansia baru yang berkunjung di Rumah Sehat Lansia.
27
Prosedur pelayanan gelas granit:
6. Gelas Bezi
Gelas Bezi (Gerakan Lansia Sehat Beri Layanan Gizi) adalah Kegiatan yang terdiri dari
Konseling Gizi dan penyuluhan gizi baik di Posyandu Lansia maupun di Puskesmas.
Kualitas hidup lansia adalah tingkat kesejahteraan dan kepuasan dengan peristiwa
atau kondisi yang dialami lansia, yang dipengaruhi penyakit atau pengobatan. Kualitas
hidup lansia bisa didapatkan dari kesejahteraan hidup lansia, emosi, fisik, pekerjaan,
kognitif dan kehidupan sosial (Saftarina, 2016). Aspek Kualitas hidup lansia meliputi:
Lanjut usia dapat dinyatakan memiliki tingkat kualitas hidup yang baik, bila suatu
kondisi yang menyatakan tingkat kepuasan secara batin, fisik, sosial, serta kenyamanan dan
kebahagiaan hidupnya.
28
Senam adalah serangkaian gerak nada yang teratur dan terarah serta terencana yang
dilakukan secara tersendiri atau berkelompok dengan maksud meningkatkan kemampuan
fungsional raga untuk mencapai tujuan tersebut. Senam lansia tidak hanya sekedar menjaga
kesehatan pada lansia, tetapi tetapi tercapainya lansia yang sehat fisik, mental, dan sosial
Menurut World Health Organization Quality of Life (WHOQOL), kualitas hidup adalah
kondisi fungsional lansia yang meliputi kesehatan fisik yaitu aktivitas sehari – hari,
ketergantungan pada bantuan medis, kebutuhan istirahat, kegelisahan tidur, penyakit, energi
dan kelelahan, mobilitas, aktivitas sehari-hari, kapasitas pekerjaan, kesehatan psikologis
yaitu perasaan positif, penampilan dan gambaran jasmani, perasaan negatif, berfikir, belajar,
konsentrasi, mengingat, self esteem dan kepercayaan individu (Supriani, 2021) (Pamungkas,
2016).
Peningkatan kualitas hidup secara mental yang diperoleh melalui aktivitas fisik ialah
mengurangi stres, meningkatkan rasa antusias dan rasa percaya diri, serta mengurangi
kecemasan dan depresi seseorang terkait dengan penyakit yang dialaminya (Saftarina,
2016). Senam yang dilakukan oleh lansia dapat menunjukkan peningkatan skor kualitas
hidyp rata-rata lansia. Hal ini dilakukan oleh Saftarina 2016 dengan responden penelitian
usia 60-78 tahun yang mengalami hipertensi dengan melakukan senam bahwa didapatkan
penigkatan kualitas hidup yang lebih baik pada pasien yang melakukan senam secara rutin
maupun tidak rutin dibandingkan dengan pasien yang tidak melakukan senam lansia sama
sekali (Saftarina 2016).
Gerakan-gerakan yang dilakukan pada senam lansia tidak bersifat high impact tetapi low
impact yang merupakan rangkaian gerakan kegiatan sehari-hari dengan dipadukan musik
yang lembut dan tidak menghentak-hentak yang menimbulkan suasana santai. Gerakan otot
yang dipilih adalah gerakan yang tidak terlalu menimbulkan beban dan setiap gerakan
dibatasi delapan sampai enam belas kali hitungan serta cukup baik bila dilakukan secara
teratur dua sampai tiga kali seminggu. Senam lansia dibuat khusus untuk membantu lansia
agar dapat mencapai usia lanjut yang sehat, berguna, bahagia, dan sejahtera.
29
dipengaruhi oleh tekanan darah dan tingkat kesadaran seseorang tersebut. Berdasarkan
penelitian yang telah dilakukan dan hasil yang sudah di olah dalam program SPSS diketahui
bahwa lansia yang tidak melakukan senam memiliki kualitas hidup baik dengan skor antara
60-90, lalu lansia yang melakukan senam lansia tidak rutin dalam satu bulan terakhir serta
lansia yang melakukan senam lansia secara rutin memiliki kualitas hidup yang sangat baik
dengan skor lebih dari 90. Uji statistik yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan
menggunakan metode Chi Square didapatkan hasil p-value < α (α= 0,05), Hal tersebut dapat
diartikan bahwa senam lansia memiliki hubungan dengan kualitas hidup lansia yang
menderita hipertensi.
Sejalan dengan penelitian Setiawan (2013) Senam bugar lansia dilakukan oleh 30 responden
yang menderita hipertensi. Eksperimen dilakukan dengan membandingkan skor kualitas
hidup yang diukur dengan pengisian short-form yang dilakukan pada lansia penderita
hipertensi sebelum dan sesudah senam bugar lansia. Hasilnya terdapat pengaruh yang
signifikan antara senam bugar lansia terhadap kualitas hidup pasien penderita hipertensi
dimana nilai signifikannya 0,000 dengan dibuktikannya adanya skor peningkatan kualitas
hidup.
Senam secara teratur akan menurunkan tekanan darah, karena mampu menstimulasi kerja
saraf perifer khususnya saraf parasimpatis yang bisa menyebabkan vasodilatasi pembuluh
darah sehingga terjadi penurunan darah sistol dan diastol. Literatur lain (Knajihah, 2018)
menunjukkan bahwa senam lansia dapat menurunkan tekanan darah pada lansia yang
menderita hipertensi dengan nilai p value 0,02 < a = 0,05 (Handayani, 2020).
b. Senam lansia pada Stroke
Stroke merupakan penyebab kecacatan nomor satu dan penyebab kematian nomor tiga
setelah penyakit jantung dan kanker baik dinegara maju maupun berkembang. Penelitian
yang dilakukan oleh Melati et al. (2021) ditemukan ada pengaruh senam anti stroke terhadap
penurunan tekanan darah. Senam anti stroke dapat meningkatkan aktivitas parasimpatis
yang menyekresi neurotransmitter asetilkolin (Ach) sehingga melepaskan nitrat oksida pada
sel endotel dimana hal ini akan menurunkan kekakuan arteri.
Gerakan senam anti stroke ini dilakukan mulai dari gerakan menepuk seluruh ekstremitas,
bahu, pinggang belakang, dan perut. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Fidyastria
(2017) bahwa gerakan senam anti stroke ini dilakukan dengan kekuatan sedang menepak
bagian ekstremitas, pundak, tulang belakang, dan perut. Sebelum melakukan gerakan, lansia
melakukan pemanasan terlebih dahulu dan ditutup dengan pendinginan. Pada dasarnya
30
senam anti stroke sama dengan senam hipertensi yang bertujuan menurunkan tekanan darah
upaya pencegahan stroke.
Individu saat melakukan senam anti stroke tubuh akan membakar lemak yang menyumbat
pembuluh darah. Dengan demikian, arteri akan melebar dan tahanan perifer menurun yang
selanjutnya tekanan darah pun tidak meningkat atau mengalami penurunan. Senam anti
stroke juga meningkatkan aktivitas saraf parasimpatis dan menurunkan aktivitas saraf
simpatis sehingga tekanan darah menurun. Berikut gerakan senam stroke yang tertera pada
gambar 2.2:
a) b) c)
d) e) f)
g) h) i)
31
pinggang; h) jongkok berdiri; i) kaki jinjit. Setiap gerakan
diulangi 2 kali 8 detik.
a) b)
32
c) d)
e) f)
g)
33
reumatik adalah membuat tulang menjadi lebih lentur, otot-otot akan menjadi tetap kencang,
memperlancar peredaran darah, menjaga kadar lemak darah tetap normal, tidak mudah
mengalami cedera, jantung menjadi lebih sehat, selain itu senam reumatik sangat mudah
untuk dialakukan dan biaya yang dikeluarkan sangat terjangkau. Senam reumatik juga dapat
meningkatkan kemampuan berjalan lansia serta dapat melakukan aktivitasnya sehari-hari
dan senam yang diberikan kepada lansia tidak perlu terlalu berat, cukup dengan gerakan
pelan dan dapat diikuti oleh lansia (Susilowati,2019)
Senam rematik merupakan senam yang berfokus pada mempertahankan lingkup gerak sendi
secara maksimal. Tujuan dari senam reumatik ini yaitu mengurangi nyeri sendi dan menjaga
kesehatan jasmani penderita reumatik. Pada umumnya pengelolaan nyeri dapat dilakukan
dengan stimulus kutaneus, distraksi, relaksasi, imajinasi terbimbing dan hipnotis.
(Lahemma, 2019). Penelitian sebelumnya yang dilakukan Rohman (2018) terkait pengaruh
senam rematik untuk menurunkan nyeri lebih terbukti efektif dalam menurunkan nyeri yang
terjadi, sehingga senam rematik ini dapat dijadikan sebagai alternatif penanganan nyeri pada
Rheumatoid Athritis.
Dalam penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Pujiati (2019) dengan judul penelitian
Senam Rematik Terhadap Peningkatan Kualitas Hidup Lansia. Setelah dilakukan senam
rematik selama 2 minggu nyerinya berkurang dengan skala nyeri 7 menjadi 3 Senam rematik
yang dilakukan 2-3 kali dalam seminggu dengan durasi waktu selama30-60 menit badan
terasa rileks, dan segar. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Fatkuriyah (2018)
menunjukkan hasil bahwa lansia mengalami penurunan nyeri sendi setelah dilakukan senam
rematik selama 4 minggu. Dari hasil penelitian dari beberapa artikel penelitian yang telah
di dapatkan, menunjukkan bahwa senam reumatik merupakan gerakan yang sangat praktis,
efektif, efisien, dan logis karena gerakannya dilakukan secara teratur dan untuk memelihara
kesehatan tubuh pada penderita RA. Bahwa dalam melakukan senam reumatik sangat efektif
untuk mengurangi Intesitas Nyeri pada pasien arthritis. Berikut salah satu contoh gerakan
senam arthritis:
a) b) c) d)
34
e) f)
Gambar 2.4 Gerakan senam untuk mengurangi nyeri arthritis. a) berjalan ditempat
selama 30 detik; b) gerakan duduk-berdiri 12 kali; c) gerakan peregangan otot selama 30
detik; d) meluruskan lutut; e) gerakan naik tangga 12 kali; f) peregangan pergelangan
kaki
35
7 Seberapa sering anda
mampu berkonsentrasi?
8 Seberapa sering anda
merasa aman dalam
menjalani kehidupan
seharihari?
9 Seberapa sering anda turut
serta membersihkan
lingkungan yang anda
tinggal?
10 Seberapa sering anda
memiliki tenaga untuk
beraktivitas?
11 Seberapa sering anda
menyukai penampilan
anda?
12 Seberapa sering anda
mempunyai uang untuk
memenuhi kebutuhan
seharihari?
13 Seberapa sering
ketersediaan informasi
penting bagi anda dlam
kehidupan seharihari?
14 Seberapa sering anda
memiliki kesempatan
Untuk
bersenangsenang/rekreasi?
Sangat Buruk Biasa- Baik Sangat
Buruk biasasaja Baik
15 Seberapa baik kemampuan
anda dalam bergaul?
Sangat Tidak Cukup Puas Sangat
tidakpuas puas puas
16 Seberapa puas anda dengan
tidur anda?
17 Seberapa puas anda dengan
kemampuan anda untuk
melakukan kegiatan
sehari-hari?
18 Seberapa puas anda dengan
kemampuan anda untuk
bekerja?
19 Seberapa puas dengan diri
anda?
20 Seberapa puas dengan
pergaulan anda saat ini?
21 Seberapa puas dengan
kehidupan seksual anda?
36
22 Seberapa puas dengan
dukungan dari teman-
teman anda?
23 Seberapa puas dengan
kondisi lingkungan yang
anda tinggal saat ini?
24 Seberapa puas dengan
pelayanan kesehatan yang
anda peroleh?
25 Seberapa puas dengan
kendaraan yang anda
miliki?
Tidak Jarang Cukup Sangat Selalu
pernah sering sering
26 Seberapa sering anda
memiliki perasaan negatif
Seperti kesepian, putusasa,
cemas dan sedih?
1 Berapa umurmu?
5 Dimanakah ini?
37
7 Tahun berapa Indonesia merdeka?
38
11 Apakah anda pikir hidup anda saat ini Ya/Tidak
menyenangkan?
12 Apakah anda merasa tidak berharga Ya/Tidak
seperti perasaan anda saat ini?
13 Apakah anda merasa penuh semangat? Ya/Tidak
39
6 Bergerak dari kursi roda 0= tidak mampu;
ketempat tidur 1= bisa pindah dengan kursi
roda; 2= berjalan dengan
bantuan orang lain
7 Berjalan di tempat rata 0= tidak mampu;
1= bisa pindah dengan kursi
roda; 2= berjalan dengan
bantuan orang lain
8 Berpakaian 0= butuh pertolongan
1= sebagian dibantu; 2=
mandiri
9 Naik turun tangga 0= butuh pertolongan
1= sebagian dibantu; 2=
mandiri
10 Mandi 0= butuh pertolongan orang
lain; 1= mandiri
40
BAB 3
LANGKAH PELAKSANAAN DIAGNOSIS KOMUNITAS
3.2.1 Populasi
Semua penduduk pra lansia (45-59 tahun) dan lansia (>60 tahun) pada periode bulan
Januari-Desember 2022 yang berada pada cakupan posyandu lansia wilayah kerja Puskesmas
Trenggalek, Kabupaten Trenggalek dan pra lansia (45-59 tahun) dan lansia (>60 tahun) yang
melakukan kunjungan di Rumah Sehat Lansia (RSL) Puskesmas Trenggalek, Kabupaten
Trenggalek.
3.2.2 Sampel
Seluruh pra lansia dan lansia pada periode Januari-Desember 2022 yang berada pada
posyandu lansia wilayah kerja Puskesmas Trenggalek dan pengunjung Rumah Sehat Lansia
(RSL) Puskesmas Trenggalek.
3.3 Data
3.3.1 Sumber data
1. Data primer yang didapatkan dari hasil wawancara dengan penanggung jawab UKM,
koordinator Promkes, dan koordinator Lansia di Puskesmas Trenggalek
2. Data sekunder didapatkan dari Mapping Kunjungan Caregiver, Kunjungan Rumah
Sehat Lansia, Jumlah Kunjungan Posyandu Lansia tahun 2022 dan Evaluasi Program
Inovasi Gelas Mempesona Hati tahun 2022 di Puskesmas Trenggalek, Kabupaten
Trenggalek
3.3.2 Analisis data deskriptif dan analitik
Analisis data berupa deskriptif dan analitik digunakan untuk mengetahui
permasalahan yang ada pada program “Gelas Mempesona Hati” yang diselenggarakan oleh
Puskesmas Trenggalek.
41
3.4 Identifikasi Masalah
3.4.1 Analisis situasi
Puskesmas Trenggalek terletak di Kecamatan Trenggalek tepatnya di Desa
Karangsoko, dengan luas wilayah kerja 17,28 km2 yang terdiri dari 90% dataran rendah
10% dataran tinggi. Wilayah kerja Puskesmas Trenggalek terdiri dari 2 desa dan 4 kelurahan
yaitu:
1. Desa Karangsoko : 29 RT
2. Desa Sambirejo : 16 RT
3. Kelurahan Kelutan : 14 RT
4. Kelurahan Tamanan : 14 RT
5. Kelurahan Ngantru : 23 RT
6. Kelurahan Sumbergedong : 20 RT
Jumlah RT : 116 RT
Batas-batas wilayah kerja UPT Puskesmas Trenggalek adalah :
a) Utara : Wilayah Kerja Puskesmas Trenggalek
b) Timur : Wilayah Kerja Puskesmas Pogalan
c) Selatan : Wilayah Kerja Puskesmas Gandusari
d) Barat : Wilayah Kerja Puskesmas Karangan
Berdasarkan dari data yang ada ternyata jumlah penduduk perempuan (17.349 jiwa)
di wilayah kerja puskesmas Trenggalek lebih banyak dari jumlah penduduk laki laki (16.556
jiwa) dengan Sex Ratio 95,4 %, oleh karenanya selain perlu memberikan perhatian pada
penduduk golongan perempuan upaya yang lebih intensif juga perlu dilakukan terhadap
penduduk golongan laki-laki sebagai pencari nafkah pada keluarganya.
Jumlah peserta JKN yang terdaftar dalam tahun 2022 yaitu sebanyak 10.858 peserta.
Dengan distribusi per wilayah sebagai berikut:
Tabel 3.2 Jumlah KK Peserta JKN
No. Desa/Kelurahan Jumlah Peserta Jumlah yang
JKN belum menjadi
peserta JKN
Karangsoko 2150 4078
1
Sambirejo 930 3484
2
Kelutan 1260 3996
3
Tamanan 1760 4222
4
Ngantru 2172 3915
5
Sumbergedong 2586 3289
6
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa KK terbanyak yang belum menjadi peserta
JKN berada di Desa Tamanan yaitu sebanyak 4.222 penduduk. Sedangkan KK paling sedikit
yang belum menjadi peserta JKN berada di Desa Sumbergedong, yaitu sebanyak 3289
penduduk.
Sarana yang dimiliki UPT Puskesmas Trenggalek meliputi: 1 (satu) unit Gedung
Puskesmas Trenggalek yang beralamat di Desa Karangsoko, Jl Soekarno-hatta Gang
Rambutan No 1; 3 (tiga) unit Puskesmas Pembantu yaitu Pustu Sumbergedong, Pustu
Karangsoko dan Pustu Kelutan; 1 (satu) Ponkesdes yaitu Ponkesdes Ngantru; dan 1 (satu)
43
polindes yaitu polindes Kelurahan Tamanan. Adapun prasarana penunjang meliputi: 1 (satu)
unit mobil ambulans, 1 (satu) unit mobil pusling, 5 unit roda dua, 1 unit IPAL, PLN, PDAM.
3.4.2 Analisis epidemiologi
Tabel 3.3 Distribusi Persebaran Pra Lansia dan Lansia di Posyandu Lansia Wilayah
Kerja Puskesmas Trenggalek Periode Januari-Desember 2022
Jumlah Pra Jumlah Lansia
Jumlah Lansia (45-59
No. Nama Desa >60 tahun >70 tahun
Posyandu tahun)
L P L P L P
1. Karangsoko 3 890 875 311 399 284 331
2. Sambirejo 3 376 380 191 183 145 127
3. Kelutan 2 637 683 385 398 249 204
4. Sumbergedong 2 704 694 349 366 298 299
5. Tamanan 4 548 661 431 457 301 262
6. Ngantru 3 525 642 281 286 243 201
Total 17 3680 3938 1948 2089 1520 1424
Dari data di atas dapat diketahui bahwa Kelurahan Kelutan dan Kelurahan
Sumbergedong memiliki jumlah posyandu paling sedikit dibandingkan desa lainnya di
wilayah kerja Puskesmas Trenggalek tahun 2023.
Tabel 3.4 Distribusi Pengunjung Rumah Sehat Lansia Berdasarkan Periode Januari-
Desember 2022
Total
No. Nama Poli Kunjungan
Pasien
3. Poli Gizi 21
Tabel 3.5 Mapping Pelayanan Caregiver Bagi Lansia Risiko Tinggi Periode Januari-
Desember 2023
1 Karangsoko 10
2 Sambirejo 10
44
3 Tamanan 10
4 Kelutan 10
5 Ngantru 10
6 Sumbergedong 10
Pelayanan
Analisa Akar Penyebab Masalah
Kesehatan/Program
Gelas Emas
Pelaksanaan Senam lansia belum maksimal, belum
semua peserta posyandu Lansia mengikuti senam
45
3.4.4 Analisis perilaku
Tabel 3.7 Langkah Pelayanan Kesehatan/Program Gelas Mempesona Hati
No. Pelayanan Langkah-langkah
Kesehatan/Program
1 Gelas Emas 1. Petugas Puskesmas membuat jadwal senam lansia
yang disepakati di Posyandu Lansia.
2. Petugas Puskesmas mendampingi kegiatan senam
yang diinstrukturi oleh Kader Lansia.
3. Petugas Puskesmas membuat dokumentasi
kegiatan senam lansia
4. Petugas Puskesmas melakukan monitoring evaluasi
pelaksanaan kegiatan senam lansia
2 Gelas Perak 1. Petugas/ kader melakukan pendaftaran pada lansia
di Posyandu Lansia di meja 1.
2. Petugas/ kader melakukan pengukuran Tinggi
Badan, Berat badan dan Lingkar Pinggang di meja
2
3. Petugas Puskesmas mengukur Tekanan Darah di
meja ke 3
4. Petugas Puskesmas melakukan pemeriksaan
Laboratorium sederhana pada lansia bilamana
diperlukan
5. Petugas/ kader melakukan konseling (kesimpulan)
di meja 5 dari hasil pemeriksaan dari meja 1
sampai dengan meja 4
6. Petugas Puskesmas memberikan rujukan bilamana
perlu
3 Gelas Perunggu 1. Petugas Skrening/ Cek Point menskrening Pasien
Lansia
2. Petugas Pendaftaran di Rumah Sehat Lansia
menerima identitas pasien yang akan berobat
3. Petugas Pendaftaran di Rumah Sehat Lansia
melakukan Pendaftaran Pasien
46
4. Petugas Pendaftaran di Rumah Sehat lansia
Mempersilahkan Pasien duduk menunggu Rekam
Medis pasien.
5. Perawat memanggil Pasien sesuai urutan untuk
melakukan anamnesa dan pemeriksaan tanda-tanda
vital pada pasien
6. Perawat Mempersilahkan pasien duduk menunggu
antrian pemeriksaan Dokter
7. Perawat/ Dokter memanggil pasien sesuai urutan
untuk masuk ke ruang pemeriksaan Dokter
8. Dokter Umum / Dokter Gigi melakukan
Pemeriksaan pada pasien
9. Petugas Laboratorium melakukan Pemeriksaan
laboratorium sesuai indikasi medis pada Pasien
Rumah Sehat Lansia.
10. Dokter Umum/ dokter Gigi memberikan Resep
obat kepada pasien
11. Petugas Gizi memberikan Konseling Gizi pada
Pasien yang memerlukan Konseling Gizi di Rumah
Sehat Lansia
12. Petugas Apotek memberikan obat kepada pasien
Rumah Sehat Lansia
4 Gelas Bezi 1. Petugas menerima rujukan gizi
2. Petugas memberikan edukasi gizi dan penyuluhan
gizi sesuai dengan kondisi lansia.
3. Petugas Puskesmas memberikan rujukan bilamana
perlu
5 Gelas Granit 1. Petugas menerima rujukan gigi
2. Petugas memberikan layanan gigi sesuai dengan
kondisi kesehatan gigi lansia.
3. Petugas Puskesmas memberikan konseling gigi
sesuai dengan kondisi kesehatan giginya
4. Petugas memberikan Rujukan bilamana perlu
47
6 Gelas Timah 1. Petugas mendata lansia dengan Resiko Tinggi dan
Lansia dengan kemandirian B/C
2. Petugas mengunjungi Lansia Resiko Tinggi dan
Kemadirian B/C
3. Petugas mengajari Care Giver/ Pendamping Lansia
tentang perawatan Lansia di rumah.
4. Petugas Puskesmas memberikan rujukan bilamana
perlu
Tabel 3.8 Evaluasi Program Inovasi Gelas Mempesona Hati Periode 2022
%
Pelayanan Target Total Target Kesenjangan
No. Pencapaian Cakupan
Kesehatan/Program (%) Sasaran Sasaran Target
Riil
1 Gelas Posyandu lansia
Emas melaksanakan 100% 17 17 17 100% 0%
senam lansia
2 Gelas Posyandu lansia
Emas mempunyai kader
100% 17 17 17 100% 0%
terlatih menjadi
instruktur
3 Gelas Pralansia
Perak diskrening 40% 7531 3012 7531 250% 210%
kesehatannya
4 Gelas Lansia diskrining
70% 6311 4418 6311 142% 72%
Perak kesehatannya
5 Gelas Kepuasan
Perunggu pengunjung
90% 3060 6311 3011 109% 19%
Rumah Sehat
Lansia (RSL)
6 Gelas Bezi Konseling Gizi di
Rumah Sehat 85% 2711 2304 2373 102% 17%
Lansia (RSL)
48
7 Gelas Konseling Gigi di
85% 897 762 861 112% 27%
Granit Posyandu Lansia
8 Gelas Kunjungan rumah
Timah lansia Risiko 80% 240 192 233 121% 41%
Tinggi
Berdasarkan data di atas, program Gelas Mempesona Hati secara keseluruhan
menunjukkan bahwa %cakupan riil setiap Gelas sudah mencapai target bahkan melebihi
%target. Sehingga kami mencoba untuk mencari dan menelusuri setiap langkah-langkah
yang ada pada setiap gelas terkait permasalahan yang ada, yang mana permasalahan tersebut
dapat diminimalisir sehingga lebih mampu mengembangkan output dari setiap gelas dari
program Gelas Mempesona Hati.
3.4.5 Analisis konten
Kekurangan dan upaya yang dilakukan dalam setiap gelas program Gelas Mempesona
Hati, berdasarkan wawancara bersama dengan penanggung jawab setiap gelas yakni
didapatkan hasil sebagai berikut :
1. Gelas Emas : Dalam pelaksanaannya, masih ada posyandu yang belum melaksanakan
senam lansia atau jadwal senam tidak bertepatan dengan posyandu lansia, selain itu
masih ada posyandu yang belum memiliki kader terlatih untuk menjadi instruktur
senam serta masih kurangnya sarana dan prasarana seperti sound system.
Pelaksanaan senam lansia sebaiknya dilakukan sebelum pelaksanaan posyandu
lansia, kalaupun harus berganti hari sebaiknya setelah senam lansia diadakan skrining
cek gula darah/kolesterol/asam urat untuk menarik minat masyarakat mengikuti senam
lansia. Jika posyandu lansia belum memiliki kader terlatih dalam menjadi instruktur
senam, maka petugas puskesmas dapat membawa proyektor beserta LCD untuk
menonton gerakan senam di platform “Youtube” saat senam lansia, adapun kader
berada di barisan kedepan untuk melatih kader dalam percaya diri memimpin gerakan
senam. Sarana prasana yang tidak memadahi seperti tidak tersedianya sound system
dapat meminjam kepada masjid/mushollah terdekat.
2. Gelas Perak : Dalam pelaksanaan memperluas akses layanan kesehatan dalam ruang
lingkup wilayah kerja Puskesmas Trenggalek, perlu adanya penambahan jumlah
posyandu lansia pada wilayah yang dinilai tidak seimbang antara jumlah pralansia dan
lansia dengan jumlah posyandu. Upaya yang dilakukan dalam hal tersebut yakni dengan
mencoba untuk membentuk posyandu lansia baru pada daerah tersebut namun adanya
49
kendala sehingga hanya dapat melakukan skrining keliling pada setiap RT di wilayah
tersebut dengan kerjasama lintas program (skrining TB, skrining jiwa), namun
kurangnya koordinasi antar petugas lintas program terkait penjadwalan skrining
keliling tersebut akibat setelah dijadwalkan nyatanya ada beberapa petugas skrining
tidak dapat hadir sehingga petugas skrining kewalahan untuk melakukan kegiatan ini.
Selain itu, penyampaian informasi skrining keliling kepada tokoh masyarakat seperti
ketua RT/RW untuk disebarluaskan kepada masyarakat sekitar belum optimal, karena
hanya sekedar memberikan informasi secara lisan saja kepada tokoh masyarakat pada
H-7 sebelum pelaksanaan skrining keliling tanpa ada follow up.
Koordinasi antar petugas lintas program terkait jadwal skrining agar tidak
bertabrakan dengan jadwal kegiatan lain yakni bisa membuat suatu skala prioritas
terkait kegiatan yang dihadiri tersebut, sehingga dapat memilih sekiranya kegiatan
mana yang harus dihadiri atau tidak. Kemudian terkait penyampaian informasi kepada
tokoh masyarakat sebaiknya tidak hanya menyampaikan secara lisan kepada mereka,
namun bisa dengan membuat sebuah poster yang dibagikan kepada masyarakat terkait
akan diadakannya skrining keliling di lokasi tersebut serta melakukan follow up bisa
melalui chat WhatsApp/Telpon kepada tokoh masyarakatnya apakah informasi sudah
tersampaikan kepada masyarakat serta mengingatkan kembali informasi skrining
kepada masyarakat saat H-1 kegiatan.
3. Gelas Perunggu : Dalam pelaksanaan proses one step service dirumah sehat lansia
(RSL), ada beberapa kendala seperti kesalahan dalam identifikasi pasien karena
kemiripan nama ataupun kondisi pendengaran pasien yang menurun, namun pasien
menghiraukan saja arahan petugas tanpa crosscheck kembali apakah benar itu yang
bersangkutan yang dipanggil menuju poli lansia atau bukan selain itu terkadang lansia
yang datang tidak ada pendampingan dari keluarga sehingga kedua hal tersebut
berujung pada risiko terjadi kesalahan pemberian informasi terkait penyakit pasien,
pengobatan dari pasien dan survei kepuasan pasien.
Proses identifikasi dari pasien dapat dilakukan dengan memberikan pasien sebuah
gelang yang berisi nama pasien, sehingga ketika petugas memanggil nama pasien,
petugas sembari mengecek nama yang ada pada gelang pasien apakah sesuai dengan
rekam medis yang diterima petugas. Kemudian terkait pendampingan lansia, dapat
membentuk suatu “Tim Tanggap Lansia” yang terdiri dari karyawan Puskesmas
Trenggalek tiap ruangan menyumbang 1 petugas kemudian membuat jadwal harian 2-
50
3 orang yang betugas untuk mendampingi lansia jika tidak ada pendamping saat
berkunjung.
4. Gelas Granit : Dalam proses pelaksanaan gelas ini dirasa sudah cukup bagus. Sehingga
perlu dipertahankan trend ini walaupun skrining gigi belum dilakukan semua oleh
petugas gigi.
5. Gelas Bezi : Dalam proses pelaksanaan penetapan diet (DM, rendah purin, rendah
kolesterol, hipertensi) pada pasien masih menggunakan paper based belum technology
based seperti menggunakan aplikasi atau semacamnya, sehingga petugas masih harus
menulis data pasien (BB, TB, BMI, kalori per hari) di kertas dan disesuaikan dengan
porsi makan setiap harinya, selain itu monitoring diet pasien masih menggunakan paper
based yang mana harus dibawa pasien setiap kali kunjungan ke poli gizi rumah sehat
lansia (RSL), selain itu juga terkadang lansia tidak ada pendamping saat berkunjung.
Untuk merubah dari paper based menjadi technology based dapat memanfaatkan
aplikasi yang sudah ada di software android yakni “Playstore” seperti aplikasi “Hitung
Kalori : Aplikasi Diet” yang mana di dalamnya berisi BMI Calculator beserta Cacatan
Kalori serta pilihan menu makan yang mana disesuaikan dengan kondisi pasien, selain
itu menu Catatan Kalori dapat dijadikan sebagai follow up gizi dari pasien yang dapat
dilakukan setiap kali pasien kontrol kembali ke poli gizi, untuk perihal pendampingan
lansia dapat menggunakan “Tim Tanggap Lansia” seperti pada Gelas Perunggu.
6. Gelas Timah : Dalam pelaksanaannya, masih ada saja lansia dengan kemandirian C
yang tidak mendapatkan pendampingan dari caregiver, pada akhirnya diambil alih
pihak desa namun tidak ada proses tindak lanjut lagi dari puskesmas selain itu
monitoring dan evaluasi kepada caregiver dirasa belum optimal.
Pada area lansia dengan kemandirian C yang tidak ada caregiver perlu
dikembangkan pemberdayaan sistem “Si Mulia = Saya Pemuda Peduli Lansia!”
dengan cara mendata pemuda yang berada dalam satu RT dengan lansia tersebut
kemudian memberdayakan 2-3 pemuda untuk saling gotong-royong membantu activity
daily living (ADL) dari pasien seputar sanitasi, kebersihan diri dan mobilisasi.
Kemudian proses monitoring dan evaluasi kepada caregiver walaupun belum secara
berkala namun pemecahan masalah sudah ada yakni dengan bertanya secara lisan
kepada caregiver terkait proses pendampingan kepada lansia, jika ada yang kurang tepat
akan dikoreksi oleh caregiver dari puskesmas.
3.4.6 Pendekatan statistik
51
Data dari Puskesmas Trenggalek mengenai Gelas Mempesona Hati dioleh
menggunakan cara manual dengan bantuan software Microsoft Word dan Microsoft Excel.
Data yang telah didapat beanalisis dengan metode analisis univariat. Analisis univariat
adalah analisis yang dilakukan untuk mengenali setiap variabel dari hasil penelitan. Analisis
univariat berguna untuk meringkat kumpulan data sedemikian rupa sehingga data tersebut
diubah menjadi informasi yang berguna. Ringkasan data dapat berupa ukuran statistik, tabel,
atau grafik.
52
5. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang
pentingnya posyandu lansia
53
2. Dalam proses pelaksanaan penetapan diet
(DM, rendah purin, rendah kolesterol,
hipertensi) pada pasien masih menggunakan
paper based belum technology based seperti
menggunakan aplikasi atau semacamnya,
sehingga petugas masih harus menulis data
pasien (BB, TB, BMI, kalori per hari) di kertas
3. Monitoring diet pasien masih menggunakan
paper based yang mana harus dibawa pasien
setiap kali kunjungan ke poli gizi rumah sehat
lansia (RSL),
Skrening Gigi Lansia di Posyandu Lansia belum
maksimal karena belum semua dilakukan oleh tenaga
Gigi
Masalah 5
Gelas Granit 1. Kurangnya koordinasi antar petugas gigi
(M5)
sehingga kegiatan skrining gigi belum berjalan
optimal karena keterbatasan jumlah tenaga
medis gigi
Belum adanya Monev Caregiver secara berkala
1. Skrining geriatri yang masih paper based
sehingga butuh waktu lebih lama dalam
mendata dan interpretasi
2. Masih ada saja lansia C yang tidak
Masalah 6
Gelas Timah mendapatkan pendampingan dari caregiver,
(M6)
pada akhirnya diambil alih pihak desa namun
tidak ada proses tindak lanjut lagi dari
puskesmas
3. Monitoring dan evaluasi kepada caregiver
dirasa belum optimal
54
Tabel 3.10 Parameter Metode MCUA
Skor Parameter
1 Tidak gawat
Emergency 2 Kurang gawat
Definisi : Kriteria kegawatan yang Cukup gawat
3
dapat menimbulkan kesakitan atau
kematian 4 Gawat
5 Sangat gawat
1 0-20%
Greatest Member Parameter : Selisih 21-40%
2
antara pencapaian kegiatan dan target
Definisi : Selisih yang digunakan 3 41-60%
untuk menentukan prevalensi / 61-80%
4
insidensi suatu kejadian.
5 81-100%
Tidak melibatkan sektor
1
Expanding Scope Parameter : lain
Melibatkan sektor lain (keamanan dan 2 Melibatkan 1 sektor lain
ketertiban masyarakat, ekonomi,
Melibatkan 1-3 sektor
transportasi, keagamaan) 3 lain
Definisi : Ruang Lingkup Besar
4 Melibatkan >3 sektor
1 Tidak mungkin
Feasibility Parameter : Ketersediaan
2 Cukup mungkin
SDM dibandingkan proker dan dana
Definisi : Kemungkinan dapat atau 3 Mungkin
tidaknya dilakukan kegiatan tersebut.
4 Sangat mungkin
55
3.5.2 Alasan pemilihan area atau prioritas masalah
Tabel 3.11 Perhitungan Prioritas Masalah Berdasarkan MCUA
Kriteria Bobot M1 M2 M3 M4 M5 M6
N T N T N T N T N T N T
Emergency 10 4 40 2 20 2 20 2 20 1 10 3 30
Greatest 10 1 10 1 10 2 10 1 20 1 10 1 10
Member
Expanding 10 1 10 3 30 2 10 1 20 1 10 2 20
Scope
Feasibility 10 3 30 1 10 3 20 2 30 1 10 3 30
Policy 10 3 30 3 30 2 10 1 20 2 20 2 20
Total 120 100 110 70 60 110
Sesuai dengan hasil analisis skala prioritas dengan menggunakan metode MCUA
diatas, didapatkan hasil bahwa Gelas Emas, Gelas Perunggu, dan Gelas Timah, merupakan
masalah dengan skala prioritas utama yang harus diselesaikan. Sehingga masalah ini
merupakan masalah yang perlu dianalisis lebih lanjut mengenai penyebabnya serta
dibutuhkan sebuah intervensi lebih lanjut agar proram tersebut dapat berjalan dengan baik
dan optimal.
3.6 Alternatif Pemecahan Masalah
3.6.1 Kekuatan faktor internal
1) Kegiatan senam lansia selalu diadakan bersamaan dengan kegiatan posyandu lansia,
sehingga selalu ada senam lansia sebelum kegiatan posyandu lansia
2) Kegiatan posyandu lansia dilaksanakan setiap 1 bulan sekali setiap posyandu di
wilayah kerja Puskesmas Trenggalek
3) Terdapat program unggulan Puskesmas Trenggalek yakni GELAS EMAS (Gerakan
Lansia Sehat : Energik, Mandiri, Aktif, Semangat)
4) Puskesmas Trenggalek memiliki sarana dan prasarana yang dapat dimanfaatkan untuk
optimalisasi kegiatan senam lansia seperti speaker dan microphone
5) Setiap posyandu lansia memiliki kader yang berasal dari masyarakat umum daerah
setempat untuk membantu optimalisasi senam lansia
6) Sudah adanya unsur penilaian survei kepuasan dalam bentuk paper based, tinggal
membuat rancangan dalam bentuk technology based
7) Setiap petugas Rumah Sehat Lansia (RSL) telah memiliki Handphone
56
8) Sudah adanya skrining degeneratif bagi geriatri sebelumnya sehingga tinggal
membuat rancangan dalam bentuk technology based
3.6.2 Kelemahan faktor internal
1) Kesenjangan jumlah posyandu lansia dengan banyaknya jumlah penduduk di wilayah
kerja Puskesmas Trenggalek yang berdampak tidak dilakukannya senam lansia pada
daerah tersebut
2) Kegiatan senam lansia yang dipimpin koordinator/kader terkadang monoton hanya
senam jenis aerobik saja tidak ada senam jenis lain
3) Kelengkapan sarana dan prasarana saat pelaksanaan senam lansia seperti tidak
tersedianya speaker
4) Kader pada posyandu lansia yang cenderung malu atau tidak mau untuk menjadi
instruktur senam lansia
5) Penyuluhan terkait pentingnya senam lansia masih belum dilakukan
6) Membutuhkan waktu lama dalam survei kepuasan pengunjung RSL
7) Membutuhkan waktu lama ketika skrining degenratif geriatri jika paper based dalam
hal pendataan dan interpretasi
3.6.3 Potensial faktor eksternal
1) Terdapat sebagian kader yang aktif, kreatif, dan inovatif yang turut membantu
kesuksesan senam lansia
2) Antusias dan kontribusi dari masyarakat untuk mengikuti senam lansia cukup tinggi
3) Tersedianya lahan/tempat untuk pelaksanaan senam lansia
3.6.4 Hambatan faktor eksternal
1) Tidak adanya keterlibatan tokoh masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan senam lansia
sehingga tidak mampu menarik minat lansia untuk datang
2) Lansia cenderung datang saat posyandu lansia dimulai tidak saat senam lansia karena
ingin segera diperiksa kesehatannya
3) Kurangnya pengetahuan individu mengenai manfaat senam pada lansia
4) Ketika turun hujan maka senam lansia tidak bisa dilaksanakan
5) Masih ada saja posyandu lansia yang tidak memiliki speaker
6) Inisiatif kader yang masih rendah untuk meminjam speaker pada mushollah/masjid
setempat
7) Usia lanjut membuat lansia cenderung tidak mampu untuk mempraktikan senam yang
terlalu banyak gerakan dengan durasi waktu yang lama
8) Kurangnya dukungan dari keluarga untuk mengikuti senam lansia
57
9) Lahan/tempat dilaksanakan senam cenderung panas karena outdoor, sehingga
terkadang lansia merasa lebih cepat lelah
10) Masih banyak lansia yang tidak memperhatikan gerakan senam secara baik yang
diperagakan oleh instruktur senam
11) Instruktur senam yang terbatas dikarenakan kader yang tidak mau untuk memimpin
senam dengan alasan malu
12) Belum diadakannya sosialisasi/latihan rutin bagi kader untuk mematangkan gerakan
senam
13) Jadwal senam lansia dengan posyandu lansia yang tidak bersamaan karena kondisi
masyarakat yang sedang bekerja atau ada kepentingan yang lain
14) Lansia yang tidak didampingi keluarga selama kunjungan ke RSL
15) Lansia/caregiver yang tidak memiliki Handphone kesulitan dalam pengisian survei
kepuasan dan skrining degenratif bagi geriatri
3.6.5 Program aksi pemecahan masalah
Berdasarkan dari kekuatan faktor internal, kelemahan faktor internal, potensial faktor
eksternal, dan hambatan faktor eksternal, maka diperlukan suatu program inovatif dan
berkelanjutan, sehingga program Gelas Emas, Gelas Perunggu, dan Gelas Timah dapat
berjalan optimal. Secara garis besar, program aksi ini dijelaskan sebagai berikut:
1) Penentuan akar penyebab masalah dilakukan dengan metode fishbone, informasi
didapatkan dari wawancara dengan koordinator Gelas Mempesona Hati dan
koordinator KESORGA (Kesehatan dan Olahraga). Terdapat lima permasalahan utama
yaitu manusia, metode, alat dan bahan, kebijakan, pengetahuan, uang.
2) Dari analisis masalah metode fishbone, dirancang program inovasi untuk mengatasi-
masalah-masalah tersebut.
3) Pembentukan tim pembina senam lansia yang dipimpin oleh PJ KESORGA dalam
mencetak suatu kader yang mampu untuk menjadi instruktur senam lansia,
meningkatkan kesadaran pentingnya senam lansia, memicu lansia untuk datang ke
senam lansia dan kepedulian keluarga maupun lingkungan terhadap individu lansia.
4) Melakukan edukasi kepada masyarakat terkait pentingnya senam lansia terhadap
kesehatan tubuh dan emosional dan keuntungan mengikuti senam lansia dengan metode
yang informatif seperti poster, leaflet, video edukasi terkait gerakan-gerakan senam
yang dapat dilakukan di rumah dan yang membutuhkan bimbingan. Program siaran
keliling juga dapat dilakukan sehingga jangkauan informasi semakin luas.
58
5) Menyediakan sarana dan prasarana bagi posyandu lansia yang tidak memiliki speaker
agar kegiatan senam lansia dapat berlangsung
6) Meningkatkan pengetahuan kader posyandu lansia mengenai pentingnya senam lansia,
macam-macam senam bagi lansia baik yang bermanfaat bagi fisik dan emosional serta
terkait penyebaran informasi dari petugas ke kader dan ke masyarakat (media cetak,
sosial media seperti grup WA atau door to door). Selain itu, harus membuat jadwal
sosialisasi/latihan setiap bulan bagi kader untuk mematangkan gerakan senam
7) Untuk memperkuat program, diperlukan koordinasi, dan menggandeng tokoh
masyarakat ataupun kelompok masyarakat sekitar seperti (Ketua RT/RW, Ustadz,
Remaja Masjid, Karang Taruna). Harapannya dengan keikutsertaan tokoh masyarakat
dan kelompok muda dapat menggaet minat lansia untuk datang ke senam lansia.
8) Membuat survei kepuasan pasien Rumah Sehat Lansia (RSL) dalam bentuk QR Code,
yang disinkronisasikan dengan Google Form. Petugas dapat membantu lansia yang
tidak memiliki Handphone untuk mengisi dan menjelaskan cara pengisian
9) Membuat skrining degeneratif geriatri dalam bentuk Google Form. Penilaian dilakukan
oleh petugas setiap kali ada kegiatan yang berhubungan dengan lansia (posyandu lansia,
pengunjung rumah sehat lansia yang belum pernah mengikuti posyandu lansia, dll)
3.7 Penentuan Penyebab Masalah (Metode Fishbone)
Gambar 3.1 Model Fishbone Sebagai Analisis Penyebab Masalah Belum Optimalnya
Pelaksanaan Program Gelas Mempesona Hati
59
3.8 Program Pemecahan Masalah
Berdasarkan model fishbone diatas, didapatkan adanya beberapa penyebab masalah
sehingga diperlukan suatu program inovasi pengembangan dari Gelas Emas, Gelas
Perunggu, dan Gelas Timah sebagai alternatif pemecahan masalah. Maka dari itu, kami
menyusun rencana program pengembangan inovasi pemecahan masalah yang dinamakan
GELATIK yang merupakan singkatan dari “Gerakan Lansia Trenggalek Sadari
Kesehatan”. Rencana program inovasi pemecahan masalah diambil dari akar
permasalahan yang ditemukan di setiap tempat pelaksanaan senam lansia yang menjadi
hambatan pada program. Inovasi pengembangan program ini merupakan inovasi tambahan
dari Gelas Mempesona Hati yang terfokus terhadap hambatan yang terjadi pada program
Gelas Emas, Gelas Perunggu, dan Gelas Timah.
Akar Penyebab
No. Alternatif Pemecahan Masalah Rencana Intervensi
Masalah
1 Peserta 1. Meningkatkan penyebaran 1. Melakukan penyuluhan secara door to
posyandu lansia informasi dari petugas ke kader dan doot, memanfaatkan tokoh masyarakat
belum semuanya ke pra lansia dan lansia untuk mengajak pra lansia dan lansia
mengikuti 2. Meningkatkan kepedulian keluarga datang ke senam lansia
senam maupun lingkungan terhadap 2. Pembentukan tim pembina kader senam
kondisi kesehatan pra lansia dan lansia untuk meningkatkan kesadaran bagi
lansia pra lansia dan lansia mengenai pentingnya
3. Pembuatan sistem yang senam lansia
menguntungkan pra lansia dan 3. Memberikan sistem reward dalam proses
lansia ketika mengikuti senam keikutsertaan pra lansia dan lansia
lansia secara rutin mengikuti senam lansia
60
4. Mengadakan program siaran keliling,
membuat media cetak (poster, leaflet)
maupun elektronik (video) mengenai
diadakannya senam lansia yang bersamaan
dengan pelaksanaan posyandu lansia
2 Jenis senam 1. Melakukan pelatihan, penyuluhan 1. PJ KESORGA dan tim pembina kader
lansia yang dan pembinaan dalam hal ini jenis- senam lansia melakukan penjadwalan dan
monoton jenis senam yang dapat dilakukan pembinaan secara rutin kepada kader
oleh pra lansia dan lansia terkait praktik senam guna mencetak
2. Mendata hari besar instruktur senam yang kompeten
nasional/internasional yang dapat 2. Membentuk suatu upaya PSB (Peringatan
dijadikan materi senam lansia Senam Bulanan) menjadi salah satu upaya
seperti “Hari Stroke Sedunia”, dalam membantu pra lansia dan lansia
nantinya akan dilakukan bentuk meningkatkan minat untuk ikut senam
senam yang berhubungan dengan lansia dengan memperingati hari besar
pencegahan stroke nasional/internasional
3 Survei kepuasan 1. Membuat survei kepuasan 1. Membuat suatu QR Code yang berisi link
pengunjung RSL pengunjung Rumah Sehat Lansia ke Google Form yang berisi pertanyaan
masih (RSL) berbasis technology terkait kepuasan pengunjung yang harus di
konvensional isi pasien saat kunjungan ke RSL
4 Sarana dan 1. Bekerjasama dengan lintas sektor 1. Memberikan edukasi kepada kader senam
prasarana yang sekitar tempat posyandu lansia lansia terkait cara membangun komunikasi
belum tersedia seperti sektor keagamaan (remaja efektif yang baik kepada sesama
masjid, mushollah/masjid, pondok) 2. Memberikan tatacara pengelolaan surat izin
untuk pengadaan sarana dan peminjaman sarana dan prasarana kepada
prasarana yang dibutuhkan selama kader untuk kepentingan pengadaan barang
senam lansia
5 Kurangnya 1. Meningkatkan pengetahuan kader 1. Memberikan edukasi/penyuluhan yang
pengetahuan pra yang disampaikan ke pra lansia dan aplikatif setelah dilaksanakan senam
lansia dan lansia lansia terkait manfaat senam baik seperti gerakan latihan fisik yang dapat
terkait manfaat dari segi kesehatan dan emosional dipraktikkan di rumah untuk kondisi nyeri
senam lansia dengan media yang interaktif dan pinggang, osteoartritis, dan lain-lain.
informatif
61
2. Meningkatkan pengetahuan kader 2. Memberikan pelatihan dan pembinaan
terkait macam-macam senam yang kepada kader terkait manfaat senam lansia
dapat dilakukan oleh lansia baik dari segi kesehatan fisik dan
3. Mengoptimalkan kegiatan edukasi emosional
manfaat senam di Rumah Sehat 3. Memberikan edukasi kepada pra lansia dan
Lansia lansia yang berkunjung ke Rumah Sehat
Lansia (RSL) dengan memanfaatkan
speaker yang ada di RSL melalui siaran
suara
4. Melakukan evaluasi kinerja kader terkait
penyebaran informasi mengenai senam
lansia
6 Skrining 1. Membuat skrining degeneratif bagi 1. Membuat suatu QR Code yang berisi link
degeratif geriatri geriatri berbasis technology ke Google Form yang berisi macam-
masih macam penilaian yang harus di isi petugas
konvensional ketika ada kegiatan yang berhubungan
dengan lansia
62
BAB 4
RENCANA INTERVENSI
Rencana intervensi optimalisasi Gelas Mempesona Hati yang berfokus pada Gelas
Emas, Gelas Perunggu, dan Gelas Timah di Puskesmas Trenggalek dilakukan dengan
menyelenggarakan program pengembangan inovasi yang dinamakan GELATIK yaitu
“Gerakan Lansia Trenggalek Sadari Kesehatan”. Walaupun inovasi ketiga gelas tersebut
sudah memiliki output yang baik yang dibuktikan dengan capaian target yang maksimal,
namun dalam proses pelaksanaannya masih saja ada kekurangan yang sebaiknya perlu
untuk dibenahi guna mempertahankan terlebih lagi mampu meningkatkan capaian target.
Oleh sebab itu, ada beberapa intervensi untuk menyempurnakan program Gelas Emas,
Gelas Perunggu, Gelas Timah yang terdiri dari :
63
• Latihan bersama jenis senam yang dapat dilakukan oleh lansia berdasarkan
hari peringatan nasional/internasional
• Menjelaskan mengenai tatacara pembuatan surat izin peminjaman sarana dan
prasarana untuk menunjang keberlangsungan senam lansia
• Edukasi dan mempraktikkan gerakan latihan fisik/exercise yang dapat
dilakukan dirumah oleh pra lansia dan lansia
• Edukasi cara komunikasi efektif kepada tokoh masyarakat guna mencapai
hasil mufakat yang menguntungkan kedua belah pihak
64
3. Mampu menggerakkan masyarakat dalam hal ini mengajak ikut senam lansia dalam
bentuk notifikasi SMS atau WA ke pra lansia dan lansia atau door to door bagi mereka
yang tidak memiliki handphone
4. Mampu menjadi instruktur senam lansia
5. Mampu melakukan berbagai macam senam ataupun exercise
6. Mampu menyusun rencana tindak lanjut
65
Gambar 3.2 QR Code Survei Kepuasan Pengunjung Rumah Sehat Lansia (RSL)
Intervensi skrining degeneratif bagi geriatri dengan menggunakan QR Code ini akan
mempermudah petugas dalam hal mempersingkan waktu dalam menanyakan pertanyaan
dan proses pendataan hasil skrining. Petugas/caregiver hanya tinggal melakukan scanning
QR Code di HP-nya kemudian akan masuk ke laman Google Form yang berisi pertanyaan-
pertanyaan seputar skrining. Hasil skrining dapat di download dalam bentuk file Excel.
66
4.2 Tujuan Intervensi
67
4. Mengadakan pertemuan dengan tim inovasi dan koordinator lansia untuk membahas
mengenai pembuatan kerangka acuan, rincian kegiatan, standar operasional prosedur
(SOP), kebutuhan sumberdaya, panduan program inovasi intervensi Gelas Timah
5. Membentuk tim pembina kader senam lansia yang terdiri dari 2 orang karyawan
Puskesmas Trenggalek dan melakukan mapping tim tersebut pada setiap posyandu
lansia untuk mengontrol kegiatan senam lansia
6. Semua tim pembina kader senam lansia membuat grup WA dengan kader posyandu
lansia untuk berkordinasi seputar edukasi atau pelatihan terkait pengelolaan senam
lansia (manfaat senam, macam-macam senam, tata cara pembuatan surat izin sarana
dan prasarana) yang dapat dilakukan secara rutin setiap bulan di area lapangan
Puskesmas Trenggalek
7. Menyampaikan hasil pertemuan internal dengan penanggung jawab wilayah setempat
seperti kepala desa, bapak lurah, ketua RT/RW untuk menyampaikan permasalahan
yang ada, program inovasi, beserta rincian kegiatannya
8. Mengumpulkan berbagai materi mengenai macam senam/exercise lansia sesuai
dengan hari peringatan nasional/internasional mengenai kesehatan pada lansia dan
membuat media promosi seperti leaflet, poster dan video edukasi yang mudah
dipahami dan di praktikkan dirumah
9. Penyebaran media edukasi berupa poster, leaflet, dan video edukasi kepada seluruh
warga pra lansia dan lansia peserta posyandu lansia secara langsung melalui siaran
keliling ataupun melalui siaran suara di Rumah Sehat Lansia terkait manfaat senam
pada lansia
10. Setelah kegiatan terlaksana, dilakukan pelaporan kegiatan dan evaluasi selama
kegiatan berlangsung. Hasil dari survei kepuasan dan skrining degeneratif bagi geriatri
akan dilakukan proses pendataan setiap bulannya guna mengetahui tingkat kepuasan
kunjungan dan interpretasi hasil skrining pada tiap individu
• Kader terlatih (minimal 5 orang dan tenaga kesehatan (minimal 1 orang) di setiap
posyandu lansia untuk menjalankan intervensi Gelas Emas
68
• Seluruh petugas kesehatan Puskesmas Trenggalek ketika melaksanakan kegiatan yang
berhubungan dengan pra lansia dan lansia untuk menjalankan intervensi Gelas Timah
• Tenaga kesehatan (minimal 1 orang) terutama yang bertugas di Rumah Sehat Lansia
untuk menjalankan intervensi Gelas Perunggu
69
• Pendataan keikutsertaan pra lansia dan lansia dalam kegiatan senam lansia dilakukan
setiap satu kali dalam sebulan serta menerapkan sistem reward bagi lansia yang
mengikuti senam lansia 2 kali berturut-turut
• Skrining degeneratif bagi geriatri dilakukan setiap kegiatan yang melibatkan pra lansia
dan lansia baik di luar lingkungan puskesmas (Posyandu Lansia, dll) ataupun di dalam
lingkungan puskesmas (Rumah Sehat Lansia), dan dilakukan pelaporan hasil setiap
bulannya, jika ada individu yang terjaring skrining maka dialihkan ke petugas
puskesmas dan ditindak lanjuti oleh caregiver
• Pendataan tingkat kepuasan pengunjung Rumah Sehat Lansia (RSL) dilakukan setiap
bulannya, dan dilakukan evaluasi setiap 6 bulan pada komponen apa yang dirasa masih
rendah
70
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Faktor Manusia
2. Faktor Metode
3. Faktor Alat dan Bahan
4. Faktor Pengetahuan
1. Faktor Manusia
• Rendahnya pra lansia dan lansia yang mengikuti senam lansia
2. Faktor Metode
• Jenis senam yang monoton
• Survei kepuasan pengunjung Rumah Sehat Lansia (RSL) masih konvensional
• Skrining degeneratif bagi geriatri masih konvensional
71
3. Faktor Alat dan Bahan
• Sarana dan prasarana yang belum tersedia
4. Faktor Pengetahuan
• Kurangnya pengetahuan lansia terkait manfaat senam lansia
Intervensi yang bisa dilakukan adalah dengan program inovasi untuk meningkatkan
keikutsertaan pra lansia dan lansia dalam senam lansia, perubahan metode paper based
ke technology based terkait survei kepuasan pengunjung rumah sehat lansia, perubahan
metode paper based ke technology based terkait skrining degenratif bagi geriatri dengan
GELATIK (Gerakan Lansia Trenggalek Amati Kesehatannya). Adapun program
inovasi tambahan dirinci sebagai berikut :
5.2 Saran
1. Menyarankan kepada lintas sektoral seperti kepala desa, ketua RT/RW, kader posyandu
lansia, serta masyarakat pra lansia dan lansia di wilayah kerja Puskesmas Trenggalek
dan pihak terkait lainnya untuk bekerjasama mewujudkan program Gelas Mempesona
Hati yang lebih optimal dengan “GELATIK”
2. Menyarankan untuk melibatkan keluarga dalam proses evaluasi kemandirian lansia
serta dalam meningkatkan keikutsertaan dalam senam lansia
3. Melakukan penyuluhan terkait manfaat senam lansia, kepada masyarakat dengan
sasaran pra lansia dan lansia secara terjadwal dan berkelanjutan dengan media yang
menyenangkan, tidak membosankan dan mudah dipahami, melalui media cetak dan
media elektronik
72
DAFTAR PUSTAKA
[1] Annisa, A . 2019. Virus Hepatitis B di Indonesia dan Risiko Penularan Terhadap
Mahasiswa Kedokteran. Departemen Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara. Anatomica Medical Journal Vol 2 No 2 Mei 2019
[2] Melati, M., Utomo, W., & Agrina, A. (2021). Pengaruh Senam Anti Stroke Terhadap
Tekanan Darah Penderita Hipertensi. Jurnal Ners Indonesia, 11(2), 206.
https://doi.org/10.31258/jni.11.2.206-214
[3] Fidyastria, K. (2017). Pengaruh Senam Anti Stroke Terhadap Penurunan Tekanan
Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi Di UPTD Griya Wreda Surabaya.
[4] Nainggolan, S. (2022). PENYULUHAN KESEHATAN DAN PELAKSANAAN
SENAM ANTI STROKE PADA LANSIA DI POSYANDU LANSIA RT 12
KELURAHAN SUKODADI KECAMATAN SUKARAME PALEMBANG. JAMC,
6(2). https://doi.org/10.32524/jamc.v6i1.339
[5] Sumarni, E., Mamlukah, M., Suparman, R., Ropii, A., Lukman, M., Jamaludin, J., &
Sudrajat, C. (2021). ANALISIS PENGARUH TERAPI SENAM ANTI STROKE
SEBAGAI UPAYA NON FARMAKOLOGI MENURUNKAN TEKANAN DARAH
PADA LANJUT USIA (LANSIA) DENGAN HIPERTENSI RINGAN. Journal of
Public Health Innovation, 1(2), 133–141. https://doi.org/10.34305/jphi.v1i2.300
[6] Mare, A.C. (2022). Upaya Pencegahan Stroke pada Lansia melalui Penyuluhan
Kesehatan dan Senam Anti Stroke. JPM. 4(4).
https://doi.org/10.20527/btjpm.v4i4.5407
[7] Eviyanti, E. (2020). PENGARUH SENAM LANSIA TERHADAP PENURUNAN
TEKANAN DARAH DI BPSTW SLEMAN YOGYAKARTA 2020. Jurnal
Kesehatan Luwu Raya, 7(1), 82-87. Diambil dari
https://jurnalstikesluwuraya.ac.id/index.php/eq/article/view/32
[8] Risnasari, N., Herawati, E., Prihananto, D., Aizah, S., Wati, S., Al Faruq, N., &
Permadani, S. (2022). Pelatihan Senam Diabetes untuk menurunkan Kadar Glukosa
Dalam Darah pada Lansia di Posyandu Lansia Bagas Waras Desa Sukorejo
Kecamatan Gurah Kabupaten Kediri. Journal of Community Engagement in Health,
5(2), 194-198. https://doi.org/10.30994/jceh.v5i2.309
[9] Priyatno, S., et al. 2013. Pengaruh Senam Kaki Terhadap Sensitivitas Kaki Dan Kadar
Gula Darah Pada Aggregat Lansia Diabetes Mellitus Di Magelang. Jurnal Prosiding
73
Konferensi Nasional PPNI Jawa Tengah 2013.
[10] MANALU, S. K. (2021). Karya Tulis Ilmiah Literature Review: Pengaruh
Senam Rematik Terhadap Pengurangan Skala Nyeri Pada Lansia Dengan
Osteoartritis
[11] Rusmiati, R. (2020). Pengaruh Senam Rematik Terhadap Penurunan Nyeri
Sendi Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Kabupaten Magetan (Doctoral
dissertation, STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN).
[12] Romadiah, R. A., & Anggraini, D. (2019). Pengaruh Terapi Senam Rematik
Terhadap Nyeri Pada Lansia Osteoartritis. JURNAL KESEHATAN, 8(2).
[13] Septiyani, V. A. (2022). Penerapan Senam Reumatik Sebagai Upaya
Penurunan Tingkat Nyeri Sendi Pada Penderita Rheumatoid Arthritis (Doctoral
dissertation, Skripsi, Universitas Muhammadiyah Magelang).
[14] Simbolon, M. E. (2021). Literature riview: Efektifitas senam rematik terhadap
penurunan nyeri sendi pada lansia penderita reumatoid arthritis.
[15] LIDIA, “PENERAPAN SENAM REMATIK UNTUK MENGATASI
NYERI SENDI PADA LANSIA DENGAN RHEUMATOID
ARTHRITIS DI WILAYAH KERJA PUSKESMA SIDOREJO
KOTA LUBUKLINGGAU TAHUN 2O21,” Repository Poltekkes Kemenkes
Palembang, accessed May 9, 2023,
https://repository.poltekkespalembang.ac.id/items/show/5420.
[16] Putri, D. (2021). HUBUNGAN FUNGSI KOGNITIF DENGAN KUALITAS
HIDUP LANSIA. Jurnal Inovasi Penelitian, 2(4), 1147-1152.
https://doi.org/10.47492/jip.v1i4.835
[17] Supriani, A. ., Kiftiyah, K., & Rosyidah, N. N. . (2021). ANALISIS DOMAIN
KUALITAS HIDUP LANSIA DALAM KESEHATAN FISIK DAN PSIKOLOGIS.
Journals of Ners Community, 12(1), 59–67.
https://doi.org/10.55129/jnerscommunity.v12i1.1308
[18] Prasetyo Kusumo, Mahendro. (2020). BUKU LANSIA.
[19] Riskesdas. (2018, November Tuesday). Retrieved from
https://kesmas.kemkes.go.id
[20] Tina, Y., Handayani , S., & Monika, R. (2021). Pengaruh Senam Hipertensi
Terhadap Tekanan Darah Pada Lansia. Jurnal Kesehatan Samodra Ilmu, 12(2), 118-
123
[21] Sumartini, N. P., Zulkifli, & Adithya, M. P. (2019). Pengaruh senam hipertensi
74
lansia terhadap tekanan darah lansia dengan hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas
Cakranegara Kelurahan Turida tahun 2019. Jurnal Keperawatan Terpadu (Integrated
Nursing Jurnal), 1(2), 47-55.
[22] Megawati, S.W., Utami, R.D., & Jundiah, R.S. (2020). Senam Kaki Diabetes
pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 untuk Meningkatkan Nilai Ankle Brachial
Indexs. Journal of Nursing Care.
[23] WIDIAWATI, Susi; MAULANI, Maulani; KALPATARIA, Winda.
Implementasi Senam Kaki Diabetes Pada Penderita Diabetes Melitus di RSUD
Raden Mattaher Jambi. Jurnal Pengabdian Harapan Ibu (JPHI), [S.l.], v. 2, n. 1,
p. 6-14, apr. 2020. ISSN 2686-1003. Available at: <http://jurnal.stikes-
hi.ac.id/index.php/jphi/article/view/199>. Date accessed: 12 may 2023. doi:
https://doi.org/10.30644/jphi.v2i1.199.
[24] Susilowati, T. (2017). Senam Rematik Tingkatkan Kemandirian Lansia Dalam
Melakukan Activity Daily Living Di Panti Wreda Dharma Bakti Surakarta. Gaster,
15(1), 28-36.
[25] Lahemma, A. (2019). Pengaruh Terapi Back Massage terhadap Penurunan
Tingkat Nyeri Pada Penderita Rheumatoid arthritis, 1–7
[26] Pujiati, E., & Mayasari, W. H. A. (2017). SENAM REMATIK TERHADAP
PENINGKATAN KUALITAS HIDUP LANSIA NY. S KELUARGA TN. A
DALAM MELAKUKAN ADL (ACTIVITY DAILY LIVING) DUKUH PENDEM
KULON DESA JEPANG KECAMATAN MEJOBO KABUPATEN KUDUS. Jurnal
Profesi Keperawatan Vol, 4(2).
[27] M., Sangrah. W. (2017). Pengaruh Senam Rematik Terhadap Penurunan Nyeri
Dan Peningkatan Rentang Gerak Osteoatritis Lutut Lansia. 3–4.
[28] Wahyuni, E., Nur Pratiwi, I., & Fidyastria, K. (2017). Anti-Stroke Exercise
Decrease Blood Pressure in Elderly with Hypertension. 3(Inc), 143–145.
https://doi.org/10.2991/inc-17.2017.43
75