Laporan Kasus: Oleh: Cardio Miftahul Firdaus Pembimbing: Dr. Randa Halfian Sp.U
Laporan Kasus: Oleh: Cardio Miftahul Firdaus Pembimbing: Dr. Randa Halfian Sp.U
KASUS
Oleh : Cardio Miftahul Firdaus
Pembimbing : dr. Randa Halfian Sp.U
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. A
Usia : 69 Tahun
Jenis Kelamin : Laki – Laki
Tanggal Lahir : 12-02-1952
Pekerjaan : Petani
Alamat : Karanggeneng
Tanggal Masuk : 12 Januari 2022
Tanggal Periksa : 14 Januari 2022
Tempat Periksa : R. Bangsal Shofa
ANAMNESIS
Keluhan Utama : Tidak bisa kencing
Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien mengeluhkan tidak bisa kencing sejak 1 hari SMRS,
sebelumnya pasien mengeluhkan pancaran lemah, kencing
hanya menetes saja dan kencing bisa keluar jika mengejan, pasien juga
mengeluhkan setelah kencing masih terasa penuh. Pasien juga mengeluhkan
kencing berulang kali setiap malam sejak sebulan terakhir dengan
rentang waktu antar kencing kurang dari ½ jam,
Riwayat Penyakit Dahulu : Pernah sakit seperti ini sebelumnya tapi hanya dipasang
selang kencing setelah itu sudah tidak ada keluhan
Riwayat Sosial : Pasien suka merokok dan meminum kopi
Pemeriksaan Fisik
STATUS GENERALIS Keadaan Umum : cukup
K/L : Normochepal Kesadaran : Compos Mentis
Thorax : I : Simetris GCS : 456
P: Sonor +/+ TB : 69
P: Fremitus N BB : 171
A: Cor: murmur -, gallop -
TTV
Abdomen: I: Flat TD : 126 / 65
A: BU (+) N N : 88/Menit
P: Soepel RR : 22x/menit
P: Timpani T : 36.6
SpO2 : 98
Ekstremitas: Akral HKM, CRT < 2
dtk
Status Urologis
Regio flank : RT: Tonus Sphincter ani tde karena dalam
kondisi anestesi, permukaan mukosa
• Flank mass : -/- licin, sulcus medianus tidak teraba,
• Nyeri tekan : -/- terdapat pembesaran kelenjar prostat
dengan konsistensi prostat kenyal, lobus
• Nyeri ketok : -/- kanan kiri simetris tidak didapatkan
VU : Nyeri tekan (-) , kesan vesica urinaria kosong nodul
Genetalia eksterna
PUSTAKA
02. Etiologi 07. Pemeriksaan
Fisik
05. Faktor
Resiko
10. Komplikasi
DEFINISI
Gangguan pada kelenjar prostat yang makroskopiknya ditandai dengan
pembesaran dari kelenjar prostat dan histologisnya didapatkan hiperplasia stroma
yang progresif dan hiperplasia kelenjar prostat
1. Teori Dihidrotestosteron
2. Adanya ketidakseimbangan antara estrogen-testosteron
3. Interaksi antara sel stroma dan sel epitel prostat
4. Berkurangnya kematian sel (Apoptosis)
5. Teori stem sel
Aktivitas enzim 5 alfa-reduktase & jumlah reseptor androgen lebih banyak pada BPH → sel
prostat pada BPH lebih sensitif terhadap DHT → replikasi sel lebih banyak terjadi
dibandingkan dgn prostat normal.
● Usia tua → kadar testosteron menurun, sedangkan kadar estrogen relatif tetap
sehingga perbandingan antara estrogen : testosteron relatif meningkat.
● Estrogen → proliferasi sel-sel kelenjar prostat dengan cara
○ meningkatkan sensitifitas sel-sel prostat terhadap rangsangan hormon androgen
○ meningkatkan jumlah reseptor androgen
○ menurunkan jumlah kematian sel-sel prostat (apoptosis).
● Hasil akhir → meskipun rangsangan terbentuknya selsel baru akibat rangsangan
testosteron menurun, tetapi sel-sel prostat yang telah ada mempunyai umur yang
lebih panjang sehingga massa prostat jadi lebih besar.
Pada BPH Berkurangnya jumlah sel-sel prostat yang mengalami apoptosis jumlah
sel-sel prostat secara keseluruhan menjadi meningkat pertambahan massa prostat.
Diduga Hormon Androgen menghambat proses kematian sel karena setelah dilakukan
kastrasi, terjadi peningkatan aktivitas kematian sel kelenjar prostat.
Di dalam kelenjar prostat → suatu sel stem ( sel yang mempunyai kemampuan
berproliferasi sangat ekstensif) yg tergantung pada keberadaan hormon androgen.
Proliferasi sel-sel pada BPH dipostulasikan sebagai ketidaktepatnya aktivitas sel stem →
produksi yang berlebihan sel stroma maupun sel epitel.
Dari berbagai studi terakhir ditemukan adanya hubungan BPH dengan riwayat BPH
dalam keluarga, kurangnya aktivitas fisik, diet rendah serat, konsumsi vitamin E,
konsumsi daging merah, obesitas, sindrom metabolik, inflamasi kronik pada prostat, dan
penyakit jantung
Ikatan Ahli Urologi Indonesia (IAUI). (2017). Panduan Penatalaksanaan Klinis Pembesaran Prostat
Jinak ( Benign Prostatic Hyperplasia / BPH )
Diagnosis
Anamnesis :
Gejala Gejala Iritatif Pasca Miksi Gejala Pada saluran Gejala di luar
Obstruktif kemih bagian atas saluran kemih
• Urgensi • Urin menetes • Nyeri pinggang • Hernia inguinalis
• Hesitansi • Frekuensi (dribbling) • Benjolan di pinggang • Hemoroid
• Intermitensi berkemih • Retensi Urine (tanda hidronefrosis)
• Rasa tidak puas meningkat • Demam (tanda
saat BAK • Disuria infeksi/urosepsis)
• Nokturia
Gejala LUTS berdasarkan skor
IPSS:
• Mukosa rectum
BPH : konsistensi prostat kenyal, lobus kanan - kiri simetris, nodul (-)
Derajat Berat Hiperplasia Prostat Berdasarkan Gambaran
Klinis
Derajat Colok Dubur Sisa Volume Urin
Sjamsuhidajat R, De Jong W, 2019. Buku Ajar Ilmu Bedah Sjamsuhidajat-De Jong. Sistem Organ dan
Tindak Bedahnya (2). 4th ed.
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Urinalisis
b. Kelemahan Kontraksi
otot detrussor
Pencitraan
Foto polos abdomen
5α Reduktase Inhibitor
➔ Mekanisme kerja : Menghambat pembentukan DHT → sintesis protein & replikasi sel prostat menurun
Finasteride → Menghambat 5αR tipe 2→ memperbaiki keluhan miksi dan pancaran miksi.
Duodart → Menghambat enzim 5 αR tipe 1 dan tipe 2 (dual inhibitor)
Fitofarmaka
➔ Kemungkinan fitofarmaka bekerja sebagai:
◆ anti-estrogen, anti-androgen, menurunkan kadar sex hormone binding
globulin (SHBG), inhibisi basic fibroblast growth factor (bFGF) dan
epidermal growth factor (EGF), mengacaukan metabolisme PG, efek anti-
inflamasi, menurunkan outflow resistance, dan memperkecil volume prostat.
➔ Yang banyak dipasarkan adalah: Pygeum africanum, Serenoa repens, Hypoxis
rooperi, Radix urtica, dll
Open Surgery
● Prostatektomi terbuka → untuk prostat yg sudah sangat besar > 100 gram
○ Enukleasi kelenjar prostat dg pendekatan suprapubik transvesikal (Freyer) atau
retropubik infravesikal (Millin)
PENYULIT :
- inkontinensia urin
- Impotensi
- ejakulasi retrograde
- kontraktur leher buli-buli
Endourologi : TURP (Reseksi Prostat Transuretra)
- Dikerok → bisa kambuh lagi krn prostat msh ada, testis msh ada sehingga bisa
dirangsang oleh testosteron
- Sindroma TURP : karena cairan hipotonik masuk ke sistemik melalui vena saat reseksi →
kelebihan H2O → hiponatremia ralatif → sindroma TURP dg gejala gelisah, somnolen dan
tekanan darah meningkat dan terdapat bradikardi
Endourologi : TUIP (Transurethral incision of the prostate) atau BNI (Bladder
Neck Incision)
Dilakukan pada :
- BPH yang tidak terlalu besar
- Tanpa Pembesaran Lobus Medius
- Umur pasien masih muda
TULP Operasi Laser
● Elektrovaporasi prostat ● Lebih sedikit komplikasi tetapi
● Menggunakan teknik roller ball & mesin membutuhkan terapi ulang 2% setiap
diatermi → vaporisasi kelenjar prostat tahun
● Tidak banyak menimbulkan perdarahan saat ● Dianjurkan pada pasien terapi
operasi antikoagulan lama atau tdk mungkin
● Diperuntukkan pada prostat yg tidak terlalu dilakukan turp karena kesehatannya
besar (<50 gram)
● Membutuhkan waktu operasi yg lebih lama Kekurangannya adalah :
● Tidak dapat diperoleh jaringan untuk
pemeriksaan patologi
● Disuri pasca bedah, tidak langsung dapat
miksi spontan setelah operasi
● Peak flow rate lebih rendah daripada pasca
turp
Tindakan Invasif Minimal
→ ditujukan untuk pasien dengan resiko tinggi pembedahan
1.Retensi Urin
2.UTI
3.Hidroureter, Hidronefrosis
Prostat Lumen uretra Aliran urin Tekanan
membesar menyempit terhambat intravesika ↑
Buli
Dekompensasi
berkontraksi
otot detrusor Menekan
lebih
seluruh bagian
buli
Hipertrofi otot
detrusor, Retensi urin
trabekulasi, Aliran balik urin
divertikel ke ureter
Sjamsuhidajat R. Buku Ajar Ilmu Bedah Sjamsuhidajat-de Jong. Ed 4. Jakarta: EGC : 2019: 873 – 954.
Prognosis
1. Studi observasional kohort 31% telah menunjukkan bahwa ketika dibiarkan
tanpa pengobatan, perkembangan klinis BPH meningkat selama periode 48
bulan
2. Risiko retensi urin akut juga meningkat seiring bertambahnya usia, dalam
penelitian Olmsted County, kejadian retensi pada pria meningkat lebih dari
sepuluh kali lipat, dari 3/1000 (40-49 tahun) menjadi 34,7/1000 (70-79 tahun)
3. Jika tidak diobati, BPH memiliki risiko perkembangan dan presentasi yang
signifikan
Penyakit Epidemiologi Anamnesis Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Tatalaksana Awal
Penunjang
BPH (Benign Laki-laki, usia -Tidak bisa - Inspeksi: urin -UL tanda- -Retensi urin :
Prostatic >50tahun kencing menetes tanda inflamasi kateterisasi urine
Hyperplasia) -Gejala LUTS - Palpasi: supra -Faal ginjal dengan foley kateter
-Nyeri pinggang pubik teraba -GDA double lumen
-Benjolan di massa kistus -IVU
pinggang -TAUS/ TRUS
-Uroflometri
Stiktur uretra Laki-laki, usia -Riwayat infeksi, - UL: dbn -Retensi urin :
>60tahun trauma, kelainan - Uroflometri: kateterisasi urine
bawaan <10ml/ detik dengan foley kateter
- Uretrografi: double lumen
penyempitan(+) -Striktur di
longgarkan
Penyakit Epidemiologi Anamnesis Pemeriksaan Pemeriksaan Tatalaksana
Fisik Penunjang Awal
Kanker Prostat - Laki-laki - Retensi urin - RT: keras, - UL: WBC (+/-) - Retensi urin :
- Usia >50 - Disuria bernodul, - PSA: ↑ kateterisasi
tahun - Hematuri asimetris - TRUS:hi- urine dengan
- Riwayat perekoik foley kateter
kanker prostat - Biopsi double lumen
di keluarga - Stadium T1
- Perokok aktif observasi,
- Riwayat sosial rutin kontrol
rutin konsusi ke poli urologi
lemak, susu atau motivasi
binatang, radikal
daging merah, prostatektomi
hati
Penyakit Epidemiologi Anamnesis Pemeriksaan Pemeriksaan Tatalaksana Awal
Fisik Penunjang
Tumor - Insiden laki: - Hematuria: - Palpasi - UL: WBC(+) Retensi urin :
kandung kemih perempuan= painless, bimanual: - IVP dan kateterisasi urine
4:1 intermit-tent, menentukan sistogafi: defek dengan foley kateter
- Perokok aktif hematuria total infiltrasi (+) dalam isian double lumen
- Pekerja pabrik - Disuria buli
kimia - Urgensi - Endoskopi:
- Polakisuri mengetahui
- Retensi urin bentuk, besar
- Riwayat infeksi tumor,
saluran kemih perubahan buli,
- Riwayat sosial: biopsi
kebiasaan - Sitologi
konsumsi kopi,
pemanis
buatan, obat-
obatan
PEMBAHASAN
IDENTITAS
Teori Kasus Keterangan
• Kejadian BPH pada Laki-laki Tn. S 69 tahun Sesuai dengan teori
usia 50-60 tahun sebesar 60%
• Sekitar 18 – 25% laki-laki
dengan usia di atas 40 tahun
dan lebih dari 90% laki-laki
dengan usia di atas 80 tahun
mengalami BPH
• BPH dialami oleh 50 % pria
berusia 60 tahun dan 8- % pria
berusia 80 tahun
Anamnesis
Teori Kasus Keteranga
n
- Gejala LUTS Pasien mengeluhkan tidak bisa kencing sejak Sesuai
- Pria dengan 1 hari SMRS, sebelumnya pasien dengan teori
mengeluhkan pancaran lemah, kencing
BPH cenderung
hanya menetes saja dan kencing bisa keluar
melaporkan jika mengejan, pasien juga mengeluhkan
gejala dominan setelah kencing masih terasa penuh. Pasien
nokturia, juga mengeluhkan kencing berulang kali
pancaran lemah, (rata2 4-5 x) setiap malam sejak sebulan
atau berkemi, terakhir dengan rentang waktu antar kencing
hesitansi kurang dari ½ jam,
berkepanjangan.
Pemeriksaan Fisik
Teori Kasus Keterangan
- Inspeksi: urin menetes • Status generalis: dbn Sesuai dengan
- Palpasi: supra pubik • Regio flank : dbn teori
• Genetalia eksterna: dbn
teraba massa kistus
• RT: Tonus Sphincter ani tde karena
- RT: pembesaran dalam kondisi anestesi, permukaan
prostat konsistensi mukosa licin, sulcus medianus
kenyal, simetris, tidak teraba, terdapat pembesaran
nodul(-) kelenjar prostat dengan konsistensi
prostat kenyal, lobus kanan kiri
simetris tidak didapatkan nodul
Tatalaksana
Teori Kasus Keterangan
Indikasi-indikasi pembedahan pada Pada pasien terjadi Sesuai dengan teori
BPH meliputi retensi urin akut, retensi urin dan
infeksi saluran kemih berulang, dilakukan Tindakan
hematuria makroskopik, sistolitiasis, TURP
penurunan fungsi ginjal, gagal
berkemih setelah melepaskan kateter,
perubahan patologis pada vesica
urinaria, keluhan telah memberat,
tidak adanya perbaikan setelah terapi
konservatif dan medikamentosa
THANK YOU