Anda di halaman 1dari 62

LAPORAN

KASUS
Oleh : Cardio Miftahul Firdaus
Pembimbing : dr. Randa Halfian Sp.U
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. A
Usia : 69 Tahun
Jenis Kelamin : Laki – Laki
Tanggal Lahir : 12-02-1952
Pekerjaan : Petani
Alamat : Karanggeneng
Tanggal Masuk : 12 Januari 2022
Tanggal Periksa : 14 Januari 2022
Tempat Periksa : R. Bangsal Shofa
ANAMNESIS
Keluhan Utama : Tidak bisa kencing
Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien mengeluhkan tidak bisa kencing sejak 1 hari SMRS,
sebelumnya pasien mengeluhkan pancaran lemah, kencing
hanya menetes saja dan kencing bisa keluar jika mengejan, pasien juga
mengeluhkan setelah kencing masih terasa penuh. Pasien juga mengeluhkan
kencing berulang kali setiap malam sejak sebulan terakhir dengan
rentang waktu antar kencing kurang dari ½ jam,
Riwayat Penyakit Dahulu : Pernah sakit seperti ini sebelumnya tapi hanya dipasang
selang kencing setelah itu sudah tidak ada keluhan
Riwayat Sosial : Pasien suka merokok dan meminum kopi
Pemeriksaan Fisik
STATUS GENERALIS Keadaan Umum : cukup
K/L : Normochepal Kesadaran : Compos Mentis
Thorax : I : Simetris GCS : 456
P: Sonor +/+ TB : 69
P: Fremitus N BB : 171
A: Cor: murmur -, gallop -
TTV
Abdomen: I: Flat TD : 126 / 65
A: BU (+) N N : 88/Menit
P: Soepel RR : 22x/menit
P: Timpani T : 36.6
SpO2 : 98
Ekstremitas: Akral HKM, CRT < 2
dtk
Status Urologis
 Regio flank : RT: Tonus Sphincter ani tde karena dalam
kondisi anestesi, permukaan mukosa
• Flank mass : -/- licin, sulcus medianus tidak teraba,
• Nyeri tekan : -/- terdapat pembesaran kelenjar prostat
dengan konsistensi prostat kenyal, lobus
• Nyeri ketok : -/- kanan kiri simetris tidak didapatkan
 VU : Nyeri tekan (-) , kesan vesica urinaria kosong nodul
 Genetalia eksterna

• Terpasang DK, prod urin 500 cc warna kuning , darah (-)

• Penis : jejas (-), deformitas (-), discharge (-), edema (-)

• Skrotum : jejas (-), deformitas (-), edema (-)


Pemeriksaan penunjang
Tanggal 7 November 2021 Hasil Nilai normal
pemeriksaan
Faal ginjal Serum creatinine 1.3 0.8 – 1.5
Faal PT 13.20 10.30 – 16.30
Hemostasis
APTT 23.80 24.20 – 38.20
Hematologi Lekosit 7.5 5.0 – 11.0
Neutrofil 82.4 49.0 – 67.0
Limposit 6.3 25.0 – 33.0
Monosit 6.8 3.0 -7.0
Eosinofil 3.2 1.0 – 2.0
Basofil 1.3 0.0 – 1.0
Hasil pemeriksaan Nilai normal
Eritrosit 4.87 3.80 – 5.30
NLR 13.1 0.0 – 3.1
ALC 0,5
Hemoglobin 14.5 14.0 – 18.0
Hematokrit 43.7 40.0 – 54.0
MCV 89.70 87.00 -100.00
MCH 29.80 28.00 – 36.00
MCHC 33.20 31.00 – 37.00
RDW 12 10 -16
Trombosit 340 150 – 450
MPV 4 5 -10
Laju endap darah 1 27 0 – 15
Hbs Ag Negatif Negatif
Gula darah acak 124
Tanggal 7 November 2021 Hasil pemeriksaan Nilai normal

Urin lengkap Warna Kuning Colorless


Kekeruhan Keruh Jernih
Glukosa Negatif Negatif
Bilirubin Negatif Negatif
Keton urine Negatif Negatif
SG 1.020 1.005 – 1.030
Darah Positif +++ Negatif
PH 7.0 4.5-8.0
Protein Positif + Negatif
Urobilin Negatif Negatif
Nitrit Negatif Negatif
Lekosit esterase Positif +
Bakteri 3+ Negatif
Hasil pemeriksaan Nilai normal

Silinder Negatif Negatif


Mucus Negatif
Sperma urin Negatif Negatif
Epitel Negatif 0-2/plp
Eritrosit urine 5+ Negatif
Jamur urine negatif Negatif
Lekosit urine 3+ 0-2/plp
Parasit urine Negatif Negatif
Kristal Negatif
Anti HIV Negatif Negatif
Pemeriksaan Radiologi
Diagnosis

1. Diagnosis primer : BPH (Benign Protatic Hyperplasia)


2. Diagnosis Sekunder : -
3. Diagnosis Komplikasi: Retensio urin
Differential Diagnosis
1. Bladder/prostate cancer
2. Urinary tract infections/sexually transmitted infections
3. Prostatitis
Tatalaksana

1. Inf. RL 1500 CC/24 jam


2. Inj. Santagesik 3x1 gr
3. Inj. Ceftriaxone 2x1 gr
4. Inj. Antrain 3x1gr
5. Asam Tranexamat 3x500mg
TINJAUAN 01. Definisi 06. Diagnosis

PUSTAKA
02. Etiologi 07. Pemeriksaan
Fisik

03. Epidemiologi 08. Pemeriksaan


Penunjang

04. Patofisiologi 09. Tatalaksana

05. Faktor
Resiko
10. Komplikasi
DEFINISI
Gangguan pada kelenjar prostat yang makroskopiknya ditandai dengan
pembesaran dari kelenjar prostat dan histologisnya didapatkan hiperplasia stroma
yang progresif dan hiperplasia kelenjar prostat

Pembesaran organ prostat → tersumbatnya uretra pars prostatika dan


menyebabkan terhambatnya aliran urine dari vesika urinaria
ETIOLOGI

1. Teori Dihidrotestosteron
2. Adanya ketidakseimbangan antara estrogen-testosteron
3. Interaksi antara sel stroma dan sel epitel prostat
4. Berkurangnya kematian sel (Apoptosis)
5. Teori stem sel

Basuki B. Purnomo. Dasar-dasar Urologi. Edisi ke-3. Malang: Sagung Seto; 2019.


Teori Dihidrotestosteron
 Dihidrotestosteron atau DHT : metabolit androgen yg penting pd pertumbuhan sel kelenjar
prostat.

 Aktivitas enzim 5 alfa-reduktase & jumlah reseptor androgen lebih banyak pada BPH → sel
prostat pada BPH lebih sensitif terhadap DHT → replikasi sel lebih banyak terjadi
dibandingkan dgn prostat normal.

Basuki B. Purnomo. Dasar-dasar Urologi. Edisi ke-3. Malang: Sagung Seto; 2019.


Ketidakseimbangan Antara Estrogen-Testosteron

● Usia tua → kadar testosteron menurun, sedangkan kadar estrogen relatif tetap
sehingga perbandingan antara estrogen : testosteron relatif meningkat.
● Estrogen → proliferasi sel-sel kelenjar prostat dengan cara
○ meningkatkan sensitifitas sel-sel prostat terhadap rangsangan hormon androgen
○ meningkatkan jumlah reseptor androgen
○ menurunkan jumlah kematian sel-sel prostat (apoptosis).
● Hasil akhir → meskipun rangsangan terbentuknya selsel baru akibat rangsangan
testosteron menurun, tetapi sel-sel prostat yang telah ada mempunyai umur yang
lebih panjang sehingga massa prostat jadi lebih besar.

Basuki B. Purnomo. Dasar-dasar Urologi. Edisi ke-3. Malang: Sagung Seto; 2019.


Interaksi Stroma-Epitel
Diferensiasi dan pertumbuhan sel epitel prostat secara tidak langsung dikontrol oleh sel-
sel stroma yang mendapatkan stimulasi dari DHT dan estradiol → sel-sel stroma
mensintesis suatu growth factor yang selanjutnya mempengaruhi sel-sel stroma itu sendiri
(secara intrakrin, parakrin dan atuokrin) → stimulasi tsb akan menyebabkan proliferasi
sel-sel epitel maupun sel stroma.

Basuki B. Purnomo. Dasar-dasar Urologi. Edisi ke-3. Malang: Sagung Seto; 2019.


Berkurangnya kematian sel (Apoptosis)

Pada BPH  Berkurangnya jumlah sel-sel prostat yang mengalami apoptosis  jumlah
sel-sel prostat secara keseluruhan menjadi meningkat  pertambahan massa prostat.

Diduga Hormon Androgen  menghambat proses kematian sel karena setelah dilakukan
kastrasi, terjadi peningkatan aktivitas kematian sel kelenjar prostat.

Basuki B. Purnomo. Dasar-dasar Urologi. Edisi ke-3. Malang: Sagung Seto; 2019.


Teori Sel Stem

Di dalam kelenjar prostat → suatu sel stem ( sel yang mempunyai kemampuan
berproliferasi sangat ekstensif) yg tergantung pada keberadaan hormon androgen.

Proliferasi sel-sel pada BPH dipostulasikan sebagai ketidaktepatnya aktivitas sel stem →
produksi yang berlebihan sel stroma maupun sel epitel.

Basuki B. Purnomo. Dasar-dasar Urologi. Edisi ke-3. Malang: Sagung Seto; 2019.


Faktor Resiko
Faktor risiko yang paling berperan dalam BPH adalah usia, selain adanya testis yang
fungsional sejak pubertas (faktor hormonal).

Dari berbagai studi terakhir ditemukan adanya hubungan BPH dengan riwayat BPH
dalam keluarga, kurangnya aktivitas fisik, diet rendah serat, konsumsi vitamin E,
konsumsi daging merah, obesitas, sindrom metabolik, inflamasi kronik pada prostat, dan
penyakit jantung

Ikatan Ahli Urologi Indonesia (IAUI). (2017). Panduan Penatalaksanaan Klinis Pembesaran Prostat
Jinak ( Benign Prostatic Hyperplasia / BPH )
Diagnosis
Anamnesis :
 Gejala  Gejala Iritatif  Pasca Miksi  Gejala Pada saluran  Gejala di luar
Obstruktif kemih bagian atas saluran kemih
• Urgensi • Urin menetes • Nyeri pinggang • Hernia inguinalis
• Hesitansi • Frekuensi (dribbling) • Benjolan di pinggang • Hemoroid
• Intermitensi berkemih • Retensi Urine (tanda hidronefrosis)
• Rasa tidak puas meningkat • Demam (tanda
saat BAK • Disuria infeksi/urosepsis)
• Nokturia
Gejala LUTS berdasarkan skor
IPSS:

- Ringan: skor 0-7


- Sedang: skor 8-19
- Berat: skor 20-35
Pemeriksaan Fisik
1. Buli penuh
2. Ginjal teraba  pyelonefritis akan disertai sakit pinggang dan nyeri
ketok pada pinggang
3. Teraba massa kistus di supra simfisis
4. Daerah inguinal : adanya hernia
Pemerikasan RT
Colok dubur:
• Tonus sfingter ani / Refleks bulbo kavernosus

• Mukosa rectum

• Keadaan prostat (nodul, konsistensi prostat, simetris antar lobus, batas


prostat)

BPH : konsistensi prostat kenyal, lobus kanan - kiri simetris, nodul (-)
Derajat Berat Hiperplasia Prostat Berdasarkan Gambaran
Klinis
Derajat Colok Dubur Sisa Volume Urin

I Penonjolan prostat, batas atas mudah <50 ml


diraba
II Penonjolan prostat jelas, batas atas 50-100 ml
dapat dicapai
III Batas atas prostat tidak dapat diraba >100 ml

IV Retensi Urin Total

Sjamsuhidajat R, De Jong W, 2019. Buku Ajar Ilmu Bedah Sjamsuhidajat-De Jong. Sistem Organ dan
Tindak Bedahnya (2). 4th ed.
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
 Urinalisis

 Sedimen urin  mencari kemungkinan adanya proses infeksi/ inflamasi


pada saluran kemih

 Kultur urine  untuk mencari jenis kuman sekaligus menentukan


sensitifitas kuman terhadap antimikroba yg diujikan
 Faal ginjal
 Gula darah
 PSA (prostate specific antigen)
 Patologi anatomi
Residual urine : jumlah sisa urine setelah miksi
Normal: 0,09 – 2,24 cc
a. Katerisasi setelah miksi  invasif
b. USG setelah miksi  non invasif

Pancaran urine/ flow rate


c. Menghitung jumlah urine dibagi dengan lamanya miksi
berlangsung (ml/detik)
d. Uroflometri
e. Urodinamika
Uroflowmetri
Komponen uroflowmetry :
• Lama proses miksi
• Laju pancaran
• Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai
pancaran maksimum
• Volume urine yang dikemihkan
Urodinamik

1. Lebih baik daripada


uroflowmetri oleh karena
dapat diketahui etiologi
pancaran lemah apakah
akibat:

a. Obstruksi leher buli

b. Kelemahan Kontraksi
otot detrussor
Pencitraan
 Foto polos abdomen

a. Mencari adanya batu opak di saluran kemih


b. Adanya batu/kalkulosa prostat
c. Bayangan buli yang penuh terisi urine
TAUS
(Trans Abdominal Ultrasonogrophy)
a. Perkiraan volume prostat
b. Panjang protrusi prostat – buli/ IPP
c. Kelainan buli
d. Hitung residu pasca miksi
e. Hidronefrosis
TRUS (Trans Rektal Ultrasonogrophy)
Tatalaksana
Tujuan terapi pada pasien hiperplasia prostat adalah

1. Memperbaiki keluhan miksi,


2. Meningkatkan kualitas hidup,
3. Mengurangi obstruksi infravesika,
4. Mengembalikan fungsi ginjal jika terjadi gagal ginjal,
5. Mengurangi volume residu urine setelah miksi,
6. Mencegah progresifitas penyakit
Tatalaksana
Watchful waiting 1. Skor IPSS < 7, tidak mengganggu aktivitas
2. Menghindari kopi, alcohol, cokelat
3. Menghindari menahan kencing terlalu lama.
Medikamentosa 1. Inhibitor reseptor adrenergic alfa
2. Inhibitor 5 alfa-reductase
3. Fitofarmaka
4. Hormonal
Operasi 1. Prostatektomi  prostat besar, >100 gr
2. Endourologi  TURP, BNI/TUIP, Elektrovaporisasi
Tindakan Invasif 1. Termoterapi
Minimal 2. TUNA
3. STENT
4. HIFU
Medikamentosa
Tujuan terapi medikamentosa adalah berusaha untuk:

(1) Mengurangi resistensi otot polos prostat sebagai komponen dinamik


penyebab obstruksi infravesika dengan obat-obatan penghambat adrenergik
α (adrenergik α blocker)
(2) Mengurangi volume prostat sebagai komponen statik dengan cara
menurunkan kadar hormon testosteron/dihidotestosteron (DHT) melalui
penghambat 5α-redukstase.
Medikamentosa
Adrenergik α blocker
➔ Antagonis α1 adrenergik (Prazosin / Tamsulosin)
 Mekanisme kerja : Mengurangi retensi otot polos prostat
 Memperbaiki pancaran miksi tanpa menimbulkan efek terhadap BP maupun denyut jantung,

5α Reduktase Inhibitor
➔ Mekanisme kerja : Menghambat pembentukan DHT → sintesis protein & replikasi sel prostat menurun
 Finasteride → Menghambat 5αR tipe 2→ memperbaiki keluhan miksi dan pancaran miksi.
 Duodart → Menghambat enzim 5 αR tipe 1 dan tipe 2 (dual inhibitor)
Fitofarmaka
➔ Kemungkinan fitofarmaka bekerja sebagai:
◆ anti-estrogen, anti-androgen, menurunkan kadar sex hormone binding
globulin (SHBG), inhibisi basic fibroblast growth factor (bFGF) dan
epidermal growth factor (EGF), mengacaukan metabolisme PG, efek anti-
inflamasi, menurunkan outflow resistance, dan memperkecil volume prostat.
➔ Yang banyak dipasarkan adalah: Pygeum africanum, Serenoa repens, Hypoxis
rooperi, Radix urtica, dll
Open Surgery
● Prostatektomi terbuka → untuk prostat yg sudah sangat besar > 100 gram
○ Enukleasi kelenjar prostat dg pendekatan suprapubik transvesikal (Freyer) atau
retropubik infravesikal (Millin)

PENYULIT :
- inkontinensia urin
- Impotensi
- ejakulasi retrograde
- kontraktur leher buli-buli
Endourologi : TURP (Reseksi Prostat Transuretra)

- Dikerok → bisa kambuh lagi krn prostat msh ada, testis msh ada sehingga bisa
dirangsang oleh testosteron
- Sindroma TURP : karena cairan hipotonik masuk ke sistemik melalui vena saat reseksi →
kelebihan H2O → hiponatremia ralatif → sindroma TURP dg gejala gelisah, somnolen dan
tekanan darah meningkat dan terdapat bradikardi
Endourologi : TUIP (Transurethral incision of the prostate) atau BNI (Bladder
Neck Incision)
Dilakukan pada :
- BPH yang tidak terlalu besar
- Tanpa Pembesaran Lobus Medius
- Umur pasien masih muda
TULP Operasi Laser
● Elektrovaporasi prostat ● Lebih sedikit komplikasi tetapi
● Menggunakan teknik roller ball & mesin membutuhkan terapi ulang 2% setiap
diatermi → vaporisasi kelenjar prostat tahun
● Tidak banyak menimbulkan perdarahan saat ● Dianjurkan pada pasien terapi
operasi antikoagulan lama atau tdk mungkin
● Diperuntukkan pada prostat yg tidak terlalu dilakukan turp karena kesehatannya
besar (<50 gram)
● Membutuhkan waktu operasi yg lebih lama Kekurangannya adalah :
● Tidak dapat diperoleh jaringan untuk
pemeriksaan patologi
● Disuri pasca bedah, tidak langsung dapat
miksi spontan setelah operasi
● Peak flow rate lebih rendah daripada pasca
turp
Tindakan Invasif Minimal
→ ditujukan untuk pasien dengan resiko tinggi pembedahan

Termoterapi TUNA Stent HIFU

- Pemanasan dg gel - Memakai frekuensi - Dipasang pada uretra - Pemanasan dg


mikro → destruksi radio yg menimbulkan prostatika → shg urin gelombang
jaringan zona panas dapat leluasa ultrasonografi dari
transisional - Dg pemberian anestesi melewati lumennya transduser
- Dapat dilakukan tanpa topikal xylocaine - Diperuntukkan pada piezokeramik frekuensi
anestesi - Keluhan yg dapat pasien dg resiko 0,5-10 MHz
- Direkomendasikan muncul : hematuria, pembedahan yg cukup - melalui alat diletakkan
pada prostat yg disuria, retensi urin tinggi transrektal
ukurannya kecil - Pasien masih bisa - Perlu anestesi umum
merasakan keluhan
miksi
Kontrol
Berkala
Komplikasi

1.Retensi Urin
2.UTI
3.Hidroureter, Hidronefrosis
Prostat Lumen uretra Aliran urin Tekanan
membesar menyempit terhambat intravesika ↑

Buli
Dekompensasi
berkontraksi
otot detrusor Menekan
lebih
seluruh bagian
buli
Hipertrofi otot
detrusor, Retensi urin
trabekulasi, Aliran balik urin
divertikel ke ureter

Muncul gejala Hidroureter


LUTS

Gagal ginjal Hidronefrosis

Sjamsuhidajat R. Buku Ajar Ilmu Bedah Sjamsuhidajat-de Jong. Ed 4. Jakarta: EGC : 2019: 873 – 954.
Prognosis
1. Studi observasional kohort 31% telah menunjukkan bahwa ketika dibiarkan
tanpa pengobatan, perkembangan klinis BPH meningkat selama periode 48
bulan
2. Risiko retensi urin akut juga meningkat seiring bertambahnya usia, dalam
penelitian Olmsted County, kejadian retensi pada pria meningkat lebih dari
sepuluh kali lipat, dari 3/1000 (40-49 tahun) menjadi 34,7/1000 (70-79 tahun)
3. Jika tidak diobati, BPH memiliki risiko perkembangan dan presentasi yang
signifikan
Penyakit Epidemiologi Anamnesis Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Tatalaksana Awal
Penunjang
BPH (Benign Laki-laki, usia -Tidak bisa - Inspeksi: urin -UL  tanda- -Retensi urin :
Prostatic >50tahun kencing menetes tanda inflamasi kateterisasi urine
Hyperplasia) -Gejala LUTS - Palpasi: supra -Faal ginjal dengan foley kateter
-Nyeri pinggang pubik teraba -GDA double lumen
-Benjolan di massa kistus -IVU
pinggang -TAUS/ TRUS
-Uroflometri

Stiktur uretra Laki-laki, usia -Riwayat infeksi,   - UL: dbn -Retensi urin :
>60tahun trauma, kelainan - Uroflometri: kateterisasi urine
bawaan <10ml/ detik dengan foley kateter
- Uretrografi: double lumen
penyempitan(+) -Striktur di
  longgarkan
Penyakit Epidemiologi Anamnesis Pemeriksaan Pemeriksaan Tatalaksana
Fisik Penunjang Awal
Kanker Prostat - Laki-laki - Retensi urin - RT: keras, - UL: WBC (+/-) - Retensi urin :
- Usia >50 - Disuria bernodul, - PSA: ↑ kateterisasi
tahun - Hematuri asimetris - TRUS:hi- urine dengan
- Riwayat perekoik foley kateter
kanker prostat - Biopsi double lumen
di keluarga   - Stadium T1
- Perokok aktif observasi,
- Riwayat sosial rutin kontrol
rutin konsusi ke poli urologi
lemak, susu atau motivasi
binatang, radikal
daging merah, prostatektomi
hati
 
Penyakit Epidemiologi Anamnesis Pemeriksaan Pemeriksaan Tatalaksana Awal
Fisik Penunjang
Tumor - Insiden laki: - Hematuria: - Palpasi - UL: WBC(+) Retensi urin :
kandung kemih perempuan= painless, bimanual: - IVP dan kateterisasi urine
4:1 intermit-tent, menentukan sistogafi: defek dengan foley kateter
- Perokok aktif hematuria total infiltrasi (+) dalam isian double lumen
- Pekerja pabrik - Disuria buli
kimia - Urgensi - Endoskopi:
- Polakisuri mengetahui
- Retensi urin bentuk, besar
- Riwayat infeksi tumor,
saluran kemih perubahan buli,
- Riwayat sosial: biopsi
kebiasaan - Sitologi
konsumsi kopi,
pemanis
buatan, obat-
obatan
PEMBAHASAN
IDENTITAS
Teori Kasus Keterangan
• Kejadian BPH pada Laki-laki Tn. S 69 tahun Sesuai dengan teori
usia 50-60 tahun sebesar 60%
• Sekitar 18 – 25% laki-laki
dengan usia di atas 40 tahun
dan lebih dari 90% laki-laki
dengan usia di atas 80 tahun
mengalami BPH
• BPH dialami oleh 50 % pria
berusia 60 tahun dan 8- % pria
berusia 80 tahun
Anamnesis
Teori Kasus Keteranga
n
- Gejala LUTS Pasien mengeluhkan tidak bisa kencing sejak Sesuai
- Pria dengan 1 hari SMRS, sebelumnya pasien dengan teori
mengeluhkan pancaran lemah, kencing
BPH cenderung
hanya menetes saja dan kencing bisa keluar
melaporkan jika mengejan, pasien juga mengeluhkan
gejala dominan setelah kencing masih terasa penuh. Pasien
nokturia, juga mengeluhkan kencing berulang kali
pancaran lemah, (rata2 4-5 x) setiap malam sejak sebulan
atau berkemi, terakhir dengan rentang waktu antar kencing
hesitansi kurang dari ½ jam,
berkepanjangan.
Pemeriksaan Fisik
Teori Kasus Keterangan
- Inspeksi: urin menetes • Status generalis: dbn Sesuai dengan
- Palpasi: supra pubik • Regio flank : dbn teori
• Genetalia eksterna: dbn
teraba massa kistus
• RT: Tonus Sphincter ani tde karena
- RT: pembesaran dalam kondisi anestesi, permukaan
prostat konsistensi mukosa licin, sulcus medianus
kenyal, simetris, tidak teraba, terdapat pembesaran
nodul(-) kelenjar prostat dengan konsistensi
prostat kenyal, lobus kanan kiri
simetris tidak didapatkan nodul
Tatalaksana
Teori Kasus Keterangan
Indikasi-indikasi pembedahan pada Pada pasien terjadi Sesuai dengan teori
BPH meliputi retensi urin akut, retensi urin dan
infeksi saluran kemih berulang, dilakukan Tindakan
hematuria makroskopik, sistolitiasis, TURP
penurunan fungsi ginjal, gagal
berkemih setelah melepaskan kateter,
perubahan patologis pada vesica
urinaria, keluhan telah memberat,
tidak adanya perbaikan setelah terapi
konservatif dan medikamentosa
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai